Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KIMIA ANALISIS

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Dosen Pengampu: Oktri Lestari, M.Pd.

DISUSUN OLEH:

1. DINA TRY RAHMADINI [ 10121005 ]


2. TASYA REGITA [ 10121017 ]

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAR-KAUSYAR
2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah
SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga akhirnya makalah ini
dapat selesai dengan baik.
Kami sangat menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dorongan dan pertolongan dari
banyak pihak, pelaksanaan makalah ini tidak dapat berjalan dengan baik. Maka dari itu, kami
ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan dan motivasi baik secara langsung maupun
tidak langsung dari keluarga dan teman-teman.
Didalam pembuatan makalah ini, kami menyadari betul bahwa kami belum berpengalaman
dalam menulis makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas semua kesalahan dan
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Akhir kata kami berharap agar makalah ini
dapat memberikan manfaat positif bagi kita semua.

Rengat Barat, 31 oktober 2022

Tim penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan ................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
A. Senyawa-Senyawa Kompleks.............................................................................3
B. Titrasi Kompleksometri......................................................................................4
C. Kesetimbangan Yang Terlibat Dalam Titrasi EDTA..........................................7
D. Kurva Dalam Titrasi kompleksometri................................................................10
E. Dampak Bahan Kompleks Lain Pada Titrasi EDTA..........................................13
F. Penerapan Titrasi Kompleksometri.....................................................................14
G. Kesalahan Pada Titrasi Kompleksometri............................................................14
BAB III PENUTUP........................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................16
B. Saran...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara
kation dengan zat pembentuk kompleks. Kompleks senyawa ini disebut kelat dan terjadi
akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi
terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat
yang hendak diamati. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam
titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium
EDTA).
Titrasi kompleksometri dikenal juga sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan
ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah kelarutan tingkat tinggi.
Salah satu jenis reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan secara
titrimetri adalah pembentukan suatu zat yang dikenal sebagai senyawa kompleks, yang
mempunyai sifat larut dengan baik tetapi hanya sedikit terdisosiasi. Ion logam dapat
menerima pasangan elektron dari gugus donor elektron membentuk senyawa koordinasi
atau ion kompleks. Ion dalam logam dalam kompleks tersebut dinamakan atom pusat
sedangkan zat yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan atom pusat ini disebut
ligan, dan gugus yang terikat pada atom pusat disebut bilangan koordinasi.
Titrasi kompleksometri termasuk kedalam reaksi metatetik, karena dalam titrasinyahanya
terjadi pergantian atau pertukaran antara ion-ion dan tidak terjadi perubahan bilangan
oksidasi (biloks). Dalam titrasi kompleksometri, terjadi pembentukan kompleks yang
stabil.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu senyawa-senyawa kompleks?
2. Apa itu titrasi kompleksometri?
3. Bagaimana kesetimbangan yang terlibat dalam titrasi EDTA?
4. Bagaimana kurva dalam titrasi kompleksometri?
5. Bagaimana dampak bahan kompleksometri lain pada titrasi EDTA?
6. Bagaimana penerapan titrasi kompleksometri?
7. Apa saja kesalahan pada titrasi kompleksometri?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui ap aitu senyawa kompleks secara jelas.
2. Mengetahui tentang titrasi kompleksometri.
3. Mengetahui kesetimbangan yang terlibat dalam titrasi EDTA.
4. Mengetahui bentuk kurva dalam titrasi kompleksometri.
5. Mengetahui dampak bahan kompleksometri lain pada titrasi EDTA.
6. Mengetahui penerapan titrasi kompleksometri.
7. Mengetahui kesalahan pada titrasi kompleksometri.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Senyawa-Senyawa kompleks

Suatu ion atau molekul kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan
yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini
dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu,
meskipun ini tidak dapat ditafsirkan di dalam lingkup konsep valensi yang klasik. Atom
pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang menunjukkan jumlah
ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat.
Pada kebanyakan kasus, bilangan koordinasi adalah 6 (seperti dalam kasus Fe 2+, Fe3+,
Zn2+, Cr3+, Co3+, Ni2+, Cd2+), kadang-kadang 4 (Cu2+, Cu+, Pt2+), tetapi bilangan-bilangan 2
(Ag+) dan 8 (beberapa ion dari golongan platinum) juga terdapat.

