Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MIKROBIOLOGI INDUSTRI

FAKTOR LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6 (A4)

ZULFIDA NAJLA AZNI (170140082)

CHAIRINA (170140073)

SRI AWALIN MARPAUNG (170140082)

CHINTIARA DESRIANI (170140091)

YANA RAHMADANI LUBIS (170140109)

LISA ANDRIANI (170140136)

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang maha mengetahui dan maha bijaksana
yang telah memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya
kepada-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad
SAW yang membimbing umat nya degan suri tauladan-Nya yang baik.

Dan segala puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
anugerah, kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini merupakan pengetahuan tentang konsep faktor
lingkungan dalam mikrobiologi industri. Semua di rangkum dalam makalah ini,
agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat
serta akurat.

Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan persepsi


atas materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut. Selanjutnya, pembaca
akan masuk pada inti pembahasaan dan di akhiri dengan kesimpulan, dan saran
dari makalah ini. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan
tentang konsep faktor lingkungan terhadap mikrobiologi industri, kami sebagai
tim penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaaat
bagi kita semua. Terimakasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Lhokseumawe, 25 September 2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3

2.1 Faktor Lingkungan ........................................................................................ 3

2.2 Faktor Abiotik ............................................................................................... 3

2.2.1 Suhu .................................................................................................. 3

2.2.2 Kelembapan....................................................................................... 4

2.2.3 pH ...................................................................................................... 4

2.2.4 Ion Logam ......................................................................................... 4

2.2.5 Radiasi .............................................................................................. 4

2.2.6 Tekanan Osmose ............................................................................... 5

2.2.7 Tekanan ............................................................................................. 6

2.3 Faktor Biotik ................................................................................................. 7

2.3.1 Interaksi Antar Mikroba .................................................................... 7

2.3.2Asosiasi Mikroba dan Tumbuhan ...................................................... 8

