Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

KELAS M KELOMPOK 6
KROMATORAFI LAPIS TIPIS (KLT)

Disusun oleh :
Yosa Adi 15334728
Yulinda Anggraini 15334015
Dinda Nabilah Pramestiti 15334016
Vina Septianingsih 15334018
Yunika Mawar Wigaty 15334019
Misqathul Hadayati 15334022
Nurhayani 15334067
Yohana Silvia Kusuma dewi15334081
Risman Barkah 15334122
Ade Retno Rubiantini 15334749

Dosen :
Muchammad Reza Ghozaly, Msi.,Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2015/2016

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS KLS M KELOMPOK 6 Page


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah Azza wa jalla atas segala nikmat dan

karunia-Nya serta izin-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini

disusun dengan untuk memenuhi laporan praktikum kimia dasar.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih juah dari kesempurnaan, karena

masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari berbagai pihak dalam menyusun makalah-makalah berikutnya dan

semoga makalah ini dapat berguna bagi setiap pembacanya.

Dalam proses penyusunan tugas ini Kami menjumpai hambatan, namun berkat

dukungan materiil dari berbagai pihak, akhirnya Kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan

cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini Kami menyampaikan terimakasih dan

penghargan setinggi tingginya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya

tugas ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini.

Jakarta, Agustus 2016

Penyusun

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS KLS M KELOMPOK 6 Page


Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

A. Tujuan

Memahami dan mengenal dasar-dasar pemisahan secara kromatografi

B. Dasar Teori

Kromatografi ditemui oleh Michael Tswett, seorang ahli botani di Universiti

Warsaw(Poland), pada tahun 1906. Yang menggunakan kolom yang berisi medium

pengabsorpsi kapur ( Kalsium Karbonat ).kemudian ekstrak daun dalam petroleum eter yang

berwarna hijau dituangkan ke dalam kolom. Pigmen yang diabsopsi oleh kapur ditahan di

bagian atas kolom sedangkan pigmen yang diabsorpsi lemah bergerak lebih tepat didalam

kolom sehingga terjadi pemisahan. Hasil yang didapat dari pemisahan ini merupakan pita-pita

berwarna. Pigmen Klorofil berwarna hijau di bagian atas, dibawahnya adalah Xantofil

berwarna kuning kemudian Karoten berwarna Jingga. Kemudian kolom dikeringkan dan

isinya dikeluarkan. Masing-masing pita dipotong dan zat-zat yang diabsopsi didalamnya

diekstraksi dengan alcohol terpisah. Perkataan kromatografi berasal daripada

perkataan Yunani : " warna " dan " tulis ".

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola

pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul)

yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang

merupakan fase diam.

Kromatografi terbentuk apabila terdapat satu fasa diam dan satu fasa bergerak. Fasa

diam biasanya ialah padatan atau cairan manakala fasa bergerak biasanya ialah cecair

ataugas. Setiap molekul yang berbeza akan terjerap kepada fasa pegun dengan kekuatan yang

berbeda. Pada masa yang sama, dua molekul yang berlainan juga mempunyai keterlarutan

yang berbeda dalam fasa bergerak.

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS KLS M KELOMPOK 6 Page


Katakan kita mempunyai campuran dua bahan A dan B. A akan terjerap kepada fasa

pegun dengan kuat manakala B tidak. A juga mempunyai keterlarutan dalam fasa bergerak

yang lebih rendah berbanding dengan B. Justru, apabila campuran A dan B dibiarkan melalui

satu lajur kromatografi, B dapat bergerak dengan lebih cepat berbanding dengan A kerana A

mengalami rintangan yang kuat dalam perjalanannya

Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi

komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang

sama.

Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang

didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase

diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-

komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.

