Anda di halaman 1dari 27

KROMATOGRAFI

Kromatografi merupakan suatu metode untuk memisahkan komponen-


komponen dalam suatu campuran berdasarkan distribusi komponen tersebut diantara
fase diam dan fase geraknya. Fase diam nya dapat berupa zat padat atau cair,
sedangkan fase geraknya dapat berupa zat cair atau gas. Fase diam akan menahan
komponen campuran sedangkan fase gerak akan mengalir melalui fase diam dan
membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen yang
mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal sedangkan komponen yang mudah
larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Komponen-komponen yang berbeda
bergerak dengan laju yang berbeda. Terdapat 2 tujuan kromatografi, yaitu tujuan
analitik dan preparatif. Tujuan analitik, yaitu untuk menentukan komponen atau
komposisi kimia dari sampel. Sedangkan tujuan preparatif, yaitu untuk memurnikan
dan mengisolasi salah satu komponen dari sampel. Keuntungan dari kromatografi,
yaitu dapat memisahkan sampel atau komponen yang sangat kecil (semi mikro &
mikro), memisahkan molekul-molekul besar seperti polimer, memisahkan senyawa-
senyawa organik multikomponen/kompleks, waktu lebih singkat, relatif murah,
sederhana, dapat memisahkan senyawa-senyawa yang tidak stabil. 1
Berdasarkan tujuan dan pemanfaatannya, kromatografi dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu kromatografi analitik dan preparatif. Kromatografi analitik merupakan
teknik kromatografi yang digunakan untuk menentukan komposisi kimia dari sampel
dan mengetahui jumlah komponen yang ada dalam sampel. Beberapa jenis
kromatografi yang termasuk ke dalam kromatografi analitik, yaitu kromatografi lapis
kertas (KLT), kromatografi kertas, dan kromatografi kolom. Pemisahan secara
kromatografi dilakukan berdasarkan beberapa sifat fisik dari molekul, yaitu:
1) Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan).
2) Kecenderungan molekul untuk menempel pada permukaan serbuk halus
(adsorpsi, penjerapan).
2

3) Kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke fase uap (keatsirian).


Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan
dan keatsirian senyawa yang akan dipisah. Kromatografi kertas dapat digunakan
terutama bagi kandungan tumbuhan yang mudah larut dalam air (karbohidrat, asam
amino dan senyawa fenolat), KLT merupakan metode pilihan untuk pemisahan semua
kandungan yang larut lipid (lipid, steroid, karotenoid, kinon sederhana dan klorofil),
GC penggunannya terutama untuk senyawa atsiri (asam lemak, mono- dan
seskuiterpen, hidrokarbon dan senyawa belerang), cara lain yaitu KCKT, dapat
memisahkan kandungan yang keatsiriannya kecil. KCKT adalah suatu metode yang
menggabungkan keefisienan kolom dan kecepatan analisis

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan teknik pemisahan komponen


dalam sampel dengan menggunakan sebuah lapisan tipis silika atau alumina pada
sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. KLT digunakan sebagai
metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, atau preparatif. KLT dapat
digunakan untuk memisahkan senyawa senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti
lipid dan hidrokarbon yang sulit dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga
berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang
diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan
isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang
disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis.
Fase diam dari KLT merupakan gel silika (atau alumina) yang melapisi
lempengan gelas atau logam. Fase diam pada kromatografi lapis tipis seringkali juga
mengandung substansi yang dapat berpendar jika disinari oleh sinar ultra violet. Fase
gerak nya merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Umumnya
digunakan campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini
dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara
optimal.2
3

Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis.


Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi hubungan
kesetimbangan antara fase diam dan fasa gerak, terdapat interaksi antara permukaan
fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan diidentifikasi, yang telah
berinteraksi dengan fasa geraknya. Kesetimbangan ini dipengaruhi oleh 3 faktor,
yaitu kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak, serta kepolaran dan ukuran molekul.
Proses isolasi terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta
kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran
eluen (fase gerak). Daya serap adsorben yang berbeda-beda terhadap komponen
kimia menyebabkan komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga
hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan. Berikut ini merupakan ilustrasi
tahapan terjadinya pemisahan komponen suatu sampel dengan menggunakan KLT:

Gambar 1 Pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis

Langkah awal yang harus dilakukan untuk melakukan pemisahan komponen


dengan metode KLT , yaitu preparasi plat KLT, pemilihan fase gerak yang akan
digunakan (eluen), dan preparasi sampel. Selanjutnya cairan sampel ditotolkan tepat
di atas baseline yang telah dibuat pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler.
Jika sampel dalam bentuk padat maka larutkan terlebih dahulu pada pelarut tetentu.
Plat KLT yang sudah ditotolkan dengan sampel, ditempatkan dalam chamber yang
telah berisi eluen (fase gerak), baseline jangan sampai tercelup eluen. Digunakan
gelas tertutup untuk memastikan bahwa suasana dalam chamber jenuh dengan uap
pelarut. Selanjutnya eluen (fase gerak) perlahan-lahan bergerak naik melalui fase
diam, mengelusi atau membawa komponen-komponen dalam sampel yang terikat
4

pada fase diam. Komponen-komponen yang berbeda dari campuran berjalan pada
tingkat yang berbeda. Eluen akan mengelusi sampel hingga mencapai garis akhir,
sehingga terjadi pemisahan komponen-komponen. Hasil pemisahan komponen dalam
sampel terlihat dalam bentuk spot-spot yang terpisah. Spot-spot yang tidak terlihat
dapat diamati pada lampu UV ataupun disemprot dengan senyawa tertentu, seperti
kalium kromat, asam sulfat pekat dalam alkohol 96%, atau ninhidrin.3