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................. 9

3.1 Faktor Abiotik ............................................................................................... 9

3.1.1 Suhu .................................................................................................. 10

3.1.2 Cahaya ............................................................................................... 10

3.1.3 Pengeringan ....................................................................................... 11

3.1.4 Keasaman .......................................................................................... 11


3.1.5 Pengaruh O2 dari Udara .................................................................... 11

3.1.6 Pengaruh Tekanan Osmosis .............................................................. 11

3.1.7 Pengaruh Mikroorganisme Disekitarnya........................................... 11

3.1.8 Pengaruh Zat Kimia Terhadap Mikroba ........................................... 12

3.2 Faktor Biotik ................................................................................................. 12

3.2.1 Interaksi Dalam Satu Populasi Mikroba ........................................... 12

3.2.2 Interaksi Antar Berbagai Macam Populasi Mikroba ......................... 13

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 17

4.1 Kesimpulan ................................................................................................... 17

4.2 Saran .............................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam usaha budidaya harus diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman secara ekologi, baik faktor biotik dan abiotik di lingkungan
tumbuh tanaman tersebut. Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua
makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Faktor abiotik, yaitu
terdiri dari benda-benda mati seperti air, tanah, udara, cahaya, matahari dan
sebagainya. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan
berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.
Tanaman dalam kondisi alamiah maupun dibudidayakan dengan pertanian
seringkali mengalami stres akibat kondisi lingkungan (environmental stresses).
Stres biasanya didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak menguntungkan yang
berpengaruh terhadap tanaman.Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam
berbagai cara oleh lingkungan.
Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang
tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan speises tidak akan
memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan
belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga. Pertumbuhan suatu
tanaman yang diproduksi akan selalu dipengaruhi oleh faktor dalam maupun
faktor luar dari tanaman itu sendiri. Faktor dalam dari taman itu adalah genetika
dari tanaman tersebut yang terekspresikan melalui pertumbuhan sehingga
diperoleh hasil, sedangkan faktor luarnya adalah faktor biotic maupun abiotik
yang meliputi unsur – unsur yang menjadi pengaruh pada kualitas dan kuantitas
produksi alam, antara lain iklim, curah hujan, kelembapan, intensitas cahaya,
kesuburan tanah, serta ada tidaknya hama dan penyakit. Oleh sebab itu,
mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tentunya
menjadi sangat bermanfaat.
Untuk dapat memanfaatkan unsur – unsur tersebut secara optimal maka
perlu adanya perlakuan khusus pada tanaman tersebut, antara lain pengolahan
tanah, pemilihan bibit atau varietas unggul, pengaturan kebutuhan benih pada
petak, pengaturan jarak tanam, pengaturan pemupukan, pengaturan air irigasi,
pengendalian hama dan penyakit, hingga akhirnya diperoleh hasil panen atau
produksi pertanian.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengaruh lingkungan bagi pertumbuhan dan perkembangan pada
tanaman?
1.2.2 Apakah faktor-faktor lingkungan abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman?
1.2.3 Apakah faktor-faktor lingkungan biotic yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengerti faktor lingkungan yang mempengaruhi tanaman
1.3.2 Mengerti faktor lingkungan abiotik terhadap pertumbuhan tanaman
1.3.3 Mengerti faktor lingkungan biotic terhadap pertumbuhan tanaman
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor Lingkungan


Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan
lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba.
Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor
lingkungan. Mikroba tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan
kondisi baru tersebut. Faktor faktor yang mempengaruhi mikrobiologi dalam
industri yang disebabkan oleh kegiatan mikroba oleh faktor lingkungan
diantaranya adalah faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik.
2.2 Faktor Abiotik
Kegiatan mikroba dipengaruhi oleh faktor lingkungannya. Perubahan
dilingkungan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sifat morfologi dan
fisiologi mikroorganisme. Beberapa golongan mikroorganisme resisten terhadap
perubahan lingkungan karena dengan cepat melakukan adaptasi dengan
lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang sering mempengaruhi pertumbuhan
mikroba antara lain (Anonim, 2010).
2.2.1 Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan mikroba.
Beberapa mikroba mampu hidup dalam kisaran suhu yang luas. Terkait dengan
suhu pertumbuhan maka dikenal suhu minimum, maksimum dan optimum. Suhu
minimum adalah suhu yang paling rendah dimana kegiatan mikroba masih
berlangsung. Suhu optimum adalah suhu yang paling baik untuk kehidupan
mikroba. Sedangkan suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang masih dapat
menumbuhkan mikroba tetapi pada tingkat kegiatan fisisologi yang paling rendah.
Atas dasar suhu perkembangannya mikroba dapat dibedakan menjadi 3
golongan, yaitu psikofil, mesofil dan termofil.
 Mikroba psikofil/kriofil dapat tumbuh pada suhu antara 0o C-30o C, dengan
suhu optimum 15 oC. Kebanyakan tumbuh ditempat-tempat dingin, baik di
daratan maupun dilautan.
 Mikroba mesofil mempunyai suhu optimum antara 25-37oC, dengan suhu
minimum 15oC dan suhu maksimum antara 45-55oC. Mikroba ini biasa
hidup pada tanah dan perairan.
 Mikroba termofil mempunyai suhu pertumbuhan antara 40-75oC, dengan
suhu optimum 55-60oC.
2.2.2 Kelembapan
Tiap jenis mikroba mempunyai kelembaban optimum tertentu. Pada
umumnya khamir dan bakteri membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi
dibandingkan jamur. Banyak mikroba yang tahan tahan hidup dalam keadaan
kering untuk waktu yang lama. Misalnya mikroba yang membentuk spora dan
berbentuk kristal.
2.2.3 pH
Berdasarkan pH yang ada, mikroba dikenal dengan asidofil, neurofil, dan
alkalifil. Asidofil adalah mikroba yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0.
Mikroba neutrofil adalah mikroba yang mampu tumbuh pada kisaran pH 5,5-8,0
sedangkan mikroba alkalifil dapat tumbuh pada kisaran pH 8,4-9,5. Bakteri
memerlukan pH 6,5-7,5, khamir memerlukan pH 4,0-4,5, sedangkan jamur
mempunyai kisaran pH yang luas.
2.2.4 Ion Logam
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au dan Pb pada kadar yang sangat
rendah dapat bersifat toksik. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut
oligodinamik. Ion-ion logam dapat mengganggu sistem enzim sel. Misalnya
Hg++ akan bergabung dengan gugus sulfidril (-SH) dalam enzim sehingga
aktivitas enzim dengan gugus aktif sulfidril akan terhambat aktivitasnya. Ion-ion
Li++ dan Zn++ bersifat toksik bagiLactobacillus dan Leuconostoc, namun demikian
jika Ph diturunkan maka peracunan Li++ dan Zn++ dapat dikurangi. Selain logam
berat, ada ion-ion lain yang dapat mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroba, yaitu
ion sulfat, tartrat, klorida, nitrat, dan benzoat. Ion-ion tersebut dapat mengurangi
pertumbuhan mikroba tertentu. Oleh karena itu sering digunakan untuk
mengawetkan suatu bahan, misalnya digunakan dalam pengawetan makanan.
2.2.5 Radiasi
Radiasi pengion dicirikan oleh energi yang sangat tinggi dan kemampuan
penetrasi yang besar. Demikian juga sifat letalnya. Penggunaan radiasi pengion
terutama pada bidang farmasi, kedokteran,proses industri, serta digunakan dalam
bidang mikrobiologi, misalnya menggunakan sinar ultraviolet dan sinar gamma.
Sinar UV yang paling efektif dalam membunuh mikroorganisme adalah
yang memiliki panjang gelombang yang dekat dengan 260 nm, dengan energi
kuantum sekitar 4,9 Ev. Sinar dengan panjang gelombang dibawah 200 nm tidak
efektif karena mudah diserap oleh oksigen atmosfir. Sinar dengan panjang
gelombang 360-450 nm umumnya disebut UV gelombang panjang dan biasa
digunakan untuk menstimulasi flourisensi, misalnya untuk menunjukkan adanya
pigmen pseudomonas pada telur.
Penggunaan lain UV pada bidang industri bahan makanan adalah pada
ruang pendingin yang dipergunakan untuk menyimpan daging. Tujuannya dalah
untuk menunda pertumbuhan mikroba permukaan. Iradiasi ultraviolet dengan
internsitas 2 mW/cm2 terhadap pseudomonas pada daging dapat mengurangi
kecepatan pertumbuhannnya menjadi 85% bila dibandingkan dengan kontrol, dan
akan menjadi 75% bila intensitas pada permukaan 24 mW/cm2.
Sinar gamma, iradiasi gamma telah digunakan sebagai metode dalam
pengawetan pangan di beberapa Negara seperti Belgia, Perancis, Jepang dan
Belanda. Di Indonesia sendiri baru dilakukan dalam skala laboratorium. Proses
dilakukan dengan penyinaran pangan dengan menggunakan kobalt radioisotope
(60oC). Iradiasi akan mempengaruhi fungsi metabolisme dan fragmentasi DNA
yang dapat mengakibatkan kematian sel mikroba sehingga memperbaiki kualitas
mikrobiologis pangan dengan mengurangi jumlah jasad perusak dan pathogen.
Selain faktor di atas, mikroba juga melakukan interaksi, sebab di alam
jarang dijumpai mikroba yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu berada
dalam asosiasi dengan jasad lain. Interaksi antar mikroba dapat terjadi antara dua
mikroba yang sama ukuran selnya (dua sel bakteri, dua sel protozoa) atau antara
dua sel yang berbeda ukurannya (sel bakteri dengan sel protozoa). Dua sel yang
ukurannya sama memiliki kebutuhan nutrisi yang kurang lebih sama, sebab
susunan molekul suatu sel pada umumnya relatif sama. Berbeda halnya jika
ukuran sel berbeda, kebutuhan ruang berbeda. Protozoa membutuhkan ruang
ribuan kali lebih besar daripada bakteri. Begitu juga dengan kebutuhan nutrisinya.
Contohnya interaksi antar Pseudomonas synoyaneadengan Sterptococcus
lactis yang menyebabkan terjadinya warna biru pada susu.
2.2.6 Tekanan Osmose
Pengaruh tekanan osmosis pada pertumbuhan bakteri disebabkan karena
adanya perbedaan tekanan osmosis di dalam dan di luar sel yang akan
menyebabkan gangguan pada sistem metabolisme di dalam sel bakteri jika
lingkungan mempunyai tekanan osmosis yang besar akan dapat mengganggu
metabolisme dalam sel. Meskipun demikian beberapa jenis bakteri dan juga
mikroba lainnya ada yang mempunyai ketahanan terhadap tekanan osmosis tinggi,
misalnya mikroba golongan osmofilik (Waluyo,2005).
Pada umumnya mikrobia terhambat pertumbuhannya di dalam larutan yang
hipertonis. Karena sel-sel mikrobia dapat mengalami plasmolisa. Didalam larutan
yang hipotonis sel mengalami plasmoptisa yang dapat di ikuti pecahnya sel.
Beberapa mikrobia dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan osmose yang tinggi;
tergantung pada larutanya dapat dibedakan jasad osmofil dan halofil atau
halodurik. Medium yang paling cocok bagi kehidupan bakteri ialah medium yang
isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri di tempatkan di dalam suatu larutan
yang hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis.
Larutan garam atau larutan gula yang agak pekat mudah benar menyebabkan
terjadinya plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air
suling akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri,
dengan kata lain, bakteri dapat mengalami plasmoptisis. Berdasarkan inilah maka
pembuatan suspense bakteri dengan menggunakan air murni itu tidak kena, yang
digunakan seharusnyalah medium cair.Jika perubahan nilai osmosis larutan
medium tidak terjadi sekonyong konyong, akan tetapi perlahan-lahan sebagai
akibat dari penguapan air, maka bakteri dapat menyesuaikan diri, sehingga tidak
terjadi plasmolisis secara mendadak (Waluyo,2005).
Tekanan osmosis sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan
air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan
mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel
akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka
sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk
ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah. (Pelczar dan Chan,2006).
2.2.7 Tekanan
Tekanan hidrostatik mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba.
Umumnya tekanan 1-400 atm tidak mempengaruhi atau hanya sedikit
mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba. Tekanan hidrostatik yang
lebih tinggi lagi dapat menghambat atau menghentikan pertumbuhan, oleh karena
tekanan hidrostatik tinggi dapat menghambat sintesis RNA, DNA, dan protein,
serta mengganggu fungsi transport membran sel maupun mengurangi aktivitas
berbagai macam enzim. Beberapa jenis mikroorganisme dapat hidup didalam
samudra pasifik dengan tekanan lebih dari 1208 kg tiap cm persegi, dan kelompok
ini disebut barofilik. Selain itu tekanan yang tinggi akan menyebabkan
meningkatnya beberapa reaksi kimia, sedang tekanan diatas 7500 kg tiap cm
persegi dapat menyebabkan denaturasi protein. Perubahan-perubahan ini
mempengaruhi proses biologi sel jasad hidup.
2.3 Faktor Biotik
Di alam jarang sekali ditemukan mikroba yang hidup sebagai biakan murni,
tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan jasad-jasad lain. Antar jasad dalam satu
populasi atau antar populasi jasad yang satu dengan yang lain saling berinteraksi.
2.3.1 Interaksi Antar Mikroba
Interaksi antar jasad dalam satu populasi yang sama ada dua macam, yaitu
interaksi positif maupun negatif. Interaksi positif menyebabkan meningkatnya
kecepatan pertumbuhan sebagai efek sampingnya. Meningkatnya kepadatan
populasi, secara teoritis meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Interaksi positif
disebut juga kooperasi. Sebagai contoh adalah pertumbuhan satu sel mikroba
menjadi koloni atau pertumbuhan pada fase lag (fase adaptasi). Interaksi negatif
menyebabkan turunnya kecepatan pertumbuhan dengan meningkatnya kepadatan
populasi.
2.3.2 Asosiasi Mikroba dan Tumbuhan
Mikroorganisme umumnya hidup dalam bentuk asosiasi membentuk suatu
konsorsium laksana suatu “Orkestra” yang satu dengan lainnya bekerja sama.
Hubungan mikroorganisme dapat terjadi baik dengan sesama mikroorganisme,
dengan hewan dan dengan tumbuhan. Hubungan ini membentuk suatu pola
interaksi yang spesifik yang dikenal dengan simbiosis (sym = bersama, bios =
hidup). Apabila dua populasi yang berbeda berasosiasi, maka akan timbul
berbagai macam interaksi. Interaksi tersebut menimbulkan pengaruh positif,
negatif, ataupun tidak ada pengaruh antar populasi mikroba yang satu dengan
yang lain.
BAB III

PEMBAHASAN
Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan
lingkungan dapat menyebabkan perubahan pada sifat morfologi dan fisiologi
mikroba tersebut. Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap
lingkungannya. Mikroba tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan
lingkungan barunya. Sebagaimana telah disebutkan adanya faktor biotik dan
abiotik yang mempengaruhi suatu mikroba atau mikroorganisme.

3.1 Faktor Abiotik


3.1.1 Suhu
a. Suhu Pertumbuhan Mikroba
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu
pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu
maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat
hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba.
Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba.
Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat
dikelompokkan menjadi mikroba psikrofil (kriofil), mesofil dan termofil.

Psikrofil adalah kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu0-30°C dengan

suhu optimum sekitar 15°C. Mesofil adalah kelompok mikroba pada umumnya,

mempunyai suhu minimum15°C suhu optimum 25-37°C dan suhu maksimum

45-55°C.
Mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam
mikroba termofil. Mikroba ini mempunyai membran sel yang mengandung
lipida jenuh, sehingga titik didihnya tinggi. Selain itu dapat memproduksi protein
termasuk enzim yang tidak terdenaturasi pada suhu tinggi. Didalam DNA-nya
mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang relatif besar, sehingga
molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi. Kelompok ini mempunyai suhu
minimum 40°C, optimum pada suhu 55-60°C dan suhu maksimum untuk

