Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Polusi udara saat ini menjadi salah satu masalah bagi kehidupan
makhluk hidup terutama kesehatan manusia di dunia. Seiring bertambahnya
jumlah orang yang menggunakan kendaraan bermotor, membuat lingkungan
semakin dipenuhi dengan udara-udara yang tidak sehat. Belum lagi berdirinya
pabrik-pabrik besar yang cenderung mengabaikan faktor pencemaran udara
dari hasil buangan produksi pabrik tersebut (Amelia, 2014).
Dalam urutan kepentingannya, sumber polusi udara antara lain berasal
dari sektor (1) transportasi, terutama mobil dan truk; (2) pembangkit tenaga
listrik yang membakar batubara atau minyak; dan sektor (3) industri, yang
pelaku utamanya adalah pabrik baja, peleburan logam, kilang minyak, pabrik
pulp dan kertas. Dunia industri adalah sumber terbesar penghasil polusi udara
yang ada didunia dan terus mengalami pertumbuhan di setiap tahunnya..
Pertumbuhan industri sendiri terjadi dimulai dari sebelum krisis moneter yang
terjadi di Indonesia hingga perkembangannya pada saat ini. Laju
pertumbuhan yang terjadi di industri nonmigas saja mengalami pertumbuhan
berkisar 12%, sedangkan laju pertumbuhan yang terjadi di industri nonmigas
pada tahun 2003 dan 2004 berturut-turut adalah 5,57% dan 7,7%. Pada tahun
2004, laju pertumbuhan tertinggi tercatat pada industri alat angkut, mesin dan
peralatan yaitu 17,7% yang kemudian disusul oleh industri lainnya sebesar
15,1% yang tersebar di seluruh Indonesia (Pasaribu, 2011).
Disamping

sebagai

sumber

terbesar

penghasil

polusi

udara

dibandingkan dengan sektor lainnya, sektor industri juga membuang berbagai


1

jenis zat-zat polutan hasil sisa dari produksi industri tersebut atau yang lebih
dikenal sebagai limbah pabrik. Limbah sendiri didefinisikan sebagai buangan
yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi bagi masyarakat
disekitarnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo PP
85/1999, limbah didefinisikan sebagai sisa/buangan dari suatu usaha
dan/atau kegiatan manusia.
Setiap limbah perlu dikarakteristik terlebih dahulu sebelum rancangan
proses dimulai. Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan oleh limbah juga
bergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Berdasarkan sumber atau asal
limbah, maka limbah dapat dibagi kedalam beberapa golongan yaitu limbah
domestik berupa limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur, tempat cuci
pakaian dan lain sebagainya. Serta limbah nondomestik yaitu limbah yang
berasal dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan dan transportasi
atau sumber-sumber lainnya. Namun berdasarkan karakteristiknya limbah
terbagi atas 4 macam antara lain limbah padat, cair, gas dan limbah bahan
berbahaya dan beracun.
Perseroan Terbatas Pupuk Sriwidjaja (PT. PUSRI) Palembang
merupakan perusahaan atau sebuah industri pupuk urea pertama yang
didirikan sebagai pelopor produsen pupuk urea di Indonesia pada tanggal 24
Desember 1959 di Palembang Sumatera Selatan. PT. Pusri Palembang
memulai operasional usaha dengan tujuan utama untuk melaksanakan dan
menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan

pembangunan nasional, khususnya di industri pupuk dan kimia lainnya.


(Pusri, 2015)
Seperti halnya jenis-jenis limbah yang telah dijelaskan pada
sebelumnya, PT. Pusri Palembang sebagai sektor industri yang bergerak
dalam produksi pupuk ureapun mengeluarkan berbagai jenis limbah hasil
sampingan sisa/buangan dari kegiatan produksi pabriknya. Diantaranya
seperti limbah gas/udara yang dibuang ke udara bebas

setiap harinya.

Limbah gas sendiri adalah limbah (zat buangan) yang berwujud gas yang
dapat dilihat dalam bentuk asap. Limbah gas selalu bergerak sehingga
penyebarannya sangat luas dan pada waktu proses pengolahan, gas juga
timbul sebagai akibat reaksi kimia maupun fisika. Sebagian besar gas maupun
partikel terjadi pada ruang pembakaran, sebagai sisa yang tidak dapat
dihindarkan dan karenanya harus dilepaskan melalui cerobong asap.
Banyak jenis gas dan partikel yang terlepas dari pabrik melalui
cerobong asap ataupun penangkap debu harus ditekan sekecil mungkin dalam
upaya mencegah kerusakan lingkungan. Pada umumnya limbah gas dari
pabrik bersumber dari penggunaan bahan baku, proses, dan hasil serta
pembakaran. Sama halnya pada pengoperasian pabrik-pabrik yang ada di PT.
PUSRI Palembang, limbah gas/emisi udara yang terlepas ke udara bebas
berupa gas-gas natural seperti NH3 dan urea yang berasal dari Prilling
Tower sedangkan gas-gas emisi kotor (impuirities) seperti SO2(Sulfur
dioksida), NO2 (Nitrogen dioksida), CO (Karbon monoksida) dan partikel
yang masing- masing berasal dari primary reformer, waste heat boiler dan
package boiler yang terdapat pada setiap pabrik pengoperasiannya.

Pada saat pengolahan pendahuluan, limbah gas maupun partikel timbul


karena perlakuan bahan-bahan sebelum diproses lebih lanjut. Sebagaimana
yang ada pada proses produksi pupuk urea di PT. PUSRI Palembang, bahan
baku yang digunakan berupa amonia (NH3) cair dan karbon dioksida (CO2)
cair sebagai bahan utama membuat pupuk urea dan gas alam serta air sebagai
bahan pendukung untuk membangkitkan energi dari pembangkit listrik yang
nantinya akan menyuplai tenaga untuk proses di setiap pabriknya. Dimana
zat-zat yang tidak terpakai ataupun zat-zat sisa produksi akan terbuang ke
udara melalui cerobong-cerobong yang ada di setiap alat penghasil bahan
baku tadi. Limbah semacam ini akumulasinya di udara dipengaruhi oleh
arah angin, tetapi karena sumbernya bersifat stationer maka lingkungan
sekitar menerima resiko yang sangat tinggi dampak pencemaran.
Namun, tidak terlepas dari kegiatan produksi yang dilakukan PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang selama ini pastinya bersinggungan langsung ataupun
tidak langsung dengan lingkungan sekitar pabrik pembuatan pupuk serta
produk agribisnis lainnya. Di dalam struktur perusahaan pun terdapat bagian
yang berurusan mengelola lingkungan perusahaan maupun lingkungan sekitar
wilayah pabrik PT.Pusri Palembang. Dalam hal pelaksanaan proses
produksinya PT. Pusri Palembang menghasilkan hasil sampingan berupa
limbah cair dan gas masing-masing urea dan amoniak dan limbah bahan
berbahaya dan beracun berupa sisa pemakaian laboratorium dan minyak oli
hasil sisa produksi pabrik. Dengan pertimbangan di atas, maka perlu
dipelajari bagaimana manajemen Pengolahan limbah gas/emisi udara yang
dihasilkan dari proses industri pupuk urea PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang

terhadap dampaknya kepada lingkungan sekitar luar pabrik PUSRI itu


tersebut.
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan praktek kerja lapangan ini adalah
untuk mengetahui manajemen pengolahan limbah gas/emisi udara
yang dihasilkan dari kegiatan produksi pupuk urea PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang Tahun 2015
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran umum PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
2. Melakukan analisis situasi pada kegiatan pengolahan limbah
gas/emisi udara PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
3. Mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam pengolahan limbah
gas/emisi udara di PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang
4. Mengetahui
prioritas
masalah
yang
terjadi

dalam

pengolahanlimbah gas/emisi udara PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang


5. Mengetahui akar penyebab masalah yang terjadi dalam pengolahan
limbah gas/emisi udara di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
6. Mengetahui jalur migrasi polutan dalam pengolahan limbah
gas/emisi udara
7. Mengetahui metode biomonitoring lingkungan di PT. Pupuk
8.

Sriwidjaja Palembang
Menyusun rekomendasi penyelesaian masalah pengolahan limbah

gas/emisi udara di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang


9. Melakukan penyuluhan kesehatan lingkungan
1.3 Manfaat
1.3.1. Bagi Mahasiswa
1. Menambah pengetahuan mengenai ilmu manajemen pengolahan
limbah dari kegiatan produksi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
2. Mendapatkan kesempatan untuk langsung mengaplikasikan ilmu
yang telah didapatkan pada masa perkuliahan.

3. Mendapatkan

kesempatan

untuk

langsung

menghadapi

permasalahan yang terjadi di lapangan dan menyelesaikannya


dengan ilmu yang telah didapatkan pada masa perkuliahan
4. Mendapatkan gambaran secara nyata atas ilmu yang telah
didapatkan di perkuliahan.
5. Mendapatkan pengalaman bekerja sesuai dengan topik yang akan
diteliti di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
1.3.2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
1. Sebagai jembatan untuk menjalin hubungan kerjasama antara FKIK
UIN Syarif Hidayatullah dengan perusahaan.
2. Mendapat masukan yang bermanfaat untuk pengembangan
kurikulum di masa yang akan datang.
3. Meningkatkan kapasitas dan
kualitas pendidikan dengan
melibatkan tenaga terampil dari perusahaan tempat kegiatan kerja
praktek berlangsung
4. Mendapatkan masukan yang bermanfaat yang dapat diterapkan di
program kerja praktek selanjutnya.
1.3.3. Bagi Perusahaan
1. Menjalin kerjasama antara institusi pendidikan yang dalam hal ini
adalah FKIK UIN Syarif Hidayatullah dengan PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang
2. Mendapatkan masukan yang bermanfaat untuk pengembangan
kinerja perusahaan di masa yang akan datang dari hasil kerja
praktek mahasiswa
3. Perusahaan dapat melakukan suatu perbaikan atau koreksi terhadap
program

pengendalian

pencemaran

lingkungan

yang

telah

dilakukan selama ini berdasarkan temuan yang didapatkan oleh


mahasiswa yang kerja praktek di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang.

4. Sebagai salah satu kontribusi perusahaan dalam memajukan


pembangunan di bidang pendidikan.

BAB II
Rencana Kegiatan Harian Kerja Praktek
Proses kerja praktek yang akan dilaksanakan berupa pengumpulan data
sekunder, observasi langsung ke lapangan dan mempelajari hal-hal yang berkaitan
dengan Health Safety Environment (HSE) dan sistem manajemen pengolahan
limbah gas/emisi udara pada umumnya pada kegiatan

produksi PT. Pupuk

Sriwidjaja Palembang. Berikut uraian dari rencana kegiatan kerja lapangan.


Tabel 2.1 Rencana Kegiatan Harian Kerja Praktek
No Tanggal
1
02 Maret 2015

Kegiatan
Mengikuti safety induction
dan pembuatan badge tanda
pengenal masuk kawasan
pabrik
Mengambil badge tanda
pengenal masuk kawasan
pabrik
serta
memperkenalkan
diri
kepada
pembimbing
lapangan dan jajaran staff di
divisi Lingkungan Hidup
Mempelajari profil PT.Pusri
Palembang dan program
departemen K3 dan LH
Mempelajari standar serta
peraturan terkait lingkungan
di departemen K3 dan LH

03 Maret 2015

04 Maret 2015

05 Maret 2015

06 Maret 2015

Mengunjungi
bagian
hiperkes serta mempelajari
secara umum kegiatan yang
dilakukan
oleh
bagian
hiperkes
PT.
Pusri
Palembang

09 Maret 2015

Mengumpulkan
mempelajari

dan
data-data

Output yang diharapkan


Memahami
isi
safety
induction yang disampaikan
serta
formulir pembuatan
badge telah dibuat
Badge sudah bisa digunakan
untuk masuk kawasan pabrik
dan pembimbing serta staff
divisi Lingkungan Hidup
mengetahui identitas diri
serta tujuan magang di PT.
Pusri Palembang
Diketahui profil PT. Pusri
Palembang dan program kerja
departemen K3 dan LH
Diketahui
standar
yang
digunakan oleh PT. Pupuk
Sriwidjaja dalam pengolahan
limbah gas/emisi udara
Mengetahui secara umum
kegiatan dan program kerja
yang
dilaksanakan
oleh
bagian hiperkes PT.Pusri
Palembang selama 1 tahun
anggaran kerja yang akan
datang
Mendapatkan data-data yang
diperlukan
dan
mulai

10 Maret 2015

11 Maret 2015

12 Maret 2015

10

13 Maret 2015

11

16 Maret 2015

12

17 Maret 2015

13

18 Maret 2015

14

19 Maret 2015

15

20 Maret 2015

mengenai
jenis
dan
karakteristik limbah yang
dihasilkan di setiap sites
(bagian) pabrik produksi
pupuk urea di PT. Pusri
Palembang
Orientasi dan pencatatan
data tentang gambaran
perusahaan
Observasi lapangan

Bimbingan
kepada
pembimbing
lapangan
terkait proses produksi
limbah gas/emisi udara
yang
telah
dipelajari
sebelumnya
Melanjutkan observasi ke
lapangan melihat proses
pengolahan limbah ga/emisi
udara PT. Pusri Palembang
Mempelajari manual book
pengolahan
limbah
gas/emisi udara yang ada di
PT. Pusri Palembang
Mengikuti
kegiatan
sampling udara di salah satu
sumber
emisi
udara
bersama staff lingkungan
hidup
Melihat
data-data
pemantauan kualitas udara
yang
telah
dilakukan
selama tahun 2015
Konsultasi kepada
pembimbing lapangan

pahamnya
jenis
dan
karakteristik limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan
produksi pupuk urea di PT.
Pusri Palembang
Terbentuknya
dokumen
tentang gambaran perusahaan
Melihat langsung proses
produksi
PT.
Pusri
Palembang
Mendapatkan bimbingan dari
pembimbing lapangan terkait
produksi limbah gas/emisi
udara yang telah dipelajari
sebelumnya
Mengunjungi pabrik-pabrik
penghasil produk pupuk urea
untuk
melihat
langsung
sumber-sumber
limbah
gas/emisi udara
Mendapatkan
informasi
tambahan terkait titik-titik
sumber emisi udara yang ada
di setiap pabriknya
Mengetahui cara sampling
udara
sesuai
standar
operasional prosedur yang
ada di PT.Pusri Palembang

Diketahuinya
data-data
pemantauan kualitas udara
yang rutin dilakukan setiap
bulannya
Mendapatkan bimbingan dari
pembimbing lapangan terkait
pengolahan limbah gas/emisi
udara
Mengikuti kegiatan yang Mengikuti kegiatan
dilakukan
oleh
divisi pemantauan dengan baik
lingkungan hidup seperti

10

16

23 Maret 2015

17

24 Maret 2015

18

25 Maret 2015

19

26 Maret 2015

20

27 Maret 2015

21

30 Maret 2015

22

31 Maret 2015

23

01 April 2015

24

02 April 2015

pemantauan
kualitas
limbah cair yang dihasilkan
dari kegiatan produksi
pupuk urea
Mempelajari lebih lanjut
standar
operasional
prosedur
pemantaun
kualitas
udara
yang
dilaksanakan oleh PT. Pusri
Palembang dan peraturan
perundang-undangan yang
terkait
Mempelajari
tata
cara
penanganan pada limbah
gas/emisi udara apabila
terjadi trouble (masalah) di
salah satu pabrik produksi
Merancang bahan untuk
penyuluhan
kesehatan
lingkungan pada pekerja di
divisi lingkungan hidup
Mengumpulkan data-data
terbaru terkait pemantauan
kualitas udara

Mengetahui standar
operasional prosedur yang
dilaksanakan di PT. Pusri
Palembang serta peraturan
perundang-undangan yang
terkait mengenai pengelolaan
limbah gas/emisi udara
Mengetahui penanganan
limbah gas/emisi udara yang
dilakukan jika terjadi masalah
di salah satu pabrik produksi
Terbentuknya rancangan
penyuluhan kesehatan

Didapatkannya data-data
pemantauan kualitas udara
terbaru yang dilakukan oleh
PT. Pusri Palembang
Menyusun laporan kegiatan Laporan magang mulai
magang
tersusun
Evaluasi mingguan dan Evaluasi berjalan dengan
konsultasi
dengan lancer
pembimbing lapangan serta
melengkapi data-data yang
kurang
Merekap kembali data-data Data-data terbaru (Januariyang telah terkumpul dari Maret) selesai direkap
tiap-tiap
cerobong
emisiudara yang dipantau
kualita udaranya
Menyusun
rekomendasi Terbentuknya rekomendasi
manajemen lingkungan dari lingkungan yang sesuai
data-data yang telah didapat dengan permasalahan yang
sebelumnya
ada di lapangan
Evaluasi terakhir selama Evaluasi akhir berjalan dan
kerja praktek dan mencari dibandingkan dengan rencana

11

25

06 April 2015

26

07 April 2015

data yang masih diperlukan kerja yang telah dibuat serta


serta penyuluhan kesehatan kegiatan penyuluhan
kepada pekerja
kesehatan terlaksana dengan
lancar
Penyelesaian laporan serta Terselesaikannya laporan
konsultasi
kepada magang
pembimbing lapangan
Pengumpulan
dokumen Laporan magang sudah
laporan
kepada diserahkan kepada
pembimbing lapangan
pembimbing lapangan dan
pihak PT. Pusri Palembang

Waktu Dan Tempat


Waktu
Tempat

: 2 Maret 7 April 2015


: PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang (Jalan Mayor Zen, Palembang
30118)

12

BAB III
Hasil dan Pembahasan
3.1

Gambaran Umum Perusahaan


3.1.1

Sejarah Singkat PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang


PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang merupakan anak perusahaan dari

PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) yang merupakan Badan Usaha Milik


Negara (BUMN). PT Pupuk Sriwidjaja Pelembang menjalankan usaha di
bidang produksi dan pemasaran pupuk. Perusahaan yang juga dikenal
dengan sebutan PT PUSRI ini, diawali dengan didirikannya Perusahaan
Pupuk pada tanggal 24 Desember 1959, merupakan produsen pupuk urea
pertama di Indonesia. PT Pupuk Sriwidjaja ditunjuk oleh pemerintah
menjadi perusahaan induk (holding company) PT Pupuk Sriwidjaja
(Persero), beradasarkan PP No.28/1997. Sejak Pemerintah Indonesia
mengalihkan seluruh sahamnya yang ditempatkan di Industri Pupuk
Dalam Negeri dan di PT Mega Eltra kepada PUSRI, melalui Peraturan
Pemerintah nomor 28 tahun 1997 dan PP nomor 34 tahun 1998, maka
PUSRI, yang berkedudukan di Palembang, Sumatera Selatan, menjadi
Induk Perusahaan (Operating Holding) dengan membawahi 6 (enam) anak
perusahaan termasuk anak perusahaan penyertaan langsung yaitu PT
Rekayasa Industri, masing-masing perusahaan bergerak dalam bidang
usaha :

PT Petrokimia Gresik yang berkedudukan di Gresik, Jawa Timur.


Memproduksi dan memasarkan pupuk urea, ZA, SP-36/SP-18,

13

Phonska, DAP, NPK,ZK, dan industri kimia lainnya serta Pupuk

Organik.
PT Pupuk Kujang, yang berkedudukan di Cikampek, Jawa Barat.
Memproduksi dan memasarkan pupuk urea dan industri kimia

lainnya.
PT Pupuk Kalimantan Timur, yang berkedudukan di Bontang,
Kalimantan Timur. Memproduksi dan memasarkan pupuk urea dan

industri kimia lainnya.


PT Rekayasa Industri, yang berkedudukan di Jakarta, Bergerak
dalam penyediaan Jasa Engineering, Procurement & Construction

(EPC).
PT Pupuk Iskandar Muda, yang berkedudukan di Lhokseumawe,
Nangroe Aceh Darussalam. Memproduksi dan memasarkan pupuk

Urea dan industri kimia lainnya.


PT Mega Altra, yang berkedudukan di Jakarta dengan bidang usaha
utamanya adalah Perdagangan Umum.
Bermula dengan satu unit pabrik berkapasitas 100 ribu ton urea per

tahun, perusahaan mengalami perkembangan pesat sepanjang tahun 1972


hingga kini dengan dibangunnya beberapa pabrik baru sehingga
meningkatkan kapasitas terpasang menjadi 2,26 juta ton urea per tahun.
Tanggal 14 Agustus 1961 merupakan tonggak penting sejarah
berdirinya Pusri, karena pada saat itu dimulai pembangunan pabrik pupuk
pertama kali yang dikenal dengan Pabrik Pusri I. Pada tahun 1963, Pabrik
Pusri I mulai berproduksi dengan kapasitas terpasang sebesar 100.000 ton
urea dan 59.400 ton amonia per tahun.
Seiring dengan kebutuhan pupuk yang terus meningkat, maka
selama periode 1972-1977, perusahaan telah membangun sejumlah pabrik
Pusri II, Pusri III, dan Pusri IV. Pabrik Pusri II memiliki kapasitas

14

terpasang 380.000 ton per tahun.Pada tahun 1992 Pabrik Pusri II dilakukan
proyek optimalisasi urea menjadi 552.000 ton per tahun. Pusri III yang
dibangun pada 1976 dengan kapasitas terpasang sebesar 570.000 ton per
tahun.Sedangkan pabrik urea Pusri IV dibangun pada tahun 1977 dengan
kapasitas terpasang sebesar 570.000 ton per tahun.Upaya peremajaan dan
peningkatan kapasitas produksi pabrik dilakukan dengan membangun
pabrik pupuk urea Pusri IB berkapasitas 570.000 ton per tahun
menggantikan pabrik Pusri I yang dihentikan operasinya karena alasan
usia dan tingkat efisiensi yang menurun.
Pada tahun 2010, dilakukan Pemisahan (Spin Off) dari Perusahaan
Perseroan (Persero) PT. Pupuk Sriwidjaja disingkat PT. Pusri (Persero)
kepada PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang serta telah terjadinya pengalihan
hak dan kewajiban PT. Pusri (Persero) kepada PT.Pusri Palembang
sebagaimana tertuang didalam RUPS-LB tanggal 24 Desember 2010 yang
berlaku efektif 1 Januari 2011 sebagaimana dituangkan dalam Perubahan
Anggaran Dasar PT Pupuk Sriwidjaja Palembang melalui Akte Notaris
Fathiah Helmi, SH nomor 14 tanggal 12 November 2010 yang telah
disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM tanggal 13 Desember 2010
nomor AHU-57993.AH.01.01 tahun 2010.
Tabel 3.1 Sejarah Singkat PT. Pusri Palembang

15

No
Tahun
1
1959

Keterangan
Peresmian dan pendirian pabrik pupuk urea pertama

2
3
4

1963
1974
1976 - 1977

(Pusri I) PT.Pupuk Sriwidjaja


Pabrik Pusri I mulai berproduksi
Pembangunan pabrik Pusri II
Pengoperasian pabrik Pusri III dan pusri IV dengan

1990

kapasitas 570.000 ton urea per tahun


Dibangun Pabrik Pusri IB sebagai pengganti pabrik pusri

1994
2010

I yang sudah tidak beroperasi sejak 1987


Pabri IB mulai berproduksi
Pemisahan (spin off) dari perusahaan perseroan PT.Pupuk

6
7

Sriwidjaja
8

Palembang

dan

pengalihan

hak

serta

kewajiban PT.Pusri (Persero) kepada PT.Pusri Palembang


2013 2016 Revitalisasi dengan pembangunan pabrik pusri IIB
Sumber : Pusri, 2014
Sejak tanggal 18 April 2012, Menteri BUMN Dahlan Iskan meresmikan

PT. Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) sebagai nama induk perusahaan
pupuk yang baru, menggantikan nama PT. PUSRI (persero). Hingga kini PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang tetap menggunakan brand dan merk dagang Pusri
(PT. PUSRI, 2014).

16

Sumber: PT. PUSRI, 2014


Gambar 3.1 Kedudukan PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
3.1.2

Lokasi dan Tata Letak


PT. Pupuk Sriwidjaja terletak di tepian Sungai Musi, tepat berada

di wilayah perkampungan Sungai Selayur termasuk kampung 1 ilir dan 2


ilir, kecamatan ilir timur II Kotamadya Palembang. Lokasi ini berada kirakira 7 km dari pusat Kota Palembang. Pemilihan lokasi ini berdasarkan
studi kelayakan yang dilakukan oleh GASS BELL dan Associaties Amerika
Serikat yang memberikan rekomendasi untuk membangun pabrik pupuk
urea di Sumatera Selatan. Kelayakan tersebut oleh beberapa faktor teknis
dan faktor ekonomis yang menguntungkan, antara lain :
1. Keadaan geografis Sumatera Selatan yang memiliki kekayaan gas
alam sebagai bahan baku utama dalam jumlah yang cukup besar.
Dekat dengan sumber bahan baku gas alam yaitu Prabumulih dan
Pendopo yang terletak disekitar 100-150 km dari pabrik.
2. Dekat dengan Sungai Musi yang tidak pernah kering sepanjang tahun
dimana Sungai Musi mempunyai peranan penting untuk transportasi
bahan baku maupun hasil produksi baik dalam pupuk curah maupun
dalam bentuk kantong dari lokasi pabrik selain melalui jalan darat.
Disamping itu, keberadaan Sungai Musi juga merupakan salah satu
penunjang utama sebagai bahan baku pembuatan steam, pemenuhan
kebutuhan proses produk lainnya serta sebagai sumber air minum dan
tempat pembuangan limbah yang telah mengalami Pengolahan limbah
dahulu.
3. Dekat dengan sarana pelabuhan dan kereta api.

17

4. Dekat dengan Bukit Asam,dimana mengandung batu bara dan dapat


dijadikan cadangan bahan baku yang sangat potensial jika persediaan
gas bumi sudah menipis.
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang memiliki luas area total 500 ha yang
terdiri dari pabrik Pusri IB,II,III,IV,kantor,perumahan karyawan, rumah sakit,
sekolah, fasilitas olahraga, area perluasan pabrik dan fasilitas-fasilitas
lainnya.Untuk lebih jelasnya lokasi pabik PT. Pusri dapat dilihat gambar berikut :

Gambar 3.2 Peta Lokasi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang


Batas-batas wilayah PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang meliputi :

Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Sungai Selayur


Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Musi
Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Ir.Sutami
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan 1 Ilir, 3 Ilir dan Sungai
Buah
Penentuan Lokasi ini didasarkan atas beberapa faktor yang

mendukung berhasilnya pendirian pabrik tersebut, yaitu:


1. Tersedianya Bahan Baku

18

Bahan baku gas alam untuk pembuatan pupuk bisa langsung dari
Pertamina Plaju yang letaknya berdekatan dengan pabrik PT PUSRI
beserta sumber gas alam yang berasal dari Prabumulih.
2. Dekat Sumber Air
Air untuk proses, untuk minum, dan sebagainya setiap hari diambil dari
Sungai Musi yang tidak pernah kering sepanjang tahun.
3. Tenaga Kerja
Lokasi Pabrik berdekatan dengan kota Palembang

menjamin

terdapatnya jumlah tenaga kerja yang besar dan berkualitas, baik untuk
tenaga kerja tingkat menengah serta tenaga kerja tingkat ahli.
4. Sarana Transportasi
Fasilitas untuk pengiriman produk Pabrik PUSRI setelah melalui jalur
darat didukung juga dengan adanya suatu dermaga yang terdapat
dipinggiran Sungai Musi. Distribusi pupuk urea dilakukan lewat kapal
baik itu pupuk bentuk curah (bulk) maupun pupuk kantong (in bag).
Luas tanah yang dipergunakan untuk lokasi pabrik adalah
20,4732 hektar sedangkan luas tanah untuk perumahan karyawan
26,5265 hektar. Di samping itu sebagai lokasi cadangan disiapkan
41,7965 hektar yang dimaksudkan untuk persediaan perluasan kompleks
pabrik dan perumahan karyawan bila diperlukan di kemudian hari.
Kompleks perumahan dan kompleks pabrik dibatasi oleh pagar
dengan dua buah gerbang masuk kompleks pabrik yang dijaga oleh
aparat keamanan. Empat buah pabrik terletak berkelompok-kelompok
mengelilingi daerah tangki penyimpanan amonia. Daerah pengantongan
dan gudang terletak di pinggiran sungai Musi. Peletakan gudang dan
daerah pengantongan ke arah dermaga bertujuan agar pengangkutan
untuk bongkar muat di pelabuhan menjadi lebih mudah dan memerlukan

19

biaya yang lebih murah. Untuk keperluan bongkar muat, PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang memiliki pelabuhan di tepi sungai Musi.
3.1.3 Organisasi Perusahaan
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang menggunakan Line and Staff
Organization System dengan bentuk perusahaan perseroan terbatas dan
modal pengelolaaan pabrik berasal dari pemerintah. Dewan Komisaris
selalu memberikan pembinaan dan pengawasan yang diperlukan
sehingga untuk tugas operasionalnya dibantu oleh dewan direksi yang
terdiri dari 5 orang direktorat, yaitu :
1. Direktur Utama
2. Direktur Produksi
3. Direktur Komersil
4. Direktur Teknik dan Pengembangan
5. Direktur SDM dan Umum
Bagan Struktur Organisasi PT. PUSRI yang ditentukan oleh dewan direksi,
yaitu:
1. Direktur, terdiri dari 1 orang Direktur Utama dan 4 orang
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Direktur pendukung.
General manager
Kepala departemen
Manager
Superintendent
Shift supervisor
Foremen senior
Karyawan/operator

Direktorat yang berhubungan dengan proses dan operasi pabrik adalah


Direktorat Produksi yang dipimpin oleh seorang direktur produksi dimana
direktur produksi tersebut membawahi secara langsung 3 Genderal
Manager.

20

Dalam mengelola unit-unit produksi, 3 Genderal Manager membawahi:


1. General Manager Operasi :
a. Departemen Operasi IB
b.Departemen Operasi II
c. Departemen Operasi III
d. Departemen Operasi IV
e. Departemen Pengantongan dan Angkutan
2. General Manager Teknologi :
a. Departemen Rendal Produksi
b. Departemen Laboratorium
c. Departemen Inspeksi Teknik
d. Departemen K3 & LH
3. General Manager Pemeliharaan :
a. Departemen Mechanical
b. Departemen Pemeliharaan listrik instrument
c. Departemen Perencanaan dan Pengendalian TA (Turn Around)
d. Departemen Perbengkelan

21

Setiap unit pabrik terdapat Supervisor yang berfungsi sebagai


koordinator antar unit pabrik dan penanggung jawab teknis pada sore dan
malam hari. Pembagian jam kerja terdiri dari empat shift grup dimana tiga
grup melakukan shift sedang satunya off. Setiap grup dikepalai oleh Kasi
Shift. Pengaturan jam kerja dari tiap shift adalah:
a. Day shift

pukul 0700 1500 WIB

b. Swing shift

pukul 1500 2300 WIB

c.

pukul 2300 0700 WIB

Night shift

3.1.4 Proses Pembuatan Pupuk Urea


Proses pembuatan Urea tersebut dibagi menjadi 6 unit, yaitu:
UREA
Seksi
Purifikasi
CO2
NH3

Proses Kondensasi

Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Produksi Urea PT. Pupuk


Sriwidjaja Palembang
1. Sintesa Unit
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik Urea,
untuk mensintesa Urea dengan mereaksikan Liquid NH 3 dan

22

gas CO2 di dalam Urea Reaktor dan ke dalam reaktor ini


dimasukkan juga larutan recycle karbamat yang berasal dari
bagian Recovery. Tekanan operasi di Sintesa adalah 175
Kg/cm2. Hasil Sintesa Urea dikirim ke bagian Purifikasi untuk
dipisahkan ammonium karbamat dan kelebihan ammonianya
setelah dilakukan stripping oleh CO2.
2. Purifikasi Unit
Ammonium karbamat yang tidak terkonversi dan
kelebihan amonia di unit Sintesa diuraikan dan dipisahkan
dengan cara tekanan dan pemanasan dengan dua step
penurunan tekanan, yaitu pada 17kg/cm2 G dan 22,2 kg/cm2 G.
Hasil peruraian berupa gas CO 2 dan NH3 dikirim ke bagian
Recovery, sedangkan larutan ureanya dikirim ke bagian
kristaliser.
3. Kristaliser Unit
Larutan urea dari unit Purifikasi dikristalkan dibagian ini
secara vacuum. Kemudian kristal ureanya dipisahkan di
Centrifuge. Panas yang diperlukan untuk menguapkan air
diambil dari panas sensibel larutan urea, maupun panas
kristalisasi urea dan panas yang diambil dari sirkulasi Urea
Slurry ke HP Absorber dari Recovery.
4. Prilling Unit
Kristal urea keluaran Centrifuge dikeringkan sampai
menjadi 99,8% berat dengan

udara panas, kemudian

dikirimkan ke bagian atas Prilling Tower untuk dilelehkan dan


didistribusikan merata ke seluruh distributor, dan dari

23

distributor dijatuhkan ke bawah sambil didinginkan oleh udara


dari bawah dan menghasilkan produk urea butiran (prill).
Produk urea dikirim ke bulk storage dengan belt conveyor.
5. Recovery Unit
Gas amonia dan gas CO2 yang dipisahkan dibagian
purifikasi diambil kembali dengan 2 step absorbsi dengan
menggunakan mother liquor sebagian absorbent kemudian di
daur ulang (Recycle) kembali ke bagian sintesa.
6. Proses Kondensat Treatment Unit
Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian
kristaliser didinginkan dan dikondensasikan. Sejumlah kecil
urea, NH3, dan CO2 ikut kondensat kemudian diolah dan
dipisahkan di stripper dan hydrolizer. Gas CO2 dan gas NH3nya dikirim kembali ke bagian purifikasi untuk di-recover.
Sedang air kondensatnya dikirim ke utilitas

3.1.5

Profil Departemen K3 & LH PT. Pupuk Sriwidjaja


Tugas utama divisi ini adalah mengelola, mengendalikan dan

memantau lingkungan industri PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang sejalan


dengan kebijaksanaan pemerintah di bidang Lingkungan Hidup, seperti
dijelaskan dalam :
a. UU Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan
Hidup
b. Surat Keputusan Menteri Perindustrian mengenai Lingkungan
Hidup No.12/SK/I/78 tanggal 26 Januari 1978 tentang pencegahan
dan penanggulangan lingkungan industri.

24

c. Surat Keputusan Menteri Perindustrian mengenai Lingkungan


Hidup, Ref SK No.134/M/SK/IV/88 tentang pencegahan dan
penanggulangan pencemaran.
Divisi lingkungan hidup, terdiri atas:
1.

Bagian

pengendalian

Bagian

pengendalian

pencemaran
2.
lingkungan hidup
Divisi kebakaran dan keselamatan kerja, terdiri atas:
1.

Bagian

penanggulangan

kebakaran dan kecelakaan kerja


2.

Kelompok

teknik

keselamatan kerja
3.

Bagian

hygiene

dan

pemeriksaan kesehatan (Hiperkes)


Sebelum keluarnya UU Lingkungan Hidup No.23 tahun 1997 dan
SK Menteri Perindustrian No.12/M/SK/I/78 Direksi PT. Pupuk Sriwidjaja
telah menggariskan kebijaksanaan umum mengenai Lingkungan Hidup,
yaitu :
1. Mengikutsertakan aspek lingkungan dalam tingkat perencanaan PT.
Pupuk Sriwidjaja dalam bentuk Teknologi, jenis proses serta bahan
pembantu dan penunjang proses.
2. Menetapkan pemakaian standard dan kriteria Lingkungan dari
Negara Maju seperti Jepang, Amerika Serikat dan lainnya.
3. Memasuki aspek Lingkungan di dalam dokumen lelang PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang.

25

4. Menetapkan pentingnya monitoring terhadap mutu limbah cair, gas,


dan kebisingan.

26

BAGAN ORGANISASI
DIVISI PENGENDALIAN PABRIK, KESELAMATAN KERJA & LINGKUNGAN DIREKTORAT PRODUKSI
PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

DIREKTUR PRODUKSI
GM PENGENDALIAN PABRIK K2L

MANAGER PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI

ENGINEER

MANAGER
K3 & LH

KEPALA LABOLATORIUM

SUPERINTENDENT
KIMIA ANALISIS

SUPERINTENDENT
LAB KONTROL

SUPERINTENDENT
SUPERINTENDENT PENGAWASAN & EVALUAS
HIPERKES

SUPERINTENDENT PENGENDALIAN PENCEMARAN


SUPERINTENDENT PK & KK
SHIFT SUPERVISOR PK & KK

SUPERINTENDENT LAB PENUNJANG SARANA

STAFF TKK

Gambar 3.4 Struktur Organisasi Divisi P2K2&L Direktorat Produksi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
Sumber : PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang (2014)

27

Berdasarkan SK/DIR/18/2005 tentang penyempurnaan organisasi


dalam lingkungan rektorat produksi, maka terhitung sejak tanggal 1
Januari 2005 status Divisi Lingkungan Hidup dalam struktur Organisasi
PT. Pupuk Sriwidjaja telah diubah menjadi Divisi Teknik Lingkungan.
Fungsi dari Divisi Teknik Lingkungan adalah sebagai penanggung jawab,
pelaksana, pemantau, dan pengawas kualitas lingkungan dan sekitarnya
termasuk dalam aspek biogeofisika, kimia, sosial, ekonomi, dan budaya.
Divisi ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Bagian Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup (PPLH),
bertugas sebagai penganalisa limbah dari seluruh pabrik yang ada
dan pengembangan teknik pengendalian dan pencemaran dari
limbah yang dihasilkan.
2. Bagian Pengawasan dan Evaluasi Lingkungan Hidup (PELH),
bertugas sebagai pengawas dan pengevaluasi data serta laporan
hasil pemantauan kualitas limbah, adminitrasi ISO 14001,
Implementasi dan Limbah B3 dan Pelaporan Eksternal tentang
Lingkungan Hidup.
Sebagai sarana dan prasarana utnuk menunjang tugas dan fungsi
dari bagian Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup (PPLH), maka
terdapat beberapa laboratorium antara lain :
1. Laboratorium Analisis Limbah Cair
Kegiatan yang dilakukan pada laboratorium ini adalah kualitas
limbah cair (effluent), analisa kualitas udara, analisa kualitas air,
pengamatan cuaca, curah hujan, kecepatan dan arah angin serta

28

penelitian dan percobaan. Analisa limbah cair dilakukan setiap hari


sebanyak dua kali (2x) pada pukul 08.00 WIB dan pada pukul
14.00 WIB dengan 17 titik pengamatan.
2. Laboratorium Hasil Limbah dan Sarana
Kegiatan yang dilakukan pada laboratorium ini berupa analisis,
membuat pereaksi kimia dan keperluan analisis, membuat kurva
kalibrasi untuk dianalisis kimia menggunakan spektrofotometri,
service, dan kalibrasi, perbaikan peralatan kerja serta membimbing
mahasiswa untuk kerja praktek dan Tugas Akhir. Lokasi
pengambilan sampel pada laboratorium meliputi Hidrolizer
Stripper, Oil Separator, dan Biological Ponds.
3. Laboratorium Penelitian Biologi dan Limbah
Kegaitan yang dilakukan pada laboratorium ini meliputi bioessay
(untuk limbah), Mikrobiologi, Plankton ( untuk sungai dan limbah),
bentos, elution test (katalis bekas) dan percobaan-percobaan teknik
pengendalian limbah secara fisika, biologi, kimia.
Bagian Pengawasan dan Evaluasi Lingkungan Hidup (PELH) terdiri
dari beberapa staff, yaitu sebagai berikut :
1. Staff Evaluasi dan Pelaporan
Staff ini bertugas antara lain melaksanakan

lingkungan,

mengevaluasi data pemantauan lingkungan, membuat laporan


untuk internal PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang dan Eksternal
(intansi pemerintah terkait), emmbantu menyusun program
produksi

bersih,

melakukan

monitoring

dan

menyiapkan

rekomendasi penanganan limbah, menyiapkan kerjasama dengan


pihak ketiga untuk pemantauan kualitas limbah di lingkungan

29

pabrik dan unit pengantongan pupuk (UPP) dan berkerjasama


dengan staff lainnya dalam mengusulkan rencana perbaikan saran
limbah.
2. Staff Sistem Manajemen Lingkungan
Staff ini mempunyai tugas, antara lain merencanakan dan
melaksanakan

program

SML

ISO-14001

serta

melakukan

pengawsan dan evaluasi terhadap penerapan prosedur dan program


SML ISO-14001, instruksi kerja dan pelaksanaan tindakan koreksi
yang harus dilakukan oleh unit kerja terkait apabila terjadi
penyimpangan dari target dan sasaran yang ditentukan dalam ISO14001, bekerjasama dengan unti kerja terkait dalam aspek
lingkungan yang berhubungan dengan modifikasi prosedur dan
peralatan atau pemakaian peralatan baru dan merencanakan dalam
SML.
Secara garis besar, lingkup pemantauan lingkungan dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu :
1. Pemantauan lingkungan di dalam kompleks industri PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang meliputi pemantauan effluent air limbah,
emisi limbah gas dan limbah padat.
2. Pematauan lingkungan di daerah atau di luar kompleks industri PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang yang diperkirakan karena dampak
meliputi pemantauan kualitas badan air, kualitas tanah dan air, serta
pemantauan di bidang sosial, budaya dan ekonomi. (akar masalah)
3.1.6

Kedudukan, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab

30

Departemen K3 & LH membawahi staff dari berbagai disiplin ilmu


dan keahlian serta dibagi dalam dua bagian seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, yaitu :
a. Bagian Pengawasan dan Evaluasi Lingkungan Hidup (PPLH)
b. Bagian Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup (PELH)
Tugas, wewenang dan tanggung jawab Departemen K3& Lingkungan
Hidup :
a. Agar sasaran dapat dicapai secara efektif dan sesuai dengan batasbatas wewenang yang diberikan oleh Manajer K3& LH, maka
bagian PPLH dan PELH bertanggung jawab atas

Lingkungan

Hidup meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, dan


pendidikan pengarahan pengendalian yang efektif untuk kegiatan
sebagai berikut :
Menyebarluaskan usaha cara-cara pencegahan, pencemaran
di unit-unit kerja yang sudah ada, memberikan rekomendasi
agar aspek lingkungan hidup selalu diperhatikan dalam

pembentukan unit-unit kerja yang akan datang.


Menyusun dan menyiapkan sarana & prasarana yang
diperlukan sehubungan dengan mempertimbangkan aspek

biaya dan manfaat.


Menetapkan
lingkungan sesuai dengan ISO-14001,
undang-undang dan peraturan pemerintah yang berlaku.

Sasaran Departemen K3 & LH

31

Terpeliharanya Lingkungan Hidup yang baik di seluruh inti


kerja perusahaan sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan yang
berwawasan lingkungan seperti yang tertera dalam UU. No. 32
Tahun 2009

DEPARTEMEN
K3 dan LH

Bagian
PELH

Bagian
PPLH

Bagian
PK & KK

Bagian
HYPERKES

Gambar 3.5 Struktur Organisasi Bagian Lingkungan Hidup


PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang
Sumber : PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang

Bagian
TKK

32

3.2

Realisasi Kegiatan Harian


Berikut dibawah ini tabel realisasi kegaiatn magang
Tabel 3.2 Realisasi Kegiatan Harian Kerja Praktek
No Hari/Tgl.
1
Senin,
02/03/201
5

Selasa
03/03/201
5

Rabu
04/03/201
5

Kamis
05/03/201
5

Jumt
06/03/201
5

Senin
09/03/201
5

Kegiatan
Pengarahan
dari
pihak
Pendidikan dan Pelatihan
PT.Pusri Palembang, Safety
induction
&
pengisian
formulir
badge
(tanda
pengenal)
Pengambilan
badge
&
memperkenalkan diri kepada
pembimbing lapangan beserta
staff divisi lingkungan hidup
PT. Pusri Palembang
Ikut
serta
pengambilan
sampel udara emisi dari
prilling tower PUSRI-IV serta
mempelajari profil PT.Pusri
Palembang
Berkunjung
ke
bagian
Hiperkes
dan
langsung
memperkenalkan diri serta
membantu memasukkan data
limbah
kebisingan
pada
pabrik P-I, P-II,P-III dan P-IV

Mengikuti
kegiatan
dari
bagian
Hiperkes
serta
mempelajari secara umum
kegiatan atau program kerja
yang dilakukan oleh bagian
Hiperkes PT.Pusri Palembang
Pengukuran
kebisingan,
kelembaban,
temperature,
cahaya di pabrik P-IV

Catatan Pencapaian Output


Output rancana kegaiatn hari
pertama tercapai

Output rencana kegiatan hari


kedua juga tercapai dengan
didapatkannya badge serta
telah mengenal pembimbing
lapangan serta staff divisi LH
Output rencana hari ketiga
tercapai dan output rencana
kerja hari keduabelas sudah
terlaksana pada hari ketiga ini
Output rencana kerja hari
keempat untuk mempelajari
standar serta peraturan terkait
lingkungan belum tercapai
dikarenakan surat keterangan
untuk berkunjung ke bagian
hiperkes selesai lebih cepat
dari yang direncanakan
Output rencana kerja hari
kelima
yaitu
mengikuti
kegiatan bagian hiperkes dan
mempelajari
program
kerjanya
untuk
setahun
kedepan tercapai
Output rencana kegiatan hari
keenam yaitu mendapatkan
data-data serta mempeljari
karakteristik limbah yang ada
di setiap pabrik belum
tercapai dikarenakan masih
mengikuti kegiatan di bagian

33

Selasa
10/03/201
5

Perkenalan & pemberian


materi produksi pupuk urea
yang ada di pabrik Pusri-IB
serta mencatat data tentang
gambaran perusahaan
Rabu
Mempelajari manual book
11/03/2015 operation pabrik Pusri-IB

Kamis
12/03/201
5

10

Jumt
13/03/201
5

11

Senin
16/03/201
5

12

Selasa
17/03/201
5

13

Rabu
18/03/201
5

hiperkes
Output yang diharapkan
mengenai
terbentuknya
dokumen tentang gambaran
perusahaan tercapai
Output yang diharapkan
berupa observasi lapangan
belum tercapai dikarenakan
pada saat itu pabrik sedang
dalam keadaan shut down
(mti)
oleh
karena
itu
berbahaya jika dipaksakan
untuk melanjutkan kegiatan.
Output yang diharapkan
berupa
bimbingan
oleh
pembimbing
lapangan
tercapai

Mempelajari flow diagram


(alur proses ) pabrik Pusri-IB
(limbah gas nya) serta
bimbingan
kepada
pembimbing lapangan
Mengikuti kegiatan presentasi Output rencana kegiatan yaitu
hasil alur proses package mengunjungi pabrik-pabrik
boiler P-IB
untuk melihat proses limbah
gas
belum
terlaksana
dikarenakan pabrik masih
dalam keadaan mati
Mempelajari lebih lanjut Output yang diharapkan
proses pengelolaan limbah tercapai yaitu didapatkannya
gas/emisi udara serta titik- informasi tambahan terkait
titik sumber keluarnya emisi titik-titik sumber emisi udara
udara yang ada
yang ada di setiap pabriknya
Mengikuti
kegiatan Output yang diharapkan
pengukuran sampling udara tercapai, diketahuinya cara
yang dilakukan oleh divisi menyampling udara yang
Lingkungan Hidup PT.Pusri dilakukan serta output pada
Palembang
hari ke-8 yaitu observasi
lapangan juga ikut tercapai
Mengikuti analisa limbah Output yang diharapkan
gas/emisi udara dari sampel tercapai
yaitu
dengan
yang diambil sebelumnya dan didapatkannya
data-data
melihat data-data pemantauan pemantauan kualitas udara
kualitas udara yang telah pada periode januari hingga
dilakukan dari mulai awal kegiatan magang berlangsung
tahun 2015 sampai kegaiatan (logbook laboratorium)

34

14

Kamis
19/03/201
5

15

Jumt
20/03/201
5

16

Senin
23/03/201
5

17

Selasa
24/03/201
5

18

Rabu
25/03/201
5

19

Kamis
26/03/201
5

20

Jumt
27/03/201
5

magang berlangsung
Konsultasi kepada
pembimbing lapangan

Mengikuti kegiatan
pengelolaan limbah cair dan
bahan beracun dan berbahaya
oleh divisi Lingkungan Hidup
PT.Pusri Palembang
Mempelajari lebih lanjut
standar operasional prosedur
pemantaun kualitas udara
yang dilaksanakan oleh PT.
Pusri Palembang dan
peraturan perundangundangan yang terkait

Mempelajari tata cara


penanganan pada limbah
gas/emisi udara apabila
terjadi trouble (masalah) di
salah satu pabrik produksi
dan mengumpulkan serta
mengumpulkan soft file datadata rekapan pemantauan
kualitas udara
Merancang bahan untuk
penyuluhan kesehatan
lingkungan pada pekerja di
divisi lingkungan hidup
Mengumpulkan data-data
hasil analisis laboratorium
sampel udara terbaru yang
diambil beberapa hari
sebelumnya terkait
pemantauan kualitas udara
Menyusun laporan kegiatan
magang

Output
tercapai
yaitu
mendapatkan bimbingan dari
pembimbing lapangan terkait
pengolahan limbah gas/emisi
udara
Kegiatan terlaksana dengan
lancer

Output tercapai dilihat dari


diketahuinya
standar
operasional
prosedur
pemantauan kualitas udara
yang
dilakukan
divisi
Lingkungan Hidup PT.Pusri
Palembang serta peraturan
perundang-undangan
yang
dijadikan
acuan
dalam
pemantaun kualitas udara
Output terlaksana dengan
diketahuinya
penanganan
limbah gas/emisi udara jika
terjadi trouble (masalah) pada
salah satu pabrik produksi

Output
tercapai
dengan
terbentuknya
rancangan
bahan untuk penyuluhan
kesehatan
Output
tercapai
dengan
didapatkannya rekapan datadata terbaru pemantauan
lingkungan

Output tercapai

35

21

22

Senin
30/03/201
5
Selasa
31/03/201
5

23

Rabu
01/04/201
5

24

Kamis
02/04/201
5

25

Senin
06/04/201
5
Selasa
07/04/201
5

26

Evaluasi jalannya kegiatan


dibandingkan dengan rencana
kerja terlaksana
Merekap data-data terbaru
pemantauan kualitas udara
emisi dari tiap-tiap cerobong
pabrik mulai dari periode
januari hingga maret 2015
Menyusun rekomendasi
manajemen lingkungan dari
data-data yang telah didapat
sebelumnya
Evaluasi terakhir selama kerja
praktek dan mencari data
yang masih diperlukan serta
penyuluhan kesehatan kepada
pekerja
Penyelesaian laporan serta
konsultasi kepada
pembimbing lapangan
Pengumpulan dokumen
laporan kepada pembimbing
lapangan dan pihak diklat

Evaluasi
lancer

berjalan

dengan

Output
tercapai
dengan
didapatkannya tambahan data
terbaru

Output
tercaai
dengan
terbentuknya
rekomendasi
manajemen lingkungan
Kegiatan terlaksana dengan
baik

Laporan terselesaikan

Laporan magang diserahkan


kepada pembimbing lapangan
serta pihak diklat PT.Pusri
Palembang

3.3 Analisis Situasi Pengolahan limbah gas/emisi udara PT. Pupuk


Sriwidjaja Palembang
Analisis situasi merupakan langkah awal dalam siklus pemecahan
masalah (problem solving). Analisis situasi adalah sebuah penilaian
terhadap situasi kesehatan terkini dan merupakan landasan untuk
merancang dan memperbaharui regulasi nasional, strategi dan perencanaan
(WHO, 2014).
PT.Pusri Palembang sebagai perusahaan yang
beribu-ribu ton

menghasilkan

produksi pupuk urea setiap harinya tentunya

menghasilkan berbagai jenis limbah yang dibuang ke lingkungan


sekitarnya antara lain, limbah cair, padat, gas maupun limbah bahan

36

berbahaya dan beracun setiap harinya. Limbah gas/emisi udara adalah


limbah yang paling cepat dirasakan keberadaannya oleh makhluk hidup
yang tinggal disekitar pabrik PT.Pusri Palembang dibanding jenis-jenis
limbah lainnya. Dampak dari limbah gas ini dirasakan terutama oleh
penduduk yang bermukim di sekitar pabrik PT.Pusri Palembang.
Untuk menilai gambaran pengolahan limbah gas/emisi udara yang
dihasilkan oleh kegiatan produksi pupuk urea PT. Pusri Palembang, maka
dilakukan suatu analisis situasi dengan mengidentifikasi aspek input,
3.3.1

proses dan output sebagai berikut:


Input
1) Sumber Daya Manusia (Man)
Pengolahan limbah gas/emisi udara di PT.Pusri Palembang dilakukan
dibawah kewenangan departemen K3 dan LH. Departemen ini dipimpin
oleh Ir. Dani Bahar selaku manager di departemen K3 dan LH. Bagian
yang bertanggung jawab dalam upaya pengendalian pencemaran dipimpin
oleh Bapak Sigemas selaku superintendent pengendalian pencemaran
bagian lingkungan hidup dengan beranggotakan 8 staff pekerja.
Sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pengolahan limbah di
suatu perusahaan tergantung pada otoritas ataupun kebijakan perusahaan
tersebut untuk menentukan jumlah (kuantitas) sumber daya manusia yang
mereka butuhkan. Suatu perusahaan ataupun industri seperti yang
dijalankan oleh PT. Pusri Palembang mengacu

pada Undang-Undang

Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,


Keputusan Menteri Negara Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 102 Tahun
2004

tentang waktu kerja dan upah kerja lembur dalam hal acuan

ketenagakerjaan di perusahannya. Kualitas tenaga kerja yang ada di


PT.Pusri Palembang terbukti dengan adanya pelatihan kerja pada karyawan

37

tetap secara rutin guna meningkatkan kapasitas dan kualitas (skill)


karyawan

PT.Pusri Palembang dalam mengoperasikan perangkat-

perangkat yang ada didalam mauapun diluar kawasan pabrik produksi.


Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara menyatakan bahwa Setiap orang yang melakukan
usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan emisi dan/atau baku tingkat
gangguan ke udara ambien wajib : menaati baku mutu udara ambien, baku
mutu emisi, dan baku tingkat gangguan yang ditetapkan untuk usaha
dan/atau kegiatan yang dilakukannya; melakukan pencegahan dan/atau
penanggulangan pencemaran udara yang diakibatkan oleh usaha dan/atau
kegiatan yang dilakukannya; memberikan informasi yang benar dan akurat
kepada masyarakat dalam rangka upaya pengendalian pencemaran udara
dalam lingkup usaha dan/atau kegiatannya. Artinya perusahaan wajib
mematuhi dan menjalankan peraturan tersebut dengan

mengandalkan

sumber daya manusia yang diberi tanggung jawab dalam proses


pelaksanaan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam
tersebut yang dalam hal ini PT.Pusri Palembang membentuk departemen
Kesehatan, Keselamatan, Kerja dan Lingkungan Hidup (K3 dan LH) yang
menjalankan proses tersebut.
2) Pendanaan (Money)
Sebagai perusahaan milik negara, sumber pendanaaan proses
pemantauan lingkungan atau pengolahan limbah-limbah hasil sampingan
produksi PT. Pusri Palembang bersumber dari anggaran umum PT. Pusri
Palembang itu sendiri. Anggaran perusahaan pada umumnya berasal dari
keuntungan penjualan produk dan bantuan dana dalam bentuk modal usaha

38

dari pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) sebagai pemegang otoritas tertinggi.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1984

Tentang Perindustrian pada

pasal 9 ayat 4 menyatakan bahwa setiap penanggung jawab usaha dan


atau kegiatan melakukan suatu upaya pencegahan timbulnya kerusakan
dan pencemaran terhadap lingkungan hidup, serta pengamanan terhadap
keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam. Dalam hal ini secara
jelas dalam proses produksinya yang selalu membuang hasil sampingan
berupa limbah-limbah pabrik, PT. Pusri Palembang wajib mentaati
persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan industri. Maka dalam upaya
pemenuhan persyaratan tersebut PT. Pusri Palembang telah menyediakan
pendanaan khusus untuk pengelolaan dan pengolahan limbah-limbah
pabrik yaitu dibawah kewenganan serta tanggung jawab departemen K3 &
LH untuk penatalaksanaan pengelolaan limbah cair PT. Pusri Palembang.

3) Bahan Baku (Material)


Pada proses pengolahan limbah gas/emisi udara yang ada di PT.Pusri
Palembang, bahan baku dalam mengolah limbah gas tersebut pada
hakikatnya sesuai dengan proses pengolahan atau produksi dari pupuk urea
nya tersebut yaitu mulai proses sintesa hingga proses kondensat
(Treatment Unit). Dimana sebagain proses pengolahan limbah gas/emisi
udara ini menggunakan alat-alat canggih dalam upaya mengurangi volume
gas yang keluar dari setiap sumber emisinya, lain hal dengan pengelolaan

39

limbah cair yang menggunakan bahan tambahan seperti tawas dalam hal
mengurangi beban pencemaran limbah cair pada badan air yang ada.
Bahan baku utama yang digunakan oleh PT. Pupuk Sriwidjaja
Palembang untuk menjalankan prosesnya adalah gas alam yang berasal
dari Pertamina, steam (uap air) yang diperoleh dari air sungai Musi, dan
udara yang diperoleh dari lingkungan. Amonia digunakan sebagai bahan
mentah dalam industri kimia. Amonia dibuat dari bahan baku gas bumi
yang direaksikan dengan udara dan uap air yang diproses pada suhu dan
tekanan tinggi secara bertahap melalui beberapa reaktor yang mengandung
katalis.
Amonia juga adalah senyawa kimia berupa gas yang berbau tajam.
Pabrik Amonia PT Pusri Palembang ialah pabrik yang menghasilkan
amonia sebagai hasil utama dan karbon dioksida (CO2)

sebagai hasil

samping yang keduanya merupakan bahan baku pupuk urea.


Bahan baku pembuatan amonia adalah gas bumi yang diperoleh dari
Pertamina dengan komposisi utama metana (CH4) sekitar 70% dan Karbon
dioksida (CO2) sekitar 10%. Steam atau uap air diperoleh dari air Sungai
Musi setelah mengalami suatu proses pengolahan tertentu di Pabrik
Utilitas. Sedangkan udara diperoleh dari lingkungan, dan sebelum udara
ini digunakan sebagai udara proses, ditekan terlebih dahulu oleh
kompressor udara.
Bahan baku yang digunakan dari proses produksi Pabrik Urea, antara lain :
1. Karbondioksida (CO2)
Spesifikasi :
CO2
= 98%
Sulfur
= 1,0 ppm Vol maks
H2O
= Jenuh
Tekanan
= 0,6 Kg/cm2 min
Suhu
= 380C
2. Amonia (NH3)
Spesifikasi :

40

NH3
= 99,5% wt min
H2O
= 0,5% wt maks
Oil
= 5,0 ppm wt maks
Tekanan
= 18 kg/cm2 min
Suhu
= 300C
Bahan Pembantu : Uap air (steam), air demin (demin water) air
pendingin (cooling water), Air tersaring (filter water), Air pemadam
kebakaran, Udara Instrument, Udara Pabrik untuk pasivasi, Gas nitrogen
dan listrik. Rasio bahan baku dan bahan pembantu. Rasio bahan baku dan
pembantu untuk membuat 1 ton Urea adalah sebagai berikut :
1. Amonia
= 0,568 ton
2. Gas CO2
= 0,745 ton
3. Listrik
= 30 Kwh
4. Air Pendingin = 88 m3
5. Uap Air
= 0,99 ton
Kualitas Produk
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nitrogen
= 46,2%
Biuret
= 0,5% maks
Moisture
= 0,3% maks
Kandungan
= 1,0 ppm maks
NH3 Bebas
= 150 ppm maks
Abu
= 15 ppm maks
Ukuran Butir >6 mesh = 95% min

Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2 dan
liquid NH3 yang disupply dari Pabrik Amonia.
4) Metode (Methode)
Metode dalam pengolahan limbah gas/emisi udara yang
dilakukan oleh PT.Pupuk Sriwidjaja adalah dengan meengurangi atau
mereduksi gas yang terbuang dari sumber-sumber emisi yang ada di
setiap pabrik. Gas seperti sulfur dioksida (SO 2), nitrogen dioksida
(NO2), debu urea dan amonia (NH3) hanya dilakukan pemantauan
sesuai periode pemantauannya, untuk SO2 dan NO2 dipantau dalam

41

tiga (3) bulan sekali sedangkan untuk debu urea dan amonia (NH 3)
dipantau selama satu (1) bulan sekali.
Selain melakukan pemantauan emisi udara secara rutin setiap
periodenya,

pengolahan

limbah

gas/emisi

udara

dilakukan

menggunakan alat-alat canggih yang berfungsi mereduksi limbah gas


sebelum benar-benar dibuang ke udara bebas. Untuk setiap limbah gas
yang dipantau mengacu kepada baku mutu emisi udara pabrik pupuk
urea seperti yang telah di tetapkan oleh Pemerintah yaitu Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No 133 tahun 2004 dan Peraturan
Gubernur Sumsel No 6 Tahun 2012 .
5) Peralatan (Machine)
Alat yang digunakan untuk pemantaun emisi udara (NH 3 dan
debu urea) yang dilakukan oleh pihak PT.Pusri Palembang sendiri
adalah impinger dan tube amonia. Dimana untuk impinger dilakukan
pemantauan selama kurang lebih 30 menit di tiap-tiap menara
cerobong (prilling tower) sebagai sumber emisi udara yang menjadi
sampel lalu dibawa ke laboratorium lingkungan yang selanjutnya akan
dianalisis dengan spektrofotometri beban pencemarannya. Impinger
ini bisa mendeteksi berbagai macam polutan udara yang termasuk
didalamnya termasuk NH3 (amonia) dan urea dijadikan sampel udara.
Sedangkan tube amonia berfungsi hanya dapat mendeteksi polutan
NH3 saja, namun untuk tube amonia ini bisa dibilang praktis
dikarenakan pengukurannya in situ atau pengukuran udaranya
dilakukan langsung

di lokasi.

Tube ammonia

bisa langsung

mengetahui berapa beban pencemaran ammonia di setiap titik


pemantauan kualitas udaranya.

42

Pemantauan pada boiler-boiler pembangkit listrik di setiap pabrik


dilakukan oleh pihak ketiga yaitu bagian Hiperkes Dinas Tenaga Kerja
& Transmigrasi Provinsi Sumatera Selatan yang meliputi pemantauan
emisi udara NO2,

SO2 serta opasitas yang ada pada boiler-boiler

pembangkit listrik di setiap pabriknya.


Untuk penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam pelaksanaan
pemantauan udara rutin setiap bulannya di lokasi menara pembutri
(Prilling Tower) belum sepenuhnya dilaksanakan oleh oleh staff
pekerja bagian Lingkungan Hidup. Dalam dua (2) kali kegiatan
pemantauan udara yang diikuti selama proses magang di bagian
Lingkungan Hidup, terbukti bahwa staff pekerja yang bertugas untuk
melakukan pemantauan emisi udara di prilling tower tidak
menggunakan perlengkapan APD secara menyeluruh seperti tidak
menggunakan masker penutup mulut untuk melindungi dari paparan
gas amonia dan debu urea yang keluar dari cerobong-cerobong yang
ada di prilling tower tersebut.

Gambar 3.6 Kegiatan Pemantauan Kualitas Udara


3.3.2

Proses
Sumber limbah yang ada di PT. Pusri Palembang berasal dari sisa

kegiatan pembuatan pupuk urea. Limbah yang dihasilkan terdiri dari limbah

43

cair, limbah padat, dan limba gas. Masing-masing limbah ini perlu diolah
dengan teknologi yang sesuai dengan karakteristik limbah. Dalam kegiatan
magang yang dilakukan oleh penulis pada saat ini fokus kepada limbah
gas/emisi udara.
Amonia (NH3) selain menjadi bahan baku utama dalam pembuatan
pupuk urea memang merupakan unsur pencemar gas yang paling dominan di
PT Pusri Palembang karena fasanya yang berupa gas pada tekanan atmosfer
dan baunya yang sangat menyengat dan mengganggu, serta berbahaya
(mudah terbakar). Namun selain amonia sebagai unsur pencemar gas yang
paling dominan, masih terdapat beberapa unsur-unsur lainnya yang tidak
kalah pentingnya berkontribusi sebagai unsur pencemar dari aktivitas
produksi pupuk urea ini yaitu antara lain partikel debu urea yang ikut keluar
melalui cerobong pada prilling tower, nitrogen dioksida (NO2) dan sulfur
dioksida (SO2) yang diemisikan melalui boiler-boiler pembangkit listrik yang
ada di setiap pabrik.
Limbah gas yang ada secara keseluruhan hanya dilakukan tindakan
pengolahan yaitu lebih mengutamakan cara untuk menghilangkan dan atau
mengurangi dampak yang terjadi. Lain halnya pada proses pengeloaan yang
lebih mengutamakan proses pengendalian dari hulu ke hilir sampai kegiatan
produksi benar-benar pada akhirnya harus menjadi limbah.

44

Gambar 3.7 Diagram Pengolahan Limbah PT. Pusri Palembang

45

Secara lebih rinci dijelaskan terdapat enam sumber emisi yang


terdapat pada PT. Pusri Palembang, antara lain yaitu:
1. Sisa Pembakaran di Primary Reformer
Primary Reformer berfungsi untuk menghasilkan H2 yang
digunakan sebagai bahan baku pembuatan Amonia, Hidrogen yang
dihasilkan secara ekonomis pada temperature tinggi. Gas sisa
pembakaran (fuel gas) akan dialirkan ke bawah melalui radinant
section dan convection section.
2. Sisa gas pembakaran di Package Boiler
Sumber panas dari boiler ini berasal dari pembakaran fuel
(bahan bakar). Package Boiler yang ada di PT. Pusri Palembang
memiliki kapasitas (desain) sebesar 100 ton/jam. Tekanan steam yang
dihasilkan adalah 42,5 kg/cm2 dan temperatur 4000C. sumber panas
package boiler berasal dari burner (multi jet type & ring burner)
dengan bahan bakar berupa gas alam.
3. Sisa gas buang di Waste Heat Boiler
Boiler jenis ini sumber panas utamanya berasal dari fluida
proses peralatan lain. Unit waste heat boiler di pabrik utilitas memiliki
kapasitas (desain) sebesar 90 ton/jam. Tekanan steam yang dihasilkan
adalah 42,5 kg/cm2 Sumber panas waste heat boiler didapat dari
exhaust dan supplemental burner (Grid Type Duct Burner) yang
berbahan bakar gas alam.
4. UGB-304 Prilling Tower pabrik urea
Prilling tower akan mengeluarkan emisi dari limbah hasil
pembuatan pupuk urea. Prilling tower memiliki ketinggian 20 meter
dari permukaan tanah. Emisi yang keluar dari prilling tower berupa
NH3 dan debu urea. Emisi yang keluar dari prilling tower dipantau

46

secara

terus

menerus

selama

24

jam

setiap

hari

dengan

mempergunakan alat Continous Emissions Monitoring (CEM).


Sedangkan pemantauan manual secara rutin dilakukan setiap satu
bulan sekali.
5. Sistem Venting
Sistem venting berfungsi mengeluarkan unsur perusak yang
tidak memenuhi syarat. Dalam keadaan seperti itu maka keran akan
dibuka untuk mengeluarkan gas-gas yang merupakan unsur perusak,
gas-gas tersebut adalah emisi yang dikeluarkan ke atmosfer. Namun
emisi yang dikeluarkan dari sistem venting ini sangat jarang terjadi
atau pada saat-saat tertentu saja dikeluarkaannya yaitu ketika gas yang
berada pada sistem operasi pabrik sudah melebihi kapasitasnya
sehingga mau tidak mau katup (valve) sengaja dibuka untuk
mengurangi tekanan dan suhu pada sistem perpipaan produksi urea.
Maka dari itu sistem venting ini sebenarnya tidak termasuk sebagai
sumber emisi udara yang utama dikarenakan tidak selalu saat gas yang
mengandung unsur perusak tadi dibuang ke atmosfer dan hanya pada
saat-saat tertentu saja.
6. Poping Relief Valve
Poping Relief Valve dipasang di atas tangki/storage (contohnya:
storage NH3). Adapun fungsi dari poping relief valve adalah untuk
mengatur apabila sewaktu-waktu emisi dari tabung NH3 melampaui
batas yang kemudian akan dikeluarkan ke atmosfer. Namun sama
halnya dengan sistem venting tadi, keadaan seperti ini sangat jarang
terjadi bahkan bisa dikatakan cenderung tidak terjadi sehingga poping

47

relief valve bukan termasuk sebagai sumber utama pencemaran di PT.


Pupuk Sriwidjaja Palembang ini.

Gambar 3.8 Peta Sumber Emisi PT.Pusri Palembang


Untuk kegiatan pengolahan

limbah gas/emisi udara yang

dilakukan oleh PT.Pusri Palembang seperti yang tertera pada gambar


3.8 adalah dengan cara melakukan pembangunan Purge Gas Recovery
Unit (PGRU), memasang scrubber pada vent, dan membuat green
barrier seperti yang dijelaskan dibawah ini:
1.

Tahap Pemanfaatan Ulang Gas Gurahan (Purge Gas Recovery)


Purge Gas Recovery Unit (PGRU) merupakan unit pabrik yang

berfungsi mengolah kembali gas buangan dari proses pemurnian amonia


pada pemisah amonia sekunder lebih tepatnya pada purge gas separator.
Gas yang dibuang tersebut masih kaya akan NH 3, H2, dan terakhir gas
metana yang masih dapat dimanfaatkan oleh fuel system. Dalam sistem
membran, gas yang masuk hasil pembuangan di purge gas separator
dihilangkan kandungan amonianya dengan dilucuti oleh air pada sebuah
kolom. Amonia akan larut dalam air sedangkan komponen gas yang lain

48

keluar melalui bagian atas stripper. Air yang telah mengandung amonia
kemudian dipanasi sehingga amonia murni akan menguap. Uap amonia
ini kemudian ditampung di penampung amonia.
Pada unit PGRU ini, purge gas yang memiliki komposisi desain
H2: 61,1 % mol, N2: 20,2 % mol, Ar: 3,79 % mol, CH 4: 12,78 % mol dan
NH3: 2,13 % mol diolah dengan proses tersebut di atas menjadi produk
sebagai berikut :
a) Produk utama berupa gas kaya H2 dengan kemurnian 7580% yang selanjutnya dimanfaatkan kembali ke pabrik
Amonia yang diumpankan di inlet 129-C.
b) Produk samping berupa tail gas/fuel gas dengan komposisi
H2 15,29% mol dan CH4 34,15% mol yang dimanfaatkan
untuk tambahan bahan bakar di primary reformer sehingga
diharapkan dapat mengurangi pemakaian gas bumi sebagi
fuel (bahan bakar).
c) Ammonia, yang merupakan hasil pemisahan di unit
recovery PGRU akan dikirim kembali ke pabrik Urea dan
juga digunakan sebagai make up untuk refrigerant receiver
Pabrik Ammonia.

49

Gambar 3.9 Pure Gas Recovery Unit (PGRU)


2.

Scrubber
Scubber berfungsi untuk menyerap mix gas ammonia dan CO2
yang keluar dari bagian atas reaktor menggunakan larutan karbamat daur
ulang yang berasal dari unit High Pressure Absorber (HPA). Tekanan
operasi scrubber (DA-102) ini sama dengan tekanan operasi di reaktor
urea dan suhu bagian bawah sekitar 1800C.
Scrubber merupakan salah satu unit pengolahan emisi, emisi yang
berasal dari unit HGA dialirkan ke dalam scrubber yang selanjutnya akan
diolah melalui unit Hydrolizer-Stripper. Sebelumnya emisi akan
diencerkan menggunakan air penyerap yang kemudian selajutnya emisi
yang telah diencerkan akan dialirkan ke collecting pit. Didalam
collecting pit, emisi yang telah diencerkan akan bercampur dengan
semua air limbah kiriman dari PUSRI II,III, dan IV.

Gambar 3.10 Scrubber


3.

Modified Dust Recovery System (MDRS)


Modified Dust Recovery Systems (MDRS) berfungsi untuk
memaksimalkan recovery debu urea yang akan keluar ke udara ambien
dari menara pembutir (Prilling Tower). MDRS dipasang pada setiap
Prilling Tower, yang mempunyai prinsip kerja seperti wet scrubbing.
MDRS beroperasi dengan air dan debu Urea dikotakkan pada suatu

50

packing ring agar penyerapan debu Urea lebih efektif. Air hasil
penyerapan ini ditampung di dissolving tank untuk selanjutnya secara
perlahan-lahan dikirim kembali ke sistem pabrik urea.
4.

Continuous Emission Monitoring System (CEMs)


CEMs berfungsi sebagai alat pemantauan kualitas emisi udara
secara terus-menerus pada cerobong tertentu. (CEMs) ini diperlukan
karena untuk mengetahui dan menentukan jumlah konsentrasi gas atau
partikel atau tingkat emisi pencemar menggunakan pengukuran analisa
dan persamaan konversi, grafik, atau program komputer untuk
menghasilkan hasil dalam satuan pembatasan emisi yang berlaku atau
standar. Kualitas data yang dihasilkan oleh CEMs digunakan untuk
menentukan konsentrasi sesuai dengan standar emisi pada secara terus
menerus sebagaimana ditentukan dalam peraturan yang berlaku dalam
hal ini PT. Pusri Palembang mengacu kepada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No.133 Tahun 2004 tentang baku mutu emisi bagi
kegiatan industri pupuk.
Sama halnya dengan MDRS, CEMs juga ditempatkan pada
Prilling Tower akan tetapi perbedaannya terletak pada ketersediaannya
pada setiap menara pembutir. Jika MDRS tersedia disetiap menara
pembutir, akan tetapi CEMs tidak semua unit menara pembutir ada
melainkan hanya berada pada PUSRI III dan IV saja. Hal ini sesuai
ketentuan yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan dimana
pelaporan hasil pemantauan oleh CEMs ini harus dilaporkan sekali dalam
3 (tiga) bulan kepada pemerintah daerah masing-masing dalam hal ini

51

PT. Pusri Palembangmelaporkan kepada Walikota Kota Palembang


dengan tembusan kepada Gubernur dan Menteri Negera Lingkungan
Hidup.

Gambar 3.11 Continuous Emissions Monitoring Systems (CEMS)


Selain menggunakan alat-alat canggih sebagai bagian dari
pengolahan limbah gas yang ada, PT.Pusri Palembang juga melakukan
suatu

pemantauan kualitas udara secara rutin. Evaluasi pemantauan

kualitas udara emisi di lingkungan PT. Pusri Palembang dilakukan oleh


dua pihak, yaitu pihak dari internal PT. Pusri Palembang sendiri yaitu
diwakili oleh bagian PPLH (Pengendalian Pencemaran Lingkungan
Hidup) divisi Lingkungan Hidup PT. Pusri Palembang dan dari pihak
ketiga yaitu Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi UPTD Balai Hiperkes &
Keselamatan Kerja Provinsi Sumatera Selatan. Parameter emisi yang
diukur diantaranya NH3, Urea, NO2, SO2 dan opasitas. Pengambilan
sampel emisi diambil dari sumber-sumber emisi PT.Pusri Palembang
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

52

Bagian PPLH hanya mengukur emisi NH3 dan debu urea yang
terdapat pada Prilling Tower. Pengukuran oleh bagian PPLH ini rutin
dilakukan

setiap satu bulan sekali untuk setiap cerobong pabriknya.

Sedangkan pihak Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi sebagai pihak


ketiga memantau kualitas udara dari seluruh sumber emisi yang terdapat
pada lokasi pabrik PT. Pusri Palembang dan pemantauan dilakukan setiap
tiga (3) bulan sekali sehingga dalam satu tahun hanya dilakukan empat
(4) kali pemantauan. Baik data yang didapat dari bagian PPLH maupun
dari Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi nantinya akan dibandingkan
satu sama lain.
Sebagai bukti komitmen PT. Pusri Palembang

terhadap

kelestarian lingkungan terhadap emisi udara yang telah dikeluarkan,


perusahaan secara berkala rutin mengirim laporan pemantauan kualitas
udara 3 bulan sekali sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41
tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara. Pelaporan dilakukan
oleh departement K3 & LH Divisi Ligkungan Hidup kepada Kementerian
Lingkungan Hidup dan Walikota Palembang melalui Badan Lingkungan
Hidup Daerah (BLHD) Kota Palembang.
Tabel 3.3 Target Baku Mutu Emisi Udara PT.Pusri Palembang
No
1
2
3
4
5

Sumber
Primary Reformer
Prilling
Tower/Granulasi
Gas Turbine/Waste
Heat Boiler
Semua Sumber
Tenaga Ketel Uap
(Power Boiler)

Parameter
Nitrogen dioksida (NO2)
Total Partikel
Amoniak (NH3)
Nitrogen dioksida (NO2)

Baku Mutu Emisi *)


Satuan : (mg/Nm3)
1400
`500
500
175

Opasitas
Total Partikel
Sulfur dioksida (SO2)
Nitrogen dioksida (NO2)
Opasitas

40%
230
800
1000
20%

53

Keterangan *) = Lampiran IIA KepmenLH No.133 Tahun 2004


Pada hakikatnya lampiran yang harus digunakan oleh PT. Pusri
Palembang dalam acuan baku mutu emisi udara adalah Lampiran IIB
dikarenakan Lampiran IIA sudah tidak berlaku semenjak 1 Januari 2009.
Baku mutu emisi yang terdapat pada Lampiran IIB lebih ketat
dibandingkan baku mutu yang terlampir pada Lampiran IIA KepmenLH
No.133 Tahun 2004.

Tabel 3.4 Baku Mutu Emisi Udara KepmenLH No.133 Tahun 2004
Lampiran IIB
No
1
2
3
4
5

Sumber
Primary Reformer
Prilling
Tower/Granulasi
Gas Turbine/Waste
Heat Boiler
Semua Sumber
Tenaga Ketel Uap
(Power Boiler)

Parameter
Nitrogen dioksida (NO2)
Total Partikel
Amoniak (NH3)
Nitrogen dioksida (NO2)

Baku Mutu Emisi *)


Satuan : (mg/Nm3)
700
`250
300
125

Opasitas
Total Partikel
Sulfur dioksida (SO2)
Nitrogen dioksida (NO2)
Opasitas
Keterangan *) = Lampiran IIB KepmenLH No.133 Tahun 2004
3.3.3

20%
230
800
1000
20%

Output
Output dari pelaksanaan pengelolaan limbah gas/emisi udara yang

dilakukan PT. Pusri Palembang ini adalah berdampak buruk atau tidaknya
limbah gas yang dibuang ke udara bebas terhadap lingkungan disekitarnya.
Oleh karena itu, untuk menilai output dari pelaksanaan kegiatan pengolahan

54

limbah gas/emisi udara, digunakan indikator pencapaian berupa perbandingan


kesesuaian dengan regulasi yang berlaku. Regulasi yang digunakan sebagai
indikator pelaksanaan pengolahan limbah gas/emisi udara adalah Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 133 Tahun 2004 serta Peraturan
Gubernur Sumsel No. 6 Tahun 2012 tentang Baku Mutu emisi udara bagi
industri pupuk.
Sampling dilakukan pada sumber-sumber emisi yang telah dijelaskan
sebelumnya, dimana untuk setiap sumber emisi yang ada mengeluarkan unsur
pencemar udara yang berbeda-beda tergantung sumber emisi yang
mengeluarkan gas tersebut. Namun, jika dibandingkan dengan sumber emisi
yang ada, menara pembutir (prilling tower) menjadi sumber emisi paling
dominan dibanding dengan sumber lainnya yaitu mengemisikan unsur
pencemar berupa gas NH3 (amonia) yang pada hakikatnya adalah natural gas
utama yang dihasilkan dari industri pupuk urea seperti PT. Pusri Palembang
ini. Gas amonia yang dikeluarkan menjadi lebih dominan dibanding polutanpolutan udara lainnya seperti partikel debu urea, nitogen dioksida (NO2),
sulfur dioksida (SO2) dan opasitas.

No

mg/Nm3

Jan
51,7

Bulan
Feb
54,8

Mar
-

Urea

mg/Nm3

5,18

35,25

500*)

NH3

mg/Nm3

52,1

72,2

100,8

500*)

Urea

mg/Nm3

8,34

15,24

73,61

500*)

NH3

mg/Nm3

89,9

76,92

78,1

500*)

Urea

mg/Nm3

68,34

57,66

66,73

500*)

NH3

mg/Nm3

75,7

82,9

70,3

500*)

Urea

mg/Nm3

25,62

45,2

51,6

500*)

Pabrik

Parameter

Satuan

Prilling Tower

NH3

1
PUSRI IB
Prilling Tower
2
PUSRI II
Prilling Tower
3
PUSRI III
Prilling Tower
4
PUSRI IV

BMEU
500*)

55

Berikut merupakan hasil rekapitulasi pemantauan kualitas udara NH 3


dan debu urea PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang periode Januari-Maret 2015.
Sampel udara diambil di setiap cerobong emisi yang terdapat pada Priliing
Tower di setiap pabrik.
Tabel 3.5 Rekapitulasi Pemantauan Kualitas Udara Periode Januari-Maret 2015
Sumber : PT. Pusri Palembang, 2015
Ket: *) Baku Mutu Emisi Udara Nomor Kep-133/MENLH/2004 Lampiran IIA
3.3.3.1 Pembahasan Hasil Pengukuran
1. Amonia (NH3)
Grafik 3.1 Rekapitulasi Pemantauan Kualitas Emisi Udara NH3 Periode Januari-Maret
600
500
400

Prilling Tower PUSRI IB

300

Prilling Tower PUSRI II

Konsentrasi NH3 (mg/Nm3) 200 89.9 100.8


82.9770.3
8.1
76.92
75.7
72.2
54.8
51.7
52.1
100

Prilling Tower PUSRI III


Prilling Tower PUSRI IV
BMEU

Periode Pemantauan

Amonia merupakan salah satu senyawa yang keberadaannya di alam


diperlukan oleh makhluk hidup, dalam jumlah yang besar senyawa
kimia ini mempunyai sifat yang toksik (racun) dan dapat
mengganggu estetika karena dapat menghasilkan bau yang menusuk
dan terjadinya eutrofikasi di daerah sekitarnya (Titiresmi dan Nida
Sopiah, 2006).

56

Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara emisi NH 3 yang


dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015 diketahui bahwa
konsentrasi NH3 tertinggi setiap bulannya antara lain yang terjadi
pada bulan Januari berasal dari Prilling Tower PUSRI III yaitu
sebesar 89,9 mg/Nm3, bulan Februari berasal dari Prilling Tower
PUSRI IV yaitu sebesar 82,9 mg/Nm 3 dan pada bulan Maret berasal
dari Prilling Tower PUSRI II yaitu hingga mencapai 100,8 mg/Nm3.

Konsentrasi NH3 yang berasal dari Prilling Tower PUSRI II


pada bulan Maret Ini adalah emisi terbesar dibanding cerobongcerobong emisi udara lainnya selama periode pemantauan Januari
hingga Maret 2015. Hal ini disebabkan oleh limbah emisi NH 3 dari
hasil pembuatan pupuk yang sangat pekat dan rate produksi pabrik
yang tinggi. Sedangkan dari periode Januari hingga Maret 2015,
konsentrasi terkecil berasal dari Prilling Tower PUSRI IB yaitu pada
bulan Januari sebesar 51,7 mg/Nm3.
Bila dilihat dari pemantauan bulan Januari-Maret, Prilling
Tower

PUSRI

IB

konstan

berturut-turut

selalu

terendah

mengeluarkan emisi udara NH3 dibanding Prilling Tower lainnya.


Hal ini disebabkan karena teknologi pengolahan limbah gas/ emisi
udara di pabrik PUSRI IB menggunakan teknologi produksi yang
lebih canggih serta performa alatnya masih bangus dibanding PUSRI
II,III dan IV sehingga mempengaruhi keluaran emisi NH 3 yang jauh
dibawah baku mutu nilainya. Akan tetapi Prilling Tower PUSRI IB
pada bulan Maret tidak dilakukan pengukuran emisi udara
dikarenakan ketidaksediaan alat pemantauan udara berupa tube
ammonia sehingga data yang diharapkan tidak tersedia.
Namun bila dilihat dari data keseluruhan pemantauan emisi
udara, NH3 yang paling besar nilai konsentrasinya bersumber dari
Prilling Tower PUSRI II pada bulan Maret yaitu sebesar 100,8
mg/Nm3. Dengan konsentrasi tersebut, emisi NH3 yang dikeluarkan
secara garis besar masih jauh dibawah baku mutu emisi udara yang

telah ditetapkan (KepmenLH No.133 Tahun 2004 Lampiran IIA dan


Pergub No. 6 Tahun 2012) yaitu sebesar 500 mg/Nm3.
2. Urea (CON2H4)
Urea adalah produk endogen protein dan asam amino
katabolisme. Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari
unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4
atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang
terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering
dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan
carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organic sintesis
pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik, yang akhirnya
meruntuhkan konsep vitalisme (Hindrawati, 2012)
Proses produksi urea semua melibatkan bereaksi amonia dan
karbon dioksida. Urea adalah nonvolatile dalam bentuk padat dan
sangat larut dalam air. Hal ini tidak diharapkan untuk menguap dari
permukaan tanah lembab atau kering atau menguap dari air (EPA,
2011). Untuk hasil pemantauan emisi udara khususnya partikel debu
urea pada periode januari hingga maret 2015 dapat dilihat pada
grafik 3 2 dibawah ini.

Grafik 3.2 Rekapitulasi Pemantauan Emisi Udara (Partikel Debu Urea) Periode Januari-Maret 2015
600
500
Prilling Tower PUSRI IB

Prilling Tower PUSRI II


400

Konsentrasi Urea (mg/Nm3)

Prilling Tower PUSRI III

300
200

Prilling Tower PUSRI IV

BMEU100
0

68.34
57.66
35.25 45.2
25.62
15.24
8.34
5.18
Januari

Februari

73.61
66.73
51.6
0Maret

Periode Pemantauan

Dari grafik 3.2 di atas dapat dilihat bahwa untuk pemantauan


kualitas emisi udara oleh partikel debu urea dari bulan Januari
hingga Maret 2015 seperti yng telah dipaparkan sebelumnya, emisi
debu urea tertinggi berasal juga dari Prilling Tower PUSRI II yaitu

sebesar 73,61 mg/Nm3 sedangkan yang konsentrasi NH3 terendah


berasal dari Prilling Tower PUSRI IB pada bulan Januari yaitu
sebesar 51,7 mg/Nm3 dan debu urea terendah berasal dari Prilling
Tower PUSRI IB yaitu sebesar 5,18 mg/Nm3.
Namun dari seluruh nilai konsentrasi partikel debu urea yang
diukur kesemuanya masih berada jauh dibawah baku mutu emisi
udara industri pupuk yang ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan
melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.133 Tahun 2004
dan diperkuat oleh Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No.6
Tahun 2012 dengan perihal yang sama yaitu sebesar 500 mg/Nm 3.
Hal ini menunjukkan bahwa performasi mesin-mesin pabrik masih
tinggi sehingga emisi yang dihasilkan berada jauh dibawah baku
mutu. Data emisi yang fluktuatif dapat dipengaruhi dengan besarnya
produksi yang dilakukan, efisiensi mesin yang sedang menurun,
serta kendala saat proses sampling. Meningkatnya emisi pada
Prilling Tower juga menandakan bahwa waktu pencucian mesinmesin tersebut sudah dekat sehingga harus segera dicuci atau
dibersihkan.
3. Nitrogen Dioksida (NO2)
Nitrogen dioksida (NO2) adalah kelompok gas yang terdapat di
atmosfer yang terdiri dari gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen
dioksida (NO2). NO2 secara tidak langsung dilepaskan langsung ke
udara. NO2 terbentuk ketika nitrogen

oksida (NO) dan lainnya

(NOx) bereaksi dengan bahan kimia lain di udara untuk membentuk

nitrogen dioksida.Sumber utama nitrogen dioksida yang dihasilkan


dari aktivitas manusia adalah pembakaran bahan bakar fosil
(batubara, gas dan minyak). (Minstry for the Environment, 2009
dalam Wijayanti 2012)
Grafik 3.3 Rekapitulasi Pemantauan Emisi Udara (NO2) Periode Tahun 2014
90
80 76.33
63.7
70
59.4
57.71
60 55.99 49.8
50
40
30
Konsentrasi
NO2 (mg/Nm3)
Primary Reformer
Waste Heat
Package Boiler
20 Boiler
10
0.35
0.25 0.65
0.26
0.04
0.05
0

Periode Pemantauan
Dari grafik 3.3 di atas dapat diketahui bahwa parameter
Nitrogen dioksida (NO2) yang dipantau selama tahun 2014 dimana
sampel udara diambil dari boiler-boiler pembangkit listrik seperti
primary reformer, waste heat boiler dan package boiler masih berada
jauh dibawa baku mutu emisi udara untuk industri pupuk yaitu
masing-masing sebesar 1400 mg/Nm3 untuk primary reformer, 175
mg/Nm3 untuk waste heat boiler dan 1000 mg/Nm 3 untuk package
boiler.
4. Sulfur Dioksida (SO2)
Sulfur dioksida adalah gas yang tidak berwarna dengan bau
yang menyengat. Berbentuk cairan ketika berada di bawah tekanan,
dan dengan mudah larut dalam air. Sulfur dioksida di udara berasal
dari kegiatan seperti pembakaran batubara dan minyak di

pembangkit listrik atau dari peleburan tembaga. Di alam sendiri,


sulfur dioksida dapat dilepaskan ke udara dari letusan gunung berapi
(ATSDR, 1998).
Grafik 3.4 Rekapitulasi Pemantauan Emisi Udara (SO2) Periode Tahun 2014

Konsentrasi
SO2
Primary Reformer

900
800
700
600
500
400
300
(mg/Nm3)
Waste Heat Boiler
Package Boiler
204.77 BMEU
165.92
200
97.2 70.95
54.757.4
43.5845.17
43.24
42.7
41.43
100 45.15
0

Periode Pemantauan

Dari grafik 3.4 di atas dapat diketahui bahwa parameter sulfur


dioksida (SO2) yang dipantau selama tahun 2014 dimana sampel
udara diambil dari boiler-boiler pembangkit listrik sama seperti NO 2.
Hasil yang didapatkan adalah konsentrasi pencemaran udara masih
sangat jauh dibawah baku mutu emisi udara.
3.4

Identifikasi Masalah
Berdasarkan

analisis

situasi

yang

telah

dilakukan,

untuk

keseluruhan secara garis besarnya program pengolahan limbah gas dan


pengendalian pencemaran udara yang dilakukan oleh PT. Pusri Palembang
terbilang sudah baik, akan tetapi tentunya masih terdapatnya beberapa
permasalahan baik dari segi regulasi peraturan yang berlaku maupun
kelalaian pada standar operasional prosedur pada saat pelaksanaan
pemantauan kualitas udara. Maka dari identifikasi masalah yang ada
didapatkan daftar masalah dalam pengolahan limbah gas/emisi udara yang
dilakukan oleh PT. Pusri Palembang, antara lain sebagai berikut:
1. Belum menerapkannya perubahan acuan baku mutu emisi udara yang
ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup pada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 133 Tahun 2004, dimana didalam pasal 3 ayat 2
peraturan tersebut tercantum bahwa bagi industri pupuk sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 3 ayat 1 wajib memenuhi baku mutu emisi
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran IB, IIB, IIIB, IVB selambatlambatnya tanggal 1 Januari 2009. Sedangkan hingga pemantauan terakhir
yang dilakukan, PT. Pusri Palembang masih mengacu pada Lampiran IIA
KepmenLH No. 133 Tahun 2004 sebagai baku mutu emisi udaranya.

2. Petugas yang melakukan pemantauan udara NH3 dan partikel debu urea
seringkali tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap,
yaitu sarung tangan, kacamata keselamatan, masker kimia dan tali
pengaman (hand rail) dikarenakan lokasi pemantauan dilakukan pada
menara pembutir (Prilling Tower) yang ketinggian 20 meter dari
permukaan tanah. Ketidakdisiplinan penggunaan APD tersebut dapat
membahayakan jiwa (kesehatan) petugas itu sendiri dari paparan gas
amonia (NH3) yang keluar melalui cerobong-cerobong yang terdapat pada
3.5

prilling tower.
Penentuan Prioritas Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut dipilih satu masalah
yang menjadi prioritas. Prioritas masalah merupakan urutan masalah dari
masalah yang dianggap paling penting sampai dengan urutan yang kurang
penting (Herjulianti, 2002). Untuk mencari priorirtas masalah, salah satu
cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan matriks USG.
Untuk menentukan prioritas masalah menggunakan matriks USG,
terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan. Ketiga faktor tersebut
adalah urgency, seriuosness, dan growth

(USG) (Asmoko, 2005).

Urgency berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk


menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu masalah untuk
diselesaikan maka semakin tinggi urgensi masalah tersebut. Seriousness
berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut. Dampak ini
terutama yang menimbulkan kerugian bagi organisasi seperti dampaknya
terhadap produktivitas, keselamatan jiwa manusia, sumber daya atau

sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah tersebut terhadap organisasi


maka semakin serius masalah tersebut. Growth berkaitan dengan
pertumbuhan masalah. Semakin cepat berkembang masalah tersebut maka
semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. Suatu masalah yang cepat
berkembang tentunya makin menjadi prioritas untuk segera di atasi
(Asmoko, 2005).
Dalam penentuan prioritas masalah menggunakan matriks USG,
skala penilaian untuk Urgency, Seriousness dan Growth yang digunakan
berkisar dari 1-5. Keterangan skala penilaian tersebut adalah sebagai
berikut :
5= Sangat Besar
4= Besar
3= Cukup besar
2= Kecil
1= Sangat Kecil
Untuk meminimalisir subjektifitas, penentuan prioritas masalah
pengolahan limbah gas/emisi udara PT. Pusri Palembang dilakukan
bersama dengan pembimbing lapangan dan petugas pemantauan emisi
udara. Hasil penentuan prioritas masalah menggunakan matriks USG
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.5 Penentuan Prioritas Masalah dengan Matriks USG
No
Masalah
1. Belum menerapkan baku

Total

64

48

mutu emisi Lampiran IIB


KepmenLH No.133 tahun
2.

2004
Petugas tidak menggunakan
APD yang sesuai.

1. Urgency
1. Belum diterapkannya baku mutu emisi udara Lampiran IIB
KepmenLH No. 133 tahun 2004
Lampiran IIB pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
133 tahun 2004 seharusnya sudah harus wajib dilaksanakan semenjak
1 Januari 2009. Terdapat perbedaan nilai baku mutu emisi udara NH 3
dan partikel debu urea antara Lampiran IIA dan IIB. Lampiran IIB
memberikan nilai yang lebih ketat dibandingkan Lampiran IIA. Maka
aspek urgency dari permasalahan ini bernilai empat (4) karena
permasalahan ini membutuhkan tindakan perbaikan
2. Petugas tidak menggunakan APD yang sesuai.
Alat pelindung diri (APD) bertujuan untuk melindungi pekerja
dari paparan zat berbahaya. Dengan kondisi lingkungan lokasi
pemantauan sebagai sumber emisi gas amonia (NH3) dan partikel debu
urea yang selalu konstan menguluarkan emisi gas nya ke udara selama
proses produksi pupuk urea berjalan. Maka aspek urgency dari
permasalahan ini bernilai empat (4) karena permasalahan ini
membutuhkan tindakan perbaikan secepatnya dikarenakan dapat
mengancam jiwa (kesehatan) jika petugas tersebut tidak melengkapi
APD secara lengkap pada saat melakukan kegiatan pemantauan emisi
udara.
2. Seriousness
1. Belum diterapkannya baku mutu emisi udara Lampiran IIB
KepmenLH No. 133 tahun 2004
Aspek seriousness dari permaslahan ini diberi nilai empat (4)
karena belum diterapkannya baku mutu emisi udara Lampiran IIB

KepmenLH No. 133 tahun 2004. Sehingga untuk sejauh ini PT. Pusri
Palembang masih menganggap setiap polutan yang dihasilkan masih
sangat jauh dari baku mutu emisi yang ditetapkan pada Lampiran IIA,
sedangkan pada Lampiran IIB nilai baku mutu emisi lebih ketat
dibandingkan Lampiran IIA sebelumnya.
2. Petugas tidak menggunakan APD yang sesuai.
Aspek seriousness dari permasalahan ini diberi nilai empat (4)
karena bahaya yang ditimbulkan dapat mengancam jiwa petugas yang
melakukan pemantauan yang tidak dilengkapi dengan APD seperti
masker pelindung pernapasan.
3. Growth
1. Belum diterapkannya baku mutu emisi udara Lampiran IIB
KepmenLH No. 133 tahun 2004
Belum diterapkannya Lampiran IIB KepmenLH No. 133 tahun
2004 diberi nilai empat (4) karena jika dilihat dari faktor Growth
belum diterapkannya regulasi ini akan menjadi penghambat dalam
pemantauan emisi udara dikarenakan baku mutu emisi yang dijaidikan
acuan hingga saat ini belum begitu ketat dibandingkan baku mutu
emisi pada Lampiran IIB.
Petugas tidak menggunakan APD yang sesuai.
Aspek growth dari permasalahan ini diberi skor tiga (3) karena

2.

tingkat bahaya pada pekerja tidak selalu terjadi dikarenakan


pemantauan yang mengharuskan petugas naik kebagian paling atas
menara pembutir (Prilling Tower) dilakukan empat (4) kali dalam
sebulannya.
Berdasarkan tabel matriks USG tersebut, dapat diketahui
bahwa masalah yang menjadi prioritas adalah belum diterapkannya
baku mutu emisi udara Lampiran IIB KepmenLH No. 133 tahun 2004.

Baku mutu emisi yang terdapat pada lampiran IIB KepmenLH No.
133 tahun 2004 dirasa lebih ketat dibandingkan baku mutu emisi
udara yang terdapat pada Lampiran IIA dengan regulasi yang sama.
Hal ini membuat pandangan pihak PT. Pusri Palembang lebih ketat
pula mengawasi setiap mg/Nm3 limbah gas yang dikeluarkan dari
setiap komponen pabrik yang mengeluarkan emisi terutama emisi gas
amonia (NH3) sebagai emisi utama yang dibuang pada proses produksi
pupuk urea. Emisi udara yang dibuang setiap harinya baik secara
langsung maupun tidak langsung akan berdampak ke masyarakat bisa
pada kenyamanan masyarakat akan bau amonia (NH 3) yang
ditimbulkan maupun gangguan kesehatan yang akan dialami oleh
masyarakat jika selalu terpapar polutan ini.
3.6 Penentuan Akar Masalah
Agar masalah tersebut dapat diselesaikan maka dibutuhkan informasi
mengenai penyebab dari masalah tersebut sehingga dapat dihasilkan
rekomendasi untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan. Adapun
identifikasi

akar masalah tersebut akan dijelaskan dengan menggunakan

metode sebab akibat ( fishbone) yaitu metode yang menjelaskan hubungan


antara masalah dan berbagai kemungkinan penyebab yang mempengaruhi
masalah tersebut (Pohan, 2006). Dalam analisis penyebabnya digunakan pula
prinsip 6M (Man, Machines, Methods, Materials, Media (lingkungan), dan
Money) sebagai berikut:

Metode

Manusia

Tidak mengetahui penyempurnaan regulasi KepmenLH No.133 Tahun 2004

Belum diterapkannya baku mutu emisi udara Lampiran IIB Kepmen

Kurangnya komitmen untuk mematuhiKurangnya


regulasi kesadaran mengenai dampak pencemaran udara

Kebijakan Perusahaan

Peralatan

Gambar 3.12 Penentuan Akar Masalah

Berdasarkan diagram sebab akibat (fishbone) di atas, dapat


diketahui bahwa faktor dominan dari masalah belum diterapkannya baku
mutu emisi udara Lampiran IIB KepmenLH No. 133 Tahun 2004 adalah
faktor kebijakan yang diterapkan oleh PT. Pusri Palembang itu sendiri
yaitu antara lain komitmen perusahaan untuk mematuhi regulasi yang ada
serta kesadaran akan dampak yang ditimbulkan dari limbah gas yang
dibuang.

Faktor

kebijakan

perusahaan

ini

berpengaruh

kepada

keberlangsungan program pemantauan kualitas udara yang dilakukan oleh


bagian PPLH divisi Lingkungan Hidup departemen K3&LH PT. Pusri
Palembang.
Selain berpengaruh kepada keberlangsungan program pemantauan
kualitas udara oleh bagian PPLH divisi Lingkungan Hidup PT Pusri
Palembang. Hal ini baik secara langsung maupun tidak langsung
berdampak bagi masyarakat yang bermukim di sekitar pabrik terkhususnya
pada kenyamanan dan kesehatan masyarakat akibat terpapar gas amonia
(NH3) yang keluar setiap saat. Maka daripada itu dibutuhkannya
penyempurnaan regulasi acuan baku mutu dalam hal ini Lampiran IIB
KepmenLH No.133 Tahun 2004 agar setiap limbah gas yang keluar dari
sumber emisi lebih diperketat lagi pengawasan dan pemantauannya.
3.7 Identifikasi Dampak Kesehatan Melalui Jalur Migrasi
Dapat dilhat pada ilustrasi gambar 3.14 dibawah ini, hubungan
mendasar dari ilmu kesehatan lingkungan terletak diantara, sumber
pencemar, emisi, konsentrasi, pajanan dan efek terhadap kesehatan.
Meskipun, perhatian untuk polusi udara dan bahaya-bahaya lingkungan

lainnya terletak pada efek sakit yang mereka sebabkan, termasuk


kesehatan, melihat sampai efek-sakit dapat efektif untuk metentukan cara
yang efektif untuk mengendalikan dampak. Hal ini lebih berguna untuk
memahami seluruh jalur lingkungan dari sumber melalui efek kesehatan.
Dengan cara ini, sumber yang paling penting dan poin terbaik untuk
kontrol dapat ditentukan dan efek-sakit dapat dicegah sebelum terjadi.
Langkah-langkah yang berbeda dalam analisis jalur lingkungan dapat
diringkas sebagai berikut (Smith, 1993).

Konsentrasi polutan udara di udara tidak hanya tergantung pada emisi tetapi juga pada kondisi atmosfer (arah d

pa potensi bahaya.
pembuatan
pupuk urea,
PT.jenis
Pusribahan
menggunakan
bahan
baku berupa gas alam/belerang, CO2 dan amonia (NH3)
tung
pada seberapa
banyak
bakar yang
dibakar.

PT. Pusri antara lain berasal dari boiler-boiler pembangkit listrik dan menara pembutir pupuk urea. (SO2, NO2, debu Urea dan NH3)

Eksposur tergantung pada berapa banyak dan berapa lama orang terpapar polusi udara
Efek kesehatan tidak hanya tergantung pada dosis tetapi juga pada faktor-faktor seperti usia
sis diukur seberapa banyak polutan sebenarnya yang disimpan didalam tubuh dan tidak hanya tergantung pada paparan tetapi juga pada fa

Gambar 3.13 Jalur Pajanan Pajanan Polutan Udara

71

74

1. Langkah 1: Sumber ke emisi


2. Meskipun jenis sumber (misalnya, kotor dibandingkan bahan bakar
bersih) memberikan beberapa gagasan tentang bahaya, ukuran yang lebih
berharga adalah jumlah aktual dari polusi yang dipancarkan.
3.
Langkah 2: Emisi ke konsentrasi
4. Langkah-langkah yang paling banyak digunakan bagaimanapun,
adalah konsentrasi lingkungan dari polusi yang dihasilkan. Hal ini tidak hanya
tergantung pada emisi tetapi juga pada transportasi, transformasi dan pengenceran
polutan di lingkungan.
5. Langkah
Konsentrasi

3:
ke

pajanan
6.

Konsentrasi Lingkungan, namun tidak dapat diandalkan sebagai

indicator suatu dampak karena beberapa ukuran risiko. Ini adalah kontak dari
bahan polusi dengan system yang sensitif, sekalipun manusia, bangunan atau
ekosistem.
7. Langkah

4:

Pajanan ke efek
kesehatan
8.

Tidak semua pajanan menciptakan dampak yang sama.

Namun, karena perbedaan dalam kerentanan orang atau tingkat risiko yang
berbeda yang mempengaruhi.
9.

Kebanyakan upaya pemantauan polusi udara dan kontrol di negara-

negara berpenghasilan rendah dan menengah telah difokuskan pada emisi dan

75

konsentrasi polutan di lingkungan luar (langkah 1 dan 2 di atas). Dalam hal ini,
mereka konsisten dengan perkembangan sejarah manajemen polusi udara di
negara-negara berpenghasilan tinggi. Selanjutnya, estimasi dampak kesehatan di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah biasanya sudah dilakukan
melalui eksplorasi dari studi /konsentrasi kesehatan dilakukan di negara-negara
berpenghasilan tinggi ke konsentrasi diukur secara lokal. Sayangnya, ini adalah
pendekatan yang hanya mungkin bisa dilakukan dikarenakan terbatasnya data
setempat.
10.

Berikut ini merupakan dampak dari polutan-polutan pencemar

udara yang menimbulkan efek kesehatan apabila manusia terpapar oleh polutanpolutan ini, yaitu antara lain:
11. Amonia (NH3)
12. Menurut EPA (2004) dan Makarovsky dkk (2008) amonia dapat
masuk ke dalam tubuh melalui jalur inhalasi, ingesti, dan dermal. Amonia
dapat masuk ke dalam tubuh jika menghirup udara yang mengandung
amonia atau mengkonsumsi makanan yang mengandung garam
amonium. Jika amonia mengenai kulit, maka sejumlah kecil amonia
tersebut dapat masuk ke dalam tubuh. Dalam kehidupan sehari-hari
umumnya amonia masuk lewat jalur inhalasi dan ingesti sedangkan untuk
jalur dermal jarang ditemukan. Rata-rata amonia yang masuk ke tubuh
bersumber dari 78,3% lewat jalur inhalasi dan 21,7% lewat jalur ingesti
( IPCS, 1986 ).
13. Ketika amonia masuk saat bernafas maka sebagian masuk ke dalam
tubuh akan diserap oleh paru-paru kemudian amonia berikatan dengan
darah yang ada di dalam paru-paru. Darah yang berasal dari paru-paru
kemudian diedarkan ke jantung melalui pembuluh darah vena

76

pulmonalis. Kemudian darah diedarkan ke suluruh tubuh dan masuk ke


dalam ginjal melalui pembuluh darah arteri renalis. Amonia yang masuk
ke dalam ginjal akan diubah bentuk menjadi ion ammonium oleh
glutamin dengan cara deaminasi yang dikatalis oleh enzim glutaminase.
Ion ammonium disekresikan ke urin sehingga urin menjadi lebih asam,
sedangkan amonia yang tidak dikeluarkan melalui urin akan menumpuk
di dalam ginjal dan akan menyebabkan kerusakan ginjal. Kerusakan
ginjal dapat mengakibatkan hemoglobin dalam darah turun (anemia) dan
sesak napas karena menurunnya daya perfusi pulmonal (Arisman, 2010).
2. Partikel Debu Urea (CON2H4)
1.
Sebagian besar paparan urea ternyata hasil dari urea
konsumsi melalui makanan tanaman dan daging. Sebenarnya pengukuran
mengenai konten urea makanan tidak ditemukan, bagaimanapun, dan
karena itu tidak ada tertentu atau jumlah akurat dapat diberikan. Di antara
konsumen, pasien yang menggunakan urea yang mengandung persiapan
untuk pengobatan kulit kering dapat menerima dosis tambahan tapi kecil.
Pemaparan (melalui inhalasi, menelan dan dermal) menambahkan sedikit
untuk jumlah yang diterima dari makanan.
2.
Pada jalur paparan inhalasi, partikel debu urea dapat menyebabkan
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Seperti penelitian yang dilakukan
oleh Florencia (2013) tentang pengaruh pajanan debu urea terhadap ISPA
pada pekerja di unit pengantongan pupuk urea (PPU) PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang. Diketahui bahwa 34 (48,6%) dari 70 pekerja yang
dijadikan sampel mengalami ISPA, dengan usia mayoritas pekerja 30
tahun (60%) dan masa kerja pekerja 10 tahun (54,3%). Hal ini
menguatkan bahwa debu urea lebih mudah masuk melalui jalur inhalasi

77

dimana dalam jumlah kadar tertentu dapat menyebabkan efek kesehatan


pada manusia.
3. Nitrogen dioksida (NO2)
1.
Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi
manusia. NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. McGranaham dan
Murray (2003) dalam Wijayanti (2012) menjelaskan bahwa NO2 sangat
reaktif dan telah dilaporkan menyebabkan bronchitis dan pneumonia, dan
juga meningkatkan kerentanan terhadap infeksi pernapasan.
2.
Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan
sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut
disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar
NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada
binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang.
Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia
mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.(Aditama, 2014)
4. Sulfur dioksida (SO2)
1.
Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir
merupakan hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO 2.
Dua pertiga hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO 2.
Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem
pernafasan. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan
terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit
kronis pada sistem pernafasan kadiovaskular (Aditama,2014).
2.
Sulfur dioksida lebih cepat dirasakan keberadaannya
apabila berada di udara bebas (inhalasi). Beberapa individu sangat rentan
walaupun dengan konsentrasi SO2 yang rendah. SO2

dapat pula

78

ditemukan dalam jumlah kecil sebagai bahan tambahan makanan dan


pengawet anggur.
3.
3.8 Metode Biomonitoring
4.
Biomonitoring merupakan penggunaan sebuah komunitas
biologis untuk memberikan informasi tentang kualitas atau "kesehatan"
dari suatu ekosistem (New York State Department of Environmental
Conservation, 2015) . Biomonitoring juga sebagai informasi kuantitatif
tentang kesehatan suatu ekosistem. Biomonitor merupakan bioindikator,
kecuali bahwa biomonitor mengkuantifikasi dampak atau hasil akhirnya
pada organisme atau ekosistem (Wijaya, 2012)
5.
Biomonitoring dapat digunakan untuk guna menduga
dampak yang lebih luas dari pencemaran udara, air, dan tanah sebagai
landangan dalam pengembangan pengelolaannya. Namun, faktor sosial,
ekonomi, dan politik juga diperlukan guna mendukung keberhasilan
pengelolaannya.
6.
Biomonitoring sebagai bioindikator dimana organisme atau
respons biologis yang menunjukan masuknya zat tertentu dalam
lingkungan. Salah satu cara pemantauan pencemaran udara adalah
dengan menggunakan tumbuhan sebagai bioindikator. Tumbuhan adalah
bioindikator yang baik dan daun adalah bagian tumbuhan yang paling
peka pencemar. Jenis-jenis tumbuhan bioindikator pencemaran udara
antara lain adalah dari spesies Bryophyta, Lichen, dan tumbuhan tingkat
tinggi (Wijaya, 2012). Bioindikator kualitatif menilai tanggapan biotik
terhadap biotik terhadap stress lingkungan (misalnya kehadiran lumut,
Lecanora conizaeoides yang menunjukkan kualitas udara yang buruk)
sementara biomonitors kuantitatif menentukan respon (misalnya,

79

penurunan linchen kandungan krofil atau keberagaman menunjukkan


keberadaan dan tingkat keparahan polusi udara) (Holt, EA & Miller, SW
2010).
7.
Lumut kerak atau lichens adalah salah satu organisme yang dapat
digunakan sebagai bioindikator adanya pencemaran udara karena lumut
kerak mudah menyerap zat-zat kimia yang ada di udara dan dari air
hujan. Selain itu, lumut kerak mempunyai akumulasi klorofil yang
rendah, tidak mempunyai kutikula, sensitive terhadap pencemaran udara,
mengabsorbsi air dan nutrien secara langsung dari udara, dan dapat
mengakumulasi berbagai material tanpa seleksi serta bahan yang
terakumulasi tidak akan terekskresikan lagi. Talus lumut kerak tidak
memiliki kutikula sehingga mendukung lumut kerak dalam menyerap
semua unsur senyawa di udara termasuk SO 2 yang akan diakumulasikan
dalam talusnya. Adanya kemampuan ini menjadikan lumut kerak sebagai
bioindikator yang baik untuk melihat adanya suatu kondisi udara pada
suatu daerah yang tercemar atau sebaliknya (Usuli, 2013 dalam Hezim
2014 ).
8.
Lumut kerak sangat berguna dalam menunjukkan beban polusi
yang terjadi dalam waktu yang lama. Untuk melihat apakah udara pada
suatu daerah telah tercemar atau tidak, dapat di lihat dari pertumbuhan
lumut kerak yang menempel di pohon-pohon atau batu. Lumut kerak
yang berada pada suatu daerah yang telah tercemar akan menunjukkan
respon pertumbuhan yang kurang baik dibandingkan dengan lumut kerak
yang tumbuh subur di daerah yang tidak tercemar, seperti berubah warna
menjadi pucat (Usuli, 2013 dalam Hezim 2014 ).

80

9.

Untuk sejauh ini PT.Pusri Palembang belum menggunakan

metode biomonitoring terhadap limbah gas/emisi udara yang dikeluarkan


dari masing-masing sumber emisi. Oleh karena itu, dibutuhkannya
metode biomonitoring seperti penjelasan di atas sebagai pemantauan
kualitas udara secara alami melalui keberadaan agen biologi disekitar
industri tersebut.
3.9 Rekomendasi
1. PT. Pusri Palembang, Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang
maupun Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi bagian Hiperkes &
Keselamatan Kerja Provinsi Sumatera Selatan serta Gubernur
Sumatera Selatan sebaiknya meninjau kembali peraturan yang
dikeluarkan oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 133
Tahun 2004 mengenai Baku Mutu Emisi untuk Pabrik Pupuk Urea
untuk mengadopsi lampiran terbaru yaitu lampiran IIB yang wajib
dilaksanakan selambat-lambatnya 1 Januari 2009 dimana pada saat
ini masih mengadopsi pada lampiran IIA yang dirasa masih belum
begitu ketat baku mutu emisi udaranya dibanding Lampiran IIB
KepmenLH No. 133 Tahun 2004
2. Sebaiknya PT. Pusri Palembang memegang teguh komitmennya
untuk selalu patuh terhadap segala regulasi yang berkaitan dengan
keberlangsungan perusahaannya dalam memproduksi pupuk urea
termasuk komitmennya untuk mematuhi penyempurnaan baku mutu
emisi udara seperti yang tertera pada Lampiran IIB KepmenLH
No.133 Tahun 2004. Dalam hal ini pada setiap proses evaluasi
kinerja

perusahaan yang dilakukan selalu melibatkan beberapa

unsur diantaranya pemerintah pusat sebagai pembuat regulasi,

81

perusahaan sebagai penggerak kegiatan industri dan masyarakat


sebagai pemantau proses kegiatan industri. Jadi diharapkannya jika
semua unsur tersebut dilibatkan pada proses evaluasi perusahaan,
baik itu regulasi terbaru maupun keluhan yang ada masyarakat samasama dapat didiskusikan dan dicarikan jalan keluar secepatnya agar
tidak ada pihak yang merasa dirugikan dari adanya kegiatan produksi
pupuk urea ini.
3. Sebaiknya seluruh komponen organisasi perusahaan mengerti dan
paham akan dampak yang ditimbulkan dari kegiatan produksi pupuk
urea baik dampak terhadap lingkungan maupun dampak terhadap
masyarakat terkhususnya kesehatan, kenyamanan dan sosial
masyarakat sekitar pabrik. Sehingga lebih dapat mengritisi dan
memperketat pengawasan akan setiap limbah yang dihasilkan dan

3.10

bekerja professional demi terciptanya green industry (industri hijau).


10.
11.
Penyuluhan Kesehatan
12.

Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan bimbingan

dan/atau masukan dalam mentransfer suatu pengetahuan dan/atau


keterampilan

agar

orang

yang

diberi

penyuluhan

mampu

menggunakannya (Herman, 2007). Penyuluhan dilakukan oleh penulis di


PT Pusri Palembang adalah mengenai jalur migrasi polutan ke dalam
tubuh dan efeknya terhadap kesehatan serta masukan dan pentingnya
penggunaan APD yang sesuai saat melakukan pemantauan limbah
gas/emisi udara baik dilapangan maupun di laboratorium serta masukan
untuk

menimbang

kembali

akan

pentingnya

regulasi

terkait

82

penyempurnaan baku mutu emisi udara pada Keputusan Menteri Negara


Lingkungan Hidup No. 133 Tahun 2004 dalam hal ini Lampiran IIB.
1. Tujuan
13. Penyuluhan kesehatan yang dilakukan penulis bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan mengenai paparan polutan yang
berasal dari limbah gas/emisi udara, efeknya terhadap kesehatan
serta menyampaikan masukan dan pentingnya penggunaan APD
serta regulasi mengenai lampiran terbaru baku mutu emisi udara
yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup.
2. Sasaran
14. Sasaran dari kegiatan penyuluhan adalah karyawan di
bagian pengendalian pencemaran berjumlah 8 orang.
15.
16.
3. Teknik Penyuluhan
17. Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan persentasi di
hadapan karyawan yang dapat hadir. Karena keterbatasan alat
maka penyuluhan hanya dilakukan secara verbal singkat saja
tanpa menggunakan tampilan layar materi.
4. Hasil penyuluhan
18. Penyuluhan ini dilakukan pada 1 april 2015 yang dihadiri
oleh 6 karyawan. Hasil pretest penyuluhan kesehatan diketahui
bahwa pengetahuan pekerja tentang amonia terhadap kesehatan
sudah cukup baik karena rata-rata mendapatkan nilai paling kecil
70.

Setelah

pengetahuan

dilakukan
pekerja

penyuluhan

meningkat

penyuluhan.

19.

dari

kesehatan

diketahui

sebelum

dilakukan

83

20. BAB IV
21. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang merupakan perusahaan industri pupuk
pertama yang dibangun di Indonesia yaitu didirikan pada 24 Desember
1959 yang berpusat di Kota Palembang yang menghasilkan sekitar 1725
ton produk pupuk urea untuk setiap harinya.
2. Dalam komitmenya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang melakukan pemantauan lingkungan
berupa pengukuran kualitas limbah-limbah yang dihasilkan dari
produksi pupuk urea, termasuk limbah gas yang dihasilkan.
3. Berdasarkan analisis situasi diketahui bahwa parameter

hasil

pengolahan limbah gas berupa amonia (NH 3), partikel debu urea,
nitrogen dioksida (NO2) dan sulfur dioksida (SO2) kesemuanya dibawah
baku mutu yang terlampir pada Lampiran IIA Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No.133 tahun 2004.
4. Berdasarkan hasil identifikasi masalah, permasalahan yang terjadi pada
pengolahan limbah gas yang dilaksanakan oleh pihak PT. Pusri
Palembang yaitu pada belum diterapkannya baku mutu emisi udara
Lampiran IIB KepmenLH No. 133 tahun 2004 dan pemakaian APD
oleh petugas PPLH yang belum sesuai dengan ketentuan pada saat
melakukan kegiatan pemantauan kualitas emisi udara di menara
pembutir. Prioritas masalah dalam proses pengolahan limbah gas
didapatkan adalah belum diterapkannya baku mutu emisi udara
Lampiran IIB KepmenLH No. 133 tahun 2004 dengan penentuan
prioritas masalah menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness

84

dan Growth). Sedangkan akar permasalahannya berupa kebijakan


perusahaan yang belum berkomitmen untuk mematuhi peraturan terbaru
yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup.
5. Jalur migrasi pada setiap parameter udara yang diukur tergantung pada
jenis parameter atau polutan pencemar udaranya. Namun, secara
keseluruhan jalur migrasi paparan ke manusia melalui jalur inhalasi
(pernapasan) dibanding jalur ingesti (oral) maupun dermal (kulit)
6. Sampai saat kegiatan magang berlangsung PT. Pusri Palembang belum
mengadakan

metode

biomonitoring

pada

kegiatan

manajemen

pengolahan limbah gas nya.


7. Penyuluhan dilakukan pada 8 pekerja bagian PPLH divisi Lingkungan
Hidup PT. Pusri Palembang dan diwakili oleh perwakilan direksi.
Penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
paparan polutan yang berasal dari limbah gas/emisi udara, efeknya
terhadap kesehatan serta menyampaikan masukan dan pentingnya
penggunaan APD serta regulasi mengenai lampiran terbaru baku mutu
emisi udara yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup.
22.
4.2 Saran
1. Baik PT.Pusri Palembang maupun instansi terkait yang berhubungan
langsung dengan proses kegiatan industri yang dijalankan PT.Pusri
Palembang ini sama-sama lebih mengkritisi segala regulasi yang terkait
dengan keberlangsungan kegiatan industri ini. Seperti penyempurnaan
regulasi pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.133
Tahun 2004 sebaiknya segera diaplikasikan di proses kegiatan
manajeme perusahaan.
2. Sebaiknya PT. Pusri Palembang memegang teguh komitmennya untuk
selalu patuh terhadap segala regulasi yang berkaitan dengan

85

keberlangsungan perusahaannya dalam memproduksi pupuk urea dan


hasil samping berupa limbah yang mereka keluarkan setiap hari seiring
produksi pupuk berlangsung.
3. Sebaiknya PT.Pusri Palembang

lebih

meningkatkan

kapasitas

karyawannya dalam hal pengetahuan perihal dampak-dampak yang


ditimbulkan dari proses kegiatan produksi pupuk urea yang setiap hari
mereka jalankan. Dalam hal ini divisi Pendidikan dan Pelatihan PT.
Pusri Palembang yang berkewenangan menjalankan kegiatan ini dengan
persetujuan

direksi

perusahaan.

Sehingga

apabila

pengetahuan

karyawan, direksi maupun unsur lainnya yang ada di internal


perusahaan

terkait

dampak

yang

ditimbulkan

dari

kegiatan

perusahaannya terhadap unsur di luarnya akan meningkatkan kesadaran


komunitas maupun individu untuk bekerja lebih professional lagi dari
sebelumnya demi terciptanya PT.Pusri Palembang sebagai industri hijau
(green industry).
4. Sebaiknya PT. Pusri Palembang lebih banyak melibatkan masyarakat
sekitar dalam proses pemantauan kegiatan industri pupuk mereka.
23.

Anda mungkin juga menyukai