PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Polusi udara saat ini menjadi salah satu masalah bagi kehidupan
makhluk hidup terutama kesehatan manusia di dunia. Seiring bertambahnya
jumlah orang yang menggunakan kendaraan bermotor, membuat lingkungan
semakin dipenuhi dengan udara-udara yang tidak sehat. Belum lagi berdirinya
pabrik-pabrik besar yang cenderung mengabaikan faktor pencemaran udara
dari hasil buangan produksi pabrik tersebut (Amelia, 2014).
Dalam urutan kepentingannya, sumber polusi udara antara lain berasal
dari sektor (1) transportasi, terutama mobil dan truk; (2) pembangkit tenaga
listrik yang membakar batubara atau minyak; dan sektor (3) industri, yang
pelaku utamanya adalah pabrik baja, peleburan logam, kilang minyak, pabrik
pulp dan kertas. Dunia industri adalah sumber terbesar penghasil polusi udara
yang ada didunia dan terus mengalami pertumbuhan di setiap tahunnya..
Pertumbuhan industri sendiri terjadi dimulai dari sebelum krisis moneter yang
terjadi di Indonesia hingga perkembangannya pada saat ini. Laju
pertumbuhan yang terjadi di industri nonmigas saja mengalami pertumbuhan
berkisar 12%, sedangkan laju pertumbuhan yang terjadi di industri nonmigas
pada tahun 2003 dan 2004 berturut-turut adalah 5,57% dan 7,7%. Pada tahun
2004, laju pertumbuhan tertinggi tercatat pada industri alat angkut, mesin dan
peralatan yaitu 17,7% yang kemudian disusul oleh industri lainnya sebesar
15,1% yang tersebar di seluruh Indonesia (Pasaribu, 2011).
Disamping
sebagai
sumber
terbesar
penghasil
polusi
udara
jenis zat-zat polutan hasil sisa dari produksi industri tersebut atau yang lebih
dikenal sebagai limbah pabrik. Limbah sendiri didefinisikan sebagai buangan
yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi bagi masyarakat
disekitarnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo PP
85/1999, limbah didefinisikan sebagai sisa/buangan dari suatu usaha
dan/atau kegiatan manusia.
Setiap limbah perlu dikarakteristik terlebih dahulu sebelum rancangan
proses dimulai. Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan oleh limbah juga
bergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Berdasarkan sumber atau asal
limbah, maka limbah dapat dibagi kedalam beberapa golongan yaitu limbah
domestik berupa limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur, tempat cuci
pakaian dan lain sebagainya. Serta limbah nondomestik yaitu limbah yang
berasal dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan dan transportasi
atau sumber-sumber lainnya. Namun berdasarkan karakteristiknya limbah
terbagi atas 4 macam antara lain limbah padat, cair, gas dan limbah bahan
berbahaya dan beracun.
Perseroan Terbatas Pupuk Sriwidjaja (PT. PUSRI) Palembang
merupakan perusahaan atau sebuah industri pupuk urea pertama yang
didirikan sebagai pelopor produsen pupuk urea di Indonesia pada tanggal 24
Desember 1959 di Palembang Sumatera Selatan. PT. Pusri Palembang
memulai operasional usaha dengan tujuan utama untuk melaksanakan dan
menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan
setiap harinya.
Limbah gas sendiri adalah limbah (zat buangan) yang berwujud gas yang
dapat dilihat dalam bentuk asap. Limbah gas selalu bergerak sehingga
penyebarannya sangat luas dan pada waktu proses pengolahan, gas juga
timbul sebagai akibat reaksi kimia maupun fisika. Sebagian besar gas maupun
partikel terjadi pada ruang pembakaran, sebagai sisa yang tidak dapat
dihindarkan dan karenanya harus dilepaskan melalui cerobong asap.
Banyak jenis gas dan partikel yang terlepas dari pabrik melalui
cerobong asap ataupun penangkap debu harus ditekan sekecil mungkin dalam
upaya mencegah kerusakan lingkungan. Pada umumnya limbah gas dari
pabrik bersumber dari penggunaan bahan baku, proses, dan hasil serta
pembakaran. Sama halnya pada pengoperasian pabrik-pabrik yang ada di PT.
PUSRI Palembang, limbah gas/emisi udara yang terlepas ke udara bebas
berupa gas-gas natural seperti NH3 dan urea yang berasal dari Prilling
Tower sedangkan gas-gas emisi kotor (impuirities) seperti SO2(Sulfur
dioksida), NO2 (Nitrogen dioksida), CO (Karbon monoksida) dan partikel
yang masing- masing berasal dari primary reformer, waste heat boiler dan
package boiler yang terdapat pada setiap pabrik pengoperasiannya.
dalam
Sriwidjaja Palembang
Menyusun rekomendasi penyelesaian masalah pengolahan limbah
3. Mendapatkan
kesempatan
untuk
langsung
menghadapi
pengendalian
pencemaran
lingkungan
yang
telah
BAB II
Rencana Kegiatan Harian Kerja Praktek
Proses kerja praktek yang akan dilaksanakan berupa pengumpulan data
sekunder, observasi langsung ke lapangan dan mempelajari hal-hal yang berkaitan
dengan Health Safety Environment (HSE) dan sistem manajemen pengolahan
limbah gas/emisi udara pada umumnya pada kegiatan
Kegiatan
Mengikuti safety induction
dan pembuatan badge tanda
pengenal masuk kawasan
pabrik
Mengambil badge tanda
pengenal masuk kawasan
pabrik
serta
memperkenalkan
diri
kepada
pembimbing
lapangan dan jajaran staff di
divisi Lingkungan Hidup
Mempelajari profil PT.Pusri
Palembang dan program
departemen K3 dan LH
Mempelajari standar serta
peraturan terkait lingkungan
di departemen K3 dan LH
03 Maret 2015
04 Maret 2015
05 Maret 2015
06 Maret 2015
Mengunjungi
bagian
hiperkes serta mempelajari
secara umum kegiatan yang
dilakukan
oleh
bagian
hiperkes
PT.
Pusri
Palembang
09 Maret 2015
Mengumpulkan
mempelajari
dan
data-data
10 Maret 2015
11 Maret 2015
12 Maret 2015
10
13 Maret 2015
11
16 Maret 2015
12
17 Maret 2015
13
18 Maret 2015
14
19 Maret 2015
15
20 Maret 2015
mengenai
jenis
dan
karakteristik limbah yang
dihasilkan di setiap sites
(bagian) pabrik produksi
pupuk urea di PT. Pusri
Palembang
Orientasi dan pencatatan
data tentang gambaran
perusahaan
Observasi lapangan
Bimbingan
kepada
pembimbing
lapangan
terkait proses produksi
limbah gas/emisi udara
yang
telah
dipelajari
sebelumnya
Melanjutkan observasi ke
lapangan melihat proses
pengolahan limbah ga/emisi
udara PT. Pusri Palembang
Mempelajari manual book
pengolahan
limbah
gas/emisi udara yang ada di
PT. Pusri Palembang
Mengikuti
kegiatan
sampling udara di salah satu
sumber
emisi
udara
bersama staff lingkungan
hidup
Melihat
data-data
pemantauan kualitas udara
yang
telah
dilakukan
selama tahun 2015
Konsultasi kepada
pembimbing lapangan
pahamnya
jenis
dan
karakteristik limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan
produksi pupuk urea di PT.
Pusri Palembang
Terbentuknya
dokumen
tentang gambaran perusahaan
Melihat langsung proses
produksi
PT.
Pusri
Palembang
Mendapatkan bimbingan dari
pembimbing lapangan terkait
produksi limbah gas/emisi
udara yang telah dipelajari
sebelumnya
Mengunjungi pabrik-pabrik
penghasil produk pupuk urea
untuk
melihat
langsung
sumber-sumber
limbah
gas/emisi udara
Mendapatkan
informasi
tambahan terkait titik-titik
sumber emisi udara yang ada
di setiap pabriknya
Mengetahui cara sampling
udara
sesuai
standar
operasional prosedur yang
ada di PT.Pusri Palembang
Diketahuinya
data-data
pemantauan kualitas udara
yang rutin dilakukan setiap
bulannya
Mendapatkan bimbingan dari
pembimbing lapangan terkait
pengolahan limbah gas/emisi
udara
Mengikuti kegiatan yang Mengikuti kegiatan
dilakukan
oleh
divisi pemantauan dengan baik
lingkungan hidup seperti
10
16
23 Maret 2015
17
24 Maret 2015
18
25 Maret 2015
19
26 Maret 2015
20
27 Maret 2015
21
30 Maret 2015
22
31 Maret 2015
23
01 April 2015
24
02 April 2015
pemantauan
kualitas
limbah cair yang dihasilkan
dari kegiatan produksi
pupuk urea
Mempelajari lebih lanjut
standar
operasional
prosedur
pemantaun
kualitas
udara
yang
dilaksanakan oleh PT. Pusri
Palembang dan peraturan
perundang-undangan yang
terkait
Mempelajari
tata
cara
penanganan pada limbah
gas/emisi udara apabila
terjadi trouble (masalah) di
salah satu pabrik produksi
Merancang bahan untuk
penyuluhan
kesehatan
lingkungan pada pekerja di
divisi lingkungan hidup
Mengumpulkan data-data
terbaru terkait pemantauan
kualitas udara
Mengetahui standar
operasional prosedur yang
dilaksanakan di PT. Pusri
Palembang serta peraturan
perundang-undangan yang
terkait mengenai pengelolaan
limbah gas/emisi udara
Mengetahui penanganan
limbah gas/emisi udara yang
dilakukan jika terjadi masalah
di salah satu pabrik produksi
Terbentuknya rancangan
penyuluhan kesehatan
Didapatkannya data-data
pemantauan kualitas udara
terbaru yang dilakukan oleh
PT. Pusri Palembang
Menyusun laporan kegiatan Laporan magang mulai
magang
tersusun
Evaluasi mingguan dan Evaluasi berjalan dengan
konsultasi
dengan lancer
pembimbing lapangan serta
melengkapi data-data yang
kurang
Merekap kembali data-data Data-data terbaru (Januariyang telah terkumpul dari Maret) selesai direkap
tiap-tiap
cerobong
emisiudara yang dipantau
kualita udaranya
Menyusun
rekomendasi Terbentuknya rekomendasi
manajemen lingkungan dari lingkungan yang sesuai
data-data yang telah didapat dengan permasalahan yang
sebelumnya
ada di lapangan
Evaluasi terakhir selama Evaluasi akhir berjalan dan
kerja praktek dan mencari dibandingkan dengan rencana
11
25
06 April 2015
26
07 April 2015
12
BAB III
Hasil dan Pembahasan
3.1
13
Organik.
PT Pupuk Kujang, yang berkedudukan di Cikampek, Jawa Barat.
Memproduksi dan memasarkan pupuk urea dan industri kimia
lainnya.
PT Pupuk Kalimantan Timur, yang berkedudukan di Bontang,
Kalimantan Timur. Memproduksi dan memasarkan pupuk urea dan
(EPC).
PT Pupuk Iskandar Muda, yang berkedudukan di Lhokseumawe,
Nangroe Aceh Darussalam. Memproduksi dan memasarkan pupuk
14
terpasang 380.000 ton per tahun.Pada tahun 1992 Pabrik Pusri II dilakukan
proyek optimalisasi urea menjadi 552.000 ton per tahun. Pusri III yang
dibangun pada 1976 dengan kapasitas terpasang sebesar 570.000 ton per
tahun.Sedangkan pabrik urea Pusri IV dibangun pada tahun 1977 dengan
kapasitas terpasang sebesar 570.000 ton per tahun.Upaya peremajaan dan
peningkatan kapasitas produksi pabrik dilakukan dengan membangun
pabrik pupuk urea Pusri IB berkapasitas 570.000 ton per tahun
menggantikan pabrik Pusri I yang dihentikan operasinya karena alasan
usia dan tingkat efisiensi yang menurun.
Pada tahun 2010, dilakukan Pemisahan (Spin Off) dari Perusahaan
Perseroan (Persero) PT. Pupuk Sriwidjaja disingkat PT. Pusri (Persero)
kepada PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang serta telah terjadinya pengalihan
hak dan kewajiban PT. Pusri (Persero) kepada PT.Pusri Palembang
sebagaimana tertuang didalam RUPS-LB tanggal 24 Desember 2010 yang
berlaku efektif 1 Januari 2011 sebagaimana dituangkan dalam Perubahan
Anggaran Dasar PT Pupuk Sriwidjaja Palembang melalui Akte Notaris
Fathiah Helmi, SH nomor 14 tanggal 12 November 2010 yang telah
disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM tanggal 13 Desember 2010
nomor AHU-57993.AH.01.01 tahun 2010.
Tabel 3.1 Sejarah Singkat PT. Pusri Palembang
15
No
Tahun
1
1959
Keterangan
Peresmian dan pendirian pabrik pupuk urea pertama
2
3
4
1963
1974
1976 - 1977
1990
1994
2010
6
7
Sriwidjaja
8
Palembang
dan
pengalihan
hak
serta
PT. Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) sebagai nama induk perusahaan
pupuk yang baru, menggantikan nama PT. PUSRI (persero). Hingga kini PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang tetap menggunakan brand dan merk dagang Pusri
(PT. PUSRI, 2014).
16
17
18
Bahan baku gas alam untuk pembuatan pupuk bisa langsung dari
Pertamina Plaju yang letaknya berdekatan dengan pabrik PT PUSRI
beserta sumber gas alam yang berasal dari Prabumulih.
2. Dekat Sumber Air
Air untuk proses, untuk minum, dan sebagainya setiap hari diambil dari
Sungai Musi yang tidak pernah kering sepanjang tahun.
3. Tenaga Kerja
Lokasi Pabrik berdekatan dengan kota Palembang
menjamin
terdapatnya jumlah tenaga kerja yang besar dan berkualitas, baik untuk
tenaga kerja tingkat menengah serta tenaga kerja tingkat ahli.
4. Sarana Transportasi
Fasilitas untuk pengiriman produk Pabrik PUSRI setelah melalui jalur
darat didukung juga dengan adanya suatu dermaga yang terdapat
dipinggiran Sungai Musi. Distribusi pupuk urea dilakukan lewat kapal
baik itu pupuk bentuk curah (bulk) maupun pupuk kantong (in bag).
Luas tanah yang dipergunakan untuk lokasi pabrik adalah
20,4732 hektar sedangkan luas tanah untuk perumahan karyawan
26,5265 hektar. Di samping itu sebagai lokasi cadangan disiapkan
41,7965 hektar yang dimaksudkan untuk persediaan perluasan kompleks
pabrik dan perumahan karyawan bila diperlukan di kemudian hari.
Kompleks perumahan dan kompleks pabrik dibatasi oleh pagar
dengan dua buah gerbang masuk kompleks pabrik yang dijaga oleh
aparat keamanan. Empat buah pabrik terletak berkelompok-kelompok
mengelilingi daerah tangki penyimpanan amonia. Daerah pengantongan
dan gudang terletak di pinggiran sungai Musi. Peletakan gudang dan
daerah pengantongan ke arah dermaga bertujuan agar pengangkutan
untuk bongkar muat di pelabuhan menjadi lebih mudah dan memerlukan
19
biaya yang lebih murah. Untuk keperluan bongkar muat, PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang memiliki pelabuhan di tepi sungai Musi.
3.1.3 Organisasi Perusahaan
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang menggunakan Line and Staff
Organization System dengan bentuk perusahaan perseroan terbatas dan
modal pengelolaaan pabrik berasal dari pemerintah. Dewan Komisaris
selalu memberikan pembinaan dan pengawasan yang diperlukan
sehingga untuk tugas operasionalnya dibantu oleh dewan direksi yang
terdiri dari 5 orang direktorat, yaitu :
1. Direktur Utama
2. Direktur Produksi
3. Direktur Komersil
4. Direktur Teknik dan Pengembangan
5. Direktur SDM dan Umum
Bagan Struktur Organisasi PT. PUSRI yang ditentukan oleh dewan direksi,
yaitu:
1. Direktur, terdiri dari 1 orang Direktur Utama dan 4 orang
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Direktur pendukung.
General manager
Kepala departemen
Manager
Superintendent
Shift supervisor
Foremen senior
Karyawan/operator
20
21
b. Swing shift
c.
Night shift
Proses Kondensasi
22
23
3.1.5
24
Bagian
pengendalian
Bagian
pengendalian
pencemaran
2.
lingkungan hidup
Divisi kebakaran dan keselamatan kerja, terdiri atas:
1.
Bagian
penanggulangan
Kelompok
teknik
keselamatan kerja
3.
Bagian
hygiene
dan
25
26
BAGAN ORGANISASI
DIVISI PENGENDALIAN PABRIK, KESELAMATAN KERJA & LINGKUNGAN DIREKTORAT PRODUKSI
PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG
DIREKTUR PRODUKSI
GM PENGENDALIAN PABRIK K2L
ENGINEER
MANAGER
K3 & LH
KEPALA LABOLATORIUM
SUPERINTENDENT
KIMIA ANALISIS
SUPERINTENDENT
LAB KONTROL
SUPERINTENDENT
SUPERINTENDENT PENGAWASAN & EVALUAS
HIPERKES
STAFF TKK
Gambar 3.4 Struktur Organisasi Divisi P2K2&L Direktorat Produksi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
Sumber : PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang (2014)
27
28
lingkungan,
bersih,
melakukan
monitoring
dan
menyiapkan
29
program
SML
ISO-14001
serta
melakukan
30
Lingkungan
31
DEPARTEMEN
K3 dan LH
Bagian
PELH
Bagian
PPLH
Bagian
PK & KK
Bagian
HYPERKES
Bagian
TKK
32
3.2
Selasa
03/03/201
5
Rabu
04/03/201
5
Kamis
05/03/201
5
Jumt
06/03/201
5
Senin
09/03/201
5
Kegiatan
Pengarahan
dari
pihak
Pendidikan dan Pelatihan
PT.Pusri Palembang, Safety
induction
&
pengisian
formulir
badge
(tanda
pengenal)
Pengambilan
badge
&
memperkenalkan diri kepada
pembimbing lapangan beserta
staff divisi lingkungan hidup
PT. Pusri Palembang
Ikut
serta
pengambilan
sampel udara emisi dari
prilling tower PUSRI-IV serta
mempelajari profil PT.Pusri
Palembang
Berkunjung
ke
bagian
Hiperkes
dan
langsung
memperkenalkan diri serta
membantu memasukkan data
limbah
kebisingan
pada
pabrik P-I, P-II,P-III dan P-IV
Mengikuti
kegiatan
dari
bagian
Hiperkes
serta
mempelajari secara umum
kegiatan atau program kerja
yang dilakukan oleh bagian
Hiperkes PT.Pusri Palembang
Pengukuran
kebisingan,
kelembaban,
temperature,
cahaya di pabrik P-IV
33
Selasa
10/03/201
5
Kamis
12/03/201
5
10
Jumt
13/03/201
5
11
Senin
16/03/201
5
12
Selasa
17/03/201
5
13
Rabu
18/03/201
5
hiperkes
Output yang diharapkan
mengenai
terbentuknya
dokumen tentang gambaran
perusahaan tercapai
Output yang diharapkan
berupa observasi lapangan
belum tercapai dikarenakan
pada saat itu pabrik sedang
dalam keadaan shut down
(mti)
oleh
karena
itu
berbahaya jika dipaksakan
untuk melanjutkan kegiatan.
Output yang diharapkan
berupa
bimbingan
oleh
pembimbing
lapangan
tercapai
34
14
Kamis
19/03/201
5
15
Jumt
20/03/201
5
16
Senin
23/03/201
5
17
Selasa
24/03/201
5
18
Rabu
25/03/201
5
19
Kamis
26/03/201
5
20
Jumt
27/03/201
5
magang berlangsung
Konsultasi kepada
pembimbing lapangan
Mengikuti kegiatan
pengelolaan limbah cair dan
bahan beracun dan berbahaya
oleh divisi Lingkungan Hidup
PT.Pusri Palembang
Mempelajari lebih lanjut
standar operasional prosedur
pemantaun kualitas udara
yang dilaksanakan oleh PT.
Pusri Palembang dan
peraturan perundangundangan yang terkait
Output
tercapai
yaitu
mendapatkan bimbingan dari
pembimbing lapangan terkait
pengolahan limbah gas/emisi
udara
Kegiatan terlaksana dengan
lancer
Output
tercapai
dengan
terbentuknya
rancangan
bahan untuk penyuluhan
kesehatan
Output
tercapai
dengan
didapatkannya rekapan datadata terbaru pemantauan
lingkungan
Output tercapai
35
21
22
Senin
30/03/201
5
Selasa
31/03/201
5
23
Rabu
01/04/201
5
24
Kamis
02/04/201
5
25
Senin
06/04/201
5
Selasa
07/04/201
5
26
Evaluasi
lancer
berjalan
dengan
Output
tercapai
dengan
didapatkannya tambahan data
terbaru
Output
tercaai
dengan
terbentuknya
rekomendasi
manajemen lingkungan
Kegiatan terlaksana dengan
baik
Laporan terselesaikan
menghasilkan
36
pada Undang-Undang
tentang waktu kerja dan upah kerja lembur dalam hal acuan
37
mengandalkan
38
dari pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) sebagai pemegang otoritas tertinggi.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1984
39
limbah cair yang menggunakan bahan tambahan seperti tawas dalam hal
mengurangi beban pencemaran limbah cair pada badan air yang ada.
Bahan baku utama yang digunakan oleh PT. Pupuk Sriwidjaja
Palembang untuk menjalankan prosesnya adalah gas alam yang berasal
dari Pertamina, steam (uap air) yang diperoleh dari air sungai Musi, dan
udara yang diperoleh dari lingkungan. Amonia digunakan sebagai bahan
mentah dalam industri kimia. Amonia dibuat dari bahan baku gas bumi
yang direaksikan dengan udara dan uap air yang diproses pada suhu dan
tekanan tinggi secara bertahap melalui beberapa reaktor yang mengandung
katalis.
Amonia juga adalah senyawa kimia berupa gas yang berbau tajam.
Pabrik Amonia PT Pusri Palembang ialah pabrik yang menghasilkan
amonia sebagai hasil utama dan karbon dioksida (CO2)
sebagai hasil
40
NH3
= 99,5% wt min
H2O
= 0,5% wt maks
Oil
= 5,0 ppm wt maks
Tekanan
= 18 kg/cm2 min
Suhu
= 300C
Bahan Pembantu : Uap air (steam), air demin (demin water) air
pendingin (cooling water), Air tersaring (filter water), Air pemadam
kebakaran, Udara Instrument, Udara Pabrik untuk pasivasi, Gas nitrogen
dan listrik. Rasio bahan baku dan bahan pembantu. Rasio bahan baku dan
pembantu untuk membuat 1 ton Urea adalah sebagai berikut :
1. Amonia
= 0,568 ton
2. Gas CO2
= 0,745 ton
3. Listrik
= 30 Kwh
4. Air Pendingin = 88 m3
5. Uap Air
= 0,99 ton
Kualitas Produk
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nitrogen
= 46,2%
Biuret
= 0,5% maks
Moisture
= 0,3% maks
Kandungan
= 1,0 ppm maks
NH3 Bebas
= 150 ppm maks
Abu
= 15 ppm maks
Ukuran Butir >6 mesh = 95% min
Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2 dan
liquid NH3 yang disupply dari Pabrik Amonia.
4) Metode (Methode)
Metode dalam pengolahan limbah gas/emisi udara yang
dilakukan oleh PT.Pupuk Sriwidjaja adalah dengan meengurangi atau
mereduksi gas yang terbuang dari sumber-sumber emisi yang ada di
setiap pabrik. Gas seperti sulfur dioksida (SO 2), nitrogen dioksida
(NO2), debu urea dan amonia (NH3) hanya dilakukan pemantauan
sesuai periode pemantauannya, untuk SO2 dan NO2 dipantau dalam
41
tiga (3) bulan sekali sedangkan untuk debu urea dan amonia (NH 3)
dipantau selama satu (1) bulan sekali.
Selain melakukan pemantauan emisi udara secara rutin setiap
periodenya,
pengolahan
limbah
gas/emisi
udara
dilakukan
di lokasi.
Tube ammonia
bisa langsung
42
Proses
Sumber limbah yang ada di PT. Pusri Palembang berasal dari sisa
kegiatan pembuatan pupuk urea. Limbah yang dihasilkan terdiri dari limbah
43
cair, limbah padat, dan limba gas. Masing-masing limbah ini perlu diolah
dengan teknologi yang sesuai dengan karakteristik limbah. Dalam kegiatan
magang yang dilakukan oleh penulis pada saat ini fokus kepada limbah
gas/emisi udara.
Amonia (NH3) selain menjadi bahan baku utama dalam pembuatan
pupuk urea memang merupakan unsur pencemar gas yang paling dominan di
PT Pusri Palembang karena fasanya yang berupa gas pada tekanan atmosfer
dan baunya yang sangat menyengat dan mengganggu, serta berbahaya
(mudah terbakar). Namun selain amonia sebagai unsur pencemar gas yang
paling dominan, masih terdapat beberapa unsur-unsur lainnya yang tidak
kalah pentingnya berkontribusi sebagai unsur pencemar dari aktivitas
produksi pupuk urea ini yaitu antara lain partikel debu urea yang ikut keluar
melalui cerobong pada prilling tower, nitrogen dioksida (NO2) dan sulfur
dioksida (SO2) yang diemisikan melalui boiler-boiler pembangkit listrik yang
ada di setiap pabrik.
Limbah gas yang ada secara keseluruhan hanya dilakukan tindakan
pengolahan yaitu lebih mengutamakan cara untuk menghilangkan dan atau
mengurangi dampak yang terjadi. Lain halnya pada proses pengeloaan yang
lebih mengutamakan proses pengendalian dari hulu ke hilir sampai kegiatan
produksi benar-benar pada akhirnya harus menjadi limbah.
44
45
46
secara
terus
menerus
selama
24
jam
setiap
hari
dengan
47
48
keluar melalui bagian atas stripper. Air yang telah mengandung amonia
kemudian dipanasi sehingga amonia murni akan menguap. Uap amonia
ini kemudian ditampung di penampung amonia.
Pada unit PGRU ini, purge gas yang memiliki komposisi desain
H2: 61,1 % mol, N2: 20,2 % mol, Ar: 3,79 % mol, CH 4: 12,78 % mol dan
NH3: 2,13 % mol diolah dengan proses tersebut di atas menjadi produk
sebagai berikut :
a) Produk utama berupa gas kaya H2 dengan kemurnian 7580% yang selanjutnya dimanfaatkan kembali ke pabrik
Amonia yang diumpankan di inlet 129-C.
b) Produk samping berupa tail gas/fuel gas dengan komposisi
H2 15,29% mol dan CH4 34,15% mol yang dimanfaatkan
untuk tambahan bahan bakar di primary reformer sehingga
diharapkan dapat mengurangi pemakaian gas bumi sebagi
fuel (bahan bakar).
c) Ammonia, yang merupakan hasil pemisahan di unit
recovery PGRU akan dikirim kembali ke pabrik Urea dan
juga digunakan sebagai make up untuk refrigerant receiver
Pabrik Ammonia.
49
Scrubber
Scubber berfungsi untuk menyerap mix gas ammonia dan CO2
yang keluar dari bagian atas reaktor menggunakan larutan karbamat daur
ulang yang berasal dari unit High Pressure Absorber (HPA). Tekanan
operasi scrubber (DA-102) ini sama dengan tekanan operasi di reaktor
urea dan suhu bagian bawah sekitar 1800C.
Scrubber merupakan salah satu unit pengolahan emisi, emisi yang
berasal dari unit HGA dialirkan ke dalam scrubber yang selanjutnya akan
diolah melalui unit Hydrolizer-Stripper. Sebelumnya emisi akan
diencerkan menggunakan air penyerap yang kemudian selajutnya emisi
yang telah diencerkan akan dialirkan ke collecting pit. Didalam
collecting pit, emisi yang telah diencerkan akan bercampur dengan
semua air limbah kiriman dari PUSRI II,III, dan IV.
50
packing ring agar penyerapan debu Urea lebih efektif. Air hasil
penyerapan ini ditampung di dissolving tank untuk selanjutnya secara
perlahan-lahan dikirim kembali ke sistem pabrik urea.
4.
51
52
Bagian PPLH hanya mengukur emisi NH3 dan debu urea yang
terdapat pada Prilling Tower. Pengukuran oleh bagian PPLH ini rutin
dilakukan
terhadap
Sumber
Primary Reformer
Prilling
Tower/Granulasi
Gas Turbine/Waste
Heat Boiler
Semua Sumber
Tenaga Ketel Uap
(Power Boiler)
Parameter
Nitrogen dioksida (NO2)
Total Partikel
Amoniak (NH3)
Nitrogen dioksida (NO2)
Opasitas
Total Partikel
Sulfur dioksida (SO2)
Nitrogen dioksida (NO2)
Opasitas
40%
230
800
1000
20%
53
Tabel 3.4 Baku Mutu Emisi Udara KepmenLH No.133 Tahun 2004
Lampiran IIB
No
1
2
3
4
5
Sumber
Primary Reformer
Prilling
Tower/Granulasi
Gas Turbine/Waste
Heat Boiler
Semua Sumber
Tenaga Ketel Uap
(Power Boiler)
Parameter
Nitrogen dioksida (NO2)
Total Partikel
Amoniak (NH3)
Nitrogen dioksida (NO2)
Opasitas
Total Partikel
Sulfur dioksida (SO2)
Nitrogen dioksida (NO2)
Opasitas
Keterangan *) = Lampiran IIB KepmenLH No.133 Tahun 2004
3.3.3
20%
230
800
1000
20%
Output
Output dari pelaksanaan pengelolaan limbah gas/emisi udara yang
dilakukan PT. Pusri Palembang ini adalah berdampak buruk atau tidaknya
limbah gas yang dibuang ke udara bebas terhadap lingkungan disekitarnya.
Oleh karena itu, untuk menilai output dari pelaksanaan kegiatan pengolahan
54
No
mg/Nm3
Jan
51,7
Bulan
Feb
54,8
Mar
-
Urea
mg/Nm3
5,18
35,25
500*)
NH3
mg/Nm3
52,1
72,2
100,8
500*)
Urea
mg/Nm3
8,34
15,24
73,61
500*)
NH3
mg/Nm3
89,9
76,92
78,1
500*)
Urea
mg/Nm3
68,34
57,66
66,73
500*)
NH3
mg/Nm3
75,7
82,9
70,3
500*)
Urea
mg/Nm3
25,62
45,2
51,6
500*)
Pabrik
Parameter
Satuan
Prilling Tower
NH3
1
PUSRI IB
Prilling Tower
2
PUSRI II
Prilling Tower
3
PUSRI III
Prilling Tower
4
PUSRI IV
BMEU
500*)
55
300
Periode Pemantauan
56
PUSRI
IB
konstan
berturut-turut
selalu
terendah
Grafik 3.2 Rekapitulasi Pemantauan Emisi Udara (Partikel Debu Urea) Periode Januari-Maret 2015
600
500
Prilling Tower PUSRI IB
300
200
BMEU100
0
68.34
57.66
35.25 45.2
25.62
15.24
8.34
5.18
Januari
Februari
73.61
66.73
51.6
0Maret
Periode Pemantauan
Periode Pemantauan
Dari grafik 3.3 di atas dapat diketahui bahwa parameter
Nitrogen dioksida (NO2) yang dipantau selama tahun 2014 dimana
sampel udara diambil dari boiler-boiler pembangkit listrik seperti
primary reformer, waste heat boiler dan package boiler masih berada
jauh dibawa baku mutu emisi udara untuk industri pupuk yaitu
masing-masing sebesar 1400 mg/Nm3 untuk primary reformer, 175
mg/Nm3 untuk waste heat boiler dan 1000 mg/Nm 3 untuk package
boiler.
4. Sulfur Dioksida (SO2)
Sulfur dioksida adalah gas yang tidak berwarna dengan bau
yang menyengat. Berbentuk cairan ketika berada di bawah tekanan,
dan dengan mudah larut dalam air. Sulfur dioksida di udara berasal
dari kegiatan seperti pembakaran batubara dan minyak di
Konsentrasi
SO2
Primary Reformer
900
800
700
600
500
400
300
(mg/Nm3)
Waste Heat Boiler
Package Boiler
204.77 BMEU
165.92
200
97.2 70.95
54.757.4
43.5845.17
43.24
42.7
41.43
100 45.15
0
Periode Pemantauan
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
analisis
situasi
yang
telah
dilakukan,
untuk
2. Petugas yang melakukan pemantauan udara NH3 dan partikel debu urea
seringkali tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap,
yaitu sarung tangan, kacamata keselamatan, masker kimia dan tali
pengaman (hand rail) dikarenakan lokasi pemantauan dilakukan pada
menara pembutir (Prilling Tower) yang ketinggian 20 meter dari
permukaan tanah. Ketidakdisiplinan penggunaan APD tersebut dapat
membahayakan jiwa (kesehatan) petugas itu sendiri dari paparan gas
amonia (NH3) yang keluar melalui cerobong-cerobong yang terdapat pada
3.5
prilling tower.
Penentuan Prioritas Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut dipilih satu masalah
yang menjadi prioritas. Prioritas masalah merupakan urutan masalah dari
masalah yang dianggap paling penting sampai dengan urutan yang kurang
penting (Herjulianti, 2002). Untuk mencari priorirtas masalah, salah satu
cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan matriks USG.
Untuk menentukan prioritas masalah menggunakan matriks USG,
terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan. Ketiga faktor tersebut
adalah urgency, seriuosness, dan growth
Total
64
48
2004
Petugas tidak menggunakan
APD yang sesuai.
1. Urgency
1. Belum diterapkannya baku mutu emisi udara Lampiran IIB
KepmenLH No. 133 tahun 2004
Lampiran IIB pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
133 tahun 2004 seharusnya sudah harus wajib dilaksanakan semenjak
1 Januari 2009. Terdapat perbedaan nilai baku mutu emisi udara NH 3
dan partikel debu urea antara Lampiran IIA dan IIB. Lampiran IIB
memberikan nilai yang lebih ketat dibandingkan Lampiran IIA. Maka
aspek urgency dari permasalahan ini bernilai empat (4) karena
permasalahan ini membutuhkan tindakan perbaikan
2. Petugas tidak menggunakan APD yang sesuai.
Alat pelindung diri (APD) bertujuan untuk melindungi pekerja
dari paparan zat berbahaya. Dengan kondisi lingkungan lokasi
pemantauan sebagai sumber emisi gas amonia (NH3) dan partikel debu
urea yang selalu konstan menguluarkan emisi gas nya ke udara selama
proses produksi pupuk urea berjalan. Maka aspek urgency dari
permasalahan ini bernilai empat (4) karena permasalahan ini
membutuhkan tindakan perbaikan secepatnya dikarenakan dapat
mengancam jiwa (kesehatan) jika petugas tersebut tidak melengkapi
APD secara lengkap pada saat melakukan kegiatan pemantauan emisi
udara.
2. Seriousness
1. Belum diterapkannya baku mutu emisi udara Lampiran IIB
KepmenLH No. 133 tahun 2004
Aspek seriousness dari permaslahan ini diberi nilai empat (4)
karena belum diterapkannya baku mutu emisi udara Lampiran IIB
KepmenLH No. 133 tahun 2004. Sehingga untuk sejauh ini PT. Pusri
Palembang masih menganggap setiap polutan yang dihasilkan masih
sangat jauh dari baku mutu emisi yang ditetapkan pada Lampiran IIA,
sedangkan pada Lampiran IIB nilai baku mutu emisi lebih ketat
dibandingkan Lampiran IIA sebelumnya.
2. Petugas tidak menggunakan APD yang sesuai.
Aspek seriousness dari permasalahan ini diberi nilai empat (4)
karena bahaya yang ditimbulkan dapat mengancam jiwa petugas yang
melakukan pemantauan yang tidak dilengkapi dengan APD seperti
masker pelindung pernapasan.
3. Growth
1. Belum diterapkannya baku mutu emisi udara Lampiran IIB
KepmenLH No. 133 tahun 2004
Belum diterapkannya Lampiran IIB KepmenLH No. 133 tahun
2004 diberi nilai empat (4) karena jika dilihat dari faktor Growth
belum diterapkannya regulasi ini akan menjadi penghambat dalam
pemantauan emisi udara dikarenakan baku mutu emisi yang dijaidikan
acuan hingga saat ini belum begitu ketat dibandingkan baku mutu
emisi pada Lampiran IIB.
Petugas tidak menggunakan APD yang sesuai.
Aspek growth dari permasalahan ini diberi skor tiga (3) karena
2.
Baku mutu emisi yang terdapat pada lampiran IIB KepmenLH No.
133 tahun 2004 dirasa lebih ketat dibandingkan baku mutu emisi
udara yang terdapat pada Lampiran IIA dengan regulasi yang sama.
Hal ini membuat pandangan pihak PT. Pusri Palembang lebih ketat
pula mengawasi setiap mg/Nm3 limbah gas yang dikeluarkan dari
setiap komponen pabrik yang mengeluarkan emisi terutama emisi gas
amonia (NH3) sebagai emisi utama yang dibuang pada proses produksi
pupuk urea. Emisi udara yang dibuang setiap harinya baik secara
langsung maupun tidak langsung akan berdampak ke masyarakat bisa
pada kenyamanan masyarakat akan bau amonia (NH 3) yang
ditimbulkan maupun gangguan kesehatan yang akan dialami oleh
masyarakat jika selalu terpapar polutan ini.
3.6 Penentuan Akar Masalah
Agar masalah tersebut dapat diselesaikan maka dibutuhkan informasi
mengenai penyebab dari masalah tersebut sehingga dapat dihasilkan
rekomendasi untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan. Adapun
identifikasi
Metode
Manusia
Kebijakan Perusahaan
Peralatan
Faktor
kebijakan
perusahaan
ini
berpengaruh
kepada
Konsentrasi polutan udara di udara tidak hanya tergantung pada emisi tetapi juga pada kondisi atmosfer (arah d
pa potensi bahaya.
pembuatan
pupuk urea,
PT.jenis
Pusribahan
menggunakan
bahan
baku berupa gas alam/belerang, CO2 dan amonia (NH3)
tung
pada seberapa
banyak
bakar yang
dibakar.
PT. Pusri antara lain berasal dari boiler-boiler pembangkit listrik dan menara pembutir pupuk urea. (SO2, NO2, debu Urea dan NH3)
Eksposur tergantung pada berapa banyak dan berapa lama orang terpapar polusi udara
Efek kesehatan tidak hanya tergantung pada dosis tetapi juga pada faktor-faktor seperti usia
sis diukur seberapa banyak polutan sebenarnya yang disimpan didalam tubuh dan tidak hanya tergantung pada paparan tetapi juga pada fa
71
74
3:
ke
pajanan
6.
indicator suatu dampak karena beberapa ukuran risiko. Ini adalah kontak dari
bahan polusi dengan system yang sensitif, sekalipun manusia, bangunan atau
ekosistem.
7. Langkah
4:
Pajanan ke efek
kesehatan
8.
Namun, karena perbedaan dalam kerentanan orang atau tingkat risiko yang
berbeda yang mempengaruhi.
9.
negara berpenghasilan rendah dan menengah telah difokuskan pada emisi dan
75
konsentrasi polutan di lingkungan luar (langkah 1 dan 2 di atas). Dalam hal ini,
mereka konsisten dengan perkembangan sejarah manajemen polusi udara di
negara-negara berpenghasilan tinggi. Selanjutnya, estimasi dampak kesehatan di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah biasanya sudah dilakukan
melalui eksplorasi dari studi /konsentrasi kesehatan dilakukan di negara-negara
berpenghasilan tinggi ke konsentrasi diukur secara lokal. Sayangnya, ini adalah
pendekatan yang hanya mungkin bisa dilakukan dikarenakan terbatasnya data
setempat.
10.
udara yang menimbulkan efek kesehatan apabila manusia terpapar oleh polutanpolutan ini, yaitu antara lain:
11. Amonia (NH3)
12. Menurut EPA (2004) dan Makarovsky dkk (2008) amonia dapat
masuk ke dalam tubuh melalui jalur inhalasi, ingesti, dan dermal. Amonia
dapat masuk ke dalam tubuh jika menghirup udara yang mengandung
amonia atau mengkonsumsi makanan yang mengandung garam
amonium. Jika amonia mengenai kulit, maka sejumlah kecil amonia
tersebut dapat masuk ke dalam tubuh. Dalam kehidupan sehari-hari
umumnya amonia masuk lewat jalur inhalasi dan ingesti sedangkan untuk
jalur dermal jarang ditemukan. Rata-rata amonia yang masuk ke tubuh
bersumber dari 78,3% lewat jalur inhalasi dan 21,7% lewat jalur ingesti
( IPCS, 1986 ).
13. Ketika amonia masuk saat bernafas maka sebagian masuk ke dalam
tubuh akan diserap oleh paru-paru kemudian amonia berikatan dengan
darah yang ada di dalam paru-paru. Darah yang berasal dari paru-paru
kemudian diedarkan ke jantung melalui pembuluh darah vena
76
77
dapat pula
78
79
80
9.
81
3.10
agar
orang
yang
diberi
penyuluhan
mampu
menimbang
kembali
akan
pentingnya
regulasi
terkait
82
Setelah
pengetahuan
dilakukan
pekerja
penyuluhan
meningkat
penyuluhan.
19.
dari
kesehatan
diketahui
sebelum
dilakukan
83
20. BAB IV
21. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang merupakan perusahaan industri pupuk
pertama yang dibangun di Indonesia yaitu didirikan pada 24 Desember
1959 yang berpusat di Kota Palembang yang menghasilkan sekitar 1725
ton produk pupuk urea untuk setiap harinya.
2. Dalam komitmenya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang melakukan pemantauan lingkungan
berupa pengukuran kualitas limbah-limbah yang dihasilkan dari
produksi pupuk urea, termasuk limbah gas yang dihasilkan.
3. Berdasarkan analisis situasi diketahui bahwa parameter
hasil
pengolahan limbah gas berupa amonia (NH 3), partikel debu urea,
nitrogen dioksida (NO2) dan sulfur dioksida (SO2) kesemuanya dibawah
baku mutu yang terlampir pada Lampiran IIA Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No.133 tahun 2004.
4. Berdasarkan hasil identifikasi masalah, permasalahan yang terjadi pada
pengolahan limbah gas yang dilaksanakan oleh pihak PT. Pusri
Palembang yaitu pada belum diterapkannya baku mutu emisi udara
Lampiran IIB KepmenLH No. 133 tahun 2004 dan pemakaian APD
oleh petugas PPLH yang belum sesuai dengan ketentuan pada saat
melakukan kegiatan pemantauan kualitas emisi udara di menara
pembutir. Prioritas masalah dalam proses pengolahan limbah gas
didapatkan adalah belum diterapkannya baku mutu emisi udara
Lampiran IIB KepmenLH No. 133 tahun 2004 dengan penentuan
prioritas masalah menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness
84
metode
biomonitoring
pada
kegiatan
manajemen
85
lebih
meningkatkan
kapasitas
direksi
perusahaan.
Sehingga
apabila
pengetahuan
terkait
dampak
yang
ditimbulkan
dari
kegiatan