Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

NUTRASETIKAL DAN KOSMETOLOGI

PENGOLAHAN JAHE EMPRIT DAN DAUN CIPLUKAN (Zingiber


Officinale Var.amarum dan Physalis angulata) MENJADI TEH HERBAL

Dosen Pengampu :

M. Fatchur Rochman, M.Farm

Di susun oleh :

Frisya Pradasari
NIM : 19105011082
Kelas : B

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS WAHID HASYIM

SEMARANG

2022
Daftar isi

JUDUL…………………………………………………..………………….…………………i
DAFTAR ISI………………………………………...…...………….………….…………….ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………..………………….…………….iii
A. Latar Belakang………………………………...…………………..……………...iv
B. Rumusan Masalah……………………………...…………………..……………...v
C. Tujuan Pembahasan…………………………..…………..………………………vi
BAB II PEMBAHASAN ………………………………..………………………………….vii
BAB III PENUTUP…………………………………………..…………………………….viii
A. Kesimpulan…………………………………….…………………………………ix
DAFTAR PUSTAKA……………………………………...…………………………………x
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Teh herbal dapat dibuat dari bahan dedaunan, biji-bijian, bunga, dan akar dari tanaman.
Salah satu tanaman herbal yang dapat dibuat menjadi teh adalah daun Physalis angulata L
atau dikenal sebagai ciplukan. Daun ciplukan mengandung flavonoid 683,77 mg/100g,
alkaloid 1,85 mg/100g, dan withanolides bebas 17,72 mg/100g yang bermanfaat baik bagi
kesehatan (Phuah dkk., 2016). Masalah yang dihadapi dalam pembuatan teh daun ciplukan
adalah memiliki karakteristik rasa pahit dan aroma off-flavour dari daun ciplukan yang
tidak disukai oleh sebagian orang. Rasa pahit pada daun ciplukan berasal dari senyawa
saponin dan alkaloid yang sekaligus memberikan manfaat berupa antitumor dan
menghambat pertumbuhan kanker usus besar (Taryati, 2010). Selain itu adanya kandungan
flavonoid dan tanin dalam tanaman ciplukan juga berkontribusi dalam memberikan rasa
pahit. Untuk menutupi rasa pahit dan aroma off-flavour tersebut perlu ditambahkan jahe
emprit sehingga dapat meningkatkan daya terima masyarakat. Jahe emprit adalah salah satu
varietas jahe lokal Indonesia yang juga lebih dikenal sebagai jahe putih atau jahe sunti.
Nama ilmiah dari jahe emprit adalah Zingiber officinale var. Amarum. Secara morfologi
Jahe emprit memiliki perbedaan dengan dua varietas jahe lain. Umumnya jahe putih ini
memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan dua jenis jahe lain, aromanya tidak sekuat jahe
merah, dan memiliki kulit rimpang coklat pucat keabuan. Manfaat jahe emprit atau jahe
putih yang beragam membuat jenis jahe ini banyak dicari. Rimpang jahe emprit memiliki
tekstur yang lebih lembut jika dibandingkan dengan jenis jahe lain hingga banyak
digunakan sebagai bahan jamu Jahe emprit merupakan salah satu tanaman rempah yang
dapat digunakan sebagai bahan penyedap serta memperbaiki off-flavour dari makanan dan
minuman. Berbagai penelitian menjelaskan bahwa jahe emprit mampu menutupi rasa pahit
dan aroma off-flavour dari teh daun afrika dan teh daun sirsak dengan perlakuan
penambahan jahe emprit sebesar 40% (Muzaki dan Wahyuni, 2015; Sulistiani., dkk 2019)

1.2. Rumusan masalah


1. Manfaat teh herbal daun ciplukan dengan jahe emprit bagi kesehatan masyarakat
2. Bagaimana cara pembuatan teh celup herbal daun ciplukan dengan jahe emprit
2. Tujuan
untuk memberikan pengetahuan pada masyarakat tentang manfaat serta khasiat daun
ciplukan dan jahe emprit bagi Kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Indonesia kaya dengan keanekaragaman hayati yang terdiri dari berbagai
macam tanaman. Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan untuk melihat potensi
tumbuhtanaman sebagai bahan baku obat. Di Indonesia terdapat kurang lebih 7000
spesies tanaman obat dapat ditemukan di Indonesia. Tanaman obat adalah sekelompok
tanaman yang dapat digunakan sebagai obat. Pemanfaatan tanaman obat bisa dalam
bentuk simplisia dari bagian tanaman seperti akar, batang, daun, dan buah atau biji.
Kandungan minyak atsiri jahe putih kecil sebesar 1,5%- 3,5% (Pribadi,2011).
Rimpang jahe emprit (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman
suku Zingiberaceae yang mempunyai komponen volatil (minyak atsiri) dan non volatil
(oleoresin) yang paling tinggi dibandingkan jenis jahe yang lain. Rimpang jahe
mempunyai kegunaan yang beragam, antara lain sebagai rempah, minyak atsiri,
pemberi aroma, ataupun sebagai obat, rimpang jahe mengandung flavonoid, polifenol,
gingerol,oleoresin dan minyak atsiri.
daun ciplukan mengandung senyawa polifenol dan flavonoid. Polifenol dan
flavonoid adalah senyawa alami pada tumbuhan yang berperan sebagai antioksidan di
dalam tubuh. Senyawa ini akan membantu menyeimbangkan kadar antioksidan dan
radikal bebas, sehingga sel tubuh tidak.mengalami.stres.oksidatif.
1. Minyak atsiri
Minyak atsiri adalah salah satu jenis minyak nabati yang mudah menguap dan berbau
khas. Bahan baku minyak dapat diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti daun,
bunga, buah, biji, dan rimpang dengan metode penyulingan. Jahe merah memiliki
kandungan minyak atsiri yang lebih banyak ditemukan pada bagian rimpangnya dan
ukuran rimpang yang lebih kecil pada jahe merah memiliki nilai jual yang lebih tinggi
daripada jahe emprit dan jahe gajah. Tanaman jahe merah menghasilkan kadar minyak
atsiri dan produk metabolit sekunder tertinggi jika produk metabolit primer sudah
terpenuhi. Salah satu faktor yang memengaruhi mutu kandungan minyak atsiri adalah
pemilihan varietas, umur tanaman sebelum dipanen, perlakuan bahan mentah sebelum
penyulingan, jenis metode destilasi yang digunakan, ukuran bahan, jumlah bahan,
lamanya proses destilasi dan pemupukan (Untung, O. 2009)
2. Gingerol
Kandungan gingerol jahe emprit yang tinggi menyebabkan jahe emprit memiliki
karakteristik bau dan aroma yang tajam. Jahe emprit mempunyai kandungan 6-gingerol
18.03 mg/g, 8-gingerol 4.09 mg/g, 10-gingerol 4.61 mg/g dan 6-shogaol 1.36 mg/g
(Azizah N.A., dkk., 2021).
3. Oleoresin
Di sisi lain, kandungan oleoresin yang tinggi dalam minyak nonvolatil bertindak
sebagai agen antiemetik, memberi rasa pahit, dan rasa pedas yang kuat. Zingiberene
merupakan senyawa yang diketahui memberikan bau menyengat pada jahe, sedangkan
gingerol, shogaol, dan zingeron memberikan rasa pedas, panas dan pahit. Kandungan
minyak tidak menguap disebut oleoresin, yakni suatu komponen yang memberi rasa
pahit dan pedas. Rasa pedas pada jahe merah sangat tinggi disebabkan oleh kandungan
oleoresin yang tinggi. Zat oleoresin inilah yang bermanfaat sebagai antiemetik (Tritanti
& Pranita, 2019).
4. Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling
banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman (Rajalakshmi dan S. Narasimhan, 1985).
Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia C6-C3-
C6 (White dan Y. Xing, 1951; Madhavi et al., 1985; Maslarova, 2001). Kerangka
flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah
berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini
dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya (Hess, tt). Sistem
penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon di sekitar molekulnya (Cook
dan S. Samman, 1996). Berbagai jenis senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif
flavonoid sebagai salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal,
sayur sayuran dan buah, telah banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai
antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya
mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping
glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon (Cuppett et al.,1954).

5. Polifenol
daun ciplukan mengandung senyawa polifenol dan flavonoid. Polifenol dan flavonoid
adalah senyawa alami pada tumbuhan yang berperan sebagai antioksidan di dalam
tubuh. Senyawa ini akan membantu menyeimbangkan kadar antioksidan dan radikal
bebas, sehingga sel tubuh tidak mengalami stres oksidatif.

2.2 klasifikasi jahe emprit (Zingiber Officinale Var.amarum)


Jahe emprit mempunyai rimpang relatif kecil, bentuknya agak pipih, berwarna
putih sampai kuning, seratnya agak kasar, aromanya agak tajam, rasanya pedas, panjang
akar 20,55-21,10 cm, diameter akar 4,78-5,90 mm, panjang rimpang 16,13-31,70 cm,
tinggi rimpang 7,86-11,10 cm, dan berat rimpang 1,11-1,58 kg. Jahe emprit mempunyai
batang agak keras dan berbentuk bulat, berwarna hijau muda, diselubungi oleh pelepah
daun, dan tinggi tanaman 49,16 ± 7,29 cm. Jahe emprit mempunyai daun berselang
seling teratur, warna permukaan daun atas hijau muda jika dibanding dengan bagian
bawah. Luas daun 14,36-20,50 mm, panjang daun 17,45- 19,79 cm, lebar daun 2,24-
3,26 cm, jumlah daun 24,70 ± 4,33 dan lebar tajuk 39,90 ± 4,97 cm. Di samping
perbedaan ketiga klon jahe tersebut secara deskriptif, sebenarnya masih terdapat
perbedaan lainnya terutama kandungan dan sifat kimianya, dan perbedaan tersebut akan
memberikan fungsi penggunaan jahe yang berbeda pula. Misalnya, jahe emprit dan jahe
merah masing-masing mempunyai kandungan minyak atsiri sekitar 1,5%- 3,5% dan
2,58%-3,90%. Jahe ini banyak digunakan sebagai rempah-rempah, penyedap makanan,
minuman dan bahan baku obat-obatan, sedangkan jahe gajah yang mempunyai
kandungan minyak atsiri sekitar 0,82%-1,66% itu, banyak digunakan untuk masakan,
minuman, permen dan asinan lebih besar daripada jahe merah, akan tetapi lebih kecil
daripada jahe gajah. Bentuknya agak pipih, berwarna putih, seratnya lembut dan
aromanya tidak tajam. Jahe ini mengandung minyak atsiri 1,5-3,3% dari berat
keringnya. Jahe emprit digunakan sebagai bahan baku minuman, rempah-rempah dan
penyedap makanan (Fakhrudin M. I., 2008).

Gambar 1 : Jahe emprit


Berdasarkan Integrated Taxonomic Information System tahun 2016, tanaman jahe
merah memiliki klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Spesies : Zingiber officinale var. amarum

2.3 Klasifikasi Daun Ciplukan (Physalis angulate)


Physalis angulate L. adalah tumbuhan herba anual (tahunan) dengan tinggi 0,1-
1 m. Batang pokoknya tidak jelas, percabangan menggarpu, bersegi tajam, berusuk,
berongga, bagian yang hijau berambut pendek atau boleh dikatakan gundul. Daunnya
tunggal, bertangkai, bagian bawah tersebar, di atas berpasangan, helaian berbentuk
bulat telur-bulat memanjang-lanset dengan ujung runcing, ujung tidak sama (runcing-
tumpul-membulat-meruncing), bertepi rata atau bergelombang-bergigi, 5-15 x 2,5-
10,5cm.
Bunga tunggal, di ujung atau ketiak daun, simetri banyak, tangkai bunga tegak
dengan ujung yang mengangguk, langsing, lembayung, 8-23 mm, kemudian tumbuh
sampai 3 cm. Kelopak berbentuk genta, 5 cuping runcing, berbagi, hijau dengan rusuk
yang lembayung. Mahkota berbentuk lonceng lebar, tinggi 6-10 mm, kuning terang
dengan noda-noda coklat atau kuning coklat, di bawah tiap noda terdapat kelompokan
rambut-rambut pendek yang berbentuk V. Tangkai benang sarinya kuning pucat,
kepala sari seluruhnya berwarna biru muda. Putik gundul, kepala putik berbentuk
tombol, bakal buah 2 daun buah, banyak bakal biji. Buah ciplukan berbentuk telur,
panjangnya sampai 14 mm, hijau sampai kuning jika masak, berurat lembayung,
memiliki kelopak buah.. (Baedowi,1998)
Nama lokal : Morel berry (Inggris), Ciplukan (Indonesia), Ceplukan (Jawa),
Cecendet (Sunda), Yor-yoran (Madura), Lapinonat (Seram), Angket, Kepok-kepokan,
Keceplokan (Bali), Dedes (Sasak), Leletokan (Minahasa).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonnae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Marga : Physalis
Spesies : Physalis angulata L.

2.4 Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan perlakuan penambahan bubuk jahe emprit terdiri dari 5 taraf yaitu; 0%, 10%, 20%,
30%, dan 40% dan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 15 unit percobaan. Data yang
diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan apabila perlakuan berpengaruh terhadap parameter
yang diamati maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range (DMRT) (Steel dan
Torrie, 1993).

2.4.2 Pembuatan Bubuk Daun Ciplukan

Pembuatan bubuk daun ciplukan diawali dengan proses pemetikan mulai dari
daun termuda hingga empat helai daun dibawahnya dan disortasi bagian yang bagus.
Proses selanjutnya pencucian daun untuk menghilangkan kotoran yang menempel
menggunakan air mengalir dan ditiriskan. Selanjutnya dilakukan proses pengeringan
menggunakan oven dengan suhu 50 selama 5 jam agar kadar air daun ciplukan dapat
berkurang. Setelah kering dilakukan proses penghancuran menggunakan blender.
Setelah hancur selanjutnya dilakukan pengayakan menggunakan ayakan 40 mesh.

2.4.3 Pembuatan Bubuk Jahe Emprit

Pembuatan bubuk jahe emprit diawali dengan proses sortasi untuk memilih jahe
emprit dengan kondisi baik dan dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan
kotoran yang menempel. Dilakukan pengupasan dan diiris tipis dengan ketebalan 3mm.
Selanjutnya di blansing menggunakan metode steam blansing dengan suhu 80 selama
3 menit. Kemudian dilakukan pengeringan menggunakan oven pada suhu 60 selama 6
jam. Setelah kering selanjutnya dihancurkan menggunakan blender kemudian diayak
dengan ayakan 40 mesh.(Gede,dkk.,2021)

2.4.4 Pembuatan Teh Celup Herbal Daun Ciplukan Dengan Jahe Emprit

Pembuatan teh celup herbal diawali dengan menimbang bubuk daun ciplukan
dan bubuk jahe emprit sesuai perlakukan, kemudian dilakukan pengemasan
menggunakan kantong teh berbahan kertas kraft berukuran 5,2 × 5,8 cm dengan berat
masing – masing kantong teh 2 gram.

2.5 Tempat dan Waktu Kegiatan


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium
Analisis Pangan, Laboratorium Rekayasa Proses dan Pengendalian Mutu, Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Udayana. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019 - Maret
2020.
2.5.1 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun ciplukan yang
diperoleh dari areal persawahan sepanjang Jalan Pesagi, Kecamatan Karangasem,
Kabupaten Karangasem, Bali dan jahe emprit yang diperoleh dari Pasar Badung, Jalan
Sulawesi, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, Bali. Bahan kimia yang
digunakan yaitu 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) (Himedia), Folin-Ciocalteu
(Merck), metanol . pro analisis (PA), standar asam galat (Merck), Na2CO3 (Merck),
AlCl3 (Merck), standar kuersetin (sigma), aquades dan air es. Alat-alat yang digunakan
pada penelitian ini yaitu oven (ESCO Isotherm), blender (Vienta), ayakan 40 mesh
(Retsch), timbangan analitik (Shimadzu ATY224), kantong teh berbahan kertas kraft,
sealer (PFS-200), sentrifus (Danamon IEC), spektrofotometer (Genesys 10S UV-Vis),
vortex (Maxi Mix II Type 367000), desikator, mikro pipet (Socorex), termometer,
pisau, corong kaca (Pyrex), spatula, alumunium foil (Klin Pack), gelas ukur (Pyrex),
erlenmeyer (Pyrex), botol gelap, gelas beaker, kufet kaca, pipet volume (Pyrex), pipet
tetes, tabung reaksi (Pyrex), cawan aluminium, tabung sentrifus, labu ukur 5 ml (Pyrex),
labu ukur 100 ml (Pyrex), dan gelas platik.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Daun ciplukan (Physalis angulata) berkhasiat menurunkan kadar gula darah,mengobati
penyakit bisul,influenza, kanker payudara MCF-7 dan brongkitis (Suprianto, 2013; Nuranda
dkk., 2016; Fitria dkk., 2011). aktivitas antioksidan semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya penambahan bubuk jahe emprit. Hal ini disebabkan karena bubuk jahe emprit
dalam penelitian ini memiliki aktivitas antioksidan sebesar 21,76%. Aktivitas antioksidan
dipengaruhi oleh senyawa fenol dan flavonoid yang terkandung dalam teh celup herbal daun
ciplukan. Semakin tinggi kandungan fenol dan flavonoid maka akan semakin tinggi aktivitas
antioksidan. Jahe emprit memiliki komponen fenol seperti gingerol dan shogaol yang terdapat
dalam oleoresin jahe. Oleoresin jahe bersifat sebagai antioksidan karena dapat mencegah
proses oksidasi dengan menutup atau menangkap radikal bebas. Penambahan jahe emprit pada
teh herbal ini dapat mengurangi rasa pahit yang dihasilkan dari daun ciplukan.
Daftar Pustaka

Azizah N.A., dkk., 2021, Formulasi ‘Zilang Tea” Teh Herbal Peningkat Imunitas Tubuh
Berbahan Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan Bunga Telang (Clitoria
ternatea. L), Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika, Politehnik Kesehatan Bhakti
Setya, Yogyakarta.

Baedowi, 1998, Timbunan Glikogen dalam Hepatosit dan Kegiatan Sel Beta Insula Pancreatisi
Tikus Putih (Rattus norvegicus) Akibat Pemberian Ekstrak Daun Ciplukan, Penelitian
Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia IX, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta, 139.

Chemat, F., Virot, M., Tamao, V., Ginies, C., & Visinoni, F. (2008). Green Procedure with a
Green Solvent for Fats and Oils Determination: Microwave-integrated Soxhlet Using
Limonene Followed by Microwave Clevenger Distillation. Journal of Chromatography
A, 147–152.

Cook, N. C. and S. Samman. (1996). Review Flavonoids-Chemistry, Metabolism,


Cardioprotective Effect, And Dietary Sources, J. Nutr. Biochem (7): 66-76

Cuppett, S., M. Schrepf and C. Hall III. (1954). Natural Antioxidant – Are They Reality. Dalam
Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants, Chemistry, Health Effect and Applications,
AOCS Press, Champaign, Illinois: 12-2

Depkes RI, 2001, Inventaris Tumbuhan Obat Indonesis I, Jilid 2. Jakarta : Depkes RI.

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan, Jakarta.

Depkes RI, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Jakarta.

Hess, D, tt. Plant Physiology, Molecular, Biochemical, and Physiological Fundamentals of


Metabolism and Development. Toppan Company (S) Pte Ltd, Singapore: 117-118

I Gede Widiyana, Ni Made Yusa, I Made Sugitha., 2021, Pengaruh Penambahan Bubuk Jahe
Emprit (Zingiber officinale var. Amarum) Terhadap Karakteristik Teh Celup Herbal
Daun Ciplukan (Physalis angulata L.),Badung,Bali
Muzaki, D. dan W. Reksa. 2015. Pengaruh penambahan gingger kering (Zingiber officinale)
terhadap mutu dan daya terima teh herbal daun afrika selatan (Vernonia amygdalina).
Teknologi Pangan. 6(2):67- 75.

Pribadi, E.R. 2011. Usaha Tani dan Pemasaran Jahe. Bogor. Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik.

Phuah, E., A. Khalafallah, A. Al-barazan, I. Nikakis, A. Radford, W. Clarkson and A. Corbould.


2016. Glycosylated haemoglobin for screening and diagnosis of gestational diabetes
mellitus. 011059. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2016- 011059. Diakses 26
November 2019.

Rajalakshmi, D dan S. Narasimhan. (1985). Food Antioxidants: Sources and Methods of


Evaluation dalam D.L. Madhavi: Food Antioxidant, Technological, Toxilogical and
Health Perspectives. Marcel Dekker Inc., Hongkong: 76-77

Suprianto. 2013. Efektifitas teh ciplukan (Physaws minima L) terhadap diabetes melitus. Bul.
Stikes Hervetia. 6(12):9-13.

Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan prosedur statistika suatu pendekatan biometrik.
Penerjemah B. Sumantri. PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Taryati. 2010. Evaluasi penambahan ekstrak ciplukan (Physalis angulata) dalam air minum
terhadap daya hambat bakteri Salmonella typhimurium dan performa puyuh (Coturnix
coturnix japonica) 0-4 minggu. Skripsi. Tidak dipublikasi. Fakultas Peternakan IPB.
Bogor.

Tritanti, A., & Pranita, I. (2019). The Making of Red Ginger (Zingiber officinale rovb. Var.
rubra) Natural Essential Oil. Journal of Physics: Conference Series, 1273(1), 1273.

Untung, O. 2009. Minyak Atsiri. Vol 07. PT Trubus Swadaya, Jakarta.

White, P.J. and Y. Xing. (1954). Antioxidants from Cereals and Legumes dalam Foreidoon
Shahidi: Natural Antioxidants, Chemistry, Health Effect and Applications. AOCS
Press, Champaign, Illinois: 25-63
Wulandari, D., 2012, Optimasi Formula Tablet Ekstrak Buah Pare (Momordica Charantia L.)
Dengan Bahan Penghancur Starch 1500 Dan Bahan Pengisi-Pengering Avicel Ph 101,
Skripsi, Jurusan Farmasi, Fakultas Maematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai