Anda di halaman 1dari 12

KLT (KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kromatografi dan Elektrometri

Disusun oleh :
Kelompok 6
1. Bela Anisa Putri (K3321014)
2. Halim Maylano (K3321031)
3. Jeki Handayani (N0123182)

Dosen Pengampu :
Dr. Budi Hastuti, S.Pd., M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kromatografi adalah salah satu metode analisis yang penting dalam ilmu kimia. Dalam
berbagai cabang ilmu kimia, terutama dalam analisis senyawa kimia, pemisahan, dan
identifikasi, Kromatografi Lapis Tipis (KLT) telah menjadi alat yang sangat berguna dan penting.
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Mikhail Tsvet pada awal abad ke-20 dan sejak saat
itu telah mengalami berbagai perkembangan dan aplikasi yang signifikan.
Kromatografi Lapis Tipis (TLC) sebagai metode pemisahan dan analisis kimia yang
penting. Kromatografi Lapis Tipis adalah teknik kromatografi serapan yang menggunakan fase
diam berupa lapisan tipis padat dan fase gerak berupa zat cair. KLT berperan dalam analisis
kimia di dunia ilmiah dan industri, analisis kimia merupakan langkah kunci dalam memahami
komposisi senyawa kimia dalam berbagai jenis campuran. Kromatografi Lapis Tipis adalah salah
satu metode yang digunakan untuk analisis kimia.
Kromatografi Lapis Tipis memiliki aplikasi yang luas dalam berbagai bidang, seperti
farmasi, makanan, lingkungan, biologi, forensik, dan industri kimia. Menjelaskan kegunaan
Kromatografi Lapis Tipis dalam aplikasi nyata bisa menjadi poin penting dalam latar belakang.
Teknologi Kromatografi Lapis Tipis (TLC) terus berkembang dan bahwa ada peluang untuk
integrasinya dengan teknologi lain seperti kecerdasan buatan dan otomatisasi dapat menyoroti
relevansi dan perkembangan di masa depan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari kromatografi lapis tipis?
2. Bagaimana prinsip kerja kromatografi lapis tipis?
3. Apa kegunaan kromatografi lapis tipis?
4. Apa saja jenis kromatografi lapis tipis?
5. Apa saja contoh aplikasi kromatografi lapis tipis?
6. Apa kelebihan dan kekurangan kromatografi lapis tipis?
7. Bagaimana peluang aplikasi kromatografi lapis tipis ke masa depan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi lapis tipis.
2. Untuk memahami prinsip kerja kromatografi lapis tipis.
3. Untuk mengetahui kegunaan kromatografi lapis tipis.
4. Untuk mengetahui jenis kromatografi lapis tipis.
5. Untuk memahami contoh aplikasi kromatografi lapis tipis.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan kromatografi lapis tipis.
7. Untuk memahami peluang aplikasi kromatografi lapis tipis ke masa depan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kromatografi lapis tipis merupakan kromatografi serapan yang memiliki fase diam
berupa zat padat dengan fase geraknya berupa zat cair. Prinsip dari pemisahan kromatografi lapis
tipis adalah adanya perbedaan sifat fisik dan kimia dari senyawa yaitu kecenderungan dari
molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan), kecenderungan molekul untuk menguap dan
kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan. Kromatografi lapis tipis merupakan
bentuk kromatografi planar yang digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya
hidrofob seperti lipida-lipida dan hidrokarbon. Fasa gerak berupa pelarut atau pengembang yang
mengalir melalui penyerap padat. Komponen-komponen dalam campuran (sampel) yang
bergerak melalui plat KLT memiliki kecepatan yang berbeda, tergantung pada kelarutan
komponen. Karena perbedaan inilah komponen-komponen tersebut dapat terpisahkan satu sama
lain. Dalam kromatografi, mobilitas relatif dari komponen dinyatakan dalam satuan retardation
factor (Rf) yang didefinisikan sebagai berikut: (Asfiyah, S., 2020)
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎
Rf = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu metode pemisahan dan analisis kimia yang
digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran berdasarkan
perbedaan afinitas (daya tarik) komponen-komponen tersebut terhadap dua fase yang berbeda,
yaitu fase statis dan fase gerak. Fase statis adalah lapisan tipis berpori yang ditempatkan pada
permukaan kaca atau plat logam, sementara fase gerak adalah cairan atau pelarut yang bergerak
melalui lapisan tipis.
Prinsip dasar Kromatografi Lapis Tipis adalah bahwa komponen-komponen dalam
campuran akan bergerak melalui lapisan tipis secara berbeda berdasarkan perbedaan dalam
afinitas mereka terhadap lapisan tipis (fase statis) dan cairan pelarut (fase gerak).
Komponen-komponen yang memiliki afinitas lebih besar terhadap fase statis akan bergerak lebih
lambat, sementara yang memiliki afinitas lebih besar terhadap fase gerak akan bergerak lebih
cepat.
2.2 Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis
Prinsip kerja dari kromatografi lapisan tipis adalah pemisahan yang berdasarkan
perbedaan kelarutan antara komponen fase stasioner dan fase gerak. Komponen pada fase gerak
dan menggunakan prinsip kapiler dan akan melewati komponen pada fasa stasioner (Natalia N.
M., 2020). Berikut adalah prinsip kerja kromatografi lapis tipis:
1. Persiapan Lapisan Tipis: Prinsip pertama dalam KLT adalah persiapan lapisan tipis. Ini
melibatkan aplikasi lapisan tipis pada permukaan plat atau kaca yang datar. Lapisan ini
terbuat dari bahan seperti silika gel, alumina, atau selulosa dan memiliki sifat adsorpsi
yang berbeda-beda. Lapisan ini merupakan fase statis.
2. Aplikasi Sampel: Sampel yang akan dianalisis diaplikasikan sebagai titik kecil atau garis
pada lapisan tipis, biasanya dengan menggunakan pipet atau alat aplikator yang sesuai.
Sampel harus diterapkan pada jarak yang konsisten dari tepi bawah lapisan tipis.
3. Proses Elusi: Setelah aplikasi sampel, plat KLT ditempatkan dalam wadah tertutup yang
berisi fase gerak. Fase gerak bisa berupa pelarut atau campuran pelarut yang bergerak
melalui lapisan tipis. Proses ini disebut elusi.
4. Migrasi Komponen: Komponen-komponen dalam sampel mulai bergerak melalui lapisan
tipis seiring dengan pergerakan fase gerak. Setiap komponen memiliki afinitas yang
berbeda terhadap fase statis dan fase gerak. Komponen-komponen dengan afinitas lebih
besar terhadap fase gerak akan bergerak lebih cepat, sementara komponen dengan afinitas
lebih besar terhadap fase statis akan bergerak lebih lambat.
5. Pemisahan Komponen: Selama perjalanan mereka melalui lapisan tipis,
komponen-komponen akan terpisah berdasarkan perbedaan afinitas mereka. Komponen
yang memiliki pergerakan tercepat akan mencapai puncak pelarut pertama dan mungkin
terdeteksi lebih awal. Komponen dengan afinitas lebih besar terhadap fase statis akan
terdeteksi lebih lambat karena mereka bergerak lebih lambat.
6. Visualisasi dan Analisis: Setelah elusi selesai, plat KLT dihilangkan dari wadah, dan
komponen yang terpisah dapat diidentifikasi dengan berbagai cara. Ini bisa dilakukan
dengan menggunakan reagen kimia, pencahayaan UV, atau alat lainnya yang sesuai.
Jumlah dan posisi titik-titik komponen dicatat untuk analisis lebih lanjut.
Prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis bergantung pada perbedaan daya migrasi
komponen campuran dalam fase statis dan fase gerak. Perbedaan ini memungkinkan pemisahan
komponen berdasarkan afinitas mereka terhadap lapisan tipis dan pelarut yang digunakan.

2.3 Kegunaan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah metode pemisahan campuran analit dengan
mengelusi analit melalui suatu fase diam berupa lapisan yang seragam pada permukaan bidang
datar yang didukung oleh lempeng kaca, lempeng aluminium, atau lempeng plastik. Berikut
adalah beberapa kegunaan Kromatografi Lapis Tipis (Wulandari, L., 2011) :
1. Mendeteksi senyawa dalam campuran: KLT banyak digunakan untuk mendeteksi suatu
senyawa dalam campuran berdasarkan kepolaran. KLT dapat memisahkan
komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.
2. Mengidentifikasi senyawa: KLT dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa yang
terdapat di dalam campuran. KLT dapat memisahkan campuran yang tidak volatil dan
dapat digunakan untuk menentukan kemurnian bahan.
3. Memonitor pergerakan reaksi: KLT dapat digunakan untuk memonitor pergerakan reaksi.
KLT dapat dilakukan pada skala analitik sebagai sarana untuk memantau kemajuan suatu
reaksi, atau pada skala preparatif untuk memurnikan sejumlah kecil senyawa.
4. Menganalisis sampel ekstrak tanaman: KLT biasanya digunakan untuk memisahkan
sampel ekstrak tanaman dan menghitung jumlah (kadar) dalam sampel tersebut.
5. Menganalisis zat warna serat dalam bidang forensik: KLT dapat digunakan untuk analisis
komposisi zat warna serat dalam bidang forensik.