Ion-ion dan molekul-molekul anorganik sederhana seperti NH3, CN-, Cl-, H2O membentuk
ligan monodentat, yaitu satu ion atau molekul menempati salah satu ruang yang tersedia
sekitar ion pusat dalam bulatan koordinasi, tetapi ligan bidentat (seperti ion dipiridil),
tridentat dan juga tetradentate dikenal orang. Kompleks yang terdiri dari ligan-ligan
polidentat sering disebut sepit (chelate). Nama ini berasal dari kata Yunani untuk sepit
kepiting, yang menggigit suatu objek seperti ligan-ligan polidentat itu ‘menangkap’ ion
pusatnya. Pembentukan kompleks sepit dipakai secara ekstensif dalam analisis kimia
kuantitatif (titrasi kompleksometri).

Rumus dan nama beberapa ion kompleks adalah sebagai berikut:

a. [Fe (CN)6]4 - heksasianoferat (II)


b. [Fe (CN)6]3 - heksasianoferat (III)
c. [Cu (NH3)4]2 + tetraaminakuprat (II)
d. [Cu (CN)4]3 - tetrasianokuprat (I)
e. [Co (H2O)6]3 + heksakuokobaltat (III)
f. [Ag (CN)2] – disianoargentat (I)
g. [Ag (S2O3)2]3 - ditiosulfatoargentat (I)

Dari contoh-contoh ini, kaidah tata nama jelas. Atom pusat (seperti Fe, Cu, Co, Ag)
diikuti oleh rumus ligan (CN, NH3, H2O, S2O3) dengan bilangan indeks stoikiometri (yang
dalam hal ligan monodentat adalah sama dengan bilangan koordinasi).

3
B. Titrasi Kompleksometri

Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara
bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks
senyawa ini disebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks.
Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan dan
tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks,
membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam
titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekali pun disini
pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri:

Ag+ + 2 CN → Ag (CN)2

Hg2+ + 2 Cl → HgCl2

Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetric melibatkan
pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit
terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui
reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral. Titrasi
kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi.

Peristiwa pengkompleksan tergantung pada aktivitas anion bebas, misalnya Y 4- (jika


asamnya H4Y dengan tetapan ionisasi pK1 = 2.0, pK2 = 2.64, pK3 = 6.16, dan pK4 =
10.26). Ternyata variasi aktivitas Y4- bervariasi terhadap perubahan pH dari 1,0 sampai 10
dan secara umum perubahan ini sebanding dengan [H+] pada pH 3,0 – 6,0.

Banyak ion logam dapat ditentukan dengan titrasi menggunakan suatu pereaksi (sebagai
titrat) yang dapat membentuk kompleks dengan logam tersebut. Salah satu senyawa
kompleks yang bisa digunakan sebagai penitrasi dan larutan standar adalah ethylene
diamine tetra acetic acid (EDTA).

4
HOOCCH2 H2CCOOH
N – CH2 – CH2 - N
HOOCCH2 H2CCOOH

Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor elektron dari
atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen sehingga dapat menghasilkan kelat
bercincin sampai dengan enam secara serempak. Zat pengkompleks lain adalah asam
nitriliotriasetat N(CH2COOH).
EDTA merupakan asam lemah dengan empat proton. Bentuk asam dari EDTA dituliskan
sebagai H4Y dan netralisasinya adalah sebagai berikut:
H4Y → H3Y− + H+
H3Y− → H2Y2− + H+
H2Y2− → Y3− + H+
HY3− → Y4− + H+
EDTA berpotensi sebagai ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan sebuah ion
logam melalui gugus dua nitrogen dan empat karboksilnya. Sebagai penitrasi/pengomplek
logam, biasanya yang digunakan yaitu garam Na2 EDTA (Na2H2Y), karena EDTA dalam
bentuk H4Y dan NaH3Y tidak larut dalam air. EDTA dalam mengoplekskan hampir
semua ion logam dengan perbandingan mol 1:1 berapapun bilangan oksidasi logam
tersebut.
Faktor – faktor yang membuat EDTA ampuh sebagai pereaksi titrimetri antara lain:
1. Selalu membuat kompleks Ketika direaksikan dengan ion logam.
2. Kestabilannya dalam membuat kelat sangat konstan sehingga reaksi berjalan
sempurna (kecuali logam alkali).
3. Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam.
4. Telah dikembangkan dengan indikator secara khusus.
5. Mudah diperoleh bahan baku primernya.
6. Dan dapat digunakan sebagai bahan yang dianalisa maupun sebagai bahan untuk
standarisasi.
Kestabilan senyawa kompleks dengan EDTA, berbeda antar satu logam dengan logam
yang lain. Reaksi pembentuk logam (M) dan EDTA (Y) adalah:
M + Y → MY
Konstanta pembentukan/kestabilan senyawa kompleks dinyatakan sebagai berikut ini:
[ MY ]
KMY¿
[ M ] [Y ]

