Anda di halaman 1dari 19

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS


KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

OLEH:
NAMA : NUR AWALIAH PUTRISARI
STAMBUK : 15020200206
KELAS : C9
KELOMPOK : 2 (DUA)
ASISTEN : ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M. SI

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemisahan campuran menjadi komponen – komponennya adalah hal
yang sangat penting dalam semua cabang ilmu kimia. Salah satu teknik
pemisahan yang disukai adalah teknik kromatografi. Dengan menggunakan
metode kromatografi ini, dalam banyak hal yang berkaitan dengan
pemisahan telah terbukti jauh lebih cepat dan efektif daripada metode
lainnya.
Kromatografi merupakan teknik pemisahan campuran didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut
diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair
atau gas).
Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-
komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang
berbeda bergerak pada laju yang berbeda
Ada banyak pembagian metode pemisahan dengan kromatografi,
kromatografi terbagi mejadi kromatografi kolom, kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis, dan kromatografi lapis tipis.
Salah satu jenis metodekromatografi yang paling sering dipakai adalah
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa
murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan teknik
kromatografi
Dalam praktikum ini, akan di lakukan teknik pemisahan kromatografi
lapis tipis (KLT). KLT biasanya digunakan pada analisis kualitatif untuk
untuk menentukan jumlah komponen campuran, atau penentuan suatu zat.
Sehingga KLT merupakan teknik analisis yang cukup mudah dan praktis.
Pengerjaan KLTsendiri cukup sederhana dan cepat, serta tidak
NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI
15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

membutuhkan biaya yang mahal dalam alat dan bahannya, dan


menggunakan sampel dengan kuantitas yang sangat kecil.

1.2 Maksud Praktikum


Untuk mengetahui metode penentuan kimia dengan cara Kromatografi
Lapis Tipis ( KLT )

1.3 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tehnik pemisahan
dengan metode kromatografi Lapis Tipis (KLT)
2. Mahasiswa mampu melakukan tehnik pemisahan menggunakan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
3. Mahasiswa mampu menentukan dan mengindentifikan kation yang
dipisahkan dengan tehnik Kromatografi Lapis Tipis (KLT) berdasarkan
penampak bercak dan nilai Rf masing-masing

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

Kromatografi lapis tipis merupakan (KLT) termasuk kategori


kromatografi planar yang termasuk di dalamnya adalah kromatografi
kertas dan elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom yang fasa
diamnya diisikan atau ter-packing dalam kolom, kromatografi planar ini
fasa diamnya merupakan lapisan uniform bidang datar yang didukung oleh
plat kaca, aluminium atau plat selulosa dalam kromatografi kertas,
sedangkan fasa gerak yang juga sering disebut sebagai pelarut
pengembang akan bergerak sepanjang fasa diam dibawah pengaruh
kapiler, pengaruh gravitasi atau pengaruh potensial listrik. Dibanding
dengan jenis lain kromatogafi lapis tipis ini lebih mudah pelaksanaannya
dan lebih murah. (Tri Mulyono : 2012)
KLT biasanya digunakan pada analisis kualitatif untuk untuk
menentukan jumlah komponen campuran, atau penentuan suatu zat.
Sehingga KLT merupakan teknik analisis yang cukup mudah dan praktis.
HPTLC (High Performance Thin-Layer Chromatography) digunakan untuk
analisis secara kuantitatif. HPTLC merupakan salah satu pengembangan
KLT. Akan tetapi peralatan HPTLC sangat mahal dan cukup rumit. Oleh
karena itu, perlu adanya pengembangan analisis kuantitatif kromatografi
lapis tipis dengan biaya yang relatif murah dengan hasil yang akurat
(Hess,Amber. 2004).
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu contoh kromatografi planar.
Fase diamnya (Stationary Phase) berbentuk lapisan tipis yang melekat
pada gelas/kaca, plastic, alumunium. Sedangkan fase geraknya (Mobile
phase) berupa cairan atau campuran cairan, biasanya pelarut organik dan
kadang – kadang juga air. Fase diam yang berupa lapisan tipis ini dapat

