Anda di halaman 1dari 15

TUGAS ANALISIS FARMASI

“KOMPLEKSOMETRI”

Disusun Oleh:
KELOMPOK 7

1. Damayanti Harahap (16334717)


2. Ali Hartono (16334780)
3. Rizky Amelia (16334076)
4. Tantry Suattika (16334095)
5. Puji Lestari (16334080)
6. Dini Andiani (15334083)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2018

1
Daftar isi
Kata Pengantar………………………………………………………………………………………………………………………………… 3

Bab I Pendahuluan............................................................................................................................4
Latar Belakang.............................................................................................................................4
Maksud percobaan.....................................................................................................................4
Tujuan percobaan..........................................................................................................................4
Bab II Tinjauan Pustaka ....................................................................................................................5
Bab III Pembahasan..........................................................................................................................6
Bab IV PeNUTUP.............................................................................................................................15
Kesimpulan......................................................................................................................................15
Saran...............................................................................................................................................15

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat ridho-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah tentang “Kompleksometri”.

Dalam menyusun makalah ini, terdapat hambatan yang kami alami, namun berkat dukungan,
dorongan dan semangat sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalahKompleksometri yang kami susun
ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaannya.

Akhir kata semoga makalah “Kompleksometri” ini bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, April 2018

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perlakuan suatu sampel dalam ilmu kimia sangatlah beragam. Namun, keberagaman itu tidak
dikarenakan seenaknya mencampur zat-zat bahan kimia. Akan tetapi, timbul sebagai akibat dari
pemerian zat yang akan diuji. Tiap zat dalam suatu senyawa pasti memiliki sifat tertentu apabila
dicampurkan dengan senyawa lain, dan juga apabila dilarutkan dalam suatu pelarut, misalnya air, eter,
gliserol, dan lain-lain. Pengidentifikasian suatu zat harus melalui suatu prosedur kerja sebab adanya
hasil reaksi (yang mungkin berbahaya) yang timbul saat dua senyawa atau lebih direaksikan, misalnya
dengan senyawa logam. Salah satu cara untuk melakukan identifikasinya, khusus pada zat yang
mengandung senyawa logam, digunakan suatu teknik titrasi yang disebut titrasi kompleksometri atau
reaksi pembentukan kompleks.

Metode titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan seyawa kompleks.


Salah satu zat pembentuk kompleks yang sering digunakan adalah dinatrium etilendiamina tetraasetat
(dinatrium EDTA). Dinatrium EDTA digunakan sebagai titran. Dalam penetapan kadarnya digunakan
beberapa indikator sepeti hitam eriokrom, jingga xilenol, dan biru hidroksi naftol.

Manfaat dari percobaan titrasi kompleksometri adalah dapat menentukan kadar logam-logam
yang ada dalam suatu produk farmasi sehingga tepat kadar (sesuai standar) dan tidak menjadi toksik
serta membahayakan konsumen.

I.2 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi zat dalam suatu sampel serta mampu
menetapkan kadarnya dengan menggunakan prinsip reaksi pembentukan kompleks.

I.3 Tujuan Percobaan

a. Agar mahasiswa memahami tata cara dalam melakukan proses titrasi dengan metode
kompleksometri.
b. Dapat melaksanakan pembuatan larutan-larutan baku maupun larutan pendukung seperti
indikator dll.
c. Mampu bekerja dalam penetapan kadar zat dalam sampel

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA

1. PEMBAHASAN

Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion


kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran
dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks, kompleks yang dimaksud di sini
adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau
molekul netral (Khopkar, 2002).

Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai
titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan asam etilen diamin tetra asetat (EDTA).
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam
sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.

Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat
dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunaka indikator yang
juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang
berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat.
Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange;
calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue (Khopkar,
2002).

Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda
tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada
pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik
akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat.
Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-
indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan
diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil
dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion
logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima,
kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga
mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam sehingga perubahan warna terjadi
sedikit mungkin dengan titik ekuivalen.

BAB III

5
PEMBAHASAN

II.1 TEORI UMUM

Titrasi kompleksometri adalah suatu cara penetapan kadar dengan metoda titrasi berdasarkan
pada pembentukan senyawa kompleks antara complexing agent dengan ion logam sebagai atom pusat.

