Anda di halaman 1dari 16

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

DOSEN : Dr. Tiah Rachmatiah, M.Si., Apt

DISUSUN OLEH :

Windi Diana Sari 18334006

Puspita Eka Rahayu 18334007

Wahida Aulia Zain 18334008

Tri Wahyu Cahyantini 18334011

Anggit Melvina 18334012

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

FAKULTAS FARMASI

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kromatografi Lapis Tipis” ini
dengan baik. Sekiranya makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam proses belajar maupun mengajar.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki isi makalah ini agar
kedepannya dapat lebih baik lagi.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman dan
pengetahuan yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan seperti kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Oktober 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………... 3

BAB 1 …………………………………………………………………………………... 4

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………. 4

1.2Tujuan………………………………………………………………………………. 5

BAB 2 …………………………………………………………………………………... 6

TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….…………… 6

BAB 3 …………………………………………….…………………………………….. 9

Pembahasan …………………………………………………………………………….9

BAB 4 ………………………………………………………………………………….. 15

Kesimpulan ……………………………………………………………………………. 15

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………..……………………... 16

BAB 1

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

4
Pemisahan campuran menjadi komponen – komponennya adalah hal yang sangat
penting dalam semua cabang ilmu kimia. Salah satu teknik pemisahan yang digemari
adalah teknik kromatografi. Dengan menggunakan metode kromatografi, dalam
banyak hal yang berkaitan dengan pemisahan telah terbukti jauh lebih cepat dan
efektif daripada metode lainnya.
Kromatografi merupakan teknik pemisahan campuran didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase,
yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas).
Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen
yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada
laju yang berbeda. Ada banyak pembagian metode pemisahan dengan kromatografi,
kromatografi terbagi mejadi kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi
lapis tipis, dan kromatografi lapis tipis.
Salah satu jenis metodekromatografi yang paling sering dipakai adalah metode
kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara
pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui
kuantitasnya yang menggunakan teknik kromatografi
KLT biasanya digunakan pada analisis kualitatif untuk untuk menentukan jumlah
komponen campuran, atau penentuan suatu zat. Sehingga KLT merupakan teknik
analisis yang cukup mudah dan praktis. Pengerjaan KLT sendiri cukup sederhana dan
cepat, serta tidak membutuhkan biaya yang mahal dalam alat dan bahannya, dan
menggunakan sampel dengan kuantitas yang sangat kecil.

1.2 Tujuan
 Agar mahasiswa memahami tentang Kromatografi Lapis Tipis

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Kromatografi lapis tipis merupakan (KLT) termasuk kategori kromatografi planar


yang termasuk di dalamnya adalah kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda
dengan kromatografi kolom yang fasa diamnya diisikan atau ter-packing dalam
kolom, kromatografi planar ini fasa diamnya merupakan lapisan uniform bidang datar
yang didukung oleh plat kaca, aluminium atau plat selulosa dalam kromatografi
kertas, sedangkan fasa gerak yang juga sering disebut sebagai pelarut pengembang
akan bergerak sepanjang fasa diam dibawah pengaruh kapiler, pengaruh gravitasi atau
pengaruh potensial listrik. Dibanding dengan jenis lain kromatogafi lapis tipis ini
lebih mudah pelaksanaannya dan lebih murah. (Tri Mulyono : 2012)

6
KLT biasanya digunakan pada analisis kualitatif untuk untuk menentukan jumlah
komponen campuran, atau penentuan suatu zat. Sehingga KLT merupakan teknik
analisis yang cukup mudah dan praktis. HPTLC (High Performance Thin-Layer
Chromatography) digunakan untuk analisis secara kuantitatif. HPTLC merupakan
salah satu pengembangan KLT. Akan tetapi peralatan HPTLC sangat mahal dan
cukup rumit. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan analisis kuantitatif
kromatografi lapis tipis dengan biaya yang relatif murah dengan hasil yang akurat
(Hess,Amber. 2004).
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu contoh kromatografi planar. Fase
diamnya (Stationary Phase) berbentuk lapisan tipis yang melekat pada gelas/kaca,
plastic, alumunium. Sedangkan fase geraknya (Mobile phase) berupa cairan atau
campuran cairan, biasanya pelarut organik dan kadang – kadang juga air. Fase diam
yang berupa lapisan tipis ini dapat dibuat dengan membentangkan/meratakan fase
diam. (Tim dosen Kimia UGM : 2013). Sifat fase diam yang satu dengan fase diam
yang lain berbeda karena strukturnya, ukurannya, kemurniannya, zat tambahan
sebagai pengikat, dll. Fasa diam yang digunakan TLC tidak sama dengan yang
digunakan untuk kromatografi kolom terutama karena ukuran dan zat yang
ditambahkan. (Tim dosen Kimia UGM : 2013)
Salah satu fasa diam yang sering digunakan yaitu Silika gel, silika gel merupakan
fase diam yang sering digunakan pada TLC. Makin kecil diameter akan makin lambat
kecepatan air fase geraknya. Dengan demikian mempengaruhi kualitas pemisahan.
Luas permukaan silika gel bervariasi dari 300 – 1000 m 2/g. bersifat higroskopis, pada
kelembaban relative 45 – 75 % dapat mengikat air 7 – 20 %. (Tim dosen Kimia UGM
: 2013)

7
Ada berbagai cara penggolongan teknik kromatografi, pertama berdasarkan
perbedaan teknik pengerjaan dikenal kromatografi elusi, partisi dan pendesakan.
Kedua berdasarkan jenis fasa yang dipakai (mobil-stasioner) yaitu a) kromatografi
gas-cair, b) kromatografi gas padat, c) kromatografi cair-cair dan d) kromatografi
cair-padat. Teori dasar kromatografi pertama kali dikembangkan untuk kromatografi
cair-cair oleh Martin dan Synge. Metoda kromatografi planar meliputi kromatografi
lapis tipis dan kromatografi kertas. Setiap metode ini memerlukan lapis tipis materi
berbentuk bidang datar, yang dapat langsung dipakai untuk pemisahan atau harus
dilapiskan di atas lempeng kaca atau plastik atau logam. Fasa mobil bergerak melalui
fasa stasioner berdasarkan kerja kapiler kadang-kadang dibantu tarikan gravitasi.
Kromatografi lapis tipis dilakukan pada lempeng kaca yang dilapisi dengan selapis
tipis partikel-partikel halus. Lapis tipis ini berfungsi sebagai fasa stasioner. (Astin
Lukum : 2006)
KLT merupakan cara analisis cepat yang memerlukan bahan sedikit, baik penyerap
maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang
hidrofobik seperti lemak dan karbohidrat. KLT dapat digunakan untuk menentukan
eluen pada analisis kromatografi kolom dan isolasi senyawa murni dalam skala kecil.
Pelarut yang dipilih untuk pengembang pada KLT disesuaikan dengan sifat kelarutan
senyawa yang dianalisis. Sebagai fase diam digunakan silika gel, karena tidak akan
bereaksi dengan senyawa atau pereaksi yang reakstif. (Adam Wiryawan : 2008)
Data yang diperoleh dari analisis dengan KLT adalah nilai Rf, nilai Rf berguna
untuk identifikasi suatu senyawa. Nilai Rf suatusenyawa dalam sampel dibandingkan
dengan nilai Rf dari senyawa murni. Nilai Rf didefinisikan sebagi perbandingan jarak
yang ditempuh oleh senyawa pada permukaan fase diam dibagi dengan jarak yang
ditempuh oleh pelarut sebagai fase gerak (Adam Wiryawan : 2008)
Beberapa keuntungan dari kromatografi lapisan tipis ini yaitu; kromatografi
lapisan tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis, identifikasi pemisahan
komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi atau dengan radiasi
menggunakan sinar ultraviolet. Kemudian metode pemisahan senyawa yang cepat,
mudah dan menggunakan peralatan sederhana dalam menentukan kadar. Serta dapat
digunakan sampel yang sangat kecil (mikro). (Z.Abidin : 2011)

8
BAB 3

PEMBAHASAN

9
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran
Prinsip kerjanya adalah berdasarkan adsorpsi dan partisi, dimana sampel
akan berpisah berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang
digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan
fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Semakin dekat
kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase
gerak tersebut.
. Fase diamnya (Stationary Phase) berbentuk lapisan tipis yang melekat pada
gelas/kaca, plastic, alumunium. Sedangkan fase geraknya (Mobile phase) berupa
cairan atau campuran cairan, biasanya pelarut organik dan kadang – kadang juga air.
Fase diam yang berupa lapisan tipis ini dapat dibuat dengan
membentangkan/meratakan fase diam.
        Fase diam (adsorben) contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium
oksida), kieslguhr (diatomeous earth), dan selulosa. Dari keempat jenis adsorben
tersebut, yang paling banyak dipakai ialah silika gel dan masing-masing terdiri dari
beberapa jenis yang mempunyai nama perdagangan bermacam-macam. Silika gel ini
menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung kepada cara
pembuatannya. Selain itu harus diingat bahwa penyerap yang berpengaruh nyata
terhadap daya pemisahnya.
Kromatogram adalah output visual yang diperoleh dari hasil
pemisahan. Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah
lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu.
Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari
tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak
selayaknya kromatogram dibentuk.

Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam


sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.
Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak
berada.

Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi
dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini,

10
dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh
pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.

Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang


berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan
tampak sebagai perbedaan bercak warna.

Gambar menunjukkan lempengan setalah pelarut bergerak setengah dari


lempengan. Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan
memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang berwarna untuk
kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam.

Kromatografi lapis tipis merupakan jenis kromatografi yang dapat digunakan


untuk menganalisis senyawa secara kualitatif mauoun kuantitatif. Lapisan yang
memisahkan terdiri atas bahan berbutir (fase diam) ditempatkan pada penyangga
berupa pelat gelas,logam atau lapisan yang cocok.Campuran yang akan dipisah
berupa larutan yang ditotolkan berupa bercak putih atau pita,setelah pelat diletakan
dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pegembang yang cocok (fase gerak).
Pemisahan terjadi apabila setelah perambatan kapiler selanjutnya senyawa yang tidak
berwarna harus dideteksi menggunakan sinar UV atau UltraViolet.

Data yang diperoleh dari analisis dengan KLT adalah nilai Rf, nilai Rf
berguna untuk identifikasi suatu senyawa. Nilai Rf suatu senyawa dalam sampel
dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa murni. Nilai Rf didefinisikan sebagi
perbandingan jarak yang ditempuh oleh senyawa pada permukaan fase diam dibagi
dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut sebagai fase gerak. Rumus menghitung RF
adalah :

Rf (Rate Of Flow) = Jarak yang ditempuh senyawa terlarut

Jarak yang ditempuh pelarut


Nilai Rf dinyatakan hingga angka 1,0 beberapa pustaka menyatakan nilai Rf yang
baik yang menunjukkan pemisahan yang cukup baik adalah berkisar antara 0,2-0,8.

Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis

Beberapa kelebihan KLT yaitu:

11
 KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan analisis.
   Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
   Dapat dilakukan elusi secara mekanik (ascending), menurun (descending),
atau dengan cara elusi 2 dimensi.
 Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
     Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
   Biaya yang dibutuhkan terjangkau.
 Jumlah perlengkapan sedikit.
   Preparasi sample yang mudah
 Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang
dengan metode kertas tidak bisa (Gandjar dan Rohman, 2007).

Adapun kekurangan KLT  yaitu:

 Butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk mendapatkan bercak/noda


yang diharapkan.
 Butuh sistem trial and eror untuk menentukan sistem eluen yang cocok. 
 Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak tekun 

Prosedur Kerja dengan Kromatografi Lapis Tipis

Pada KLT, fasa diam berupa plat yang biasanya disi dengan silica gel. Sebuah
garis pensil digambar dekat bagian bawah fasa diam dan setetes larutan sampel
ditempatkan di atasnya. Sampel ditotol dengan bantuan pipa kapiler. Garis pada fasa
diam berguna untuk menunjukkan posisi asli sampel. Pembuatan garis harus
menggunakan pensil karena jika semua ini dilakukan dengan tinta, pewarna dari tinta
juga akan bergerak sebagai kromatogram berkembang. Ketika titik campuran kering,
fasa diam diletakkan berdiri dalam gelas tertutup yang telah berisi fasa gerak dengan
posisi fasa gerak di bawah garis. Digunakan gelas tertutup untuk memastikan bahwa
suasana dalam gelas jenuh dengan uap pelarut.

12
Pelarut (fasa gerak) perlahan-lahan bergerak naik. Komponen-komponen yang
berbeda dari campuran berjalanan pada tingkat yang berbeda dan campuran
dipisahkan memiliki warna yang berbeda. 

Diagram menunjukkan plat setelah pelarut telah bergerak sekitar setengah


jalan. Pelarut diperbolehkan untuk naik hingga hampir mencapai bagian atas plat yang
akan memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen pewarna untuk
kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam. 

Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih baik
dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Untuk identifikasi
menggunakan harga Rf meskipun harga-harga Rf dalam lapisan tipis kurang tepat bila
dibandingkan pada kertas. Seperti halnya pada kertas harga R f didefinisikan sebagai
berikut (Gritter et al, 1991):  

Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan


harga-harga standard. Perlu diperhatikan bahwa harga-harga Rf yang diperoleh berlaku
untuk campuran tertentu dari pelarut dan penyerap yang digunakan, meskipun daftar
dari harga-harga Rf untuk berbagai campuran dari pelarut dan penyerap dapat diperoleh
(Gritter et al, 1991).

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kromatografi Lapis Tipis

Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapisan tipis yang
juga mempengaruhi harga Rf  adalah :

 Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.


 Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya, biasanya aktifitas dicapai dengan
pemanasan dalam oven, hal ini akan mengeringkan molekul-molekul air yang
menempati pusat-pusat serapan dari penyerap. Perbedaan penyerap akan
memberikan perbedaan yang besar terhadap harga  Rf meskipun menggunakan
fase bergerak dan zat terlarut yang sama tetapi hasil akan dapat diulang dengan
hasil yang sama,   jika menggunakan penyerap yang sama, ukuran partikel
tetap  dan jika pengikat (kalau ada) dicampur hingga homogen.
 Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap,pada prakteknya tebal lapisan tidak
dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu diusahakan tebal lapisan yang rata.

13
Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tak rata pula dalam
daerah yang kecil dari plat.
 Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak,kemurnian dari pelarut yang
digunakan sebagai fase bergerak dalam kromatografi lapisan tipis adalah sangat
penting dan bila campuran pelarut digunakan maka perbandingan yang dipakai
harus betul-betul diperhatikan.
 Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.
 Teknik percobaan,arah pelarut bergerak di atas plat. (Metoda aliran penaikan
yang hanya diperhatikan, karena cara ini yang paling umum meskipun teknik
aliran penurunan dan mendatar juga digunakan).
    Jumlah cuplikan yang digunakan,penetesan cuplikan dalam jumlah yang
berlebihan memberikan hasil penyebaran noda-noda dengan kemungkinan
terbentuknya ekor dan efek tak kesetimbangan lainnya, hingga akan
mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf.
 Suhu.,pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini
terutama untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang
disebabkan oleh penguapan atau perubahan-perubahan fase.
   Kesetimbangan.,ternyata bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih pen-
ting dalam kromatografi kertas, hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam
bejana jenuh dengan uap pelarut. Suatu gejala bila atmosfer dalam bejana tidak
jenuh dengan uap pelarut, bila digunakan pelarut campuran, akan terjadi
pengembangan dengan permukaan pelarut yang berbentuk cekung dan fase
bergerak lebih cepat pada bagian tepi-tepi  dan keadaan ini harus dicegah.

BAB 4

14
KESIMPULAN

 Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen komponen
sampel berdasarkan perbedaan kepolaran
 KLT biasanya digunakan pada analisis kualitatif untuk untuk menentukan
jumlah komponen campuran, atau penentuan suatu zat. Sehingga KLT
merupakan teknik analisis yang cukup mudah dan praktis. HPTLC (High
Performance Thin-Layer Chromatography) digunakan untuk analisis secara
kuantitatif. HPTLC merupakan salah satu pengembangan KLT.
 Prinsip kerjanya adalah berdasarkan adsorpsi dan partisi, dimana sampel akan
berpisah berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang
digunakan
 Data yang diperoleh dari analisis dengan KLT adalah nilai Rf, nilai Rf
berguna untuk identifikasi suatu senyawa
 Cara mendeteksi bercak ada 2 yaitu menggunakan UV dan campuran zat
kimia tertentu.

15
DAFTAR PUSTAKA

 Fessenden R.J dan J.S Fessenden., 2003, Dasar-dasar kimia organik. Jakarta,
Erlangga
 Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman., 2007,Kimia Farmasi  Analisis, pustaka
pelajar, Yogyakarta
 Gritter, R, J., 1991, Pengantar Kromatografi Edisi II, Institut Teknologi Bandung,
Bandung
 Soebagio., 2002, Kimia Analitik, Universitas Negeri Makassar Fakultas MIPA,
Makassar.

16

Anda mungkin juga menyukai