Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KOMPLEXOMETRI-KIMIA

ANALISA
Diposting oleh inspiring world di 03.11

MAKALAH KOMPLEKSOMETRI
diajukan untuk menyelesaikan tugas akhir semester pendek

Nama          : 

Rayyan Dina Amaliya 14 01 056

Tridolla Sebayang 14 01 072

Inez Evanty Barus 14 01 101

Gunawan Christian 14 01 107

Muhammad Arief Rahman 14 01 130


Mata Kuliah  : Kimia Analisa II 

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

MEDAN

2016

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat ridho-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah tentang “Kompleksometri”.
Dalam menyusun makalah ini, terdapat hambatan yang kami alami, namun
berkat dukungan, dorongan dan semangat sehingga kamimampu menyelesaikan
makalah ini. 
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam
makalah Kompleksometri yang kami susun ini. Oleh karena itu kamimengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaannya.
Akhir kata semoga makalah “Kompleksometri” ini bermanfaat bagi pembaca.

           Medan,  Agustus 2016

                    Penyusun
DAFTAR ISI
                                                                                                                        Halaman
Kata Pengantar........................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................... iii
BAB
I.    PENDAHULUAN  .........................................................................  4
A.  Latar Belakang............................................................................ 4
B.  Tujuan Penulisan......................................................................... 5
C.  Permasalahan............................................................................. 6
BAB II.  TINJAUAN PUSTAKA  .................................................................  7
BAB III. PEMBAHASAN ........................................................................... 10
A.  Pengertian Kompleksometri.......................................................  10
B.  Senyawa Kompleks..................................................................  12
C.  Ikatan Kimia Kompleks.............................................................  16
D.  Logam Transisi........................................................................ 18
E.   Ligan....................................................................................... 20
F.   EDTA...................................................................................... 23
G.  Kesadahan Air.......................................................................... 28
H.  Stabilitas.................................................................................. 30
I.     Masking Demasking Agent........................................................ 31
J.     Indikator Logam...................................................................... 32
K.  Pengaruh pH............................................................................ 34
L.   Jenis Titrasi............................................................................. 35
M. Aplikasi Komplesometri............................................................. 36
BAB IV.  KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 39
A.  Kesimpulan............................................................................... 39
B.  Saran ...................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA

                                                             BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Bagi orang awam, mendengar zat kimia saja, mereka sudah beranggapan
bahwa itu adalah zat yang berbahaya, tetapi tanpa di sadarinya, di dalam
kehidupan sehari-hari kita bergelut dengan zat-zat kimia apakah itu kebutuhan
sehari-hari seperti makanan, minuman, pernafasan, pakaian, obat-obatan, sabun,
pasta gigi bahkan proses dalam tubuh kita sendiri juga berupa proses kimia, jadi
dengan kata lain kita tidak bisa lari dari zat kimia. Kenyataannya memang zat
kimia itu ada yang berfaedah buat kehidupan kita manusia tetapi juga berbahaya
bagi kehidupan kita manusia pada khususnya dan makhluk hidup pada umumnya.
Kompleksometri adalah suatu cara untuk penetapan kadar zat – zat (kation)
yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan suatu komplekson. Prinsipnya
adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan EDTA. 
Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang berdasarkan reaksi pembentukan
kompleks, misalnya penetapan kadar Ca (ion logam) dengan EDTA (garam
natrium dari asam etilendiaminatetra-asetat).
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat
pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri
adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA).
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas
tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada salah satu
tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan
pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit
terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk
melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul
netral.
Titrasi kompleksometri atau kelatometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion).
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas
tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Titrasi kompleksometri ini digunakan untuk penetapan kation bervalensi
banyak dalam air. Di dalam dunia farmasi, metode ini banyak digunakan dalam
penetapan kadar suatu senyawa obat yang mengandung ion logam, misalnya
penentuan kadar MgSO4 yang digunakan sebagai laksativum atau ZnO yang
digunakan sebagai antiseptic. Sehingga kadar logam-logam yang ada dalam suatu
produk farmasi sehingga tepat kadar (sesuai standar) dan tidak menjadi toksik
serta membahayakan konsumen.

B. Tujuan Penulisan
        1.     Untuk mengetahui teori analisis komplexometri.

        2.     Untuk memahami ligan dalam analisis komplexometri

        3.     Untuk mengetahui stabilitas analisis komplexometri.


        4.     Untuk mengetahui indikator logam dalam analisis komplexometri.
        5.     Untuk mengetahui pengaruh ph dalam analisis komplexometri.  

        6.     Untuk mengetahui jenis titrasi dalam analisis komplexometri.

        7.     Untuk mengetahui kesadahan dalam analisis komplexometri.

C. Permasalahan
        1.     Bagaimanakah teori analisis komplexometri ?

        2.     Apa yang dimaksud dengan ligan dalam analisis komplexometri ?

        3.     Bagaimana stabilitas analisis komplexometri ?

        4.     Bagaimana pengaruh ph dalam analisis komplexometri ?

        5.     Apa sajakah jenis titrasi dalam analisis komplexometri ?

        6.     Apa yang dimaksud dengan kesadahan dalam analisis


komplexometri?                      

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam
pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya
kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat
menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut
senyawa koordinasi. Jadi semua senyawa kompleks atau senyawa koordinasi adalah
senyawa yang terjadi karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara logam transisi
dengan satu atau lebih ligan. Senyawa kompleks sangat berhubungan dengan asam
dan basa lewis dimana asam lewis adalah senyawa yang dapat bertindak sebagai
penerima pasangan bebas sedangkan basa lewis adalah senyawa yang bertindak
sebagai penyumbang pasangan elektron. 
Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion kompleks. Ion kompleks
adalah kompleks yang bermuatan positif atau bermuatan negative yang terdiri atas
sebuah logam atom pusat dan jumlah ligan yang mengelilingi logam atom pusat.
Logam atom pusat memiliki bilangan oksida nol, positif sedangkanligan bisa
bermuatan netral atau anion pada umumnya. Beberapa contoh senyawa kompleks
yaitu :  
- [Co3+,(NH3)6]3+                     [Fe2+,(CN)6]4-

- [Ni0(CN)4]4-                           [Co+,(CO)4]3

Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi telah berkembang pesat karena