2.4 Jenis Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah salah satu jenis kromatografi planar, selain
kromatografi kertas dan elektroforesis. KLT merupakan metode pemisahan campuran analit
dengan mengelusi analit melalui suatu fase diam berupa lapisan yang seragam pada permukaan
bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, lempeng aluminium, atau lempeng plastik.
Berikut adalah beberapa jenis Kromatografi Lapis Tipis (Wulandari, L., 2011) :
1. Kromatografi Lapis Tipis Adsorpsi: Jenis KLT ini menggunakan sorben sebagai fase
diamnya, seperti silika gel atau alumina. Sorben ini akan menyerap analit yang memiliki
afinitas terhadap sorben tersebut. Sorben yang digunakan harus memiliki ukuran partikel
yang seragam agar dapat menghasilkan pemisahan yang baik.
2. Kromatografi Lapis Tipis Partisi: Jenis KLT ini menggunakan sorben yang dimodifikasi
dengan hidrokarbon sebagai fase diamnya. Sorben ini akan memisahkan analit
berdasarkan perbedaan kelarutan antara analit dan fase gerak. Sorben yang digunakan
harus memiliki ukuran partikel yang seragam agar dapat menghasilkan pemisahan yang
baik.
3. Kromatografi Lapis Tipis Ion: Jenis KLT ini menggunakan sorben yang dimodifikasi
dengan gugus ionik sebagai fase diamnya. Sorben ini akan memisahkan analit
berdasarkan perbedaan muatan ionik antara analit dan fase gerak. Sorben yang digunakan
harus memiliki ukuran partikel yang seragam agar dapat menghasilkan pemisahan yang
baik.

2.5 Contoh Aplikasi/Penggunaan Kromatografi Lapis Tipis


1. Skrining Fitokimia dan Profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Tumbuhan Antimalaria
Asal Indonesia : Sebuah penelitian melakukan skrining fitokimia dan profil KLT pada
tumbuhan antimalaria asal Indonesia menggunakan KLT. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeteksi metabolit sekunder pada beberapa tumbuhan, seperti batang
Brotowali (Tinospora crispa), daun Jambu Biji (Psidium guajava), kulit Manggis
(Garcinia mangostana), buah Pare (Momordica charantia), daun Pepaya (Carica
papaya), kulit batang Pulai sari (Alstonia scholaris), dan daun Sirsak (Annona
muricata). Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap sampel tumbuhan mengandung
metabolit sekunder yang berpotensi sebagai senyawa antimalaria (Arifuddin, M., &
Bone, M., 2020)
2. Evaluasi Penggunaan Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi (KLTKT) Densitometri
Silika Gel 60 F254 Pada Penetapan Kadar Vitamin C yang Terdapat Pada Daging :
Sebuah penelitian melakukan evaluasi penggunaan KLT kinerja tinggi (KLTKT)
densitometri silika gel 60 F254 pada penetapan kadar vitamin C yang terdapat pada
daging menggunakan KLT. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C
pada produk daging. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KLT dapat digunakan untuk
penetapan kadar vitamin C pada daging (Asra, R., dkk., 2017).
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis (TLC) adalah teknik pemisahan dan analisis kimia yang
memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah beberapa di antaranya:
Kelebihan Kromatografi Lapis Tipis:
1. Sederhana dan Murah: TLC adalah metode yang relatif sederhana dan biaya efektif.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk melakukan analisis TLC biasanya lebih terjangkau
dibandingkan dengan teknik kromatografi lainnya.
2. Cepat: TLC dapat memberikan hasil yang relatif cepat. Proses pemisahan dan analisis bisa
selesai dalam waktu yang singkat, terutama untuk sampel yang tidak terlalu kompleks.
3. Sensitif: Meskipun mungkin tidak sepeka teknik kromatografi lainnya, TLC dapat cukup
sensitif terhadap sebagian besar senyawa organik. Selain itu, dengan menggunakan pewarna
atau reagen khusus, senyawa yang tidak berwarna pun dapat dideteksi.
4. Cocok untuk Skrining Awal: TLC sering digunakan untuk skrining awal dalam analisis
kimia, karena dapat memberikan gambaran cepat tentang komposisi sampel.
5. Portabel: Alat-alat yang digunakan dalam TLC relatif portabel, sehingga dapat digunakan di
lapangan atau dalam situasi dimana akses ke laboratorium terbatas.
6. Pemisahan Multikomponen: TLC memungkinkan pemisahan beberapa komponen dalam
satu percobaan menggunakan satu plat. Ini memungkinkan pembandingan dan analisis yang
mudah.
Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis:
1. Tidak Sepeka Teknik Lain: TLC mungkin tidak sepeka seperti teknik kromatografi cair atau
kromatografi gas, sehingga beberapa senyawa mungkin sulit dideteksi jika dalam
konsentrasi rendah.
2. Kualitas Plat Berpengaruh: Kualitas plat yang digunakan dalam TLC dapat mempengaruhi
hasil analisis. Plat yang kurang berkualitas dapat menghasilkan hasil yang kurang akurat.
3. Keterbatasan Pemisahan: Untuk sampel yang sangat kompleks atau senyawa dengan sifat
fisikokimia yang mirip, TLC mungkin tidak cukup efektif dalam memisahkan
komponen-komponennya.
4. Kesulitan dalam Kuantifikasi: Kuantifikasi hasil TLC bisa lebih sulit dibandingkan dengan
teknik kromatografi lainnya karena perlu mengevaluasi densitas atau intensitas warna bercak
pada plat. Ini bisa kurang akurat.
5. Keterbatasan dalam Ukuran Sampel: Jumlah sampel yang dapat diterapkan pada plat TLC
terbatas. Oleh karena itu, sampel dengan konsentrasi yang sangat rendah mungkin sulit
untuk dianalisis.
6. Batasan dalam Aplikasi dalam Skala Besar: TLC biasanya digunakan untuk analisis
laboratorium skala kecil hingga menengah. Jika memerlukan analisis dalam skala besar,
teknik lain seperti kromatografi cair atau kromatografi gas akan lebih cocok.
7. Subjektivitas dalam Interpretasi: Interpretasi hasil TLC bisa subjektif, terutama dalam
menentukan berapa banyak senyawa yang terkandung dalam sampel. Hal ini tergantung pada
pengamat dan kondisi pencahayaan.

2.7 Peluang Aplikasi Kromatografi Lapis Tipis ke Depan


Penggunaan kromatografi lapis tipis (TLC) telah berkembang pesat dalam berbagai
bidang, dan peluangnya terus berkembang ke depan. Berikut ini beberapa peluang aplikasi
kromatografi lapis tipis di masa depan:
1. Industri Farmasi: Kromatografi lapis tipis dapat digunakan dalam pemantauan dan analisis
bahan obat. Dengan kemajuan dalam pemahaman tentang sifat kimia obat-obatan, TLC
dapat digunakan untuk menguji kemurnian bahan aktif dalam produk farmasi dan
memastikan kesesuaian standar kualitas.
2. Industri Makanan: Di sektor makanan, TLC dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan
menguji kontaminan dalam makanan, termasuk pestisida, bahan tambahan, dan residu obat
hewan. Hal ini membantu memastikan keamanan dan kualitas produk makanan.
3. Pemantauan Lingkungan: Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk mendeteksi
kontaminan kimia dalam sampel lingkungan, seperti air, tanah, dan udara. Dengan
meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan, TLC dapat menjadi alat penting dalam
pemantauan dan analisis pencemaran lingkungan.
4. Ilmu Hayati: Dalam biologi, TLC digunakan untuk memisahkan dan mengidentifikasi
senyawa-senyawa seperti pigmen klorofil dalam tanaman, lipid dalam jaringan biologis, dan
asam nukleat dalam penelitian genetika.
5. Kontrol Kualitas di Industri Kimia: Kromatografi lapis tipis dapat digunakan dalam industri
kimia untuk mengontrol kualitas produk dan memantau reaksi kimia. Ini membantu dalam
pengembangan dan produksi bahan kimia yang lebih berkualitas.
6. Ilmu Forensik: Dalam ilmu forensik, TLC dapat digunakan untuk menganalisis sampel jejak,
seperti cat atau serbuk untuk membantu dalam penyelidikan kasus kriminal.
7. Pengembangan Metode Analisis Baru: Kromatografi lapis tipis terus mengalami
perkembangan teknik dan metode analisis yang lebih baik. Ini mencakup penggunaan fase
terbalik, peningkatan resolusi, dan deteksi yang lebih sensitif. Masa depan TLC mungkin
melibatkan integrasi dengan teknologi lain, seperti spektroskopi massa dan spektroskopi
nuklir resonansi magnetik (NMR).
8. Automatisasi dan Kecerdasan Buatan: Dengan kemajuan dalam teknologi otomatisasi dan
kecerdasan buatan, TLC dapat diintegrasikan dengan sistem yang lebih canggih untuk
analisis yang lebih cepat dan akurat. Sistem ini dapat memberikan hasil dengan lebih sedikit
intervensi manusia.
9. Kesehatan dan Diagnostik: Dalam bidang kesehatan, TLC dapat digunakan untuk
menganalisis sampel biologis seperti urin, darah, dan air mata untuk keperluan diagnostik
medis, seperti mendeteksi narkoba, hormon, atau penyakit menular.
10. Pertanian dan Agrokimia: Kromatografi lapis tipis dapat digunakan dalam penelitian
pertanian dan agrokimia untuk menganalisis sampel tanah, pupuk, dan pestisida, serta
mengawasi dampak penggunaan bahan kimia pertanian terhadap lingkungan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kromatografi lapis tipis merupakan kromatografi serapan yang memiliki fase diam
berupa zat padat dengan fase geraknya berupa zat cair.
2. Prinsip dasar Kromatografi Lapis Tipis adalah bahwa komponen-komponen dalam
campuran akan bergerak melalui lapisan tipis secara berbeda berdasarkan perbedaan
dalam afinitas mereka terhadap lapisan tipis (fase statis) dan cairan pelarut (fase
gerak).
3. Prinsip kerja dari kromatografi lapisan tipis adalah pemisahan yang berdasarkan
perbedaan kelarutan antara komponen fase stasioner dan fase gerak. Komponen pada
fase gerak dan menggunakan prinsip kapiler dan akan melewati komponen pada fasa
stasioner
4. Ada 3 jenis KLT, yaitu Kromatografi Lapis Tipis Adsorpsi, Kromatografi Lapis Tipis
Partisi, dan Kromatografi Lapis Tipis Ion.
5. Adapun contoh aplikasi dari KLT yaitu dalam Skrining Fitokimia dan Profil
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Tumbuhan Antimalaria Asal Indonesia serta dalam
Evaluasi Penggunaan Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi (KLTKT) Densitometri
Silika Gel 60 F254 Pada Penetapan Kadar Vitamin C Yang Terdapat Pada Daging
6. Kelebihan klt yaitu sederhana dan murah, cepat, sensitif, cocok untuk skrining awal.
Adapun kekurangannya yaitu tidak sepeka teknik lain, kualitas plat berpengaruh,
keterbatasan dalam ukuran sampel
7. Penggunaan kromatografi lapis tipis (TLC) telah berkembang pesat dalam berbagai
bidang, dan peluangnya terus berkembang ke depan.
DAFTAR PUSTAKA

Arifuddin, M., & Bone, M. (2020). Skrining Fitokimia dan Profil Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) Tumbuhan Antimalaria Asal Indonesia: Phytochemical Screening and Thin Layer
Chromatography Profile of Indonesia Plants. Jurnal Sains dan Kesehatan, 2(3), 174-181.
Asfiyah, S. (2020). Modifikasi Dean Stark Upaya Efisiensi Proses Distilasi Uap Minyak Biji
Pala dalam Praktikum Kimia Organik. Indonesian Journal of Laboratory, 2(1), 10-15.
Asra, R., Zulharmita, Z., & Amrul, M. (2017). Evaluasi Penggunaan Kromatografi Lapis Tipis
Kinerja Tinggi (KLTKT) Densitometri Silika Gel 60 F254 Pada Penetapan Kadar Vitamin
C Yang Terdapat Pada Daging Buah Naga Ungu (Hylocereus polyrhizus). Jurnal Farmasi
Higea, 9(1), 76-84.
Natalia Nani, M. (2020). Analisis Rhodamin B Pada Saos Bakso Di Pangkalan Bun dengan
Metode Kromatografi Lapis Tipis. Analisis Rhodamin B Pada Saos Bakso Di Pangkalan
Bun Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis.
Wulandari, L. (2011). Kromatografi Lapis Tipis. Jember : PT. Taman Kampus Presindo

Anda mungkin juga menyukai