Macam-macam kromatografi

Jenis-jenis Kromatografi

Berdasarkan Teknik Kerja yang digunakan, antara lain :

1. Analisa kapiler
2. Kromatografi Kertas
3. Kromatografi Kolom
4. Kromatografi Lapis Tipis
5. Kromatografi Gas

1. ANALISA KAPILER

Untuk melakukan uji terhahap zat warna dan pigmen yang dilakukan dengan

membuat spot dari cairan pada absorben misalnya kertas atau kain. Komponen-komponen

dalam warna, dapat diamati dengan adanya lingkaran-lngkaran sepusat yang terbentu karena

cairan bergerak keluar spot.difusi melalui kapiler dari kertas saring dapat dengan mudah

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS KLS M KELOMPOK 6 Page


diamati. 2 zat atau lebih dipisahkan sebagai hasil reaksi kapiler jika difusi terjadi pada

kecepatan yang berbeda.

2. KROMATOGRAFI KERTAS

Kromatografi kertas menggunakan fase diam kertas, yakni kandungan selulosa di

dalamnya, sedangkan untuk fase gerak yang digunakan adalah pelarut atau campuran pelarut

yang sesuai. Kertas sebagai fase diam akan dicelupkan ke dalam sampel dan pelarut,

selanjutnya sampel dan pelarut berdasarkan gaya kapilaritas akan terserap dan bergerak ke

atas. Perbandingan jarak relatif antara senyawa (sampel) dengan jarak pelarut dihitung

sebagai nilai Rf. Aplikasi penggunaan dari kromatografi kertas sendiri adalah untuk

memisahkan diantaranya adalah tinta, zat pewarna, senyawa tumbuhan seperti klorofil , make

up dan berbagai zat lainnya. Mekanisme kerja dari kromatografi kertas cukup sederhana, di

laboratorium kita sering melakukan percobaan menggunaan teknik kromatografi kertas

tersebut.

3. KROMATOGRAFI KOLOM

Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat

untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran.Prinsip Kerja Kromatografi

Kolom didasarkan pada absorbsi komponen2 campuran dengan afinitas berbeda terhadap

permukaan fase diam. Absorben bertindak sebagai fase diam dan fase geraknya adalah cairan

yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom.

Sampel yang mempunyai afinitas besar terhadap absorben akan secara selektif tertahan dan

afinitasnya paling kecil akan mengikuti aliran pelarut.

4. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS KLS M KELOMPOK 6 Page


Kromatografi lapis tipis biasanya menggunakan sebuah lempengan tipis yang terbalut

gel silika atau alumina. Silika atau alumina tersebut berfungsi sebagai fase diam. Materi lain

juga bisa digunakan sebagai fase diam asalkan mampu mengalami pendarflour (fluorescence)

dalam sinar ultra violet. Sementara untuk fase gerak yang digunakan adalah pelarut atau

campuran pelarut yang digunakan. Aplikasi dari teknik pemisahan kromatografi lapis tipis

dapat digunakan untuk mengetahui jenis pada campuran asam amino tertentu. Teman-teman

mungkin bertanya, interaksi apa yang terjadi pada proses kromatografi cair sehingga terjadi

pergerakan sampel di dalam pelarut? Ada beberapa interaksi yang terjadi, diantaranya adalah

pembentukan ikatan hidrogen, ikatan vander walls dan gaya debye. Atau bisa juga berupa

pembentukan senyawa kompleks.

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada dasarnya sangat mirip dengan kromatografi

kertas, terutama pada cara melakukannya. Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahnya,

yakni diguankannya lapisan tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca, aluminium

atau plastik sebagai pengganti kertas. Lapisan tipis adsorben ini pada proses pemisahan

berlaku sebagai fasa diam. (Soebagio, 2000:85).

Teknik KLT dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff dan Schaiber. Adsorbent

dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang fase diam. Fase bergerak

akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram. Ini dikenal juga sebagai

kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitive.

Kecepatan pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang

terpisahkan. (Khopkar, 2010: 164).

Biasanya yang sering digunakan sebagai materi pelapisnya adalah silica gel, tetapi

kadangkala bubuk selulosa dan tanah diatome, kieselguhr juga dapat digunakan. Untuk fase

diam hidrofilik dapat digunakan pengikat seperti semen Paris, kanji, dispersi koloid plastik,

silica terhidarsi. Untuk meratakan pengikat dan zat pada pengadsorpsi digunakan suatu

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS KLS M KELOMPOK 6 Page


aplikator. Sekarang ini telah banyak tersedia kromatografi lapisan tipis siap pakai yang dapat

berupa gelas kaca yang telah terlapisi, kromatotube dan sebagainya. Kadar air dalam lapisan

ini harus terkendali agar didapat hasil analisis yang reprodusibel (Khopkar, 2010:164).