5
Besarnya harga konstanta pembentukan komplek menyatakan tingkat kestabilan suatu
senyawa kompleks. Makin besar harga konstanta pembentukan senyawa kompleks, maka
senyawa kompleks tersebut makin stabil dan sebaliknya makin kecil harga konstanta
kestabilan senyawa kompleks, maka senyawa kompleks tersebut makin tidak (kurang)
stabil.

Tabel 6.1. Harga konstante kestabilan komplek logam dengan EDTA (KMY).

Ion logam  Log KMY  Ion logam  Log KMY

 Fe3+  25,1  Co2+  16,3

 Th4+  23,2  Al3+  16,1

 Cr3+  23,0  Ce3+  16,0

 Bi3+ 22,8   La3+  15,4

 Cu2+  18,8  Mn2+  14,0

 Ni2+  18,6  Ca2+  10,7

 Pb2+  18,0  Mg2+  8,7

 Cd2+  16,5  Sr2+  8,6

 Zn2+  16,5  Ba2+  7,8

Karena selama titrasi terjadi pelepasan ion H+ maka larutan yang akan dititrasi perlu
ditambahkan larutan buffer. Untuk menentukan titik akhir titrasi ini digunakan indikator,
diantaranya Calmagite, Arsenazo, Eriochrome, Balck T (EBT). Sebagai titrasi antara
Mg2+ dengan EDTA sebagai penitrasi, menggunakan indikator Calmagite. Reaksi antara
ion Mg2+ dengan EDTA tanpa penambahan indikator adalah:

Mg2+ + H2Y2- → MgY2- + 2H+

Jika sebelum titrasi ditambahkan indikator, maka indikator akan membentuk komplek
dengan Mg2+ (berwarna merah) kemudian Mg2+ pada komplek akan bereaksi dengan
EDTA yang ditambahkan. Jika semua Mg2+ sudah bereaksi dengan EDTA maka warna
merah aan hilang, selajutnya kelebihan sedikit EDTA akan menyebabkan terjadinya titik
akhir titrasi yaitu terbentuknya berwarna biru.

Mg Ind- + H2Y2- → MgY2- + H Ind2- + H+

(merah) (tak berwarna) (biru)

6
Ada lima syarat suatu indokator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari
titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila
hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat.
Kedua, reaksi warna haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga,
kompleks indikator itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena
disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam.

Namun kompleks indikator itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam EDTA
untuk menjmin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks
indikator logam ke kompleks logam EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna
antara indikator bebas dan kompleks indikator logam harus sedemikian sehingga mudah
diamati.

Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah:

a. Hitam Eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10
senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5
senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga
pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.
b. Jingga Xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana
alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada
titrasi dalam suasana asam.
c. Biru Hidroksi Naftol
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 –13
dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.

C. Kesetimbangan yang terlibat dalam titrasi EDTA

Kita dapat melihat sebuah ion logam seperti Cu2+, yang mencari elektron-elektron dalam
reaksinya, analog dengan asam seperti H3O+, dan anion EDTA Y4-, yang merupkan
penyumbangan elektron, sebagai sebuah basa. Sehingga reaksi Cu2+ + Y4- ↔ CuY2-
analog dengan sebuah reaksi netralisasi biasa, dan seharusnya merupakan hal yang mudah

7
untuk menhitung nilai pCu pada kondisi yang berbeda-beda, menhitung kurva titrasi,
membahsa kelayakan, dan seterusnya.

1. Stabilitas Absolut atau Tetapan Pembentukan


Untuk berbagai ion logam dan bahan pengkelat seperti EDTA, nilai dari tetapan
kesetimbangan untuk reaksi-reaksi dirumuskan sebagai berikut :

−( 4−n )
Mn+ + Y4- ↔ MY-(4-n) Kabs = [ MY ]
¿¿

Kabs disebut tetapan kestabilan absolut atau tetapan pembentukan absolut.


