Anda di halaman 1dari 9

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

(Thin Layer Chromatography)

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
PEMISAHAN KIMIA
Yang dibina oleh Bapak Dr. Munzil, S.Pd., M.Si

Oleh
Kelompok 8/ Offering G

1. Ahmad Suhadak 160332605864


2. Aisyah Nuratikhoh 150332604825
3. Fadila Eka Seftiyani 160332605841
4. Nailar Rokhmah 160332605875

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
APRIL 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan


perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Istilah
kromatografi berasal dari gabungan kata “chroma” (warna) dan “graphein”
(menuliskan). Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi
komponen - komponen dalam fase diam dan fase gerak berdasarkan
perbedaan sifat fisik komponen yang akan dipisahkan. Kromatografi dapat
digunakan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif. Pada dasarnya semua
cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fase diam ( stationer ) dan fase
bergerak (mobile). Persyaratan utama kromatografi adalah:

 Ada fase diam dan fase gerak. Fase diam tidak b oleh bereaksi dengan fase
gerak.
 Komponen sampel (contoh) harus larut dalam fase gerak dan berinteraksi
dengan fase tetap (diam).
 Fase gerak harus bisa mengalir melewati fase diam, sedangkan fase diam
harus terikat kuat di posisinya.
Kromatografi dapat diklasifikasikan menjadi kromatografi kolom dan
kromatografi planar. Kromatografi kolom meliputi kromatografi gas,
kromatografi cair, kromatografi cair bertekanan tinggi, dan lain-lain
sedangkan kromatografi planar meliputi kromatografi kertas dan
kromatografi lapis tipis. Kromatografi kertas merupakan bentuk
kromatografi yang paling sederhana, mudah, dan murah. Kromatografi kertas
memiliki kelemahan yakni membutuhkan waktu yang lama dalam
analisisnya sehingga ditemukannya kromatografi lapis tipis oleh Izmailov
dan Shraiber pada tahun 1938. Kromatografi lapis tipis yang digunakan
pertama kali adalah dengan menggunakan adsorben aluminium oksida yang
diletakkan pada lapisan kaca,
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka makalah yang berjudul Kromatografi Lapis Tipis perlu untuk ditulis
agar pembaca mendapat pengetahuan yang menyeluruh tentang kromatografi
lapis tipis, instrumen dan pemanfaatannya.
1.2.Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari kromatografi lapis tipis?
2) Apa sajakah komponen yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis?
3) Apa kelebihan dan aplikasi dari kromatografi lapis tipis?
1.3.Tujuan
1) Untuk memaparkan pengertian kromatografi lapis tipis.
2) Untuk memaparkan komponen yang digunakan dalam kromatografi
lapis tipis.
3) Untuk memaparkan kelebihan dan aplikasi dari kromatografi lapis tipis.
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan pada Bab I, pembahasan
masalah akan menyajikan tentang 1) Pengertian kromatografi lapis tipis 2)
komponen penyusun kromatografi lapis tipis dan 3) kelebihan serta aplikasi dari
kromatografi lapis tipis.
2.1.Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu contoh kromatografi planar. Fase
diamnya (Stationary Phase) berbentuk lapisan tipis yang melekat pada gelas/kaca,
plastik, aluminium. Sedangkan fase geraknya (Mobile Phase) berupa cairan atau
campuran cairan, biasanya pelarut organi dan kadangkadang juga air. Fase diam
yang berupa lapisan tipis ini dapat dibuat dengan membentangkan /meratakan fase
diam (adsorbent=penjerap=sorbent) diatas plat/lempeng kaca plastik ataupun
aluminium.

