Tugas Individu
Mata Kuliah : Syariah
Dosen : Drs. H. Muh. Ilyas Upe, M.Ag
MAKALAH
“Syariah, Hukum, Fiqh Islam & Sumber Hukum Syariah”
Oleh:
Dhevy Try Putry
15020190095
C5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunian-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah syariah ini.
Saya telah berusaha dengan semaksimal mungkin agar dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik mungkin dan sebenar-benarnya. Saya menyadari makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik materi, penganalisaan, dan pembahasan. Semua hal ini dikarenakan
keterbatasan kemampuan dan pengalaman.
Saya berharap makalah ini dapat diterima dan dipahami bagi para pembaca. Dan saya juga
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak terutama yang bersifat membangun, guna
terciptanya kesempurnaan makalah ini. Dan bila didalamnya ada kesalahan dan kekurangan
mohon dimaklumi dan dimaafkan. Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan
makalah ini dapat berguna bagi semua pihak.
(penulis)
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................2
Daftar isi...................................................................................................................................3
Bab 1 pendahuluan
1.1 Latar belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan penulisan...............................................................................................................4
Bab 2 Pembahasan
2.1 Pengertian syariah............................................................................................................5
2.2 Pengertian hukum............................................................................................................6
2.3 Pengertian fiqh.................................................................................................................7
2.4 Pengertian sumber dan dalil...........................................................................................7
2.5 Sumber syari’ah pertama primer Al-Qur’an................................................................9
2.6 Sumber syari’ah primer kedua Al-Hadist.....................................................................12
2.7 Sumber syari’ah sekunder yang lahir dari ujtihad......................................................14
2.8 Yang dilahirkan ijtihad sebagai sumber syari’ah sekunder........................................17
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................17
3.2 Saran ................................................................................................................................17
4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Syariah islam merupakan jalan hidup bagi umat manusia dan diciptakan untuk
mengantarkan manusia menuju kebahagiaan di dunia maupun di akhirat melalui
penegakan berbagai seruan yang termaksud dalam al-qur’an dan as-sunnah mengatur
manusia dalam berbagai aspek, bidang ‘ubudiyah dan muamalah. Islam sebagai
agama memuat ajaran yang bersifat universal dan komprehensif. Universal yaitu
bersifat umum dan komprehensif artinya mencakup seluruh bidang kehidupan. Secara
umum hubungan aspek atau ajaran dalam islam dapat dilihat dari sistem muamalah
dalam islam yang meliputi berbagai aspek ajaran yaitu mulai dari persoalan hak atau
hukum sampai kepada urusan lembaga keuangan.secara umum, lembaga keuangan
meliputi dua lembaga yaitu, lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan
bank (non bank).
Seluruh tindakan manusia (ucapan, perbuatan dalam ibadah dan muamalah)
terdapat hukum-hukumnya. Hukum-hukum tersebut sebagian telah dijelaskan di
dalam nash-nash Al-Qur’an dan As-Sunnah. Meskipun demikian yang lain belum
terdapat penjelasan, namun syari’at islam telah memberikan dalil dan isyarat-isyarat
tersebut.
Para imam Madzhab sepakat dengan dalil yang dikemukakan Imam Syafi’i
dalam kitab al-Risalah yakni Al=qur’an dan As-Sunnah merupakan sumber hukum
utama yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Selain dari al-
Qur’an dan As-Sunnah terdapat juga sumber dan dalil hukum Islam yang lain.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan saya sajikan pada makalah ini yaitu:
1. Pengertian syari’ah
2. Pengertian hukum
3. Pengertian fiqh
4. Pengertian sumber dan dalil
5. Sumber syari’ah pertama primer Al-Qur’an
6. Sumber syari’ah primer kedua Al-Hadist
7. Sumber syari’ah sekunder yang lahir dari ijtihad
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian syari’ah
2. Untuk mengetahui pengertian hukum
3. Untuk mengetahui pengertian fiqh
4. Untuk mengetahui pengertian sumber dan dalil
5. Untuk mengetahui sumber syari’ah pertama primer Al-Qur’an
6. Untuk mengetahui sumber syariah primer kedua Al-Hadist
7. Untuk mengetahui sumber syari’ah sekunder yang lahir dari ijtihad
5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SYARI’AH
Istilah syari’ah merupakan kata yang lumrah dimasukkan di antara masyarakat
Muslim dari masa awal Islam, namun yang mereka gunakan selalu syara’i (bentuk
jamak) bukan syariah (bentuk murfad).