senyawa ini memegang peranan penting dalam kehidupan manusia terutama karena
aplikasinya dalam berbagai bidang seperti dalam bidang kesehatan, farmasi, industri
dan lingkungan. Senyawa kompleks dalam industri sangat dibutuhkan terutama dalam
katalis. Dalam industri petrokimia kebutuhan katalissemakin meningkat karena setiap
produk petrokimia diubah menjadi senyawa kimia lainnya selalu dibutuhkan katalis,
misalnya pada reaksi hidrogenasi, karbonilasi, hidroformilasi. Kompleks logam
transisi dapat mengkatalis berbagai reaksi kimia seperti kompleks [PdCl2DFFM] yang
telah lama dipakai sebagi katalis untuk oksidasi stirena yaitu dalam pembentukan
senyawa olefin. Dalam bidang kesehatan dan farmasi senyawa kompleks sangat
penting juga dalam berupa obat – obatan seperti vitamin B 12yang merupakan senyawa
kompleks antara kobalt dengan porfirin, hemoglobin yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen.
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas
tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun
sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk
melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral.
Kompleksometri adalah suatu cara untuk penetapan kadar zat – zat (kation)
yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan suatu komplekson. Prinsipnya
adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan EDTA. 
Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang berdasarkan reaksi pembentukan
kompleks, misalnya penetapan kadar Ca (ion logam) dengan EDTA (garam natrium
dari asam etilendiaminatetra-asetat).
          Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk
kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam
dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian
adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal
pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang
menyangkut penggunaan EDTA.
Kompleks senyawa ada disebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang
saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komonen
yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.
Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan
dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati. Titrasi kompleksometri
atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara bahan yang dianalisis
dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. 
           Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, dengan
penggantian molekul-molekul air berturut-turut, sampai terbentuk kompleks MLn. n
adalah bilangan koordinasi dari ion logam, dan menyatakan jumlah maksimum ligan
monodentat yang dapat terikat padanya. Ligan dapat dengan baik diklasifikasikan asat
dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. Begitulah, ligan-ligan sederhana seperti
ion-ion halide atau molekul-molekul H2O atau NH3 adalah monodentat, yaitu ligan itu
terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan satu pasangan-
pasangan electron menyendiri kepada logam. 
            Bila molekul atau iom ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-masing
mempunyai pasangan satu pasangan elektron menyendiri,maka molekul itu
mempunyai dua atom penyumbangan, dan memungkinkan untuk membentuk dua
ikatan koordinasi dengan ion logam yang sama, ligan seperti ini disebut ligan
bidentat. Ligan multidentat mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul.
Sebelum ini, telah kita anggap bahwa sepsis-spesisi yang kompleks itu tidak
mengandung lebih dari stu ion logam, tetapi pada kondisi-kondisi yang sesuai, suatu
kompleks binuklir, yaitu kompleks yang mengandung dua ion logam, atau bahkan
satu komplek polinuklir yang mengandung lebih dari dua ion logam, dapat terbentuk.

BAB III
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Kompleksometri
Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titrant dan titrat saling
mengkompleks, jadi membentuk hasil berupa kompleks. Kompleks-kompleks
yang akan dibahas dibentuk oleh reaksi suatu ion logam suatu kation, dengan
suatu anion atau molekul netral. Ion logam dalam kompleks itu disebut atom
pusat, dan gugus yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan
yang dibentuk oleh atom pusat disebut bilangan koordinasi logam itu.
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks
demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di
atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri,
seperti yang menyangkut penggunaan EDTA.
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana
reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks
senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat
yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua
komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang
hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen
yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak
diamati.
Dalam larutan dengan pH tertentu sebagaian besar kation atau logam dapat
bereaksi dengan KOMPLEKSON yang kemudian membentuk ion kompleks.
Contoh : 

Ag+ → [Ag(CN)2]¯

Cu2+ → [Cu(NH₃)₄]²⁺
Jika diperhatikan contoh-contoh kompleks, terlihat bahwa suatu kompleks
selalu terjadi dari sebuah ion logam yang dinamakan ion negatif atau molekul.
Sedangkan yang dinamakan Ligand (dari kata latin ligare = mengikat) . Jumlah
ligand ini berbeda-beda dari dua sampai delapan. Jumlah ikatan dengan ligand itu
disebut bilangan koordinasi yang biasanya merupkan bilangan genap terutama
bernilai 4 atau 6. Ion logam univalen biasanya mempunyai bilangan koordinasi
dua. 
Muatan sebuah kompleks dapat positif (+), negatif (-) atau nol (0). Muatan
tersebut merupakan jumlah muatan inti dan semua ligand yang diikatnya. Ligand
yang mempunyai satu atom donor pasangan elektron (missal I¯ dan CN¯)
monodentat atau unidentat, sedang Ligand yang mempunyai atom donor lebih
dari satu disebut poli- atau muktidentat, bidentat kalau punya dua donor, terdentat
bila 3, kuadridentat, pentedentat, heksadentat, dst. 
Prinsip Dasar :
Pereaksi untuk titrasi kompleksometri sangat banyak digunakan untuk
menitrasi ion-ion logam dalam larutan. Kebanyakan dari pereaksi ini adalah zat-
zat anorganik yang mengandung beberapa gugus elektron yang dapat berikatan
kovalen dengan ion logam, misalnya EDTA (H4Y) yang dapat bereaksi dengan
ion logam dengan perbandingan stoikiometri 1:1 sebagai berikut:

Mn+ + Y4-D MY-(4-n)    
Fraksi Y4- dari larutan EDTA dipengaruhi oleh pH, sehingga harga tetapan
kesetimbangan yang dipengaruhi oleh pH disebut Keffektif (Kkondisional), Keff =
Kabs.a4 dan a4 adalah fraksi Y4-pada pH tertentu. Supaya pH konstan, titrasi
dilakukan dalam larutan yang dibuffer pada pH tertentu. 
Karena banyak ion-ion logam yang dapat bereaksi dengan EDTA maka
selektivitas dapat diatur dengan mencari pH serendah mungkin dimana titrasi
masih layak dilakukan (Keff ≥ 108). Keselektifan ini dapat juga diatur dengan
menggunakan “masking agent”.
Selama titrasi terjadi perubahan konsentrasi ion logam bebas. Kurva titrasi
diperoleh dengan mengalurkan pM= -log [M] terhadap volume EDTA. Pada titik
ekivalen terdapat perubahan pM yang besar. Indikator titrasi kompleksometri
pada umumnya adalah indikator metalokrom yang merupakan senyawa organik
berwarna yang juga membentuk kompleks dengan ion logam. Warna kompleks
logam – indikator berbeda dengan warna indikator bebas.

Contoh:                                                                                                 
              
Eriochrom black T (EBT). Kompleks logam EBT umumnya berwarna merah
seperti H2In-. Titrasi harus diatur pada pH 7 atau lebih sehingga indikator bebas
dalam bentuk HIn2- yang berwarna biru. Pada penambahan EDTA yang sedikit
berlebih larutan berubah menjadi biru akibat bebasnya indikator:
Mln-+ HY3-® HIn2-+ MY2-
Merah              biru
B.       Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam
pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron
bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion
logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa
kompleks juga disebut senyawa koordinasi. Jadi semua senyawa kompleks atau
senyawa koordinasi adalah senyawa yang terjadi karena adanya ikatan kovalen
koordinasi antara logam transisi dengan satu atau lebih ligan. Senyawa kompleks
sangat berhubungan dengan asam dan basa lewis dimana asam lewis adalah
senyawa yang dapat bertindak sebagai penerima pasangan bebas sedangkan basa
lewis adalah senyawa yang bertindak sebagai penyumbang pasangan elektron. 
Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion kompleks. Ion kompleks
adalah kompleks yang bermuatan positif atau bermuatan negative yang terdiri
atas sebuah logam atom pusat dan jumlah ligan yang mengelilingi logam atom
pusat. Logam atom pusat memiliki bilangan oksida nol, positif sedangkanligan
bisa bermuatan netral atau anion pada umumnya. Beberapa contoh senyawa
kompleks yaitu :  

- [Co3+,(NH3)6]3+                     [Fe2+,(CN)6]4-

- [Ni0(CN)4]4-                           [Co+,(CO)4]3

Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi telah berkembang pesat karena


senyawa ini memegang peranan penting dalam kehidupan manusia terutama
karena aplikasinya dalam berbagai bidang seperti dalam bidang kesehatan,
farmasi, industri dan lingkungan. 
Senyawa kompleks dalam industri sangat dibutuhkan terutama dalam katalis.
Dalam industri petrokimia kebutuhan katalissemakin meningkat karena setiap
produk petrokimia diubah menjadi senyawa kimia lainnya selalu dibutuhkan
katalis, misalnya pada reaksi hidrogenasi, karbonilasi, hidroformilasi. Kompleks
logam transisi dapat mengkatalis berbagai reaksi kimia seperti kompleks
[PdCl2DFFM] yang telah lama dipakai sebagi katalis untuk oksidasi stirena yaitu
dalam pembentukan senyawa olefin. 
Dalam bidang kesehatan dan farmasi senyawa kompleks sangat penting juga
dalam berupa obat – obatan seperti vitamin B 12yang merupakan senyawa
kompleks antara kobalt dengan porfirin, hemoglobin yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen.

1.    Bilangan koordinasi
Bilangan  koordinasi  adalah  jumlah  dari  ligan-ligan  yang  terikat
langsung  oleh  atom  pusat. Bilangan koordinasi dari Co3+dalam senyawa
[Co(NH3)6]3+ adalah 6, karena enam atom ligan (N dari NH3) terikat oleh atom
pusat yaitu Co3+. Umumnya, bilangan koordinasi yang paling sering muncul
adalah 6, tetapi terkadang bilangan koordinasi 2 dan 4 juga dapat muncul dan
tidak menutup kemungkinan bilangan yang lebih besar pun bisa muncul.
2.    Geometri
Bentuk  (geometri)  dari  ion  kompleks tergantung  pada  bilangan  koordinasi
dan  ion  logam  itu  sendiri. geometri  ion
kompleks  tergantung  pada  bilangan
koordinasinya  2,  4,  dan  6,  dengan beberapa  contohnya.  Sebuah  ion  komp
leks  yang  mana  ion  logamnya  memiliki  bilangan  koordinasi  2,  seperti  [
Ag(NH3)2]+, memiliki bentuk yang linier.
Atom penyumbang(donor atom) adalah Ligan-ligan dari ion kompleks
merupakan anion ataupun molekul netral yang menyumbang satu atau lebih
atomnya untuk berikatan dengan ion logam sebagai atom pusat dengan ikatan
kovalen.
Ligan  dikelompokkan  berdasarkan  jumlah  dari  atom  penyumbangnya  
(donor  atoms).  Monodentat,  bidentat dan polidentat. Ligan monodentat
seperti Cl dan NH3 dapat menyumbang satu atomnya untuk berikatan. Ligan
bidentat dapat menyumbang dua atomnya dan ligan polidentat dapat
menyumbang lebih dari dua atomnya.
3.    Isomer struktur
Dua  senyawa  yang  memiliki  rumus  kimia  yang  sama,  tetapi dihubungkan  
dengan  atom  yang  berbeda disebut isomer struktur. Senyawa kompleks
memiliki dua jenis isomer struktur yakni isomer koordinasi (posisi) dan isomer
rantai
a.    Isomer koordinasi, terjadi pada saat susunan dari ion kompleks berubah
tetapi senyawanya tetap. Isomer ini terjadi ketika ligan dan counter
ion  saling bertukar posisi, seperti pada [Pt(NH3)4Cl2](NO2)2.
b.    Isomer rantai, terjadi ketika susunan dari ion kompleks tetap sama
namun terikat pada ligan dengan atom penyumbang (donor atom) yang
berbeda. Ligan dapat berikatan dengan ion logam dengan 2 atom
penyumbang  (donor atom). Contohnya ion nitrit dapat berikatan dengan
pasangan atom N tunggal ( nitro, O2N: ) atau dengan atom O
( nitrito,ONO:) sehingga membentuk isomer rantai.
Co(NH3)5(NO2)]Cl2  dan [Co(NH3)5(ONO)]Cl2.

Menentukan Rumus dan Nama dari Senyawa Kompleks :


Hal yang penting diingat dalam menuliskan rumus dari senyawa kompleks
adalah:
a.    Kation ditulis terlebih dahulu baru anion
Contohnya, dalam penamaan [Co(NH3)4Cl2]Cl, kita menamakan kation
[Co(NH3)4Cl2]+ dahulu   sebelum anion Cl-, sehingga namanya
tetraamindiklorokobalt(III) klorida
b.    Dalam ion kompleks, ligan harus diberi nama terlebih dahulu menurut
urutan abjad, sebelum ion logamnya. Contohnya dalam ion
[Co(NH3)4Cl2]+ , 4 ligan NH3 dan 2 ligan Cl diberi nama dahulu sebelum
ion logamnya, seperti penamaan pada contoh pertama
c.    Penamaan dari ligan.  Jika ligan tersebut
merupakan  anion,  maka  pada  akhir  kata  diberi  imbuhan  “o”.
contohnya  jika ligannya  F maka  diberi  nama  fluoro. Jika
ligan  berupa molekul  netral,  maka  ada  penamaan khusus yang harus
diingat. 
d.   Jumlah dari ligan dapat ditulis dengan imbuhan di-, tri-,tetra-,penta- dll 
e.    Biloks dari atom pusat ditunjukkan dengan bilangan romawi, jika atom
pusat tersebut memiliki bi loks lebih dari satu. Seperti pada contoh pertama
f.     Jika ion kompleks berupa anion, maka ion logam sebagai atom pusat,
diberi imbuhan “at” pada akhir kata.  Sedangkan jika ion kompleks berupa
kation, maka ion logam ditulis dalam bahasa Indonesia 

C.      Ikatan Kimia Kompleks


Arti : 
·         Koordinasi kimia antara kation dengan molekul dan anion/ligan 
·         Ikatan kimia yang terdiri atas pasangan elektron dan terbentuk baik
secara ionik (ionic bonds), kovalen (covalent bonds) atau gabungan
keduanya
1.    Ikatan ion
Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk akibat gaya tarik listrik (gaya
Coulomb) antara ion yang berbeda.
hanya dapat tebentuk apabila unsur -unsur yang  bereaksi mempunyai
perbedaan daya tarik electron (keeelektronegatifan) cukup besar.

2.    Ikatan Koordinasi
Ikatan Koordinasi adalah Ikatan yang terjadi apabila pasangan elektron yang
dipakai bersama berasal dari salah satu atom yang membentuknya
Terdapat satu atom pemberi pasangan elektron bebas (elektron sunyi),
sedangkan atom lain sebagai penerimanya

Ion amonium, NH4+, terbentuk melalui transfer ion hidrogen dari hidrogen
klorida ke pasangan elektron mandiri pada molekul amonia.

3.    Ikatan Kovalen
Teori ikatan valensi, sangat membantu dalam menjelaskan pembentukan
ikatan dan struktur dalam golongan utama. Ikatan valensi ini juga berguna
untuk menjelaskan pembentukan ikatan pada ion kompleks. Pada
pembentukan ion kompleks, orbital dari ligan yang telah terisi, elektronnya
berhibridisasi  (overlap)  ke orbital ion logam yang masih kosong. Ligan
menyumbang pasangan electron bebasnya(basa lewis) untuk
diterima  oleh  ion  logam(asam  lewis)  untuk  membentuk  satu  ikatan  koval
en  dari  ion  kompleks.  Pada umumnya, untuk senyawa kompleks, jenis
hibridisasi pada ion logam(atom pusat) akan menentukan bentuk(geometri)
dari ion kompleks tersebut.

