Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

KIMIA BAHAN ALAM I

Nama : Livia Amanda Safitri


NIM : 2201070
Kelas : S1-4B
Kelompok : 1

Dosen Pengampu :
Dr. M. Almurdani, M.Si

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2024
1. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
 Nama latin : Phaleria macrocarpa
 Rasa : pahit dan sedikit pedas
 Aroma : khas,harum,tajam
 Warna : kulit luar merah, dalam putih
 Sensasi dikulit : tidak ada sensasi
 Tidak dimakan serangga
 Pengujian :
Berdasarkan hasil uji fitokimia daum Mahkota dewa yang ada
menunjukkan bahwa daun mahkota dewa Mengandung tanin Ini
Membuktikan daun mahkota dewa mengandung Senyawa akhf
Metabolit sekunder. Pada Pengujian tanın Menunjukkan hasil positif
dengan Perubahan Warna hijau kehitaman. Kandungan tanın yang
terkandung di daun menunjukkan bahwa daun Mahkota dewa ber.
Potensi sebagai antioksidan.
Uji Aktivitas Antimikroba :
Berdasarkan uji antimikro ekstrak segar daun Mahkota dawa
menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mampu Menghambat
Pertumbuhan bakken S. aureus ditandai dengon. terbentukny a zena
hambat Pada Perlakuan kontrol Positif & Pada ekshak Sampel
verbentuknya diameter zona hambat dikarenakan Memiliki senyawa
artif yang berrifat sebagai animikroba.
 Metabolit sekunder yang terkandung :
Senyawa aktif antibakteri yang terdapat dalam tanaman daun mahkota
dewa ini dan mempunyai daya hambat antibakteri yaitu : Alkaloid,
Flavonoid, Saponin, Tanin, Steroid atau Triterpenoid.
Alkaloid merupakan sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang
kebanyakkan heterosiklik dan terdapat didalam tumbuhan. Mekanisme kerja
alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan cara menganggu komponen
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak
terbentuk secara utuh sehingga dapat menyebabkan kematian pada sel tersebut
( Rika, 2014).
Senyawa flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang memiliki
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Aktivitas flavonoid
dalam menghambat pertumbuhan bakteri yaitu dengan menyebabkan
kerusakan pada membran sel dan menghambat sintesis makromolekul sel
bakteri (Dzoyem, 2013).
Senyawa saponin memiliki kemampuan untuk menghambat bakteri. Aktivitas
saponin dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah dengan mengurangi
efisiensi pemanfaatan glukosa dalam mikroorganisme, mempengaruhi
aktivitas enzim kunci dalam metabolisme fisiologis dan menekan sintesis
protein, kemudian menyebabkan kematian sel (Zhi-hui, 2013).
Senyawa tanin ini mempunyai kemampuan dapat menghambat pertumbuhan
bakteri. Aktivitas tanin dalam menghambat pertumbuhan antibakteri berkaitan
dengan kemampuannya untuk berkaitan dengan dinding sel bakteri,
menghambat pertumbuhan dan aktivitas protease (Jones, 1994).
Senyawa terpenoid mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri. Aktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan bakteri tidak
sepenuhnya dipahami, tetapi diduga melibatkan gangguan membran oleh
senyawa lipofilik (Cowan, 1999).
 Kegunaan / manfaat :
macam penyakit yaitu kanker, tumor, diabetes melitus, hipertensi, hepatitis,
rematik, asam urat, penyakit kulit, gangguan ginjal, alergi, asma, ambeien,
stroke, dan migran(Katrin, et al., 2011).
Beberapa penelitian telah dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa buah
dan daun mahkota dewa memiliki kandungan senyawa alkaloid, saponin,
flavonoid, dan polifenol. Atas dasar kandungan kimia tersebut diduga
mahkota dewa mampu berfungsi sebagai antibakteri (Sumastuti, 2003)