pertumbuhannya 75°C. Untuk mikroba yang tidak tumbuh dibawah suhu 30°C
dan mempunyai suhu pertumbuhan optimum pada 60° C, dikelompokkan
kedalam mikroba termofil obligat. Untuk mikroba termofil yang dapat tumbuh
dibawah suhu 30°C, dimasukkan kelompok mikroba termofil fakultatif. Bakteri
yang hidup didalam tanah dan air, umumnya bersifat mesofil, tetapi ada juga
yang dapat hidup diatas 50° C (termotoleran).
b. Suhu Tinggi
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu tinggi diatas suhu maksimum,
akan memberikan beberapa macam reaksi, seperti :
 Titikkematian thermal, adalah suhuyangdapat mematikan spesies mikroba
dalam waktu 10 menit pada kondisi tertentu.
 Waktu kematian thermal, adalah waktu yangdiperlukanuntuk membunuh
suatu spesiesmikroba pada suatu suhu yang tetap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian thermal ialah waktu, suhu,
kelembaban, spora, umur mikroba, pH dan komposisi medium.
c. Suhu Rendah
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan
gangguan metabolisme. Akibat-akibatnya adalah:
 Cold shock adalah penurunan suhu yang tiba-tiba menyebabkan
kematian bakteri, terutama pada bakteri muda atau pada fase logaritmik.
 Pembekuan (freezing) adalah rusaknya sel dengan adanya kristal es di
dalam air intra seluler.
 Lyofilisasi adalah proses pendinginan dibawah titik beku dalam keadaan
vakum secara bertingkat. Proses ini dapat digunakan untuk mengawetkan
mikroba karena air protoplasma langsung diuapkan tanpa melalui fase
cair (sublimasi).
3.1.2 Cahaya
Sebagian besar bakteri adalah chemotrophe, karena itu pertumbuhannya
tidak bergantung pada adanya cahaya matahari. Pada beberapa spesies, cahaya
matahari dapat membunuhnya karena pengaruh sinar ultraviolet (UV).
3.1.3 Pengeringan (Kelembapan)
Air sangat penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri hanya
dapat mengambil makanan dari luar dalam bentuk larutan (holophytis). Semua
bakteri tumbuh baik pada media yang basah dan udara yang lembab., dan tidak
dapat tumbuh pada media dan udara yang kering.
3.1.4 Keasaman (pH)
Umumnya asam mempunyai pengaruh buruk terhadap pertumbuhan
bakteri. Kebanyakan bakteri lebih baik hidup dalam suasana netral (pH 7,0) atau
sedikit basa (pH 7,2 - 7,4), tetapi pada umumnya dapat hidup pada pH 6,5 –
7,5. Bakteri-bakteri yang pathogen pada manusia tumbuh baik pada pH 6,8 – 7,4
yaitu sama dengan pH darah.
3.1.5 Pengaruh O2 Dari Udara
Untuk melangsungkan hidupnya, manusia dan binatang membutuhkan O2
(oxygen) yang diambil dari udara melalui pernapasan. Fungsi O2 ini sudah jelas,
yaitu untuk pembakaran zat-zat makanan didalam sel-sel jaringan, sehingga
dihasilkan panas dan tenaga.
3.1.6 Pengaruh Tekanan Osmosis
Air ke luar masuk sel bakteri melalui proses osmosis, karena perbedaan
tekanan osmosis antara cairan yang ada di dalam dengan yang di luar sel bakteri.
3.1.7 Pengaruh Mikroorganisme di Sekitarnya
Kehidupan suatu organisme di alam tidak dapat dipisahkan dari adanya
organisme lain, seperti halnya manusia tidak dapat hidup bila tidak ada tumbuhan
ataupun hewan. Organisme-organisme ini di alam berada dalam suatu
keseimbangan yang disebut keseimbangan biologis. Demikian pula, bakteri di
alam selalu bercampur dengan bakteri yang lainnya, tidak pernah didapatkan
keadaan murni seperti halnya pada biakan murni yang sengaja dibuat di
laboratorium.
3.1.8 Pengaruh Zat Kimia (Desinfektan) Terhadap Mikroba
 Mengubah permeabilitas membran cytoplasma sehingga lalu lintas zat-zat
yang keluar masuk sel mikroba menjadi kacau.
 Oksidasi. Beberapa oksidator kuat dapat mengoksidasi unsur sel tertentu
sehingga fungsi unsur itu terganggu, misalnya mengoksidasi suatu enzim.
 Terjadinya ikatan kimia ion-ion logam tertentu dapat mengikatkan diri pada
beberapa enzim sehingga fungsi enzim itu terganggu.
 Memblokir beberapa reaksi kimia. Misalnya preparat sulfa memblokir
syntesa folic acid di dalam sel mikroba.
 Hidrolisa asam atau basa kuat dapat menghidrolisakan struktur sel sehingga
hancur.
 Mengubah sifatcolloidal protoplasma sehingga menggumpal dan selnya
mati.
Lingkungan luar sangat berpengaruh pada pertumbuhan mikroorganisme,
mikroorgnasime tidak mungkin mampu merubah lingkungan luarnya sehingga hal
terakhir yang dilakukan adalah beradaptasi. Dimana lingkungan yang cocok maka
disitulah tubuh dan membentuk koloni.
Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh berbagai aspek yaitu aspek fisik dan
kimia. Aspek-aspek fisik dapat mencakup suhu, ph dan tekanan osmotik.
Sedangkan kebutuhan kimia meliputi air, sumber karbon, nitrogen oksigen,
mineral-mineral dan faktor penumbuh.Pengaruh faktor ini akan memberikan
gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan pada
akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya.
3.2 Faktor Biotik
Dialam jarang sekali ditemukan mikroba yang hidup sebagai biakan murni,
tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan jasad-jasad lain. Antar jasad
dalam satu populasi atau antar populasi jasad yang satu dengan yang lain