Syari’ah adalah kosa kata bahasa arab yang berarti “sumber udara” atau
“sumber kehidupan”. Dalam bahasa Mukhtar al-sihah dipahami sebagai berikut.
Syariah adalah sumber udara dan ia adalah tujuan bagi orang yang akan minum.
Syari,ah juga sesuatu yang telah ditetapkan Allah swt. Untuk hamba-nya sebagai
agama yang telah disyairahkan kepada mereka.
Al-Qur’an menggunakan kata syirah dan syariah dalam agama, atau dalam arti
jalan yang jelas yang menggunakan Allah bagi manusia. Syariah sering digunakan
sebagai senonim kata din dan millah yang berarti semua peraturan yang berasal dari
Allah SWT. yang ada dalam al-Qur’an dan hadis yang berpotensi qat’l atau jelas
nasnya.
Sementara pengertian syariah Islam menurut Mahmud Syaltut adalah: syariah
menurut bahasa adalah tempat yang didatangi atau yang dituju oleh manusia dan
hewan guna meminum udara.
Menurut istilah hukum-hukum dan aturan Allah disyariahkan buat hambanya
untuk diikuti dan hubungan mereka sesama manusia. Di sini, makalah tentang syariah
tertuju kepada hukum yang didatangkan al-Qur'an dan Rasul-Nya, kemudian yang
menyetujui para sahabat dari hukum-hukum yang tidak datang mengenai urusannya
sesuatu nas dari al-Qur'an atau sunah. Kemudian hukum yang diistinbatkan dengan
jalan ijtihad, dan masuk ke ruang ijtihad mengatur hukum dengan menggabungkan
kias, karinah, tanda-tanda dan dalil-dalil.
Sementara syariah menurut Salam Madkur: tasyrik adalah lafal yang dikenal
dari kata syariah yang di antara Maknanya di dalam pandangan orang Arab di jalan
yang lurus dan digunakan oleh ahli fikih Islam untuk nama bagi hukum-hukum yang
Allah tetapkan untuk hambanya dan dituangkan dengan perantaraan Rasul-Nya Agar
mereka dapat bekerja dengan penuh keilmuan, baik hukum-hukum yang terkait
dengan kerja dengan aqidah atau dengan akhlak budi pekerti dan dinamakan dengan
Makna ini dipetik kalimat tasyrik yang mendukung undang-undang dan membuat
kaidah-kaidah-Nya, maka tasyrik sesuai permintaan ini membuat undang-undang baik
undang-undang itu berasal dari agama dan dinamakan tasyrik samawi atau dari
pebuatan manusia dan pikiran mereka dinamakan tasyrik wa'i.
6
adalah hukum syara' yang amaliyah dari dalil. Untuk samapai kepada madlul
memerlukan pemahaman atau tanda penunjuknya ( dalalah ). Jadi prosesnya ialah :
Dalil - dalalah - madlul Aqiemu ash-shalat - Perintah shalat - Wajib shalat
Asap - Ada yang terbakar - Api Dalil dapat dilihat dari berbagai segi : Dari segi
asalnya, dari segi ruang limgkupnya, dari segi kekuatannya.
a. Dalil ditinjau dari segi asalnya
Ditinjau dari asalnya, dalil ada dua macam:
1. Dalil Naqli yaitu dalil-dalil yang berasal dari nash langsung, yaitu Alquran dan
al- Sunnah.
2. Dalil aqli, yaitu dalil - dalil yang berasal bukan dari nash langsung, akan tetapi
dengan menggunakan akal pikiran, yaitu Ijtihad. Bila direnungkan, dalam fiqih
dalil akal itu bukanlah dalil yang lepas sama sekali dari Alquran dan al-
Sunnah, tetapi prinsif-prinsif umumnya terdapat dalam Alquran dan Al-
Sunnah.
b. Dalil ditinjau dari ruang lingkupnya
Dalil ditinjau dari ruang lingkupnya ada dua macam, yaitu:
1. Dalil Kully yaitu dalil yang mencakup banyak satuan hukum. Dalil Kulli ini
adakalaya berupa ayat Alquran, dan berupa hadits, juga adakalanya berupa
Qaidah-qaidah Kully.
2. Dalil Juz'i, atau Tafsili yaitu dalil yang menunjukan kepada satu persoalan dan
satu hukum tertentu
c. Dalil ditinjau dari daya kekuatannya
Dalil ditinjau dari daya kekuatannya ada dua, yaitu Dalil Qath'i dan dalil
Dhanni.
1. Dalil Qath'i,
Dalil Qath'i ini terbagi kepada dua macam, yaitu :
a. Dalil Qath'i al-Wurud, yaitu dalil yang meyakinkan bahwa datangnya dari
Allah (Al-quran) atau dari Rasulullah ( Hadits Mutawatir). Al-quran
seluruhnya Qath'i wurudnya, dan tidak semua hadits qath'i wurudnya.
b. Dalil Qath'i Dalalah, yaitu dalil yang kata-katanya atau ungkapan kata-
katanya menunjukan arti dan maksud tertentu dengan tegas dan jelas sehingga
tidak mungkin dipahamkan lain.
2.Dalil Dhanni.
Dalil Dhanni, terbagi kepada dua macam pula yaitu: Dhanni al-Wurud
danDhanni al-Dalalah.
a. Dhanni al-Wurud, yaitu dalil yang memberi kesan yang kuat atau
sangkaan yang kuat bahwa datangnya dari Nabi saw. Tidak ada ayat
Alquran yang dhanni wurud, adapun hadits ada yang dhanni wurudnya
yaitu hadits ahad.
b. Dhanni al-Dalalah, yaitu dalil yang kata-katanya atau ungkapan kata-
katanya memberi kemungkinan - kemungkinan arti dan maksud lebih dari
satu. Tidak
9
menunjukan kepada satu arti dan maksud tertentu. Dan wanita yang ditalak
hendaklah menahan dirinya (beriddah) tiga kali quru. Kata Quru dalam ayat di
atas bisa diartikan haid dan bisa diartikan suci. Oleh karena itu para ula sering
berbeda pendapat dalam menentukan hukum dari ayat tersebut di atas.
Dari pengertian dalil yang diungkapkan di atas, maka dapat dikatakan bahwa;
Alquran dan al-Sunnah juga disebut sebagai dalil hukum, disamping sebagai
sumber hukum Islam. Karena itu dari sisi ini, apa yang dikemukakan Abdul
Wahab Khalaf bahwa al-Adillah al-Ahkam identik dengan Mashadir al-
Ahkam ( sumber hukum). Dari sini pula dapat dikatakan bahwa seperti, Ijma,
Qiyas, mashlahah mursalah, istihsan dan lain sebagainya tidak dapat
dikatakan sebagai sumber hukum Islam, karena dalil-dalil ini hanya bersifat
al-Kasyf wa al-Izhar li al-Hukum artinya hanya menyingkap dan
memunculkan yang ada dalam Alquran dan al-Sunnah. Karena suatu dalil
yang membutuhkan dalil lain untuk dijadikan hujjah, tidaklah dapat dikatakan
sumber, karena yang dikatakan sumber itu harus berdiri sendiri. Disamping
itu, keberadaan suatu dalil, seperti Ijma, Qiyas dan istihsan misalnya, tidak
boleh bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Alquran dan
al- Sunnah. Oleh sebab itu, para ahli ushul Fiqh sering menyebut terhadap
adillah ahkam seperti Ijma, Qiyas dan sebagainya, sebagai turuq istinbath al-
Ahkam yaitu metode dalam menetapkan hukum.
2.5 SUMBER SYARI’AH PERTAMA PRIMER AL-QUR’AN
Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan, atau
qur’anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-
dlammu). Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam
Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya,
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat an-Naas. Dan menurut para ulama klasik, Alquran
sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama yang memuat firman-
firman (wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampai- kan oleh Malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sediki selama
22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah kemudian di Madinah.
Al-Qur’an menyajikan tingkat tertinggi dari segi kehidupan manusia.
Sangat mengaggumkan bukan saja bagi orang mukmin, melainkan juga bagi
orang-orang kafir. Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada tanggal 17
Ramadhan (Nuzulul Qur’an). Wahyu yang perta kali turun tersebut adalah
Surat Alaq, ayat 1-5. Al-Qur’an memiliki beberapa nama lain, antara lain
adalah Al-Qur’an (QS. Al-Isra: 9), Al-Kitab (QS. Al-Baqoroh: 1-2), Al-
Furqon (QS. Al-Furqon: 1), At-Tanzil (QS. As-Syu’ara: 192), Adz-Dzikir
(QS. Al-Hijr: 1-9).
Ayat-ayat al-Quran yang diturunkan selama lebih kurang 23 tahun itu
dapat dibedakan antara ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad
masih tinggal di Mekah (sebelum hijrah) dengan ayat yang turun setelah Nabi
10
Macam-macam As-Sunnah:
Ditinjau dari bentuknya
1. Sunnah qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah
2. Sunnah fi’liyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah
3 Sunnah taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Rasulullah terhadap
pernyataan ataupun perbuatan orang lain
4. Sunnah hammiyah, yaitu sesuatu yang telah direncanakan akan dikerjakan tapi
tidak sampai dikerjakan
3. Mengikuti pola hidup Nabi, karena dijelaskan secara rinci dalam Sunnahnya,
sedangkan mengikuti pola hidup Nabi adalah perintah al-Qur’an.