2.2.Komponen Penyusun Kromatografi Lapis Tipis


2.2.1.Fasa Diam
Fasa diam yang sering digunakan pada kromatografi lapis tipis merupakan
fasa diam yang mempunyai kemampuan untuk mengadsorbsi suatu zat. Adsorben
yang paling umum digunakan adalah silika gel, alumina, tanah diatom, dan
selulosa bubuk, tetapi bahan lain seperti sephadex, resin penukaran ion, atau bahan
anorganik yang telah digunakan untuk tujuan khusus. Silika gel bersifat basa dan
mempunyai kapasitas yang tinggi. Siilika gel biasanya digunakan untuk adsorpsi
dan kromatografi tertentu. Partikel dalam silika gel mengandung gugus hidroksil
dipermukaannya yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul-molekul
polar. Alumina bersifat basa dan biasanya digunakan untuk proses adsorpsi. Tanah
diatom lebih bersifat netral, dan biasanya digunakan untuk mendukung dalam
fenomena partisi. Sephadex Berupa manik-manik yang terbuat dari polimer
polistirena yang terhubung silang dengan senyawa divinil benzena. Resin
penukaran ion merupakan Gel organik yang bersifat hidrofilik dan bahan-bahan
lain dapat digunakan dari bentuk murni akan lebih mudah untuk
menggabungkannya dengan pengikat (perekat) seperti plaster paris untuk
membuat lapisan yang lebih kohesif.

2.2.2. Fasa Gerak

Fasa gerak merupakan cairan atau pelarut yang tidak bereaksi dengan zat
yang akan dipisahkan dan yang sering digunakan sebagai fase gerak adalah pelarut
organik . Pelarut yang digunakan dapat berupa satu macam pelarut organik saja
ataupun campuran. Bilamana fase gerak merupakan campuran pelarut organik
dengan air maka mekanisme pemisahan adalah partisi. Pemilihan pelarut organik
ini sangat penting karena akan menentukan keberhasilan pemisahan. Pendekatan
polaritas adalah yang paling sesuai untuk pemilihan pelarut. Senyawa polar akan
lebih mudah terelusi oleh fase gerak yang bersifat polar dari pada fase gerak yang
non polar. Sebaliknya, senyawa non polar lebih mudah terelusi oleh fase gerak non
polar dari pada fase gerak yang polar.

Gambar 2.1. Pelarut organik yang sering digunakan sebagai fase gerak

2.2.3. Persiapan Dan Pembuatan Pelat


Pelat kaca biasanya datar dan halus, atau kadang-kadang bergerigi. ukuran
dan bentuk ditentukan oleh peralatan yang digunakan. dalam hal apapun,
permukaan kaca harus dibersihkan dengan deterjen dan atau pelarut organik untuk
menghilangkan lemak. Ketebalan lapisan akan menentukan kapasitas dari sistem.
Ketebalan pelat (lapisan) biasanya 0,15 hingga 2,0 mm. Pelat kaca yang digunakan
harus memiliki ketebalan yang sama. Fase diam dilarutkan dalam pelarut tertentu
sehingga berbentuk bubur Kebanyakan pelat tipis dihasilkan dengan menyebarkan
film dari bubur berair dari adsorben ke seluruh permukaan. bubur harus tidak terlalu
tebal (kental) atau terlalu tipis, atau tidak akan menyebar dengan baik. Kemudian
Lapisan tipis tersebut diaktifkan dengan dipanaskan pada suhu 110℃ selama
beberapa jam sehingga pelarut gel akan keluar meninggalkan matriks berpori yang
siap menarik larutan pengembang dengan efek kapilernya.

2.2.4. Pengamatan Bercak/ Visualisasi


Cara mengamati bercak pada TLC dapat digolongkan menjadi dua : Pertama,
dengan cara merusakkan atau mereaksikan komponen atau senyawa yang ada
bercak itu dan Kedua, tanpa merusakkan komponen atau senyawa. Cara pertama
dengan menyemprotkan pereaksi penanda. Banyak pereaksi-pereaksi yang
digunakan dapat dilihat dalam literatur dan dijual dipasaran (niaga). Contoh
pereaksi semprot yang umum untuk senyawa organik adalah asam sulfat dalam
metanol, selanjutnya bercak dipanaskan di dalam oven, sebaiknya digunakan oven
yang ada jendela kacanya sehingga dapat diikuti perubahan bercak selama
pemanasan menjadi bercak warna hitam. Pada dasarnya adalah reaksi oksidasi pada
senyawa organik oleh asam sulfat. Pereaksi lain adalah dengan disemprot dengan
larutan lodium dan paling mudah adalah dengan memasukkan plat kedalam bejana
yang berisi uap lodium (kristal lodium diletakkan dalam bejana, tidak merusak 75%
senyawa).
Cara ke dua, yang tidak merusak komponen atau senyawa di bercak. Untuk
senyawa berwarna atau berpendar dibawah lampu UV (berfluoresensi) tidak ada
masalah menggunakan silika tanpa tambahan zat berpendar. Sedang untuk senyawa
yang tidak berpendar dibawah lampu UV digunakan fase diam dengan tambahan
zat berpendar.
Tabel 2.1. Macam pereaksi warna atau penanda dan penggunaannya

