Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PEMISAHAN ANALITIK

PERCOBAAN II

( KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS )

Oleh

Nama : Yusriana Alusi

Stambuk : A1L119017

Prodi : Pendidikan kimia

Jurusan : Pendidikan Kimia

Fakultas :Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Asisten Pembimbing : Ray Ardiansyah

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa secara teliti dan disetujui oleh Asisten Pembimbing Praktikum Dasar-
Dasar Kimia Analitik percobaan II dengan judul “Kromatografi Lapis Tipis” yang
dilaksanakan pada :
Hari, tanggal : Selasa, 25 Mey 2021
Waktu : 07:30 WITA - Selesai
Tempat : Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Kendari, 25 Mey 2021


Menyetujui,
Asisten Pembimbing

Ray Ardiansyah
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kromatografi merupakan metode analisis campuran atau larutan senyawa kimia dengan
adsorpsi memilih pada zat penyerap, zat cair dibiarkan mengalir melalui kolom zat penyerap
sehingga penyusunnya terpisah menurut bobot molekulnya yang dicirikan oleh warna yang
muncul. Kromatografi telah didefinisikan terutama sebagai suatu proses pemisahan yang
digunakan untuk pemisahan campuran yang pada hakikatnya molekuler. Kromatografi juga
merupakan teknik pemisahan yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-
komponen campuran diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Umumnya yang
bertindak sebagai fase diam adalah padatan dan fase cair adalah cairan atau gas. Fase gerak
mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang berbeda bergerak pada
laju yang berbeda.

Terdapat banyak pembagian dalam metode pemisahan secara kromatografi,


diantaranya yaitu kromatografi lapis tipis, kromatografi kertas, dan kromatografi kolom. Salah
satu metode pemisahan yang sering digunakan adalah metode kromatografi kertas.
Kromatografi kertas adalah tipe khusus kromatografi cair-cair yang fasa diamnya hanya berupa
air yang diadsorpsikan pada kertas dimana kertas hanya bertindak sebagai pendukung.

Kromatografi lapis tipis dapat digunakan dalam pemisahan, isolasi dan identifikasi
produk alami seperti minyak asiri, lilin, alkaloid, glikosida, protein, amina, dan lain sebagainya.
Sehingga pada percobaan ini digunakan sampel glukosa dan fruktosa. Glukosa adalah salah
satu gula monosakarida yang merupakan karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai
sumber tenaga bagi manusia dan hewan. Sedangkan fruktosa adalah monosakarida yang
ditemukan dibanyak jenis tumbuhan dan merupakan salah satu dari tiga gula darah penting
bersama glukosa dan galaktosa.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas maka dapat dilakukan percobaan mengenai


analisis secara kualitatif dengan metode pemisahan kromatografi kertas dengan fase geraknya
adalah eluen dan fase diamnya adalah cuplikan yang mengandung karbohidrat (glukosa dan
fruktosa).
1.2 Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti praktikum ini , mahasiswa diharapkan :
1. Dapat mengetahui dan memahami teknik dasar pemisahan dengan metode kromatografi
lapis tipis
2. Dapat melakukan pemisahan logam-logam FE2+, Cu2+, Pb2+, Ni2+ dan Ag2+. Atau
protein/karbohidrat dalam campuran larutan dengan teknik kromatografi lapis tipi.
3. Dapat menentukan komponen-komponen yang dipisahkan dan mengidentifikasi zat
yang dipisahkan berdasarkan nilai Rd tiap-tiap unsur.

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat praktikum bagi mahasiswa untuk percobaan ini yaitu mahasiswa dapat
melakukan pemisahan komponen-komponen senyawa menggunakan metode kromatografi
kertas dengan menotolkan larutan standar sebagai fase geraknya pada plat/kertas sebagai fase
diamnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kromatografi

Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh ahli botani dari Rusia M.S Tswell
(1872-1919) yang melakukan teknik pemisahan pigmen tanaman berwarna. Teknik ini
kemudian dinamakan “chromatography” yang merupakan penggabungan dari dua kata
dari bahasa Yunani, yaitu chrom (Inggris : colour) yang berarti warna dan graphein
(Inggris : to write) yang berarti menulis, jadi awalnya kromatografi berarti “menulis
dengan warna” (Rubianto, 2016).

