ANALISA
Diposting oleh inspiring world di 03.11
MAKALAH KOMPLEKSOMETRI
diajukan untuk menyelesaikan tugas akhir semester pendek
Nama :
MEDAN
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat ridho-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah tentang “Kompleksometri”.
Dalam menyusun makalah ini, terdapat hambatan yang kami alami, namun
berkat dukungan, dorongan dan semangat sehingga kamimampu menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam
makalah Kompleksometri yang kami susun ini. Oleh karena itu kamimengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaannya.
Akhir kata semoga makalah “Kompleksometri” ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Agustus 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar........................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................... iii
BAB
I. PENDAHULUAN ......................................................................... 4
A. Latar Belakang............................................................................ 4
B. Tujuan Penulisan......................................................................... 5
C. Permasalahan............................................................................. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7
BAB III. PEMBAHASAN ........................................................................... 10
A. Pengertian Kompleksometri....................................................... 10
B. Senyawa Kompleks.................................................................. 12
C. Ikatan Kimia Kompleks............................................................. 16
D. Logam Transisi........................................................................ 18
E. Ligan....................................................................................... 20
F. EDTA...................................................................................... 23
G. Kesadahan Air.......................................................................... 28
H. Stabilitas.................................................................................. 30
I. Masking Demasking Agent........................................................ 31
J. Indikator Logam...................................................................... 32
K. Pengaruh pH............................................................................ 34
L. Jenis Titrasi............................................................................. 35
M. Aplikasi Komplesometri............................................................. 36
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 39
A. Kesimpulan............................................................................... 39
B. Saran ...................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui teori analisis komplexometri.
C. Permasalahan
1. Bagaimanakah teori analisis komplexometri ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam
pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya
kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat
menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut
senyawa koordinasi. Jadi semua senyawa kompleks atau senyawa koordinasi adalah
senyawa yang terjadi karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara logam transisi
dengan satu atau lebih ligan. Senyawa kompleks sangat berhubungan dengan asam
dan basa lewis dimana asam lewis adalah senyawa yang dapat bertindak sebagai
penerima pasangan bebas sedangkan basa lewis adalah senyawa yang bertindak
sebagai penyumbang pasangan elektron.
Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion kompleks. Ion kompleks
adalah kompleks yang bermuatan positif atau bermuatan negative yang terdiri atas
sebuah logam atom pusat dan jumlah ligan yang mengelilingi logam atom pusat.
Logam atom pusat memiliki bilangan oksida nol, positif sedangkanligan bisa
bermuatan netral atau anion pada umumnya. Beberapa contoh senyawa kompleks
yaitu :
- [Co3+,(NH3)6]3+ [Fe2+,(CN)6]4-
- [Ni0(CN)4]4- [Co+,(CO)4]3
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kompleksometri
Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titrant dan titrat saling
mengkompleks, jadi membentuk hasil berupa kompleks. Kompleks-kompleks
yang akan dibahas dibentuk oleh reaksi suatu ion logam suatu kation, dengan
suatu anion atau molekul netral. Ion logam dalam kompleks itu disebut atom
pusat, dan gugus yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan
yang dibentuk oleh atom pusat disebut bilangan koordinasi logam itu.
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks
demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di
atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri,
seperti yang menyangkut penggunaan EDTA.
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana
reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks
senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat
yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua
komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang
hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen
yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak
diamati.
Dalam larutan dengan pH tertentu sebagaian besar kation atau logam dapat
bereaksi dengan KOMPLEKSON yang kemudian membentuk ion kompleks.
Contoh :
Ag+ → [Ag(CN)2]¯
Cu2+ → [Cu(NH₃)₄]²⁺
Jika diperhatikan contoh-contoh kompleks, terlihat bahwa suatu kompleks
selalu terjadi dari sebuah ion logam yang dinamakan ion negatif atau molekul.
Sedangkan yang dinamakan Ligand (dari kata latin ligare = mengikat) . Jumlah
ligand ini berbeda-beda dari dua sampai delapan. Jumlah ikatan dengan ligand itu
disebut bilangan koordinasi yang biasanya merupkan bilangan genap terutama
bernilai 4 atau 6. Ion logam univalen biasanya mempunyai bilangan koordinasi
dua.
