Anda di halaman 1dari 24

IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER, UJI AKTIVITAS

ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN


MARGAOL-GAOL HORBO (Aglaonema modestum)

Oleh:

TIURMA SOLOMASI ZEGA 4173510018


KIMIA NONDIK 2017
BAB I
1.1.Latar Belakang
Belakangan ini, jumlah penderita
yang diakibatkan terinfeksi bakteri Indonesia merupakan salah satu
semakin meningkat, khusunya di negara negara yang memiliki keragaman
yang berkembang termasuk Indonesia. tanaman obat di dunia. Wilayah
Bakteri merupakan agen penyebab hutan tropis Indonesia memiliki
infeksi yang menyebabkan terjadinya keanaekaragaman hayati tertinggi
proses invasi dan pembiakan ke-2 di dunia setelah Brazil.
mikroorganisme di dalam jaringan Sebanyak 40.000 jenis flora yang ada
tubuh. Berdasarkan hal tersebut dapat di dunia, terdapat 30.000 jenis dapat
diketahui bakteri sangat merugikan dijumpai di Indonesia dan 940 jenis
tubuh penderitanya apabila pembiakan diketahui berkhasiat sebagai obat
mikroorganisme terjadi melebihi batas dan telah dipergunakan dalam
normal (Darsana, 2012; Febrina et al., pengobatan tradisional secara turun-
2017). Beberapa bakteri telah temurun oleh berbagai etnis di
mengalami resistensi dengan antibiotik Indonesia. Jumlah tumbuhan obat
tertentu. Oleh karena itu, alternatif tersebut sekitar 90% dari jumlah
pengobatan yang berasal dari alam tumbuhan obat yang terdapat di
menjadi semakin nyata (Sari et al., Asia (Masyhud, 2010).
2017).
LATAR BELAKANG
Tumbuhan simargaol-gaol horbo adalah salah satu tumbuhan yang tumbuh
liar di daerah hutan Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Daun dari
tumbuhan ini sering digunakan oleh masyarakat sekitar sebagai obat
tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit, seperti penyakit
radang, ginjal dan luka terutama luka yang sudah membusuk. Biasanya,
masyarakat menggunakan metode perebusan untuk mengolah obat ini.

Tanaman margaol-gaol horbo sebagai makhluk hidup tentunya


mengandung senyawa organik berupa metabolit sekunder maupun
metabolit primer yang berguna untuk kelangsungan hidup atau
pertahanannya. Metabolit sekunder dihasilkan melalui reaksi sekunder dari
metabolit primer (bahan organik primer) seperti karbohidrat, lemak, dan
protein (Purwantini et al., 2002).

Tumbuh-tumbuhan yang mengandung bahan organik primer kemungkinan


besar mengandung bahan organik sekunder. (Fessenden & Fessenden, 1986).
Sehingga, kemungkinan besar di dalam daun margao-gaol horbo terkandung
bahan organik sekunder (metabolit sekunder) yang dihasilkan dari bahan
organik primer seperti protein

Metabolit sekunder dari ekstrak tumbuhan umumnya yang memiliki


aktivitas sebagai antibakteri yaitu flavonoid dan saponin dan digunakan
sebagai obat herbal (Thavaranjit, 2016). Flavonoid menghambat
pertumbuhan bakteri (Yunikawati, 2013). Sedangkan saponin memiliki
mekanisme kerja yang mengakibatkan kerusakan membran sel (Darsana,
2012). Selain itu juga terdapat tanin yaitu senyawa metabolit sekunder yang
berfungsi sebagai antibakteri (Malangngi, 2012).
LATAR
Senyawa BELAKANG
seperti flavonoid dan tanin juga mampu menghambat reaksi
oksidasi melalui mekanisme penangkapan radikal dengan cara
menyumbangkan satu elektron pada elektron yang tidak berpasangan dalam
radikal bebas, sehingga banyaknya radikal bebas menjadi berkurang
(Pokorny et al., 2001). Sehingga tanaman yang mengandung flavanoid dan
tanin selain berfungsi sebagai antibakteri, juga berfungsi sebagai antioksidan

Pengujian secara ilmiah mengenai kandungan metabolit sekunder


serta khasiat tanaman margaol-gaol horbo yang diekstraksi dengan
etanol sebagai antibakteri dan antioksidan sejauh ini belum pernah
dilaporkan.

