OLEH:
KENDARI
2019
1
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diperiksa secara teliti dan disetujui oleh Asisten Pembimbing Kimia
Muhaemin Al-Mahdaly H.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga pada akhirnya
Larutan Kompleks Ammin-Tembaga (II)” ini dapat kami susun dan sajikan sesuai
praktikum Kimia Anorganik kami. Selain dari pada itu semoga pembuatan
laporan ini juga dapat membantu rekan - rekan mahasiswa lain untuk dapat
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami selama praktikum hingga tersusun laporan ini, khususnya
para asisten yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam praktikum dan
pembuatan laporan. Akhirnya jika dalam penyajian laporan ini masih ada
kekurangan, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian sangat kami
harapkan. Harapan kami semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
DAFTAR TABEL.............................................................................................
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................
1.2 Tujuan................................................................................................
1.3 Rumusan Masalah.............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Logam Tembaga (Cu2+)....................................................................
2.2 Amonia (NH3)..................................................................................
2.3 HCl...................................................................................................
2.4 Methyl Orange.................................................................................
2.5 Senyawa Kompleks..........................................................................
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat...........................................................................
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................
3.3 Prosedur Kerja...................................................................................
3.4 Teknik Analisis Data........................................................................
BAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................................
5.2 Saran................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Titrasi Penentuan Distribusi Amonia antara air dan
kloroform..........................................................................................
5
DAFTAR GAMBAR
6
DAFTAR LAMPIRAN
7
BAB I
PENDAHULUAN
reaksi kimia. Salah satu contoh stoikiometri dalam senyawa kompleks, dimana
salah satu teknik yang digunakan yaitu ekstraksi pelarut untuk menentukan rumus
molekul kompleksnya.
dan ion lawan (counter ion). Ion kompleks adalah ion yang tersusun dari ion pusat
(atom pusat) yang dikelilingi oleh molekul atau ion yang disebut ligan. Antara ion
pusat dengan ligan terjadi ikatan koordinasi. Ligan dari suatu kompleks dapat
berupa molekul netral atau anion yang mempunyai pasangan elektron bebas yang
senyawa kompleks mengalami ionisasi dalam air, maka akan menghasilkan ion
kompleks dan ion sederhana atau ion kompleks kedua-duanya. Salah satu contoh
yang belum penuh. Dengan demikian dapat memberikan orbital kosong untuk
membentuk ikatan koordinasi dengan pasangan elektron dari ligan yang diikatnya.
8
Amonia adalah senyawa yang mudah larut dalam air. Karena kelarutannya
dalam air sangat tinggi gas ini jarang dijumpai dia atas permukaan ini. Kandungan
amonia terdapat dalam jumlah yang relatif kecil jika dalam perairan tersebut
terdapat oksigen terlarut yang tinggi. Amonia adalah salah satu jenis senyawa
kimia yang secara alami ada di alam dan tubuh kita. Senyawa amonia adalah
senyawa dengan ikatan kovalen. Jika dilihat dari bentuk molekulnya, amonia
terbentuk dari tumpang tindih tiga buah orbital sp3 hibrida dan tiga orbital
senyawa yang sangat stabil. Tetapi dapat diuraikan atau didekomposisi menjadi
unsur nitrogen dan hidrogen dengan katalis logam panas dan dialiri arus listrik.
(II) adalah biru. Sifat khas dari logam tembaga yaitu merupakan logam transisi,
+1 dan +2 dalam senyawa, ion tembaga (II) tidak stabil dalam air, mengalami
logam yang ditemukan sebagai unsur atau berasosiasi dengan tembaga dan perak.
fundamental dan enzim esensial berfungsi dengan baik dan juga perperan dalam
dan tidak mudah terbakar. Kloroform sangat mudah dikenali karena aromanya
9
yang menyengat dan khas. Selain itu kloroform yang merupakan asam lemah ini
juga sangat mudah menguap dan mudah larut dalam pelarut organik. Kloroform
banyak digunakan sebagai pelarut. Karena sifatnya sebagai pelarut yang relatif
stabil, tidak mudah bereaksi dan dapat melarutkan banyak senyawa organik.
tidak larut dalam air. Kloroform juga digunakan untuk mengisolasi senyawa-
senyawa dari sampel dan banyak juga digunakan dalam sintesis bahan kimia
organik.
ekstraksi pelarut, dimana dalam prinsip ini berlaku hukum distribusi yang
menyatakan apabila suatu sistem yang terdiri dari dua lapisan campuran (solvent)
yang tidak saling bercampur satu sama lain, ditambahkan senyawa ketiga (zat
terlarut), maka senyawa itu akan terdistribusi kedalam dua lapisan tersebut,
dengan syarat Nerst bila zat terlarutnya tidak menghasilkan perubahan pada kedua
pelarut (solvent) atau zat yang terlarut yang terbagi yang terbagi kedalam dua
pelarut tidak mengalami asosiasi, disosiasi atau reaksi dengan pelarut. Prinsip
kompleksnya.