Muatan sebuah kompleks dapat positif (+), negatif (-) atau nol (0). Muatan
tersebut merupakan jumlah muatan inti dan semua ligand yang diikatnya. Ligand
yang mempunyai satu atom donor pasangan elektron (missal I¯ dan CN¯)
monodentat atau unidentat, sedang Ligand yang mempunyai atom donor lebih
dari satu disebut poli- atau muktidentat, bidentat kalau punya dua donor, terdentat
bila 3, kuadridentat, pentedentat, heksadentat, dst.
Prinsip Dasar :
Pereaksi untuk titrasi kompleksometri sangat banyak digunakan untuk
menitrasi ion-ion logam dalam larutan. Kebanyakan dari pereaksi ini adalah zat-
zat anorganik yang mengandung beberapa gugus elektron yang dapat berikatan
kovalen dengan ion logam, misalnya EDTA (H4Y) yang dapat bereaksi dengan
ion logam dengan perbandingan stoikiometri 1:1 sebagai berikut:
Mn+ + Y4-D MY-(4-n)
Fraksi Y4- dari larutan EDTA dipengaruhi oleh pH, sehingga harga tetapan
kesetimbangan yang dipengaruhi oleh pH disebut Keffektif (Kkondisional), Keff =
Kabs.a4 dan a4 adalah fraksi Y4-pada pH tertentu. Supaya pH konstan, titrasi
dilakukan dalam larutan yang dibuffer pada pH tertentu.
Karena banyak ion-ion logam yang dapat bereaksi dengan EDTA maka
selektivitas dapat diatur dengan mencari pH serendah mungkin dimana titrasi
masih layak dilakukan (Keff ≥ 108). Keselektifan ini dapat juga diatur dengan
menggunakan “masking agent”.
Selama titrasi terjadi perubahan konsentrasi ion logam bebas. Kurva titrasi
diperoleh dengan mengalurkan pM= -log [M] terhadap volume EDTA. Pada titik
ekivalen terdapat perubahan pM yang besar. Indikator titrasi kompleksometri
pada umumnya adalah indikator metalokrom yang merupakan senyawa organik
berwarna yang juga membentuk kompleks dengan ion logam. Warna kompleks
logam – indikator berbeda dengan warna indikator bebas.
Contoh:
Eriochrom black T (EBT). Kompleks logam EBT umumnya berwarna merah
seperti H2In-. Titrasi harus diatur pada pH 7 atau lebih sehingga indikator bebas
dalam bentuk HIn2- yang berwarna biru. Pada penambahan EDTA yang sedikit
berlebih larutan berubah menjadi biru akibat bebasnya indikator:
Mln-+ HY3-® HIn2-+ MY2-
Merah biru
B. Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam
pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron
bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion
logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa
kompleks juga disebut senyawa koordinasi. Jadi semua senyawa kompleks atau
senyawa koordinasi adalah senyawa yang terjadi karena adanya ikatan kovalen
koordinasi antara logam transisi dengan satu atau lebih ligan. Senyawa kompleks
sangat berhubungan dengan asam dan basa lewis dimana asam lewis adalah
senyawa yang dapat bertindak sebagai penerima pasangan bebas sedangkan basa
lewis adalah senyawa yang bertindak sebagai penyumbang pasangan elektron.
Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion kompleks. Ion kompleks
adalah kompleks yang bermuatan positif atau bermuatan negative yang terdiri
atas sebuah logam atom pusat dan jumlah ligan yang mengelilingi logam atom
pusat. Logam atom pusat memiliki bilangan oksida nol, positif sedangkanligan
bisa bermuatan netral atau anion pada umumnya. Beberapa contoh senyawa
kompleks yaitu :
- [Co3+,(NH3)6]3+ [Fe2+,(CN)6]4-
- [Ni0(CN)4]4- [Co+,(CO)4]3
1. Bilangan koordinasi
Bilangan koordinasi adalah jumlah dari ligan-ligan yang terikat
langsung oleh atom pusat. Bilangan koordinasi dari Co3+dalam senyawa
[Co(NH3)6]3+ adalah 6, karena enam atom ligan (N dari NH3) terikat oleh atom
pusat yaitu Co3+. Umumnya, bilangan koordinasi yang paling sering muncul
adalah 6, tetapi terkadang bilangan koordinasi 2 dan 4 juga dapat muncul dan
tidak menutup kemungkinan bilangan yang lebih besar pun bisa muncul.