D.      Logam Transisi
Unsur transisi adalah sebagai kelompok unsur mempunyai kulit-kulit d dan f
yang terisi sebagian. Unsur transisi adalah semua logam dan kebanyakan berupa
logam keras yang menghantar panas dan listrik yang baik. Logam tersebut
membentuk banyak senyawaan berwarna dan paramagnetik. Sifat dari unsur
transisi adalah 
1.    logam, secara praktis semuanya keras, kuat, titik leleh tinggi, titik didih tinggi
serta dapat menghantar panas dan listrik dengan baik, 
2.    Membentuk aliasi satu dengan yang lain dan dengan unsur - unsur mirip logam, 
3.    Banyak diantaranya cukup elektropositif untuk larut dalam asam mineral,
meskipun diantaranya mulia yaitu mempunyai potensial elektroda yang rendah
sehingga tidak berpengaruh oleh asam yang sederhana, dengan sedikit perkecualian 
4.    Unsur - unsur ini mempunyai valensi yang beragam dan ion-ion serta
senyawaannya berwarna pada satu tingkat oksidasi kalau tidak bisa dikatakan
semuanya, karena kulit yang terisi sebagian , 
5.    Unsur-unsur ini membentuk paling sedikit beberapa senyawaan paramagnet.

Senyawa yang unsur logam transisinya mempunyai bilangan oksidasi tinggi


cenderung agak kovalen, sedangkan yang bilangan oksidasinya lebih rendah
cenderung lebih ionik. Contohnya oksida - oksida Mn2O7 adalah senyawa kovalen
yang berwujud cair pada suhu kamar (mengkristal pada suhu 6 oC ), tetapi Mn3O4
adalah senyawa ionik. Oksida kovalen cenderung berupa anhidrida asam,
sedangkan oksida ionik cenderung basa. Unsur transisi memiliki bilangan
oksidasi yang lebar karena orbital d yang terisi sebagian dapat menerima atau
mendonasi elektron dalam reaksi kimia. 
Salah satunya logam transisi yaitu senyawa ferro yang terdiri dari besi (II)
yang biasanya berwarna hijau. Kebanyakan garam ferro mudah teroksidasi
menjadi garam ferri jika berada dalam atmospir oksigen. Beberapa senyawa ferro
dan proses pembuatannya adalah sebagai berikut ; 
a.    Ferro sulfat, FeSO4.7H2O dapat dibuat dengan cara melarutkan besi dengan
asam sulpat atau dengan atau dengan mengoksidasi pirit di udara.
b.    Ferro klorida, FeCl2.4H2O dapat dibuat dengan melarutkan besi degnan
asam klorida sehingga dihasilkan kristal berwarna hijau pucat. 
c.    Ferro hidroksida, Fe(OH)2 bentuknya mendekati endapan putih yang
diperoleh dari adisi alkali dengan larutan ferro. 
Proses pengendapannya sangat cepat menjadi hijau kotor dan akhirnya
menjadi coklat karena teroksidasi oleh udara. 
d.   Ferro sulfide, FeS adalah kristal berwarna hitam yang dibuat dengan
pemanasan besi dengan sulfur. 
Itu digunakan untuk membuat hidrogen sulpida. Ferro sulfida juga dapat
dibuat dari reaksi antara in sulfide dengan garam ferro dalam larutan. 
e.    Ferro karbonat, FeCO3terjadi secara alami sebagai mineral dan merupakan
kristal putih oleh reaksi antara ion karbonat dengan ion ferro dalam kondisi
vakum. 
Seperti kalsium karbonat, ferro karbonat juga larut dalam larutan asam. Air
keras sering terdiri dari ion ferro atau ion ferri.
Kebanyakan senyawaan Cu(I) cukup mudah teroksidasi menjadi Cu (II),
namun oksidasi selanjutnya menjadi Cu(III) adalah sulit. Larutan Cu 2+ dikenal
baik dan sejumlah garam dapat diperoleh dari Cu2+ dan diantaranya banyak
larut dalam air. 
Kobalt merupakan salah satu logam transisi dengan konfigurasi elektron
3d7yang dapat membentuk kompleks. Kobalt yang relatif stabil berada sebagai
Co(II) ataupun Co(III). 
Namun dalam senyawa sederhana Co, Co(II) lebih stabil dari Co(III). Ion-
ion Co2+ dan ion terhidrasi [Co(H2O)6]2+ stabil dalam air. Kompleks kobalt
dimungkinkan dapat terbentuk dengan berbagai macam ligan.

E.       Ligan 
Ligan (dari kata latin ligare = mengikat). Jumlah ligan ini berbeda-beda dari
dua sampai delapan. Jumlah ikatan dengan ligan itu disebut bilangan koordinasi
yang biasanya merupakan bilangan genap terutama bernilai 4 atau 6. Ion logam
univalen biasanya mempunyai bilangan koordinasi dua. 
Muatan sebuah kompleks dapat positif (+), negatif (-) atau nol (0). Muatan
tersebut merupakan jumlah muatan inti dan semua ligan yang diikatnya. Ligan
yang mempunyai satu atom donor pasangan elektron (misal I¯ dan CN¯)
monodentat atau unidentat, sedang Ligan yang mempunyai atom donor lebih dari
satu disebut poli- atau muktidentat, bidentat kalau punya dua donor, terdentat bila
3, kuadridentat, pentedentat, heksadentat dan seterusnya. Bila mislanya ion
Zn²⁺berkompleks dengan ligan etilendiamin (dua molekul ligan perion Zn karena
bilangan koordinasi Zn mencapai 4), maka terbentuk ikatan-ikatan yang
mempunyai bentuk cincin atau lingkaran (ring). 

Lingkaran demikian lingkaran kelat (chelat ring) dari kata yunani chele yang b
erarti cakar. Jenis Ligan : 
1)      Monodentat, Ligan yang terkoordinasi ke atom logam melalui satu atom saja
disebut ligan monodentat, misalnya F-, Cl-, H2O dan CO. Kebanyakan ligan adalah
anion atau molekul netral yang merupakan donor elektron. Beberapa ligan
monodentat yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH, dan OH-.
2)      Bidentat, yaitu Jika ligan tersebut terkoordinasi pada logam melalui dua atom dise
but ligan bidentat. Ligan ini terkenal diantara ligan polidentat. Ligan bidentat yang net
ral termasuk diantaranya anion diamin, difosfin, dieter.
3)      Polidentat, Ligan yang mengandung dua atau lebih atom, yang masing masing ser
empak membentuk ikatan dua donor elektron kepada ion logam yang sama. Ligan ini
sering disebut ligan kelat karena ligan ini tampak nya mencengkeram kation di antara
dua atau lebih atom donor. 
Contohnya adalah bis-difenilfosfina-etana(I).

Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, dengan
penggantian molekul-molekul air berturut-turut, sampai terbentuk kompleks
MLn. n adalah bilangan koordinasi dari ion logam, dan menyatakan jumlah
maksimum ligan monodentat yang dapat terikat padanya. Ligan dapat dengan
baik diklasifikasikan asat dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam.
Begitulah, ligan-ligan sederhana seperti ion-ion halide atau molekul-molekul H 2O
atau NH3 adalah monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada
satu titik oleh penyumbangan satu pasangan-pasangan electron menyendiri
kepada logam. 
Bila molekul atau iom ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-masing
mempunyai pasangan satu pasangan elektron menyendiri,maka molekul itu
mempunyai dua atom penyumbangan, dan memungkinkan untuk membentuk dua
ikatan koordinasi dengan ion logam yang sama, ligan seperti ini disebut ligan
bidentat. 
Ligan multidentat mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul.
Sebelum ini, telah kita anggap bahwa sepsis-spesisi yang kompleks itu tidak
mengandung lebih dari stu ion logam, tetapi pada kondisi-kondisi yang sesuai,
suatu kompleks binuklir, yaitu kompleks yang mengandung dua ion logam, atau
bahkan satu komplek polinuklir yang mengandung lebih dari dua ion logam,
dapat terbentuk.

Rumus molekul dan tata nama :

Aturan tata nama :


1.    Ion positif diikuti ion negatif. 
Contoh: [Ag(NH3)2]Cl : diaminperak(I) klorida
2.    Nama ligan diikuti nama ion logam. 
Contoh: [Cu(NH3)4]SO4, tetraamintembaga(II) sulfat
3.    Nama ligan diawali dengan prefixes yang menyatakan jumlahnya di
(bis); tri (tris); tetra (tetrakis); penta; heksa; dst
Contoh: diklorobis(etilendiamin)kobal(III), [Co(en)Cl2]+
4.    Ligan dituliskan sesuai urutan alpabet
Contoh: [Co(NH3)4Cl2]+: tetraamindiklorokobal(III)
5.    Ligan dengan muatan negatif diberi akhiran-o, nama ligan netral tidak
berubah. Kecuali air, aqua.
Contoh: kloro, bromo, sulfato, dll
[Pt(NH3)BrCl(CH3NH2)] : aminbromoklorometilaminplatina(II)
6.    Untuk ion kompleks dengan muatan negatif, nama logamnya diakhiri
dengan-ate.
contoh: [Pt(NH3)4]2+: tetraaminplatina(II)
 [PtCl4]2—: tetrakloroplatinate(II)
7.    Awalancis-atautrans- dituliskan didepan nama kompleks yang 
memiliki isomer geometri.
contoh: [Pt(NH3)2Cl2] : cis-diamindikloroplatina

F.       EDTA
EDTA ialah suatu ligan yang heksadentat (mempunyai enam buah atom donor
pasagan electron), yaitu melalui kedua atom N dan keempat atom O (dari OH).
Dalam pembentukan kelat, keenam donor (tetapi kadang-kadang hanya lima)
bersama-sama mengikat satu atom satu ion inti dengan membentuk lima
lingkaran kelat. Molekul EDTA dilipat mengelilingi ion logam itu sedemikian
rupa sehingga keenam atom donor terletak pada puncak-puncak sebuah oktaeder
(bidang delapan) dan inti terdapat di pusat oktaeder. 
Berikut ini prosedur-prosedur yang paling penting untuk titrasi ion-ion logam
dengan EDTA, adalah:
1)        Titrasi langsung. Larutan yang mengandung ion logam yang akan diteta
pkan, dibufferkan samapi ke pH yang dikehendaki (misalnya, sampai pH = 1
0 dengan NH4+ larutan air NH3), dan titrasi langsung dengan larutan EDTA st
andar. Mungkin adalah perlu untuk mencegah pengendapan hidroksida loga
m itu (atau garam basa) dengan menambahkan sedikit zat pengkompleks pem
bantu, seperti tartrat atau sitrat atau trietanolamina. Pada titik ekivalen, besar
nya konsentrasi ion logam yang sedang ditetapkan itu turun dengan mendada
k. Ini umumnya ditetapkan dari perubahan-perubahan pM: titik akhir ini dapa
t juga ditetapkan dengan metode-metode amperometri, kondutometri, spektro
fotometri, atau dalam beberapa keadaan dengan metode potensiometri.
2)        Titrasi-balik. Karena berbagai alasan, banyak logam tak dapat dititrasi l
angsung, mereka mungkin mengendap dari dalam larutan dalam jangka pH y
ang perlu untuk titrasi, atau mereka mungkin membentuk kompleks-komplek
s yang inert, atau indikator logam yang sesuai tidak tersedia. Dalam hal-hal d
emikian, ditambahkan larutan EDTA standar berlebih, larutan yang dihasilka
n dibufferkan samapi ke pH yang dikehendaki, dan kelebihan reagnesia dititr
asi balik dnegan suatu larutan ion logam standar, larutan zink klorida atau sul
fat atau magnesium klorida sering digunakan untuk tujuan ini. Titik akhir did
eteksi dengan bantuan indikator logam yang berespons terhadap ion logam y
ang ditambahakn pada titrasi balik.
3)        Titrasi penggantian atau titrasi substitusi. Titrasi-titrasi substitusi dapat
digunakan untuk ion logam yang tidak bereaksi (atau berekasi denagn tak me
muaskan) dengan indikator logam, atau untuk ion logam yang membentuk ko
mplkes EDTA yang lebih stabil daripada komplkes EDTA dari logam-logam
lainnya seperti magnesium dan kalsium. Kation Mn+ yang akan ditetapkan da
pat diolah dengan kompleks magnesium EDTA, pada mana reaksi berikut ter
jadi :

Mn+ + MgY2- → (MY)(n-4)+ + Mg2+

Jumlah ion magnesium yang dibebaskan adalah ekivalen dengan kation-katio


n yang berada di situ, dapat dititrasi dengan suatu larutan EDTA standar serta
indikator logam yang sesuai. Satu penerapan yang menarik adalah titrasi kals
ium. Pada titrasi langsung ion-ion kalsium, Hitam Solokrom (Hitam Erikrom
T) memberi titik akhir yang buruk; jika magnesium ada serta, logam ini akan
digantiakn dari komplkes EDTA-nya oleh kalsium, dan menghasilkan titik ka
hir yang lebih baik.
4)        Titrasi alkalimetri. Bila suatu larutan dinatrium etilenadiaminatetraaseta
t, NaH2Y, ditambahkan kepada suatu larutan yang mengandung ion-ion loga
m, terbentuklah kompleks-kompleks dengan disertai pembebasan dua ekivale
n ion hidrogen :

Mn+ + MgY2- → (MY)(n-4)+ + 2H+

Ion hidrogen yang dibebaskan demikian dapat dititrasi dengan larutan natriu
m hidroksida standar dengan menggunakan indikator asam-basa, atau titik ak
hir secara potensiometri; pilihan lain, suatu campuran iodida-iodida ditambah
kan disamping larutan EDTA, dan iod yang dibebaskan dititrasi dengan larut
an tiosulfat standar. Larutan logam yang akan ditetapkan harus dinetralkan d
engan tepat sebelum titrasi; ini sering merupakan hal yang sukar, yang diseba
bakan oleh hidrolisis banyak garam, dan merupakan segi lemah dari titrasi al
kalimetri.

Macam-macam Metode Reaksi pertukaran antara ion tetrasianonikelat(II) [Ni


(CN)4]2- (garam kaliumnya mudah dibuat) dan unsur yang kan ditetapkan, pada m
ana ion-ion nikel dibebaskan, mempunyai penerapan yang terbatas. Begitulah per
ak dan emas, yang sendirinya tak dapt dititrasi secara kompleksometri, dapat ditet
apkan dengan cara ini.