Gugus yang terikat pada atom pusat disebut sebagai ligan. Banyaknya ikatan yang dibentuk
oleh atom lpgam pusat disebut bilangan kordinasi dari logam tersebut. Tidak semua reaksi
pembentukan senyawa kompleks dapat digunakan untuk titrasi. Syarat yang harus diperhatikan antara
lain :

a. Kompleks yang terbentuk harus stabil. Jika K stabilitas makin besar maka kompleks makin
stabil.
b. Reaksi yang terjadi harus kuantitatif sehingga dapat diukur.
c. Tidak mempunyai reaksi samping. Bila memiliki dua atau lebih tingkat keseimbangan reaksi,
perbedaan antara K stabilnya harus cukup besar.
d. Pembentukan kompleks tidak terlalu lama dan kompleks yang terbentuk tidak boleh
mengendap.
e. Ada perubahan nyata yang dapat diamati, baik dengan indikator visual maupun dengan
potensiometri.
f. Adanya indikator yang dapat menunjukkan perubahan tersebut dan bekerja pada kondisi yang
sama dengan reaksi kompleksasi yang terjadi.

Reaksi pembentukan kompleks dapat dianggap sebagai suatu reaksi kimia asam basa Lewis
dengan ligan bertindak sebagai basa karena menyumbangkan sepasang elektronnya kepada kation
yang merupakan asamnya. Ikatan yang terbentuk antara atom logam pusat dengan ligan seringkali
bersifat kovalen, tetapi dalam beberapa kasus interaksi tersebut berupa tarik-menarik Coulomb.

Ikatan kompleks yang terbentuk antara ion logam dengan suatu complexing agent juga dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a. Ikatan kompleks biasa


Pada tipe ikatan ini, ion pusat berikatan dengan molekul yang hanya mempunyai satu donor
pasangan elektron sunyi.
b. Ikatan kompleks chelat (kelat)
Ikatan ini merupakan ikatan yang berbentuk cincin. Ion pusat berikatan dengan molekul yang
mempunyai dua atau lebih donor pasangan elektron sunyi. Sebagai contoh adalah ikatan ion
logam dengan EDTA

6
Macam-macam komplekson yang dapat digunakan pada titrasi kompleksometri antara lain garam
Na dari asam nitrilo triasetat (NTA), garam Na dari asam etilen diamin tetraasetat (EDTA), dan garam
Na dari asam-1,2-diamino-sikloheksan tetraasetat.

Komplekson yang paling sering digunakan adalah Na 2EDTA atau garam Na dari asam etilen
diamin tetraasetat, karena :

a. Dapat bereaksi dengan hampir semua logam pada sistem periodik.


b. Stabilitas kompleks yang terbentuk paling besar jika dibanding dengan komplekson lain.
c. Ligannya membentuk senyawa kelat heksadentat yang sesuai dengan bilangan koordinasi dari
ion logamnya.
d. Harga relatif lebih murah.

HOOC – H2C CH2 - COOH


N – CH2 - CH2 - N
HOOC – H2C CH2 - COOH

Etilen diamin tetraasetat

Na2EDTA memiliki 4 macam penguraian, antara lain:

H4Y → H3Y- + H+ Pk1 = 2,0

H3Y- → H2Y2- + H+ Pk2 = 2,7

H2Y2- → HY3- + H+ Pk3 = 6,2

HY3- → Y4- + H+ Pk4 = 10,3

Hal-hal yang perlu diketahui dalam penggunaan Na2EDTA adalah:

a. Dalam pembentukan kelat, satu ion selalu bereaksi dengan satu ion H 2Y2- atau HY3- tidak
tergantung pada valensi atau muatan ion logamnya.
b. Untuk logam-logam dengan berbagai valensi, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut,

M2- + H2Y2- ↔ MY2- + 2H+

M3- + H2Y2- ↔ MY- + 2H+

M3+ + H2Y2- ↔ MY- + 2H+

Mn+ + H2Y2- ↔ MY(n-4) + 2H+

c. Ionisasi kompleks tergantung pada pH larutan. Logam valensi 2 stabil pada pH basa,
sedangkan logam dengan valensi 3 stabil pada pH asam.
d. Bila pH larutan terlalu rendah, dapat terbentuk hidrogen kompleksomat, yaitu kompleks
hidrogen dengan komplekson yang memperlambat reaksi, dan terjadi juga kompetisi antara
logam dengan ion H3O+.