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

dibuat dengan membentangkan/meratakan fase diam. (Tim dosen Kimia


UGM : 2013)
Sifat fase diam yang satu dengan fase diam yang lain berbeda karena
strukturnya, ukurannya, kemurniannya, zat tambahan sebagai pengikat,
dll. Fasa diam yang digunakan TLC tidak sama dengan yang digunakan
untuk kromatografi kolom terutama karena ukuran dan zat yang
ditambahkan. (Tim dosen Kimia UGM : 2013)
Salah satu fasa diam yang sering digunakan yaitu Silika gel, silika gel
merupakan fase diam yang sering digunakan pada TLC. Makin kecil
diameter akan makin lambat kecepatan air fase geraknya. Dengan
demikian mempengaruhi kualitas pemisahan. Luas permukaan silika gel
bervariasi dari 300 – 1000 m2/g. bersifat higroskopis, pada kelembaban
relative 45 – 75 % dapat mengikat air 7 – 20 %. (Tim dosen Kimia UGM :
2013)
Ada berbagai cara penggolongan teknik kromatografi, pertama
berdasarkan perbedaan teknik pengerjaan dikenal kromatografi elusi,
partisi dan pendesakan. Kedua berdasarkan jenis fasa yang dipakai
(mobil-stasioner) yaitu a) kromatografi gas-cair, b) kromatografi gas padat,
c) kromatografi cair-cair dan d) kromatografi cair-padat. Teori dasar
kromatografi pertama kali dikembangkan untuk kromatografi cair-cair oleh
Martin dan Synge. Metoda kromatografi planar meliputi kromatografi lapis
tipis dan kromatografi kertas. Setiap metode ini memerlukan lapis tipis
materi berbentuk bidang datar, yang dapat langsung dipakai untuk
pemisahan atau harus dilapiskan di atas lempeng kaca atau plastik atau
logam. Fasa mobil bergerak melalui fasa stasioner berdasarkan kerja
kapiler kadang-kadang dibantu tarikan gravitasi. Kromatografi lapis tipis
dilakukan pada lempeng kaca yang dilapisi dengan selapis tipis partikel-

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

partikel halus. Lapis tipis ini berfungsi sebagai fasa stasioner. (Astin Lukum
: 2006)
KLT merupakan cara analisis cepat yang memerlukan bahan sedikit,
baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk
memisahkan senyawa yang hidrofobik seperti lemak dan karbohidrat. KLT
dapat digunakan untuk menentukan eluen pada analisis kromatografi
kolom dan isolasi senyawa murni dalam skala kecil. Pelarut yang dipilih
untuk pengembang pada KLT disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa
yang dianalisis. Sebagai fase diam digunakan silika gel, karena tidak akan
bereaksi dengan senyawa atau pereaksi yang reakstif. (Adam Wiryawan :
2008)
Data yang diperoleh dari analisis dengan KLT adalah nilai Rf, nilai Rf
berguna untuk identifikasi suatu senyawa. Nilai Rf suatusenyawa dalam
sampel dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa murni. Nilai Rf
didefinisikan sebagi perbandingan jarak yang ditempuh oleh senyawa
pada permukaan fase diam dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh
pelarut sebagai fase gerak (Adam Wiryawan : 2008)
Beberapa keuntungan dari kromatografi lapisan tipis ini yaitu;
kromatografi lapisan tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis,
identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet. Kemudian
metode pemisahan senyawa yang cepat, mudah dan menggunakan
peralatan sederhana dalam menentukan kadar. Serta dapat digunakan
sampel yang sangat kecil (mikro). (Z.Abidin : 2011)

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

2.2 Uraian Bahan


1. Asam Klorida/HCI (Ditjen POM, 2014 : 156)

Nama Resmi : HYDROCHLORIC ACID

Nama Lain : Asam Klorida

Rumus Molekul : HCl

Bobot Molekul : 36,46 g/mol

Rumus Struktur : H-Cl

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang.


Jika diencerkan dengan 2 bagian volime air, asap
hilang. Bobot jenis lebih kurang 1,18.

Kelarutan : Mudah larut dalam air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pereaksi Golongan I

Penyimpanan : Dalam wadaah tertutup

Kegunaan : Sebagai Pereaksi Golongan II

2. Aquadest (FI III : 96)


Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H2O
Rumus struktur :H-O–H
Berat molekul : 18,02

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak


memiliki warna
Kelarutan : Tidak larut dalam minyak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut / sampel
3. Aseton (Ditjen POM, 1995)
Nama Resmi : ACETONIUM
Nama Lain : Aseton
Rumus Molekul : CH3COCH3
Berat Molekul : 58,08

Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bau khas, mudah
terbakar
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol, dan eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. Etil Asetat (Dirjen POM 1979, 673)
Nama resmi : AETHYLIS ACETICUM
Nama lain : Etil asetat
RM/BM : CH3COOC2H5/88,105
Pemerian : Cairan,tidak berwarna,bau khas.
Kelarutan : Larut dalam 15 bagian air, dapat bercampur
dengan etanol 95% P dan dengan eter p
5. CuSO4 0,01 M (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : CUPRI SULFAS
Nama Lain : Tembaga (II) Sulfat
RM / BM : CuSO4.5H20 / 249,6

