Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

STOIKIOMETRI KOMPLEKS AMMIN-TEMBAGA (II)

OLEH:

NAMA : WA ODE SARTIFA


NIM : A1L1 17 027
KELOMPOK : IV (EMPAT) A
ASISTEN PEMBIMBING : MUHAEMIN AL-MAHDALY H.

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diperiksa secara teliti dan disetujui oleh Asisten Pembimbing Kimia

Anorganik dengan judul percobaan “Stoikiometri Kompleks Ammin-Tembaga

(II)” yang dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Sabtu, 26 Oktober 2019

Waktu : 13.00 - Selesai

Tempat : Laboratorium Jurusan Pendidkan Kimia, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Kendari, November 2019


Menyetujui,
Asisten Pembimbing,

Muhaemin Al-Mahdaly H.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga pada akhirnya

Laporan Praktikum Kimia Anorganik dengan judul percobaan “Stoikiometri

Larutan Kompleks Ammin-Tembaga (II)” ini dapat kami susun dan sajikan sesuai

dengan waktu yang telah ditetapkan.

Adapun maksud dan tujuan kami dengan membuat ”Laporan Stoikiometri

Larutan Kompleks Ammin-Tembaga (II)” ini adalah untuk memenuhi tugas

praktikum Kimia Anorganik kami. Selain dari pada itu semoga pembuatan

laporan ini juga dapat membantu rekan - rekan mahasiswa lain untuk dapat

digunakan sebagai literatur tambahan.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu kami selama praktikum hingga tersusun laporan ini, khususnya

para asisten yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam praktikum dan

pembuatan laporan. Akhirnya jika dalam penyajian laporan ini masih ada

kekurangan, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian sangat kami

harapkan. Harapan kami semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Kendari, 5 November 2019

Penyusun

3
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
DAFTAR TABEL.............................................................................................
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................
1.2 Tujuan................................................................................................
1.3 Rumusan Masalah.............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Logam Tembaga (Cu2+)....................................................................
2.2 Amonia (NH3)..................................................................................
2.3 HCl...................................................................................................
2.4 Methyl Orange.................................................................................
2.5 Senyawa Kompleks..........................................................................
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat...........................................................................
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................
3.3 Prosedur Kerja...................................................................................
3.4 Teknik Analisis Data........................................................................
BAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................................
5.2 Saran................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

4
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Titrasi Penentuan Distribusi Amonia antara air dan

kloroform..........................................................................................

Tabel 4.2 Hasil Titrasi Penentuan Rumus Kompleks Ammin-Tembaga (II)...

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Larutan Ammonia (NH3)..............................................................

Gambar 2.2 Larutan Tembaga (II)....................................................................

Gambar 2.3 Larutan Asam Klorida (HCl)........................................................

Gambar 2.4 Methyl Orange..............................................................................

6
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Amonia (NH3).........................................................................


Lampiran 2 Tembaga (Cu)..........................................................................
Lampiran 3 Asam Klorida (HCl)................................................................
Lampiran 4 Methyl Orange (MO)..............................................................
Lampiran 5 Senyawa Kompleks.................................................................

7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stoikiometri merupakan penentuan perbandingan massa unsur-unsur

dalam senyawa dalam membentuk senyawanya. Pada perhitungan kimia secara

stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia. Stoikiometri

dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hubungan-hubungan kuantitatif dalam

reaksi kimia. Salah satu contoh stoikiometri dalam senyawa kompleks, dimana

salah satu teknik yang digunakan yaitu ekstraksi pelarut untuk menentukan rumus

molekul kompleksnya.

Senyawa kompleks adalah suatu senyawa yang mengandung ion kompleks

dan ion lawan (counter ion). Ion kompleks adalah ion yang tersusun dari ion pusat

(atom pusat) yang dikelilingi oleh molekul atau ion yang disebut ligan. Antara ion

pusat dengan ligan terjadi ikatan koordinasi. Ligan dari suatu kompleks dapat

berupa molekul netral atau anion yang mempunyai pasangan elektron bebas yang

digunakan dalam membentuk ikatan koordinasi dengan atom pusat. Apabila

senyawa kompleks mengalami ionisasi dalam air, maka akan menghasilkan ion

kompleks dan ion sederhana atau ion kompleks kedua-duanya. Salah satu contoh

dari senyawa kompleks ini yaitu stoikiometri kompleks ammin-tembaga (II).

Unsur-unsur transisi umumnya mempunyai konfigurasi elektron dengan subkulit d

yang belum penuh. Dengan demikian dapat memberikan orbital kosong untuk

membentuk ikatan koordinasi dengan pasangan elektron dari ligan yang diikatnya.

8
Amonia adalah senyawa yang mudah larut dalam air. Karena kelarutannya

dalam air sangat tinggi gas ini jarang dijumpai dia atas permukaan ini. Kandungan

amonia terdapat dalam jumlah yang relatif kecil jika dalam perairan tersebut

terdapat oksigen terlarut yang tinggi. Amonia adalah salah satu jenis senyawa

kimia yang secara alami ada di alam dan tubuh kita. Senyawa amonia adalah

senyawa dengan ikatan kovalen. Jika dilihat dari bentuk molekulnya, amonia

terbentuk dari tumpang tindih tiga buah orbital sp3 hibrida dan tiga orbital

hidrogen. Bentuk molekul amonia adalah piramida trigonal. Amonia termasuk

senyawa yang sangat stabil. Tetapi dapat diuraikan atau didekomposisi menjadi

unsur nitrogen dan hidrogen dengan katalis logam panas dan dialiri arus listrik.

Tembaga dalam senyawanya memiliki bilangan oksidasi +1 dan +2.

Bilangan oksidasi +2 pada tembaga lebih dominan. Kebanyakan garam tembaga

(II) adalah biru. Sifat khas dari logam tembaga yaitu merupakan logam transisi,

tembaga dapat membentuk ion kompleks, tembaga mempunyai bilangan oksidasi

+1 dan +2 dalam senyawa, ion tembaga (II) tidak stabil dalam air, mengalami

reaksi disporposionasi. Pemekatan dilakukan dengan cara flotasi. Tembaga adalah

logam yang ditemukan sebagai unsur atau berasosiasi dengan tembaga dan perak.

Tembaga(Cu) seringkali terdapat dalam limbah industri. Tembaga memainkan

peran penting dalam metabolise manusia, terutama karena memungkinkan banyak

fundamental dan enzim esensial berfungsi dengan baik dan juga perperan dalam

pengurangan hemoglobin, mielin dan melanin.

Kloroform atau triklorometana (CHCl3) adalah cairan yang tidak berwarna

dan tidak mudah terbakar. Kloroform sangat mudah dikenali karena aromanya

9
yang menyengat dan khas. Selain itu kloroform yang merupakan asam lemah ini

juga sangat mudah menguap dan mudah larut dalam pelarut organik. Kloroform

banyak digunakan sebagai pelarut. Karena sifatnya sebagai pelarut yang relatif

stabil, tidak mudah bereaksi dan dapat melarutkan banyak senyawa organik.

Kloroform dapat digunakan untuk mengenkstraksi komponen-komponen yang

tidak larut dalam air. Kloroform juga digunakan untuk mengisolasi senyawa-

senyawa dari sampel dan banyak juga digunakan dalam sintesis bahan kimia

organik.

Stoikiometri kompleks ammin-tembaga (II) menggunakan prinsip proses

ekstraksi pelarut, dimana dalam prinsip ini berlaku hukum distribusi yang

menyatakan apabila suatu sistem yang terdiri dari dua lapisan campuran (solvent)

yang tidak saling bercampur satu sama lain, ditambahkan senyawa ketiga (zat

terlarut), maka senyawa itu akan terdistribusi kedalam dua lapisan tersebut,

dengan syarat Nerst bila zat terlarutnya tidak menghasilkan perubahan pada kedua

pelarut (solvent) atau zat yang terlarut yang terbagi yang terbagi kedalam dua

pelarut tidak mengalami asosiasi, disosiasi atau reaksi dengan pelarut. Prinsip

tersebut digunakan pada percobaan ini, dimana stoikiometri kompleks ammin-

tembaga (II) menggunakan cara ekstraksi pelarut dalam menentukan rumus

kompleksnya.

Berdasarkan pernyataan di atas maka dilakukan percobaan stoikiometri

kompleks ammin – tembaga (II) dengan maksud untuk menentukan koefisien

distribusi dan menentukan rumus molekul kompleks ammin-tembaga (II).

10
1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum "Stoikiometri Kompleks Ammin Tembaga" yaitu :

1.2.1 Menentukan koefisien distribusi ammonia dalam air dan kloroform.

1.2.2 Menentukan rumus molekul kompleks ammin tembaga (II) berdasarkan

koefisien distribusi ammonia dalam air dan kloroform.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum "Stoikiometri Kompleks Ammin

Tembaga (II)" yaitu :

1.3.1 Bagaimana cara menentukan koefisien distribusi ammonia dalam air dan

kloroform.

1.3.2 Bagaimana cara menentukan rumus molekul kompleks ammin tembaga

(II) berdasarkan koefisien distribusi ammonia dalam air dan kloroform.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Amonia (NH3)

Amonia larut dalam air dan membentuk larutan

yang bersifat basa. Di dalam air, nitrogen amonia

berada dalam 2 bentuk, yaitu amonia (NH3) dan

amonium (NH4) menurut reaksi keseimbangan:

NH3 + H2O ⇌ NH4+ + OH-

Amonia dalam bentuk NH3 bersifat lebih beracun

terhadap ikan daripada dalam bentuk ion NH4+. Pada Gambar 2.1 Amonia

pH rendah, konsentrasi amonia hampir dapat diabaikan

karena sangat kecil. Meskipun demikian, apabila pH terlalu rendah, tanaman dan

hewan air akan mengalami keracunan asam. Amonia merupakan senyawa yang

sangat volatil. Dengan konsentrasi awal sebesar 500 ppm, 1000 ppm, dan 1500

ppm, kemungkinan besar ada sebagian ammonia yang menguap. Oleh karena itu

pada setiap variabel konsentrasi awal ammonia dilakukan tanpa menggunakan

arus listrik (Ratnawati, 2010).

Amonia adalah senyawa yang mudah larut dalam air. Kadar amoniak yang

tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal

dari limbah domestik, industri dan pupuk pertanian. Kandungan amoniak terdapat

dalam jumlah yang relatif kecil jika dalam perairan tersebut terdapat oksigen

terlarut yang tinggi. Sehingga kandungan amoniak dalam perairan bertambah

12
seiring dengan bertambahnya kedalaman. Pada dasar perairan kemungkinan

terdapat amoniak yang lebih banyak dibandingkan perairan di bagian atasnya

karena oksigen terlarut pada bagian dasar relatif lebih kecil [4]. Oleh karena itu,

dibutuhkan media tanaman untuk melihat kemampuan menyerap amoniak tersebut

berupa lamun (Sundari, 2015).

2.2 Tembaga (Cu)

Tembaga (Cu) sangat

penting dalam kehidupan karena

merupakan elemen yang peting

ketiga dalam tubuh setelah seng

dan besi, tetapi jika tubuh Gambar 2.2 Tembaga (Cu)

mengolah tembaga dalam jumlah

besar sekitar 80.000 µg hingga 100.000 µg akan menjadi racun. Kelebihan

tembaga akan mengakibatkan kerusakan pada fungsi enzim antioksidan,

modifikasi oksidatif DNA dan protein, oksidasi lipid, mengaktifkan gen peka-

rediks menekan seng dan menyebabkan anemia dengan mengganggu zat besi.

Tembaga (Cu) ada disetiap jaringan tubuh, namun pada dasarnya terdapat di hati

serta ditemukan di otak, jantung, ginjal dan otot dalam jumlah yang sedikit.

Tembaga (Cu) juga dapat bertindaksebagai anti-oksidan dan pro-oksidan.

Tembaga (Cu) berperan penting dalam proses metabolisme manusia karena paling

utama banyak terdaapt fundamental-fundamental dan enzim esensial berfungsi

dengan baik dan juga berperan dalam pengurangan hemoglobin, mielin dan

melanin (Mustafa, 2018).

13
Tembaga adalah logam yang ditemukan sebagai unsur atau berasosiasi

dengan tembaga dan perak.Tembaga ini terdapat dalam jumlah yang relatif besar

dan ditemukan selama pemisahan dari bijihnya (coal) pada elektrolisis dan

pemurnian tembaga. Tembaga(Cu) seringkali terdapat dalam limbah industry.

Tembaga (Cu) juga merupakan logam yang mempunyai nilai jual yang tinggi.

Berbagai jenis logam pada tailing dalam bentuk mineral yaitu Cu, As, Pb, Zn, Fe,

Hg. Unsur ini merupakan salah satu hasil sampingan dari proses pengolahan bijih

logam non-besi terutama emas, yang mempunyai sifat sangat beracun dengan

dampak merusak lingkungan (Nuriadi, 2013).

2.3 Asam Klorida (HCl)

Asam klorida merupakan cairan kimia

yang sangat korosif berbau menyengat dan

sangat iritatif dan beracun. Larutan HCl

termaksud bahan kimia yang berbahaya. Asam

klorida merupakan larutan gas hidrogen yang

cair, warnanya bervariasi dari tidak berwarna

hingga kuning muda. Perbedaan warna ini


Gambar 2.3 Asam Klorida
tergantung pada kemurniannya. Uap larutan

asam klorida yang sangat pekat dapat menyebabkan iritasi pada mata, sedangkan

kontak langsung dapat menyebabkan luka pada mata dan dapat menyebabkan

kebutaan, serta jika kontak langsung dengan kulit maka kulit akan menyebabkan

luka bakar (Arfiani, 2013).

14
2.4 Metil Orange (MO)

Methyl Orange (MO) atau metil

jingga adalah senyawa organik dengan rumus

C14H14N3NaO3S dan biasanya dipakai sebagai

indikator dalam titrasi asam basa. Metil

Orange merupakan indikator pH karena Gambar 2.4 Methyl Orange

mengubah warna yang jelas dan sangat sering

digunakan dalam titrasi. Metil Orange dibuat dari asam sulfanilat dan N-

dimethyianiline. Metil Orange merupakan pewarna yang digunakan untuk

memberikan warna pada zat, terutama kain. Metil orange berbahaya untuk

kesehatan karena bersifat toksik dan mutagonik (Nurlaili, 2017).

2.5 Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari atom pusat dan

ligan. Atom pusat bisa berupa logam transisi, alkali atau alkali tanah. Ion atau

molekul netral yang memiliki atom - atom donor yang dikoordinasikan dengan

atom pusat disebut dengan ligan. Senyawa kompleks terbentuk akibat terjadinya

ikatan kovalen koordinasi antara ion logam atom pusat dengan suatu ligan.

Senyawa kompleks dapat digunakan dalam analisis kualitatif sebagai

pengembangan prosedur analisis logam berat. Logam-logam tersebut contohnya

logam kadmium dapat diubah menjadi suatu senyawa kompleks dan diikuti

ekstraksi dalam pelarut organik yang sesuai, sehingga konsentrasi logam dapat

dianalisis secara spektrofotometri. Sebagai contoh, campuran ion logam

15
bervalensi dua, tiga, dan empat dipisahkan melalui pembentukan senyawa

kompleks dengan kupferon, kompleks kupferon dari logam bervalensi dua dapat

diekstraksi dengan pelarut organik contohnya etanol dan eter, dan valensi tiga dan

empat dapat diekstraksi dari pelarut air (Lestari, 2014).

16
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia Anorganik “Stoikiometri Kompleks Ammin-Tembaga

(II)” dilaksanakan pada hari Selasa, 5 November 2019 pukul 13.00 WITA-selesai.

Bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah corong pisah 50 mL,

buret 50 mL, pipet gondok 25 mL dan 10 mL, corong kaca, statif, klem, pipet

tetes, gelas ukur 5 mL Erlenmeyer 250 mL, botol semprot, gelas kimia 50 mL dan

100 mL, serta stopwatch.

Bahan-bahan yang digunakan larutan NH3 14 M dan 1 M, CHCl3,

indikator MO, larutan HCl standar 0,055 M, larutan CuSO4 0,1 M, dan H2O.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Penentuan Koefisien Distribusi Amonia antara Air dan Kloroform

10 mL larutan NH3 14 M dimasukkan ke dalam corong pisah 50 mL,

kemudian ditambahkan 10 mL air ke dalam corong pisah tersebut. Selanjutnya

larutan dikocok agar homogen. Kemudian ditambahkan 25 mL kloroform ke

dalam corong pisah dan dikocok kembali selama 5 menit. Larutan yang telah

dikocok didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan. Selanjutnya, lapisan kloroform

17
sebanyak 10 mL dipindahkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi 10 mL air dan

kemudian ditambahkan 2 tetes larutan metal orange. Larutan selanjutnya dititrasi

perlahan-lahan dengan menggunkan larutan HCl standar 0,055 M sampai

terbentuk warna merah. Titrasi dilakukan 2 kali pengulangan dengan volume ke

dua 10 mL dan kemudian untuk sisanya. Dihitung koefisien distribusi ammonia.

3.3.2 Penentuan Rumus Kompleks Ammin-Tembaga (II)

10 mL larutan NH3 1 M dimasukkan ke dalam corong pisah 50 mL,

kemudian ditambahkan 10 mL larutan CuSO4 0,1 M ke dalam corong pisah

tersebut. Selanjutnya larutan dikocok agar homogen. Kemudian ditambahkan 25

mL kloroform ke dalam corong pisah dan dikocok kembali selama 5 menit.

Larutan yang telah dikocok didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan. Selanjutnya,

lapisan kloroform sebanyak 10 mL dipindahkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi

10 mL air dan kemudian ditambahkan 2 tetes larutan metal orange. Larutan

selanjutnya dititrasi perlahan-lahan dengan menggunkan larutan HCl standar

0,055 M sampai terbentuk warna merah. Titrasi dilakukan 2 kali pengulangan

dengan volume ke dua 10 mL dan kemudian untuk sisanya. Dihitung jumlah

ammonia yang terdapat dalam air dan kloroform, kemudian ditentukan rumus

kompleksnya.

3.4 Prosedur Analisis Data

3.4.1 Penentuan Koefisien Distribusi Ammonia dalam Air dan Kloroform

N NH3 dalam kloroform × V NH3 dalam kloroform = V HCl × N HCl

18
[ HCl ] ×V HCl
[NH3]kloroform =
[ NH 3 ] kloroform

[NH3]air = [NH3]baku - [NH3]kloroform

[ NH3 ] kloroform
Kd = [NH 3 ]air

3.4.2 Penentuan Rumus Senyawa Kompleks Ammin-Cu(II)

N NH3 dalam kloroform × V NH3 dalam kloroform = V HCl × N HCl

[ HCl ] ×V HCl
[NH3]kloroform =
[ NH 3 ] kloroform

[NH3]air = [NH3]baku - [NH3]kloroform

[ NH3 ] kloroform
Kd = [NH 3 ]air

mmol NH3 dalam Cu2+ = [NH3] dalam CuSO4 × V NH3

mmol [Cu2+] = [Cu2+] × V Cu2+

mmol [Cu2+] : mmol [Cu2+]

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Distribusi Amonia antara Air dan Kloroform

Tabel 4.1 Hasil Titrasi Penentuan Distribusi Amonia antara Air dan Kloroform
V NH3 (Kloroform) V HCl Keterangan Nilai KD
10 mL 15,2 mL Warna jingga
10 mL 15,3 mL Warna jingga 0,0174
1 mL 4 mL Warna merah

Stoikiometri kompleks ammin – Tembaga (II) menggunakan prinsip

proses ekstraksi pelarut, dimana dalam prinsip ini berlaku hukum distribusi yang

menyatakan apabila suatu sistem yang terdiri dari dua lapisan campuran (solvent)

yang tidak saling bercampur satu sama lain, ditambahkan senyawa ketiga (zat

terlarut), maka senyawa itu akan terdistribusi (terpartisi) kedalam dua lapisan

tersebut, dengan syarat Nerst bila zat terlarut nya tidak menghasilkan perubahan

pada kedua pelarut (solvent) atau zat yang terlarut yang terbagi (terpartisi) dalam

dua pelarut tidak mengalami asosiasi, disosiasi atau reaksi dengan pelarut.

Pada percobaan ini, akan ditentukan rumus senyawa ammin-tembaga (II).

Ada beberapa tahap untuk penentuan rumus senyawa kompleks ammin-tembaga

(II) tersebut. Yang pertama yakni Penentuan koefisien distribusi ammonia antara

air dan kloroform dan Penentuan Rumus Kompleks ammin-tembaga. Koefisien

distribusi merupakan perbandingan konsentrasi zat terlarut didalam dua fasa yaitu

fasa organik dan fasa air. Dalam perlakuan ini, metode yang digunakan yaitu

metode ekstraksi cair-cair, dan prinsip dari metode ini yaitu distribusi zat terlarut

yang merupakan zat cair ke dalam dua pelarut cair yang tidak daling bercampur,

20
dengan mengetahui perbandingan konsentrai zat terlarut tersebut ke dalam dua

pelarut yang tidak saling bercampur tersebut.

Perlakuan pertama yang dilakukan yaitu mengambil 10 mL larutan NH3 14

M, dan menambahkan 10 mL aquades kemudian di simpan ke dalam corong

pisah. Setelah itu, ditambahkan 25 mL larutan kloroform kedalam corong pisah

tersebut. Dalam hal ini NH3 disebut zat terlarut yang akan terdistribusi, kloroform

dan air disebut sebagai zat pelarut. Perlakuan selanjutnya mengocok campuran

larutan dalam corong pisah selama 5 menit dengan tujuan agar campuran tersebut

dapat homogen. Setelah itu, larutan tersebut didiamkan, hal ini bertujuan agar

proses didtribusi larutan NH3 dalam air dan kloroform berjalan maksimal atau

sempurna sehingga terbentuk 2 lapisan yaitu NH3 dalam air dan NH3 dalam

kloroform. Dari dua lapisan tersebut dapat diketahui lapisan atas yaitu NH 3 dalam

air sedangkan lapisan bawah yaitu NH3  dalam kloroform, hal ini dikarenakan

densitas larutan kloroform lebih besar dibandingkan air, yaitu 1,47 kg/L,

sedangkan air yaitu 1 kg/L, sehingga yang berada pada lapisan bawah yaitu

NH3 dalam kloroform.

Perlakuan selanjutnya memasukkan 10 mL larutan NH3 dalam kloroform

(lapisan bawah) ke dalam erlenmeyer  yang berisi 10 ml air kemudian diteteskan

dengan indikator metil orange dan kemudian dititrasi dengan larutan HCl. Fungsi

dari indikator metil orange yaitu sebagai penanda bahwa larutan tersebut berada

pada suasana asam. Metil orange digunakan karena pada proses titrasi digunakan

larutan HCl yang bersifat asam. Dari hasil yang didapatkan dari titrasi pertama

larutan berwarna orange pekat dan volume HCl yang digunakan yaitu 15,2 mL,

21
dari volume ini didapatkan konsentrasi NH3 dalam kloroform yaitu 0.0836 M.

Titrasi kedua larutan berwarna orange muda dan volume HCl yang digunakan

yaitu 15,3 mL, dari volume ini didapat konsentrasi NH 3 dalam kloroform yaitu

0.08415 M. Titrasi ketiga larutan berwarna merah danvolume HCl yang

digunakan yaitu 10 mL, dari volume ini didapat konsentrasi NH 3 yaitu 0.55 M.

Dari konsentrasi NH3 dalam kloroform didapatkan konsentrasi NH3 dalam air

yaitu 0.23925 M. Setelah diketahui konsentrasi NH3 dalam kloroform dan

NH3 dalam air dapat ditentukan nilai koefisien distribusi (KD) NH3 yaitu dengan

perbandingan konsentrasi NH3 dalam kloroform dan konsentrasi NH3 dalam air

sehingga didapatkan nilai KD nya yaitu 0,0174. Pada percobaan ini perubahan

warna yang peroleh kurang sesuai, hal ini karena konsentrasi NH 3 yang digunakan

cukup tinggi yaitu 14 M dan tidak sebanding dengan konsentrasi HCl.

4.2 Penentuan Rumus Kompleks Ammin- Tembaga (II)

Tabel 4.2 Hasil Titrasi Penentuan Rumus Kompleks Ammin-Tembaga (II)


V NH3 (Kloroform) V HCl Keterangan Rumus Kompleks Cu-
Ammin
10 mL 2,5 mL Warna merah
10 mL 2,6 mL Warna merah [Cu(NH3)10]2+
3,3 mL 0,6 mL Warna merah

Perlakuan selanjutnya yaitu memasukkan 10 mL larutan NH3 1 M ke dalam

corong pisah 50 mL, kemudian ditambahkan dengan 10 mL larutan CuSO4 0,1 M.

Ketika NH3 ditambahkan CuSO4 warna larutan menjadi biru. Hal ini disebabkan

karena warna biru dari ion heksaaqua tembaga(II) digantikan dengan warna biru

gelap dari ion segiempat planar tetraammonia tembaga(II), selain itu telah

22
terbentuk suatu ion kompleks [Cu(NH3)x]2+. Setelah itu dikocok kedua campuran

tersebut selama beberapa menit, hal ini bertujuan agar larutan homogen.

Perlakuan selanjutnya yaitu menambahkan 25 mL larutan kloroform, kemudian

mengocok larutan tersebut selama 5 menit. Pengocokan selama 5 menit ini di

lakukan agar zat terlarut (solut) dapat terdistribusi secara sempurna dalam kedua

pelarut yaitu pelarut air dan pelarut organik. Setelah dikocok kemudian di

diamkan sejenak hingga nampak jelas terbentuknya 2 lapisan. Tujuan dari

pendiaman ini yaitu agar dapat terlihat jelas pemisahan dari ekstraksi yang

dilakukan. Selain itu juga bertujuan agar proses distribusi berjalan dengan baik

dan sempurna. Dimana lapisan atas berwarna biru yang merupakan NH3 dalam

CuSO4 dan bagian bawah NH3 dalam kloroform yang berwarna bening.

Terbentuknya dua lapisan ini karena adanya perbedaan berat jenis antara

kloroform dan ammonia. Dimana berat jenis kloroform lebih besar dari berat jenis

NH3, sehingga kloroform berada di lapisan bawah.

Perlakuan berikutnya yaitu memindahkan 10 mL larutan NH3 dalam

kloroform ke dalam erlenmeyer, dengan cara mengeluarkannya dari mulut corong

pisah. Selanjutnya ditambahkan dengan 10 mL aquades dan 2 tetes indikator

methyl orange, kemudian dititrasi dengan larutan standar HCl hingga mencapai

titik ekivalen. Penambahan aquades berfungsi untuk mempercepat

berlangsungnya proses titrasi. Dari hasil yang didapatkan dari titrasi pertama

larutan berwarna merah dan volume HCl yang digunakan yaitu 2,5 mL, dari

volume ini didapatkan konsentrasi NH3 dalam kloroform yaitu 0.01375 M. Titrasi

kedua larutan berwarna merah dan volume HCl yang digunakan yaitu 2,6 mL, dari

23
volume ini didapat konsentrasi NH3 dalam kloroform yaitu 0.0143 M. Titrasi

ketiga larutan berwarna merah dan volume HCl yang digunakan yaitu 0,6 mL,

dari volume ini didapat konsentrasi NH3 yaitu 0.01 M. Dari konsentrasi

NH3 dalam kloroform didapatkan konsentrasi NH3 dalam Cu yaitu 0,98732 M.

Setelah diketahui konsentrasi NH3 dalam kloroform dan NH3 dalam Cu dapat

ditentukan nilai koefisien distribusi (KD) NH3 yaitu dengan perbandingan

konsentrasi NH3 dalam kloroform dan konsentrasi NH3 dalam air sehingga

didapatkan nilai KD nya yaitu 0,01658 artinya zat terlarut lebih banyak

terdistribusi kedalam fasa Cu.

Perlakuan selanjutnya untuk menentukan rumus kompleks Cu-Ammin yaitu

diketahui konsentrasi Cu2+ 0,1 M dan dari hasul perhitungan diperoleh mmol Cu2+

adalah 1 mmol. Sehingga perbandingan antara mmol Cu2+  dan mmol NH3 adalah

1 : 10. Sehingga diperoleh rumus kompleksnya yaitu [Cu(NH3)10]2+. Pada

percobaan ini diperoleh warna larutan yang sesuai yaitu warna merah, hal ini

terjadi karen konsentrasi NH3 yang digunakan memiliki perbandingan yang sesuai

dengan konsentrasi HCl yang dugunakan.

24
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

5.1.1 Penentuan koefisien distribusi (Kd) amonia antara air dan kloroform

dilakukan dengan cara menghitung perbandingan antara konsentrasi NH3

dalam kloroform dengan konsentrasi NH3 dalam air menggunakan metode

ekstraksi yaitu 0,0174.

5.1.2 Perbandingan jumlah mol ion Cu2+ dengan amonia terkompleks adalah 1 :

10, sehingga rumus kompleks Cu-ammin dapat ditentukan yaitu

[Cu(NH3)10]2+.

5.2 Saran

Saran saya pada percobaan ini yaitu agar pada praktikum selanjutnya

pelarut kloroform yang digunakan diubah dengan menggunakan pelarut lain yang

memiliki sifat yang sama dengan kloroform sehingga praktikan memiliki

wawasan yang lebih baik mengenai percobaan ini.

25
DAFTAR PUSTAKA

Arfiani, E., Mutia Y. dan Susila A. R. 2013. Pengaruh Kandungan CaO dari Jenis
Adsorben Semen terhadap Kemurnian Gliserol. Jurnal Teknik Kimia. 19
(2).

Lestari, Intan., Afrida dan Aulia Sanova. 2014. Sintensis dan Karakterisasi
Senyawa Kompleks Logam Kadmium (II) dengan Ligan Kufperon. Jurnal
Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. 16 (1).

Mustafa, Syed Khalid dan Meshari Ahmed AlSharif. 2018. Copper (Cu) an
Essential Redox-Active Transition Metal in Living System A Review
Article. American Journal of Analytical Chemistry. ISSN Online: 2156-
8278.

Nuriadi, Mery Napitupulu dan Nurdin Rahman. 2013. Analisis Logam Tembaga
(Cu) pada Buangan Limbah Tromol (Tailing) Pertambangan Poboya.
Jurnal Akad Kim. 2 (2).

Nurlaili, Titin., Laeli Kurniasari dan Rita Dwi Ratnani. 2017. Pemanfaatan Limbah
Cangkang Telur Ayam sebagai Adsorben Zat Warna Methyl Orange dalam
Larutan. Jurnal Inovasi Teknik Kimia. 2 (2).

Ratnawati., Sumarno dan Amin Nugroho. 2010. Konversi Elektrokimia Amonia


menjadi Hidrogen. Jurnal Teknik. 31 (2).

Sundari, Dewi., Alimuddin dan Rahmat Gunawan. 2015. Analisis Amoniak


Terlarut pada Tanaman Lamun (Thalassia Testudinum) Dalam Media Air.
Jurnal Kimia Mulawarman. 12 (2).

26

Anda mungkin juga menyukai