Untuk membuktikan secara ilmiah, maka perlu dilakukan penelitian


lebih lanjut mengenai “Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder, Uji
Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Ekstrak Daun Margaol-Gaol
Horbo” sehingga diharapkan adanya alternatif sumber-sumber
antibakteri dan antioksidan alami yang baru.

Laporan hasil penelitian ini akan ditulis sebagai skripsi dalam


rangka memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana sains dan
sebagai referensi penemuan senyawa obat dari bahan alam.
1.2.Rumusan Masalah

1.3.Batasan Masalah
1. Bagaimana hasil uji fitokimia
dari ektstrak etanol daun
margaol-gaol horbo? Penelitian ini dibatasi pada uji
2. Bagaimana hasil aktivitas kandungan fitokimia, aktivitas
antibakteri pada ektrak etanol antibakteri dan antioksidan
daun margaol-gaol horbo ektrak daun margaol-gaol
terhadap bakteri? horbo.
3. Bagaimana hasil aktivitas
antioksidan ektrak etanol
daun margaol-gaol horbo
terhadap radikal bebas?
1.4.Tujuan Penelitian

1.5. Manfaat
1. Mengetahui hasil uji fitokimia
dari daun tumbuhan margaol- Penelitian
gaol horbo. 1. Bagi peneliti sendiri adalah
2. Mengetahui hasil aktivitas untuk menambah wawasan,
pemahaman dan keterampilan
antibakteri pada ektrak daun dalam melakukan penelitian.
margaol-gaol horbo terhadap 2. Bagi ilmu pengetahuan, memberi
bakteri. tambahan ilmu pengetahuan di
3. Mengetahui hasil aktivitas bidang kesehatan tentang
antioksidan ektrak daun manfaat farmakologis tanaman
margaol-gaol horbo.
margaol-gaol horbo terhadap 3. Bagi masyarakat, dapat
radikal bebas. berkontribusi kepada masyarakat
dalam usaha pengembangan
obat tradisional.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1Tumbuhan Margaol-gaol Horbo
(Agloanema modestum) 2. Morfologi Tanaman
1. Taksonomi Aglaonema (Chinese ever green) merupakan
tanaman hias daun yang berasal dari
daerah tropis basah. Aglaonema berasal
dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata
Aglos yang berarti terang dan Nema
yang berarti benang (benang sari).
Dengan demikian aglaonema dapat
Filum : Plantae diartikan sebagai energi ‘terang’. Di
Divisi : Spermatophyta Indonesia, tanaman ini dikenal dengan
nama sri rejeki, dan di China tanaman ini
Sub-divisi : Angiospermae
dikenal dengan nama wan neienching
Kelas : Monocotyledoneae
(Purwanto, 2006).
Ordo : Araceales Secara morfologi, tanaman Aglaonema
Famili : Araceae modestum terdiri atas beberapa bagian,
Genus : Aglaonema yaitu akar, batang, daun, bunga, dan biji
Spesies : Aglaonema modestum  
(Leman, 2006).
2.2.Senyawa Metabolit Sekunder

2.2.1.Flavanoid
•berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau
melalui kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida
(mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut
aglikon (Cuppett et al.,1954).
•berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau
melalui kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida
(mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut
aglikon (Cuppett et al.,1954).

2.2.2Tanin
•merupakan senyawa metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antibakteri
(Malangngi, 2012).
•Tanin juga mampu menghambat reaksi oksidasi melalui mekanisme penangkapan
radikal (radical scavenging) dengan cara menyumbangkan satu elektron pada
elektron yang tidak berpasangan dalam radikal bebas, sehingga banyaknya radikal
bebas menjadi berkurang (Pokorny et al., 2001).
2.2.3Alkaloid :
Alkaloid berpotensi sebagai sumber obat yang berlimpah dan berefek farmakologis beragam.
memiliki kemampuan sebagai antibakteri, dengan cara mengganggu komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 1995).

2.2.4. Saponin
Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri
sehingga menyebabkan sel bakterilisis, jadi mekanisme kerja saponin termasuk dalam
kelompok antibakteri yang mengganggu pemeabilitas membran sel bakteri, yang
mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai kompone
penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida (Ganiswarna, 1995).

2.2.5. Terpenoid
Terpenoid adalah senyawa yang tersusun dari kerangka isopren (C 5), yakni rantai
beranggotakan lima karbon bercabang (branching) metil pada karbon nomor 2 atau
kelipatannya. Terpenoid juga merupakan komponen utama dalam minyak atsiri dari beberapa
jenis tumbuhan dan bunga. Minyak atsiri digunakan secara luas untuk wangi-wangian parfum,
dan digunakan dalam pengobatan seperti aromaterapi (Julianto, 2019).
2.3. Metode Ekstraksi Bahan Alam Jenis-jenis metode ekstraksi yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut
(Mukhtarini, 2011):
1. Maserasi
Proses ekstraksikhususnya untuk
bahan yang berasal dari tumbuhan
adalah sebagai berikut (Mukhtarini,
2011):
•Pengelompokan bagian tumbuhan dilakukan dengan memasukkan serbuk
(daun, bunga, dll), pengeringan dan tanaman dan pelarut yang sesuai ke
penggilingan bagian tumbuhan. dalam wadah inert yang tertutup rapat
•Pemilihan pelarut. pada suhu kamar. Proses dihentikan
Pelarut polar: air, etanol, metanol, ketika tercapai kesetimbangan antara
dan sebagainya. konsentrasi senyawa dalam pelarut
dengan konsentrasi dalam sel tanaman.
Pelarut semipolar: etil asetat,
Setelah proses ekstraksi, pelarut
diklorometan, dan sebagainya. dipisahkan dari sampel dengan
Pelarut nonpolar: n-heksan, penyaringan.
petroleum eter, kloroform, dan 2. Ultrasound - Assisted Solvent Extraction
sebagainya. 3. Perkolasi
4. Soxhlet
5. Reflux dan Destilasi Uap
2.4. Bakteri

Bakteri merupakan organisme uniseluler yang relatif sederhana karena materi


genetik tidak diselubungi oleh selaput inti. Bakteri memiliki bentuk dan ukuran yang
sangat beragam. Sebagian besar bakteri memiliki diameter 0,2-2 μm dan panjang 2-8
μm (Radji, 2011).
Menurut Radji (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
yaitu : suhu, pH, Tekanan osmotik, faktor kimia, oksigen.
Pada dasarnya, bakteri patogen dibagi dalam kelompok bakteri gram positif dan gram
negatif. Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan infeksi (Putri dan Sukini, 2017).
Bakteri Gram Positif
Contoh: Bakteri Staphylococcus aureus. Staphylococcus adalah penyebab utama
infeksi bernanah pada manusia yang terdapat di rongga hidung dan kulit sebagian
besar populasi manusia. Jalur masuknya Staphylococcus ke tubuh melalui folikel
rambut, tusukan jarum atau melalui saluran pernafasan (Jawetz et al., 1996).
Bakteri Gram Negatif
Contoh: Bakteri Escherichia coli. Escherichia coli menyebabkan penyakit dengan
spektrum luas pada manusia. Merupakan penyebab penting enterik, infeksi saluran
urin, neonatal sepsis dan neonatal meningitis (Parija, 2009).
2.5.Antibakteri
Menurut Burton dan Engelkirk (2004), antibakteri yang ideal harus memiliki kualitas
sebagai berikut:
•Membunuh atau menghambat pertumbuhan patogen
•Tidak menyebabkan kerusakan pada inang
•Tidak menyebabkan reaksi alergi pada inang
•Tetapi stabil saat disimpan baik dalam bentuk padatan maupun cair
•Bertahan pada jaringan khusus pada tubuh dalam waktu yang cukup lama sehingga
menjadi efektif
•Membunuh patogen sebelum mengalami mutasi dan menjadi resisten
Menurut Hasnawati & prawita (2010), kriteria kekuatan antibakteri adalah sebagai
berikut:
Diameter zona hambat > 20 mm : daya hambat sangat kuat, Diameter zona hambat 10-
20 mm : daya hambat kuat, Diameter zona hambat 5-10 mm : daya hambat sedang dan
Diameter zona hambat 0-5 mm : daya hambat lemah
Menurut Jawetz (1984), antibakteri berdasarkan struktur kimia dan mekanisme aksi
dikelompokan menjadi:
Agen yang menghambat sintesis dinding sel bakteri
Agen yang bekerja langsung membran plasma mikroorganisme
Agen yang mengganggu fungsi ribosom subunit 30S atau 50S
Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri
2.6. Uji Aktivitas Antibakteri
Pemilihan bakteri yang akan digunakan dalam uji
bergantung pada tujuan spesifik penelitian. Menurut
Jawetz et al (2001), uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan
dengan menggunakan tiga metode, yaitu
• metode difusi
• dilusi
• Bioautografi
Metode difusi dan bioautografi merupakan teknik secara
kualitatif karena metode ini hanya menunjukan ada atau
tidaknya senyawa dengan aktivitas antimikroba. Disis lain,
metode dilusi digunakan untuk analisa kuantitatif yang
akan menentukan konsentrasi hambat minimum (KHM).
2.7.Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa


oksigen reaktif, yang secara umum diketahui sebagai
senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
(Minarsih, 2007). Tidak semua spelsies oksigen reaktif
adalah radikal bebas, umpamanya H2O2 dan singlet oksigen
bukan radikal bebas, tetapi termasuk spesies oksigen reaktif.
Karena adanya kecenderungan mengambil sebuah elektron
dan senyawa-senyawa lain, maka spesies oksigen ini sangat
reaktif (Lautan & Jensen, 1997).
2.8. Antioksidan
• Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron
donor) atau reduktan. Senyawa ini mampu menginaktivasi
berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah
terbentuknya radikal(Kuncahyo dan Sunardi 2007).
• Fungsi utama antioksidan digunakan untuk memperkecil
terjadinya proses oksidasi lemak dan minyak, memperkecil
terjadinya proses kerusakan dalam makanan, memperpanjang
masa pemakaian dalam industri makanan, meningkatkan
stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan. Antioksidan
tidak hanya digunakan dalam industri farmasi, tetapi juga
digunakan secara luas dalam industri makanan, industri
petroleum, industri karet dan sebagainya (Tahir, et al., 2003).
• Antioksidan dapat bersumber dari zat-zat sintesis atau zat-zat
alami hasil isolasi.
2.9. Metode Uji Antioksidan

2. Mekanisme Kerja 2,2-diphenyl-1-


picrylhydrazyl (DPPH)

2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) merupakan radikal


1. Metode 2,2-diphenyl-1- bebas yang stabil pada suhu kamar, berbentuk kristal
picrylhydrazyl (DPPH) berwarna ungu dan sering digunakan untuk
mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa
Metode DPPH merupakan metode atau ekstrak bahan alam (Prakash, et al., 2011).
Aktivitas antioksidan dapat dinyatakan dengan satuan
yang cepat, sederhana, dan tidak persen inhibisi.
membutuhkan biaya tinggi dalam Aktivitas antioksidan pada metode DPPH dinyatakan
menentukan kemampuan antioksidan dengan IC50 (Inhibition Concentration). IC50 adalah
menggunakan radikal bebas 2,2- bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak yang
diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). mampu menghambat aktivitas DPPH sebesar 50%.
Metode DPPH dapat digunakan Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas
antioksidan.
untuk sampel yang berupa padatan Kekuatan antioksidan juga dapat ditentukan dengan
maupun cairan (Prakash, et al., mengukur nilai AAI (Antioxidant Activity Index).
2011). Gugus kromofor dan auksokrom pada radikal bebas
DPPH memberikan absorbansi maksimm pada panjang
gelombang 517 nm sehingga menimbulkan warna ungu.
3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Kimia FMIPA (Fakultas

METODE PENELITIAN
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu Januari 2021 – Maret 2021.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri (Iwaky), vacum
rotary evaporator (Heidolph), alat - alat gelas (Pyrex) untuk ekstraksi, cotton

BAB III
buds, mikropipet, jangka sorong, spreader, Vortex (SBS), laminar flow (B-ONE V
915 S), inkubator (Memmert) dan autoclave (TOMY ES-315), corong, botol
reagen, botol vial, neraca analitik, cawan petri, gelas piala, erlenmeyer, tabung
eppendorf, microplate, labu ukur, pipet gondok, pipet takar, Lampu UV, laminar
air flow, dan spektrofotometer UV-VIS serta alat-alat yang umum digunakan di
laboratorium mikrobiologi dan organik.

Bahan yang digunakan adalah tumbuhan margaol-gaol horbo yang diperoleh dari
daerah Barus. Bahan kimia yang digunakan etanol 70%, pereaksi Mayer untuk
identifikasi alkaloid, pereaksi Liebermann Burchard (anhidrida asetat dan asam
sulfat pekat), pereaksi Dragendorff, pereaksi Bouchardat, eter, asetat anhidrida,
H2SO4 pekat, H2SO4 10%, amil alkohol, serbuk Mg, HCl 2N, Silika gel 60 GF 254, Serbuk
DPPH (1,1-difenil-2- pikrilhidrazil), asam askorbat yaitu vitamin C yang berfungsi
sebagai kontrol positif uji antioksidan, Mueller Hinton Agar (MHA) (Oxoid, UK),
akuades steril, kapas, kertas whatman, aluminium foil, blank disc (Oxoid, UK),
chloramphenicol disc (Oxoid, UK), DEMSO (dimethyl sulfoxide) (Merck),
kloramfenikol, NaCl 0,9%, dan kultur bakteri.
3.4. Prosedur
1. Preparasi dan kstraksi
Sampel (Febrina et al., 2017). 2. Skrining Fitokimia

Daun margaol-gaol horbo a. Identifikasi steroid/Triterpenoid


(Aglaonema modestum) (Agustina et al., 2016)
dicuci bersih, ditiriskan, dipoton kecil-kecil 1 gram serbuk simplisia
dikeringkan dengan diangin-anginkan margaiol-gaol horbo
diblender sampai halus

Disaring dengan saringan 100 mesh ditambahkan 2 mL kloroform

serbuk simplisia dari daun diteteskan ke dalam plat tetes, dan dibiarkan
margaol-gaol horbo
sampai kering
dimaserasi dengan pelarut etanol 70% ditambahkan 1 tetes pereaksi Liebermann-
Burchard
dikeringkan dengan rotary evaporator

Dihitung rendemennya Triterpenoid : warna merah


Steroid : warna biru atau
Ekstrak etanol daun ungu
margaol-gaol horbo
b.Identifikasi Alkaloid c. Identifikasi Flavanoid
3 mL Ekstrak Daun Margaol-gaol
Horbo (Aglaonema modestum) 0,5 gram serbuk simplisia
margaol-gaol horbo
ditambahkan 5 mL HCl 2 M dan 5 mL aquades

dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit serbuk Mg sebanyak 0,1 mg, 0,4 mL
amil alkohol dan 4 mL alcohol
Dinginkan sampel pada temperatur kamar dan
disaring
kemudian dikocok
Residu Filtrat
Terbentuk warna
merah, kuning atau
blanko ditambah ditambah jingga
pereaksi Mayer pereaksi
Wagner
Positif :terbentuk Positif:terbentu
endapan putih atau k endapan
kuning coklat
b.Identifikasi Saponin b.Identifikasi tanin
1 gram serbuk simplisia
daun maegaol-gaol horbo 3 mL ekstrak daun
margaol-gaol Horbo
ditambah dengan 20 mL akuades,
kemudian dipanaskan selama 5 menit ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi besi
(III) klorida 1%
diambil sebanyak 10 mL, kemudian
dikocok kuat secara vertical selama 10 warna biru
detik kehitaman atau
hijau kehitaman
Adanya saponin ditandai
terbentuknya busa yang stabil
setinggi 1-10 cm selama 10 menit
dan tidak hilang pada saat
ditambahkan satu tetes HCl 2 N
3. Uji Antibakteri
a. Pembuatan Media
b. Pembuatan Suspensi Bakteri
Selektif Agar
Bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus
19 gr Mueller Hinton Agar
(MHA)
dilarutkan ke dalam 500 mL akuades, dibiakkan pada cawan petri yang
dididihkan hingga semua media larut berisi media padat
diinkubasi selama 24 jam pada
diaduk sampai homogen suhu 37oC
Larutan Media Kultur Bakteri

disterilkan dalam autoclave pada tekanan diambil sedikit bakterinya dengan


1,5 atm, suhu 121oC selama 15 menit menggunakan cutton bud
diinokulasikan ke tabung kecil yang
dituang kedalam cawan petri berisi 50 mL NaCl 0,9%
disetarakan dengan standar
Media Selektif agar yang padat dan steril McFarland

Suspensi Bakteri Escherichia coli dan


Staphylococcus aureus
c. Uji Metode Difusi Cakram
4. Uji Antioksidan
About the Project
Here you could describe the company’s
mission. A clear message is a good way
to get down to business

Anda mungkin juga menyukai