Kromatografi lapis tipis adalah bentuk kromatografi planar, bersama-sama


dengan kromatografi kertas dan elektroforesis. KLT merupakan metode pemisahan
campuran analitit dengan mengelusi analit melalui suatu lempeng kromatografi, lalu
melihat komponen yang paling sederhana, lempeng-lempeng KLT dapat disiapkan di
laboratorium. Lalu lempeng diletakkan dalam wadah dengan ukuran yang sesuai, lalu
kromatografi hasil dapat di-scanning secara visual (Rohman, 2020).

2.2 Prinsip Kromatografi

Thin layer chromatography uses a thin glass plate Coated with either aluminium
oxide or silica gel as the solid phase. The mobile phase is a Solvent chose according to
the properties of the companents in the mixture. The principle of TLC is the distribution
of a compound between a solid fixed phase applied to a glass or plastic plate anda a liquid
mobile phase, which is moving over the solid phase. A small amount of a compound or
mixture is applied to a starting point’ just above the bottom of TLC plate. The plate ia
then developed in the developing Chamber that has a shallow pool of Solvent just below
the level at which the sample was applied ( Sarangi, dkk. 2013)

2.3 Keuntungan Kromatografi Lapis Tipis

There are many advantages that make TLC Cleary competitive :

1. TLC is conveniet and simple. If commercially available ready Made TLC plates are
used, even the less experienced user is able to perform.
2. The equipment that is needed for TLC is rather inexpensive and can be, this, easily
established in each laboratory.
3. TLC is already certified in many different industrial and especially pharmaceutical
processe. A particular important advantage in that field is that TLC can be easily
used to determine different analytes quantitatively (at least if reliable standards are
available).
4. TLC does not provide any “memory” effects as a completely new stationary phase
is used in all cases. This is a significant advan-tage in comparison to LC, where
remaining contributions of a previous run can be never completely excluded.
5. TLC consumes by far smaller amounts of solvents than HPLC. Therefore, TLC is
less expensive regarding the required con-sumables and particularly more
environment-friendly (Schiller, dkk. 2010).
2.4 Karbohidrat
Penentuan karbohidrat dengan cara kromatografi adalah dengan mengisolasi dan
mengidentifikasi karbohidrat dalam suatu campuran. Isolasi karbohidrat ini berdasarkan
prinsip pemisahan suatu campuran berdasarkan atas perbedaan distribusi rationya pada
fase diam dan fase gerak. Untuk mengidentifikasi adanya polisakarida dapat digunakan
kromatografi lapis tipis dengan cara menghidrolisis terlebih dahulu dengan asam. Hal ini
dikarenakan polisakarida perlu diderivatisasi agar dapat terlihat pada lempeng
kromatografi dan sulit larut dalam metanol. Karbohidrat terikat kuat pada fase diam
sehingga fase gerak yang digunakan harus sangat polar. Fase gerak yang sering digunakan
adalah butanol:piridin:air (Kusbandari, 2015).
2.5 Fruktosa

Fruktosa merupakan mono-sakarida, terdiri atas 6 atom karbon (heksosa) yang


merupakan isomerglukosa (C6H12O6) dan mengandung gugus karbonil sebagai keton.
Fruktosa dikonsumsi dalam bentuk sukrosa dan jarang dalam bentuk bebas. Di dalam usus,
sukrosa dihidrolisis oleh enzim sukrase menjadi fruktosa dan glukosa. Setelah diabsorpsi
oleh usus, fruktosa diangkut melalui vena porta menuju hepar untuk dimetabolisme
menjadi lipid ( Prahastuti, 2011).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat


“kromatografi lapis tipis” dilakukan pada hari Sabtu tanggal 13 April 2019, pukul
07:30 WITA-selesai. Bertempat di laboratorium jurusan pendidikan kimia, fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada percobaan kromatografi kertas adalah gelas chamber , plat
KLT, pipet volume 25 mL, pipet tetes, pentotol 3 buah, filler, Atau sparayer, mistar, pensil,
dan benang.

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah cuplikan yang mengandung
campuran karbohidrat (fruktosa dan glukosa) dan Eluen (aseton-air).

