OLEH
SRIWULAN PURNAMASARI
A1C4 14 037
35.000 pulau yang besar dan kecil dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna
yang sangat tinggi. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 sampai dengan 150
makanan, bumbu masakan dan bahan bangunan serta berpotensi sebagai obat-
potensi tumbuhan obat sebanyak 30.000 jenis dan 940 jenisnya telah dinyatakan
maupun tujuan lain yang dikenal dengan istilah back to nature (Ningsih et al.,
2014). Penggunaan obat bahan alam di negara maju mencapai 65% dan
pembelanjaan obat bahan alam di pasar global pada tahun 2000 mencapai 43
medis atau sintetik yang jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang akan
memiliki efek samping pada organ tubuh lainnya yang berdampak pada
menurunnya fungsi kerja dari sistem organ tersebut, menyebabkan penyakit baru,
pemicu kanker bahkan kematian. Hal ini sejalan dengan Mills (1996) keragaman
menghasilkan aktivitas yang luas dan memiliki sisi positif pada tubuh karena tidak
Indonesia memiliki 1.128 suku bangsa yang tersebar di seluruh Indonesia, dari
tercatat kurang lebih 159 suku bangsa mendiami ribuan pulau yang berada di
Suku Buton adalah salah satu suku yang berada di daerah Sulawesi
Tenggara. Pada umumnya suku Buton berkaitan erat dengan daerah Bau-Bau
Cakalang Asap yang diolah dengan santan dan kelapa goreng. Daun yang
digunakan oleh masyarakat hanya daun mudanya saja yaitu susunan daun
pertama sampai ke empat. Daun yang digunakan dapat mengubah cita rasa
masakan menjadi lebih gurih dan daunnya dapat langsung dimakan layaknya
sayur. Berdasarkan hal tersebut daun Kaobula memiliki suatu kandungan tertentu
yang berguna bagi kesehatan sehingga dipercaya oleh masyarakat sebagai bahan
makanan. Namun, penggunaan langsung daun Kaobula sebagai obat belum pernah
perkarang rumah, kebun, dan hutan. Selain itu dikonsumsi sebagai pelengkap
nutrisi yakni sayuran,buah, dan bahan pelengkap masakan (Yuniati dan Alwi,
yang dilakukan oleh Matheos et al., (2014) menyatakan bahwa ekstrak etanol
tanaman Kayu Bulan (Pisonia alba) yang merupakan nama lokal Kaobula di
tanaman Pisonia alba memiliki kandungan fenolik sebesar 12,6 mg/g. Ekstrak
level gula darah dalam tikus (Sunil et al., 2009). Daun Pisonia alba memiliki
diuretik ( Radha, et al., 2008), anti fungal (Shubashini et al., 2010) dan juga biasa
hampir sama diakibatkan perbedaan dialek tiap daerah, misalnya Kaobula (Bau-
Bau/Buton), Kayu Bulan (Manado), Kau Fulan (Buru). Di daerah Jawa tanaman
ini dikenal dengan sebutan Kol Banda dan di luar negeri dengan sebutan Lettuce
variabilitas yang tidak bisa dikendalikan seperti asal tanaman, umur, tempat
menyatakan bahwa habitat dalam hal ini sifat tanah tempat hidup tanaman
mempengaruhi mutu, kandungan senyawa aktif, dan bentuk fisik atau morfologi
bentuk fisik yang kerdil sehingga dijadikan sebagai tumbuhan hias, sementara di
Kota Bau-Bau tanaman ini dibiarkan tumbuh bebas, mengingat struktur dan
kondisi tanah yang ada di Manado berbeda dengan yang ada di Bau-Bau, tidak
metabolit sekunder, salah satunya dengan metode Uji Fitokimia (Harbone 1987
alam sangatlah penting, hal ini karena jenis dan mutu pelarut yang digunakan
tidak toksik, dan mudah terbakar (Harborne, 1987 dalam Hardiyanti 2015).