2. Daun Kelor (Moringa oleifera)


 Nama latin : Moringa oleifera
 Rasa : hambar
 Aroma : daun
 Warna : hijau
 Sensasi dikulit : tidak ada sensasi
 Tidak dimakan serangga
 Pengujian : Pengujian uji fitokimia juga dilakukan terhadap ekstrak
flavonoid yaitu dengan cara ekstrak daun kelor 0,5 gram dalam cawan
ditambahkan 2mL etanol 70% kemudian diaduk, ditambahkan serbuk
magnesium 0,5 gram dan 3 tetes HCl pekat. Ekstrak daun kelor 0,5
gram dalam cawan ditambahkan 2mL etanol 70% kemudian diaduk,
ditambahkan serbuk magnesium 0,5 gram dan 3 tetes HCl pekat.
Terbentuknya warna orange menunjukan adanya flavonoid.
 Metabolit sekunder yang terkandung : Moringa oleifera terutama
daunnya, mengandung antioksidan yang tinggi. Beberapa senyawa
bioaktif utama fenoliknya merupakan kelompok flavonoid seperti
kuersetin dan kaempferol.
 Kegunaan / manfaat :
Kuersetin merupakan antioksidan kuat yang kekuatannya 4-5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan vitamin C dan E yang dikenal sebagai vitamin alami
komersial (Sutrisno, 2011). Antioksidan di dalam daun kelor mempunyai
aktivitas menetralkan radikal bebas sehingga mencegah kerusakan oksidatif
pada sebagian besar biomolekul dan menghasilkan proteksi terhadap
kerusakan oksidatif secara signifikan. Daun kelor merupakan salah satu
bagian dari tanaman kelor yang telah banyak diteliti kandungan gizi dan
kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan nutrisi, diantaranya kalsium, zat
besi, fosfor, kalium, protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D,
vitamin E, vitamin K, asam folat, dan biotin (Syarifah etal., 2015)
Tumbuhan yang mengandung flavonoid adalah daun kelor. Zat aktif yang
terkandung dalam daun kelor yang berpotensi sebagai antioksidan adalah
berbagai jenis vitamin (A, C, E, K, B1, B2, B3, B6), flavonoid, alkaloid,
saponin, tanin, dan terpenoid. Daun kelor mengandung mineral, asam amino
essensial, antioksidan seperti vitamin C dan E, flavonoid dan masih banyak
yang lainnya (Nyoman et al,. 2013).
Di lingkungan pedesaan, daunnya dapat digunakan sebagai sayuran.
Sedangkan bunganya akan tetap dipelihara hingga menjadi buah dan
menghasilkan biji yang dapat dijual kepada perusahaan asing yang
memerlukan untuk pembuatan tepung atau minyak sebagai bahan baku
pembuatan obat dan kosmetik bernilai tinggi. Salah satu sifat yang
menguntungkan untuk membudidayakan pohon kelor yang sudah diketahui
sejak lama, yaitu minimnya penggunaan pupuk dan jarang diserang hama
(oleh serangga) ataupun penyakit (oleh mikroba). Biaya untuk pemupukan
dan pengontrolan hama dan penyakit relatif sangat murah. Berdasarkan
pengalaman para petani kelor yang sudah lama berkecimpung, diketahui
bahwa pemupukan yang baik adalah berasal dari pupuk organik, khususnya
berasal dari kacang-kacangan (misal kacang hijau, kacang kedelai ataupun
kacang panjang) yang ditanamkan sekitar pohon kelor (Winarsi, 2007).
Penggunaan tanaman kelor sebagai bahan berkhasiat obat di kawasan tersebut
adalah akarnya sangat baik untuk pengobatan malaria, mengurangi rasa sakit,
penurun tekanan darah tinggi, dan sebagainya, sedang daunnya untuk penurun
tekanan darah tinggi, diare, diabetes melitus (kencing manis), dan penyakit
jantung. Kandungan kimia dari akar dan daun kelor mengandung zat yang
berasa pahit dan pedas. Biji kelor juga mengandung minyak dan lemak. Juga
kandungan senyawa yang terdapat pada serbuk biji kelor memiliki sifat
antimikroba, khususnya terhadap bakteri. (Wihastuti et al., 2007).

3. Meniran (Phyllanthus urinaria)


 Nama latin : Phyllanthus urinaria
 Rasa : pahit
 Aroma : khas pahit
 Warna : hijau
 Tidak dimakan serangga
 Pengujian :
Uji Aktivitas Antioksidan dari Eustrace Etanol 70% Herha Meniran
(Phyllanthus niruri L) terstandar.
Kesimpulan:
Ekstrak etanol 70% herba meniran memenuhi Standarisasi mutu
simplisia dun cutran, vij autisipas antioksidan menunjukkan hasil
bahwa elustrak eranol 70% berporeasi memberikan epen farmakologis
dengan hasil 1150 17.55 termasule antioksidas hurt.
 Metabolit sekunder yang terkandung : Alkaloid, flavanoid,polifenol,
saponin,steroid,fenolik,tannin,dan phylantin
 Kegunaan / manfaat :
1. Memperkuat Sistem Imun
Daun meniran diketahui dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh atau sistem
imun. Kandungan flavonoid dan zat imunomodulator dalam meniran yang
mampu merangsang sistem imun tubuh manusia agar bekerja lebih baik.
2. Mengatasi Nyeri
Manfaat lain dari mengonsumsi daun meniran adalah dapat mengatasi nyeri.
Contohnya meringankan gejala nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri saat buang air
kecil, nyeri perut, dan lain-lain.
3. Membantu Pengobatan HIV
HIV adalah salah satu penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Sehingga manfaat daun meniran berperan membantu terapi HIV untuk
menghambat virus tersebut berkembang dalam tubuh.
4. Mengatasi Hipertensi
Daun meniran juga mampu menurunkan masalah tekanan darah tinggi atau
hipertensi. Kandungan kalium yang tinggi dalam daun ini dapat membantu
mengendalikan tekanan darah sekaligus mencegah hipertensi. Kedua hal ini pun
membuat daun meniran juga dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular
atau penyakit jantung.
5. Mengatasi Peradangan
Zat lain yang ada di dalam daun meniran adalah zat antiinflamasi. Zat ini
terbukti efektif mengatasi masalah peradangan, memperkuat tulang, dan
rematik. Apabila tidak diatasi, radang dapat menyebabkan beberapa penyakit
kronis seperti masalah kulit sampai penyakit dalam.
6. Mengatasi Batu Ginjal
Selain peradangan, daun meniran juga dapat mencegah dan mengatasi batu
ginjal yang bersifat asam. Kandungan di dalam daun meniran diketahui mampu
mengurangi ukuran batu yang terbentuk di saluran kemih.
7. Mengatasi Diabetes
Sebuah studi mengatakan daun meniran memiliki potensi untuk membantu
pengobatan diabetes. Para peneliti menyimpulkan bahwa ekstrak di dalam daun
ini dapat membantu menurunkan gula darah dan mencegah lonjakan gula darah.
Dengan begitu, kadar gula darah dalam tubuh dapat terjaga dan seimbang.

DAFTAR PUSTAKA
Cisowska, J., Dziedzinski, M., Symanowska, D., Szczepaniak, O., Byczkiewciz, S.,
Telichowska, A., & Szulc, P. (2020). The Effects of Morus alba L.
Fortification on he Quality, Functional Properties and Sensory Attributes of
Bread Stored under Refrigerated Conditions. Sustainability, 12(6691), 1–16
Cowan, M. M. (1999). Plant products as antimicrobial agents. Clinical
microbiology reviews, 12(4), 564-582
Dzoyem, J. P., Hamamoto, H., Ngameni, B., Ngadjui, B. T., & Sekimizu, K.
(2013). Antimicrobial Action Mechanism of Flavonoids From Dorstenia
Species. Drug discoveries & therapeutics, 7(2), 66-72.
Gabriel, B., AC Sussmann, R., A Kimura, E, Alejandra Marin Rodriguez, A., Bofill
Verdaguer,I.,Carolina Fernandes Leite,G., & Miguel Katzin, A.(2018).
Terpenes as Potential Antimalarial Drugs. 75 (108) 39–57.
Jones, G. A., McAllister, T. A., Muir, A. D., & Cheng, K. J. (1994). Effects of
Sainfoin (Onobrychis viciifolia Scop.) Condensed Tannins on Growth and
Proteolysis By Four Strains of Ruminal Bacteria. Applied and Environmental
Microbiology, 60(4), 1374-1378
Katrin, E., Selvie, S., & Winarno, H. (2011). Chromatogram Profiles and Cytotoxic
Activity of Irradiated Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl)
Leaves. Atom Indonesia, 37(1), 17-23.
Nyoman, F. 2013. Butylated hydroxyanisole sebagai Bahan Aditif Antioksidan
pada Makanan dilihat dari Perspektif Kesehatan. Kemenkes RI. Jurnal
Kefarmasian Indonesia.4.(1):41-50.
Rika, P.R. (2014). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Mangga Bacang
(Mangifera foetida L) Terhadap Staphyloccous aerus. Pontianak : Universitas
Tanjungpura.Hal12-14
Rudrapal, M., & Chetia, D. (2017). Plant Flavonoids as Potential Source of Future
Antimalarial leads. Systematic Reviews in Pharmacy, 8(1), 13–18
Silva, G. N. S., Rezende, L. C. D., Emery,F. S., Gosmann, G., & Gnoatto, S. C. B.
(2015). Natural and Semi synthetic Antimalarial Compounds: Emphasis on
the
Sinha, S., Batovska, D. I., Medhi, B., Radotra,B. D., Bhalla, A., Markova, N., &
Sehgal, R. (2019). In vitro anti-malarial efficacy of chalcones: Cytotoxicity
profile, mechanism of action and their effect on erythrocytes. Malaria Journal,
18(1), 1–11
Sumastuti, R. (2003). Sonlimar M. Efek Sitotoksik Ekstrak Buah dan Dau Mahkota
Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) terhadap Sel Hela, 773-777.
Syarifah, A., Ramdhan T., Yanis M. (2015). Kandungan Nutrisi dan Sifat
Fungsional Tanaman Kelor (Moringa oleifera). Jakarta. Buletin Pertanian
Perkotaan 5:2
Wihastuti, T, A., Sargowo, D., dan Rohman, M, S., (2007). Efek Ekstrak Daun
Kelor (Moringa Oleifera) Dalam Menghambat Aktifasi NFkb, Ekspresi Tnf-α
dan Icam-1 pada HUVECS yang Dipapar LDL Teroksidasi. Jurnal Kardiologi
Indonesia. Vol 28. Universitas Brawijaya: Malang

Anda mungkin juga menyukai