Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skrining fitokimia ini dengan judul “Ekstrak
Rating Patah Tulang (Euphorbia tirucalli L.) sebagai Antibakteri”. Proposal ini ditulis sebagai tugas
Ujian Tengah Semester (UTS) dari mata kuliah Fitokimia.
Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pengampu mata
kuliah Fitokimia ini. Penulis menyadari bahwa proposal skrining fitokimia ini memiliki banyak
kekurangan. Maka dari itu penulis sangat berharap kritik dan saran dari pihak untuk penyempurnaan
proposal skrining fitokimia ini. Akhir kata penulis sangat berharap proposal ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan semua pihak.

Bandar Lampung, 01 juli 2020

Dewi Sartika
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) adalah salah satu jenis tanaman herbal yang biasanya
dijadikan sebagai menjadi tanaman hias. Tanaman patah tulang selain tanaman hias dapat juga
dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Bagian yang diambil adalah akar, batang kayu, ranting, dan
getahnya. Khasiat tanaman patah tulang secara empiris banyak digunakan untuk menyembuhkan
sakit tulang, dan nyeri saraf dengan cara pemakaian sebagai obat tradisional. Getah tanaman ini
bersifat asam, mengandung senyawa euforbon, taraksasterol, α-laktoserol, eufol, senyaw dammar
dan menyebabkan rasa kebas dilidah (rasa tebal dilidah), (Anonim, 2013).

Menurut Van Damme penggunaan tanaman ini secara tradisional berbeda-beda di setiap
negara, di Afrika digunakan untuk pengobatan impoten, epilepsi, kutil, sakit gigi, wasir, dan
gigitan ular. Di Brazil digunakan untuk pengobatan kanker, tumor dan kutil sedangkan di
Indonesia digunakan untuk pengobatan patah tulang, wasir, bisul, dan kapalen.
Menurut Absor (2006) bahwa Bagian dari tanaman patah tulang yang sering digunakan
sebagai obat adalah akar, batang kayu, ranting, dan getahnya. Batang tanaman patah tulang
mengandung senyawa seperti euphorbine, taraksaterol, lakterol, euphol, sapogenin, tanin,
alkaloid, dan asam elagat. Asam elagat adalah senyawa fenol alam yang ditemukan dalam
bentuk elagitanin pada tanaman. Senyawa asam elagat berpotensi sebagai anti kanker dan
anti oksidan.
Ada beberapa penggolongan metabolit sekunder, yaitu alkaloid, flavonoid, steroid/
triterpenoid, tanin, glikosida dan antrakuinon, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3, Puspa
Swara, Jakarta. Senyawa triterpenoid/steroid menunjukkan berbagai macam aktifitas fisiologi
yang telah digunakan untuk antifungi, insektisida, antibakteri atau antivirus.
1.2 Rumusan Masalah
apakah rating patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri.

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui bahwa tumbuhan patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) memiliki kandungan
yang dapat dijadikan sebagai antibakteri.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Untuk mengetahui bahwa kandungan atau senyawa yang ada di rating patah tulang
(Euphorbia tirucalli L.) dapat dimanfaatkan dibidang kesehatan.
2. Memberikan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat tentang pemanfaatan rating patah
tulang (Euphorbia tirucalli L.) sebagai antibakteri.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Rating Patah Tulang (Euphorbia Tirucalli L.)


Patah tulang adalah tumbuhan perdu yang tumbuh tegak. Tingginya adalah 2-6 m dengan
pangkal berkayu, bercabang banyak, dan bergetah seperti susu yang beracun. Tumbuhan ini
memiliki ranting yang bulat silindris berbentuk pensil, beralur halus membujur, dan berwarna
hijau. Setelah tumbuh sejengkal, akan bercabang dua yang letaknya melintang, demikian
seterusnya sehingga tampak seperti percabangan yang terpatah-patah. Tanaman patah tulang
termasuk dalam famili Euphorbiaceae, merupakan jenis tanaman kebun yang tumbuh tegak
hingga setinggi 2-6 m. kandungan senyawa metabolit sekunder tanaman Euphorbiaceae
tirucalli L yaitu flavonoid, fenol, saponin, dan tannin.