7
Penentuan titik akhir (TA) titrasi dapat dilakukan dengan cara : potensiometri, kalorimetri, atau secara
visual.

Indikator visual yang digunakan dapat berupa indikator logam, indikator redoks, atau basa-basa.

1. Indikator Logam

Indikator logam adalah indikator yang memiliki warna yang berbeda dalam keadaan bebas dan
dalam keadaan terikat dengan logam.

Logam-indikator + EDTA ↔ logam-EDTA + indikator


(warna A) (warna B)

Syarat-syarat indikator logam :

a. Stabilitas kompleks logam titran harus lebih besar dari stabilitas kompleks logam indikator.
b. Reaksi warna yang terjadi harus sensitif, sekurangnya harus selektif dengan sedikit mungkin
gangguan.
c. Perbedaan warna antara kompleks logam-indikator dengan indikator bebas harus cukup jelas
dan diamati.
d. Reaksi substitusi indikator harus berlangsung dengan cukup cepat sehingga TA dapat dilihat
dengan jelas dan tepat.

2. Indikator Redoks

Indikator ini hanya dapat dipakai untuk logam-logam yang mempunyai dua atau lebih tingkat
oksidasi dan indikator tersebut memberikan warna yang berbeda antara bentuk tereduksi dan bentuk
teroksidasinya.

3. Indikator Asam-Basa

Indikator ini dapat digunakan jika ion H + yang dilepaskan pada reaksi pembentukan kompleks
dititrasi secara asam-basa. Pengamatan perubahan warna pada TA titrasi dapat berbeda tergantung dari
metoda titrasi yang dilakukan.

a. Bila titrasi dilakukan secar langsung, titrasi diakhiri pada saat warna indikator berubah
sempurna dari warna pada keadaan terikat sebagai kompleks logam-indikator menjadi warna
indikator bebasnya pada pH yang bersangkutan. Hal ini karena semua logam harus ditarik
dari bentuk logam-indikator menjadi bentuk logam-komplekson.
b. Bila titrasi dilakukan dengan cara tidak lansung, titrasi diakhiri pada saat warna indikator tepat
berubah, berasal dari bentuk kompleks logam baku indikator. Jika titrasi dilakukan dengan
cara tidak langsung, pada awalnya bentuk indikator adalah indikator dalam keadaan bebas
karena logamnya terikat dengan komplekson yang diberikan berlebih. Titrasi dengan logam
baku akan mengikat komplekson berlebih tersebut dan jika komplekson telah semuanya

8
berikat, akan terjadi kompleks logam baku dengan indikator yang ditandai dengan perubahan
warna indikator.

Beberapa indikator yang digunakan dalam titrasi kompleksometri antara lain: Eriochrome
Black T (EBT) untuk penetapan kadar logam Cd, Pb, Hg, Zn, Mg, Ca dan Sr; indikator thiourea untuk
logam Bi; xylenol orange untuk Bi dan Al; piridil azanafrol untuk Cu, Cd, Zn, dan Ce; dan lain-lain.

Titrasi dengan EDTA dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

a. Cara Langsung

Titrasi secara langsung dilakukan dengan mendapar larutan ion logam yang akan dititrasi pada
pH yang sesuai , lalu dititrasi langsing dengan larutan baku Na 2EDTA. Pengendapan hidroksi atau
gRm basa dapat dicegah dengan penambahan complexing agent. Cara langsung ini dapat dilakukan
terutama secara langsung jika ada indikator yang cocok untuk titrasi. Syarat lainnya adalah logam-
logam dapat larut dalam pelarut yang digunakan pada pH titrasi.

b. Cara Tidak Langsung

Titrasi secara tidak langsung dilakukan dengan cara menambahkan larutan Na 2EDTA berlebih
pada larutan yang mengandung ion logam, didapar pada pH yang sesuai, lalu kelebihan EDTA dititrasi
dengan larutan baku logam. Cara ini dilakukan jika tidak ada indikator yang cocok untuk penetapan
kadar secara langsung dan logam-logam tidak larut pada pelarut yang digunakan atau mungkin
mengendap pada pH titrasi.

c. Cara Substitusi

Titrasi dengan cara substitusi dilakukan dengan menambahkan larutan yang mengandung ion
logam pada kompleks logam yang ekuivalen, lalu kompleks atau logam yang dibebaskan ditentukan
dengan larutan baku. Cara ini digunakan jika ion tidak bereaksi dengan indikator logam dan jika
kestabilan kompleks logam-EDTA lebih besar dari kestabilan kompleks logam dengan logam lain.