4. Menghadapi masalah kehidupan yang bersifat teknis, karena adanya peraturan-
peraturan yang diterangkan oleh as-Sunnah / Hadits yang tidak ada dalam al-
Qur’an seperti kebolehan memakan bangkai ikan dan belalang, sedangkan dalam
al-Qur’an menyatakan bahwa bangkai itu haram.
2.7 SUMBER SYARI’AH SEKUNDER YANG LAHIR DARI IJTIHAD
IJTIHAD
Etimologi = mencurahkan tenaga, memeras pikiran, berusaha bersungguh-
sungguh, bekerja semaksimal munggkin.
Terminologi = usaha yang sungguh-sungguh oleh seseorang ulama yang
memiliki syarat-syarat tertentu, untuk merumuskan kepastian hukum tentang
sesuatu ( beberapa ) perkara tertentu yang belum ditetapkan hukumnya secara
explisit di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga dan pikiran
atau bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti
mencurahkan segala kemampuan berfikir untuk mengeluarkan hukum syar’i
dari dalil-dalil syara, yaitu Alquran dan hadist. Hasil dari ijtihad merupakan
sumber hukum ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad dapat dilakukan
apabila ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran
maupun hadist, maka dapat dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal
pikiran dengan tetap mengacu pada Alquran dan hadist.
Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu
1. Ijma’, yaitu menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat.
Sedangkan menurut istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi
Muhammad SAW sesudah beliau wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu
perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma’ adalah fatwa, yaitu
keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti
seluruh umat.
3. Istihsan, yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas
lainnya yang lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat
diterima untuk mencegah kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan
hukum suatu perkara yang menurut logika dapat dibenarkan. Contohnya,
menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual beli yang barangnya
belum ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan
rukhsah (kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan
system pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim kemudian.
4. Mushalat Murshalah, yaitu menurut bahasa berarti kesejahteraan umum.
Adapun menurut istilah adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi
kemaslahatan manusia. Contohnya, dalam Al Quran maupun Hadist tidak
terdapat dalil yang memerintahkan untuk membukukan ayat-ayat Al Quran.
Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan umat.
6. Istishab, yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah
ditetapkan di masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum
tersebut. Contohnya, seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu
atau belum. Di saat seperti ini, ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan
sebelum berwudhu sehingga ia harus berwudhu kembali karena shalat tidak
sah bila tidak berwudhu.
LAPANGAN IJTIHAD
Secara ringkas, lapangan Ijtihad dapat dibagi menjadi 3 perkara, yaitu :
1. Perkara yang sama sekali tidak ada nashnya di dalam al-Qur’an dan as-
Sunnah.
2. Perkara yang ada nashnya, tetapi tidak Qath’i ( mutlak ) wurud ( sampai /
muncul ) dan dhalala ( kesesatan ) nya.
3. Perkara hukum yang baru tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
KEDUDUKAN IJTIHAD
Berbeda dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, Ijtihad sebagai sumber hukum
Islam yang ketiga terikat dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Yang ditetapkan oleh Ijtihad tidak melahirkan keputusan yang absolut,
sebab Ijtihad merupakan aktivitas akal pikiran manusia yang relatif. Sebagai
produk pikiran manusia yang relatif, maka keputusan Ijtihad pun relatif.
2. Keputusan yang diterapkan oleh Ijtihad mungkin berlaku bagi seseorang,
tetapi tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu masa / tempat, tetapi
tidak berlaku pada masa / tempat yang lain.
3. Keputusan Ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an dan as-
Sunnah.
4. Berijtihad mempertimbangkan faktor motivasi, kemaslahatan umum,
kemanfaatan bersama dan nilai-nilai yang menjadi ciri dan jiwa ajaran Islam.
5. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan Ibadah Makhdah.
17
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi
setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama dikembangkan
oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Sumber ajaran agama islam terdiri dari sumber ajaran islam primer dan
sekunder. Sumber ajaran agama islam primer terdiri dari al-qur’an dan as-sunnah
(hadist), sedangkan sumber ajaran agama islam sekunder adalah ijtihad.
3.2 SARAN
Sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kita harus
mempelajari sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam yang kita pelajri
sesuia dengan al-qur’an dan tuntunan nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam as-
sunnah (hadist).
18
DAFTAR PUSTAKA