PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
SISKAWATI
A1L1 17 022
BAB I
PENDAHULUAN
Fitokimia adalah bahan kimia yang hadir secara alami pada tumbuhan.
Sekarang ini fitokimia menjadi lebih populer karena penggunaan obat yang tak
seperti asma, radang sendi, kanker, dll, tidak seperti farmasi zat kimia fitokimia ini
tidak memiliki efek samping. Karena obat fitokimia penyakit tanpa menyebabkan
kerusakan pada manusia ini juga dapat dianggap sebagai manusia-obat-obatan ramah
(Banu dan Catrine, 2015). Salah satu bahan alam yang berpotensi sebagai obat ialah
kelor.
tanaman multiguna padat nutrisi dan berkhasiat obat. Kelor dikenal sebagai The
Miracle Tree atau pohon ajaib karena terbukti secara alamiah merupakan sumber gizi
wilayah Indonesia tidak terkecuali di daerah Bau-Bau. Tanaman ini merupakan salah
satu tanaman yang telah lama dikenal, dibudidayakan, dan digunakan oleh
tanaman kelor (Moringa oleifera) disebut dengan nama kaudhawa. Istilah ini berasal
dari dua kata, yaitu “kau” dan “dhawa”. Kata kau berarti kayu, atau pohon berkayu,
1
2
sedangkan dhawa berarti perekat atau lem yang berasal dari getah (polo) pohon
(Sofyani, 2019). Pemanfaatan kelor sebatas daun kelor segar. Pengolahan daun kelor
yang lazim dilakukan hanya dimasak dengan air dan ditambahkan dengan garam atau
dibuat santan sayur kelor. Tanaman kelor merupakan salah satu tanaman yang
lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat direndam.
alami dan antioksidan buatan (sintetik). Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan
antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih
memerlukan suatu antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan
radikal bebas mengingat begitu banyaknya radikal bebas yang berasal dari luar tubuh
yaitu berupa makanan yang banyak mengandung bahan pengawet, pewarna, asam
lemak tidak jenuh, pestisida, polusi, debu, dan radiasi ultraviolet. (Zuhra dkk., 2008).
Dari hasil peneliti diperoleh informasi bahwa seluruh bagian dari tanaman
kelor telah dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun obat-obatan. Bagian tanaman
ini yang paling serng dimanfaatkan yaitu daunnya yang berkhasiat sebagai anti
diabetes dan antioksidan (Jaiswal, 2009). Daun kelor mengandung alkaloid, phenol
hidroquinon, flavonoid, steroid, tanin dan saponin sehingga daun kelor berpotensi
2
3
antioksidan yang tinggi dan baik untuk penyakit yang berhubungan dengan
pencernaan (Putri, 2011). Daun kelor memiliki antioksidan dan kandungan total
fenolik, untuk nilai IC fraksi etil asetat sebesar 117,19 ppm, kloroform-metanol
sebesar 189,09 ppm, kloroform sebesar 286,75 ppm dan metanol 111,7 ppm (Toripah,
dkk. 2014).
Penelitian ini dilakukan dengan metode ekstrasi maserasi atau ekstraksi dingin
Ekstraksi secara dingin pada prinsipnya tidak memerlukan pemanasan. Hal ini
diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung komponen kimia yang tidak
tahan terhadap pemanasan dan bahan alam yang mempunyai tekstur yang lunak,
misalnya pada daun dan bunga. Kelebihan metode ini adalah sederhana tidak
memerlukan alat-alat yang rumit dan relatif murah. Kelemahannya adalah dari segi
waktu dan penggunaan pelarut yang tidak efektif dan efisien (Kiswandono, 2011).
akibat adanya perbedaan letak geografis yang mengcakup kondisi tanah maupun
lingkungan tempat tumbuhnya suatu tanaman itu sendiri. Menurut Fatchurrozak dkk
(2013), ketinggian suatu tempat dari permukaan laut merupakan salah satu faktor
yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Daerah pesisir dan daerah
tempatnya, maka semakin tinggi pula stress terhadap lingkungan. Ketika suatu
3
4
yang memanfaatkan daun kelor untuk dijadikan sayur yang umumnya menggunakan
tehnik pemanasan. Hal ini yang mendasari sehingga perlu dilakukan penelitian uji
fitokimia dan aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun kelor yang ada di Bau-Bau
1.2.1 Senyawa metabolit sekunder apa yang terkandung pada daun kelor (Moringa
1.2.2 Bagaimana aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol daun kelor (Moringa
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja kandungan senyawa metabolit sekunder yang
terdapat pada daun tanaman kelor (Moringa Oleifera) yang tumbuh di daerah
kota bau-bau.
