TITRASI KOMPLEKSOMETRI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
TAHUN 2022
i
Kata Pengantar
Penulis
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2Tujuan Penulisan.......................................................................................................1
1.3 Rumusan masalah:...................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1 Pengertian Kompleksometri.....................................................................................3
2.2 Ion logam dan Ligan.................................................................................................4
2.3 Beberapa jenis senyawa kompleks...........................................................................4
2.4 Kestabilan Senyawa Kompleks................................................................................5
2.5 Ciri – Ciri Khas Ligan.................................................................................................6
2.6 Pengaruh pH.............................................................................................................7
2.7. Indikator..................................................................................................................7
2.8 Larutan Dapar (Buffer)...........................................................................................11
2.9 Penggunaan EDTA dalam Titrimetri.....................................................................11
2.10 Bahan Baku Primer Larutan EDTA........................................................................12
BAB III...............................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................14
3.2 Saran......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah Titrimetri atau volumetri adalah suatu cara analisis jumlah yang
berdasarkan pengukuran volume larutan yang diketahui kepekatan (konsentrasi)
secara teliti yang direaksikan dengan larutan contoh yang akan
ditetapkan kadarnya. Pengukuran volume dalam titrasi memegang
peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini
banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri.
Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui
konsentrasinya diletakkan di dalam buret dan larutan ini disebut sebagai
larutan standar atau titran atau titrator, sedangkan larutan yang tidak
diketahui konsentrasinya diletakkan di Erlenmeyer dan larutan ini disebut
sebagai analit. Metode titrasi dibagi menjadi dua berdasarkan dasar
jenis reaksi yang di pergunakan, yaitu reaksi metatetik (terdiri dari :
reaksi netralisasi,argentometri, dan komplesometri) dan reaksi redoks
(terdiri dari : reaksi permanganatometri, yodo/yodimetri, dikhromatometri,
dan seriometri). Tidak semua zat bisa ditentukan dengan cara titrasi
akan tetapi harus diperhatikan syarat-syarat titrasi untuk mengetahui zat
apa saja yang dapat ditentukan dengan metode titrasi untuk berbagai
jenis titrasi yang ada. Mengenal berbagai macam peralatan yang
dipergunakan dalam titrasi pun sangat berguna agar mahir melakukan
teknik titrasi. Terdapat bermacam-macam titrasi, salah satunya adalah
“TITRASI KOMPLEKSOMETRI” yang akan dibahas dalam makalah ini.
1.2Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dan gambaran Titrasi Komplesometri.
2. Mengetahui indikator-indikator yang dapat digunakan dalam Titrasi
Kompleksometri.
3 Mengetahui penggunaan–penggunaan Titrasi Kompleksometri
diLaboratorium
1.3 Rumusan masalah:
Berdasarkan pada latar belakang, dapat dikemukakan permasalahannya
adalah:
1
1.Apa yang dimaksud dengan Titrasi Kompleksometri?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kompleksometri
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan
memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang
umum di Indonesia EDTA (disodium ethylene diamin tetra asetat /
tritiplex/komplekson, dll). Titrasi kopleksometri termasuk ke dalam reaksi
metatetik,karena dalam titrasinya hanya terjadi perubahan bilangan
oksidasi (biloks). Dalam titrasi kompleksometri terjadi pembentukan
kompleks yang stabil. Beberapa macam garam yaitu :
(NH4)2SO4.FeSO4.6H20
Reaksinya , misalnya :
3
2.2 Ion logam dan Ligan
Ion logam dalam senyawa kompleks disebut inti logam, sedangkan partikel
donor elektronnya disebut ligan (ion atau molekul).Jumlah ligan yang dapat
diikat oleh suatu ion logam disebut bilangan koordinasi. Besarnya bilangan
koordinasi biasanya berkisar pada , 4, 6, dan 8. Umumnya 4 dan 6 walau pun
ada juga 3, 5, 7. Bilangan Koordinat 4 dapat dijumpai pada ion Be2+, Zn2+, Cd2+,