2. Geometri
Bentuk (geometri) dari ion kompleks tergantung pada bilangan koordinasi
dan ion logam itu sendiri. geometri ion
kompleks tergantung pada bilangan
koordinasinya 2, 4, dan 6, dengan beberapa contohnya. Sebuah ion komp
leks yang mana ion logamnya memiliki bilangan koordinasi 2, seperti [
Ag(NH3)2]+, memiliki bentuk yang linier.
Atom penyumbang(donor atom) adalah Ligan-ligan dari ion kompleks
merupakan anion ataupun molekul netral yang menyumbang satu atau lebih
atomnya untuk berikatan dengan ion logam sebagai atom pusat dengan ikatan
kovalen.
Ligan dikelompokkan berdasarkan jumlah dari atom penyumbangnya
(donor atoms). Monodentat, bidentat dan polidentat. Ligan monodentat
seperti Cl dan NH3 dapat menyumbang satu atomnya untuk berikatan. Ligan
bidentat dapat menyumbang dua atomnya dan ligan polidentat dapat
menyumbang lebih dari dua atomnya.
3. Isomer struktur
Dua senyawa yang memiliki rumus kimia yang sama, tetapi dihubungkan
dengan atom yang berbeda disebut isomer struktur. Senyawa kompleks
memiliki dua jenis isomer struktur yakni isomer koordinasi (posisi) dan isomer
rantai
a. Isomer koordinasi, terjadi pada saat susunan dari ion kompleks berubah
tetapi senyawanya tetap. Isomer ini terjadi ketika ligan dan counter
ion saling bertukar posisi, seperti pada [Pt(NH3)4Cl2](NO2)2.
b. Isomer rantai, terjadi ketika susunan dari ion kompleks tetap sama
namun terikat pada ligan dengan atom penyumbang (donor atom) yang
berbeda. Ligan dapat berikatan dengan ion logam dengan 2 atom
penyumbang (donor atom). Contohnya ion nitrit dapat berikatan dengan
pasangan atom N tunggal ( nitro, O2N: ) atau dengan atom O
( nitrito,ONO:) sehingga membentuk isomer rantai.
Co(NH3)5(NO2)]Cl2 dan [Co(NH3)5(ONO)]Cl2.
2. Ikatan Koordinasi
Ikatan Koordinasi adalah Ikatan yang terjadi apabila pasangan elektron yang
dipakai bersama berasal dari salah satu atom yang membentuknya
Terdapat satu atom pemberi pasangan elektron bebas (elektron sunyi),
sedangkan atom lain sebagai penerimanya
Ion amonium, NH4+, terbentuk melalui transfer ion hidrogen dari hidrogen
klorida ke pasangan elektron mandiri pada molekul amonia.
3. Ikatan Kovalen
Teori ikatan valensi, sangat membantu dalam menjelaskan pembentukan
ikatan dan struktur dalam golongan utama. Ikatan valensi ini juga berguna
untuk menjelaskan pembentukan ikatan pada ion kompleks. Pada
pembentukan ion kompleks, orbital dari ligan yang telah terisi, elektronnya
berhibridisasi (overlap) ke orbital ion logam yang masih kosong. Ligan
menyumbang pasangan electron bebasnya(basa lewis) untuk
diterima oleh ion logam(asam lewis) untuk membentuk satu ikatan koval
en dari ion kompleks. Pada umumnya, untuk senyawa kompleks, jenis
hibridisasi pada ion logam(atom pusat) akan menentukan bentuk(geometri)
dari ion kompleks tersebut.
D. Logam Transisi
Unsur transisi adalah sebagai kelompok unsur mempunyai kulit-kulit d dan f
yang terisi sebagian. Unsur transisi adalah semua logam dan kebanyakan berupa
logam keras yang menghantar panas dan listrik yang baik. Logam tersebut
membentuk banyak senyawaan berwarna dan paramagnetik. Sifat dari unsur
transisi adalah
1. logam, secara praktis semuanya keras, kuat, titik leleh tinggi, titik didih tinggi