[Ni(CN)4]2- + 2Ag+ →2[Ag(CN)2]- + Ni2+

Reaksi ini berlangsung dengan garam perak yang hanya sedikit sekali dapat lar
ut, jadi memberi satu metode untuk penetapan ion halida Cl -, Br-, I-, dan ion tiosia
nat SCN-. Anion-anion ini mula-mula diendapkan sebagai garam perak, dan gara
m perak ini dilarutakn dalam larutan [Ni(CN)4]2-, dan nikel yang dengan demikian
dibebaskan dalam jumlah ynag ekivalen, lalu ditetapkan dengantitrasi cepat deng
an EDTA dengan menggunakn indikator yang sesuai (Mureksida, Merah Bromop
irogalol). 
Sulfat dapat ditetapkan dengan mengendapkannya sebagai Barium sulfat atau
Timbel sulfat, endapan dilarutkan dalam larutan EDTA standar berlebih, dan kele
bihan EDTA dititrasi balik dengan larutan Magnesium atau Zink standar dengan
menggunkan Hitam Solokrom (Hitam Erikrom T) sebagai indikator. Fosfat dapat
ditetapakan dengan mengendapkannya sebagai Mg(NH4)PO4.6H2O, melarutkan e
ndapan dalam asam klorida encer, dan menambahkan larutan EDTA standar berle
bih, serta membufferkan pada pH = 10, dan menitrasi-balik dengan larutan ion M
agnesium standar dengan adanya Hitam Solokrom.
Kestabilan suatu kompleks jelas akan berhubungan dengan kemampuan
mengkompleks dari ion logam yang terlibat, dan pentingnya untuk memeriksa
faktor-faktor mengenai ciri khas dari ligand.
Kemampuan mengkompleks relatif dari logam-logam digambarkan dengan
baik menurut klasifikasi SCHwarzen-bach, yang dalam garis besarnya didasarkan
atas pembagian logam menjadi asam Lewis (penerima pasangan electron) kelas A
dan kelas B. Logam kelas A dicirikan oleh larutan afinitas (dalam larutan air)
terhadap halogen F->Cl- >Br->I-, dan membentuk kompleks terstabilnya dengan
anggota pertama dari grup Tabel Berkala dari atom penyumbang (yakni, nitrogen,
oksigen, dan fluor). 
Logam kelas B jauh lebih mudah berkoordinasi dengan I- dari pada F- dalam
larutan air, dan membentuk kompleks terstabilnya dengan atom penyumabang
kedua (atau yang lebih berat) dari masing-masing grup itu (yakni P, S, Cl).

Di antara cirri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi


kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat adalah: 
1.      Kekuatan basa dri ligan itu
2.      Sifat-sifat penyepitan
3.      Efek-efek sterik (ruang)

Istilah efek sepit mengacu pada fakta bahwa suatu kompleks bersepit yaitu
kompleks yang dibentuk oleh suatu ligan bidentat atau multidentat, adalah lebih
stabil banding kompleks padanannya dengan ligan-ligan monodentat. Semakin
banyak titik lekat ligan itu kepada ion logam, semakin besar kestabilan kompleks.
Efek sterik yang paling umum adalah efek yang mengambat pembentukan
kompleks yang disebabkan oleh adanya suatu gugusan besar yang melekat pada
atau berada berdekatan dengan atom penyumbang.
Suatu klasifikasi penting dari kompleks-kompleks, didasarkan pada laju
dimana kompleks itu mengalami reaksi substitusi, dan menimbulkan dua grup,
yaitu kompleks-kompleks yang labil dan kompleks-kompleks yang inert.
Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi
pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang akan perilaku
kompleks-kompleks dari berbagai unsur, yaitu:
1.      Unsur grup utama, biasanya membentukkomples-kompleks labil
2.      Dengan pengecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan transisi baris pertama
membentuk kompleks-kompleks labil.
3.      Unsure transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk kompleks-
kompleks inert

G.      Kesadahan Air
Air sadah adalah air yang mengandung garam, kalsium dan magnesium.
Meskipun tidak berbahaya untuk diminum air sadah kurang baik dipakai untuk
mencuci dan dipakai untuk mencuci pada mesin, alat rumah tangga, pipa dan
sebagainya. Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki
oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca 2+,
Mg2+ atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polivalen metal
(logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam
sulfat klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil. 
Kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun dimana sabun ini
di endapkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+. Karena penyebab utama kesadahan
adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya Ca2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai
sifat atau karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion
Ca2+ dan Mg2+ yang dinyatakan sebagai CaCO3. Air sadah membentuk kerak atau
endapan yang menempel pada mesin atau alat lainnya. Dan oleh karena kerak itu
bukan penghantar panas maka hal ini menyebabkan pemborosan bahan bakar. Air
sadah banyak kita jumpai di daerah pegunungan kapur atau di daerah pesisir
pantai.

1.    Jenis Kesadahan.
1.    Kesadahan sementara 
Kesadahan sementara adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya
garam-garam bikarbonat, seperti Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2. Kesadahan
sementara ini dapat dihilangkan dengan pemanasan atau pendidihan,
sehingga terbentuk endapan CaCO3 atau MgCO3.

Reaksinya :
Ca(HCO3)2   :   CO2 (g) + H2O (l) + CaCO3 (putih)

Mg(HCO3)2  :   CO2 (g) + H2O (l) + MgCO3 (putih)

2.    Kesadahan tetap 
Kesadahan Tetap adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-
garam klorida, sulfat, dan karbonat, misalnya CaSO 4, MgSO4, CaCl2,
MgCl2. Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda
kapur (terdiri dari larutan natrium karbonat dan magnesium hidroksida)
sehingga terbentuk endapan kalium (padatan atau endapan) dan magnesium
hidroksida (padatan atau kalium) dalam air.

Reaksinya :

CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 (padatan atau endapan) + 2 NaCl(larut)

CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 (padatan atau endapan) + NaSO4(larut)

MgCl2 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 (padatan atau endapan) + CaCl2(larut)

MgSO4 +Ca(OH)2 Mg(OH)2 (padatan atau endapan) + CaSO4 (larut)

2.    Satuan ukuran kesadahan ada 3, yaitu :


a.    Derajat Jerman dilambangkan dengan 0D
b.    Derajat Inggris dilambangkan dengan 0E
c.    Derajat Perancis dilambangkan dengan 0F

Adapun contoh kesadahan yaitu jika di suatu tempat anda mencuci apapun
menggunakan sabun dan ternyata busa yang terbentuk jumlahnya dibawah
perkiraan anda atau tidak seperti biasanya sehingga untuk memperbanyak busa
anda harus menambah sehingga mengakibatkan boros sabun, maka besar
kemungkinan air yang digunakan untuk mencuci tersebut memiliki kesadahan
tinggi. Hal itu terjadi karena sebagian sabun yang ditambahkan kedalam air
bereaksi dengan garam karbonat dari Ca2+ dan Mg2+.
Jika menemukan endapan putih seperti bedak atau kadang berbentuk kerak
didasar panci untuk memasak air, maka besar kemungkinan air yang dimasak
tersebut memiliki kesadahan tinggi. Hal itu terjadi karena gas CO 2 lepas saat
pemanasan sehingga yang tertinggal hanya endapan karbonat terutama kalsium
karbonat .