Metanol merupakan pelarut yang secara umum digunakan dalam estraksi senyawa
(Prashant et al,. 2011). Sehingga dalam penelitian ini pelarut yang digunakan
adalah metanol, dengan pertimbangan sifatnya yang polar sehingga mampu mengikat
senyawa fenolik dan melarutkan senyawa golongan metabolit sekunder dari yang
ekstrak metanol daun tanaman kaubula yang tumbuh di daerah Bau-Bau, Sulawesi
Tenggara.
1.2 Batasan Masalah
Agar pokok masalah yang di bahas tidak meluas dan mempermudah untuk
alba)
adalah:
potensi antioksidan?
Dalam penelitian ini ada beberapa manfaat yang ingin dicapai yaitu:
(Pisonia alba)
Tanaman Kaobula atau Kol Banda adalah tumbuhan perdu atau pohon kecil
tahunan dengan tinggi mencapai 5-7 meter yang diperkirakan berasal dari Asia
dan Papua. Tumbuhan ini tersebar di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai
daerah pegunungan yaitu 5-1.000 meter di atas permukaan laut. Kol banda
tumbuh di lahan terbuka dengan sinar matahari penuh sepanjang hari dan media
tanah yang memiliki cukup kandungan air (Suhono dan Tim LIPI, 2010).
Kaobula merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat telur, bertangkai, dan
memiliki pangkal membulat, ujung meruncing, dan tepi rata. Pertulangan daun
berwarna kuning muda atau kuning bercak hijau ini menyirip dengan panjang 10-
25 cm dan lebar 5-12 cm. Tanaman Kaobula memiliki sistem perakaran tunggang
(Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2001; Suhono dan Tim
LIPI, 2010).
Kerajaan : Plantae
Subkerajaan : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Caryopyllales
Suku : Nyctaginaceae
Marga : Pisonia
dan B.
senyawa fenolik dan flavonoid secara keseluruhan. Akar dan daun tanaman kol
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2001). Selain itu, daun tanaman kol
banda atau kayu bulan juga mengandung senyawa senyawa golongan alkaloid,
flavonid, tanin, dan saponin (Matheos et al., 2014; Jayakumari et al., 2014).
sekunder ini antara lain: alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin, dan lain-
lain. Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya
segar termasuk vitamin dan mineral. Antioksidan yang cukup potensial adalah
2004). Antioksidan alami tersebar di beberapa bagian tanaman, seperti pada kayu,
kulit kayu, akar, buah, bunga, biji, dan daun (Trilaksani, 2003).
2.3.1 Alkaloid
nitrogen, yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan dan hewan. Sebagian besar
dari 20% spesies angiosperm mengandung alkaloid (Wink, 2008). Alkaloid dapat
ditemukan pada berbagai bagian tanaman, seperti bunga, biji, daun, ranting, akar
Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan
dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan (Ningru
,2016). Alkaloid pada tanaman berfungsi sebagai racun yang dapat melindunginya
dari serangga dan herbivora, faktor pengatur pertumbuhan, dan senyawa simpanan
yang mampu menyuplai nitrogen dan unsur-unsur lain yang diperlukan tanaman
(Wink, 2008).
Suatu cara mengklasifikasi alkaloid adalah didasarkan pada jenis cincin
menjadi pirolidin (1), piperidin (2), isoquinolin (3), quinolin (4), dan indol (5).
2.3.2 Flavonoid
alam. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu,
biru, dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut
flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan. Sebagian besar
flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai
glikosida dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai dalam senyawa
radikah bebas dan juga sebagai anti radikal bebas (Zuhra et. al., 2008).
C3
C2
C1 C3
C3 C2
C1
C2
C1
2.3.3 Terpenoid
alami. Banyak terpen memiliki aktivitas biologis dan digunakan untuk pengobatan
malaria, peradangan, dan berbagai penyakit menular (virus dan bakteri) (Wang et.
gambar :
Kerangka Dasar Terpenoid
ekor OPP
2
kepala
2003)
Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat didalam
sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya diekstraksi memakai petrolium eter, eter atau
kloroform dan dapat dipisahkan secara kromatografi pada silika gel dengan
2.3.4 Saponin
permukaan yang bersifat sabun yang jika dikocok kuat akan menimbulkan busa.
Pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah
pada tikus (Harborne, 1987). Dari segi pemanfaatan, golongan senyawa saponin
sangat ekonomis sebagai bahan baku pembuatan hormon steroid tetapi saponin
terbagi menjadi tiga kelompok utama yaitu triterpenoid, steroid, dan glikoalkaloid
2.3.5 Steroid
metabolit sekunder yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hormon steroid pada
dasar sterena tak jenuh merupakan senyawa organik yang berisis pengaturan
membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Perbedaan jenis
streroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional yang
diikat oleh ke-empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin.
R
CH 3
27
21 22 24
18 20 23 25
CH 3
CH 3 H 12
17 26
19 11 13
CH 3 H 16
1 9 14
15
H H 2 10 8
H H
3 5 7
4 6
HO
H H
Hidrokarbon Induk Penomoran Kerangka Steroid
2.3.6 Polifenol
warna daun saat musim gugur. Polifenol banyak ditemukan dalam buah-buahan,
sampai 23 mg. Khasiat dari polifenol adalah menurunkan kadar gula darah dan
ini berasal dari dekarboksilasi non oksidatif dari senyawa asam benzoat yang
kimiawi dapat dipahami dan juga didukung oleh hasil uji kaji inkorporasi. Adapun
OH
OH
HO
HO
Polifenol
berikut:
a. Tanin
kayu. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin, yaitu tanin terkondensasi dan
b. Lignin
tanaman terbentuk dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Pada batang tanaman,
suatu pohon bisa berdiri tegak (Seperti semen pada sebuah batang beton). Berbeda
dengan selulosa yang terutama terbentuk dari gugus karbohidrat, lignin terbentuk
dari gugus aromatik yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik, yang terdiri
dari 2-3 karbon. Pada proses pirolisa lignin, dihasilkan senyawa kimia aromatis
Melanin adalah senyawa biologi yang ditemukan pada tanaman, hewan, dan
merupakan turunan dari asam amino tirosin. Banyak jenis melanin yang tidak
larut di dalam garam. Jenis melanin yang paling umum adalah eumelanin dan
pheomelanin.
2.3.7 Tanin
et. al., 2011). Astringent sensation ini ditimbulkan karena adanya ikatan kompleks
Meskipun demikian, pada jaringan lembut seperti dalam daun dan kulit kayu,
OH
HO O
OH
terkondensasi.
a. Tanin terhidrolisis
jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan
asam sulfat atau asam klorida (Hagerman, 2002). Salah satu contoh jenis tanin ini
adalah galotanin yang merupakan senyawa gabungan karbohidrat dan asam galat
terhidrolisis yang disebut elagitanin. Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam
galat jika dilarutkan dalam air yang dapat dilihat pada Gambar berikut.
berwarna coklat kuning yang larut dalam air (terutama air panas) membentuk
b. Tanin terkondensasi
Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis. Tanin jenis ini kebanyakan
terdiri dari polimer flavonoid yang merupakan senyawa fenol. Nama lain dari
merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan catechin (Hagerman, 2002)
Salah satu contoh tanin terkondensasi dapat dilihat pada gambar 2.11
2.4 Ekstraksi
Kaidah sederhana yang berlaku dalam ekstraksi yaitu like dissolve like yang
artinya senyawa polar akan larut dengan baik pada fase polar dan senyawa
nonpolar akan larut dengan baik pada fase nonpolar. Selain itu, ekstraksi adalah
metode ekstrak kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam suatu simplisia
ataupun netral, dengan metode-metode yang tertentu dan khas sesuai dengan sifat
etanol, karbon tetraklorida, aseton, metanol, heksan, petroleum eter dan lain
1. Maserasi
dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan
akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara
di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma
akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempuma karena
dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses
kelarutan senyawa bahan alam alam pelarut tersebut. Secara umum pelarut
metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi
metabolit sekunder.
2. Perkolasi
dari proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawa organik yang sangat mudah
3. Sokletasi
karena terjadinya sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini
Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul yang memiliki satu atau
lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya. Adanya elektron yang tidak
cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada di sekitarnya. Target
utama radikal bebas adalah protein, asam lemak tak jenuh dan lipoprotein serta
unsur DNA termasuk karbohidrat. Radikal bebas memiliki reaktivitas yang tinggi,
(Putri, 2014).
Radikal bebas bersifat reaktif dan jika tidak dinonaktifkan akan dapat
oksidatif atau kerusakan akibat radikal bebas dalam tubuh pada dasarnya dapat
radikal bebas terdapat berlebih dalam tubuh atau melebihi batas kemampuan
dengan cara mendonorkan satu atom protonnya sehingga membuat radikal bebas
Radikal bebas terdiri dari Reactive Oxigen Species (ROS), Radical Nitrogen
Species (RNS), dan radikal lainnya. Pembentukan radikal bebas dan reaksi
yang sangat berbahaya dalam makhluk hidup antara lain adalah golongan
2.6 Antioksidan
bereaksi dengan radikal bebas akan menghasilkan radikal baru yang stabil atau
senyawa bukan radikal (Vaya, 2001 dalam Wahyuni et. al., 2012).
reprodusibel, baik untuk sampel dengan polaritas tertentu, sensitif, dan hanya
sebagai radikal bebas yang diredam oleh senyawa antioksidan yang terkandung
dalam sampel. Selanjutnya DPPH akan tereduksi menjadi senyawa diphenyl picryl
warna pada reagen DPPH dari ungu menjadi kuning (Lupea dan Joel Cormier
2007).
panjang gelombang 515-520 nm. Metode DPPH dapat digunakan untuk sampel
padatan maupun larutan dan tidak spesifik untuk komponen antioksidan partikular
atom hidrogen kepada radikal DPPH sehingga tereduksi menjadi DPPH-H (1,1-
difenil-2-pikrilhidrazin).
Gambar 12. Reduksi DPPH peredam radikal bebas (Prakash at al, 2001).
Radikal DPPH adalah suatu senyawa organik yang mengandung nitrogen tidak
stabil dengan absorbansi kuat pada max 517 nm dan berwarna ungu gelap.
warnanya akan berubah menjadi kuning. Perubahan tersebut dapat diukur dengan
DPPH. Hal ini dapat terjadi apabila adanya penangkapan satu elektron oleh zat
antara radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak
(senyawa) (Mulja et. al., 1995 dalam Octaviani et. al., 2014). Metode ini
energi yang rendah ketingkat energi yang lebih tinggi) (Hendayana et. al., 1994
Bila cahaya jatuh pada suatu senyawa, maka sebagian dari cahaya tersebut
akan diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan struktur dari molekul itu
sendiri. Setiap senyawa mempunyai tingkatan tenaga yang spesifik. Bila cahaya
mempunyai tenaga yang sama dengan perbedaan tenaga antara tingkatan dasar
yang sesuai dengan panjang gelombang ini diserap. Elektron yang tereksitasikan
melepaskan tenaga dengan proses radiasi panas dan kembali ke tingkatan dasar
Ada tiga macam distribusi elektron di dalam suatu senyawa organik secara
umum, yang selanjutnya dikenal sebagai orbital elektron phi (), sigma () dan
elektron non bonding (n). Apabila pada molekul tersebut dikenakan radiasi
elektromagnetik maka akan terjadi eksitasi elektron ke tingkat yang lebih tinggi
yang dikenal sebagai orbital elektron anti bonding (Hayati, 2007). Kebanyakan
memerlukan kehadiran gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi ini terjadi
dalam daerah spektrum (sekitar 200 hingga 700 nm) yang praktis untuk digunakan
pada daun mudanya saja. Secara tradisional, daun Kaobula di manfaatkan sebagai
pembungkus ikan cakalang asap yang diolah bersama santan dan kelapa goreng.
Pemanfaatan daun kaubula sebagai bahan makanan sudah dilakukan sejak lama
dilakukan.
Salah satu penelitian yang berhubungan dengan daun Kaobula ini adalah
sebesar 12,6 mg/g dan Matheos et al., (2014) di Manado menyatakan bahwa
nama tanaman ini diakibatkan perbedaan dialek tiap daerah, Kaobula (Bau-
Bau/Buton), Kayu Bulan (Manado), Kau Fulan (Buru). Penggunaan tanaman obat
harus memperhatikan banyak aspek dan variabilitas yang tidak bisa dikendalikan
seperti asal tanaman, umur, tempat tumbuh, waktu panen, faktor lingkungan, dan
kelembaban sehingga berpengaruh pada kandungan senyawa aktifnya (Handoyo,
2011).
menyatakan bahwa habitat dalam hal ini sifat tanah tempat hidup tanaman
mempengaruhi mutu, kandungan senyawa aktif, dan bentuk fisik atau morfologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo, Kendari pada
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan untuk uji fitokimia adalah blender, tabung reaksi,
pipet volume, pipet tetes, gelas ukur, labu takar, gelas kimia, neraca analitik,
Alat yang digunakan untuk uji antioksidan adalah antara lain neraca
analitik, gelas piala, gelas ukur, gelas pengaduk, kertas saring, labu takar, tabung
Hitachi.
3.2.2 Bahan
a. Bahan Kimia
Adapun bahan yang digunakan untuk uji fitokimia yaitu metanol 95%,
aquades, asam sulfat 2 N, asam klorida pekat, kloroform amoniakal, etanol 80%,
eter, gelatin, larutan besi (III) klorida, larutan natrium klorida 10%, logam
Pereaksi Lieberman-Burchard.
Bahan yang digunakan untuk uji antioksidan yaitu DPPH dan metanol
b. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tanaman Kaobula.
kering di udara pada suhu kamar. Setelah kering selama 5 hari, sampel
a. Pereaksi Mayer
KI dalam 100 mL aquades (Larutan II). Kedua larutan (larutan I dan II)
b. Pereaksi Wagner
c. Pereaksi Dragendorff
d. Pereaksi Liebermen-Burchard
Dicampurkan 3-4 tetes H2SO4 pekat (98%) dengan 4-5 tetes larutan asam
3.3.3 Ekstraksi
dengan 800 mL metanol 95% dalam wadah toples selama 24 jam, kemudian
disaring sehingga diperoleh filtrat pertama dan ampas. Ampas dimaserasi kembali
diperoleh filtrat kedua dan ampas. Ampas kembali dimaserasi untuk ketiga
kalinya dengan 800 mL metanol 95% selama 24 jam, kemudian disaring sehingga
diperoleh filtrat ketiga dan ampas dibuang. Filtrat hasil maserasi pertama, kedua,
dan ketiga disatukan untuk memperoleh filtrat metanol kasar (berwarna Coklat
a. Uji Alkaloid.
sulfat 2 N lalu dimasukan dalam corong pisah dan dikocok kuat-kuat, didiamkan
sampai larutan asam sulfat dan kloroform memisah. Lapisan asam sulfat diambil
dan dibagi 3 tabung, lalu masing-masing tabung diuji dengan: Pereaksi Mayer,
ada endapan putih positif ada alkaloid. Pereaksi Wagner, ada endapan coklat
positif ada alkaloid. Pereaksi Dragendorff, ada endapan coklat kemerahan positif
b. Uji Flavonoid
diekstraksi dengan etanol 80% lalu ditambahkan 0,01 gram logam Mg kemudian
dibagi menjadi 2 tabung. Tabung 1 ditambahkan dengan 0,5 mL HCl pekat lalu
dengan eter. Ekstrak eter diuji dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Warna biru
atau hijau menunjukkan adanya steroid dan warna ungu menunjukkan adanya
triterpen (Harborne, 1987). Residu yang tidak larut dalam eter ditambah air dan
adanya saponin (Mulyono, E., & Abdulgani, L.Y., 1996). Bila terdapat saponin,
maka dilakukan hidrolisis menggunakan 0,5 mL HCl pekat lalu diuji dengan
dari steroid dan warna ungu/merah menunjukkan adanya saponin dari triterpen
(Robinson, 1991).
Uji tanin dan polifenol digunakan 3 buah tabung reaksi. Sebanyak 0,1 g
ekstrak metanol daun tanaman Kaobula ditambahkan air panas dan ditetesi larutan
NaCl 10%. Untuk tabung 1 ditambahkan FeCl3, jika terbentuk warna kuning,
hitam, coklat biru sampai merah menunjukkan adanya tanin/polifenol (Robinson,
putih menunjukkan adanya tanin (Moelyono, 1996) dan tabung III sebagai
kontrol.
alat kromatografi kolom yang ditegakkan dengan statif. Kemudan sejumlah kapas
dimasukkan ke dalam bagian paling bawah dari kolom, tidak terlalu padat atau
terlalu longgat. Silika gel (fase diam) ditimbang sebanyak 30 kali bobot ekstrak
dan didispersikan dalam n-heksan. Silika gel yang telah basah dimasukkan ke
dalam kolom, kemudian diketok pada dinding luar kolom agar diperoleh susunan
yang rata di dalam kolom. Larutan eluen ditambahkan sampai tertampung pelarut
pelarut pengembang ke dalam kolom sedikit demi sedikit sambil kran dibuka.
nomor. Kemudian masing-masing fraksi pada vial diuji dengan KLT. Frkasi yang
menampakkan bercak (dengan nilai Rf) yang sama dikumpulkan dan dikeringkan
terkandung dalam ekstrak. Fase diam yang digunakan yaitu plat silika gel,
sedangkan fase gerak yang digunakan yaitu pelarut yang dapat memberikan
pemisahan yang baik. Plat silika gel dibuat dengan ukuran lebar 2 cm dan panjang
5 cm dan diberi garis batas awal dan batas akhir elusi 0,5 cm.
1mL, kemudian ditotolkan pada garis batas awal elusi lalau dikeringkan. Setelah
bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Setelah eluen
gelombang 254 nm. Untuk menampakkan bercak yang tidak berwarna dan tidak
aquadest, 1:1 dan reagen B; 10% H2SO4 ) yang dilanjutkan dengan pemanasan.
(Sastrohamidjojo, 1985) :
a. Pembuatan Pereaksi
Larutan perekasi adalah larutan DPPH 0,3 mM dalam pelarut etanol p.a
dan dijaga pada suhu rendah serta terlindung dari cahaya. Larutan DPPH 0,3 mM
dibuat dengan mengencerkan larutan stock DPPH 1 mM dengan pelarut etanol p.a
Picrylhydrazil (DPPH)
Vis pada panjang gelombang 510-520 nm, sesuai dengan warna serapan UV-Vis
dibuat dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm, dan 100
mL etanol absolut.
Vitamin C dibuat dalam 1000 ppm sebagai larutan induk. Dari larutan
induk di buat dalam kosentrasi 100 ppm, 75 ppm, 50 ppm, 25 ppm, 10 ppm, dan 5
homogen dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu 370C. Absorbansinya diukur
pada panjang gelombang dan serapan maksimal DPPH yaitu 517 nm. Larutan
D. Analisis Data
penangkap radikal.
( ) 517
% Penangkap radikal bebas sampel = 100%
517
Dari harga persen penangkap radikal bebas ekstrak metanol daun tanaman
ditentukan nilai IC50 (konsentrasi bahan uji yang mempunyai aktivitas penangkap
y = ax ,
sehingga x =
dimana ; y = 50 a = slope
efektivitas senyawa atau ukuran kuantitatif berapa banyak zat yang diperlukan