serta dapat menghantar panas dan listrik dengan baik,
2. Membentuk aliasi satu dengan yang lain dan dengan unsur - unsur mirip logam,
3. Banyak diantaranya cukup elektropositif untuk larut dalam asam mineral,
meskipun diantaranya mulia yaitu mempunyai potensial elektroda yang rendah
sehingga tidak berpengaruh oleh asam yang sederhana, dengan sedikit perkecualian
4. Unsur - unsur ini mempunyai valensi yang beragam dan ion-ion serta
senyawaannya berwarna pada satu tingkat oksidasi kalau tidak bisa dikatakan
semuanya, karena kulit yang terisi sebagian ,
5. Unsur-unsur ini membentuk paling sedikit beberapa senyawaan paramagnet.
E. Ligan
Ligan (dari kata latin ligare = mengikat). Jumlah ligan ini berbeda-beda dari
dua sampai delapan. Jumlah ikatan dengan ligan itu disebut bilangan koordinasi
yang biasanya merupakan bilangan genap terutama bernilai 4 atau 6. Ion logam
univalen biasanya mempunyai bilangan koordinasi dua.
Muatan sebuah kompleks dapat positif (+), negatif (-) atau nol (0). Muatan
tersebut merupakan jumlah muatan inti dan semua ligan yang diikatnya. Ligan
yang mempunyai satu atom donor pasangan elektron (misal I¯ dan CN¯)
monodentat atau unidentat, sedang Ligan yang mempunyai atom donor lebih dari
satu disebut poli- atau muktidentat, bidentat kalau punya dua donor, terdentat bila
3, kuadridentat, pentedentat, heksadentat dan seterusnya. Bila mislanya ion
Zn²⁺berkompleks dengan ligan etilendiamin (dua molekul ligan perion Zn karena
bilangan koordinasi Zn mencapai 4), maka terbentuk ikatan-ikatan yang
mempunyai bentuk cincin atau lingkaran (ring).
Lingkaran demikian lingkaran kelat (chelat ring) dari kata yunani chele yang b
erarti cakar. Jenis Ligan :
1) Monodentat, Ligan yang terkoordinasi ke atom logam melalui satu atom saja
disebut ligan monodentat, misalnya F-, Cl-, H2O dan CO. Kebanyakan ligan adalah
anion atau molekul netral yang merupakan donor elektron. Beberapa ligan
monodentat yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH, dan OH-.
2) Bidentat, yaitu Jika ligan tersebut terkoordinasi pada logam melalui dua atom dise
but ligan bidentat. Ligan ini terkenal diantara ligan polidentat. Ligan bidentat yang net
ral termasuk diantaranya anion diamin, difosfin, dieter.
3) Polidentat, Ligan yang mengandung dua atau lebih atom, yang masing masing ser
empak membentuk ikatan dua donor elektron kepada ion logam yang sama. Ligan ini
sering disebut ligan kelat karena ligan ini tampak nya mencengkeram kation di antara
dua atau lebih atom donor.
Contohnya adalah bis-difenilfosfina-etana(I).
Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, dengan
penggantian molekul-molekul air berturut-turut, sampai terbentuk kompleks
MLn. n adalah bilangan koordinasi dari ion logam, dan menyatakan jumlah
maksimum ligan monodentat yang dapat terikat padanya. Ligan dapat dengan
baik diklasifikasikan asat dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam.
Begitulah, ligan-ligan sederhana seperti ion-ion halide atau molekul-molekul H 2O
atau NH3 adalah monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada
satu titik oleh penyumbangan satu pasangan-pasangan electron menyendiri
kepada logam.
Bila molekul atau iom ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-masing
mempunyai pasangan satu pasangan elektron menyendiri,maka molekul itu
mempunyai dua atom penyumbangan, dan memungkinkan untuk membentuk dua
ikatan koordinasi dengan ion logam yang sama, ligan seperti ini disebut ligan
bidentat.
Ligan multidentat mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul.
Sebelum ini, telah kita anggap bahwa sepsis-spesisi yang kompleks itu tidak
mengandung lebih dari stu ion logam, tetapi pada kondisi-kondisi yang sesuai,
suatu kompleks binuklir, yaitu kompleks yang mengandung dua ion logam, atau
bahkan satu komplek polinuklir yang mengandung lebih dari dua ion logam,
dapat terbentuk.
F. EDTA
EDTA ialah suatu ligan yang heksadentat (mempunyai enam buah atom donor
pasagan electron), yaitu melalui kedua atom N dan keempat atom O (dari OH).
Dalam pembentukan kelat, keenam donor (tetapi kadang-kadang hanya lima)
bersama-sama mengikat satu atom satu ion inti dengan membentuk lima
lingkaran kelat. Molekul EDTA dilipat mengelilingi ion logam itu sedemikian
rupa sehingga keenam atom donor terletak pada puncak-puncak sebuah oktaeder
(bidang delapan) dan inti terdapat di pusat oktaeder.
Berikut ini prosedur-prosedur yang paling penting untuk titrasi ion-ion logam
dengan EDTA, adalah:
1) Titrasi langsung. Larutan yang mengandung ion logam yang akan diteta
pkan, dibufferkan samapi ke pH yang dikehendaki (misalnya, sampai pH = 1
0 dengan NH4+ larutan air NH3), dan titrasi langsung dengan larutan EDTA st
andar. Mungkin adalah perlu untuk mencegah pengendapan hidroksida loga
m itu (atau garam basa) dengan menambahkan sedikit zat pengkompleks pem
bantu, seperti tartrat atau sitrat atau trietanolamina. Pada titik ekivalen, besar
nya konsentrasi ion logam yang sedang ditetapkan itu turun dengan mendada
k. Ini umumnya ditetapkan dari perubahan-perubahan pM: titik akhir ini dapa
t juga ditetapkan dengan metode-metode amperometri, kondutometri, spektro
fotometri, atau dalam beberapa keadaan dengan metode potensiometri.
2) Titrasi-balik. Karena berbagai alasan, banyak logam tak dapat dititrasi l
angsung, mereka mungkin mengendap dari dalam larutan dalam jangka pH y
ang perlu untuk titrasi, atau mereka mungkin membentuk kompleks-komplek
s yang inert, atau indikator logam yang sesuai tidak tersedia. Dalam hal-hal d
emikian, ditambahkan larutan EDTA standar berlebih, larutan yang dihasilka
n dibufferkan samapi ke pH yang dikehendaki, dan kelebihan reagnesia dititr
asi balik dnegan suatu larutan ion logam standar, larutan zink klorida atau sul
fat atau magnesium klorida sering digunakan untuk tujuan ini. Titik akhir did
eteksi dengan bantuan indikator logam yang berespons terhadap ion logam y
ang ditambahakn pada titrasi balik.
3) Titrasi penggantian atau titrasi substitusi. Titrasi-titrasi substitusi dapat
digunakan untuk ion logam yang tidak bereaksi (atau berekasi denagn tak me
muaskan) dengan indikator logam, atau untuk ion logam yang membentuk ko
mplkes EDTA yang lebih stabil daripada komplkes EDTA dari logam-logam
lainnya seperti magnesium dan kalsium. Kation Mn+ yang akan ditetapkan da
pat diolah dengan kompleks magnesium EDTA, pada mana reaksi berikut ter
jadi :
Ion hidrogen yang dibebaskan demikian dapat dititrasi dengan larutan natriu
m hidroksida standar dengan menggunakan indikator asam-basa, atau titik ak
hir secara potensiometri; pilihan lain, suatu campuran iodida-iodida ditambah
kan disamping larutan EDTA, dan iod yang dibebaskan dititrasi dengan larut
an tiosulfat standar. Larutan logam yang akan ditetapkan harus dinetralkan d
engan tepat sebelum titrasi; ini sering merupakan hal yang sukar, yang diseba
bakan oleh hidrolisis banyak garam, dan merupakan segi lemah dari titrasi al
kalimetri.
Reaksi ini berlangsung dengan garam perak yang hanya sedikit sekali dapat lar
ut, jadi memberi satu metode untuk penetapan ion halida Cl -, Br-, I-, dan ion tiosia
nat SCN-. Anion-anion ini mula-mula diendapkan sebagai garam perak, dan gara
m perak ini dilarutakn dalam larutan [Ni(CN)4]2-, dan nikel yang dengan demikian
dibebaskan dalam jumlah ynag ekivalen, lalu ditetapkan dengantitrasi cepat deng
an EDTA dengan menggunakn indikator yang sesuai (Mureksida, Merah Bromop
irogalol).
Sulfat dapat ditetapkan dengan mengendapkannya sebagai Barium sulfat atau
Timbel sulfat, endapan dilarutkan dalam larutan EDTA standar berlebih, dan kele
bihan EDTA dititrasi balik dengan larutan Magnesium atau Zink standar dengan
menggunkan Hitam Solokrom (Hitam Erikrom T) sebagai indikator. Fosfat dapat
ditetapakan dengan mengendapkannya sebagai Mg(NH4)PO4.6H2O, melarutkan e
ndapan dalam asam klorida encer, dan menambahkan larutan EDTA standar berle
bih, serta membufferkan pada pH = 10, dan menitrasi-balik dengan larutan ion M
agnesium standar dengan adanya Hitam Solokrom.
Kestabilan suatu kompleks jelas akan berhubungan dengan kemampuan
mengkompleks dari ion logam yang terlibat, dan pentingnya untuk memeriksa
faktor-faktor mengenai ciri khas dari ligand.
Kemampuan mengkompleks relatif dari logam-logam digambarkan dengan
baik menurut klasifikasi SCHwarzen-bach, yang dalam garis besarnya didasarkan
atas pembagian logam menjadi asam Lewis (penerima pasangan electron) kelas A
dan kelas B. Logam kelas A dicirikan oleh larutan afinitas (dalam larutan air)
terhadap halogen F->Cl- >Br->I-, dan membentuk kompleks terstabilnya dengan
anggota pertama dari grup Tabel Berkala dari atom penyumbang (yakni, nitrogen,
oksigen, dan fluor).
Logam kelas B jauh lebih mudah berkoordinasi dengan I- dari pada F- dalam
larutan air, dan membentuk kompleks terstabilnya dengan atom penyumabang
kedua (atau yang lebih berat) dari masing-masing grup itu (yakni P, S, Cl).
Istilah efek sepit mengacu pada fakta bahwa suatu kompleks bersepit yaitu
kompleks yang dibentuk oleh suatu ligan bidentat atau multidentat, adalah lebih
stabil banding kompleks padanannya dengan ligan-ligan monodentat. Semakin
banyak titik lekat ligan itu kepada ion logam, semakin besar kestabilan kompleks.
Efek sterik yang paling umum adalah efek yang mengambat pembentukan
kompleks yang disebabkan oleh adanya suatu gugusan besar yang melekat pada
atau berada berdekatan dengan atom penyumbang.
Suatu klasifikasi penting dari kompleks-kompleks, didasarkan pada laju
dimana kompleks itu mengalami reaksi substitusi, dan menimbulkan dua grup,
yaitu kompleks-kompleks yang labil dan kompleks-kompleks yang inert.
Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi
pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang akan perilaku
kompleks-kompleks dari berbagai unsur, yaitu:
1. Unsur grup utama, biasanya membentukkomples-kompleks labil
2. Dengan pengecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan transisi baris pertama
membentuk kompleks-kompleks labil.
3. Unsure transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk kompleks-
kompleks inert
G. Kesadahan Air
Air sadah adalah air yang mengandung garam, kalsium dan magnesium.
Meskipun tidak berbahaya untuk diminum air sadah kurang baik dipakai untuk
mencuci dan dipakai untuk mencuci pada mesin, alat rumah tangga, pipa dan
sebagainya. Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki
oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca 2+,
Mg2+ atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polivalen metal
(logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam
sulfat klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil.
Kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun dimana sabun ini
di endapkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+. Karena penyebab utama kesadahan
adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya Ca2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai
sifat atau karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion
Ca2+ dan Mg2+ yang dinyatakan sebagai CaCO3. Air sadah membentuk kerak atau
endapan yang menempel pada mesin atau alat lainnya. Dan oleh karena kerak itu
bukan penghantar panas maka hal ini menyebabkan pemborosan bahan bakar. Air
sadah banyak kita jumpai di daerah pegunungan kapur atau di daerah pesisir
pantai.
1. Jenis Kesadahan.
1. Kesadahan sementara
Kesadahan sementara adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya
garam-garam bikarbonat, seperti Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2. Kesadahan
sementara ini dapat dihilangkan dengan pemanasan atau pendidihan,
sehingga terbentuk endapan CaCO3 atau MgCO3.