2.3.Kelebihan dan Aplikasi Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi lapis tipis merupakan metode analisis yang cepat dan dapat
digunakan digunakan untuk banyak sampel dalam waktu yang singkat.
Menggabungkan kromatografi kertas dan KLT lebih baik (jangkauan fase stasioner
dan pelarut yang lebih luas) , lebih cepat, dan lebih dapat direproduksi yang didapat
dari lapis tipis. KLT ini sering digunakan sebagai teknik pilot untuk melihat
kompleksitas campuran atau sebagai bantuan dalam menetapkan kondisi terbaik
untuk kromatografi kolom dalam skala besar. karena kecepatan dan
kesederhanaannya sering digunakan atau untuk memonitor teknik pemisahan yang
lebih rumit dan kompleks. Disamping itu proses analisis dari KLT berlangsung
cepat serta KLT mudah digunakan. Kromatografi Lapis Tipis sering digunakan
dalam identifikasi drugs, ekstrak tanaman, dan preparasi biochemical. Mendeteksi
kontaminan, Penentuan kemurnian senyawa, dan Penentuan komposisi zat atau
senyawa.
BAB III
PENUTUP

Pada Bab II telah dipaparkan secara rinci penjelasan tentang 1) Pengertian


kromatografi lapis tipis 2) komponen penyusun kromatografi lapis tipis dan 3)
kelebihan serta aplikasi dari kromatografi lapis tipis. Berdasarkan pembahasan
tersebut dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut.
1) Kromatografi lapis tipis adalah salah satu metode kromatografi planar yang
fasa diamnya berupa adsorben dan fase geraknya biasanya adalah pelarut
organik..
2) Komponen penyusun kromatografi lapis tipis adalah fase diam berupa
adsorben yang menempel pada pelat kaca dan fase gerak yang biasanya
pelarut organik. Hasil analisis dari kromatografi lapis tipis dapat dianalisis
dengan menggunakan sinar UV atau direaksikan dengan pereaksi tertentu
3) Kromatografi lapis tipis merupakan metode analisis yang cepat dan dapat
digunakan digunakan untuk banyak sampel dalam waktu yang singkat.
Kromatografi Lapis Tipis sering digunakan dalam identifikasi drugs,
ekstrak tanaman, dan preparasi biochemical. Mendeteksi kontaminan,
Penentuan kemurnian senyawa, dan Penentuan komposisi zat atau senyawa.
DAFTAR PUSTAKA

Ardianingsih,R. 2009. Penggunaan High Performance Liquid


Chromatography dalam Proses Analisa Deteksi Ion. Berita Dirgantara
Vol 10 No 4 : 101 - 104
Elisa.2009. Kromatografi Lapis Tipis. (Online).
(elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/24048/a877915a150aeace10a),
Diakses pada tanggal 2 April 2018)
Soebagio., Budiasih, E., Ibnu, M.S., Widarti, H.R. dan Munzil. 2002. Kimia
Analitik II, Common Textbook, Edisi Revisi. Malang : JICA
Wonorahardjo, Surjani. 2016. Metode-metode Pemisahan Kimia sebuah
Pengantar. Jakarta : PT Indeks.
Wulandari, Lestyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Jember : PT Taman
Kampus Presindo

Anda mungkin juga menyukai