1.3.3 Untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol daun kelor
(Moringa Oleifera) yang tumbuh di daerah kota bau-bau yang tumbuh di daerah
kota bau-bau.
1.4.1 Sebagai informasi ilmiah tentang kandungan senyawa metabolit sekunder pada
4
5
1.4.3 Memberi pengetahuan yang dapat digunakan sebagai salah satu acuan pustaka
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Moringa oleifera atau biasa dikenal dengan sebutan kelor merupakan tanaman
obat tradisional Indonesia. Secara morfologi akar tanaman kelor berwarna kuning
keputihan, memiliki bau yang khas, terdapat garis-garis melintang yang halus dan
berwarna terang, memiki kulit yang sedikit licin. Pohon kelor tumbuh dari biji
sehingga memiliki perakaran yang dalam, membentuk akar tunggang yang lebar
seperti lobak dan berserabut, berwarna putih, dan memiliki bau yang semerbak.
hingga merauke. Oleh karena itu, tanaman kelor dikenal berbagai daerah, seperti
6
7
murong (Aceh), munggai (Sumatera Barat), kilor (Lampung), kelor (Jawa Barat dan
radang, infeksi, gangguan kardio vaskular, gastro intestinal, hematologi dan hati
(Ozcan, 2018).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Brassicales
Familia : Moringaceae
Genus : Moringa
7
8
Fitokimia adalah bahan kimia yang hadir secara alami pada tumbuhan.
Sekarang ini fitokimia menjadi lebih populer karena penggunaan obat yang tak
seperti asma, radang sendi, kanker, dll, tidak seperti farmasi zat kimia fitokimia ini
tidak memiliki efek samping. Karena obat fitokimia penyakit tanpa menyebabkan
kerusakan pada manusia ini juga dapat dianggap sebagai manusia-obat-obatan ramah
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unit atau berbeda-beda
antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan
senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa
metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom.
Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi haya pada saat dibutuhkan saja atau
pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri
hama dan penyakit, menarik pollinator, dan sebagai molekul sinyal. Singkatnya,
8
9
dapat ditemukan di alam untuk dijadikan sebagai rujukan untuk pengembangan obat-
obatan khususnya obat baru atau untuk menujang berbagai kepentingan industri.
Bahan ini tidak akan pernah habis dan terus akan tercipta dengan struktur molekul
demikian senyawa yang bersumber dari alam akan terus ada tercipta baik yang sudah
pernah ditemukan maupun yang baru dan belum diketemukan (Darminto, dkk. 2009).
2.3.1 Alkaloid
diantaranya mengandung oksigen.Senyawa ini bersifat basa dan sifat ini bergantung
pada adanya pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan
dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, maka kesediaan elektron pada nitrogen
Hasil positif alkaloid pada uji dragendorff juga ditandai dengan terbentuknya
endapan yang berwarna coklat kemerahan sampai kuning. Endapan tersebut adalah
kalium alkaloid. Pada uji alkaloid dengan pereaksi dragendorff, nitrogen digunakan
untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam
Contoh senyawa alkaloid dapat dilihat pada gambar dibawah ini yaitu Morfin
senyawa organik pertama dimurnikan oleh Fredrick Serturner (Merck GmBH) dari
9
10
2.3.2 Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya
fungsi. Flavonoid adalah pigmen tanaman untuk memproduksi warna bunga merah
atau biru pigmentasi kuning pada kelopak yang digunakan untuk menarik hewan
penyerbuk. Flavonoid hampir terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk buah,
akar, daun dan kulit luar batang. Manfaat flavonoid yaitu untuk melindungi struktur
sel, meningkatkan efektifitas vitamin C, anti inflamasi, mencegah keropos tulang dan
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru
dan sebagian warna kuning yang ditemukan dalam tumbu-tumbuhan. Uji positif jika
10
11
2.3.3 Steroid
Senyawa steroid adalah senyawa turunan (derivat) lipid yang tidak terhidrolisis.
Steroid berfungsi sebagai hormon. Secara sederhana steroid dapat diartikan sebagai
kelas senyawa organik bahan alam yang kerangka strukturnya terdiri dari androstan
2.3.4 Triterpenoid
berasal dari enam satuan isoprena dan diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik , yaitu
skualena. Senyawa ini berbentuk siklik atau asiklik dan sering memiliki gugus
11
12
gangguan menstuasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria
(Widiyati, 2006).
2.3.5 Polifenol
antioksidan yang berasal dari bahan pangan dilihat dari kandungan polifenol. Sampai
saat ini, minat penelitian terhadap senyawa fenolik meningkat karena kemampuan
‘scavenging’ terhadap radikal bebas. Polifenol merupakan salah satu kelompok yang
paling banyak dalam tanaman pangan, dengan lebih dari 8000 struktur fenolik dikenal
2.3.6 Saponin
polar. Saponin adalah senyawa yang bersifat aktif permukaan dan dapat menimbulkan
12
13
busa jika dikocok dalam air. Timbulnya busa pada uji saponin menunjukkan adanya
glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis
2.3.7 Tanin
Tanin merupakan senyawa yang tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan,
13
14
2.4 Ekstraksi
pelarut. Ekstraksi merupakan suatu kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Salah satu contoh metode ekstraksi
yaitu metode maserasi dan sokletasi. Maserasi adalah proses prengekstrakan simplisia
dengan menggunakan pelarut dengan berapa kali pengocokan (Aulia, dkk. 2015).
metode ekstraksi maserasi yaitu prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana,
metode ekstraksi tidak dipanaskan sehingga bahan alam tidak menjadi terurai.
senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut ekstraksi pada suhu kamar
memiliki titik didih yang lebih rendah sehingga mudah diuapkan pada suhu yang
lebih rendah, tetapi bersifat lebih toksik. Proses maserasi dilakukan selama waktu
tertentu dengan sesekali diaduk, biasanya dibutuhkan waktu 1-6 hari. Selain metanol
14
15
atau etanol pelarut yang lain yang biasa digunakan antaralain aseton, klroform, atau
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang mengandung elektron yang
tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Radikal bebas bersifat tidak stabil dan
sangat reaktif yakni cenderung bereaksi dengan molekul lainnya untuk mencapai
kestabilan. Radikal dengan kereaktifan yang tinggi ini dapat memulai sebuah sebuah
tidak normal dan memulai reaksi berantai yang dapat merusak sel-sel penting dalam
yang terdapat secara alami dalam tubuh sebagai mekanisme pertahanan tubuh normal
maupun berasal dari asupan luar tubuh. Sedangkan antioksidan sintetik merupakan
senyawa yang disintesis secara kimia. Salah satu sumber senyawa antioksidan adalah
15
16
elektron atau atom hidrogennya kepada radikal bebas DPPH, yang turut
menyebabkan pemudaran warna pada DPPH, yaitu yang awalnya berwarna ungu tua,
jika direaksikan dengan senyawa antioksidan dalam jumlah besar akan berubah
menjadi warna kuning. Perubahan warna DPPH ini terkait pula de-ngan energi yang
dimiliki DPPH pada saat berbentuk radikal, DPPH cenderung tidak stabil dan
memiliki energi yang besar karena selalu bereaksi mencari pasangan elektronnya,
namun setelah mendapat pasangan elektronnya DPPH akan menjadi lebih stabil
(Adibi, 2017).
Lea. Topografi wilayah datar berada pada tempat-tempat yang saat ini merupakan
dan Kecamatan Wolio. Baubau merupakan daerah yang memiliki topografi dengan
ketinggian dan kondisi tanah yang berbeda-beda. Pada beberapa jenis buah dan
sayuran termasuk tanaman kelor, kondisi lingkungan dimana tempat tumbuh, dapat
metabolitnya. Salah satu kondisi lingkungan yang dimaksud adalah perbedaan atau
16
17
ketinggian tempatnya, maka semakin tinggi pula stress lingkungan tanaman tersebut.
Ketika suatu tanaman mengalami stress, maka produksi metabolit sekunder termasuk
17
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah blender, seperangkat alat-alat
vacum rotary evaporator, water bath, chumber, lampu UV, gelas piala, gelas ukur,
batang pengaduk, kertas saring, labu takar, tabung reaksi bertutup, pipet mikro, kuvet.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan untuk uji fitokimia yaitu metanol 96%, aquades,
H2SO4 2 N, HCl pekat, larutan gelatin, larutan FeCl3, NaCl 10%, logam Mg, pereaksi
18
19
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kelor (Moringa
oleifera) yang diambil dari Kec. Wolio, Kel. Wangkanapi, Kota Baubau, Sulawesi
Tenggara.
Sampel daun kelor yang diambil dari Baubau, dibersihkan kemudian dibiarkan
kering di udara pada suhu kamar. Setelah kering, sampel dihaluskan dengan
menggunakan blender hingga diperoleh serbuk daun kelor. Simplisia lalu dibawa ke
500 gram serbuk simplisia daun kelor dimasukkan ke dalam wadah toples,
lalu ditambahkan 750 mL pelarut metanol 96% dan ditutup rapat serta terhindar dari
cahaya matahari langsung. Proses perendaman selama 3 hari sambil diaduk tiap 8 jam
sekali. Setelah 3 hari, campuran simplisia dan metanol disaring sehingga diperoleh
maserat (1). Ampas direndam kembali dengan 750 mL metanol selama 1 hari,
disaring kembali dan diperoleh maserat (2). Maserat (1) dan (2) diendapkan semalam
19
20
dalam 100 mL aquades (Larutan II).Larutan I dan II dicampur lalu diencerkan sampai
Dicampurkan 3-4 tetes H2SO4 pekat (98%) dengan 4-5 tetes larutan asam
Uji golongan terpenoid dan steroid dengan cara, lima tetes larutan ekstrak
ditempatkan pada tabung reaksi dan dibiarkan hingga pelarutnya menguap. Ekstrak
20
21
dibiarkan hingga kering dan ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat.Perubahan
warna yang terjadi diamati, adanya terpenoid ditunjukkan dengan terjadinya warna
Uji golongan alkaloid dengan cara, lima tetes larutan ekstrak ditempatkan
Uji gologan flavonoid dengan cara, lima tetes larutan ekstrak ditempatkan
pada tabung reaksi kemudian ditambahkan dua tetes larutan FeCl3 5%. Terjadi
perubahan warna menjadi kehijauan atau hitam biru menunjukkan adanya flavanoid
(Meigaria, et al.,2016).
3.3.9.4.Uji Tanin
pereaksi besi (III) klorida 1%. Keberadaan tannin akan ditunjukkan dengan terjadinya
perubahan warna filtrat menjadi hijau atau biru kehitaman (Meigaria,et al., 2016).
21
22
3.3.9.5.Uji Saponin
didinginkan, kemudian dikocok selama 10 detik. Setelah itu diamati perubahan yang
perubahan yang terjadi.Hasil positif apabila muncul busa stabil selama 10 menit
(Meigaria, et al.,2016).
3.10 Uji Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Kelor dengan Metode 1,1
Diphenyl-2-Picrylhydrazil (DPPH)
Larutan pereaksi adalah larutan DPPH 0,3 mM dalam pelarut metanol p.a dan
dijaga pada suhu rendah serta terlindung dari cahaya. Larutan DPPH 0,3 mM dibuat
larutan induk DPPH 1 mM dibuat dengan melarutkan 19.75 mg serbuk DPPH dalam
50 mL metanol.
Picrylhydrazil (DPPH)
pada panjang gelombang 510-520 nm, sesuai dengan warna serapan UV-Vis untuk
22
23
Vitamin C dibuat dalam 1000 ppm sebagai larutan induk. Dari larutan induk
di buat dalam kosentrasi 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm, 125 ppm, dan 250 ppm
1 mL larutan pereaksi DPPH 0,3 mM dalam tabung reaksi. Dikocok homogen dan
diinkubasi selama 30 menit pada suhu 370℃. Absorbansinya diukur pada panjang
gelombang dan serapan maksimal DPPH yaitu 517 nm. Larutan blangko digunakan
(AKontrol )- (ASampel )
% Inhibisi = (AKontrol )
x 100 %
23
24
dinyatakan dengan inhibition Concentration 50% atau IC50 yaitu konsentrasi sampel
yang dapat meredam radikal DPPH sebanyak 50% konsentrasi awal (Solichin, et al.,
2014).
Dari harga persen penangkap radikal bebas ekstrak etanol daun tanaman soni
yang diperoleh, dihitung persamaan regresi linear untuk selanjutnya ditentukan nilai
IC50 (Konsentrasi bahan uji yang mempunyai aktivitas penangkap radikal bebas
sebesar 50%)
y = ax ± b
y±b
sehingga x = a
dimana ; y = 50 a = slope
penentralan radikal bebas dengan cara menkonversi nilai x untuk memperoleh nilai
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Adibi, Sukaina., dkk. 2017. Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Daun
Strobilanthes Crispus Bl (Keji Beling) ) Terhadap Staphylococcus Aureus
dan Escherichia Coli. Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia. 1(2).
Atun, Sri. 2014. Metode Isolasi dan Identifikasi Struktur Senyawa Organik Bahan
Alam. Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur. 8(2).
Benabdesselam FM. Et. al. 2007. Antioxidant activities of alkaloid extracts of two
Algerian species of Fumaria : Fumaria capreolata and Fumaria bastardii.
ACG Publication Rec. Nat. Prod. 1:2-3 (2007) 28-35
Desianti, N., A. Ghanaim F., dan Tri Kustono A. 2014. Uji Toksisitas dan Identifikasi
Golongan Senyawa Aktif Fraksi Etil Asetat, Kloroform, Petroleum Eter, dan
n-heksana Hasil Hidrolisis Ekstrak Metanol Mikroalga Chlorella sp. Skripsi.
Tidak Diterbitkan. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim:
Malang.
Erfiana, Illing, I., Safitri, Wulan. 2017. Uji Fitokimia Ekstrak Buah Dengen (Dillenia
seratta). Jurnal Dinamika. 8(1).
Faramayuda, Fahrauk., Fikri Alatas dan Teresa Tri Rayani. 2013.Formulasi Sediaan
Losion Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah Coklat (Theobroma cacao
L.).Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi. 2(1).
25
26
Handoyo. 2011. Penapisan Fitokimia Kelompok Daun Jati (Tectona grandis L.F)
pada Jati Usia 1 Tahun dan Jati Usia 20 Tahun yang Tumbuh di Kabupaten
Muna. Skripsi F-KIP. Universitas Halu Oleo. Kendari.
Illing I., Wulan S., dan Erfiana. 2017. Uji Fitokimia Ekstrak Buah Soni. Jurnal
Dinamika. 1(08).
Jaiswal D, Rai PK, Kumar A, Mehta S, Watal G. 2009. Effect of Moringa oliefera
Lam. Leaves aqueous extract therapy in hyperglycemic rats. Journaal of
Ethnopharmacol. 123:392-296.
Kiswandono., Agung A. 2011. Perbandingan Dua Ekstraksi Yang Berbeda pada Daun
Kelor (Moringa oleifera, Lamk) Terhadap Rendemen Ekstrak dan Senyawa
Bioaktif yang Dihasilkan. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa
Bangsa.1(1): 45-51.
Krisnandi, D.A. 2015. Kelor Super Nutrisi. Blora: Pusat Informasi dan
Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia.
Kusmiyati, Nurfina A., Sri H. 2011. Isolasi dan Identifikasi Zat Aktif Ekstrak
Metanol Rimpang Kunyit Putih (Curcuma mangga Val) Fraksi Etil Asetat.
Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 1(2): 1 - 10.
Matheos, Heryanto, Max Revolta Jhon Runtuwene dan Sri Sudewi. 2014. Aktivitas
Antioksidan dari Ekstrak Daun Kayu Bulan (Pisonia Alba).
Meigaria, Komang Mirah., I Wayan Mudianta dan Ni Wayan Martiningsih. 2016.
Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Aseton Daun
Kelor (Moringa Oleifera). Jurnal Wahana Matematika dan Sains. 10(2).
26
27
Putri, O.D. 2011. Sejuta Khasiat Daun kelor. Yogyakarta: Berlian Media
Reo, Albert R., S. Berhimpon., Roike Montolalu. 2017. Metabolit Sekunder Gorgonia
(Paramuricea Clavata). Jurnal Ilmiah Platax. 5(4)
Risky, A.T., dan Suyatno. 2014. Aktivitas Antioksidan Dan Antikanker Ekstrak
Etanol Tumbuhan Paku (Adiantum philippensis L.). Journal of Chemistry.3(1).
Suyono, Suryanti, V., Marliana, Soerya, D. 2015. Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis KomponenKimia Buah Labu Siam (Sechium edule
Jacq.Swartz.)dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi.3(1).
27
28
Widiyati, Eni. 2006. Penentuan Adanya Senyawa Triterpenoid dan Uji Aktivitas
Biologis pada Beberapa Spesies Tanaman Obat Tradisional Masyarakat
Pedesaan Bengkulu.Jurnal Gradien. 2(1).
Yuszda, K., Salimi., Nurhayati, B. dan Saiman. 2017. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Metanol Daun Kelor (Moringa
oliefera). Jurnal Kimia. 6(2).
Zaki, Muhamad M. 2013. Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari n-Heksana Lumut
Hati Mastigopho Diclados (Bird. Ex Web) Nees. Skipsi. UIN Syarif
Hidayatullah.Banten.
Zuhra, Cut Fatimah., Juliati Br. Tarigan, dan Herlince Sihotang. 2008. Aktivitas
Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropusandrogunus (L)
Merr.). Jurnal Biologi Sumatera. 1 (3)
28