Hg2+, Pt2+,Pd2+, B3+, dan Al3+. Bilangan koordinat 6 dijumpai pada ion : Fe2+,
Co2+, Ni2+,Al3+, Co3+, Fe3+, Cr3+, Tr3+, Sn4+, Pb4+, Pt4+, dan Tr4+. Muatan dari
suatu ion kompleks merupakan jumlah aljabar muatan-muatan dari ion inti dan
ion atau molekul logamnya, sehingga dapat bermuatan positif, negatif, atau
netral,misalnya :
Ligan polidentat dapat diberi nama bi, tri, kwadri, penta-dentat, dst
tergantung jumlah atom donornya.Ligan polidentat disebut juga golongan
pengkelat (chelating agent) yang berasal dari kata Yunani “ Chele” yang
berarti cakar, hal ini dikarenakan dalam membentuk senyawa kompleks, ligan
tersebut mencekram atom logam dengan sangat kuat. Senyawanya disebut
4
kompleks khelat.Dalam rumus bangunnya terbentuk lingkaran khelat yang
beranggotakan 5 atau 6 atom, sehingga cukup kuat seperti halnya pada senyawa
siklik. Misal pada trietilen (suatu quadridentat) dengan Cu2+. Ligan dapat
dengan baik diklarifikasikan atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion
logam. Begitulah,ligan-ligan sederhana, seperti ion-ion halida atau molekul-
molekul H 2O atau NH 3 adalah monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion
logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan satu pasangan elektron
menyendiri kepada logam. Namun, bila molekul atau ion ligan itu mempunyai
dua atom, yang masing-masing mempunyai satu pasangan elektron
menyendiri, maka molekul itu mempunyai dua atom penyumbang , dan adalah
mungkin untuk membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion logam yang
sama. Ligan ini disebut bidentat dan sebagai contohnya dapatlah diperhatikan
tris (etilenadiamina) kobalt (III),[Co(en)3]3. Dalam kompleks oktahedral
berkoordinat 6 ( dari kobalt (III), setaip molekul etilendiaminm bidentat terikat
pada ion logam itu melalui pasangan elektron menyendiri dari kedua atom
hidrogennya.Ini menghasilkan terbentuknya tiga cincin beranggotakan 5, yang
masing-masing meliputi ion logam itu. Proses pembentukkan cincin itu adalah
(pembentukkan sepit dan kekat). Ligan polidentat mengandung lebih dari dua
atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asam
etilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen
penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul, dapat
merupakan heksadentat. Spesi-spesi yang kompleks itu tidak mengandung lebih
dari satu ion logam, tetapi pada kondisi-kondisi yang sesuai, suatu kompleks
binuklir, yaitu kompleks yang mengandung dua ion logam, atau bahkan suatu
kompleks polinuklir, yang mengandung lebih dari dua ion logam, dapat
terbentuk. Begitulah, interaksi antara ion Zn2+ dan Cl- dapat menimbulkan
pembentukkan kompleks binuklir, misalnya [Zn Cl 6]2- disamping spesi
sederhana seperti ZnCl3- dan ZnCl 42- , Pembentukkan kompleks binuklir dan
polinuklir jelas akan diuntungkan oleh konsentrasi yang tinggi ion logam itu.
Jika yang terakhir ini berada sebagai konstitusi runutan dari larutan, kompleks-
kompleks polinuklir sangat kecil kemungkinan akan terbentuk.
5
2.5 Ciri – Ciri Khas Ligan
Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai
mempengaruhi kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah:
2. Terbentuknya cepat.
6
2.6 Pengaruh pH
1. Suasan terlalu asam Proton yang dibebaskan pada reaksi yang terjadi
dapat mempengaruhi pH,dimana jika H+ yang dilepaskan terlalu tinggi,
maka hal tersebut dapat terdisosiasi sehingga kesetimbangan
pembentukkan kompleks dapat bergeser ke kiri, karena terganggu oleh
suasana system titrasi yang terlalu asam. Pencegahan: sistem titrasi perlu
didapar untuk mempertahankan pH yangdiinginkan.
2.7. Indikator
Pada Titrasi Kompleksometri menggunakan indikator yang juga bertindak
sebagai pengkompleks dan kompleks logamnya mempunyai warna
yang berbeda dengan pengkompleksnya sendiri. Keberhasilan penitaran
dengan EDTA tergantung kepada ketelitian atau ketepatan waktu
penetapan titik akhir. Ketika pertama kalinya EDTA dipakai penitaran,
terdapat kesulitan dalam memilih indikator yang dapat dipakai secara
visual.Penitaran biasanya dilakukan secara instrumental. Sekarang
banyak zat warna yang dapat dipergunakan sebagai penunjuk. Dalam penitaran
asidimetri indikator tersebut harus peka terhadap pH, sedangkan dalam
kompleksometri harus peka terhadap ion logam. Syarat-syarat bagi suatu
indikator ion logam agar dapat dipergunakan untukmenetapkan titik akhir
secara isual adalah:
7
5. Penunjuk harus sangat peka terhadap ion logam (terhadap pM)
agarperubahan warna terjadi sedapat mungkin dekat titik setara.