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Pemerian : Serbuk hablur atau keabuan bebas dari


sedikit warna biru.
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95 %) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pereaksi
6. Etanol (Farmakope Indonesia Edisi III : 65)
Namaresmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol ; Etanol
Rumus molekul : C2H6OH
Berat molekul : 46,068 g/mol
Rumus struktur : CH3 – CH2 – OH
Pemerian : Cairantidakberwarna, jernih, mudah
menguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan
dalameter P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sebagai pereaksi
7. NH3 (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi: Ammonia
Nama Lain: Amonia
RM / BM: NH3/ 35,5
Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk kuat
Kelarutan: Mudah larut dalam air
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan: Sebagai pereaksi

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

2.3 Prosedur Kerja


A. Penyiapan Lempeng KLT
1. Ukur danpotong lempeng dengan ukuran 3 x 10 cm
2. Tarik garis dengan pensil tipis-tipis dibagian bawah lempeng
dengan ukuran 1,5 cm dan tarik garis bagian atas ukuran 0,5 cm
B. Penyiapan eluen Aseton : etil asetat : asam klorida (pelarut)
Buat larutan eluen aseton : etil asetat : asam klorida 6 M dalam
perbandingan volume 9 : 9 : 2
C. Penyiapan reagen penampak bercak asam rubeanat dalam etanol
Buat larutan 0,1% asam rubeanat dalam larutan etanol sebanyak 100
ml
D. Penyiapan sampel
Timbang masing-masing sampel sebanyak 10 mg dan larutkan dengan
tepat dalam 10 ml air suling. (untuk menghasilkan larutan yang masing-
masing berisi 1 mg Co2+dan Cu2+ dalam larutan 1 ml)
E. Pemisahan dengan KLT
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Tuang eluen ke dalam chamber dan dijenuhkan dengankertas
saring
3. Aplikasikan larutan sampel ke titik tengah garis bawah lempeng KLT
dengan menggunakan pipa kapiler dan biarkan mengering dengan
jarak antar sampel 1 cm.
4. Masukkan potongan lempeng menggunakan pinset dan taruh
potongan itu posisi tegak di dalam chamber sehingga ujung yang
dekat dengan sampel tercelup dalam pelarut eluen.
5. Lakukan proses elusi yaitu bairkan eluen bergerak melewati sampel
hingga sampai pada garis bagian atas lempeng (± 30 menit)

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

6. Ambil potongan lempeng KLT dan dan biarkan sekitar 10menit agar
pelarutnya menguap.
7. Netralkan kelebihan asam dengan menyingkap potongan lempeng
itu ke uap ammonia sekitar 10 menit
8. Semprot dengan reagen penampak bercak asam rubeanat 0,1%
dan amati warna pita atau nodanya
9. Hitung nilai Rfnya

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat praktikum


1. Bejana atau chamber
2. Kertas saring
3. Lempeng KLT
4. Pipa kapiler
5. Pinset
3.2 Bahan praktikum
1. Aquadest
2. Aseton
3. Etil asetat
4. Eluen (aseton : etil asetat : asam klorida = 9:9:2)
5. Penampak bercak
6. Asam rubeanat (0,1%) dalam etanol
7. Logam CoCl2
8. Logam CuSO4
9. Uap mmonia
3.3 Cara kerja
1. Persiapan alat dan bahan
2. Penyiapan Lempeng KLT
3. Penyiapan eluen Aseton : Etil asetat : Asam klorida
4. Penyiapan reagen penampak bercak asam rubeanat dalam
etanol

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

LEMBAR KERJA PERCOBAAN II

(Analisis Kualitatif golongan Kation Kobalt dan Tembaga Berdasarkan


Tehnik Pemisahan Menggunakan KLT dengan Penetapan nilai Rf)

Nama : NUR AWALIAH PUTRISARI

Stambuk : 15020200206

Kelompok : 2 ( Dua )

Kelas : C9

A. Pengumpulan data dan informasi

1. Warna pita ion Co2+ = Kuning – Jingga

2. Warna pita ion Cu2+ = Hijau – Zaitun

3. Nilai Rf ion Co2+ = 0,55 atau 0,6

4. Nilai Rf ion Cu2+ = 0,65 atau 0,7

B. Pencatatan dan pelaporan

1. Hasil analisis dengan penampak bercak asam rubeanat 0,1%

a. warna noda untuk sampel CoCl2 adalah Kuning – Jingga

b. warna noda untuk sampel CuSO4 adalah Hijau – Zaitun

c. jarak tempuh noda sampel CoCl2 adalah 4,5 cm

d. jarak tempuh noda sampel CuSO4adalah 5,2 cm

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

e. jarak tempuh pelarut adalah 8 cm

2. Perhitungan

a. Rumus :