Menurut Absor (2006) bahwa Bagian dari tanaman patah tulang yang sering digunakan
sebagai obat adalah akar, batang kayu, ranting, dan getahnya. Batang tanaman patah tulang
mengandung senyawa seperti euphorbine, taraksaterol, lakterol, euphol, sapogenin, tanin,
alkaloid, dan asam elagat. Asam elagat adalah senyawa fenol alam yang ditemukan dalam
bentuk elagitanin pada tanaman. Senyawa asam elagat berpotensi sebagai anti kanker dan
anti oksidan.

Ada beberapa penggolongan metabolit sekunder, yaitu alkaloid, flavonoid, steroid/


triterpenoid, tanin, glikosida dan antrakuinon, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3, Puspa
Swara, Jakarta. Senyawa triterpenoid/steroid menunjukkan berbagai macam aktifitas fisiologi
yang telah digunakan untuk antifungi, insektisida, antibakteri atau antivirus.

2.2 Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa metabolit tumbuhan yang sangat melimpah di alam. Fungsi
senyawa flavonoid sangatlah penting bagi tanaman pada pertumbuhan dan
perkembangannya. Fungsi tersebut seperti penarik perhatian hewan pada proses penyerbukan
dan penyebaran benih, stimulan fiksasi nitrogen pada bakteri Rhizobium, peningkat
pertumbuhan tabung serbuk sari, serta resorpsi nutrisi dan mineral dari proses penuaan
daun.senyawa flavonoid juga dipercaya memiliki kemampuan untuk pertahanan tanaman dari
herbivora dan penyebab penyakit, serta senyawa ini membentuk dasar untuk melakukan
interaksi alelopati antar tanaman (Andersen dan Markham, 2006).

Tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak dipakai dalam pengobatan tradisional. Hal
tersebut disebabkan flavonoid mempunyai berbagai macam aktivitas terhadap macam-macam
organism (Robinson, 1995). Penelitian farmakologi terhadap senyawa flavonoid
menunjukkan bahwa beberapa senyawa golongan flavonoid memperlihatkan aktivitas seperti
antifungi, diuretik, antihistamin, antihipertensi, insektisida, bakterisida, antivirus dan
mengambat kerja enzim (Geissman, 1962).

2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut
organik. Salah satu metode ekstrasi yang paling sederhana adalah maserasi. Maserasi adalah
proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pasa suhu ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetic berarti dilakukan pengadukan
penyaringanmaserat pertama, dan seterusnya.

2.4 Skrining fitokimia


Tanaman patah tulang termasuk dalam family Euphorbiaceae, merupakan jenis tanaman
kebun yang tumbuh tegak sehingga setinggi 2-6m. kandungan senyawa metabolit sekunder
tanaman Euphorbia tirucalli L yaitu flavonoid, fenol, saponin dan tannin. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder dan aktivitas antioksidan daun
ranting patah tulang. Senyawa metabolit sekunder diperoleh dari proses ekstraksi dengan
pelarut etanol menggunakan metode maserasi dan partisi. Skrining fitokimia dilakukan
dengan uji warna menggunakan berbagai pereaksi. Teknik analisis data dilakukan secara
kuantitatif. Hasil penelitian pada skrining fitokimia diperoleh positif flavonoid, tannin, dan
steroid. Sedangkan alkaloid, saponin, dan triterpenoid negatif. Penelitian ini dapat
disimpukan bahwa tanaman patah tulang mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu
flavonoid, tanin, dan steroid.
2.5 Antibakteri
Antibakteri merupakan zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan
bakteri dengan cara mengganggu metabolism mikroba yang merugikan. Mekanisme kerja
dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat
keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghamba kerja enzim, dan menghambat
sintesis asam nukleat dan protein (Dwidjoseputro, 1980).

Salah satu antibakteri yang banyak dipergunakan adalah antibiotik. Antibiotik adalah
senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup termasuk struktur
analognya yang dibuat secara sintetik, yang dalam kadar rendah mampu mengambat proses
penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikoorganisme (Siswando dan Soekardjo,
1995).

2.6 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut
atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (DepKes RI, 1996). Krim merupakan emulsi
yang sangat mudah digunakan pada kulit dan merupakan media pembawa dengan kapasitas
yang cukup besar. Sediaan topical ini dapat memerikan efek mengkilap dan melembabkan,
selain itu mudah tersebar merata, mudah berpenetrasi pada kulit, mudah diusap dan mudah
dicuci oleh air. Krim sendiri pada umumnya memiliki komposisi air, minyak dan berbagai
humektan sesuai tujuan penggunaan pada berbagai jenis kulit, kondisi kulit, musim, usia, dan
lingkungan. Krim diklasifikasikan sesuai formulasinya yaitu tipe M/A (minyak dalam air),
dan tipe A/M (air dalam minyak) (Rieger, 2000).

Sediaan krim terdiri dari dua komponen utama, yaitu bahan aktif danbahan dasar. Bahan
dasar atau basis krim terdiri dari fase minyak dan fase air yang dicampur dengan adanya
bahan emulgator sehingga membentuk basis krim. Pemilihan dan penggunaan emulgator
sangat menentukan hasil krim yang baik, penggunaan bahan tambahan seperti pengawet,
pelekat,pewarna,pelembab,pewangi dan sebagainya juga sering digunakan untuk
menghasilkan suatu karakteristik formula krim yang diinginkan (Lachman, 1994).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Universitas Malahayati Bandar Lampung yang
dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April.

3.2 Metode
Metode yang dilakukan saat penelitian adalah metode penelitian laboratorium.

3.3 Sampel
Sampel yang digunakan didapatkan dari Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan teknik pengambilan sampel yang
bertujuan (purpose sampling), dimana sampel dipilih secara khusus agar sesuai dengan tujuan
penelitian.
3.5 Cara Kerja
Cara kerja penelitian dilakukan sebagai berikut:
a. Pembuatan simlisia
1. Sebanyak 1500 gram rating patah tulang dicuci bersih lalu ditiriskan.
2. Keringkan dibawah sinar matahari atau dioven dengan suhu 50⁰C.
3. Rating patah tulang yang sudah kering lalu dihaluskan.

b. Proses pembuatan Ekstrak


1. Sebanyak ±300 gram Rating patah tulang yang sudah dihaluskan.
2. Di maserasi selama 3x24 jam dengan menggunakan pelarut etanol pada suhu kamar.
3. Hasil maserasi kemudian disaring agar diperoleh filtrat yang terpisah dari residu.
4. Maserat etanol kemudian dipekatkan menggukanan rotary evaporator sehingga
diperoleh ekstrak etanol.

c. Uji flavonoid
1. Sebanyak 2 ml ekstrak ditambahkan dengan air panas secukupnya.
2. Didihkan selama 5 menit lalu saring.
3. Filtrate sebanyak 5 ml ditambahkan 0,05 mg serbuk Mg dan 1 ml HCL pekat.
4. Lalu dikocok kuat.
5. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning,dan jingga.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari tanaman rating patah
tulang (Euphorbia tirucalli L.) memiliki senyawa metabolit sekunder salah satunya
adalah flavonoid. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tanaman rating patah tulang
(Euphorbia tirucalli L.) memiliki banyak manfaat yaitu salah satunya sebagai anti
bakteri yang dapat dijadikan sediaan fasrmasi berupa krim.

Anda mungkin juga menyukai