Reaksinya :
Ca(HCO3)2 : CO2 (g) + H2O (l) + CaCO3 (putih)
2. Kesadahan tetap
Kesadahan Tetap adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-
garam klorida, sulfat, dan karbonat, misalnya CaSO 4, MgSO4, CaCl2,
MgCl2. Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda
kapur (terdiri dari larutan natrium karbonat dan magnesium hidroksida)
sehingga terbentuk endapan kalium (padatan atau endapan) dan magnesium
hidroksida (padatan atau kalium) dalam air.
Reaksinya :
Adapun contoh kesadahan yaitu jika di suatu tempat anda mencuci apapun
menggunakan sabun dan ternyata busa yang terbentuk jumlahnya dibawah
perkiraan anda atau tidak seperti biasanya sehingga untuk memperbanyak busa
anda harus menambah sehingga mengakibatkan boros sabun, maka besar
kemungkinan air yang digunakan untuk mencuci tersebut memiliki kesadahan
tinggi. Hal itu terjadi karena sebagian sabun yang ditambahkan kedalam air
bereaksi dengan garam karbonat dari Ca2+ dan Mg2+.
Jika menemukan endapan putih seperti bedak atau kadang berbentuk kerak
didasar panci untuk memasak air, maka besar kemungkinan air yang dimasak
tersebut memiliki kesadahan tinggi. Hal itu terjadi karena gas CO 2 lepas saat
pemanasan sehingga yang tertinggal hanya endapan karbonat terutama kalsium
karbonat .
H. Stabilitas
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan
memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang
umum di indonesia EDTA (Disodium ethylene diamin tetra asetat/ tritiplex/
komplekson, dll). Besarnya harga konstanta pembentukan komplek menyatakan
tingkat kestabilan suatu senyawa komplek :
J. Indikator Logam
Indikator dalam titrasi kompleksometri tidak berubah karena perubahan pH, ti
dak juga karena daya oksidasi titrat berubah, akan tetapi karena perubahan pM
(M adalah khelat logam). (Roth 1988). Syarat-syarat indikator logam, yaitu:
1. Reaksi warnanya harus sensitif, dengan kepekaan yang besar terhadap logam.
2. Perubahan warna pada titik ekivalen tajam
3. Perbedaan warna dari indikator bebas dengan indikator kompleks harus
mempunyai kestabilan yang efektif dimana pH titrasi tidak boleh tidak teroksidasi dan
tereduksi.
4. Kestabilan kompleks logam indikator harus cukup.
5. Ikatan senyawa logam EDTA harus lebih kuat dari pada logam-logam indikator.
Artinya ikatan logam – logam Indikator logamnya harus dapat direbut oleh EDTA.
Beberapa indikator yang paling banyak digunakan dalam titrasi kompleksometr
i:
2. Murexide
Merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca2+, pada
pH=12.
3. Jingga Xylenol
Kompleks dengan logam memberikan warna merah.
4. Calmagite
Dapat digunakan sebagai pengganti EBT, karena calmagite lebih stabil,
daerah terjadinya pada pH 8,1-12,4 dan warna indikator bebasnya biru.
Mengalami blocking dengan Cu, Ni, Fe³⁺, dan Al.
5. Arzenazo
Digunakan untuk Ca maupun Mg, juga baik untuk titrasi Pb(IV) dengan
EDTA. Keuntungan menggunakan indikator ini adalah : Tidak mengalami blo
cking oleh Cu(II) dan Fe(III) dalam jumlah kecil. Bereaksi cepat sehingga terja
dinya perubahan warna juga lebih cepat.
6. NAS
Digunakan pada daerah pH 3-9. Dalam larutan yang sangat asam NAS
berwarna merah violet pada pH 3,5 keatas berwarna merah jingga.
Penggunaan NAS cukup luas dan dianjurkan untuk titrasi Cu, Co(II), Cd, Ni,
Zn, Al dengan EDTA.
7. Calcon
Calcon merupakan garam natrium dari Eriochrome Blue Black R, yang
disebut juga Pontachrome Blue Black R. Molekul indikator berwarna hijau
dan hanya terdapat dalam larutan asam kuat. Pada pH 7 sampai 10 berwarna
merah, kemudian biru sampai pH 13,5 dan diatasnya jingga. Kelat Calcon
dengan logam berwarna merah dan ternyata sangat cocok untuk titrasi Ca pada
pH 12,5 – 13 tanpa terganggu oleh Mg. Perubahan warna dari merah menjadi
biru. Dengan indikator ini maka dapat ditentukan kesadahan air yang
disebabkan oleh Ca saja tidak termasuk kesadahan oleh Mg.
