Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skrining fitokimia ini dengan judul “Ekstrak
Rating Patah Tulang (Euphorbia tirucalli L.) sebagai Antibakteri”. Proposal ini ditulis sebagai tugas
Ujian Tengah Semester (UTS) dari mata kuliah Fitokimia.
Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pengampu mata
kuliah Fitokimia ini. Penulis menyadari bahwa proposal skrining fitokimia ini memiliki banyak
kekurangan. Maka dari itu penulis sangat berharap kritik dan saran dari pihak untuk penyempurnaan
proposal skrining fitokimia ini. Akhir kata penulis sangat berharap proposal ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan semua pihak.
Dewi Sartika
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Van Damme penggunaan tanaman ini secara tradisional berbeda-beda di setiap
negara, di Afrika digunakan untuk pengobatan impoten, epilepsi, kutil, sakit gigi, wasir, dan
gigitan ular. Di Brazil digunakan untuk pengobatan kanker, tumor dan kutil sedangkan di
Indonesia digunakan untuk pengobatan patah tulang, wasir, bisul, dan kapalen.
Menurut Absor (2006) bahwa Bagian dari tanaman patah tulang yang sering digunakan
sebagai obat adalah akar, batang kayu, ranting, dan getahnya. Batang tanaman patah tulang
mengandung senyawa seperti euphorbine, taraksaterol, lakterol, euphol, sapogenin, tanin,
alkaloid, dan asam elagat. Asam elagat adalah senyawa fenol alam yang ditemukan dalam
bentuk elagitanin pada tanaman. Senyawa asam elagat berpotensi sebagai anti kanker dan
anti oksidan.
Ada beberapa penggolongan metabolit sekunder, yaitu alkaloid, flavonoid, steroid/
triterpenoid, tanin, glikosida dan antrakuinon, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3, Puspa
Swara, Jakarta. Senyawa triterpenoid/steroid menunjukkan berbagai macam aktifitas fisiologi
yang telah digunakan untuk antifungi, insektisida, antibakteri atau antivirus.
1.2 Rumusan Masalah
apakah rating patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri.
Menurut Absor (2006) bahwa Bagian dari tanaman patah tulang yang sering digunakan
sebagai obat adalah akar, batang kayu, ranting, dan getahnya. Batang tanaman patah tulang
mengandung senyawa seperti euphorbine, taraksaterol, lakterol, euphol, sapogenin, tanin,
alkaloid, dan asam elagat. Asam elagat adalah senyawa fenol alam yang ditemukan dalam
bentuk elagitanin pada tanaman. Senyawa asam elagat berpotensi sebagai anti kanker dan
anti oksidan.
2.2 Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa metabolit tumbuhan yang sangat melimpah di alam. Fungsi
senyawa flavonoid sangatlah penting bagi tanaman pada pertumbuhan dan
perkembangannya. Fungsi tersebut seperti penarik perhatian hewan pada proses penyerbukan
dan penyebaran benih, stimulan fiksasi nitrogen pada bakteri Rhizobium, peningkat
pertumbuhan tabung serbuk sari, serta resorpsi nutrisi dan mineral dari proses penuaan
daun.senyawa flavonoid juga dipercaya memiliki kemampuan untuk pertahanan tanaman dari
herbivora dan penyebab penyakit, serta senyawa ini membentuk dasar untuk melakukan
interaksi alelopati antar tanaman (Andersen dan Markham, 2006).
Tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak dipakai dalam pengobatan tradisional. Hal
tersebut disebabkan flavonoid mempunyai berbagai macam aktivitas terhadap macam-macam
organism (Robinson, 1995). Penelitian farmakologi terhadap senyawa flavonoid
menunjukkan bahwa beberapa senyawa golongan flavonoid memperlihatkan aktivitas seperti
antifungi, diuretik, antihistamin, antihipertensi, insektisida, bakterisida, antivirus dan
mengambat kerja enzim (Geissman, 1962).
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut
organik. Salah satu metode ekstrasi yang paling sederhana adalah maserasi. Maserasi adalah
proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pasa suhu ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetic berarti dilakukan pengadukan
penyaringanmaserat pertama, dan seterusnya.
Salah satu antibakteri yang banyak dipergunakan adalah antibiotik. Antibiotik adalah
senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup termasuk struktur
analognya yang dibuat secara sintetik, yang dalam kadar rendah mampu mengambat proses
penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikoorganisme (Siswando dan Soekardjo,
1995).
2.6 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut
atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (DepKes RI, 1996). Krim merupakan emulsi
yang sangat mudah digunakan pada kulit dan merupakan media pembawa dengan kapasitas
yang cukup besar. Sediaan topical ini dapat memerikan efek mengkilap dan melembabkan,
selain itu mudah tersebar merata, mudah berpenetrasi pada kulit, mudah diusap dan mudah
dicuci oleh air. Krim sendiri pada umumnya memiliki komposisi air, minyak dan berbagai
humektan sesuai tujuan penggunaan pada berbagai jenis kulit, kondisi kulit, musim, usia, dan
lingkungan. Krim diklasifikasikan sesuai formulasinya yaitu tipe M/A (minyak dalam air),
dan tipe A/M (air dalam minyak) (Rieger, 2000).
Sediaan krim terdiri dari dua komponen utama, yaitu bahan aktif danbahan dasar. Bahan
dasar atau basis krim terdiri dari fase minyak dan fase air yang dicampur dengan adanya
bahan emulgator sehingga membentuk basis krim. Pemilihan dan penggunaan emulgator
sangat menentukan hasil krim yang baik, penggunaan bahan tambahan seperti pengawet,
pelekat,pewarna,pelembab,pewangi dan sebagainya juga sering digunakan untuk
menghasilkan suatu karakteristik formula krim yang diinginkan (Lachman, 1994).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2 Metode
Metode yang dilakukan saat penelitian adalah metode penelitian laboratorium.
3.3 Sampel
Sampel yang digunakan didapatkan dari Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.
c. Uji flavonoid
1. Sebanyak 2 ml ekstrak ditambahkan dengan air panas secukupnya.
2. Didihkan selama 5 menit lalu saring.
3. Filtrate sebanyak 5 ml ditambahkan 0,05 mg serbuk Mg dan 1 ml HCL pekat.
4. Lalu dikocok kuat.
5. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning,dan jingga.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari tanaman rating patah
tulang (Euphorbia tirucalli L.) memiliki senyawa metabolit sekunder salah satunya
adalah flavonoid. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tanaman rating patah tulang
(Euphorbia tirucalli L.) memiliki banyak manfaat yaitu salah satunya sebagai anti
bakteri yang dapat dijadikan sediaan fasrmasi berupa krim.