Disusun oleh :
Kelompok 6
1. Bela Anisa Putri (K3321014)
2. Halim Maylano (K3321031)
3. Jeki Handayani (N0123182)
Dosen Pengampu :
Dr. Budi Hastuti, S.Pd., M.Si.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu metode pemisahan dan analisis kimia yang
digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran berdasarkan
perbedaan afinitas (daya tarik) komponen-komponen tersebut terhadap dua fase yang berbeda,
yaitu fase statis dan fase gerak. Fase statis adalah lapisan tipis berpori yang ditempatkan pada
permukaan kaca atau plat logam, sementara fase gerak adalah cairan atau pelarut yang bergerak
melalui lapisan tipis.
Prinsip dasar Kromatografi Lapis Tipis adalah bahwa komponen-komponen dalam
campuran akan bergerak melalui lapisan tipis secara berbeda berdasarkan perbedaan dalam
afinitas mereka terhadap lapisan tipis (fase statis) dan cairan pelarut (fase gerak).
Komponen-komponen yang memiliki afinitas lebih besar terhadap fase statis akan bergerak lebih
lambat, sementara yang memiliki afinitas lebih besar terhadap fase gerak akan bergerak lebih
cepat.
2.2 Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis
Prinsip kerja dari kromatografi lapisan tipis adalah pemisahan yang berdasarkan
perbedaan kelarutan antara komponen fase stasioner dan fase gerak. Komponen pada fase gerak
dan menggunakan prinsip kapiler dan akan melewati komponen pada fasa stasioner (Natalia N.
M., 2020). Berikut adalah prinsip kerja kromatografi lapis tipis:
1. Persiapan Lapisan Tipis: Prinsip pertama dalam KLT adalah persiapan lapisan tipis. Ini
melibatkan aplikasi lapisan tipis pada permukaan plat atau kaca yang datar. Lapisan ini
terbuat dari bahan seperti silika gel, alumina, atau selulosa dan memiliki sifat adsorpsi
yang berbeda-beda. Lapisan ini merupakan fase statis.
2. Aplikasi Sampel: Sampel yang akan dianalisis diaplikasikan sebagai titik kecil atau garis
pada lapisan tipis, biasanya dengan menggunakan pipet atau alat aplikator yang sesuai.
Sampel harus diterapkan pada jarak yang konsisten dari tepi bawah lapisan tipis.
3. Proses Elusi: Setelah aplikasi sampel, plat KLT ditempatkan dalam wadah tertutup yang
berisi fase gerak. Fase gerak bisa berupa pelarut atau campuran pelarut yang bergerak
melalui lapisan tipis. Proses ini disebut elusi.
4. Migrasi Komponen: Komponen-komponen dalam sampel mulai bergerak melalui lapisan
tipis seiring dengan pergerakan fase gerak. Setiap komponen memiliki afinitas yang
berbeda terhadap fase statis dan fase gerak. Komponen-komponen dengan afinitas lebih
besar terhadap fase gerak akan bergerak lebih cepat, sementara komponen dengan afinitas
lebih besar terhadap fase statis akan bergerak lebih lambat.
5. Pemisahan Komponen: Selama perjalanan mereka melalui lapisan tipis,
komponen-komponen akan terpisah berdasarkan perbedaan afinitas mereka. Komponen
yang memiliki pergerakan tercepat akan mencapai puncak pelarut pertama dan mungkin
terdeteksi lebih awal. Komponen dengan afinitas lebih besar terhadap fase statis akan
terdeteksi lebih lambat karena mereka bergerak lebih lambat.
6. Visualisasi dan Analisis: Setelah elusi selesai, plat KLT dihilangkan dari wadah, dan
komponen yang terpisah dapat diidentifikasi dengan berbagai cara. Ini bisa dilakukan
dengan menggunakan reagen kimia, pencahayaan UV, atau alat lainnya yang sesuai.
Jumlah dan posisi titik-titik komponen dicatat untuk analisis lebih lanjut.
Prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis bergantung pada perbedaan daya migrasi
komponen campuran dalam fase statis dan fase gerak. Perbedaan ini memungkinkan pemisahan
komponen berdasarkan afinitas mereka terhadap lapisan tipis dan pelarut yang digunakan.
2.3 Kegunaan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah metode pemisahan campuran analit dengan
mengelusi analit melalui suatu fase diam berupa lapisan yang seragam pada permukaan bidang
datar yang didukung oleh lempeng kaca, lempeng aluminium, atau lempeng plastik. Berikut
adalah beberapa kegunaan Kromatografi Lapis Tipis (Wulandari, L., 2011) :
1. Mendeteksi senyawa dalam campuran: KLT banyak digunakan untuk mendeteksi suatu
senyawa dalam campuran berdasarkan kepolaran. KLT dapat memisahkan
komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.
2. Mengidentifikasi senyawa: KLT dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa yang
terdapat di dalam campuran. KLT dapat memisahkan campuran yang tidak volatil dan
dapat digunakan untuk menentukan kemurnian bahan.
3. Memonitor pergerakan reaksi: KLT dapat digunakan untuk memonitor pergerakan reaksi.
KLT dapat dilakukan pada skala analitik sebagai sarana untuk memantau kemajuan suatu
reaksi, atau pada skala preparatif untuk memurnikan sejumlah kecil senyawa.
4. Menganalisis sampel ekstrak tanaman: KLT biasanya digunakan untuk memisahkan
sampel ekstrak tanaman dan menghitung jumlah (kadar) dalam sampel tersebut.
5. Menganalisis zat warna serat dalam bidang forensik: KLT dapat digunakan untuk analisis
komposisi zat warna serat dalam bidang forensik.
Arifuddin, M., & Bone, M. (2020). Skrining Fitokimia dan Profil Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) Tumbuhan Antimalaria Asal Indonesia: Phytochemical Screening and Thin Layer
Chromatography Profile of Indonesia Plants. Jurnal Sains dan Kesehatan, 2(3), 174-181.
Asfiyah, S. (2020). Modifikasi Dean Stark Upaya Efisiensi Proses Distilasi Uap Minyak Biji
Pala dalam Praktikum Kimia Organik. Indonesian Journal of Laboratory, 2(1), 10-15.
Asra, R., Zulharmita, Z., & Amrul, M. (2017). Evaluasi Penggunaan Kromatografi Lapis Tipis
Kinerja Tinggi (KLTKT) Densitometri Silika Gel 60 F254 Pada Penetapan Kadar Vitamin
C Yang Terdapat Pada Daging Buah Naga Ungu (Hylocereus polyrhizus). Jurnal Farmasi
Higea, 9(1), 76-84.
Natalia Nani, M. (2020). Analisis Rhodamin B Pada Saos Bakso Di Pangkalan Bun dengan
Metode Kromatografi Lapis Tipis. Analisis Rhodamin B Pada Saos Bakso Di Pangkalan
Bun Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis.
Wulandari, L. (2011). Kromatografi Lapis Tipis. Jember : PT. Taman Kampus Presindo