H.      Stabilitas 
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan
memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang
umum di indonesia EDTA (Disodium ethylene diamin tetra asetat/ tritiplex/
komplekson, dll). Besarnya harga konstanta pembentukan komplek menyatakan
tingkat kestabilan suatu senyawa komplek :

“Semakin besar harga konstanta pembentukan senyawa komplek, maka


semakin stabil senyawa komplek tersebut dan sebaliknya makin kecil harga
konstanta kestabilan senyawa komplek, maka senyawa komplek tersebut makin
tidak (kurang) stabil”.

Kestabilan termodinamik dari suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana


spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika
sistem itu dibiarkan mencapai keseimbangan.

1.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan kompleks, yaitu :


a.    Kemampuan mengkompleks logam-logam.
Kemampuan mengkompleks relatif (dari) logam-logam digambarkan
dengan baik menurut klarifikasi Schwarzenbach, yang dalam garis besarnya
didasarkan atas pembagian logam menjadi asam Lewis (penerima pasangan
elektron) kelas A dankelas B.

b.    Ciri-ciri khas ligan :


Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi
kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
1).       Kekuatan basa dari ligan itu
2).       Sifat-sifat penyepitan (jika ada)
3).       Efek-efek sterik (ruang)

Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi


pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku
kompleks-kompleks dari berbagai unsur, yaitu diantaranya :
1).      Unsur grup utama, biasanya membentuk kompleks-kompleks
labil.
2).      Dengan pengecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan unsur
transisi baris pertama, membentuk kompleks-kompleks labil.
3).      Unsur transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk
kompleks-kompleks inert.

I.         Masking Demasking Agent 


1.    Masking atau penutup adalah suatu proses diamana suatu zat dapat dirubah sedemi
kian rupa sehingga tidak dapat lagi ikut dalam suatu reaksi. 
2.    Dimasking adalah suatu peristiwa dimana zat yang dimasking dikembalikan dalam
keadaan semula. 
Beberapa kation dalam campuran sering dimasking sehingga dapat lagi bereak
si dengan EDTA atau indicator. Sebagai masking yang terkenal adalah ion CN¯ y
ang memberi kompleks sianida yang stabil dengan kation Cd, Zn, Mg 2+, Cu, Ni,
Ag atau Pt. Kompleks sianida dengan Zn dapat dimasking dengan larutan formal
dehida, asam asetat, atau kloral hidrat. Penambahan thioglycolat  akan bereaksi d
engan Hg dan Cu hingga tidak  dapat membentuk kompleks lagi dengan EDTA
 Jadi Zn bila tercampur dengan Hg dan Cu dapat  dititrasi secara kompleksometri.
NH₄F dapat menutup (masking Ca, Hg dan Al) hingga Zn dalam campuran
dengan Ca, Hg, dan Al setelah ditambah dengan NH₄F dapat dititrasi dengan
EDTA tanpa terganggu oleh Ca, Hg dan Al. 

J.        Indikator Logam
Indikator dalam titrasi kompleksometri tidak berubah karena perubahan pH, ti
dak juga karena daya oksidasi titrat berubah, akan tetapi karena perubahan pM
(M adalah khelat logam). (Roth 1988). Syarat-syarat indikator logam, yaitu:
1.      Reaksi warnanya harus sensitif, dengan kepekaan yang besar terhadap logam. 
2.      Perubahan warna pada titik ekivalen tajam
3.      Perbedaan warna dari indikator bebas dengan indikator kompleks harus
mempunyai kestabilan yang efektif dimana pH titrasi tidak boleh tidak teroksidasi dan
tereduksi.
4.      Kestabilan kompleks logam indikator harus cukup.
5.      Ikatan senyawa logam EDTA harus lebih kuat dari pada logam-logam indikator.
Artinya ikatan logam – logam Indikator logamnya harus dapat direbut oleh EDTA. 
Beberapa indikator yang paling banyak digunakan dalam titrasi kompleksometr
i:

1.    Eriochrom Black-T (EBT)  


Digunakan pada daerah pH 7 – 11. Suatu kelemahan dari EBT bahwa laru
tannya tidak stabil, bila disimpan akan terjadi peruraian secara lambat,sehingg
a setelah janka waktu tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Suatu kesulitan ya
ng dialami indikator metalokromik adalah pembentukan kelat dengan logam y
ang tidak reversibel atau terlalu kuat. Bila hal ini terjadi maka tidak dapat terja
di perubahan warna dan indikator kehilangan fungsinya. Kejadian ini disebut b
locking indikator.  Mengalami blocking dengan Fe³⁺. Merupakan asam lemah,
tidak stabil dalam air karena senyawa organik ini merupakan gugus sulfonat y
ang mudah terdisosiasi sempurna dalam air dan mempunyai 2 gugus fenol yan
g terdisosiasi lambat dalam air.
Penggunaan : Penentuan kadar Ca, Mg, Cd, Zn, Mn, Hg.

2.    Murexide
Merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca2+, pada
pH=12. 

3.    Jingga Xylenol
Kompleks dengan logam memberikan warna merah. 

4.    Calmagite
Dapat digunakan sebagai pengganti EBT, karena calmagite lebih stabil,
daerah terjadinya pada pH 8,1-12,4 dan warna indikator bebasnya biru.
Mengalami blocking dengan Cu, Ni, Fe³⁺, dan Al.

5.    Arzenazo
Digunakan untuk Ca maupun Mg, juga baik untuk titrasi Pb(IV) dengan
EDTA. Keuntungan menggunakan indikator ini adalah : Tidak mengalami blo
cking oleh Cu(II) dan Fe(III) dalam jumlah kecil. Bereaksi cepat sehingga terja
dinya perubahan warna juga lebih cepat. 

6.    NAS
Digunakan pada daerah pH 3-9. Dalam larutan yang sangat asam NAS
berwarna merah violet pada pH 3,5 keatas berwarna merah jingga.
Penggunaan NAS cukup luas dan dianjurkan untuk titrasi Cu, Co(II), Cd, Ni,
Zn, Al dengan EDTA. 

7.    Calcon 
Calcon merupakan garam natrium dari Eriochrome Blue Black R, yang
disebut juga Pontachrome Blue Black R. Molekul indikator berwarna hijau
dan hanya terdapat dalam larutan asam kuat. Pada pH 7 sampai 10 berwarna
merah, kemudian biru sampai pH 13,5 dan diatasnya jingga. Kelat Calcon
dengan logam berwarna merah dan ternyata sangat cocok untuk titrasi Ca pada
pH 12,5 – 13 tanpa terganggu oleh Mg. Perubahan warna dari merah menjadi
biru. Dengan indikator ini maka dapat ditentukan kesadahan air yang
disebabkan oleh Ca saja tidak termasuk kesadahan oleh Mg. 
Beberapa indikator logam sering menglami penguraian apabila dilarutkan
dalam air. Sehingga stabilitas di dalam larutan rendah sekali. Oleh karena itu,
dalam prakteknya sering dibuat pengenceran dengan NaCl atau KNO3 dengan
perbandingan 1:500.