1. Natrium-1-(1-hidroksi-2-naftilazo)-6-nitro-2-naftol-4-sulfonat
OH HO
NA+ O3-S N N
NO2
Dalam larutan asam yang kuat akan berpolimerisasi dan berwarna coklat
merah, karena itu jarang dipakai pada pH kurang dari 6,5. Gugusan asam
pada asam sulfonat melepaskan protonnya (H+) jauh sebelum pH 7. Harga
penguraian kedua atom H yang perlu diperhitungkan sehingga zat warna ini
ditulis seagai H In. pH kedua atom masing-masing 6,3 dan 11,5. Umumnya
penunjuk ini dipakai pada pH 8-12 dengan perubahan warna biru menjadi
merah .
Perubahan warna dapat diamati bagi ion-ion Mg, Mn, Zn, Cd, Hg, F,
Cu,Al, Fe, Ti, Co, Ni, dan Pt. Untuk menjaga supaya pH tetap, maka
dibubuhi larutan dapar, untuk menghindari pengendapan logam-logam
terseut diatas biasanya dipergunakan pereaksi yang lemah misalnya ammonia
8
atau tartrat.Kompleks Cu, Co, Ni, Al, Fe(III), Ti(IV), dan Pt sengan penunjuk
lebih mantap dibandingkan dengan EDTA, sehingga kita tak dapat
melakukan penitaran langsung. Dalam penitaran ion logam yang ion-ion
tersebut dapat mengganggu walaupun jumlahnya hanya sedikit sekali.
Biasanya dipakai ion sianida atau trietanolamin sebagai masking agent yang
dapat bereaksi dengan ion logam yang dititar.Larutan indokator ini disiapkan
dengan melarutkan 0,2 gram zat warna dalam 15 cm3 trietanolamina dengan
penamahan 5 cm3 etanol asolut untuk mengurangi viskositas. Reagensia ini
stabil untuk beberapa bulan. Suatu larutan 0,4% dari zat warna ini yang
murni dalam metanol akan tetap baik untuk digunakan selama paling sedikit
satu bulan.
a. Calcon
c. Eriochrome Black R
SO3 - NA+
N N
9
Gambar 3 “Struktur Calcon”
N N
OH
C
N N H
COOH
10
2.8 Larutan Dapar (Buffer)
Pengioanan EDTA sangat dipengaruhi oleh pH. Dalam penitaran
EDTA dalam logam selalu dibebaskan H+, untuk menjaga agar pH
tidak turun dipergunakan larutan dapar (buffer). Dalam memilih pendapar
(buffer) harus diperhatikan beberapa syarat antara lain:
HOOCH2CH3
H CCOOH
HOOCH2CH2
1. Penitaran langsung
11
Larutan yang mengandung ion logam yang akan ditetapkan,
dibufferkan sampai pH yang dikehendaki (misalnya sampai pH 10 dengan
NH4 larutanair NH3), dan titrasi langsung dengan larutan EDTA
standar. Mungkin adalah perlu untuk mencegah pengendapan
hidroksida logam itu (atau garam basa) dengan menambahkan
sedikit zat pengkompleks pembantu,seperti tartrat atau sitrat atau
trietanolamina. Pada titik ekivalen, besarnya konsentrasi ion logam yang
sedang ditetapkan itu turun dengan mendadak.Ini umumnya ditetapkan
dengan metode-metode amperometri,konduktometri, spektrofotometri,
atau dalam beberapa keadaan dengan metode potensiometri.
2.Penitaran kembali
3.Penitaran substitusi
12
dinyatakan dalam M sehingga dalam perhitungan tidak memakai bobot
ekialen tetapi bobot atomatau ion logam.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan
memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya,
yang umum di Indonesia EDTA (disodium ethylene diamin tetra asetat /
tritiplex/komplekson, dll). Titrasi kopleksometri termasuk ke dalam reaksi
metatetik,karena dalam titrasinya hanya terjadi perubahan bilangan
oksidasi (biloks). Dalam titrasi kompleksometri terjadi pembentukan
kompleks yang stabil.
3.2 Saran
Agar dalam penyusunan karya ilmiah ini bisa memberikan manfaat yang
besar maka penulis menyarankan : Dalam melakukan praktikum “TITRASI
KOMPLEKSOMETRI” diharapkan lebih berhati-hati dalam menambahkan
penitran agar mendapatkan hasil akhir titrasi sempurna.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. https://doku.pub/documents/makalah-kompleksometri-z0x234pdkdqn
2. Buku penuntun praktikum kimia analisis teknik kimia Politeknik
Negeri Ujung Pandang
15