3.3 Prosedur Kerja


Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini yaitu pemisahan karbohidrat,
pertama-tama disiapkan bejana kromatografi (chamber) diisi dengan fase bergerak (eluen)
sampai ketinggian 1 cm dari dasar wadah. Disiapkan kertas saring whatman dengan ukuran
9 x 3 cm. Dibuat garis batas (secara melintang) dengan pensil sekitar 1 cm dari pinggir
bawah kertas dan 0,5 cm dari pinggir atas kertas. Diukur melintang (buat titik) 1 cm dari
tepi kiri dan 1 cm dari tepi kanan kertas. Jarak diantara kedua titik dibagi dua, lalu ditengah
kertas diberi tanda untuk batas penotolan larutan sampel yang akan dipisahkan dengan
larutan standar. Disiapkan pipa kapiler yang bersih untuk penotolan sampel dan standar.
Dilakukan penotolan sampel dan larutan standar karbohidrat (fruktosa dan glukosa) pada
kertas yang telah dibatasi pada masing-masing bagian. Setelah penotolan (setelah kering)
kertas selulosa dimasukan kedalam wadah kromatografi yang berisi eluen (campuran
aseton-air) untuk proses elusi. Kertas tercelup eluen dibawah garis batas bawah kertas.
Diangkat setelah fase gerak (eluen) mencapai garis batas atas, kemudian kertas dikeringkan
di udara bebas. Dimasukan ke spektroskopi UV dan diukur jarak setiap warna dari garis
bawah kertas. Lalu hitung Rf dari masing-masing komponen yang terpisah.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum

sampel Perlakuan pengamatan Keterangan


No

1. Ion Logam
- Mentotolkan - Sampel tidak
𝐹𝑒𝐶𝑙3 dan 𝑃𝑏𝑆𝑂4
sampel pada plat berwarna
KLT
- Memasukkan plat -
kedalam chamber
- Mengelusi - Eluen
bergerak
naik melalui plat
- Mengeringkan - Plat tidak
Plat KLT berwarna

2. Karbohidrat
K
Ekstrak Etil
- Mentotolkan - Sampel
Asetat
sampel pada plat berwarna
KLT merah bata
- Memasukkan plat -
kedalam chamber
- Mengelusi - Eluen naik
melalui plat
- Mengeringkan - Terdapat
plat KLT warna kuning
kemerahan
4.2 Analisis Data

1. Ekstrak Etik Asetat

Perhitungan RF

Rf = jarak gerak zat terlarut / jarak gerak pelarut

Rf. = 5 cm/ 6 cm

Rf. = 0,833

4.3 Pembahan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan setelah melakukan percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Teknik pemisahan dengan kromatografi lapis tipis merupakan teknik pemisahan dengan

melakukan penotolan larutan standar dan sampel pada lempeng kaca lalu dilakukan proses

elusi

2. Pemisahan senyawa karbohidrat (glukosa dan fruktosa) dapat dilakukan dengan teknik

kromatografi lapis tipis.

5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan yaitu pada praktikum selanjutnya dilakukan pemisahan

terhadap ion logam dan pemisahan senyawa metabolit sekuder agar praktikan mempunyai

wawasan yang lebih luas lagi tentang kromatografi lapis tipis.

Daftar pustaka

Kurbandari.A., 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan Pati Umbi

Ganyong ( Canna Edulis KER). Jurnal Pharmaciana. 5(1).

Prahastuti. S, 2011. Konsumsi Fruktosa Berlebihan dapat Berdampak Buruk bagi Kesehatan

Masyarakat. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 10(2).

Rohman. B, 2020. Analisis Farmasi dengan Kromatografi Cair. Yogyakarta : Deepublish.

Rubiyanto. D, 2016. Teknik Dasar Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish.

Sarangi. M, Jyofirmaye. K, dan Sanjer. K., 2013. Thin Layer chromatography : A Tool Of

Biotexnology For Isolation Of Bioative Compounds From Medicial Plant. Journal

Pharm. 8(1).

Schiller. S, Mandy. E, Kristin. R, Rosmanie. S, dan Beate. F, 2010. Lipil Analysis By Thin-

Layer-Chromatography-A Review Of The Current State. Journal Of Chromatograpy A.

2(8).

Anda mungkin juga menyukai