BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dalam kerja praktek ini adalah:
Menerapkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidang ilmu Teknik Kimia
dan memperluas wawasan mahasiswa di bidang teknologi dalam proses
pembuatan polipropilenaa di PT. Chandra Asri Petrochemical
Memenuhi salah satu mata kuliah wajib yang menjadi syarat kelulusan bagi
mahasiswa Teknik Kimia FT Universitas Serang Raya untuk memperoleh
gelar sarjana strata satu (S1).
Mendapatkan deskripsi nyata tentang wujud dan pengoperasian sistem
pemproses atau fasilitas yang berfungsi sebagai sarana produksi, perancangan
atau pembangunan,
Mempelajari unit unit proses di polypropylene Plant dan unit unit lainnya.
Memahami segi segi ekonomis pengoperasian suatu sarana produksi.
1.3 Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dari kerja praktek ini antara lain ialah:
Menambah wawasan dan meningkatkan pola pikir guna menghadapi
kemajuan teknologi industri kimia di masa yang akan datang,
Memberi informasi teknologi proses kimia dan melatih sense of Engineering
mahasiswa dengan belajar langsung ke lapangan, dalam hal ini ke perusahaan
tempat Kerja Praktek.
Memberi tambahan pengetahuan tentang proses produksi Polipropilenaa di
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk bagi praktikan khususnya dan pembaca
laporan ini pada umumnya
BAB II
TINJAUAN UMUM OBJEK KKP
karena sifatnya yang mudah dibentuk, kuat, dan murah. Plastik juga
merupakan polimer yang tersusun dari berbagai jenis komoditas, seperti :
polyethylena, polipropilenaa, polyvinilchlorida, dll. Jenis-jenis plastik ini
memiliki memiliki karakteristik yang berbeda-beda seperti ketahanan terhadap
zat kimia, cahaya, dan panas serta sifat degradasi. Karakteristik-karakteristik
ini lah yang menjadi pertimbangan pengunaan plastik dalam kehidupan sehari-
hari.
Pembangunan PT. Chandra Asri Petrochemical juga ditujukan sebagai
pemenuh kebutuhan dasar industri plastik di Indonesia sehingga diharapkan
dapat menekan biaya yang dikeluarkan oleh indutri petrokimia hilir untuk
pembelian bahan baku, dimana kebanyakan industri petrokimia hilir
mengimpor bahan bakunya dari luar negeri. Selain sebagai penggerak dan
pelopor pada industri petrokimia hulu dan hilir, PT. Chandra Asri
Petrochemical juga memiliki peranan-peranan lain, misalnya sebagai
penyumbang devisa Negara, katalis pertumbuhan industri petrokimia
hilir/antara, barometer industri petrokimia dalam skala internasional, dan
sebagai pengontrol harga produksi industri plastik dalam negeri.
2.3 Tujuan dan Fungsi Instansi yang Terkait Dengan Bidang Kajian
Visi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk adalah menjadi Perusahaan
Petrokimia Terkemuka dan Pilihan di Indonesia.
Misi PT Chandra Asri Petrochemical Terus berkembang dan
mengukuhkan posisi kepemimpinan Perusahaan melalui integrasi,
pengembangan sumber daya manusia dan kemitraan terpilih, secara
berkelanjutan yang akan berkontribusi terhadap pertumbuhan Indonesia
2.4 Struktur Organsasi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk
PT. Chandra Asri Petrochemical dipimpin oleh seorang Presiden Direktur
yang membawahi tiga orang Deputy General Manager. Ketiga orang ini akan
mengkoordinasikan beberapa divisi dan departemen. Departemen ini masing-
masing dipimpin oleh seorang Department Manager. Masing-masing
General Affair
Information Technology Department (ITD)
8. Purchasing and Contract Department, yang terdiri dari 2 bagian:
Purchasing
Material Warehouse
9. Safety and Environment Department
10. Engineering Group Department yang terdiri dari 3 bagian:
Design Section
Project Section
Inspection Section
Struktur organisani PT. Chandra Asri Petrochemical dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Chandra Asri (sumber: Dokumen PT. Chandra Asri)
tepatnya pada 06o1,7 LS dan 105o56 BT. Gambar 2.3 berikut menunjukan
layout PT. Chandra Asri.
BAB III
TEKNOLOGI PROSES
polietilenaa berdensitas tinggi, begitu juga dengan nilai modulus Young yang
dimiliki. Polipropilenaa memiliki titik lebur 160C. Berdasarkan letak gugus
metal terhadap rantai utama, struktur molekul polipropilenaa dapat dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu:
a. Isotaktik: semua gugus metil terletak pada salah satu sisi rantai
polimer sehingga polipropilenaa bersifat kristalin.
2. Kopolimer
Kopolimer adalah polimer yang tersusun dari monomer propilenaa
yang bereaksi dengan monomer lain, seperti etilenaa, untuk
menghasilkan polimer yang mengandung lebih dari satu macam
kesatuan struktur. Kopolimer polipropilenaa biasanya merupakan
campuran dari monomer propilenaa dengan monomer etilenaa
sebanyak 5-15% sehingga akan meningkatkan kekuatannya sampai
temperatur di bawah -20oC.
3.1.5.1.1 Homopolimer
Homopolimer adalah polimer yang disusun oleh monomer-monomer
sejenis dan diproduksi langsung dalam sebuah reaktor (dapat diproduksi melalui
train I dan II). Penggunaan produk akhir polimer jenis ini untuk aplikasi yang
memerlukan sifat-sifat kekakuan, kekasaran dan kuat tarik yang tinggi.
Karakteristik homopolimer adalah sebagai berikut:
a. Memiliki berat jenis paling ringan dengan perbandingan berat dan kekuatan
yang tinggi
b. Memiliki daya tahan panas yang paling tinggi
c. Kejernihannya baik
d. Permukaan kristalnya halus
e. Tahan terhadap tumbukan, tahan lembab, tahan abrasi, dan tahan gesekan
Jenis-jenis homopolimer yang diproduksi di PT. Tri Polyta Indonesia Tbk
dapat dilihat pada Tabel 3.1.
digunakan untuk injection molding, benang, serat dan film. Produk tersebut dibuat
dalam berbagai spesifikasi untuk memenuhi konsumen yang bermacam-macam.
Jenis-jenis random coplymer yang diproduksi di PT. Tri Polyta Indonesia Tbk
dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Jenis random copolymer yang diproduksi PT. Chandra Asri
Petrochemical Tbk. (PP Plant)
a. Rebagging
Merupakan produk yang dikumpulkan dari tumpahan pellet akibat karung
yang berlubang atau rusak dari proses bagging maupun loading. Produk ini
dikemas dalam karung dan masih dapat diolah tetapi harus dipertimbangkan
adanya kontaminasi.
b. Trash
Merupakan produk yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan tetapi ukuran
pelletnya lebih besar atau lebih kecil dari yang ditentukan.
c. Sweeping
Merupakan produk yang dikumpulkan dari tumpahan pellet namun
kandungan pengotornya banyak.
d. Dust
Merupakan debu dari resin yang dihasilkan yang harus dihilangkan pada
proses produksi.
e. Resin
Merupakan bubuk hasil reaksi yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak
memenuhi kualifikasi sehingga tidak diproses menjadi pellet
f. Bongkahan
Merupakan lelehan resin yang keluar dari pelletizer dan memadat yang harus
dibuang karena adanya masalah dalam proses produksi.
PVC), lapisan anti air pada genting, peralatan kantor, mainan anak (seperti rubik
cube dan radio kontrol), bagian dari pengeras suara, bahan untuk dashboard
mobil, dsb. Barang-barang yang terbuat dari polipropilenaa biasanya memiliki
Proses ini merupakan proses untuk membentuk pelet plastik secara tiga
dimensi sehingga benda yang dihasilkan memiliki bentuk yang siap pakai. Proses
pencetakan yang biasa digunakan untuk polipropilenaa yang merupakan polimer
thermoplastic dapat dibagi ke dalam empat jenis proses.
1. Compression molding
Pada proses ini plastik dalam bentuk pelet, bubuk, resin, atau disc
dikeringkan dengan pemanasan kemudian dipanaskan lebih lanjut. Setelah
itu, bahan tersebut akan dimasukkan ke lubang pencetak dan pencetak
ditutup. Plastik yang leleh karena panas dan tekanan tersebut mengalir
sesuai bentuk cetakan, kemudian dikeluarkan dari cetakan ketika telah
padat.
2. Injection molding
Proses ini merupakan metode pencetakan yang paling penting
untuk thermoplastic. Material berupa resin atau pelet turun dari hopper
menuju silinder. Di dalam silinder, material akan didorong menuju zona
pemanasan. Kemudian material disebarkan dengan adanya logam
penyebar aliran. Polimer yang telah meleleh tersebut dialirkan menuju
nozzle yang menempel dengan cetakan. Polimer tersebut akan mengalir
melewati nozzle, melewati gerbang, menuju cetakan. Kemudian tekanan
dijaga tetap sampai polimer memadat dan cetakan akan terbuka, bahan
yang sudah padat dapat dikeluarkan.
3. Blow molding
Proses ini banyak digunakan untuk membuat botol atau wadah lain
dengan ruang kosong di dalamnya (hollow). Tahapan proses ini adalah
pelelehan plastik, mengalirkan lelehan plastik ke parison (semacam
cetakan plastik berbentuk silinder/tube), menutup parsion secara rapat
kecuali pada satu bagian untuk jalur masuk udara, meniupkan udara
bertekanan tinggi ke parison, bagian polimer yang sudah dibentuk
didinginkan hingga memadat, dan polimer yang telah berbentuk tersebut
dikeluarkan.
4. Thermoforming
Proses ini menggunakan prinsip mengenai pemanasan lembaran
polimer thermoplastic. Polimer thermoplastic ketika dipanaskan akan
selembut lembaran karet sehingga bisa dibentuk sesuai cetakan yang
diberikan. Proses ini pada intinya adalah memanaskan polimer sampai
dapat ditarik sehingga dapat dibentuk dengan mudah.
3.1.5.3.2 Calendering
bentuk film, lembaran (sheet), dan pelapisan dengan polimer (coating). Proses ini
memiliki prinsip sederhana dengan mengekstrusi polimer melalui pelat tipis yang
kekuatan. Alternatif lain adalah dengan meniup film dari ekstruder dengan gas
3.1.5.3.4 Ektrusi
2. Xylene soluble
Pengukuran xylene soluble bertujuan untuk mengetahui kadar
ataktik dalam polimer non kristalis atau ataktik dalam polipropilenaa.
Metode penentuan xylene soluble yang digunakan adalah gravimetri atau
dengan menggunakan peralatan spektrofotometer resonansi inti magnet.
Sejumlah tertentu resin dilarutkan dilarutkan dalam larutan xylene
mendidih. Fraksi isotaktik yang tidak melarut diendapkan, disaring dan
ditimbang. Fraksi ataktik yang tertinggal dalam larutan dinyatakan dalam
% xylene soluble (%XS). Untuk resin homopolimer, %XS berkisar antara
2-5%.
3. Yellowness index
Angka ini digunakan untuk mengetahui warna polimer. Produk
yang diinginkan adalah polimer berwarna putih agak terang dan bebas
warna lain. Perubahan warna polimer terjadi karena produktivitas katalis
yang kurang baik dan adanya oksidasi terhadap polimer. Jika terjadi
perubahan warna (yellowish) mengindikasikan operasi yang terjadi tidak
normal. Alat yang digunakan adalah colorimeter Gardner TL-23
Tristimulus.
3.2.1.1. Propilena
Bahan baku utama yang digunakan dalam produksi polyprophylene
adalah prophylene. Jumlah propilenaa yang dibutukan bergantung
pada jumlah produk yang dihasilkan dan permintaan pasar akan
polyprophylene itu sendiri. Sekitar 80% prophylene diperoleh dari PT.
Chandra Asri Petrochemical pada bagian PE (Polietilenaa) Plant dan
sisanya diimpor dari luar negeri (seperti Korea, Timur Tengah,
Singapura, Arab Saudi, Libya, dan Amerika Serikat). PT. Chandra
Asri Petrochemical PE Plant memasok prophylene dalam bentuk
tekanan tinggi sedangkan impor dari luar negeri dalam bentuk tekanan
rendah. Kualitas prophylene yang dipasok oleh PT. Chandra Asri PE
Plant adalah 99,75%. Prophylene yang berasal dari luar negeri dikirim
dengan menggunakan kapal dan diterima di unit jetty (dermaga) yang
dimiliki oleh PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk (Polyprophylene
Plant). Konsumsi prophylene rata-rata di pabrik mencapai 38 ton/jam.
Spesifikasi prophylene yang memenuhi standar PT. Chandra Asri
Petrochemical Tbk (Polyprophylene Plant) dapat dilihat pada Tabel
3.3.
Prophylene adalah senyawa hidrokarbon yang umum digunakan
sebagai bahan baku induk (feedstock) untuk pembuatan produk-
produk antara seperti polyprophylene, asam akrilat, propilena oksida,
akrilonitril, isopropyl alcohol, kumena, hetpena, dan bahan kimia
oksi.
Tabel 3.3 Spesifikasi Propilenaa yang diterima PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk (PP
Plant)
Senyawa Kandungan
3.2.1.2. Etilenaa
Kebutuhan terhadap etilenaa adalah untuk ditambahkan pada
produksi homopolimer (dikenal dengan low etilenaa random
polymer). Etilenaa dibutuhkan pada Polyprohylene Plant untuk
membuat random kopolimer pada train I dan II, impact copolymer
pada train III dan produksi homopolimer dengan kadar etilena yang
sangat kecil (low etilenaa random copolymer). Penambahan sejumlah
kecil etilenaa pada homopolimer mempengaruhi kekuatan impact dan
kejernihan produk yang dihasilkan. Etilenaa yang dicampur dengan
oksigen jika dipanaskan pada suhu tertentu, maka akan dihasilkan
suatu senyawa dengan berat molekul besar yang disebut dengan
polietilenaa. Etilenaa dapat dikonversi menjadi propana melalui
proses hidrogenasi langsung dengan katalis nikel pada temperature
300oC. Oksidasi etilenaa secara langsung dapat menghasilkan vinil
akrilat.
Tabel 3.5 Spesifikasi Etilenaa Yang Diterima PT. Chandra Asri PP Plant
Senyawa Kandungan
3.2.2.1. Katalis
PT. Chandra Asri Petrochemical (Polyprophylene Plant)
menggunakan SHAC (Shell high Activity Catalyst) 201 dan LYNX
1010. Katalis SHAC 201 terdiri atas TiCl4 dalam MgCl2 (30% berat)
dan white mineral oil (60-75%) dan memiliki selektifitas yang tinggi.
SHAC berbentuk bubuk padatan kuning muda yang dilarutkan dalam
white mineral oil. White mineral oil berfungsi untuk melindungi
kompleks TiCl4/MgCl2 dari kontak dengan udara lembab atau uap air
karena TiCl4/MgCl2 sangat reaktif terhadap air. Wujud katalis berupa
slurry (padatan tersuspensi dalam minyak) yang berwarna kecoklatan.
Slurry ini memungkinkan katalis dapat dialirkan ke dalam reaktor.
Produktivitas katalis dipengaruhi oleh waktu tinggal reaksi, jenis
katalis, laju deaktivasi katalis dan kadar ko-katalis. Produktivitas
katalis akan naik jika waktu tinggal reaktor semakin lama dan laju
deaktivasi katalis menurun. Produktivitas SHAC sebesar 27 ton
polyprophylene per kilogram katalis. Berikut adalah sifat fisik dari
SHAC 201 yang ditunjukkan pada Tabel 3.7.
Titik nyala, oC 49
3.2.2.2. Ko-katalis
Ko-katalis berfungsi sebagai pembentuk kompleks katalis aktif
sehingga mempermudah terjadinya polimerisasi. Ko-katalis yang
digunakan adalah TEAl (Tri Ethyl Aluminium, (C2H5)3Al). TEAl yang
berwujud cairan pada kondisi ruang, bening, dan tidak berwarna.
TEAL terdiri atas triethyl aluminium 92% berat dan senyawa lain
seperti tri propyl aluminium, tri n-buthyl aluminium, tri isobutyl
aluminium, aluminium, chlorin serta hibrida dalam bentuk AlH3CH4,
etilena dan isobutilen. TEAl berfasa cair pada kondisi ruang,
transparan dan tidak berwarna.
Tabel 3.8 Sifat-Sifat Fisik TEAl
A. Teknologi Amoco
Amoco telah mengembangkan reaktor fasa gas untuk memproduksi
polipropilenaa homopolimer dan kopolimer. Polimerisasi berjalan dalam
stirred-bed reactor horizontal dan menggunakan monomer cair untuk
mengendalikan temperatur reaksi unggun. Amoco menggunakan katalis
super aktif dengan penyanggah titanium yang tidak memerlukan
prepolimerisasi atau penghilangan debu dan klor. Hal yang istimewa dari
B. Teknologi Borstar
Proses Borstar merupakan proses dengan teknologi tinggi.
Homopolimer, kopolimer acak, kopolimer heterofasa dan kopolimer
heterofasa dengan kandungan karet tinggi dapat dihasilkan dengan
memilih kombinasi reaktor. Pabrik skala komersil pertama berdasarkan
teknologi ini dibangun di Austria. Lisensor teknologi ini adalah Borealis
A/S.
Polipropilenaa dengan melt flow berkisar antara 0,1 sampai 1200
g/10 menit dapat dihasilkan dengan proses Borstar. Katalis yang
digunakan adalah Ziegler-Natta namun berpotensi untuk hanya
menggunakan satu jenis katalis di kemudian hari. Untuk memproduksi
homopolimer dan kopolimer acak, proses terdiri dari sebuah loop reactor
dan sebuah reaktor fasa gas yang tersusun secara seri. Satu atau dua
reaktor fasa gas dikombinasikan dengan susunan ini untuk menghasilkan
kopolimer heterofasa.
Untuk pembuatan polimer heterofasa, polimer dari reaktor fasa gas
dipindahkan ke reaktor fasa gas lainnya yang lebih kecil. Pada reaktor ini
kopolimer mengandung karet dibuat. Setelah langkah ini, residu
hidrokarbon dikeluarkan dan bubuk polimer dimasukkan ke bagian
ekstrusi. Kondisi polimerisasi pada setiap reaktor dapat dikendalikan
sehingga memungkinkan produksi dengan kualitas standard unimodal dan
board molecular weight multimodal grades. Rasio laju produksi pada
reaktor-reaktor dapat diatur untuk mencapai sifat produk yang diinginkan.
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 3.12.
C. Teknologi Chisso
Lisensor proses ini adalah Chisso Corporation. Teknologi ini
merupakan sebuah proses untuk menghasilkan homopolimer
polipropilenaa dan kopolimer etilenaa-propilenaa baik acak maupun
teratur. Proses ini memerlukan sebuah reaktor horizontal berpengaduk dan
katalis dengan unjuk kerja tinggi yang dibuat oleh lisensor. Katalis ini
memiliki keaktifan dan selektifitas yang sangat tinggi. Proses ini
memungkinkan konsumsi energi yang rendah, sifat kopolimer etilenaa-
propilenaa yang lebih baik, produk transisi yang minimum, perolehan
polimer yang tinggi, dan faktor operasi yang tinggi. Setiap langkah proses
telah disederhanakan sehingga teknologi ini memungkinkan investasi
modal awal yang rendah dan mengurangi biaya perakitan namun
menghasilkan produk yang seragam dan kontrol kualitas yang baik.
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 3.13.
D. Teknologi Mitsui
Proses ini menghasilkan produk berupa polipropilenaa termasuk
homopolimer, kopolimer acak dan kopolimer blok. Lisensor teknologi ini
adalah Mitsui Chemical, Inc. Proses ini merupakan kombinasi katalis yang
memberikan perolehan tinggi dan memiliki stereospesifik yang tinggi.
Proses ini tidak menggunakan pelarut, dapat menghilangkan polimer
ataktik, dan tidak perlu memindahkan katalis residu. Perolehan polimer
berkisar antara 20.000-100.000 kg polimer per kg katalis yang
dimasukkan. Indeks isotaktik total mencapai 98-99.9%. Polimer yang
E. Teknologi Novolen
Lisensor teknologi ini adalah TARGOR GmbH, sebuah perusahaan
polipropilenaa milik BASF dan Hoechst. Kontraktor ekslusif untuk
teknologi ini adalah Krupp Uhde GmH. Teknologi ini digunakan untuk
memproduksi homopolimer polipropilenaa, kopolimer acak dan kopolimer
blok. Pada proses Novolen, polimerisasi terjadi dalam satu atau dua
reaktor fasa gas vertikal dengan pengaduk yang tersusun secara seri.
Homopolimer dan kopolimer acak diproses dalam satu reaktor atau dalam
dua reaktor, bergantung dari kapasitas yang diinginkan dan kisaran
produk. Untuk memproduksi kopolimer blok diperlukan dua reaktor yang
F. Teknologi Sumitomo
G. Teknologi Unipol
Propilena tekanan tinggi dibeli dari PT.CAPC, sebagian lagi diimpor dari
luar negeri melalui jetty B. Propilena disimpan dalam tangki berbentuk bola
dengan diameter 20,178 m pada tekanan 13 kg/cm2G dan temperatur 30 oC.
Tangki penyimpanan propilena tekanan tinggi ada 2 buah dengan kapasitas
masing-masing 2000 ton. Sebelum propilena digunakan untuk proses di reaktor,
propilena dimurnikan terlebih dahulu. Propilena dipompakan dengan
menggunakan HP Propilena Pump ke unit pemurnian propilena.
dari cairannya, lalu uap dikembalikan lagi ke BOG kompresor untuk diproses
kembali sedangkan cairan kembali diumpankan ke tangki penyimpanan pada
temperatur sekitar 10,5 o
C dengan tekanan 1,3 kg/cm2G. Cairan yang
dikembalikan ke tangki bersentuhan dengan gas yang ada di tangki dan secara
tidak langsung juga mendinginkan gas di tangki sehingga gas yang ada berubah
kembali menjadi cair.
Propilena cair yang bersuhu 30 oC yang berasal baik dari tangki HP maupun
LP memasuki unit pemurnian terlebih dahulu sebelum dialirkan ke sistem reaksi.
Pemurnian bahan baku bertujuan untuk menghilangkan sejumlah pengotor seperti
CO2, CO, O2, H2S, Propadiena, Asetilenae dan air yang dapat menurunkan
keaktifan katalis dan meracuni katalis.
f. Filter (F-01)
Sebelum masuk ke reaktor, umpan propilena murni dilewatkan dalam
propilena filter yang berfungsi untuk mencegah kontaminasi partikel terhadap
resin. Selanjutnya propilena murni dipompakan menuju reaktor dengan
menggunakan pompa sentrifugal multistages yang berfungsi untuk mencapai
tekanan sampai dengan 40 kg/cm2G.
O2 + 2H2 2H2O
kg/cm2G dan temperatur 40oC dalam fasa campuran gas dan cair. Sedangkan
temperatur dan tekanan operasi reaktor adalah 65oC dan 30 kg/cm2G. Perbedaan
reaktor. Cycle gas yang telah didinginkan ini kemudian dialirkan kembali ke
dalam reaktor.
Produk hasil polimerisasi ini berupa padatan resin polipropilenaa. Aliran
resin secara bertahap diambil dari reaktor untuk dimasukkan ke dalam product
discharge system. Resin yang dialirkan melalui PDS ini masih mengandung
pengotor baik berupa sisa-sisa umpan yang belum bereaksi maupun katalis yang
belum terdeaktivasi.
Reaktor polimerisasi propilenaa ini dirancang dengan ketinggian unggun
normal 38 kaki (11,6 m) dengan daerah kosong antar unggun dan bagian yang
membesar setinggi 2 kaki (0,6m). Sebelum start-up, reaktor diisi dengan resin
hingga 11 m dari dasar reaktor. Jumlah resin yang dibutuhkan untuk mengisi
reaktor ini adalah 10 ton. Pengisian ini bertujuan untuk menyediakan unggun
reaksi awal. Unggun ini dimasukkan ke dalam reaktor melalui sebuah nozzle 8 in.
yang berada pada bagian atas sisi lurus reaktor. Jalur conveying tersedia untuk
mengalirkan resin dari penyimpan. Setelah resin diisikan ke dalam reaktor, gas
nitrogen dialirkan untuk menaikkan tekanan hingga 30 bar dan temperatur hingga
65oC (build up temperature). Pada saat start-up, cycle gas yang keluar dari reaktor
Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam sistem reaksi di
PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk. ini adalah fluidisasi yang terjadi dalam
reaktor dan pemindahan panasnya. Jika terdapat bagian unggun yang tidak
terfluidakan, titik-titik panas (hot spot) dapat muncul dan pada bagian ini dapat
mengakibatkan terjadinya gumpalan resin padat (chunk) yang pada akhirnya
reaktor harus mangalami shut down. Selain agar tidak terjadi penggumpalan,
fluidisasi juga diperlukan untuk menjaga agar kontak reaktan dengan katalis
berlangsung dengan baik dan seragam. Panas reaksi yang tidak baik juga dapat
menyebabkan meningkatnya temperatur unggun reaktor hingga mencapai
temperatur pelelehan resin. Resin yang meleleh kemungkinan besar juga akan
membentuk chunk di dalam reaktor.
Terjadinya chunk dalam reaktor sangat dihindari karena biaya pemisahan
gumpalan tersebut sangat besar. Untuk mencegah terjadinya chunk, maka
diperlukan kemampuan untuk menghentikan reaksi. Sistem ini disebut dengan kill
system. Kill system beroperasi dengan peninjeksian racun universal ke dalam gas
daur pada keluaran cycle gas cooler. Racun yang digunakan adalah gas CO. Gas
CO ini mendeaktivasi katalis dan menghambat pembentukan polipropilenaa
dengan cara bekerja sebagai surfaktan yang menutupi permukaan katalis sehingga
katalis tidak dapat berkontak dengan reaktan. Jika reaksi hendak dijalankan
kembali, gas nitrogen dialirkan ke dalam reaktor untuk mencuci CO dari sistem
reaksi.
Skema sistem reaksi disampaikan pada Gambar 3.20 berikut:
Tekanan reaktor, laju alir cycle gas, dan level (ketinggian) unggun
diklasifikasikan sebagai variabel kontrol sekunder karena pada saat operasi
normal variabel-variabel tersebur dijaga konstan pada nilai tertentu.
1. Tekanan reaktor
Tekanan reaktor memiliki efek yang cukup berpengaruh pada produktivitas
katalis. Pada konsentrasi monomer yang konstan, bertambahnya tekanan
reaktor akan menaikkan produktivitas katalis.
2. Laju alir cycle gas
Laju alir cycle gas ini menentukan derajat fluidisasi pada unggun dan
memperbesar perpindahan panas. Operasi yang berjalan sempurna tanpa
penggumpalan sangat bergantung pada penghilangan panas yang seragam di
sepanjang unggun. Hal ini juga bergantung pada pencampuran yang baik
supaya distribusi katalis juga merata. Nilai laju alir cycle gas ini biasanya
dipatok pada nilai tertentu.
3. Level unggun
Laju produksi dan produktivitas katalis secara tidak langsung juga dipengaruhi
oleh level unggun karena berhubungan dalam waktu tinggal dan space time
yield. Karena diameter reaktor berukuran tetap, level unggun menentukan
volume kerja dari unggun tersebut. Volume unggun adalah suatu faktor dalam
memperhitungkan waktu tinggal polimer dan menetapkan laju produksi
dasar reaktor dan densitas curah unggun terfluidakan normalnya 6-10 lb/ ft3.
Ketika ketinggian unggun telah mencapai batas yang ditentukan maka suatu
jalur ke purge bin bila beda tekan berada di bawah 50 psig, nitrogen ditambahkan
dengan valve F dan, K. Product chamber dan product blow tank diinsulasi dan
bagian conikal dilalui kukus untuk mencegah terjadinya kondensasi propilenaa
selama pengeluaran gas. Semua jalur, bejana dan valve biasanya dialirkan dengan
gas nitrogen dan sistem ini didingin-keringkan (dry-cooled) untuk memastikan
operasional dapat berjalan dengan baik. Insilasi product chamber dengan
menggunakan kukus dimaksudkan untuk menjaga operasional yang baik untuk
menghindari penyumbatan oleh resin dan menghindarai temperatur dingin akibat
penguapan propilenaa cair.
\
Gambar 3.21 Resin Degassing System
Sumber: Process Highlight, Dept. Training & Development, PT. TPI Tbk., 2016
cooler untuk mendinginkan gas hingga 35-40oC dari product receiver dan
gas dari product discharge system. Setelah melewati alat-alat ini, gas
dialirkan ke vent recovery compressor. Skema vent recovery compressor
system ditampilkan pada Gambar 3.23 berikut.
Propana diambil sebagai produk bawah yang berfasa cair. Propana ini
kemudian dikirim menuju propane vaporizer untuk sebagian digunakan
sebagai bahan bakar boiler dan sebagian digunakan sebagai pilot burner
pada menara pembakaran.
3.3.4.2 Pelletizer
Sebelum dialirkan ke pelleter, resin dilelehkan terlebih dahulu
dengan bantuan panas dari media pemanas kukus tekanan tinggi di
pelletizer dengan suhu pemanasan tertentu sesuai dengan spesifikasi
produk yang diproduksi. Pemanasan dilakukan dengan cara mengalirkan
kukus panas ke alat. Setelah alat panas, resin baru kemudian dialirkan.
Aditif cair seperti luperox dicampurkan langsung ke dalam pelletizer ini.
Selanjutnya, lelehan dialirkan menuju pelleter dengan menggunakan melt
pump.
3.3.4.3 Pelleter
Pelleter terdiri atas melt pump, screen pack, die plate dan pelleter.
Lelehan resin dialirkan mengggunakan melt pump ke screen pack untuk
menyaring kotoran yang mungkin terbawa dalam resin. Screen ini
berbentuk slide plate dengan ukuran dan tekanan tertentu sesuai dengan
sprsifikasi produk yang diinginkan. Secara berurutan, screen yang
digunakan berukuran 100 mesh dengan tekanan 469 psia, 200 mesh
dengan tekanan 811 psia, dan 300 mesh dengan tekanan 1081 psia.
Lelehan resin kemudian dialirkan menuju die plate yang terdiri dari plate
yang berlubang-lubang. Jumlah lubang pada die plate adalah 952 lubang.
Lelehan resin yang melewati die plate ini berbentuk batangan panjang
dengan diameter 2.3 mm. Batangan ini kemudian didinginkan dengan air
pendingin. Batangan resin yang dihasilkan die plate kemudian dipotong
dengan 16 pisau putar pada bagian pelleter. Pelleter menotong batangan
pellet ini sehingga berbentuk pellet. Pellet kemudian dibawa oleh air
pendingin menuju agglomerate removal, dewatering chute, lalu dryer.
Dryer dirancang untuk memisahkan pellet dari air pembawanya.
Air yang telah menjadi panas kemudian dialirkan menuju pellet cooling
water tank untuk disirkulasi kembali. Dari tangki, air kemudian
dipompakan kembali menuju penukar panas untuk didinginkan dan
digunakan kembali. Pellet yang masih basah kemudian dikeringkan
dengan menggunakan udara panas (115 Nm3/jam) dengan menggunakan
pellet dryer bertipe sentrifugal. Pellet yang telah dikeringkan diayak dalam
pellet screener berukuran 12 mesh. Hasil ayakan ini kemudian dapat
dibedakan tiga jenis yaitu fines, on-spec dan oversize. Produk yang
memenuhi spesifikasi ukuran (on-spec) kemudian dikirim ke silo untuk
disimpan sementara dengan menggunakan sistem peneumatic air
conveyor. Sementara produk off-spec tetap akan dijual namun dengan
harga yang lebih murah.
Tabel 3.18 Spesifikasi Alat pada Bagian Tangki dan Boil of Gas System
Dimensi
Kondisi
Alat Jenis (mmIDxm Fungsi
operasi
mTL)
Tangki
Tekanan:
Tangki silinder, menyimpan
500mmH2O
tekanan berbentuk 28 x 326 propilenaa cair
G
rendah cembung bertekanan
Temperatur
pada bagian rendah
: -48 oC
atas
Tekanan :
menyimpan
Tangki Tangki Diameter : 13 bar G
propilenaa
tekanan berbentuk 20,1 m (ID) Temperatur
bertekanan
tinggi bola : 27 oC
tinggi
Shell :
fluida =
propilenaa
T in = 115
o
C
T out = 42,8
o
BOG penukar C Mengkondensas
condens panas tipe Tekanan = ikan uap
er shell and tube 16 barG propilenaa
Tube :
fluida= air
pendingin
T in = 32 oC
Tout = 40
o
C
Tekanan =
3,5 barG
Kapasitas
panas :
470116
x1,2
kkal/jam
BOG Tekanan : 16 Menampung
condens Tangki barG kondensat
ate penyimpanan Temperatur : propilenaa dari
drum 41oC kondensor
Dimensi
Kondisi
Alat Jenis (mmIDxmm Fungsi
operasi
TL)
kolom Jumlah tray Tekanan : 20 menghilang
Degassing
distilasi tipe = 27 tray barG kan
column
tray dengan Umpan Temperatur kandungan
Dimensi
Kondisi
Alat Jenis (mmIDxmm Fungsi
operasi
TL)
menara
menghilang
adsorbsi Tekanan : 45,2
kan CO,
dengan barG
Methanator CO2 dan O2
unggun 323,9 x 1855 Temperatur :
dalam aliran
katalis 350oC
H2
nikel
oksida
menghilang
kan
linde Tekanan : 44,2
kelembaban
Hydrogen 13XPG barG
dan
dryer Molecular 323,9 x 3535 Temperatur :
senyawa
sieves 40 oC
polar dari
aliran
hidrogen
Menghilang
kan partikel
Tekanan = padat yang
Hydrogen Filtration
43.9 barG mungkin
filter area = 0.5 m2
Suhu = 40oC terikut pada
aliran
hidrogen.
Dimensi Kondisi
Alat Jenis Fungsi
(mmIDxmmTL) operasi
menara Tekanan :
menghilangkan
Etilenaa adsorbsi 34,9 barG
kadar oksigen
deoxovessel dengan 914 x 4420 Temperatur :
dalam aliran
unggun 100 oC
etilenaa
tembaga
Kapasitas:
122.997
kkal/jam
Shell :
fluida =
etilenaa
mendinginkan
penukar T in = 100 oC
Etilenaa etilenaa agar
panas tipe Luas permukaan: T out = 40 oC
deoxo sesuai dengan
shell and 23m3 Tekanan =
aftercooler kondisi operasi
tube 35 barG
dryer
Tube :
fluida = air
pendingin
T in = 33 oC
Tout = 41 oC
Tekanan =
4,5 barG
Dimensi
Kondisi
Alat Jenis (mmIDxmm Fungsi
operasi
TL)
Tipe : reaktor
unggun
terfluidisasi
Tekanan : 38 tempat
Bentuk
barG berlangsungn
Reaktor :bejana tekan (3400+5500)
Temperatur:6 ya reaksi
dengan x 21180
2,8 oC polimerisasi
bagian atas
yang
membesar
Tipe = Diamter
Tempat
reactor kepala = Tekanan =
terjadinya
Reaktor 2 unggun 1981.2 mm 23.44 barG
crosslink
(train 3) terfluidisasi Diameter Suhu =
block
Bentuk = tabung = 150oC
kopolimer
bejanan 2438.5 mm
Dimensi Kondisi
Alat Jenis Fungsi
(mmIDxmmTL) operasi
menerima
Tekanan : produk resin
0,2-0,9 dari product
Product
(2000+2200) x barG discharge
recevier
8925 Temperatur system dan
65 oC menghilangkan
gas yang
terbawa resin
Product Tekanan: mendeaktivasi
purge bin 4900 x 11735 0,04 barG katalis dan
Temperatur: menghilangkan
Dimensi Kondisi
Alat Jenis Fungsi
(mmIDxmmTL) operasi
Pressure
drop:
100 mesh: menyaring
Screen Jumlah screen
multibucket 469 psi berdasarkan
charger pack: 12
slide plate 200 mesh: ukuran partikel
811 psi
325 mesh:
1038 psi
melelehkan
Jumlah lubang: resin dan
Die heat
650 membentuk
plate channel
Diameter lubang: batangan
2,3 mm panjang yang
siap dipotong
Pelleter underwater Jumlah pisau: 16 Daya: memotong
fluktuasi
tekanan yang
disebabkan
aliran gas secara
mendadak pada
saat sistem
reaksi
mengeluarkan
produk
Refrigerat 273 x 1150 Tekanan: 1,6 menukarkan
ion barG panas dari dan
interchan Temperatur: - ke aliran-aliran
ger 55 oC fluida yang
melaluinya
Nitrogen Tangki 1600 x 3960 Tekanan: menampung
surge penyimpanan 24,3-25,3 nitrogen yang
tank barG dihasilkan
Temperatur: sebagai produk
30 oC atas recovery
column
3.4.1 Utilitas
Sistem utilitas meliputi aspek penyediaan air, steam, dan energi. Pada PT.
Chandra Asri Petrochemicals Tbk., secara khusus unit pemurnian bahan baku
(Purifying) dikategorikan sebagai salah satu unit utilitas dalam pabrik. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan pengontrolan unit pemurnian
yang letaknya dekat dengan unit-unit utilitas yang lainnya. PT. Chandra Asri
Petrochemicals memiliki unit-unit utilitas yang meliputi :
dari PT. Krakatau Tirta Indonesia (KTI) dan PT PETEKA Karya Tirta,
yang digunakan sebagai sumber fresh water, demineralisasi, cooling
water, dan air pemadam kebakaran.
3.4.1.2.1 Pengolahan Air Laut
Sistem pengolahan air laut ini terdiri dari pompa air laut ,
plate and frame heat exchanger (terdiri dari 9 buah pelat), pompa
air pendingin, expansion tank, dan chemical dosing tank. Pada
sistem sirkulasi air laut ini, air laut diambil melalui satu unit
pengambilan air (sea water intake pit). Air laut diambil dari
kedalaman 10 meter di bawah permukaan air pada jarak 130 m
dari bibir pantai. Kemudian, air ini dipompa dengan debit
4.600m3/jam menuju kolam penampungan.
a. Intake Head Structure
Air laut diambil oleh Intake Head Structure yang dipasang
pada jarak 100 m dari garis pantai dan pada kedalaman 10 m
dari permukaan air laut yang disalurkan ke Sea Water Canal.
Tempat penampungan sementara air laut berada dalam Intake
Basin. Untuk mencegah korosi dari tembaga atau logam lain
pada Intake Head Stucture diinjeksi dengan larutan Ferrous
Sulfat (FeSO4).
Kapasitas Intake Head Structure : 70.000 m3/hr
Kapasitas Intake Basin : 109.000 m3/hr
Intake Tipe : Deep sea water (MSL_13,4 m)
Kondisi Sea Water Supply/SWS: T =300C dan P= 2,5 kgf/cm2
b. Intake Canal
Dari Intake Basin, air laut mengalir ke Pump Basin melalui
Intake Canal secara gravitasi.
Kapasitas Intake Canal : 109.000 m3/hr
Strukture : Open Canal
c. Pump Basin
Pump Basin dilengkapi dengan Screen Sistem yang terdiri
dari Bar Screen dan Travelling Screen untuk menyaring
kotoran secara fisik. Karena air laut masih mengandung
mikroorganisme dan bakteri yang dapat mengotori Intake
Head Structure dan dapat menghambat proses perpindahan
panas pada Condensor, Heat Exchanger dan perpipaan maka
perlu diinjeksikan larutan Sodium Hypochlorite ke Intake
Head Stucture dan Pump Basin.
Intake capacity : 70.000 m3/hr
d. Sea Water Pump
Setelah disaring, air tersebut di pompa oleh Sea Water Pump
menuju Heat Exchanger dan Condensor sehingga mengalami
transfer panas dengan cooling water (air yang digunakan
untuk proses).
Vendor : EBARA Corporation
Type : Vertical
Normal Operation : 3 working/ 1 stand-by
Kapasitas : 19.600 m3hr x (3+1) sets for Olefin
Project
13.300 m3/hr x 1 sen for AFPa
Air laut yang telah menyerap panas mengalir kembali menuju
laut dengan suhu 370C (Sea Water Return / SWR).
e. Chlorine Generation and Injection
Disadari bahwa air laut mengandung cukup banyak
mikroorganisme dan bakteri yang dapat menyebabkan
gangguan pada fasilitas intake head dan proses perpindahan
panas sehingga berpengaruh terhadap jumlah air yang
diambil dan jumlah kalor tyang berpindah. Oleh karena itu
Untuk lebih jelasnya proses yang terjadi pada sea water unit
dapat dilihat dari flow diagram di bawah ini :
Screen System
Heat Exchanger
Sea Water Basin
pompa Sea Water ini dijalankan oleh mesin diesel (574 kW) pada
kondisi normal dan pompa ini selalu dalam keadaan stand by.
Kapasitas : 1.100 m3/hr
Sistem
PT. Krakatau Tirta
Pengambilan Air
Industri
Laut
Raw water
Drinking
Clarifier Sand Filter Filtered
Water Drinking Water
Basin
Tank
All Plant
Sludge Polisher Unit
S/C Tank
Sea Water
Sea water
disuplai dari deaerator unit menuju steam drum dan sistem penyediaan
steam (Steam Distribution Steam).
Adapun fasilitas-fasilitas penunjang yang berada dalam Boiler sistem
diantaranya:
Proses :
a. Steam Generation
Dua paket boiler (tipe two drums with circulation bottom support)
digunakan untuk membangkitkan uap tekanan tinggi High
Pressure Steam dan dioperasikan dengan sistem pembakaran
secara otomatis yang dikendalikan dari control room master
pressure control. Bahan bakar adalah Pyrolisis Fuel Oil (PFO),
Marine Fuel Oil (MFO), C1 gas, pygas yang diambil dari plant
etilenaa, Diesel Oil (DO) dan Natural Gas Fuel (NGF) yang dibeli
dari Pertamina. Diesel Oil digunakan hanya pada saat start up dan
emergency.
Kapasitas : 120 ton/h x 2 unit
Kondisi Operasi : T = 450 oC dan P = 44 kgf/cm2
b. Air Umpan Boiler (Boiler Feed Water)
Sistem ini terdiri dari Condensate Filter, Deaerator (Oxygen
Scavenger), Boiler Feed Water Pump dan Chemical Injection Unit
(Amonia dan Phosphate). Kondensat dimasukan ke Condensate
Filter agar kandungan besi hilang, lalu diumpankan ke Deaerator
bersamaan dengan polished water.
Oxygen Scavenger diinjeksikan ke Deaerator untuk
menghilangkan residu oksigen bebas. Amin diinjeksikan ke
Deaerator untuk mengatur pH air umpan Boiler (BFW). Air
umpan Boiler ( BFW ) dialirkan ke economizer sebagai
pemanasan awal sebelum masuk boiler dengan memanfaatkan
panas dari effluent gas. Pada boiler drum injeksikan phosphate
Gambar3.31 SkemaBoiler
Proses :
a. Indirect Cooler (Heat Exchanger)
Di dalam Heat Exchanger ini, cooling water dan air laut saling
bertukar panas. Cooling water yang masuk PHE (Plate Heat
Exchanger) bersuhu 450C dan keluar menuju Cooling Water Tank
dengan suhu 330C.
b. Cooling Water Tank
Setelah mengalami perpindahan panas dengan air laut, maka
cooling water akan kembali menuju Cooling Water Tank untuk
ditampung sebelum didistribusikan kembali ke semua unit proses.
c. Cooling Water Pump
Cooling water dengan suhu 330C tersebut didistribusikan ke
proyek Olefin dan AFP dengan menggunakan Cooling Water
Pump.
Tabel 3.27 Laju alir limbah cair PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (PP Plant)
Sumber Laju alir (m3/jam)
Normal Rata-
rata
Boiler blowdown 0,18 0,18
Laboratorium - Approx 0
Purification Plant
Reactor
HP Flare
Resin Degassing
Vent Recovery
System
LP Tank
LP Flare
HP Tank
Penekanan akan keselamatan dan keamanan kerja adalah hal utama yang
dikerjakan oleh bagian safety. Red area entry, film badge, gas detector dan
breathing apparatus adalah contoh-contoh usaha pencegahan. Semua
pekerjaan yang berhubungan dengan proses harus melalui isolasi prosedur
dan mengisi formulir surat ijin hendak melakukan pekerjaan yang disetujui
oleh petugas safety.
BAB IV
TUGAS KHUSUS
mengatisipasi turunnya kinerja dari cycle gas cooler yang berdampak langsung
pada jalannya reaksi dalam reaktor.
b. Reboiler
Fungsi reboiler adalah untuk memanaskan kembali hasil bottom
(dasar) dari proses distilasi dengan menggunakan hasil proses atau
media pemanas yang lain.
c. Cooler
Fungsi cooler adalah untuk mendinginkan fluida proses dengan
menggunakan air sebagai media pendingin.
d. Condenser
Alat penukar panas ini digunakan untuk mendinginkan atau
mengembunkan uap atau campuran uap, sehingga berubah fasa
menjadi cairan. Media pendingin yang dipakai biasanya adalah air.
Uap atau campuran uap akan mengeluarkan panas laten ke media
pendingin. Cairan yang dihasilkan disebut kondensat.
e. Chiller
Alat penukar kalor ini dipergunakan untuk mendinginkan fluida
sampai pada suhu rendah. Suhu pendingin yang ada di dalam chiller
jauh lebih rendah dibandingkan dengan pendinginan yang dilakukan
menggunakan cooler. Chiller menggunakan media pendingin amoniak
atau freon.
f. Evaporator
Alat penukar kalor ini digunakan untuk menguapkan cairan yang ada
pada larutan, sehingga dari suatu larutan akan diperoleh larutan yang
lebih pekat (thick liquor). Media pemanas yang digunakan adalah uap
dengan tekanan rendah, sebab yang dimanfaatkan adalah panas
latennya untuk mengubah fasa uap menjadi fasa cair.
g. Vaporizer
Vaporizer memiliki mekanisme yang sama dengan evaporator.
Perbedaannya adalah jenis ini dipergunakan untuk menguapkan
cairan/ pelarut selain air.
h. Economizer
Economizer atau pemanas air pengisi ketel bertujuan untuk menaikkan
suhu feed water sebelum air masuk ke dalam drum uap. Tujuan
pemanas ini adalah untuk meringankan beban ketel. Konstruksinya
terdiri dari pipa-pipa yang disusun sedemikian rupa, yaitu air berada
di dalam pipa dan pemanasnya berada di luar pipa. Perpindahan panas
terjadi secara konveksi dan konduksi. Media pemanas yang digunakan
adalah gas asap hasil pembakaran bahan bakar dalam dapur ketel.
i. Steam generator
Pada alat penukar panas ini, terjadi pembentukan uap dalam unit
pembangkit. Panas dari hasil pembakaran bahan bakar dalam ketel
dipindahkan dengan cara konveksi, konduksi, dan radiasi.
pembakaran (gas buang) atau dari cairan yang panasnya diperoleh dari
reaksi kimia.
b. Shell
Shell atau cangkang umumnya berbentuk bulat memanjang
(silinder) yang berisi tube bundle sekaligus sebagai wadah
mengalirnya zat atau fluida.
c. Baffle
Baffle merupakan bagian yang penting dari alat penukar panas.
Kondisi kecepatan aliran baik di dalam shell maupun tube dapat diatur
oleh baffle ini, sehingga fungsi baffle adalah membuat aliran turbulen
sehingga perpindahan panas menjadi lebih baik.
b. Aliran silang
Fluida yang akan akan didinginkan dan media pendinginnya memiliki
aliran yang bersilangan atau tegak lurus.
4.2.2.2 Menghitung temperatur kalorik untuk gas (Tc) dan air (tc)
1
= ( + 2 )
2 1
1
= (1 + 2 )
2
(2 1 )
= 100%
(1 1 )
2 1
= 100%
1 1
=
=
=
4.2.2.4.5 Mencari nilai f (friction factor) dan nilai N+1 pada Shell
Nilai f ini didapatkan dengan melihat Figure 29 pada buku Kern.
Number of crosses (N+1) pada shell dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 7.43 pada buku Kern. Persamaannya
adalah sebagai berikut :
+ 1 = 12
Dimana,
=
=
4 2
= ( 2)
2
Sehingga nilai Pressure Drop pada Tube merupakan penjumlahan
dari nilai dan
= +
4.2.2.5 Menghitung Faktor Perpindahan Panas pada Shell dan Tube (JH)
Nilai JH ini dapat dilihat pada Figure 28 Buku Kern.
4.3 PEMBAHASAN
kalor/panas dari fluida yang suhunya lebih tinggi ke fluida yang suhunya lebih
rendah.
Gas Cooler pada Polyprophylene Plant di PT Chandra Asri Petrochemical
menggunakan heat exchanger tipe shell dan tube dengan gas hidrokarbon hasil
dari polimerisasi di reaktor sebagai fluida panas sedangkan fluida dinginnya
berupa air (cooling water). Gas hidrokarbon ini akan memberikan panasnya ke air
pendingin sehingga mengakibatkan suhu distilat akan turun, sedangkan suhu air
pendingin akan naik karena menerima panas yang dilepaskan oleh gas
hidrokarbon tersebut. Kelebihan dari heat exchanger tipe shell dan tube adalah
rasio area perpindahan panas dengan volume dan massa fluida yang cukup kecil,
mudah untuk dibersihkan, dan konstruksinya juga paling murah di antara yang
lain.
Evaluasi kerja Heat Exchanger perlu dilakukan untuk mengetahui
bagaimana kinerjanya. Parameter-parameter yang digunakan dalam mengevaluasi
kinerja HE diantaranya besarnya nilai penurunan tekanan/pressure drop (P),
harga Rd (faktor pengotor), dan efisiensi. Untuk melihat besar efisiensi dan faktor
pengotor yang terdapat dalam HE tersebut dapat dilakukan dengan melakukan
perhitungan. Berdasarkan data desain alat yang telah didapat, telah diketahui
kondisi-kondisi gas hidrokarbon campuran dan cooling water yang masuk dan
keluar dari HE, serta berbagai parameter pada HE itu sendiri, sehingga dapat
dihitung panas yang dikeluarkan oleh gas hidrokarbon campuran dan panas yang
diterima oleh cooling water. Dengan menggunakan data tersebut, ternyata
perpindahan panas yang terjadi antar fluida pun tidak seimbang, di mana panas
yang dilepas tidak sama dengan panas yang diterima.
Pada kasus Cycle Gas Cooler pada Train 1 panas yang dilepaskan gas
hidrokarbon campuran jauh lebih besar dibanding panas yang diterima oleh
cooling water. Hal ini menyebabkan efisiensi HE menjadi sangat kecil
Ketidakseimbangan ini dapat terjadi dimungkinkan karena adanya perpindahan
panas secara konveksi antara gas hidrokarbon campuran dengan udara sekitar atau
secara konduksi dengan bahan pembentuk HE itu sendiri atau perpindahan panas
secara radiasi karena heat exchanger tidak diinsulasi dengan baik dan permukaan
luarnya sangat panas. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan
nilai efisiensi HE ini adalah sebesar 46.9% (train 1 ) .
Salah satu faktor yang dapat dianalisis dari efisiensi alat HE (Cycle Gas
Cooler) adalah pressure drop (P). Harga P ini merupakan salah satu parameter
yang menunjukkan optimal atau tidaknya kinerja dari heat exchanger yang
digunakan. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
Pada bagian shell, P sebesar 1.498
Pada bagian tube, P sebesar1.44657 = 0.1017 2
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, kenaikan harga pressure
drop yang terjadi pada bagian shell ini akan langsung menurunkan efisiensi
transfer panas dari heat exchanger. Selain pressure drop yang terjadi didalam
shell, pressure drop juga terjadi didalam tube. Kenaikan harga pressure drop yang
terjadi secara langsung akan menurunkan kinerja dan efisiensi perpindahan panas
heat exchanger. Penurunan P yang besar akan mengakibatkan turunnya nilai
driving force masing-masing fluida , hal ini juga akan menyebabkan performa
Heat Exchanger yang semakin menurun yang diikuti dengan penurunan tekanan
yang besar. Fluida yang mengalir pada inlet akan berbeda jauh dengan jumlah
fluida yang mengalir pada outlet.
Faktor pengotor dapat dicari dengan menghitung koefisien perpindahan
panas menyeluruh (U) terlebih dahulu. Dengan data dari desain, akan didapat UC
atau koefisien perpindahan kalor menyeluruh dalam kondisi bersih (clean).
Dengan data aktual, koefisien perpindahan panas menyeluruh aktual atau dalam
kondisi kotor (Ud) dapat diketahui. Setelah melakukan perhitungan, dapat
diketahui faktor pengotor (fouling factor) pada train 1 sebesar
0.006814. 2 . . Faktor pengotor yang didapat bernilai rendah.
Didapatnya nilai faktor pengotor mengindikasikan adanya pengotor dalam HE.
Pengotor ini akan menghambat proses perpindahan kalor pada HE. Adanya
pengotor diindikasikan pula dengan selisih yang lebih besar antara panas yang
diterima dan dilepas, dapat dipastikan perpindahan panas tidak terjadi dengan
sempurna karena adanya pengotor. Pengotor ini bisa terjadi di dalam dan di luar
permukaan dinding tube tersebut. Hal ini tergantung tergantung karakteristik
fluida, kecepatan fluida, viskositas, dan kondisi turbulensi aliran. Kesalahan ini
dimungkinkan karena adanya perpindahan panas secara konveksi antara gas
hidrokarbon campuran dengan udara sekitar atau secara konduksi dengan bahan
pembentuk HE itu sendiri atau perpindahan panas secara radiasi karena heat
exchanger tidak diinsulasi dengan baik dan permukaan luarnya sangat panas.
Jika HE dalam keadaan baru atau bersih, maka perpindahan panas yang
terjadi dari fluida yang lebih panas akan diterima secara merata oleh fluida yang
lebih dingin, atau dengan kata lain perpindahan panas akan terjadi secara
sempurna dan merata. Panas yang dilepas akan sama dengan panas yang diterima
Namun, ketika ada pengotor yang menempel maka perpindahan panas tidak akan
merata. Panas yang dilepaskan tidak akan sempurna perpindahannya karena
pengotor akan menahan panas tersebut. Hanya sedikit panas yang akan sampai ke
fluida dingin, dan sisanya akan tertahan di bagian fouling. Kemudian panas dari
bagian fouling lambat laun kembali ke fluida panas karena kesetimbangan panas
akan terbentuk.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. PT. Chandra Asri merupakan pusat olefin di Indonesia yang memproduksi
produk petrokimia hulu seperti etilena dan propilena dan juga memproduksi
bijih plastik seperti polietilena dan polipropilena.
2. Polipropilenaa plant terdiri dari 3 train yang memproduksi polipropilenaa
dengan memanfaatkan lisensi teknologi UNIPOL.
3. Produk yang dihasilkan dari PP plant berupa polimer yang berjenis
homopolimer, kopolimer random (random copolymer), dan kopolimer impak
(impact copolymer).
4. Pada HE pendingin cycle gas train 1 (E4602) dan perpindahan panas dari
cycle gas ke cooling water tidak berlangsung secara sempurna, karena panas
yang diterima cooling water lebih sedikit dibanding panas yang dilepas cycle
gas.
5. Faktor pengotor pada HE pada train 1 adalah sebesar
0.006814. 2 .
6. Efisiensi perpindahan panas akan ikut berkurang seiring adanya pengotor
dalam HE. Semakin besar faktor pengotornya, maka efisiensinya akan
semakin kecil. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan, dimana HE pada train
1 memiliki efisiensi kecil, yaitu sebesar 46.9%
7. Suhu cycle gas keluar HE, selain dipengaruhi oleh pengotor yang terdapat di
dalam HE, dapat juga dipengaruhi oleh kondisi lain, seperti udara sekitar HE
dan material pembentuk HE.
5.2 Saran
Dari laporan kuliah kerja praktek ini disarankan:
DAFTAR PUSTAKA
Basic Engineering Package for 550,000 T/Y Etilenaa Plant. (Vol III and IV).
Cilegon: PT. Chandra Asri.
Buku Panduan Praktikum Proses Operasi Teknik I, Teknik Gas dan Petrokimia
UI.
Hewitt, G., Shires, G., dan Bott, T. (1994). Process Heat Transfer. Florida: CRC
Press, Inc.
Holman, J.P. (1997). Perpindahan Kalor. Jakarta: Erlangga.
Kern, D.Q. (1981). Process Heat Transfer. Mc-Graw Hill International Company
Book.
Perry, Robert H. and Don W. Green. (1999). Perry Chemical Engineers
Handbook. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Smith, J.M., Van Ness, H.C. and Abbot, M.M. 2001. Chemical Engineering
Thermodynamics 6th edition. New York : McGraw-Hill Book Companies,
Inc.
LAMPIRAN
,
Air =
= . = .
Faktor
Komponen
a b c d e
. = ( + . + . + . + . )
. = ( ) + ( ) + ( ) + ( )
+ ( )
. = . (. . )
.
.
+ (. . )
.
+ (. . )
.
+ (. . )
.
+ (. . )
= 1302.2207 Joule / mol. K .Jam
N2 1302.220697 1138.904685
H2 1286.37361 1124.012144
Neraca Energi
Cycle Gas Cooler
1. Pada Fluida Panas (Hidrokarbon)
Dengan menggunakan persamaan
Q = m x Cp x didapat:
Komposisi Cp Cp Q Q
Komponen
(%) (Kg) (342.85 K) (337.25 K) (342.85 K) (337.25 K)
N2 7.39 4833060 1302.221 1138.905 35244780278 30824610179
H2 0.27 176580 1286.374 1124.012 1272027972 1111477161
C2H4 0.23 150420 2049.563 1781.383 1726453211 1500551898
C2H6 0 0 2480.261 2156.611 0 0
C3H8 7.17 4689180 3486.271 3027.324 91547411136 79495747847
C3H6 84.94 5.6E+07 3015.084 2169.879 9.3794E+11 8.15003E+11
Jumlah Q 1.06774E+12 9.27935E+11
Rata-rata Q 9.98736E+11
Q = 997836000000 Joule/jam
. = ( + . + . + . )
. = ( ) + ( ) + ( ) + ( )
Maka diperoleh,
. = . (. . )
.
.
+ (. . )
.
+ (. . )
.
+ (. . )
. = . (. . )
.
.
+ (. . )
.
+ (. . )
.
+ (. . )
= 1283.6652 Joule / mol. K. jam
Q = 18192197169 Joule/jam
Cp Cp Q Q
Komponen Komposisi
(107.78oF) (133.7oF) (107.78oF) (133.7oF)
Air 691700 0.01633 0.03014 292740.4 540299.3
Rata-rata Q 416519.8516
Q = 416519.8516 Btu/jam
23.76 39.6
=
23.76
ln 39.6
= 31.00863
Karena tipe cooler yang digunakan adalah shell & tube 1 pass, maka faktor
koreksi LMTD = 1, sehingga LMTD terkoreksi adalah 31.01oF.
Karena perbedaan suhu sangat kecil dan viskositasnya kurang dari 1cp, maka nilai
(/w)0.14 dianggap 1
1 1
= (1 + 2 ) = (157.46 + 147.38) = 152.42
2 2
1 1
= (1 + 2 ) = (107.78 + 133.7) = 120.74
2 2
Dimana,
Menghitung Efisiensi
(2 1 )
= 100%
(1 1 )
2 1
= 100%
1 1
133.7 107.78
= 100%
157.46 107.78
= 52.17%
= 391.8414 2
= 4215.587 2
12692204.45 Btu/jam
=
4215.587 2 31.00863
= .
. .
= = 0.0168
= = 0.6691957 ch
= 0.03175 = 1.24998
= = 0.0150 = 0.5807843
=
0.0150 0.0202
= 0.943 = 0.00954256 2
0.03175
= 9.54256 2
=
0.5807843 0.795946
= 37.1260043 = 13.730102
1.24998
2
= 0.0953444
= 0.10642 .
0.72 111064.1646 /. 2
= = .
0.10642 .
= 0.059999
= 61.6164 3
0.14
0.14 1.277 .
= ( ) = ( ) = 1.2355
0.2819 .
= 2000 ( )
=
( + )
=
.
2 2 (138906.282
0.00090 . 2 )2 3.09304 5432.09
=
5.22 1010 0.059999 61.6164 3 1.2355
= 1.224
1441808.4
= = 4403.316 2 .
327.437 2
0.87008 4403.316 2 .
= = .
0.01067 .
0.14
0.14 0.128 .
= ( ) = ( ) = 1.098154
0.065537 .
= 2000 ( )
=
=
.
0.00012 2 2 (4488.00032 . 2 )2 1
=
5.22 1010 0.07251 0.46821 3 1.098154
= 0.84855
2
Mencari nilai 22 dari Figure. 27 Buku Kern
2
Didapatkan nilai 22 berdasarkan kasus ini adalah sebesar 0.068
= ( )
4 (1)
= 0.07 = 0.59802
0.46821
Jadi, Pressure Drop pada tube adalah sebesar
= +
0.14
0.14 1.277 .
= ( ) = ( ) = .
0.282363 .
= 650
/
= [ ]
1.235247
0.36694 . . 0.9989 . 1.277 .
= 650 [ ]
0.059999 0.36694 . .
= . . .
= . . .
=
0.07251
= . . 2 .
0.08331
= . . .
= 405.583 . 2 .
= 7391.324 . 2 .
=
+
405.432 . 2 . 7391.324 . 2 .
=
405.432 . 2 . + 7391.324 . 2 .
= . . .
= 97.0949
. 2 .
=
384.350 . . 97.0949 . 2 .
2
= = 0.007694
384.350 . 2 . 97.0949 . 2 .