d. Cara Asam-basa

Titrasi dengan cara asam-basa dapat dilakukan karena dalam setiap pembentukan senyawa
kompleks selalu dibebaskan ion H + yang dapat ditentukan dengan cara asam basa biasa dengan syarat
warna kompleks yang terjadi tidak menutupi warna indikator. Bila hal ini terjadi, dapat pula
digunakan indikator potensiometri.

e. Cara iodometri

9
H+ yang dibebaskan pada pembentukan kompleks jika ditambah dengan KIO 3 atau KI akan
membentuk I2 yang dapat ditentukan secara iodometri.

f. Cara redoks

Cara ini hanya dapat dilakukan pada logam-logam yang memiliki dua buah potensial oksidasi,
misalnya Fe.

g. Metode discocollineus

Cara penetapan kadar pada metode ini sama dengan metode substitusi. Cara ini dilakukan
karena kompleks yang terbentuk antara ion logam dengan indikator terlalu stabil sehingga pada
penambahan komplekson tidak ada perubahan warna yang dapat diamati.

II.2 ALAT DAN BAHAN

Alat :

- Labu erlenmayer

- Beaker glass

- Pipet tetes

- Gelas ukur

- Buret

- Statif

- Klem buret

- Timbangan analitik

- Lampu spiritus atau heater

Bahan :

- Larutan Na2EDTA 0.05 M

- ZnSO4.7H2O

- Dapar ammonia pH 10

- EBT dalam NaCl (1:100)

10
- Bi subnitrat

- Asam nitrat P

- Jingga xylenol LP

- Aquadest

II.3 PROSEDUR KERJA

 Pembuatan larutan Na2EDTA

Larutkan 18,6 g dinatrium etilendiamintetraasetat (Na2EDTA) P dalam air hingga 1000 ml.

 Pembuatan dapar ammonia pH 10

Larutkan 5,4 mg ammonium klorida P Dalam 70 ml ammonium hidroksida 5 M dan encerkan


dengan air hingga 100 ml.

 Pembuatan jingga exylenol LP

Larutkan 100 mg exylenol P DALAM 100 ml etanol P

 Pembakuan larutan Na2EDTA 0.05 M

a. Timbang seksama kurang lebih 100 mg ZnSO4.7H2O, larutkan dalam 100 ml air,

b. Tambahkan 3 ml dapar ammonium ( pH : 10 ) dan 40-50 mg eriochrom black T (EBT)


dalam NaCl (1:100)

c. Titrasi dengan larutan Na2EDTA 0,05 M LV hingga warna berubah dari merah violet
menjadi biru muda (BE ZnSO4.7H2O = 287,54)

d.

II.4 PENGAPLIKASIAN DI BIDANG FARMASI

1. MAGNESIUM SULFAT

MgSO4.7H2O

BM 245,48

Kompleksometri

FI III hlm. 354-355

11
Timbang seksama 250 mg sisa yang diperoleh pada penetapan susut pengeringan. Larutkan dalam
100 ml air, tambahkan asam klorida encer P secukupnya hingga larutan jernih. Tambahkan larutan
amonium hidroksida encer P secukupnya hingga pH 7,0 tambahkan 5 ml larutan dapar amonia P dan
0,15 larutan hitam eriokrom P. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M hingga warna biru.

1 ml larutan dinatrium edetat 0,05 setara dengan 6,018 mg MgSO4

FI II hlm. 336

Timbang seksama kurang lebih 250 mg sisa yang diperoleh padap enetapan susut pengeringan.
Larutkan dalam 100 ml air, tambahkan asam klorida encer P secukupnya hingga larut jernih.
Tambahkan larutan hidroksida P 4,0% b/v secukupnya hingga pH 7,0. Tambahkan 5 ml dapar amonia
LP dan 0,15 ml hitam eriokrom LP. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M hingga warna biru.

Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M setara dengan 6,019 mg MgSO4

Reaksi:

Gambar 16.29 Reaksi penetapan kadar magnesium sulfat secara kompleksometri.

2. KALIUM SULFAT

CaSO4

BM 136,14

Kompleksometri

FI. IV hlm 167

Timbang saksama setara dengan kurang lebih 350 mg CaSO4 masukkan ke dalam labu
erlenmeyer dan larutkan dalam campuran 150 ml air dan 2 ml asam klorida 3 N sambil diaduk,
sebaiknya menggunakan pengaduk magnetik, tambahkan 15 ml natrium hidroksida 1 N, dan 300 mg
indikator biru hidroksi naftol LP dan lanjutkan titrasi sampai titik akhir warna biru.

1 ml dinatrium edetat 0,05 M setara dengan 6,807 mg CaSO4

12
Bp th. 1973 hlm. 75-76

Timbang saksama 300 mg, larutkandalam 50 mg air, tambahkan 5 ml larutkan MgSO4 0,05 M dan
10 ml larutan amonia pekat, titrasi dengan larutan dinatrium edetat 0,05 M , indikator mordan hitam .
perhitungkan jumlah dinatrium edetat yang dgunakan terhadap MgSO4

Setiap ml larutan dinatrium edetat yang tersisa setara dengan 6,807 mg CaSO4

Vogel’s hlm. 321

Pipet 25,0 ml larutan yang mengandung ion kalsium 0,01 M , encerkan dengan lebih kurang 25
ml, tambahkan 2 ml larutan dapar, 1 ml larutan MgEDTA 0,1 M, dan 30-40 mg campuran
EBT/kalium nitrat. Titrasi dengan larutan EDTA sampai warna larutan menjadi biru.

1 ml dinatrium edetat 0,05 M setara dengan 6,807 mg CaSO4

3. BISMUT SUBNITRAT

Bi5O(OH)9(NO3)4

BM 1461,99

Kompleksometri

FI III hlm, 118-119

Timbang saksama 500 mg , larutkan dalam campuran 2 ml asam nitrat P dan 4 ml air. Tambahkan 50
ml air, 20 ml gliserol P, dan 200 mg asam sulfamat P, biarkan selama 1 menit. Tambahkan 200 ml air
dan 0,3 ml larutan ungu katekol P, Jika terjadi warna ungu tambahkan tetes demi tetes amonia encer P
hingga terjadi warna biru. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M hingga warna kuning

1 ml dinatrium edetat 0,05 M setara dengan 10,45 mg Bi

Catatan: Bi subnitrat mengandung tidak kurang dari 71,0% dan tidak lebih dari 75% Bi.

Ph Internasional th. 1967 hlm. 81

Timbang saksama 200 mg, larutkan dalam campuran 3 ml asam nitrat dan 2 ml air, tambahkan lebih
kurang 20 mg indikator xilenol jingga, titrasi dengan larutan Na2EDTA 0,05 M sampai terjadi warna
kuning.

Tiap ml Na2EDTA 0,05 M ~ 0,01045 g Bi

Bp th. 1980 hlm. 113 (bismut)

13
Timbang sejumlah tertentu zat, masukkan ke dalam erlenmeyer, larutkan dalam sedikit asam nitrat
encer, tambahkan 50 ml air, buat pH menjadi 1 atau 2 dengan penambahan asam nitrat encer
menggunakan pipet, kocok, tambahkan kurang lebih 30 mg xilenol jingga triturat, titrasi perlahan-
lahan dengan natrium edetat 0,05 M hingga warna larutan berubah dari merah menjadi kuning.

1 ml natrim edetat 0,05 M setara dengan 10,45 mg Bismut

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks

14
banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian
yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi
2. Ligan (dari kata latin ligare = mengikat). Jumlah ikatan dengan ligan itu disebut bilangan koordinasi
yang biasanya merupakan bilangan genap terutama bernilai 4 atau 6.
3. Kestabilan termodinamik dari suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan terbentuk
dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika sistem itu dibiarkan mencapai keseimbangan.
4. Pengaruh pH jika terlalu asam maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan dan menyebabkan
terbentuknya senyawa kompleks, jika suasana terlalu basa maka kesetimbangan akan bergeser ke arah
kiri dan membentuk endapan.
5. Jenis titrasi kompleksometri antara lain titrasi langsung, titrasi tidak langsung, titrasi kembali dan
titrasi penggantian.

B. Saran
Disarankan agar pembaca tidak hanya mengambil informasi melalui makalah ini saja, karna masih
banyak informasi tentang Komplexometri di tempat yang lain.

15

Anda mungkin juga menyukai