Analisis Hasil Pemisahan dengan KLT

Analisa kualitatif dengan KLT dapat dilakukan untuk uji identifikasi senyawa
baku. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi
senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari
senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh
senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal.
Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1. Beberapa kepustakaan
menyatakan bahwa nilai Rf yang menunjukkan pemisahan yang cukup baik berkisar
antara 0.2 0.8. Perhitungan nilai Rf didasarkan atas rumus :


Rf =

Analisis kuantitatif dilakukan dengan 2 cara, yaitu mengukur spot langsung


pada lempengan dengan menggunakan ukuran luas atau dengan teknik densitometry
dan cara berikutnya adalah dengan mengerok bercak/spot lalu menetapkan kadar
senyawa yang terdapat dalam bercak dengan metode analisis yang lain, misalnya
dengan metode spektrofotometri. Pada analisis preparatif, sampel ditotolkan pada plat
KLT dengan lapisan yang besar lalu di elusi dengan eluen (fase gerak) dan dideteksi
dengan cara yang non-dekstruktif.
5

Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis


Beberapa kelebihan KLT, yaitu:
1) KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan analisis.
2) Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
3) Dapat dilakukan elusi secara mekanik (ascending), menurun (descending),
atau dengan cara elusi 2 dimensi.
4) Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
5) Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
6) Biaya yang dibutuhkan terjangkau.
7) Jumlah perlengkapan sedikit.
8) Preparasi sample yang mudah
9) Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang
dengan metode kertas tidak bisa (Gandjar dan Rohman, 2007).

Adapun kekurangan KLT yaitu:


1) Butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk mendapatkan bercak/noda
yang diharapkan.
2) Butuh sistem trial and eror untuk menentukan sistem eluen yang cocok.
3) Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak tekun.

KOMATOGRAFI KERTAS

Kromatografi kertas adalah teknik kromatografi yang menggunakan kertas


selulosa murni yang mempunyai afinitas besar terhadap air atau pelarut polar lainnya.
Kertas yang digunakan adalah kertas Whatman No.1 dan kertas yang lebih tebal
Whatman No. 3 biasanya untuk pemisahan campuran dalam jumlah yang lebih besar
karena dapat menampung lebih banyak sampel. Kromatografi kertas digunakan baik
untuk analisis kualitatif maupun kuntitatif. Tujuan kromatografi kertas, yaitu
memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen komponennya (dalam
skala kecil) dan mengidentifikasi zat zat yang ada dalam campuran tersebut.
Senyawa senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar, misalnya
asam amino, gula gula, dan pigmen pigmen alam.3
6

Berdasarkan mekanismenya, kromatografi kertas tergolong ke dalam


kromatografi partisi, dimana fasa diamnya adalah air atau pelarut polar yang terikat
pada kertas selulosa sedangkan fase geraknya adalah pelarut organik yang bersifat
nonpolar. Fase gerak terdiri dari satu atau beberapa pelarut dan bila diperlukan dapat
menggunakan sistem pelarut multi komponen, berupa suatu campuran sederhana
yang terdiri atas maksimum tiga komponen. Pada pemisahan senyawa organik selalu
menggunakan pelarut multi komponen, tujuannya untuk memperoleh polaritas yang
tepat sehinga diperoleh pemisahan senyawa yang baik. Kombinasi pelarut
berdasarkan atas polaritas masing-masing pelarut sehingga dengan demikian
diperoleh sistem penggabung yang cocok.

Prinsip Kerja Kromatografi Kertas


Kromatografi kertas digunakan untuk memisahkan campuran dari
substansinya menjadi komponen-komponennya. Prinsip kromatografi kertas adalah
adsorbsi dan kepolaran, di mana adsorbsi didasarkan pada panjang komponen dalam
campuran yang diadsorbsi pada permukaan fase diam. Sedangkan kepolaran
komponen berpengaruh pada kecepatan migrasi komponen pada fase diamnya.
Komponen yang memiliki kepolaran yang sama dengan fase gerak akan terbawa oleh
fase gerak nya.
Fase gerak (pelarut) bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen
bergerak pada laju yang berbeda dan komponen campuran dipisahkan berdasarkan
pada perbedaan bercak warna. Pemisahan terjadi berdasarkan partisi masing-masing
komponen di antara fase diam dan fase bergeraknya.3 Berikut ini merupakan tahapan
dalam pemisahan komponen dengan kromatografi kertas:

1. Kertas yang digunakan adalah Kertas Whatman No.1.


2. Sampel diteteskan pada garis dasar kromatografi kertas.
3. Kertas dimasukkan pada wadah yang berisi fase gerak (pelarut) dan
terjenuhkan oleh uap pelarut.
4. Penjenuhan udara dengan uap, menghentikan penguapan pelarut sama halnya
dengan pergerakan pelarut pada kertas.
7

Jika pemisahan komponen dalam sampel menghasilkan spot atau noda yang tidak
berwarna maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut, yaitu menyemprot kertas
dengan pereaksi penimbul warna seperti ditizon, ninhidrin, kalium kromat,
ammonium sulfide dll, menyinari kertas dengan sinar ultraviolet, menyemprotkan
kertas pada uap iodium atau menentukan harga Rf nya.