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎


Rf = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

b. Perhitungan nilai Rf :

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎 4,5 𝑐𝑚


RfCoCl2 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 = = 0,56 atau 0,6
8 𝑐𝑚

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎 5,2 𝑐𝑚


RfCuSO4 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 = = 0,65 tau 0,7
8 𝑐𝑚

3. Interpretasi data hasil analisis:


sampel Warna pita Nilai Rf

CoCl2 Kuning-jingga 0,56 atau 0,6

CuSO4 Hijau-zaitun 0,66 atau 0,7

4.2. Pembahasan

Sesuai dengan hasil yang saya peroleh bahwa di dapatkan


pengumpulan data dan informasi, yaitu Warna pita ion Co2+ berwarna
kuning – jingga , Warna pita ion Cu2+ berwarna hijau – zaitun dan Nilai Rf
ion Co2+ bernilai 0,55 atau 0,6, Nilai Rf ion Cu2 bernilai 0,65 atau 0,7. Pada
pecatatan dan pelaporan di peroleh hasil analisis dengan penampak
bercak asam rubeanat 0,1% , yaitu pada warna noda untuk sampel
CoCl2 adalah Kuning – Jingga dan warna noda untuk sampel CuSO4

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

adalah Hijau – Zaitun .Lalu, jarak tempuh noda sampel CoCl2 adalah
4,5 cm dan jarak tempuh noda sampel CuSO4adalah 5,2 cm.
Diperoleh pula jarak antar pelarut yaitu 8 cm. Untuk mendapatkan
jarak antar pelarut yaitu :

Jarak antar pelarut = Lebar lempeng KLT - batas elusi - batas


penotolan

Untuk ukuran lempeng KLT yang digunakan adalah 3 x 10 cm , batas


elusi adalah 0,5 cm dan batas penotolan adalah 1,5 cm.

Setelah itu dilakukan perhitungan nilai Rf pada sampel CoCl2


dan sampel CuSO4 dengan menggunakan rumus :

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎


Rf =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

Dapat diperoleh perhitungan nilai Rf pada kedua sampel, yaitu :

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎 4,5 𝑐𝑚


RfCoCl2 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 = = 0,56 atau 0,6
8 𝑐𝑚

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎 5,2 𝑐𝑚


RfCuSO4 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 = = 0,65 tau 0,7
8 𝑐𝑚

Dari hasil perhitungan bahwa sampel CoCl2 mendapatkan nilai Rf


sebesar 0,56 atau 0,6 dan sampel CuSO4 mendapatkan nilai Rf
sebesar 0,65 atau 0,7.

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini adalah pada sampel CoCl2


memiliki nilai Rf yaitu 0,56 atau 0,6 dan pada sampel CuSO4 memiliki
nilai Rf 0,66 atau 0,7.Setelah dilakukan pencarian nilai Rf pada kedua
sampel dapat di bandingkan dengan literatur atau penuntun bahwa nilai
Rf kedua sampel memenuhi reagen yaitu nilai Rf dari Co+2 yaitu 0,55
atau 0,6 dan nilai Rf dari Cu+2 yaitu 0,65 atau 0,7

5.2 Saran
Dalam melalukan praktikum ini sebaiknya kita harus
melakukannya dengan berhati – hati di karenakan bahan dan alat yang
digunakan berbahaya dan rentan pecah. Dan juga kita harus teliti dalam
melakukan perhitungan dan pengamatan agar mendapatkan hasil yang
sesuai.

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2011. Kadar Larutan Temulawak Menggunakan Metode TLC.


Jakarta : UI
Anonim, 2021. PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS. Universitas Muslim
Indonesia: Makassar

Ditjen POM. 1995 . Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III .Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta

Ditjen POM, 2014 . Farmakope Indonesia Edisi IV .Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: Jakarta

Ditjen POM, 2020. Farmakope Indonesia Edisi V .Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: Jakarta

Hess,Amber. 2004. Digitally-Enhanced ThinLayer Chromatography: An


Inexpensive, New Technique for Qualitative and Quantitative Analysis

Mulyono,Tri.,dkk. 2012. Pengembangan Analisis Spot Secara Kuantitatif


pada Metode Kromatografi Lapis Tipis menggunakan LabVIEW
Surabaya : FMIPA Universitas Jember

Tim Dosen Kimia. 2013. Kromatografi Lapis(an) Tipis (KLT) Bab III.
Yogyakarta: UGM

Wiryawan, Adam. 2008. Kimia Analitik. Jakarta : Direktorat Pembinaan


Sekolah

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

LAMPIRAN

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

NUR AWALIAH PUTRISARI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.FARM., M.SI


15020200206

Anda mungkin juga menyukai