2. Penentuan pH untuk sebuah titrasi kompleksometri
Pernyataan fraksi EDTA dalam bentuk Y4- dapat diperoleh dengan cara yang sama
seperti elah dilakukan untuk asam oksalat. Kita tentukan c Y sebagai total konsentrasi
dari EDTA yang tidak terkompleks:

cY = [Y4-] + [HY3-] + [H2Y2-] + [H3Y-] + [H4Y]

dengan subtitusi konsentrasi dari berbagai spesies dalam hal konstanta penguraian dan
menyelesaikan fraksi dalam bentuk Y4-, didapatkan hasil:
Ka1K
¿¿ = a2 K a3 K
a4

¿¿
Dengan fraksi EDTA dalam bentuk Y4- membentuk simbol α 4 , kita bisa tulis:

¿¿ = α4

Atau

Nilai dari α 4 dapat dihitung pada pH berapapun yang diinginkan untuk kelon apa pun
dimana tetapan penguraiannya diketahui. Jalan pintas dapat kita pakai dalam
perhitungan. Sebagai contoh, terlihat bahwa pada nilai pH yang amat tinggi, suku
yang mengandung [H3O+]4 dapat diabaikan.
Dalam segala hal, pekerjaan telah selesai, dan grafik atau tabel yang menggambarkan
nilai α sebagai fungsi dari pH untuk sejumlah kelon dapat ditemukan dalam literatur.
Karena nilainya melebar dalam skala yang luas, −log α 4 biasanya plot terhadap pH.
Penggantian α 4 c Y dalam rumusan tetapan stabilitas absolut yang diberikan diatas
menghasilkan:

8
−( 4−n )
Kabs = [ MY ]
¿¿

Atau

−( 4−n )
Kabsα 4 = [ MY ] = K
eff
¿¿

Keff disebut tetapan stabilitas efektif (kondisional). Tidak seperti Kabs, Keff beragam
nilainya sesuai pH karena ketergantungan pH pada α 4 . Dalam kesempatan tertentu Keff
lebih berguna daripada Kabs karena menunjukkan tendensi yang nyata untuk
membentuk kompleks logam pada nilai pH yang ditanyakan.
25

20

15

10

0
2 4 6 8 10

Tabel nilai dari α 4 untuk EDTA

pH α4 −log α 4

2,0 3,7 x 10-14 13,44

2,5 1,4 x 10-12 11,86

3,0 2,5 x 10-11 10,60

4,0 3,6 x 10-9 8,44

5,0 3,5 x 10-7 6,45

6,0 2,2 x 10-5 4,66

7,0 4,8 x 10-4 3,33

8,0 5,4 x 10-3 2,27

9,0 5,2 x 10-2 1,28

10,0 0,35 0,46

11,0 0,85 0,07

9
12,0 0,98 0,00

Meskipun nilai Keff tidak ditabulasikan sesuai kebutuhan, jelas bahwa nilainya dapat
dengan cepat diestimasi dari nilai Kabs, yang dapat ditemukan dalam tabel tetapan, dan
nilai α 4 didapatdari tabel-tabel. Ketika pH menurun, α 4 mengecil dan akibatnya Keff
mengecil pula. Jadi, pada nilai pH diatas 12, dimana EDTA secara prinsipnya telah
terurai secara lengkap, α 4 mendekati 1 dan Keff mendekati Kabs.

D. Kurva Titrasi Kompleksometri

Kurva titrasi untu titrasi kompleksometri dapat dibuat dan analog dengan kurva titrasi
asam dan basa. Kurva-kurva semacam ini terdiri dari plot logaritma negatif dari
konsentrasi ion logam (pM) versus mililiter titran. Seperti titrasi asam-basa, kurva ini
berguna untuk menilai kelayakan dari sebuah titrasi dan dalam memilih indikator yang
cocok.

Contoh :

Sebanyak 50,0 mL larutan 0,0100 M dalam Ca 2+ yang disangga pada pH 10,0 dititrasi
dengan 0,0100 M larutan EDTA. Hitung nilai dari pCa pada berbagai tingkat titrasi dan
plotlah kurva titrasinya.