Gambar 2 Pemisahan komponen dengan kromatografi kertas

Analisis Hasil Pemisahan dengan Kromatografi Kertas


Dalam kromatografi kertas, kemampuan penahanan komponen (retensi) oleh
fasa diam dinyatakan dengan besaran Rf. Nilai Rf berbeda-beda untuk setiap
komponen pada kondisi tertentu. Rf (faktor retardasi atau faktor retensi) merupakan
perbandingan jarak yang ditempuh oleh komponen dengan jarak yang ditempuh
eluen. Nilai Rf berada antara 0.00 1.00. Nilai Rf digunakan untuk mengidentifikasi
suatu senyawa. Identifikasi senyawa hasil pemisahan dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai Rf senyawa hasil pemisahan dengan nilai Rf dari senyawa
standar. Nilai Rf dipengaruhi oleh suhu, jenis kertas, tebal kertas, jenis eluen, pelarut
dan derajat kemurniannya, struktur kimia senyawa yang dipisahkan, jumlah sampel
yang digunakan, dan tingkat kejenuhan uap pengembang dalam bejana.
8

Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Kertas:


Beberapa kelebihan menggunakan kromatografi kertas, yaitu:
1) Tidak diperlukan peralatan yang teliti dan mahal.
2) Hasil yang baik dapat diperoleh dengan peralatan dan materi yang sangat
sederhana.
3) Senyawa yang terpisah dapat dideteksi pada kertas dan dapat diidentifikasi.

Beberapa kekurangan menggunakan kromatografi kertas, yaitu:


1) Banyaknya masalah terkait cara memasukkan fasa gerak, perambatan fasa
gerak, dan penggumpalan.
2) Lebih lama karena panjang kertas bisa hingga 50 cm.
3) Keterbatasan parameter senyawa yang diuji.

KROMATOGRAFI KOLOM

Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai


alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Ditinjau dari
mekanismenya kromatografi kolom merupakan kromatografi serapan atau adsorpsi.
Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-
komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam.
Fase diam nya berupa adsorben yang tidak boleh larut dalam fasa gerak, ukuran
partikel fasa diam harus seragam. Contoh fase diam, antara lain alumunium, silica
gel, arang, bauksit, magnesium karbonat, pati, dan selulosa. Fase gerak dapat
berupa pelarut tunggal atau campuran beberapa pelarut dengan komposisi tertentu.
Pelarut dapat merupakan pelarut polar dan pelarut nonpolar. Kromatografi kolom
bertujuan untuk purifikasi dan isolasi komponen dari suatu campurannya.4
Teknik pemisahan kromatografi kolom dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
partisi dan adsorpsi. Kromatografi kolom partisi sangat mirip dengan kromatografi
9

kolom adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari penyerap yang
digunakan. Pada kromatografi kolom partisi penyerapnya berupa materi padat berpori
seperti selulosa atau silika gel yang permukaannya dilapisi zat cair (biasanya air).
Dalam hal ini zat padat hanya berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair
sebagai fase diamnya. Fase diam zat cair umumnya diadsorpsikan pada penyangga
padat yang sejauh mungkin inert terhadap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan.
Penyangga pada umumnya bersifat polar dan fase diam lebih polar dari pada fase
bergerak. Dalam kromatografi partisi fase bergeraknya dapat berupa zat cair dan gas
yang mengalir membawa komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika fase
bergeraknya dari zat cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair. Teknik ini
banyak digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa organik maupun anorganik.
Kromatografi kolom dilihat dari jenis fase diam dan fase geraknya dapat
dibedakan menjadi kromatografi fase normal dan kromatografi fase terbalik. Pada
kromatografi fase normal, fase diamnya bersifat polar sedangkan fase geraknya
bersifat non polar. Kromatografi fase terbalik memiliki fase diam yang bersifat non
polar, sedangkan fase geraknya bersifat polar.

Prinsip Kerja Kromatografi Kolom


Prinsip kromatografi kolom adsorpsi adalah komponenkomponen dalam
sampel akan terikat pada fase diam dalam kolom dengan afinitas yang berbeda-beda.
Sehingga apabila kolom dialiri dengan cairan (fase gerak) secara kontinyu maka
komponen-komponen dalam sampel akan terelusi atau terbawa oleh fase gerak nya
hingga keluar dari kolom. Komponen yang pertama kali dielusi oleh fase gerak ialah
komponen yang paling lemah terikat pada adsorben (fase diam). Komponen
komponen lainnya akan dielusi menurut urutan afinitasnya terhadap adsorben,
sehingga terjadi pemisahan pada komponen komponen tersebut. Komponen yang
mempunyai afinitas besar terhadap fase diam akan secara selektif tertahan dan keluar
dari kolom lebih lama. Sedangkan komponen yang afinitasnya paling kecil akan
mengikuti aliran pelarut dan keluar dari kolom lebih dulu.4 Berikut merupakan
tahapan pemisahan dalam kromatografi kolom:
10

1) Sampel yang dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui atas kolom
dan dibiarkan mengalir ke dalam adsorben (bahan penyerap).
2) Komponen dalam sampel diadsorbsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan
penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom.
3) Dengan penambahan pelarut secara terus menerus, masing-masing komponen
akan bergerak turun melalui kolom dan akan terbentuk pita yang setiap zona
berisi satu macam komponen.
4) Setiap zona yang keluar kolom dapat ditampung dengan sempurna sebelum
zona yang lain keluar kolom.

Gambar 3 Pemisahan komponen dengan kromatografi kolom.

Pemisahan tergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang


antarmuka di antara butiran-butiran adsorben dan fase gerak serta kelarutan relatif
komponen pada fase bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen dan pelarut
terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada permukaan adsorben sehingga menimbulkan
proses dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan beberapa saat di permukaan
adsorben dan masuk kembali pada fase gerak. Pada saat teradsorpsi komponen
dipaksa untuk berpindah oleh aliran fase gerak yang ditambahkan secara kontinyu.
11

Akibatnya hanya komponen yang mempunyai afinitas lebih besar terhadap adsorben
akan secara selektif tertahan. Komponen dengan afinitas paling kecil akan bergerak
lebih cepat mengikuti aliran fase gerak (Gambar 3). Pengumpulan fraksi dapat
dilakukan secara manual dengan menggunakan tabung reaksi yang sebekumnya
diberi tanda sesuai dengan volume yang diinginkan atau pada waktu tertentu yang
ditetapkan sebelumnya. Pengumpulan ini dapat juga dilakukan secara otomatis
dengan bantuan kolektor fraksi. Jika tidak ada prosedur tentang jumlah tiap fraksi
yang harus dikumpulakn maka biasanya diambil pendekatan yakni 2-5% dari volume
total (cair + padat). Deteksi komponen dapat dilakukan dengan teknik analisis seperti
cara-cara spektoskopi, KLT, dsb.

Analisis Hasil Pemisahan dengan Kromatografi Kolom


Jika fraksi yang diperoleh berwarna, maka fraksi dapat digabungkan
berdasarkan kesaman warna. Akan tetapi jika fraksinya tidak berwarna,
penggabunagn fraksi dapat dilakukan bedasarkan hasil KLT. Kromatografi kolom
yang konvensional tidak dilengkapi dengan detektor, namun sekarang dapat
digunakan dengan mengalirkan eluate pada detektor untuk mendeteksi komponen.
Cara yang paling umum digunakan dan mudah dikerjakan adalah dengan memonitor
fraksi dengan KLT. Fraksi yang mempunyai profil bercak KLT yang mirip, akan
digabungkan. Selanjutnya gabungan ini dapat dianalisis lebih lanjut.

Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Kolom


Kelebihan kromatografi kolom, yaitu dapat digunakan untuk analisis dan
aplikasi preparatif, digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran,
digunakan untuk memisahkan dan purifikasi substansi. Sedangkan kekurangan
kromatografi kolom, yaitu untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan
teknik dan manual. Metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama (time
consuming).
12

KROMATOGRAFI GAS (KG)

GC (Gas Chromatography) merupakan metode untuk pemisahan dan deteksi


senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa-senyawa gas
anorganik dalam suatu campuran. GC menggunakan gas sebagai gas pembawa/fase
geraknya. Gas yang digunakan sebagai fase gerak merupakan gas-gas berkemurnian
tinggi, seperti helium, argon, hidrogen, dan nitrogen. Terdapat 2 jenis kromatografi
gas berdasarkan fase diam yang digunakan, yaitu :
1. Kromatografi gascair (KGC), merupakan kromatografi gas yang fase
diamnya berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga sampel
akan terlarut dalam fase diam.
2. Kromatografi gas-padat (KGP), merupakan kromatografi gas yang fase
diamnya berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik.

GC dapat digunakan untuk menguji kemurnian dari bahan tertentu, atau


memisahkan berbagai komponen dari campuran. Kromatografi gas memisahkan suatu
campuran berdasarkan kecepatan migrasinya di dalam fase diam yang dibawa oleh
fase gerak. Sedangkan perbedaan migrasi ini disebabkan oleh adanya perbedaan
interaksi diantara senyawa-senyawa kimia tersebut (di dalam campuran) dengan fase
diam dan fase geraknya. Interaksi yang terjadi, yaitu adsorbsi, partisi, dan penukar
ion.5 Kromatografi gas digunakan untuk analisa kualitatif dan analisa kuantitatif.
Sistem kromatografi gas terdiri dari beberapa bagian (Gambar 4), yaitu tabung gas
pembawa, pengontrolan aliran, tempat injeksi sampel, kolom, detector, dan rekorder.

Gambar 4 Sistem kromatografi gas.


13

1. Gas Pembawa
Gas yang digunakan sebagai fase gerak harus memenuhi beberapa
persyaratan, yaitu harus inert, tidak bereaksi dengan cuplikan, cuplikan-
pelarut, dan material dalam kolom, murni dan mudah diperoleh serta murah,
sesuai/cocok untuk detektor dan harus mengurangi difusi gas. Pemilihan gas
pengangkut atau pembawa ditentukan oleh ditektor yang digunakan. Tabung
gas pembawa dilengkapi dengan pengatur tekanan keluaran dan pengukur
tekanan. Sebelum masuk ke kromatografi, ada pengukur kecepatan aliran gas
serta sistem penapis molekuler untuk memisahkan air dan pengotor gas
lainnya. Gas-gas yang sering dipakai adalah helium, argon, nitrogen, karbon
dioksida dan hidrogen. Gas helium dan argon sangat baik, tidak mudah
terbakar, tetapi sangat mahal. H2 mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati
dalam pemakaiannya. Kadang-kadang digunakan juga CO2.
2. Tempat Injeksi Sampel
Dalam kromatografi gas cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Gas
dan uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa
organik berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa
yang berbentuk cairan dan padatan harus diuapkan terlebih dahulu dengan
cara pemanasan dengan oven sebelum masuk ke dalam kolom. Sampel
dimasukkan ke dalam kolom dengan cara menginjeksikan melalui tempat
injeksi. Hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan jarum injeksi yang sering
disebut "a gas tight syringe"
3. Kolom
Terdapat 2 jenis kolom yang digunakan dalam GC, yaitu kolom kemas
dan kolom kapiler. Kolom kemas berupa tabung yang terbuat dari gelas atau
stainless berisi suatu padatan inert yang dikemas secara rapi. Sedangkan
kolom kapiler biasanya terbuat dari silica dengan lapisan poliamida.
14

Gambar 5 Kolom kemas dan kapiler

4. Temperatur kolom
Temperatur kolom dapat bervariasi antara 50 C sampai 250 C.
Temperatur kolom lebih rendah daripada septum injeksi pada oven, sehingga
beberapa komponen campuran dapat berkondensasi pada awal kolom.
Temperature kolom dimulai pada suhu rendah dan kemudian terus menerus
menjadi lebih panas dibawah pengawasan komputer ketika analisis
berlangsung.
5. Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang
telah dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat, dan akurat. Fungsi
umumnya mengubah sifat-sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus
listrik kemudian arus listrik tersebut diteruskan ke rekorder untuk
menghasilkan kromatogram. Detektor yang umum digunakan antara lain:
a. Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_ TCD)
b. Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector_ FID)
c. Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector _ECD)
d. Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector _FPD)
e. Detektor nyala alkali
f. Detektor spektroskopi massa
15

Detektor yang paling umum digunakan dalam GC adalah detektor ionisasi


nyala (FID) dan detektor kondutivitas termal (TCD). Kedunya peka terhadap
berbagai komponen dan dapat berfungsi pada berbagai konsentrasi.
6. Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang
diperkuat melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari
kromatogram yang diperoleh dapat dilakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara membandingkan waktu retensi
sampel dengan standar. Analisis kuantitatif dengan menghitung luas area
maupun tinggi dari kromatogram. Sinyal analitik yang dihasilkan detektor
disambungkan oleh rangkaian elektronik agar bisa diolah oleh rekorder atau
sistem data. Komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya (software)
digunakan untuk digitalisasi signal detektor dan mempunyai beberapa fungsi
antara lain:
Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti: aliran fase gas;
suhu oven dan pemrograman suhu; serta penyuntikan sampel secara otomatis.
Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan
menggunakan grafik berwarna.
Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan
statistik.
Menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu.

Hasil rekordernya adalah sebuah kromatogram berbentuk peak-peak


dengan pola yang sesuai dengan kondisi sampel dan jenis detektor yang
digunakan. Ada beberapa detektor yang dapat digunakan dalam kromatografi
gas. Detektor yang berbeda akan memberikan berbagai jenis selektivitas.
Detektor non selektif merespon senyawa kecuali gas pembawa. Detektor
selektif meresponi berbagai senyawa dengan sifat fisik atau kimia umum dan
detektor khusus hanya menanggapi suatu senyawa kimia tunggal.
16

Prinsip Kerja Kromatografi Gas


. Komponen-komponen dalam sampel harus dapat berubah fase menjadi uap
pada suhu operasional GC dan tidak boleh terdekomposisi pada suhu tinggi, sehingga
dapat terjadi pemisahan komponen. Gas pembawa (biasanya digunakan Helium,
Argon atau Nitrogen) dengan tekanan tertentu dialirkan secara konstan melalui kolom
yang berisi fase diam. Selanjutnya sampel di injeksikan kedalam injektor (Injection
Port) yang suhunya dapat diatur. Komponen- komponen dalam sampel akan segera
menjadi uap dan akan dibawa oleh aliran gas pembawa menuju kolom. Komponen-
komponen akan teradsorpsi oleh fase diam pada kolom kemudian akan merambat
dengan kecepatan berbeda sesuai dengan nilai Kd (konstanta distribusi) masing-
masing komponen sehingga terjadi pemisahan. Komponen yang terpisah menuju
detektor dan akan terbakar menghasilkan sinyal listrik. Sinyal tersebut kemudian
diperkuat oleh amplifier dan selanjutnya oleh pencatat (recorder) dituliskan sebagai
kromatogram berupa puncak. Puncak konsentrasi yang diperoleh menggambarkan
arus detektor terhadap waktu. Komponen-komponen yang terelusi dikenali (analisa
kualitatif) dari nilai waktu retensinya (Tr).

Proses pemisahan pada kolom


Beberapa hal yang dapat terjadi pada molekul tertentu dalam campuran yang
diinjeksikan pada kolom:
Molekul dapat berkondensasi pada fase diam.
Molekul dapat larut dalam cairan pada permukaan fase diam
Molekul dapat tetap pada fase gas
Dari ketiga kemungkinan itu, tidak satupun yang bersifat permanen. Senyawa
yang mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari temperatur kolom secara jelas
cenderung akan berkondensasi pada bagian awal kolom. Namun, beberapa bagian
dari senyawa tersebut akan menguap kembali dengan dengan jalan yang sama seperti
air yang menguap saat udara panas, meskipun temperatur dibawah 1000C.
Peluangnya akan berkondensasi lebih sedikit selama berada didalam kolom. Sama
halnya untuk beberapa molekul dapat larut dalam fase diam berupa zat cair. Beberapa
17

senyawa akan lebih mudah larut dalam cairan dibanding yang lainnya. Senyawa yang
lebih mudah larut akan menghabiskan waktunya untuk diserap pada fase diam:
sedangkan senyawa yang suka larut akan menghabiskan waktunya lebih banyak
dalam fase gas.5
Proses dimana zat membagi dirinya menjadi dua pelarut yang tidak saling
bercampur disebabkan karena adanya perbedaan kelarutan. Kondisi dimana kelarutan
dalam satu pelarut lebih mudah dibanding dengan pelarut lainnya disebut sebagai
partisi. Beberapa molekul dalam substansi menghabiskan waktu untuk larut dalam
cairan dan beberapa lainnya menghabiskan waktu untuk bergerak bersama-sama
dengan gas.

Analisis Hasil Pemisahan dengan Kromatografi Gas


Hasil pemisahan dengan kromatografi gas berupa kromatogram (Gambar 7)
yang merupakan peak-peak dengan pola yang sesuai dengan kondisi sampel. Peak-
peak tersebut menunjukkan komponen-komponen yang sudah dipisahkan.
Kromatogram menggambarkan hubungan antara waktu retensi (sumbu x) dengan
intensitas (sumbu y) dari masing-masing komponen. Analisis komponen hasil
pemisahan dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Komponen dapat
diidentifikasi secara kualitatif dengan membandingkan waktu retensi antara
komponen hasil pemisahan dengan waktu retensi senyawa standar. Jika pemisahan ini
betul-betul sempurna, volumenya (konsentrasinya) dapat ditentukan dengan tingkat
keakuratan yang sangat tinggi. Berikut ini metoda analisis (penentuan volumetrik)
yang digunakan dalam GC:
1) Metode persentase luas permukaan (surface area percentage method)
2) Metode pengaturan persentase luas permukaan (adjusted surface area
percentage method)
3) Metode kurva kalibrasi absolut (absolute calibration curve method)
4) Metode internal standard (internal standard method)
18

Gambar 7 Kromatgoram hasil pemisahan komponen dengan GC

Waktu retensi
Waktu yang digunakan oleh senyawa tertentu untuk bergerak melalui kolom
menuju ke detektor disebut sebagi waktu retensi. Waktu ini diukur berdasarkan waktu
dari saat sampel diinjeksikan pada titik dimana tampilan menunujukkan tinggi puncak
maksimum untuk senyawa itu. Setiap senyawa memiliki waktu retensi yang berbeda.
Untuk senyawa tertentu, waktu retensi sangat bervariasi dan bergantung pada titik
didih senyawa. Senyawa yang mendidih pada temperatur yang lebih tinggi daripada
temperatur kolom, akan menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk
berkondensasi sebagai cairan pada awal kolom. Dengan demikian, titik didih yang
tinggi akan memiliki waktu retensi yang lama. Senyawa yang lebih mudah larut
dalam fase cair, akan mempunyai waktu lebih singkat untuk dibawa oleh gas
pembawa. Kelarutan yang tinggi dalam fase cair akan menghasilkan waktu retensi
yang lama.6
19

Penerapan kromatografi gas

1. Identifikasi senyawa
Identifikasi senyawa hasil pemisahan dapat dilakukan dengan
membandingkan waktu retensi antara senyawa hasil pemisahan dengan
waktu retennsi senyawa standar.
2. Analisis kuantitatif
Dengan asumsi bahwa luas puncak berbanding lurus dengan kadar
senyawa pada kondisi elusi yang sama, maka kadar sample dapat dihitung
sama dengan luas puncak sample dibagi luas puncak senyawa pembanding
kali kadar senyawa pembanding. Cara yang lebih sederhana adalah dengan
membuat kurva baku luas puncak versus kadar senyawa pembanding.
Kemudian dibuat persamaan garis lurus dan dibuat kurva regresinya. Namun
untuk memperkecil kesalahan pengukuran volume sample yang diinjeksikan
maka untuk analisis kuantitatif digunakan standar eksternal, standar internal
dan metode penambahan. Selain untuk keperluan identifikasi, kromatografi
gas juga digunakan untuk melihat kemurnian suatu bahan. Bila sample selalu
memberikan puncak tunggal pada kondisi yang berbeda (kolom, fase gerak,
dll) maka bahan tersebut adalah murni.

Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Kromatografi Gas


Kelebihan menggunakan kromatografi gas, yaitu analisisnya cepat (umumnya
dapat dilakukan dalam beberapa menit saja), detektornya sensitif. akurasi tinggi, non-
destruktif, dan sampel yang diperlukan kecil (l). Sedangkan kekurangannya, yaitu
hanya untuk komponen volatil atau yang dapat diuapkan, tidak baik untuk komponen
yang tidak stabil akibat suhu yang tinggi dan beberapa komponen dalam sampel
mungkin membutuhkan preparasi yang rumit seperti analisis asam lemak.
20

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

Kromatografi cair kinerja tinggi merupakan salah satu metode kromatografi


cair yang menggunakan fase diam yang ditempatkan dalam suatu kolom tertutup dan
fase geraknya berupa pelarut yang dialirkan dengan cepat ke dalam kolom dengan
bantuan tekanan. KCKT digunnakan untuk pemisahan sejumlah senyawa organic,
anorganik, maupun senyawa biologis, analisis senyawa senyawa yang tiidak
menguap, penentuan molekul molekul netral, ionik, maupun zwitter ion, isolasi dan
pemurnian senyawa, pemisahan senyawa senyawa dalam jumlah yang sedikit.
KCKT merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk
analisis kualitatif maupun kuantitatif. 6

Prinsip Kerja Kromatografi Cair Kinerja Tinggi


Prinsip kerja KCKT yaitu dengan bantuan pompa fasa gerak cair dialirkan
melalui kolom ke detektor. Sampel dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak dengan
cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen
campuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam.
Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom
lebih dulu. Sebaliknya, solut-solut yang kuat berinteraksi dengan fasa diam maka
solute-solut tersebut akan keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam
dalam bentuk kromatogram kromatografi gas. Seperti pada kromatografi gas, jumlah
peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer dapat
digunakan untuk mengontrol kerja sistem KCKT dan mengumpulkan serta mengolah
data hasil pengukuran KCKT.7 Instrumen KCKT terdiri dari 8 komponen pokok,
yaitu tangki penyedia pelarut fase bergerak (reservoir), pompa tekanan tinggi,
monitor tekanan, injector, thermostat, kolom, detektor, kolektor fase gerak
(penampung), dan rekorder.
21

Gambar 6 Sistem kromatografi cair kinerja tinggi

Instrumentasi Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi, yaitu:

1. Fasa Gerak
Fasa gerak dalam KCKT adalah berupa zat cair dan disebut juga eluen
atau pelarut. Berbeda dengan kromatografi gas, KCKT mempunyai lebih
banyak pilihan fasa gerak dibandingkan dengan fasa gerak untuk kromatografi
gas. Dalam kromatografi gas, fasa gerak hanya sebagai pembawa solut
melewati kolom menuju detektor. Sebaliknya dalam KCKT, fasa gerak selain
berfungsi membawa komponen-komponen campuran menuju detektor, fasa
gerak dapat berinteraksi dengan solut-solut.7 Oleh karena itu, fasa gerak
dalam KCKT merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses
pemisahan.

Zat cair (fase gerak) yang akan digunakan sebagai fasa gerak KCKT harus memenuhi
beberapa persyaratan berikut:
1) Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang akan
di analisis.
2) Zat cair harus murni sekali untuk menghindarkan masuknya kotoran yang
dapat menganggu interpretasi kromatogram.
22

3) Zat cair harus jernih sekali untuk menghindarkan penyumbatan pada kolom.
4) Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar, dan tidak
beracun.
5) Zat cair tidak kental.
6) Sesuai dengan detektor.

Jenis fase gerak


Fase gerak untuk kromatografi partisi, adsorpsi, dan penukar ion bersifat
interaktif dalam arti fasa gerak berinteraksi dengan komponen-komponen sampel.
Akibatnya, waktu retensi sangat dipengaruhi oleh jenis pelarut. Sebaliknya fasa gerak
untuk kromatografi eksklusi bersifat non interaktif. Oleh karena itu, waktu retensi
dengan kromatografi ini tidak bergantung pada komposisi fasa gerak.

2. Fase Diam
Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silica yang dimodifikasi secara
kimiawi, silica yang tidak dimodifikasi, atau polimer polimer stiren dan
divinil benzene. Permukaan silica bersifat polar dan sedikit asam karena
adanya gugus silanol (Si-OH).
3. Pompa (Pump)
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui
kolom. Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant
pressure) dan pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan
konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa
syringe. Pompa reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut
teratur (pulsating), oleh karena itu membutuhkan peredam elektronik untuk,
menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif
terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas.
Pompa syringe memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya
terbatas.
KCKT dioperasikan pada tekanan tinggi, rata-rata 8.000 psi, tetapi
beberapa peralatan KCKT dioperasikan pada tekanan yang lebih besar lagi.
23

Tekanan yang dihasilkan oleh pompa harus dapat diamati, dan ini dilakukan
dengan peralatan yang dapat mengendalikan (memonitor) secara langsung
besarnya tekanan. Dengan adanya monitor tekanan, maka besarnya tekanan
dapat dikendalikan.
2. Injektor (injector)
Injektor berfungsi sebagai tempat memasukkan cuplikan/sampel dengan
bantuan syringe. Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus
dengan disturbansi yang minimum dari material kolom. Ada dua model
umum:
a. Stopped Flow
b. Solvent Flowing
Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan, yaitu Stop-Flow, Septum,
dan Loop Valve.
3. Kolom (Column)
Kolom untuk KCKT dikemas dalam tabung baja tahan karat atau
bahan lain yang inert, dan tahan tekanan tinggi. Kolom ditempatkan di dalam
ruang yang bersuhu tetap (konstan). Berhasil atau gagalnya suatu analisis
tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Jenis
kolom yang digunakan tergantung komponen-komponen yang dipisahkan,
sistem kromatografi (pasangan ion, normal, sungsang), jenis kromatografi
(partisi, adsorpsi, size exlusion, afinitas, penukar ion, dil.). Di dalam
perdagangan dikenal berbagai macam kolom, misalnya LiChrosorb,
LiChrospher, Perisorb, dan iain sebagainya. Kolom dapat dibagi menjadi dua
kelompok :
a. Kolom analitik : Diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom tergantung pada
jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang yang
digunakan adalah 50 -100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, 10 -30
cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
b. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan
panjang kolom 25 -100 cm.
24

4. Detektor.
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen
sampel di dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis
kuantitatif). Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan
(noise) yang rendah, kisaran respons linier yang luas, dan memberi respons
untuk semua tipe senyawa. Detektor KCKT yang umum digunakan adalah
detektor UV 254 nm. Variabel panjang gelombang dapat digunakan untuk
mendeteksi banyak senyawa dengan range yang lebih luas. Detektor indeks
refraksi juga digunakan secara luas, terutama pada kromatografi eksklusi,
tetapi umumnya kurang sensitif jika dibandingkan dengan detektor UV.
Detektor-detektor lainnya antara lain: detektor fluorometer, detektor
spektrofotometer massa , detektor lonisasi nyala, detektor refraksi lndeks,
detektor elektrokimia, dan detektor reaksi kimia.
7. Kolektor Fase Gerak
Kolektor atau penampung eluat digunakan untuk menampung eluat
yang sudah melalui detektor. Beberapa peralatan lainya dapat digabungkan,
misalnya alat pencatat data (recorder), pengontrol pompa dan pemrogram
operasi.

Analisis Hasil Pemisahan dengan KCKT


ANALISIS KUANTITATIF
1. Metode Persentase Tinggi / Lebar Puncak
Metoda ini disebut juga Metode Normalisasi Internal. Untuk analisis
kuantitatif diasumsikan bahwa lebar atau tinggi Puncak (Peak) sebanding
(proportional) dengan kadar / konsentrasi zat yang menghasilkan puncak.
Dalam metode yang paling sederhana diukur lebar atau tinggi puncak, yang
kemudian dinormalisasi (ini berarti bahwa setiap lebar atau tinggi puncak
25

diekspresikan sebagai suatu persentase dari total). Hasil normalisasi dari lebar
atau tinggi puncak memberikan komposisi dari campuran yang dianalisis.
2. Metode Baku Luar (External Standard Method)
Pada metoda ini dibuat suatu baku/standard yang mengandung
senyawa-senyawa yang akan ditetapkan kadarnya. Idealnya jumlah baku sama
dengan jumlah bahan yang akan dianalisis, dan akan membandingkan
kromatogram baku dengan kromatogram sampel. Kromatogram baku dapat
dihitung dengan suatu respons faktor untuk setiap puncak yang diinginkan,
respons faktor memberi intormasi tentang konsentrasi komponen yang
dihasilkan oleh satuan respons detektor (unit detector respons) :


Respons Faktor

Kelebihan dan Kekurangan KCKT


Kelebihan metode analisis dengan KCKT antara lain: kerja lebih mudah
dengan automatisasi dalam prosedur analisis dan pengolahan data, volume sampel
kecil, daya pisah tinggi, merupakan metode analitis yang cepat, peka, akurat, tepat,
dan reproducible serta preparative, dapat digunakan untuk analisis sampel organik
dan anorganik, bersifat volatile dan non-volatil, stabil dan tidak stabil secara thermal,
pilihan fasa diam dan fasa geraknya luas.
Kekurangan metode analisis dengan KCKT antara lain: larutan harus dicari
fase diamnya terlebih dahulu, hanya bisa digunakan untuk asam organic, harus
mengetahui kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan gradient elusi,
harganya mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang terbatas.
26

DAFTAR PUSTAKA

1. Johnson EL, Steven son R. Basic liquid chromatography. California: Varian;


2005.
2. VOGEL. Textbook of Quantitative Chemical Analysis. Longman Scientific &
Technical. Inc. New York: John Wiley & Sons; 2003.
3. Lindsay, S. High performance liquid chrotomagraphy. New York, Brisbane,
Toronto, Singapore: John Wiley &Sons; 2005.
4. Snyder, L. R and Kirkland J.J. Introduction to modern liquid chromatography.
NewYork, Chihester, Briebane, Toronto, Singapore: John Wiley & Sons.Inc;
2007.
5. Albert K. On-Line LC-NMR and Related Techniques. England: John Wiley &
Sons Ltd; 2007.
6. Sadek PC. The HPLC Solvent Guide. Wiley Interscience. New York: John
Wiley & Sons.Inc; 2002.
7. Synder LR, Kirkland JJ, Glaich JL. Practical HPLC Method Development.
New York: Wiley-Interscience; 2007.
27

DAFTAR ISI

KROMATOGRAFI .................................................................................................................. 1
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) ................................................................................ 2
Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis................................................................................ 3
Analisis Hasil Pemisahan dengan KLT ................................................................................ 4
Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis ......................................................... 5
KOMATOGRAFI KERTAS .................................................................................................... 5
Prinsip Kerja Kromatografi Kertas ....................................................................................... 6
Analisis Hasil Pemisahan dengan Kromatografi Kertas ....................................................... 7
Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Kertas: ................................................................ 8
KROMATOGRAFI KOLOM ................................................................................................... 8
Prinsip Kerja Kromatografi Kolom....................................................................................... 9
Analisis Hasil Pemisahan dengan Kromatografi Kolom .................................................... 11
Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Kolom .............................................................. 11
KROMATOGRAFI GAS (KG) .............................................................................................. 12
Prinsip Kerja Kromatografi Gas ......................................................................................... 16
Analisis Hasil Pemisahan dengan Kromatografi Gas ......................................................... 17
Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Kromatografi Gas ........................................... 19
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) ....................................................... 20
Prinsip Kerja Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ................................................................ 20
Analisis Hasil Pemisahan dengan KCKT ........................................................................... 24
Kelebihan dan Kekurangan KCKT ..................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 26
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 27

Anda mungkin juga menyukai