saling berinteraksi.
3.2.1 Interaksi Dalam Satu Populasi Mikroba
Interaksi antar jasad dalam satu populasi yang sama ada dua macam, yaitu
interaksi positif maupun negatif. Interaksi positif menyebabkan meningkatnya
kecepatan pertumbuhan sebagai efek sampingnya. Meningkatnya kepadatan
populasi, secara teoritis meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Interaksi positif
disebut juga kooperasi. Sebagai contoh adalah pertumbuhan satu sel mikroba
menjadi koloni atau pertumbuhan pada faselag (faseadaptasi).
Interaksi negatif menyebabkan turunnya kecepatan pertumbuhan dengan
meningkatnya kepadatan populasi. Misalnya populasi mikroba yang ditumbuhkan
dalam substrat terbatas, atau adanya produk metabolik yang meracun. Interaksi
negatif disebut juga kompetisi. Sebagai contoh jamur Fusarium dan Verticillium
pada tanah sawah, dapat menghasilkan asam lemak dan H2S yang bersifat
meracun.
3.2.2 Interaksi Antar Berbagai Macam Populasi Mikroba
Apabila dua populasi yang berbeda berasosiasi, maka akan timbul berbagai
macam interaksi. Interaksi tersebut menimbulkan pengaruh positif, negatif,
maupun tidak adanya pengaruh antar populasi mikroba satu dengan yang lain.
a. Netralisme
Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling
mempengaruhi. Hal ini dapat terjadi pada kepadatan populasi yang sangat rendah
atau secara fisik dipisahkan dalam mikrohabitat, serta populasi yang keluar dari
habitat alamiahnya. Sebagai contoh interaksi antara mikroba allocthonous
(nonindigenous) dengan mikroba autochthonous (Indigenous), dan antar mikroba
nonindigenous diatmosfer yang kepadatan populasinya sangat rendah. Netralisme
juga terjadi pada keadaan mikroba tidak aktif, misal dalam keadaan kering beku,
atau fase istirahat (spora, kristal).
b. Komensalisme
Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu populasi
diuntungkan tetapi populasi lain tidak terpengaruh. Contohnya adalah:
 Bakteri Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein. Sistein
dapat digunakan oleh Legionellapneumophila.
 Desulfovibrio mensuplai asetat dan H2 untuk respirasi anaerobik
Methanobacterium.
c. Sinergisme
Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu
kemampuan untuk dapat melakukan perubahan kimia tertentu didalam
substrat. Apabila asosiasi melibatkan 2 populasi atau lebih dalam keperluan
nutrisi bersama, maka disebut sintropisme. Sintropisme sangat penting
dalam peruraian bahan organik tanah, atau proses pembersihan air secara
alami. Contoh sinergisme: Streptococcusfaecalis dan Escherichiacoli.
d. Mutualisme (Simbiosis)
Mutualisme adalah asosiasi antara dua populasi mikroba yang keduanya
saling tergantung dan sama-sama mendapat keuntungan. Mutualisme sering
disebut juga simbiosis. Simbiosis bersifat sangat spesifik (khusus) dan salah satu
populasi anggota simbiosis tidak dapat digantikan tempatnya oleh spesies lain
yang mirip. Contohnya adalah bakteri Rhizobiumsp yang hidup pada bintil akar
tanaman kacang-kacangan. Contoh lain adalah Lichenes (Lichens), yang
merupakan simbiosis antara algaesia nobakteria dengan fungi. Algae (Phycobiont)
sebagai produser yang dapat menggunakan energi cahaya untuk menghasilkan
senyawa organik. Senyawa organik dapat digunakan oleh fungi (Mycobiont), dan
fungi memberikan bentuk perlindungan (selubung) dan transportnutrien/mineral
serta membentuk faktor tumbuh untuk algae.
e. Kompetisi
Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba yang keduanya mengalami
kerugian. Peristiwa ini ditandai dengan menurunnya sel hidup dan
pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2 populasi mikroba yang menggunakan
nutrien/makanan yang sama, atau dalam keadaan nutrien terbatas. Contohnya
adalah antara protozoa Paramaecium caudatum dengan Paramaeciumaurelia.
f. Amensalisme (Antagonisme)
Satu bentuk asosiasi antar spesies mikroba yang menyebabkan salah satu
pihak dirugikan, pihak lain diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun. Umumnya
merupakan cara untuk melindungi diri terhadap populasi mikroba lain. Misalnya
dengan menghasilkan senyawa asam, toksin, atau antibiotika. Contohnya adalah
bakteri Acetobacter yang mengubah etanol menjadi asam asetat.
Thiobacillusthiooxidans menghasilkan asam sulfat. Asam-asam tersebut dapat
menghambat pertumbuhan bakteri lain. Bakteri amonifikasi menghasilkan
ammonium yang dapat menghambat populasi Nitrobacter.
g. Parasitisme
Parasitisme terjadi antara dua populasi, populasi satu diuntungkan (parasit)
dan populasi lain dirugikan (host/ inang). Umumnya parasitisme terjadi karena
keperluan nutrisi dan bersifat spesifik. Ukuran parasit biasanya lebih kecil dari
inangnya. Terjadinya parasitisme memerlukan kontak secara fisik maupun
metabolik serta waktu kontak yang relatiflama. Contohnya adalah bakteri
Bdellovibrio yang memparasit bakteri E.coli.JamurTrichodermasp. memparasit
jamur Agaricussp.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat kita dapatkan beberapa kesimpulan ,yaitu:

1. Faktor faktor yang mempengaruhi mikrobiologi dalam industri yang


disebabkan oleh kegiatan mikroba oleh faktor lingkungan diantaranya
adalah faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik.
2. Faktor abiotik memiliki peran negative maupun positif dalam
pertumbuhan tanaman.
3. Faktor abiotik merupakan komponen utama dalam pertumbuhan
tanaman.

4.2 Saran
Saran yang dapat kami ajukan pada pembuatan makalah ini yaitu sebaiknya
para mahasiswa yang ingin memanfaatkan jasa dari mikroorganisme harus selalu
memperhatikan pengaruh lingkungan yang dibutuhkan mikroorgansme untuk
proses kehidupannya. Hal ini sangat diperlukan agar mahasiswa dapat
memanfaatkan semaksimal mungkin jasa dari mikroorganisme tersebut untuk
meningkatkan pendapatan atau juga untuk kepentingan lainnya yang bermanfaat
dalam kehidupannya, tanpa mengganggu kehidupan dari mikroorganisme tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

http://elerning.unsri.ac.id/pluginfile.php/55513/mod_resource/content/2/Materi%2
0kuliah%20Ke-1.pdf-lingkungan-mikrobiologi-industri
http://www.scribd.com/doc/279604805/Mikrobiologi-Industri-1-Mikrobiologi-
Industri-Pengantar-1
http://www.scribd.com/doc/316678322/mikrobiologiindustri-pdf
http://sumarsih07.files.wordpress.com/2007/12/buku-ajar-mikrobiologi.pdf-
faktor-lingkungan-mikrobiologi-industri
www.academi.edu/12500963/Mikrobiologi-Industri
www.academi.edu/24310661/Mikrobiologi-Industri

Anda mungkin juga menyukai