10
1.2 Tujuan
1.3.1 Bagaimana cara menentukan koefisien distribusi ammonia dalam air dan
kloroform.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terhadap ikan daripada dalam bentuk ion NH4+. Pada Gambar 2.1 Amonia
karena sangat kecil. Meskipun demikian, apabila pH terlalu rendah, tanaman dan
hewan air akan mengalami keracunan asam. Amonia merupakan senyawa yang
sangat volatil. Dengan konsentrasi awal sebesar 500 ppm, 1000 ppm, dan 1500
ppm, kemungkinan besar ada sebagian ammonia yang menguap. Oleh karena itu
Amonia adalah senyawa yang mudah larut dalam air. Kadar amoniak yang
tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal
dari limbah domestik, industri dan pupuk pertanian. Kandungan amoniak terdapat
dalam jumlah yang relatif kecil jika dalam perairan tersebut terdapat oksigen
12
seiring dengan bertambahnya kedalaman. Pada dasar perairan kemungkinan
karena oksigen terlarut pada bagian dasar relatif lebih kecil [4]. Oleh karena itu,
modifikasi oksidatif DNA dan protein, oksidasi lipid, mengaktifkan gen peka-
rediks menekan seng dan menyebabkan anemia dengan mengganggu zat besi.
Tembaga (Cu) ada disetiap jaringan tubuh, namun pada dasarnya terdapat di hati
serta ditemukan di otak, jantung, ginjal dan otot dalam jumlah yang sedikit.
Tembaga (Cu) berperan penting dalam proses metabolisme manusia karena paling
dengan baik dan juga berperan dalam pengurangan hemoglobin, mielin dan
13
Tembaga adalah logam yang ditemukan sebagai unsur atau berasosiasi
dengan tembaga dan perak.Tembaga ini terdapat dalam jumlah yang relatif besar
dan ditemukan selama pemisahan dari bijihnya (coal) pada elektrolisis dan
Tembaga (Cu) juga merupakan logam yang mempunyai nilai jual yang tinggi.
Berbagai jenis logam pada tailing dalam bentuk mineral yaitu Cu, As, Pb, Zn, Fe,
Hg. Unsur ini merupakan salah satu hasil sampingan dari proses pengolahan bijih
logam non-besi terutama emas, yang mempunyai sifat sangat beracun dengan
asam klorida yang sangat pekat dapat menyebabkan iritasi pada mata, sedangkan
kontak langsung dapat menyebabkan luka pada mata dan dapat menyebabkan
kebutaan, serta jika kontak langsung dengan kulit maka kulit akan menyebabkan
14
2.4 Metil Orange (MO)
digunakan dalam titrasi. Metil Orange dibuat dari asam sulfanilat dan N-
memberikan warna pada zat, terutama kain. Metil orange berbahaya untuk
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari atom pusat dan
ligan. Atom pusat bisa berupa logam transisi, alkali atau alkali tanah. Ion atau
molekul netral yang memiliki atom - atom donor yang dikoordinasikan dengan
atom pusat disebut dengan ligan. Senyawa kompleks terbentuk akibat terjadinya
ikatan kovalen koordinasi antara ion logam atom pusat dengan suatu ligan.
logam kadmium dapat diubah menjadi suatu senyawa kompleks dan diikuti
ekstraksi dalam pelarut organik yang sesuai, sehingga konsentrasi logam dapat
15
bervalensi dua, tiga, dan empat dipisahkan melalui pembentukan senyawa
kompleks dengan kupferon, kompleks kupferon dari logam bervalensi dua dapat
diekstraksi dengan pelarut organik contohnya etanol dan eter, dan valensi tiga dan
16
BAB III
METODE PRAKTIKUM
(II)” dilaksanakan pada hari Selasa, 5 November 2019 pukul 13.00 WITA-selesai.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah corong pisah 50 mL,
buret 50 mL, pipet gondok 25 mL dan 10 mL, corong kaca, statif, klem, pipet
tetes, gelas ukur 5 mL Erlenmeyer 250 mL, botol semprot, gelas kimia 50 mL dan
indikator MO, larutan HCl standar 0,055 M, larutan CuSO4 0,1 M, dan H2O.
dalam corong pisah dan dikocok kembali selama 5 menit. Larutan yang telah
17
sebanyak 10 mL dipindahkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi 10 mL air dan
ammonia yang terdapat dalam air dan kloroform, kemudian ditentukan rumus
kompleksnya.
18
[ HCl ] ×V HCl
[NH3]kloroform =
[ NH 3 ] kloroform
[ NH3 ] kloroform
Kd = [NH 3 ]air
[ HCl ] ×V HCl
[NH3]kloroform =
[ NH 3 ] kloroform
[ NH3 ] kloroform
Kd = [NH 3 ]air
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Hasil Titrasi Penentuan Distribusi Amonia antara Air dan Kloroform
V NH3 (Kloroform) V HCl Keterangan Nilai KD
10 mL 15,2 mL Warna jingga
10 mL 15,3 mL Warna jingga 0,0174
1 mL 4 mL Warna merah
proses ekstraksi pelarut, dimana dalam prinsip ini berlaku hukum distribusi yang
menyatakan apabila suatu sistem yang terdiri dari dua lapisan campuran (solvent)
yang tidak saling bercampur satu sama lain, ditambahkan senyawa ketiga (zat
terlarut), maka senyawa itu akan terdistribusi (terpartisi) kedalam dua lapisan
tersebut, dengan syarat Nerst bila zat terlarut nya tidak menghasilkan perubahan
pada kedua pelarut (solvent) atau zat yang terlarut yang terbagi (terpartisi) dalam
dua pelarut tidak mengalami asosiasi, disosiasi atau reaksi dengan pelarut.
(II) tersebut. Yang pertama yakni Penentuan koefisien distribusi ammonia antara
distribusi merupakan perbandingan konsentrasi zat terlarut didalam dua fasa yaitu
fasa organik dan fasa air. Dalam perlakuan ini, metode yang digunakan yaitu
metode ekstraksi cair-cair, dan prinsip dari metode ini yaitu distribusi zat terlarut
yang merupakan zat cair ke dalam dua pelarut cair yang tidak daling bercampur,
20
dengan mengetahui perbandingan konsentrai zat terlarut tersebut ke dalam dua
tersebut. Dalam hal ini NH3 disebut zat terlarut yang akan terdistribusi, kloroform
dan air disebut sebagai zat pelarut. Perlakuan selanjutnya mengocok campuran
larutan dalam corong pisah selama 5 menit dengan tujuan agar campuran tersebut
dapat homogen. Setelah itu, larutan tersebut didiamkan, hal ini bertujuan agar
proses didtribusi larutan NH3 dalam air dan kloroform berjalan maksimal atau
kloroform. Dari dua lapisan tersebut dapat diketahui lapisan atas yaitu NH 3 dalam
air sedangkan lapisan bawah yaitu NH3 dalam kloroform, hal ini dikarenakan
densitas larutan kloroform lebih besar dibandingkan air, yaitu 1,47 kg/L,
sedangkan air yaitu 1 kg/L, sehingga yang berada pada lapisan bawah yaitu
NH3 dalam kloroform.
dengan indikator metil orange dan kemudian dititrasi dengan larutan HCl. Fungsi
dari indikator metil orange yaitu sebagai penanda bahwa larutan tersebut berada
pada suasana asam. Metil orange digunakan karena pada proses titrasi digunakan
larutan HCl yang bersifat asam. Dari hasil yang didapatkan dari titrasi pertama
larutan berwarna orange pekat dan volume HCl yang digunakan yaitu 15,2 mL,
21
dari volume ini didapatkan konsentrasi NH3 dalam kloroform yaitu 0.0836 M.
Titrasi kedua larutan berwarna orange muda dan volume HCl yang digunakan
yaitu 15,3 mL, dari volume ini didapat konsentrasi NH 3 dalam kloroform yaitu
digunakan yaitu 10 mL, dari volume ini didapat konsentrasi NH 3 yaitu 0.55 M.
NH3 dalam air dapat ditentukan nilai koefisien distribusi (KD) NH3 yaitu dengan
sehingga didapatkan nilai KD nya yaitu 0,0174. Pada percobaan ini perubahan
warna yang peroleh kurang sesuai, hal ini karena konsentrasi NH 3 yang digunakan
Ketika NH3 ditambahkan CuSO4 warna larutan menjadi biru. Hal ini disebabkan
karena warna biru dari ion heksaaqua tembaga(II) digantikan dengan warna biru
gelap dari ion segiempat planar tetraammonia tembaga(II), selain itu telah
22
terbentuk suatu ion kompleks [Cu(NH3)x]2+. Setelah itu dikocok kedua campuran
tersebut selama beberapa menit, hal ini bertujuan agar larutan homogen.
lakukan agar zat terlarut (solut) dapat terdistribusi secara sempurna dalam kedua
pelarut yaitu pelarut air dan pelarut organik. Setelah dikocok kemudian di
pendiaman ini yaitu agar dapat terlihat jelas pemisahan dari ekstraksi yang
dilakukan. Selain itu juga bertujuan agar proses distribusi berjalan dengan baik
dan sempurna. Dimana lapisan atas berwarna biru yang merupakan NH3 dalam
CuSO4 dan bagian bawah NH3 dalam kloroform yang berwarna bening.
Terbentuknya dua lapisan ini karena adanya perbedaan berat jenis antara
kloroform dan ammonia. Dimana berat jenis kloroform lebih besar dari berat jenis
methyl orange, kemudian dititrasi dengan larutan standar HCl hingga mencapai
berlangsungnya proses titrasi. Dari hasil yang didapatkan dari titrasi pertama
larutan berwarna merah dan volume HCl yang digunakan yaitu 2,5 mL, dari
kedua larutan berwarna merah dan volume HCl yang digunakan yaitu 2,6 mL, dari
23
volume ini didapat konsentrasi NH3 dalam kloroform yaitu 0.0143 M. Titrasi
ketiga larutan berwarna merah dan volume HCl yang digunakan yaitu 0,6 mL,
dari volume ini didapat konsentrasi NH3 yaitu 0.01 M. Dari konsentrasi
didapatkan nilai KD nya yaitu 0,01658 artinya zat terlarut lebih banyak
diketahui konsentrasi Cu2+ 0,1 M dan dari hasul perhitungan diperoleh mmol Cu2+
adalah 1 mmol. Sehingga perbandingan antara mmol Cu2+ dan mmol NH3 adalah
percobaan ini diperoleh warna larutan yang sesuai yaitu warna merah, hal ini
terjadi karen konsentrasi NH3 yang digunakan memiliki perbandingan yang sesuai
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
bahwa:
5.1.1 Penentuan koefisien distribusi (Kd) amonia antara air dan kloroform
5.1.2 Perbandingan jumlah mol ion Cu2+ dengan amonia terkompleks adalah 1 :
[Cu(NH3)10]2+.
5.2 Saran
Saran saya pada percobaan ini yaitu agar pada praktikum selanjutnya
pelarut kloroform yang digunakan diubah dengan menggunakan pelarut lain yang
25
DAFTAR PUSTAKA
Arfiani, E., Mutia Y. dan Susila A. R. 2013. Pengaruh Kandungan CaO dari Jenis
Adsorben Semen terhadap Kemurnian Gliserol. Jurnal Teknik Kimia. 19
(2).
Lestari, Intan., Afrida dan Aulia Sanova. 2014. Sintensis dan Karakterisasi
Senyawa Kompleks Logam Kadmium (II) dengan Ligan Kufperon. Jurnal
Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. 16 (1).
Mustafa, Syed Khalid dan Meshari Ahmed AlSharif. 2018. Copper (Cu) an
Essential Redox-Active Transition Metal in Living System A Review
Article. American Journal of Analytical Chemistry. ISSN Online: 2156-
8278.
Nuriadi, Mery Napitupulu dan Nurdin Rahman. 2013. Analisis Logam Tembaga
(Cu) pada Buangan Limbah Tromol (Tailing) Pertambangan Poboya.
Jurnal Akad Kim. 2 (2).
Nurlaili, Titin., Laeli Kurniasari dan Rita Dwi Ratnani. 2017. Pemanfaatan Limbah
Cangkang Telur Ayam sebagai Adsorben Zat Warna Methyl Orange dalam
Larutan. Jurnal Inovasi Teknik Kimia. 2 (2).
26