Pada identifikasi suatu kandungan tumbuhan, setelah kandungan itu diisolasi dan

dimurnikan, pertama-tama yang harus kita tentukan dahulu golonannya, kemudian barulah

ditentukan jenis senyawa dalam golongan tersebut. Sebelum itu, keserbasamaan senyawa

tersebut harus diperiksa dengan cermat, artinya senyawa harus membentuk bercak tunggal

dalam beberapa system KLT dan/atau KKt. Golongan senyawa biasanya dapat ditentukan

dengan uji warna, penentuan Deteksi noda KLT terkadang lebih mudah dibandingkan dengan

kromatografi kertas karena dapat digunakan teknik-teknik umum yang lebih banyak.

Kerapkali, noda tidak berwarna atau tidak berpendar jika dikenai sinar ultra violet dapat

ditampakkan dengan cara mendedahkan papan pengembang pada uap iod. Uap iod akan

berinteraksi dengan komponen-komponen sampel baik secara kimia atau berdasarkan

kelarutan membentuk warna-warna tertentu. (Soebagio, 2000:87).

kelarutan, bilangan Rf, dan ciri spektrum UV. Identifikasi lengkap dalam golongan

senyawa bergantung pada pengukuran sifat atau cirri lain, yang kemudian dibandingkan

dengan data dalam pustaka. (Harborne, 1987:20).

5. GLC (Gas Liquid Chromatography)

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS KLS M KELOMPOK 6 Page


GLC merupakan salah satu jenis kromatografi gas yang digunakan untuk memisahkan

senyawa-senyawa organik yang mudah menguap. Pada kromatografi ini, fasa gerak yang

digunakan adalah gas dan fasa diamnya adalah zat cair. Aplikasi dari kromatografi gas

misalnya digunakan untuk menentukan komposisi kimia dari zat-zat yang tidak kita ketahui,

seperti misalnya senyawa berbeda dalam bensin. Waktu analisa menggunakan GLC

cenderung lebih lama. GLC menggunakan instrumen yang lebih kompleks, beberapa

instrumen penting dalam GLC adalah sebagai berikut:

1. Gas pembawa, merupakan gas yang harus inert dengan sampel dan harus murni.

Diantara gas pembawa yang banyak digunakan adalah hidrogen, helium, nitrogen

dan argon.
2. Pengontrol aliran
3. Injektor atau tempat untuk menyuntikkan sampel
4. Kolom
5. Detektor, merupakan instrumen yang berfungsi untuk merupakan sinyal analitik

menjadi sinyal listrik.


6. Rekorder, merupakan instrumen yang akan merubah sinyal listrik menjadi sinyal

mekanik agar bisa dibaca dalam bentuk data.

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS KLS M KELOMPOK 6 Page


Dari semua teknik-teknik tersebut yang akan kita bahas adalah Kromatografi Lapis

Tipis ( KLT ).

C. ALAT DAN BAHAN UNTUK PERCOBAAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS :

Alat :

Pipet
Beker glass
Kromatografi Lapis Tipis
Kertas saring
Plastik
Pipa Kapiler

Bahan :
Kloroform
Metanol
Larutan iodin
kalium permanganat

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS KLS M KELOMPOK 6 Page


D. PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

NO. PENGAMATAN PEMBAHASAN


1. Siapkan Kertas lapis tipis (KLT) ukuran Bersihkan beaker glass dengan air,dan

1x5 cm. bilas dengan cairan pelarut n-flexon +

aceton 9 : 1 sebanyak 3 ml.

Ambillah cairan pelarut n-flexon + aceton

tersebut sebanyak 3 ml dan dimasukkan

ke dalam beaker glass.

2. Buatlah spot dari campuran zat warna Uji kejenuhan pelarut dengan cara

dengan menggunakan pipa kapiler memasukkan kertas saring hingga kertas

sebagai penotol. Usahakan diameter saring basah menyeluruh dalam posisi

spot sekecil mungkin. tegak. Kemudian KLT diberi tanda atas

dan bawah, untuk bagian bawah ditotol zat

uji/pewarna (iodium + kal.permanganat +

lar. Trapelin 0,1%).

3. Tempatkan KLT didalam gelas kimia Setelah larutan jenuh masukkan KLT ke

yang mengandung sedikit air atau dalam beaker glass dalam posisi tegak

campuran n-propanol, ammonia dan air. lurus dan menghadap kertas saring.

4. Tutuplah gelas dengan kaca arloji dan Kemudian tutup beaker glass tunggu

biarkan komponen-komponen memisah. beberapa saat sampai zat pelarut

merambat sampai batas yang sudah

ditentukan dibagian atas.

5. Jelaskan hasilnya. Setelah diambil dan dikeringkan KLT


tanda percobaan tidak terlihat jelas.

Karena tidak terlihat jelas dengan mata

normal, dicek dengan mengunakan sinar

UV 254, sehingga terlihat tanda hasil

pemisahan zat uji.

Perhitungan nilai Rf

Dari hasil batas KLT tanda dari penotolan ke tanda bagian atas adalah 5 cm, dan tanda

penotolan sampai tanda pemisahan uji zat adalah 2,5 cm.

Jarak perambatan yang dicapai zat dalam waktu tertentu


Rf = Jarak perambatan yang dicapai pelarut pada waktu tertentu

2,5 cm
=0,5 cm
Jadi nilai Rf adalah = 5 cm

PEMBAHASAN

Analisis kuantitatif dengan KLT ada dua macam. Yang pertama noda cuplikan setelah

dikembangkan diukur langsung luasnya atau kerapatannya (density). Secara manual atau

menggunakan alat alat yang disebut densitometer. Tehnik ini disebut evaluasi in one.

Luas atau kerapatan noda dibandingkan dengan kerapatan noda senyawa standar yang telah

diketahui konsentrasinya. Cara yang kedua, noda diambil dengan cara dikerok atau diisap

dengan suatu alat kemudian dilarutkan dalam suatu pelarut dan larutan terakhir diamati

dengan spectrometer UV vis atau ditimbang (gravimetric) setelah pelarut diuapkan. Cara

gravimetric hanya dapat dilakukan apabila jumlah cuplikan cukup besar. Cara ini tidak

membutuhkan standar pembanding


Pada percobaan ini, tehnik kromatografi lapis tipis yang digunakan adalah suatu plat

tipis (aluminium) yang berfungsinya untuk tempat berjalannya adsorbens sehingga proses

migrasi analit oleh solventnya bisa berjalan. Hal ini Inilah yang membedakan antara

kromatografi kertas dengan kromatografi lapis tipis. Yang dimana pada KLT menggunakan

plat tipis sedangkan pada KK menggunakan kertas (lapisan selulosa) sehingga proses

elusinya lebih lama (kira kira 10 20 menit lebih lama dari KLT). Perbedaan lainnya dari

kedua kromatografi tersebut adalah pembentukan noda pada adsorbensnya dimana pada KLT

noda yang dihasilkan lebih tajam dibandingkan noda yang nampak dalam KK. Hal ini

disebabkan pada KK penyusun dari adsorbens berupa selulosa yang dapat mengikat air,

sehingga ketika dielusi dengan suatu pelarut atau fase gerak maka noda yang dihasilkan

mengalami penyebaran akibat terdapatnya gugus OH dalam adsorbens yang masih tertingal

dalam fase diamnya sehingga penampakan nodanya terlihat lebih pudar dan bentuk nodanya

tidak bulat. Sedangkan dalam KLT adsorbens yang digunakan berupa slika gel (SiO2) yang

tidak mengikat molekul air, sehingga noda yang tercipta lebih terfokus dan tajam.

Pada percobaan ini, adsorbens yang digunakan silika sehingga keadaan ini akan

berdampak pada penampakan noda yang nantinya akan diamati dalam KLT ini, dimana ion

ion dalam sample dipertukarkan sehingga penentuan komponen yang terpisah akan sulit di

tentukan. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab sampai tidak munculnya warna noda

pada KLT dalam percobaan ini. Sedangkan faktor penyebab lainnya disebut dengan faktor

yang mempengaruhi nilai Rf pada KLT seperti kualitas adsorben, ketebalan lapisan,

kejenuhan ruang kromatografi, tehnik pengembangan (elusi), suhu, dan kualitas pelarut.

Penentuan nilai Rf suatu standar analit pada KLT pada dasarnya sama dengan

penentuan nilai Rf dalam KK, dimana nilai Rf ditentukan dengan membandingkan jarak noda

yang dihasilkan dari migrasi solvent/ pelarutnya dengan jarak sample/ standar. Nilai Rf

menyatakan ukuran daya pisah suatu zat dengan kromatografi planar (KK mapun KLT),
dimana jika nilai Rfnya besar berarti daya pisah zat yang dilakukan solvent (eluenya)

maksimum sedangkan jika nilai Rfnya kecil berarti daya pisah zat yang dilakukan solvent

(eluenya) minimum. Tidak munculnya noda dalam percobaan kali ini dapat disebabkan oleh

faktor faktor yang mempengaruhi nilai Rf seperti diatas, akan tetapi ada juga kemungkinan

lain misalnya noda yang tidak nampak, sehingga untuk menampakkan noda tersebut harus

direaksikan dengan reagen penampak warna berupa ion logam transisi untuk membentuk

kompleks, karena salah satu ciri senyawa kompleks adalah berwarna akibat adanya bilangan

koordinasi dari atom pusatnya. Adapun untuk identifikasi dan deteksi zat setelah

terbentuknya noda dilakukan dengan beberapa cara misalnya; planimetri, densitometri,

spektrofotometri, dan fluorensis, dimana masing masing alat tersebut memeliki kelebihan

dan kekurangan yang jika dijabarkan akan lebih panjang dan rumit karena dihubungkan
dengan proses penggunaanya.

PROSES KLT
Perhitungan nilai Rf

Dari hasil batas KLT tanda dari penotolan ke tanda bagian atas adalah 5 cm, dan tanda

penotolan sampai tanda pemisahan uji zat adalah 2,5 cm.

Jarak perambatan yang dicapai zat dalam waktu tertentu


Rf = Jarak perambatan yang dicapai pelarut pada waktu tertentu

2,5 cm
=0,5 cm
Jadi nilai Rf adalah = 5 cm

E. KESIMPULAN :

Jadi zat yang kita uji dengan cara kromatografi lapis tipis bersifat semi polar dengan

nilai Rf = 0,5 cm dan dengan bantuan sinar UV 254. Meskipun hasil yang didapat tidak

terlihat dengan jelas.

F. SARAN
Diperlukan ketelitian dalam melakukan percobaan ini,untuk mendapatkan perbedaan

yang jelas dalam pengujian sampel.mungkin kami tak sengaja memegang flat atau yang

lainnya.
G. LAMPIRAN

Gbr 1 Gbr 2

Gbr 3 Gbr 4

Gbr 5 Gbr 6
H. DAFTAR PUSTAKA

Diktat praktikum Kimia Dasar ISTN

Anwar, chairil, dkk . 1996. Pengantar praktikum kimia organik. Yogyakarta : PMIPA UGM

Masriani. 2008. Diktat Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan. Pontianak : FKIP

UNTAN

Sudjadi. 1988. Metode pemisahan. Yogyakarta : Kanisius

Underwood, AL dan JR. Day R.A. analisa kimiaa kuantitatif edisi keenam. Jakarta : Erlangga

http://www.scribd.com/doc/7801117/Kromatografi-Lapis-Tipis

http://www.chem-is-

try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_lapis_tipis/

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/01/isolasi_dan_identifikasi_alkaloid.pdf

http://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi.html

Anda mungkin juga menyukai