K.      Pengaruh pH
            pH sangatlah berpengaruh pada analisa komplexiometri. pH adalah
ukuran konsentrasi ion hidrogen dari larutan. Pengukuran pH (potensial
Hidrogen) akan mengungkapkan jika larutan bersifat asam atau alkali (atau basa).
Jika larutan tersebut memiliki jumlah molekul asam dan basa yang sama, pH
dianggap netral. Berikut keterangan tentang suasana pH dalam
analisa komplexiometri :

1.    Suasana terlalu asam
Proton yang dibebaskan pada reaksi yang terjadi dapat mempengaruhi pH,
dimana jika H+ yang dilepaskan terlalu tinggi, maka hal tersebut dapat
terdisosiasi sehingga kesetimbangan pembentukkan kompleks dapat bergeser
ke kiri, karena terganggu oleh suasana system titrasi yang terlalu asam.
Pencegahan : sistem titrasi perlu didapar untuk mempertahankan pH yang
diinginkan.

2.    Suasana terlalu basa


Bila pH system titrasi terlalu basa, maka kemungkinan akan terbentuk
endapan hidroksida dari logam yang bereaksi. Jika pH terlalu basa, maka
reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kanan, sehingga pada suasana basa
yang banyak akan terbentuk endapan. 
Berdasarkan selalu terbentuknya H+ pada pembentukan ion kompleks dan
melihat harga pK₄ maka pembentukan kompleks akan lebih baik dan lebih
stabil dalam larutan alkalis. 
Pada umumnya kompleks EDTA dengan kation valensi 2 stabil dalam
larutan  yang sedikit asam atau alkalis. kompleks EDTA dengan logam valensi
3 dan 4 stabil dalam larutan dengan pH =1-3. 
Logam – logam bervalensi 2 misalnya Cu, Pb, atau Ni dapat stabil pada
pH = 3 sehingga dapat dititrasi secara selektif walaupun tercampur dengan
logam – logam alkali tanah. Co⁺⁺ stabil dalam larutan HCl pekat.
         Kesimpulan : pada titrasi kompleksometri diperlukan penambahan bufer
pada pH dimana kompleks itu stabil, dan perubahan warnanya jelas. Stabilitas
dari kompleks di tentukan oleh harga Ks = konstante stability. 

Yang menyebabkan perubahan harga Ks :


a.    Kenaikan suhu, karena menyebabkan kenaikan ionisasi kompleks.
b.    Ion yang tidak memberi ion sejenis dengan kompleks.
Yang menyebabkan kenaikan harga Ks adalah adanya alkohol, sebab alkoh
ol mendesak ionisasi kompleks.

L.       Jenis Titrasi        
Macam-macam titrasi yang sering digunakan dalam kompleksometri, antara
lain:
1.    Titrasi langsung yaitu titrasi yang biasa digunakan untuk ion-ion yang         tidak
mengendappada pH titrasi, reaksi pembentukan kompleksnya   berjalan cepat.
Contoh : penentuannya ialahuntuk ion-ion Mg, Ca, dan Fe. 

2.    Titrasi kembali yaitu titrasi yang digunakan untuk ion-ion logam


yang     mengendap pada pH titrasi,reaksi pembentukan kompleksnya berjalan lambat.
Contoh : penentuannya ialah untukpenentuan ion Ni.

3.    Titrasi penggantian atau titrasi substitusi adalah titrasi yang ini digunakan untuk
ion-ion logam yang tidak bereaksi sempurna dengan indikator logam yang
membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion logam
lainnya.
Contoh : penentuannya ialah untuk ion-ion Ca dan Mg.

4.    Titrasi tidak langsung


Titrasi ini dilakukan dengan cara, yaitu :
a.    Titrasi kelebihan kation pengendap 
(misalnya penetapan ion sulfat, dan fosfat).
b.    Titrasi kelebihan kation pembentuk senyawa kompleks 
(misalnya penetapan ion sianida).. 

M.     Aplikasi Komplesometri
 Aplikasinya banyak digunakan dalam farmasi ,metode ini banyak digunakan
dalam penetapan kadar MgSO4 yang digunakan sebagai laksativum atau ZnO
yang digunakan sebagai antiseptik.
 Pada bidang industry digunakan untuk menjernihkan air atau yang sering
disebut dalam penggunaannya di bidang industry adalah water treatment. Dan
untuk menentukan kesadahan air sumur, sungai, dll.
Beberapa contoh sistem titrasi kompleksometri pada obat :
Sampel Pelarut Peniter Indikator Sediaan obat
Kalsium Air Dinatrium Kalkon (merah Injeksi kalsium
glukonat dibasakan edetat jambu menjadi glukonat
dengan biru)
NaOH
Kalsium Air Dinatrium Biru hidroksi Kalsium laktat
laktat edetat naftol (biru)
Kalsium Air Dinatrium Biru hidroksi Tablet kalsium
pantotenat edetat naftol (biru) pantotenat
Alukol Air Pb(NO3)2 Jingga xilenol Suspensi
antasida
Metil Air Raksa (II) Difenilkarbazon Metil tiourasil
tiourasil asetat

       Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan


tinggi. Kompleksometri termasuk salah satu analisis kimia kuantitatif, yang tujuannya untuk
menentukan kadar ataupun konsentrasi dalam suatu sampel. Adapun prinsip kerjanya yaitu
berdasarkan reaksi pembentukan senyawa kompleks dengan EDTA, sebagai larutan standar
dengan bantuan indikator tertentu. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan terjadinya perubahan
warna larutan, yaitu dari merah anggur menjadi biru. Titrasi dapat ditentukan dengan adanya
penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima
syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-
titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila
hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna
kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif.
Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau
tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun,
kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA
untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari
kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima,
kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian
sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu,
terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik
ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH
untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome Black T.
        Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu
jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat
berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau
disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya
asam 1,2-diaminoetana tetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua
atom nitrogen– penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul.
         Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion
logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat
terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan
spesies seperti CuHY-. Berikut adalah struktur dari EDTA (Asam etilen diamin tetra asetat) :
EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi dengan ion logam
dengan pertolongan kedua nitrogen dan empat gugus
karboksil.                                                                                                                              
Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai
pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan
pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini
contohnya Erichrome Black T (EBT). EBT adalah sejenis indikator yang berwarna merah muda
bila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium dengan pH 10,0 +
0,1. 

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
1.    Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas
tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi
2.    Ligan (dari kata latin ligare = mengikat). Jumlah ikatan dengan ligan itu disebut
bilangan koordinasi yang biasanya merupakan bilangan genap terutama bernilai 4 atau
6.
3.    Kestabilan termodinamik dari suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini
akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika sistem itu
dibiarkan mencapai keseimbangan. 
4.    Pengaruh pH jika terlalu asam maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan
dan  menyebabkan terbentuknya senyawa kompleks, jika suasana terlalu basa maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri dan membentuk endapan.
5.    Jenis titrasi kompleksometri antara lain titrasi langsung, titrasi tidak langsung,
titrasi kembali dan titrasi penggantian.
6.    Kesadahan di bedakan menjadi dua yaitu kesadahan tetap dan kesadahan
sementara.

B.       Saran
Disarankan agar pembaca tidak hanya mengambil informasi melalui makalah
ini saja, karna masih banyak informasi tentang Komplexometri di tempat yang
lain.
DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press: Jakarta.


Khopkar, S. M. 1999. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. EGC. Jakarta.
http:///D:/Chemical%20Engginering/Vadhielajam%20%20Contoh%20Makalah
%20Kompleksometri.html
file:///D:/Chemical%20Engginering/KOMPLEKSOMETRI%20_
%20Annisanfushie's%20Weblog.htm

Anda mungkin juga menyukai