Jawab :

Kabs untuk CaY2- adalah 5,0 × 1010. Dari tabel, α 4 pada pH 10,0 adlah 0,35. Untuk itu, Keff
adalah 5,0× 1010 × 0,35 = 1,8 × 1010.

a. Awal titrasi
[Ca2+] = 0,0100 mmol/mL
pCa = -log [Ca2+] = 2,00
b. Setelah penambahan 10,0 mL titran. Kita mulai dengan 50,0 mL × 0,0100
mmol/mL = 0,500 mmol Ca2+ dan menambahkan 10,0 mL × 0,0100 mmol/mL =
0,100 mmol EDTA. Reaksinya adalah :
Mmol Ca2+ + Y4-→ CaY2-

Awal 0,500 0,100 -

Perubahan -0,100 -0,100 +0,100

10
Kesetimbangan 0,400 - 0,100
Ada kelebihan Ca2+ cukup besar pada titik ini, dan dengan sebuah nilai K pada
kelipatan 1010 kita dapat beranggapan bahwa reaksinya berjalan secara lengkap.
Sehingga
0,400 mmol
[Ca2+] = = 0,0067 M
60,0 mL
pCa = 2,17

% Ca2+
EDTA mL [Ca2+] pCa direaksikan

0,00 0,0100 2,00 0,0

10,0 0,0067 2,17 20,0

20,0 0,0043 2,37 40,0

30,0 0,0025 2,60 60,0

40,0 0,0011 2,96 80,0

49,0 1,0 x 10-4 4,00 98,0

49,9 1,0 x 10-5 5,00 99,8

50,0 5,2 x 10-7 6,28 100,0

50,1 2,8 x 10-8 7,55 100,0

60,0 2,8 x 10-10 9,55 100,0

11
Dengan menganggap reaksi tidak berjalan lengkap, yaitu dengan memperhitngkan ion Ca 2+
yang dihasilkan dari penguraian CaY2- dan memecahkan persamaan kuadratnya secara
lengkap.

a. Titik ekivalen. Kita mulai dengan 50,0 mL x 0,0100 mmol/mL = 0,500 mmol
Ca2+ dan menambahkan 50,0 mL x 0,0100 mmol/mL = 0,500 mmol EDTA.

Reaksinya adalah :
Mmol Ca2+ + Y4-→ CaY2-
Awal 0,500 0,100 -
Perubahan -0,500 -0,500 +0,500
Kesetimbangan - - 0,500
Pada titik ini konsentrasinya adalah
[Ca2+] = cY
0,500 mmol
[CaY2-] = = 5,0 x 10-3 M
100 mL

Persamaan kesetimbangan adalah

¿ ¿ = Keff

12
−3
5,0 x 10 = 1,8 x 1010
¿¿

[Ca2+] = 5,2 x 10 -7

pCa = 6,28

a. Setelah penambahan 60,0 mL titran. Kita mulai dengan 50,0 mL x 0,0100


mmol/mL = 0,500 mmol Ca2+ dan menambahkan 60,0 mL x 0,0100 mmol/mL =
0,600 mmol EDTA. Reaksinya adalah :
Mmol Ca2+ + Y4-→ CaY2-
Awal 0,500 0,600 -
Perubahan -0,500 -0,500 +0,500
Kesetimbangan - 0,100 0,500
Konsentrasinya adalah
0,100 mmol
CY = = 9,1 x 10-4 M
100 mL
0,500 mmol
[CaY2-] = = 4,55 x 10-3 M
110 mL
Persamaan kesetimbangannya

¿ ¿ = Keff

−3
4,55 ×1 0
1,8 x 1010
[ C a+2 ] 9,1× 1 0−4 =

[Ca2+] = 2,8 x 10-10

pCa = 9,55

Kurva titrasinya memiliki bentuk yang lazim, dengan peningkatan tajam dari nilai
pCa pada titik ekivalen. Juga terlihat dalam gambar ini kurva untuk titrasi yang
dilakukan pada pH 8 dan pH 12. Dalam larutan-larutan ini terlihat nilai Keff masing-
masing adalah 2,6 x 108 dan 4,9 x 1010. Penambahan yang lebih besar dari pCa
didapat pada pH yang lebih besar, karena Keff lebih besar dalam larutan yang
memiliki konsentrasi ion hidrogen yang rendah. Pada pH rendah, Keff menjadi sangat
kecil sehingga titrasi menjadi tidak layak.

E. Dampak Bahan Kompleks Lain pada Titrasi EDTA

13
Substansi lain disamping titran yang mungkin ada dalam larutan ion logam dapat
membentuk kompleks-kompleks dengan logam dan bersaing dengan reaksi titrasi yang
diinginkan. Kompleks seperti ini terkadang dipergunakan secara sengaja untuk mengatasi
gangguan-gangguan, dan dalam kasus ini dampak dari pembuat kompleks ini disebut
masking. Sebagai contoh, nikel membentuk sebuah ion kompleks yang sangat stabil
dengan sianida, Ni(CN)42-, sedangkan timah tidak.

Dengan ion logam tertentu yang mudah terhidrolisis, mungkin diperlukan untuk
menambahkan ligan-ligan kompleks dalam rangka mencegahpengendapan logam
hidroksida. Seperti yang telah disinggung diatas, larutan-larutan kerap kali disangga, dan
anion penyangga atau molekul netral seperti asetat atau amonia dapat membentuk ion
kompleks dengan logam.

F. Penerapan Titrasi Kompleksometri


1. Kesadahan Total Air

Ca + Mg, dapat ditetapkan dengan titrasi dengan EDTA menggunakan indikator Hitam
Eriokrom T dan Kalmagit. Kompleks antara Ca+ dan indikator terlalu lemah untuk
menimbulkan perubahan warna yang jelas. Tetapi Magnesium membentuk kompleks
yang lebih kuat dengan indikator, dibandingkan Kalsium, dan diperoleh suatu titik akhir
yang tajam dalam suatu bufer Amonia dengan pH=10.

2. Titrasi Balik

Digunakan bila reaksi antara kation dan EDTA lambat atau bila tidak tersedia indikator
yang cocok. Untuk itu dalam proses titrasi di tambahkan EDTA berlebih dan
kelebihannya di titrasi dengan suatu larutan standar Magnesium dengan menggunakan
Kalmagit sebagai indikator. Metoda ini dapat juga digunakan untuk menetapkan logam
dalam endapan-endapan logam.

Example:

a. Timbal dalam timbal sulfat


b. Kalsium dalam kalsium oksalat

3. Titrasi Penggantian

14
Berguna bila indikator yang cocok tidak tersedia untuk ion logam yang akan ditetapkan.
Dalam prosedur, ditambahkan suatu larutan berlebih yang mengandung kompleks
magnesium-EDTA dan ion logam yang akan ditetapkan.

4. Penetapan Tak Langsung

Sulfat dapat ditetapkan dengan menambahkan Barium berlebih untuk mengendapkan


BaSO4, kemudian kelebihan Ba2+ dititrasi dengan EDTA.

G. Kesalahan Pada Titrasi Kompleksometri

Kesalahan titrasi kompleksometri tergantung pada cara yang dipakai untuk mengetahui
titik akhir. Pada prinsipnya ada dua cara, yaitu kelebihan titran yang pertama ditunjukkam
atau berkurangnya konsentrasi komponen tertentu sampai batas yang ditentukan,
dideteksi.

1.    Kesalahan titrasi dihitung dengan cara yang sama pada titrasi pengendapan.

2.    Digunakan senyawa yang membentuk senyawa kompleks yang berwarna tajam dengan

logam yang ditetapkan. Warna ini hilang atau berubah sewaktu logam telah diikat

menjadi kompleks yang lebih stabil. Misalnya EDTA.

15
BAB III

PRNUTUP

A. Kesimpulan

Kompleksometri merupakan salah satu metode kuantitatif dengan mereaksikan ligan


dengan ion logam utamanya sehingga menghasilkan senyawa kompleks. Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil
berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut
kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Pada
titrasi kompleksometri penerapannya adalah pada kesadahan total air, titrasi balik, titrasi
penggantian dan penetapan tak langsung.

Kurva titrasi untu titrasi kompleksometri dapat dibuat dan analog dengan kurva titrasi
asam dan basa. Kurva-kurva semacam ini terdiri dari plot logaritma negatif dari
konsentrasi ion logam (pM) versus mililiter titran. Seperti titrasi asam-basa, kurva ini
berguna untuk menilai kelayakan dari sebuah titrasi dan dalam memilih indikator yang
cocok.

16
DAFTAR PUSTAKA

Underwood, A, L. 2001. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga: Jakarta

Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif. PT Kalman Media Pusaka: Jakarta

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai