Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
pada fase diam. Komponen-komponen yang berbeda dari campuran berjalan pada
tingkat yang berbeda. Eluen akan mengelusi sampel hingga mencapai garis akhir,
sehingga terjadi pemisahan komponen-komponen. Hasil pemisahan komponen dalam
sampel terlihat dalam bentuk spot-spot yang terpisah. Spot-spot yang tidak terlihat
dapat diamati pada lampu UV ataupun disemprot dengan senyawa tertentu, seperti
kalium kromat, asam sulfat pekat dalam alkohol 96%, atau ninhidrin.3
Analisa kualitatif dengan KLT dapat dilakukan untuk uji identifikasi senyawa
baku. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi
senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari
senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh
senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal.
Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1. Beberapa kepustakaan
menyatakan bahwa nilai Rf yang menunjukkan pemisahan yang cukup baik berkisar
antara 0.2 0.8. Perhitungan nilai Rf didasarkan atas rumus :
Rf =
KOMATOGRAFI KERTAS
Jika pemisahan komponen dalam sampel menghasilkan spot atau noda yang tidak
berwarna maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut, yaitu menyemprot kertas
dengan pereaksi penimbul warna seperti ditizon, ninhidrin, kalium kromat,
ammonium sulfide dll, menyinari kertas dengan sinar ultraviolet, menyemprotkan
kertas pada uap iodium atau menentukan harga Rf nya.
KROMATOGRAFI KOLOM
kolom adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari penyerap yang
digunakan. Pada kromatografi kolom partisi penyerapnya berupa materi padat berpori
seperti selulosa atau silika gel yang permukaannya dilapisi zat cair (biasanya air).
Dalam hal ini zat padat hanya berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair
sebagai fase diamnya. Fase diam zat cair umumnya diadsorpsikan pada penyangga
padat yang sejauh mungkin inert terhadap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan.
Penyangga pada umumnya bersifat polar dan fase diam lebih polar dari pada fase
bergerak. Dalam kromatografi partisi fase bergeraknya dapat berupa zat cair dan gas
yang mengalir membawa komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika fase
bergeraknya dari zat cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair. Teknik ini
banyak digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa organik maupun anorganik.
Kromatografi kolom dilihat dari jenis fase diam dan fase geraknya dapat
dibedakan menjadi kromatografi fase normal dan kromatografi fase terbalik. Pada
kromatografi fase normal, fase diamnya bersifat polar sedangkan fase geraknya
bersifat non polar. Kromatografi fase terbalik memiliki fase diam yang bersifat non
polar, sedangkan fase geraknya bersifat polar.
1) Sampel yang dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui atas kolom
dan dibiarkan mengalir ke dalam adsorben (bahan penyerap).
2) Komponen dalam sampel diadsorbsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan
penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom.
3) Dengan penambahan pelarut secara terus menerus, masing-masing komponen
akan bergerak turun melalui kolom dan akan terbentuk pita yang setiap zona
berisi satu macam komponen.
4) Setiap zona yang keluar kolom dapat ditampung dengan sempurna sebelum
zona yang lain keluar kolom.
Akibatnya hanya komponen yang mempunyai afinitas lebih besar terhadap adsorben
akan secara selektif tertahan. Komponen dengan afinitas paling kecil akan bergerak
lebih cepat mengikuti aliran fase gerak (Gambar 3). Pengumpulan fraksi dapat
dilakukan secara manual dengan menggunakan tabung reaksi yang sebekumnya
diberi tanda sesuai dengan volume yang diinginkan atau pada waktu tertentu yang
ditetapkan sebelumnya. Pengumpulan ini dapat juga dilakukan secara otomatis
dengan bantuan kolektor fraksi. Jika tidak ada prosedur tentang jumlah tiap fraksi
yang harus dikumpulakn maka biasanya diambil pendekatan yakni 2-5% dari volume
total (cair + padat). Deteksi komponen dapat dilakukan dengan teknik analisis seperti
cara-cara spektoskopi, KLT, dsb.
1. Gas Pembawa
Gas yang digunakan sebagai fase gerak harus memenuhi beberapa
persyaratan, yaitu harus inert, tidak bereaksi dengan cuplikan, cuplikan-
pelarut, dan material dalam kolom, murni dan mudah diperoleh serta murah,
sesuai/cocok untuk detektor dan harus mengurangi difusi gas. Pemilihan gas
pengangkut atau pembawa ditentukan oleh ditektor yang digunakan. Tabung
gas pembawa dilengkapi dengan pengatur tekanan keluaran dan pengukur
tekanan. Sebelum masuk ke kromatografi, ada pengukur kecepatan aliran gas
serta sistem penapis molekuler untuk memisahkan air dan pengotor gas
lainnya. Gas-gas yang sering dipakai adalah helium, argon, nitrogen, karbon
dioksida dan hidrogen. Gas helium dan argon sangat baik, tidak mudah
terbakar, tetapi sangat mahal. H2 mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati
dalam pemakaiannya. Kadang-kadang digunakan juga CO2.
2. Tempat Injeksi Sampel
Dalam kromatografi gas cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Gas
dan uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa
organik berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa
yang berbentuk cairan dan padatan harus diuapkan terlebih dahulu dengan
cara pemanasan dengan oven sebelum masuk ke dalam kolom. Sampel
dimasukkan ke dalam kolom dengan cara menginjeksikan melalui tempat
injeksi. Hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan jarum injeksi yang sering
disebut "a gas tight syringe"
3. Kolom
Terdapat 2 jenis kolom yang digunakan dalam GC, yaitu kolom kemas
dan kolom kapiler. Kolom kemas berupa tabung yang terbuat dari gelas atau
stainless berisi suatu padatan inert yang dikemas secara rapi. Sedangkan
kolom kapiler biasanya terbuat dari silica dengan lapisan poliamida.
14
4. Temperatur kolom
Temperatur kolom dapat bervariasi antara 50 C sampai 250 C.
Temperatur kolom lebih rendah daripada septum injeksi pada oven, sehingga
beberapa komponen campuran dapat berkondensasi pada awal kolom.
Temperature kolom dimulai pada suhu rendah dan kemudian terus menerus
menjadi lebih panas dibawah pengawasan komputer ketika analisis
berlangsung.
5. Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang
telah dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat, dan akurat. Fungsi
umumnya mengubah sifat-sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus
listrik kemudian arus listrik tersebut diteruskan ke rekorder untuk
menghasilkan kromatogram. Detektor yang umum digunakan antara lain:
a. Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_ TCD)
b. Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector_ FID)
c. Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector _ECD)
d. Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector _FPD)
e. Detektor nyala alkali
f. Detektor spektroskopi massa
15
senyawa akan lebih mudah larut dalam cairan dibanding yang lainnya. Senyawa yang
lebih mudah larut akan menghabiskan waktunya untuk diserap pada fase diam:
sedangkan senyawa yang suka larut akan menghabiskan waktunya lebih banyak
dalam fase gas.5
Proses dimana zat membagi dirinya menjadi dua pelarut yang tidak saling
bercampur disebabkan karena adanya perbedaan kelarutan. Kondisi dimana kelarutan
dalam satu pelarut lebih mudah dibanding dengan pelarut lainnya disebut sebagai
partisi. Beberapa molekul dalam substansi menghabiskan waktu untuk larut dalam
cairan dan beberapa lainnya menghabiskan waktu untuk bergerak bersama-sama
dengan gas.
Waktu retensi
Waktu yang digunakan oleh senyawa tertentu untuk bergerak melalui kolom
menuju ke detektor disebut sebagi waktu retensi. Waktu ini diukur berdasarkan waktu
dari saat sampel diinjeksikan pada titik dimana tampilan menunujukkan tinggi puncak
maksimum untuk senyawa itu. Setiap senyawa memiliki waktu retensi yang berbeda.
Untuk senyawa tertentu, waktu retensi sangat bervariasi dan bergantung pada titik
didih senyawa. Senyawa yang mendidih pada temperatur yang lebih tinggi daripada
temperatur kolom, akan menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk
berkondensasi sebagai cairan pada awal kolom. Dengan demikian, titik didih yang
tinggi akan memiliki waktu retensi yang lama. Senyawa yang lebih mudah larut
dalam fase cair, akan mempunyai waktu lebih singkat untuk dibawa oleh gas
pembawa. Kelarutan yang tinggi dalam fase cair akan menghasilkan waktu retensi
yang lama.6
19
1. Identifikasi senyawa
Identifikasi senyawa hasil pemisahan dapat dilakukan dengan
membandingkan waktu retensi antara senyawa hasil pemisahan dengan
waktu retennsi senyawa standar.
2. Analisis kuantitatif
Dengan asumsi bahwa luas puncak berbanding lurus dengan kadar
senyawa pada kondisi elusi yang sama, maka kadar sample dapat dihitung
sama dengan luas puncak sample dibagi luas puncak senyawa pembanding
kali kadar senyawa pembanding. Cara yang lebih sederhana adalah dengan
membuat kurva baku luas puncak versus kadar senyawa pembanding.
Kemudian dibuat persamaan garis lurus dan dibuat kurva regresinya. Namun
untuk memperkecil kesalahan pengukuran volume sample yang diinjeksikan
maka untuk analisis kuantitatif digunakan standar eksternal, standar internal
dan metode penambahan. Selain untuk keperluan identifikasi, kromatografi
gas juga digunakan untuk melihat kemurnian suatu bahan. Bila sample selalu
memberikan puncak tunggal pada kondisi yang berbeda (kolom, fase gerak,
dll) maka bahan tersebut adalah murni.
1. Fasa Gerak
Fasa gerak dalam KCKT adalah berupa zat cair dan disebut juga eluen
atau pelarut. Berbeda dengan kromatografi gas, KCKT mempunyai lebih
banyak pilihan fasa gerak dibandingkan dengan fasa gerak untuk kromatografi
gas. Dalam kromatografi gas, fasa gerak hanya sebagai pembawa solut
melewati kolom menuju detektor. Sebaliknya dalam KCKT, fasa gerak selain
berfungsi membawa komponen-komponen campuran menuju detektor, fasa
gerak dapat berinteraksi dengan solut-solut.7 Oleh karena itu, fasa gerak
dalam KCKT merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses
pemisahan.
Zat cair (fase gerak) yang akan digunakan sebagai fasa gerak KCKT harus memenuhi
beberapa persyaratan berikut:
1) Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang akan
di analisis.
2) Zat cair harus murni sekali untuk menghindarkan masuknya kotoran yang
dapat menganggu interpretasi kromatogram.
22
3) Zat cair harus jernih sekali untuk menghindarkan penyumbatan pada kolom.
4) Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar, dan tidak
beracun.
5) Zat cair tidak kental.
6) Sesuai dengan detektor.
2. Fase Diam
Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silica yang dimodifikasi secara
kimiawi, silica yang tidak dimodifikasi, atau polimer polimer stiren dan
divinil benzene. Permukaan silica bersifat polar dan sedikit asam karena
adanya gugus silanol (Si-OH).
3. Pompa (Pump)
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui
kolom. Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant
pressure) dan pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan
konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa
syringe. Pompa reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut
teratur (pulsating), oleh karena itu membutuhkan peredam elektronik untuk,
menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif
terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas.
Pompa syringe memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya
terbatas.
KCKT dioperasikan pada tekanan tinggi, rata-rata 8.000 psi, tetapi
beberapa peralatan KCKT dioperasikan pada tekanan yang lebih besar lagi.
23
Tekanan yang dihasilkan oleh pompa harus dapat diamati, dan ini dilakukan
dengan peralatan yang dapat mengendalikan (memonitor) secara langsung
besarnya tekanan. Dengan adanya monitor tekanan, maka besarnya tekanan
dapat dikendalikan.
2. Injektor (injector)
Injektor berfungsi sebagai tempat memasukkan cuplikan/sampel dengan
bantuan syringe. Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus
dengan disturbansi yang minimum dari material kolom. Ada dua model
umum:
a. Stopped Flow
b. Solvent Flowing
Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan, yaitu Stop-Flow, Septum,
dan Loop Valve.
3. Kolom (Column)
Kolom untuk KCKT dikemas dalam tabung baja tahan karat atau
bahan lain yang inert, dan tahan tekanan tinggi. Kolom ditempatkan di dalam
ruang yang bersuhu tetap (konstan). Berhasil atau gagalnya suatu analisis
tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Jenis
kolom yang digunakan tergantung komponen-komponen yang dipisahkan,
sistem kromatografi (pasangan ion, normal, sungsang), jenis kromatografi
(partisi, adsorpsi, size exlusion, afinitas, penukar ion, dil.). Di dalam
perdagangan dikenal berbagai macam kolom, misalnya LiChrosorb,
LiChrospher, Perisorb, dan iain sebagainya. Kolom dapat dibagi menjadi dua
kelompok :
a. Kolom analitik : Diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom tergantung pada
jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang yang
digunakan adalah 50 -100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, 10 -30
cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
b. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan
panjang kolom 25 -100 cm.
24
4. Detektor.
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen
sampel di dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis
kuantitatif). Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan
(noise) yang rendah, kisaran respons linier yang luas, dan memberi respons
untuk semua tipe senyawa. Detektor KCKT yang umum digunakan adalah
detektor UV 254 nm. Variabel panjang gelombang dapat digunakan untuk
mendeteksi banyak senyawa dengan range yang lebih luas. Detektor indeks
refraksi juga digunakan secara luas, terutama pada kromatografi eksklusi,
tetapi umumnya kurang sensitif jika dibandingkan dengan detektor UV.
Detektor-detektor lainnya antara lain: detektor fluorometer, detektor
spektrofotometer massa , detektor lonisasi nyala, detektor refraksi lndeks,
detektor elektrokimia, dan detektor reaksi kimia.
7. Kolektor Fase Gerak
Kolektor atau penampung eluat digunakan untuk menampung eluat
yang sudah melalui detektor. Beberapa peralatan lainya dapat digabungkan,
misalnya alat pencatat data (recorder), pengontrol pompa dan pemrogram
operasi.
diekspresikan sebagai suatu persentase dari total). Hasil normalisasi dari lebar
atau tinggi puncak memberikan komposisi dari campuran yang dianalisis.
2. Metode Baku Luar (External Standard Method)
Pada metoda ini dibuat suatu baku/standard yang mengandung
senyawa-senyawa yang akan ditetapkan kadarnya. Idealnya jumlah baku sama
dengan jumlah bahan yang akan dianalisis, dan akan membandingkan
kromatogram baku dengan kromatogram sampel. Kromatogram baku dapat
dihitung dengan suatu respons faktor untuk setiap puncak yang diinginkan,
respons faktor memberi intormasi tentang konsentrasi komponen yang
dihasilkan oleh satuan respons detektor (unit detector respons) :
Respons Faktor
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI
KROMATOGRAFI .................................................................................................................. 1
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) ................................................................................ 2
Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis................................................................................ 3
Analisis Hasil Pemisahan dengan KLT ................................................................................ 4
Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis ......................................................... 5
KOMATOGRAFI KERTAS .................................................................................................... 5
Prinsip Kerja Kromatografi Kertas ....................................................................................... 6
Analisis Hasil Pemisahan dengan Kromatografi Kertas ....................................................... 7
Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Kertas: ................................................................ 8
KROMATOGRAFI KOLOM ................................................................................................... 8
Prinsip Kerja Kromatografi Kolom....................................................................................... 9
Analisis Hasil Pemisahan dengan Kromatografi Kolom .................................................... 11
Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Kolom .............................................................. 11
KROMATOGRAFI GAS (KG) .............................................................................................. 12
Prinsip Kerja Kromatografi Gas ......................................................................................... 16
Analisis Hasil Pemisahan dengan Kromatografi Gas ......................................................... 17
Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Kromatografi Gas ........................................... 19
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) ....................................................... 20
Prinsip Kerja Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ................................................................ 20
Analisis Hasil Pemisahan dengan KCKT ........................................................................... 24
Kelebihan dan Kekurangan KCKT ..................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 26
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 27