Beberapa indikator logam sering menglami penguraian apabila dilarutkan
dalam air. Sehingga stabilitas di dalam larutan rendah sekali. Oleh karena itu,
dalam prakteknya sering dibuat pengenceran dengan NaCl atau KNO3 dengan
perbandingan 1:500.
K. Pengaruh pH
pH sangatlah berpengaruh pada analisa komplexiometri. pH adalah
ukuran konsentrasi ion hidrogen dari larutan. Pengukuran pH (potensial
Hidrogen) akan mengungkapkan jika larutan bersifat asam atau alkali (atau basa).
Jika larutan tersebut memiliki jumlah molekul asam dan basa yang sama, pH
dianggap netral. Berikut keterangan tentang suasana pH dalam
analisa komplexiometri :
1. Suasana terlalu asam
Proton yang dibebaskan pada reaksi yang terjadi dapat mempengaruhi pH,
dimana jika H+ yang dilepaskan terlalu tinggi, maka hal tersebut dapat
terdisosiasi sehingga kesetimbangan pembentukkan kompleks dapat bergeser
ke kiri, karena terganggu oleh suasana system titrasi yang terlalu asam.
Pencegahan : sistem titrasi perlu didapar untuk mempertahankan pH yang
diinginkan.
L. Jenis Titrasi
Macam-macam titrasi yang sering digunakan dalam kompleksometri, antara
lain:
1. Titrasi langsung yaitu titrasi yang biasa digunakan untuk ion-ion yang tidak
mengendappada pH titrasi, reaksi pembentukan kompleksnya berjalan cepat.
Contoh : penentuannya ialahuntuk ion-ion Mg, Ca, dan Fe.
3. Titrasi penggantian atau titrasi substitusi adalah titrasi yang ini digunakan untuk
ion-ion logam yang tidak bereaksi sempurna dengan indikator logam yang
membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion logam
lainnya.
Contoh : penentuannya ialah untuk ion-ion Ca dan Mg.
M. Aplikasi Komplesometri
Aplikasinya banyak digunakan dalam farmasi ,metode ini banyak digunakan
dalam penetapan kadar MgSO4 yang digunakan sebagai laksativum atau ZnO
yang digunakan sebagai antiseptik.
Pada bidang industry digunakan untuk menjernihkan air atau yang sering
disebut dalam penggunaannya di bidang industry adalah water treatment. Dan
untuk menentukan kesadahan air sumur, sungai, dll.
Beberapa contoh sistem titrasi kompleksometri pada obat :
Sampel Pelarut Peniter Indikator Sediaan obat
Kalsium Air Dinatrium Kalkon (merah Injeksi kalsium
glukonat dibasakan edetat jambu menjadi glukonat
dengan biru)
NaOH
Kalsium Air Dinatrium Biru hidroksi Kalsium laktat
laktat edetat naftol (biru)
Kalsium Air Dinatrium Biru hidroksi Tablet kalsium
pantotenat edetat naftol (biru) pantotenat
Alukol Air Pb(NO3)2 Jingga xilenol Suspensi
antasida
Metil Air Raksa (II) Difenilkarbazon Metil tiourasil
tiourasil asetat
BAB IV
A. Kesimpulan
1. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas
tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi
2. Ligan (dari kata latin ligare = mengikat). Jumlah ikatan dengan ligan itu disebut
bilangan koordinasi yang biasanya merupakan bilangan genap terutama bernilai 4 atau
6.
3. Kestabilan termodinamik dari suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini
akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika sistem itu
dibiarkan mencapai keseimbangan.
4. Pengaruh pH jika terlalu asam maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan
dan menyebabkan terbentuknya senyawa kompleks, jika suasana terlalu basa maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri dan membentuk endapan.
5. Jenis titrasi kompleksometri antara lain titrasi langsung, titrasi tidak langsung,
titrasi kembali dan titrasi penggantian.
6. Kesadahan di bedakan menjadi dua yaitu kesadahan tetap dan kesadahan
sementara.
B. Saran
Disarankan agar pembaca tidak hanya mengambil informasi melalui makalah
ini saja, karna masih banyak informasi tentang Komplexometri di tempat yang
lain.
DAFTAR PUSTAKA