NIM : 4163210015
Jurusan : Kimia
Disetujui oleh,
(Dr. Saronom Silaban, S.Pd, M.Pd) (Dr. Destria Roza, S.Si, M.Si)
Mengetahui:
Ketua Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan
NIP. 196608071990101001
i
DAFTAR ISI
ii
iii
Gambar Halaman
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
v
BAB I
PENDAHULUAN
6
7
dalam dan juga dari proses pembuatan kompos (Brock, 1978). Bakteri termofil
mampu hidup secara optimal di atas suhu 45oC, dengan struktur protein penyusun
enzim yang tetap stabil atau tidak terdenaturasi oleh panas. Mikroorganisma ini
sendiri tidak hanya bersifat toleran terhadap suhu lingkungannya yang bersifat
ekstrim tetapi juga mampu untuk bertahan hidup dan berkembangbiak pada
kondisi suhu yang ekstrim tersebut (Brock, 1986).
1.5 Tujuan
1. Untuk memperoleh isolate bakteri termofil amilolitik yang dapat
menghasilkan enzim amylase
2. Untuk mengetahui karakter isolate bakteri yang mampu menghasilkan enzim
amylase dari sumber air panas Aek Rangat Pangururan
3. Untuk mengetahui aktivitas enzim amylase kasar yang berasal dari sumber air
panas Aek Rangat Pangururan
2. Untuk mengetahui berapa besar potensi aktivitas enzim amilase kasar yang
dihasilkan oleh isolat bakteri termofil Aek Rangat tersebut.
3. Sebagai sumber informasi untuk penelitian lebih lanjut terhadap usaha
ekplorasi enzim amilase termofil
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
11
12
Bakteri termofilik pertama kali diisolasi pada tahun 1879 oleh Miquel,
yang mampu berkembang biak pada suhu 72oC. Bakteri termofilik juga berhasil
diisolasi dari kawah air panas dan sedimen lautan geotermal (Edwards, 1990).
Spesies termofilik umumnya banyak ditemukan pada lingkungan yang ekstrim,
misalnya daerah vulkanik dan sumber air panas. Bakteri ini umumnya berasal dari
genus Beggiatoa, Thermochromatium, Acidithiobacillus, Thermithiobacillus,
Thermomonas, Methylococcus, Pyrococcus dan Alterococcus (Labeda, 1990).
2.2 Amilum
Butir-butir pati tidak larut dalam air dingin, tetapi apabila suspensi
dalam air dipanaskan terbentuk suatu larutan koloid yang kental. Bila pati
15
dipanaskan dan didilusi dengan asam, pati akan terhidrolisis menjadi dekstrin,
maltosa dan Dglukosa (Sale, 1961). Semua hasil hidrolisis ini memiliki sifat
yang larut dalam air. Hidrolisis dari pati juga dapat terjadi dengan bantuan
enzim amilase yang akan mengubah amilum menjadi maltosa dalam bentuk β-
maltosa (Poedjiadi, 1994)
Gambar 2.1 Struktur kimia dari (a) Amilosa, (b) Amilopektin (Murray et al., 2003)
16
2.3 Enzim
pada bagian membran dari sebuah organel sel. Enzim ekstraseluler merupakan
enzim yang dilepas dari sel ke lingkungan untuk menghidrolisis molekul polimer
di lingkungan, seperti selulosa, hemiselulosa, lignin, ataupun juga untuk
memfasilitasi pengambilan suatu zat dari lingkungan bagi kebutuhan
metabolismanya (Maier et al., 2000). Enzim ekstraseluler dapat dipisahkan dari
lingkungan dengan filtrasi ataupun sentrifugasi (Palmer, 1985), sedangkan enzim
intraseluler dapat diekstrak dari dalam sel lewat proses pemecahan sel.
Gambar 2.2 Jenis reaksi hidrolisis yang dikatalisi oleh enzim amylase
(Nickerson & Brown, 1965)
21
Amilase termostabil digunakan dalam skala yang cukup luas pada proses
industri. Enzim amilase yang digunakan tersebut berkisar pada α-amilase, ß
amilase, glukoamilase, pullulanase dan jenis lainnya (Illanes, 1999). Diantara
semua jenis enzim amilase, α-amilase dari mikroorganisma termofil ini memiliki
nilai aplikasi komersil yang paling tinggi dalam bidang industri makanan,
minuman, pembuatan sirup yang mengandung glukosa, maltosa maupun
oligosakarida. Amilase pertama sekali diisolasi dari isolat Bacillus
amyloliquefaciens dan digunakan dalam bidang industri selama bertahun-tahun
(Cordeiro et al., 2002), tetapi penemuan enzim amilase termostabil dari isolate
Bacillus licheniformis ternyata menunjukkan adanya termostabilitas yang lebih
tinggi sekitar 10-20oC dibandingkan dari amilase termostabil pada B.
amyloliquefaciens (Rath & Subramanyam, 1998). Selanjutnya enzim–enzim
23
Konsep tentang termostabilitas yang dimiliki oleh enzim yang berasal dari
mikroorganisma termofil ini dilandaskan pada dua konsep yaitu pertama struktur
pada selnya yang memang tersusun oleh molekul protein yang termostabil, kedua
termostabilitas itu berkaitan dengan adanya asosiasi senyawa protein enzim
dengan molekul lainnya seperti lipid, polisakarida maupun protein lainnya yang
menyebabkan terbentuknya suatu senyawa yang memiliki mekanisma yang
memungkinkannya tetap stabil saat menghadapi kondisi yang dapat
menginaktivasinya (Hibino et al., 1974).
Sumber air panas meskipun memiliki suhu cukup tinggi ternyata dapat
dijadikan untuk lingkungan tempat kehidupan bagi beberapa mikroorganisma
26
yang tahan terhadap suhu air yang panas tersebut, seperti bakteri, fungi maupun
alga yang bersifat termofil. Sumber air panas selain memiliki air yang suhunya
cukup tinggi juga memiliki suatu aroma khas yaitu berupa aroma hydrogen
peroksida (H2S) yang berasal dari aktifitas bakteri anaerob yang menggunakan
senyawa-senyawa sulfur.
Bakteri termofilik dapat diisolasi dari sedimen geothermal dan sumber air
panas yang salah satunya terdapat di Aek Rangat Pangururan Kabupaten Samosir.
Wisata di samosir yang merupakan salah satu destinasi wisata unggulan yang
terletak di kawasan Danau Toba Sumatera Utara. Pulau samosir yang terletak di
tengah danau Toba memiliki luas sekitar 630 km 2. Secara geografis kabupaten
samosir terletak diantara 2o21’38’’-2o49’48’’ Lintang Utara dan 98o24’00’’-
99o01’48’’ bujur Timur dengan ketinggian antara 904-2.157 meter di atas
permukaan laut. Aek rangat merupakan sebuah kawasan pemandian air panas
yang erada di Pangururan yang merupakan salah satu daerh dataran tinggi di
Pulau Samosir atau tepatnya di sisi barat Pulau Samosir. Pemandian air panas ini
berasal dari aliran kawah Gunung Pusuk Buhit, titik tertinggi di kawasan danau
toba yang mengandung zat belerang.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol steril, cawan
petri, tabung reaksi, freezer, incubator, Erlenmeyer, gelas ukur, batang
pengaduk, beker gelas, laminar air flow, vortex, pipet tetes, jarum ose, glass
spreader, termometer, pH universal, termos air panas, timbangan analitik,
Autoclave, mikro pipet, lampu spritus, aluminium foil, kain kasa, dan
mikroskop.
Bahan yang diigunakan adalah sampel air panas Aek Rangat,
Pangururan Kabupaten Samosir, akuades, alkohol, spritus, ekstrak yeast,
NaCl, tepung agar, lugol, Nutrien Agar, pati, bacto pepton, larutan iodin,
MgSO4.7H2O, NaCl, CaCl2.2H2O, dan agar.
28
29
pengamatan mengenai kondisi sumber air panas berupa pH dan suhu air.
Serta diukur juga masing-masing kadar sulfur dari sampel tersebut.
Sampel air diambil sebanyak 100 mL dengan kedalaman ±10 cm dan
dimasukkan kedalam botol steril. Selanjutnya botol ditutup dengan rapat
dan diberi label, kemudian dimasukkan ke dalam termos air untuk
mempertahankan suhu. Sampel kemudian dibawa ke laboratorium
Mikrobiologi Universitas Sumatera Utara dan segera dilakukan isolasi.
Semua alat yang terbuat dari kaca dicuci bersih dan dikeringkan.
Setelah itu dibungkus dengan kertas koran. Sterilisasi alat kaca
menggunakan oven dengan suhu 180oC selama 30 menit dan medium
dilakukan dengan Autoclave pada suhu 121°C dan tekanan 15 psi (2 atm).
Sterilisasi alat bertujuan untuk tidak terjadi kontaminasi dari alat-alat yang
digunakan pada penelitian.
1. Pengambilan sampel
2. Sterilisasi alat
34
Alat-alat gelas
Nutrient agar
ditimbang sebanyak 20 gram
Media agar
35
Pati
Isolat
Isolat
9. Uji katalase
Isolate
Adams, M.W.W., and Kelly, R.M., (1998), Finding and Using Hyperthermophilic
Enzymes,. TIBTECH, 16: 329-332.
Aguilar.A., Ingemansson T., & Magnien E., (1998), Extremophiles microorganisms
as Cell Factories: support from tea European Union. Extremophiles.
Agustien, A., (2010), Protease Bakteri Termofilik. Universitas Padjajaran PRESS.
Bandung.
Aiyer, P.V., (2005), Amylases and Their Application, African Journal of
Biotechnology, Vol. 4 (13).
40
41
Liu, Q., (2005), Understanding Starch and Their Role in Foods, Taylor & Francis
Group, LLC.
Madigan, M.T and B.L. Marrs, (1997), Scientific American, 276 (4):66-71.
Muchtadi M, Palupi. N. S, Astawan. M., (1992), Metode Kimia Biokimia Dan
Biologi dalam Evaluasi Nilai Gizi Pangan Olahan, Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Murray, Robert. K, et al., (2003), Biokimia Harper ed. 25, EGC, Jakarta.
Nickerson. W. J & Brown. R.G., (1965), Advanced in Applied Microbiology.
Academic Press, 7: 275.
Palmer, T., (1985), Understanding enzyme, Ellishorwood Publisher.
Prescott, dkk., (2005), Microbiology Sixth Edition, Mc Graw Hill Companier,
Amerika.
Purnomo, B., (2005), Dasar-Dasar Mikrobiologi, Ps. Ihpt, Faperta Unib.
Rath. C.C & Subramanyam. V.R., (1998), Isolation of Thermophilic Bacteria from
Hot Spring of Orissa, India. Geobios (25).
Reddy.G, Altaf. M. D, Naveena. B.J, Venkateshwar. M, and Kumar. E.V., (2008),
Amylolytic Bacterial Lactic Acid Fermentation, a review. Biotechnology
Advances 26: 22–34
Richana, N., P. Lestari, A. Thontowi, dan Rosmimik., (2000), Seleksi Isolat Bakteri
Lokal Penghasil Xilanase. J. Mikrobiologi Indonesia, 5(2):54-56.
Sale. B.S., (1961), Fundamental Principles of Bacteriology, Mc. Graw Hill Book
Company, Inc.
Souza. P.M & O.M. Perolade., (2010), Application of Microbial α-Amylase in
Industry-Review, Brazilian Journal of Microbiology, 41: 850– 861.
Sutiamiharja. N., (2008), Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Amilase kasar Termofilik
dari Sumber Air Panas Gurukinayan Karo Sumatera Utara, USU Repository.
Sumatera Utara.
Vieille, C., and Zeikus, G., (2001), Hyperthermophilic Enzymes: Source, Uses, and
Molecular Mechanism for Thermostability. Microbiology and Molecular
Biology Reviews, 65.
Winarno, F.G, (1986), Enzim Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.