Anda di halaman 1dari 40

ANILIN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas


Mata Kuliah Proses Industri Kimia
Dosen Pengampu:
Ir. Slamet Priyanto, MS

Disusun Oleh:

Bontor Onikayanti Sitorus 21030113120048


Katerina Nila Oktavia 21030113120055
Merreta Noorenza B 21030113120047
Yani Putri Armelia 21030111140169
Yunita Fahni 21030113120048
Zuroidatul Khoiriyah 21030111130107

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Maha Esa, karena berkat rahmatNya
makalah ini dapat diselesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini berisi
tentang pembahasan permasalah “Anilin”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mahasiswa
mengenai Anilin serta mengetahui Pelung Pasar dari Anilin tersebut,
diperuntukkan untuk mendapatkan nilai tugas Proses Industri Kimia. Dalam
proses pendalaman materi ini, tentunya dibantu dengan bimbingan, arahan,
koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih disampaikan kepada:
 Bapak Ir. Slamet Priyanto, MS selaku dosen mata kuliah “Proses
Industri Kimia”.
 Rekan-rekan kelompok 2 yang telah menyumbangkan tenaga dan
pikiran sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
 Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan
untuk makalah ini.
Materi yang dipaparkan dalam makalah ini tentunya masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik yang bersifat membangun sangat
dibutuhkan untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini dibuat
semoga bermanfaat.

Semarang,21 September 2014


Penyusun

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II ISI ............................................................................................................ 3
2.1 Spesifikasi ........................................................................................... 3
a. Bahan Baku ............................................................................. 3
1. Nitrobenzene ..................................................................... 3
2. Hidrogen ............................................................................ 4
b. Produk Anilin........................................................................ .5
2.2 Reaksi Pembentukan Anilin ................................................................ 7
1. Aminasi Chlorobenzene .......................................................... 7
2. Reduksi Nitrobenzene ............................................................. 8
2.3 Reaktor yang Digunakan ..................................................................... 9
2.4 Tinjauan Kinetika ................................................................................ 11
2.5 Tinjauan Termodinamika .................................................................... 13
2.6 Stoikiometri dan Manfaat Anilin ........................................................ 17
2.7 Peluang Didirikannya Pabrik Anilin .................................................. 18
2.8 Peluang Pasar ...................................................................................... 19
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 21
3.1 Kesimpulan.................................................................. ....................... 21
3.2 Saran .................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.Anilin……....................................................................................... .....3


Gambar 3.1.Mekanisme Reaksi Hidrogenasi Nitrobenzen.............................. ......13
Gambar 3.2.Hubungan Suhu dengan Konversi............................................... ......20
Gambar 3.3.Hubungan suhu dengan konversi.................................................. .....22
Gambar 3.4.Hubungan tinjauan kinetika dan thermodinamika.......................... ...23
Gambar 3.5.Kebutuhan anilin di Indonesia............................................................26
Gambar 3.6.Peta Lokasi Pabrik Anilin……..................................................... .....30
Gambar 3.7.Diagram Alir Kualitatif…………………………........................... ...31
Gambar 3.8.Diagram Alir Kuantitatif……....................................................... .....31

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hubungan suhu dengan konversi pada tinjauan kinetika ....................13


Tabel 2. Data-data Energi Gibbs (∆Go 298 K) ....................................................13
Tabel 3. Harga ∆Hof masing-masing komponen ............................................14
Tabel 4. Hubungan suhu dengan konversi pada tinjauan thermodinamika ........16
Tabel 5. Industri yang menggunakan anilin sebagai bahan baku ......................17
Tabel 6. Data Impor Anilin di Indonesia ......................................................18

v
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Di Indonesia pertumbuhan industri mengalami peningkatan pertahunnya,
khususnya dalam industri kimia. Peningkatan terjadi baik dalam segi kualitas maupun
kuantitas. Dengan demikian, kebutuhan akan bahan baku industri, bahan-bahan kimia
maupun tenaga kerja juga akan semakin meningkat. Pada era industrialisasi ini , salah
satu bahan baku yang diperlukan adalah anilin .
Diberbagai industri kimia, senyawa anilin digunakan secara meluas.
Kebutuhan anilin di dunia mengalami peningkatan sebesar 4,6% dari 2,117 million
ponds di tahun 2004 menjadi 2,210 milion ponds di tahun 2005 dan mengalami
peningkatan 4,2 % sampai tahun 2008. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun
2008 mengimpor anilin sejumlah 26.822,2 ton dan pada tahun 2015 diperkirakan
sejumlah 31.324 ton. (Badan Pusat Statistik,2008)
Sarjana teknik kimia mempunyai peranan penting dalam proses industri kimia,
salah satunya yai tu dalam pembuatan anilin. Secara umum untuk merancang suatu
proses, diperlukan adanya diagram alir proses tersebut beserta keterangan–
keterangan pendukung untuk menyelesaikan neraca massa ataupun neraca energi
diagram alir tersebut.Tool yang dimiliki oleh teknik kimia sangat dibutuhkan dalam
menyelesaikan diagram alir proses pembuatan anilin.Dalam makalah ini dijelaskan
sifat anilin dan bagaimana proses industri pembuatan anilin.

I.2 Rumusan Masalah


Hal-hal yang akan dibahas mengenai anilin diantaranya :
1. Bagaimana mekanisme reaksi pembentukan anilin?
2. Bagaimana deskripsi proses pembentukan anilin?

1
3. Bagaimana tinjauan thermodinamika, tinjauan kinetika, penentuan suhu dan
konversi optimum dalam reaksi pembentukan anilin?
4. Apa saja pertimbangan yang dilakukan dalam pemilihan kapasitas perancangan
pabrik anilin?
5. Apa saja faktor dalam menentukan lokasi pabrik anilin?
6. Bagaimana gambaran diagram alir proses produksi produk anilin?

I.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam proses industri kimia pembuatan anilin
adalah:
1. Mengetahui mekanisme reaksi pembentukan anilin.
2. Mengetahui deskripsi proses pembentukan anilin.
3. Mengatahui tinjauan thermodinamika, tinjauan kinetika, penentuan suhu dan
konversi optimum dalam reaksi pembentukan anilin.
4. Mengetahui pertimbangan apa saja yang dilakukan dalam pemilihan kapasitas
perancangan pabrik anilin.
5. Mengetahui faktor - faktor dalam menentukan lokasi pabrik anilin.
6. Mengetahui gambaran diagram alir proses produksi produk anilin.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Sejarah Anilin

Anilin pertama kali diisolasi dari distilasi destruktif indigo pada tahun 1826
oleh Otto Unverdorben, yang menamakan itu kristalisasi. Pada 1834, Friedrich Runge
mengisolasi dari tar batubara zat yang menghasilkan warna biru yang indah pada
pengobatan dengan klorida kapur , yang bernama kyanol atau cyanol. Pada tahun
1841, CJ Fritzsche menunjukkan bahwa, dengan memperlakukan indigo dengan potas
api itu menghasilkan minyak, yang ia beri nama anilina, dari nama spesifik dari salah
satu tanaman nila, dari Portugis anil “semak indigo" dari bahasa Arab an- nihil "nila"
asimilasi dari al-nihil, dari nila Persia, dari nili "indigo" dengan Indigofera anil, anil
yang berasal dari Sansekerta yang berarti nila, biru tua, nila, dan pabrik nila. Dalam
waktu yang sama NN Zinin menemukan bahwa, untuk mereduksi nitrobenzena dasar
terbentuk yang ia beri nama benzidam. Agustus Wilhelm von Hofmann menyelidiki
zat tersebut siap dengan berbagai cara dan terbukti mereka menjadi identik (1855)
dan sejak itu mereka menyatukan konsep dengan nama Fenilamin anilin.
(Rizki A.,2011)

II.2. Spesifikasi Anilin

Gambar 2.1. Anilin


(Sumber:Yaws C.L., 1997)

3
a. Sifat Fisis
 Berat molekul : 93,128 gram/mol
 Temperature kritis : 699 K
 Tekanan kritis : 53,09 bar
 Volume kritis : 270 cm3/mol
 Titik lebur : 267,13 K
 Titik didih : 457,6 K
 IG heat of formation : 86,86 kJ/mol
 IG Gibbs of formation : 166,69 kJ/mol
 Panas penguapan : 41,84 kJ/mol
 Specific gravity 60 F : 1,023553
(Yaws C.L.,1997)

b. Sifat Kimia
 Anilin larut pada pelarut organik dengan baik, larut pada air dengan tingkat
kelarutan 3,5% pada 25oC.
 Anilin adalah basa lemah ( Kb = 3,8 x 10-10 ).
 Halogenasi senyawa anilin dengan brom dalam larutan sangat encer
menghasilkan endapan 2,4,6 tribromanilinm sedang halogenasi dengan klorin
menghasilkan trikloroanilin.
 Pemanasan anilin hidroklorid dengan senyawa anilin sedikit berlebihan pada
tekanan 6 atm menghasilkan senyawa diphenilamida.
C6H5NH2 + C6H5NH2HCl C6H5NHC5H5 + NH3 + HCl
Anilin Anilin hidroklorid Diphenilamida Amonia Asam
klorida
 Hidrogenasi katalitik pada fase cair pada suhu 140oC dan tekanan 250 atm
menghasilkan 80% cyclohexamine ( C6H11NH2 ). Sedangkan hidrogenasi anilin
pada fase uap dengan menggunakan katalis nikel menghasilkan
diclorohexamine.

4
 Nitrasi anilin dengan asam nitrat pada suhu -20oC menghasilkan
mononitroanilin dan nitrasi anilin dengan nitrogen oksida cair pada suhu 0oC
menghasilkan 2,4 dinitrophenol.
 Anilin bereaksi dengan gliserol membentuk quinoline dengan adanya
nitrobenzene dan asam sulfat.
 Anilin bereaksi dengan hidrogen peroksid dan arctonitril dalam larutan
metanol membentuk azoxybenzene.
 Hidrogenasi anilin dengan menggunakan brom menghasilkan 2,4,6
tribromoanilin.
(Othmer D.F.,1997)

II.3 Kegunaan Anilin


Penggunaan anilin di Indonesia dapat dikatakan sebagai bahan kimia
menengah. Hal ini akan lebih jelas lagi jika ditinjau dari kegunaan anilin sebagai
bahan dalam pembuatan:
1) Rigid polyurethanes dan reaction injection model (RIM)
2) Accelerator meliputi mercapto benzenatole
3) Industri karet sintesis
4) Industri pharmaceutical, khususnya dalam pembuatan sulfachugs dan
sweetening agent sintetik
5) Industri kimia fotografi
6) Resin dari anilin
7) Bahan corrosin inhibitor
Berbagai turunan anilin penting untuk industri tekstil, kertas, industri metalurgi,
penyediaan sirfactum inti catalos serta stabilizer pestisida. Sehingga dilihat dari
keseluruhan kegunaannya, penggunaan anilin cukup mendukung operasional industri
kimia di Indonesia.
(Othmer D.F.,1997)

5
II.4 Spesifikasi Bahan Baku

1. Nitrobenzene
Benzen merupakan suatu zat cair yang membiaskan cahaya bersifat
non polar, tidak larut dalam air, tapi larut dalam pelarut organik seperti
dietil eter, CCl4 dan heksana. Benzen ini digunakan secara luas sebagai
pelarut.
Senyawa ini memiliki sifat yang sangat berguna yakni membentuk
azeotrop dengan air (azeotrop adalah campuran yang tersuling pada
susunan konstan terdiri dari 91% benzen, 9% air, dan mendidih pada suhu
69,4˚C). Senyawa yang larut dengan benzen mudah dikeringkan dengan
menyuling azeotrop itu. Benzen dapat dibuat dari gas batu bara dan eter,
tidak bisa dioksidasi dengan permanganat biasa disebabkan karena benzen
adalah senyawa aromatis sederhana.
Nitrobenzen jika dipanaskan pada suhu 200˚C tidak akan mengalami
perubahan apapun. Pada pembuatan netrobenzen ini, saat merefluk harus
benar-benar diperhati-kan. Sebab jika suhu melebihi 55˚C, maka akan
terbentuk senyawa dinitrobenzene maupun trinitrobenzen. Namun jika
suhunya terlalu kecil maka nitrobenzene tidak akan terbentuk. Dan
kemungkinan larutan terdiri dari H2SO4, HNCO3, dan benzen tidak akan
bereaksi sempurna.
Terdapat prinsip utama dalam sintesis nitrobenzene yaitu:
a. Nitrasi
yaitu menerapkan suatu reaksi yang melibatkan pemasukan gugus
nitro kedalam sebuah molekul
b. Subtitusi
yaitu penggantian salah satu atom atau gugus atom dalam sebuah
molekul oleh atom atau gugus atom lain.
Molekul benzen terletak pada suatu bidang datar dan keenam atom C-
nya membentuk heksagonal beraturan (segi enam beraturan). Masing-

6
masing atom C baru menggunakan tiga elektron valensi untuk
mengadakan ikatan.
Biasanya benzen digunakan sebagai pelarut. Sifat benzen yaitu
membentuk azeotrop dengan air, disamping sebagai bahan dasar
pembentukan nitrobenzen. Dalam senyawa nitrobenzen, tidak ada atom
nitrogen yang dapat diganti oleh logam-logam seperti pada senyawa-
senyawa nitriolifatik primer dan sekunder, karena disini gugus nitro terikat
secara tersier. Artinya, pada atom karbon yang mengikat gugus nitro tidak
ada hidrogen. Senyawa nitrogen dapat disuling tanpa terjadi penguraian,
karena gugus nitro sangat kuat ikatannya.
Dengan adanya gugus NO2, menyebabkan cincin kurang reaktif jika
dibandingkan dengan gugus metal dan hidrogen karena gugus nitro
bersifat menarik electron.
Kegunaan dari Nitrobenzen adalah:
1. Unutuk pembuatan aniline
2. Untuk membuat parfum dalam sabun
3. Semir sepatu
4. Campuran pyroclin

2. Gas Hidrogen
Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air,
genes: membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki
simbol H dan nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen
tidak berwarna, tidak berbau, bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan
merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar. Dengan massa atom
1,00794 amu, hidrogen adalah unsur teringan di dunia. Hidrogen juga
adalah unsur paling melimpah dengan persentase kira-kira 75% dari total
massa unsur alam semesta.
Isotop hidrogen yang paling banyak dijumpai di alam adalah protium,
yang inti atomnya hanya mempunyai proton tunggal dan tanpa neutron.

7
Senyawa ionik hidrogen dapat bermuatan positif (kation) ataupun negatif
(anion). Hidrogen dapat membentuk senyawa dengan kebanyakan unsur
dan dapat dijumpai dalam air dan senyawa-senyawa organik. Hidrogen
sangat penting dalam reaksi asam basa yang mana banyak reaksi ini
melibatkan pertukaran proton antar molekul terlarut. Oleh karena hidrogen
merupakan satu-satunya atom netral yang persamaan Schrodingernya
dapat diselesaikan secara analitik, kajian pada energetika dan ikatan atom
hidrogen memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan
mekanika kuantum.
(Rizki A.,2011)

II.5 Macam-Macam Proses Pembuatan Anilin


Anilin dapat diproduksi dengan beberapa macam proses, antara lain:

a. Proses Hidrogenasi Nitrobenzen Fase Uap


Proses hidrogenasi nitrobenzen fase uap adalah proses pembuatan
anilin dari nitrobenzen uap yang direaksikan dengan gas hidrogen pada
suhu 270oC.
Reaksi yang terjadi :
C6H5NO2 + 3H2 C6H5NH2 + 2H2O
Sebelum masuk reaktor, nitrobenzen terlebih dahulu diumpankan ke
vaporizer untuk diuapkan. Nitrobenzen dalam fase uap meninggalkan
vaporizer dan dicampur dengan gas H2 200 % berlebih. Campuran
kemudian masuk ke reaktor Fluidized bed yang mengandung katalis silica
supported copper. Reaksi terjadi pada suhu 270 oC dan tekanan 20 bar
dengan waktu kontak yang relatif pendek. Setelah meninggalkan reaktor,
campuran hasil reaksi yang terdiri dari anilin, air dan H2 berlebih
didinginkan dan dikondensasikan yang selanjutnya menuju tahap
pemurnian. Gas H2 dipisahkan dan direcycle kembali menuju reaktor.
Campuran yang bebas H2 selanjutnya menuju dekanter dimana anilin dan
air dipisahkan. Crude anilin yang mengandung 0,5% nitrobenzen yang

8
tidak bereaksi dan 5% air didistilasi di kolom pertama dan selanjutnya
didistilasi lagi dalam kolom kedua.
Proses ini menghasilkan anilin dengan yield 99%. Dengan adanya
produk yang mengandung nitrobenzen menandakan bahwa katalis
mengalami deaktivasi dan harus digenerasi. Hal ini dilakukan dengan
menghentikan aliran nitrobenzen dan gas H2 dan melewatkan udara ke
dalam reaktor pada suhu 250-350 oC. Dengan adanya regenerasi, tiap
gram katalis dapat menghsailkan minimum 600 gr anilin.

b. Proses Reduksi dengan Larutan Nitrobenzen


Proses reduksi larutan nitrobenzen adalah proses pembuatan anilin
dengan mereaksikan nitrobenzen cair dengan gas hidrogen dalam larutan
asam klorida. Reaksi berlangsung pada suhu 200 oC dan tekanan 12.3
atm.
Reaksi:
HCl
C6H5NO2 + 9Fe + 4H2O 4C6H5NH2 + 3H2O
Pada proses ini nitrobenzen cair direkasikan dengan gas hidrogen dan
dengan adanya asam klorida serta cast-iron borings atau powder yang
bebas dari minyak dan logam non-ferrous. Cast iron, air dan katalis
ditambahkan secara bertahap dalam jumlah relatif sedikit ke dalam
nitrobenzen. Biasanya 10 - 20% dari total iron ditambahkan pada
permulaan dan campuran dipanaskan dengan menggunakan steam sampai
suhu 200 oC.
Air dibutuhkan pada reaksi ini pada umumnya dalam bentuk anilin-air
dari recovery separator maupun kolom distilasi dan ditambahkan ke
dalam reaktor. Kurang lebih 30% HCl ditambahkan sebagai katalis. Asam
akan bereaksi dengan iron membentuk garam besi. Selanjutnya hasil
reaksi dipisahkan melalui tahap pemisahan dan pemurnian. Campuran air-
anilin dipisahkan dari ironoxide-ironhydroxide sluge dengan menggunkan
metode steam destilation, vacum destilation, filtrasi sentrifugasi maupun
siphoning. Setelah itu, campuran air-anilin dialirkan ke separator dimana

9
anilin sebagai fraksi berat dipisahkan dari air. Lapisan atas yang masih
mengandung 3 – 5 % selanjutnya didistilasi sampai kadarnya rendah.
Residu anilin-air dikembalikan ke reaktor anilin di distilat kemudian
dipisahkan dengan dekantasi dan lapisan air di redistilasi. Prosedur
alternatif yang lain adalah dengan ekstraksi anilin – air dengan
menggunakan nitrobenzen.
Aliran anilin dari separator dan dekanter selanjutnya menuju distilasi
vakum untuk mendapatkan anilin dengan kemurnian yang lebih tinggi.
Yield yang diperoleh dengan menggunakan proses ini adalah 95%
terhadap nitrobenzen.

c. Proses Aminasi Klorobenzen


Proses aminasi klorobenzen adalah proses pembuatan anilin dengan
mereaksikan klorobenzen dengan amonia cair.
Reaksi:
CuO
C6H5Cl + NH3 C6H5NH2 + HCl
Klorobenzen cair dialirkan ke rolled steel autoclave yang disusun
secara horizontal. Katalis yang digunakan adalah cuprous oxide. Sekitar
0,1 mol cuprous oxide dan 4 – 5 mol dari 28 – 30% amonia ditambahkan
per mol klorobenzen. Reaksi dimulai pada suhu 180 oC kemudian
dipertahankan pd suhu 210 – 220 oC dengan pengadukan konstan.
Tekanan berkisar 750 – 850 psi.
Proses pembuatan anilin dengan metode ini juga menghasilkan reaksi
samping dan untuk mengurangi reaksi samping tersebut digunakan
larutan amonia berlebih. Reaksi samping yang terjadi adalah
C6H5Cl + NH3 + H2O C6H5OH + NH4Cl
Produk reaksi selanjutnya didinginkan sampai suhu 100 oC dan
dialirkan ke separator untuk memisahkan amonia dan komponen lain.
Larutan yang bebas amonia dialirkan menuju absorption dan condesing
system recovery. Anilin berada di lapisan bawah dan air berada di lapisan
atas. Lapisan bawah mengandung 82% anilin, 5% phenol, dan 1%

10
diphenilamin. Sedangkan lapisan atas terdiri dari 5% anilin, 9% NH4Cl,
3% cuprous oxide dan sekitar 14% amonia. Lapisan air yang berada di
atas selanjutnya dialirkan menuju netralizer dimana akan dinetralkan
menggunakan sodium hidroksida atau lime. Sedangkan lapisan bawah
yang mengandung anilin – air dipisahkan melalui dekantasi. Larutan
residu yang terdiri dari sodium phenate dan sodium klorida difiltrasi
untuk menghilangkan cooper oxide.
Lapisan anilin dari bagian bawah separator dinetralkan dengan
sodium hidroksida 50%. Campuran selanjutnya didistilasi. Hasil bawah
distilasi adalah untuk merecovery phenol menggunakan acidifier. Yield
yang diperoleh dari proses ini 85 – 95% terhadap klorobenzen.

d. Proses Amonia dengan Phenol


Pada reaksi amonia dengan phenol merupakan proses pembuatan
anilin dengan mereaksikan amonia dengan phenol cair, sebelum
direaksikan di dalam reaktor, amonia dan phenol cair dipanaskan terlebih
dahulu dengan preheater. Reaksi berlangsung pada 460 oC dan tekanan 16
atm.
Reaksi:
C6H5OH + NH3 C6H5NH2 + H2O
Campuran uap masuk reaktor katalitik fixed bed, lalu anilin dan air
dihasilkan melalui reaksi ammonolysis. Keluar reaktor keadaan partial
condensed. Sedangkan amonia yang tak terkonversi dikompres lalu
direcycle. Air hasil reaksi dihilangkan dari crude anilin dengan distilasi.
Produk anilin dengan kemurnian tinggi direciver melalui destilasi dari
fraksi yang lebih berat. Kunci dari proses ini adalah katalis silica-alumina
hasil pengembangan Halcon yang dapat mempertinggi yield phenol dan
amonia secara kuantitatif sehingga purifikasi berjalan sederhana namun
produk dengan kemurnian tinggi jarang didapat.

(Othmer D.F.,1997)

11
Dari proses yang telah diuraikan sebelumnya dapat dibuat tabel perbandingan
dari keempat macam proses tersebut.

Tabel 2.1 Perbandingan Proses Pembuatan Anilin


Parameter Hidrogenasi Reaksi Larutan Aminasi Reaksi amonia
Nitrobenzen Nitrobenzen Klorobenzen dengan phenol
Uap
Proses
1. Bahan - Nitrobenzen - Nitrobenzen - Nitrobenzen - Phenol
baku - Hidrogen - Hidrogen - Amonia - Amonia

2. Bahan - Cooling - Cooling - Cooling - Cooling


pembantu water water water water
- Steam - Steam - Steam - Steam
- Katalis - Katalis - Katalis - Katalis
3. Impuritas Sedikit Banyak Banyak Banyak
4. By Tidak ada Larutan HCl Tidak ada Diphenilamine
product 85 – 90%
5. Yield 99% 95% 85 %
Kondisi
1. Tekanan 20 bar 12,3 atm 57,8 atm 16 atm
2. Suhu 270 oC 200 oC 220 oC 450 oC
(Sumber: Sthevanie,dkk.,2013)

Berdasarkan uraian – uraian tersebut dapat dilihat proses pembuatan anilin


yang paling menguntungkan adalah proses hidrogenasi nitrobenzen fase uap. Dalam
proses pembuatan anilin dengan hidrogenasi nitrobenzen fase uap akan dihasilkan
yield yang tinggi dengan impuritas yang sedikit dan tidak ada hasil sampingnya
(dapat diabaikan).

12
BAB III

PEMBAHASAN

III.1. Mekanisme Reaksi

Dalam makalah ini kami menggunakan proses hidrogenasi nitrobenzene yang


reaksinya adalah:

𝑠𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑔𝑒𝑙
𝐶6 𝐻5 𝑁𝑂2 + 3𝐻2 → 𝐶6 𝐻5 𝑁𝐻2 + 2𝐻2 𝑂

Aniline yang dibuat dengan proses ini dibuat dengan nitrobenzene sebagai
bahan baku utama serta menggunakan tembaga sebagai katalis. Katalis dibuat dari
silica hidrogel diatas absorbed cupproaammonium sulfate. Katalis yang berbentuk
(10-20% tembaga) (20-15- µm) powder diaktifkan didalam tempat sebuah reactor
memalui perlakuan dengan hydrogen pada suhu 250℃.

(Rizki A.,2011)

Reaksi pembuatan anilin dari nitrobenzen dan gas hydrogen merupakan reaksi
hidrogenasi fase uap yang mekanismenya dapat dilihat pada skema berikut ini:

13
Gambar 3.1. Mekanisme Reaksi Hidrogenasi Nitrobenzen

(Sumber: Jerry M.,1988)

Reaksi hidrogenasi nitrobenzene dengan menggunakan katalis logam


berlangsung sangat cepat, sehingga tidak terbentuk senyawa intermediet. Produk yang
dihasilkan adalah senyawa amino, dalam hal ini adalah aniline.

III.2. Deskripsi Proses


Secara umum reaksi pembuatan anilin dari nitrobenzen dan gas hidrogen dapat
dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

1) Tahap penyiapan bahan baku


Nitrobenzen cair dengan kemurnian 99,8% dari tanki T-01 pada suhu 30 oC dan
tekanan 1 atm dialirkan dengan menggunakan pompa (P-01) menuju HE-01. Pada
HE-01, nitrobenzen berfungsi sebagai fluida pendingin bagi gas produk keluaran
reaktor. Suhu nitobenzen keluaran HE-01 adalah 212,14 oC. Selanjutnya nitrobenzen
keluaran HE-01 dan hasil bawah MD-02 dialirkan menggunakan pompa (P-02) dan
bertemu dengan arus recycle dari separator (S-01) untuk masuk ke vaporizer (V-01)
untuk diuapkan.
Hasil yang terbentuk dialirkan menuju separator (S-01) untuk ditampung dan
dipisahkan antara uap yang terbentuk dan yang masih berwujud cairan. Cairan
diumpankan kembali menuju vaporizer sebagai arus recycle dan uap yang telah
dipisahkan selanjutnya dialirkan menuju HE-02.
Gas hidrogen dari tangki penyimpan T-02 pada kondisi operasi 14 atm dan
suhu 30 oC diekspansi menjadi 2,35 atm menggunakan Gas Expander (GE-01) dan
kemudian dialirkan menuju HE-04 bersama dengan arus gas hidrogen dari flash drum
(S-02). Arus gas keluaran HE-02 dan HE-04 bercampur menuju reaktor (R-01)
sebagai umpan masuk.

14
2) Tahap pengolahan
Bahan baku nitrobenzen dan gas hidogen masuk reaktor fluidized bed dalam
fase gas dan dengan gas hidrogen berlebih. Reaktor beroperasi isotermal 270 oC dan
tekanan 2,3 atm. Yield yang diperoleh adalah 99% terhadap nitrobenzene. Reaksi
yang terjadi adalah reaksi eksotemis, sehingga untuk mempertahankan kondisi
isotermal, perlu dilakukan pengambilan panas. Panas yang dihasilkan dari reaksi
diserap oleh media pendingin berupa dowtherm A yang melewati internal coil.

3) Tahap pemurnian produk


Tahap ini bertujuan untuk memisahkan produk dengan sisa reaktan maupun
impuritas lain sehingga diperoleh spesifikasi produk yang diinginkan. Pada tahap ini
juga dilakukan penyesuaian kualitas produk yang dihasilkan dengan produk serupa
yang ada dipasaran.
Gas produk keluaran reaktor pada kondisi 270 oC dan pada tekanan 2,23 atm.
Selanjutnya gas tersebut didinginkan di HE-01 dengan fluida pendingin nitrobenzen
fresh bed sampai suhu 167 oC. Dari HE-01, gas selanjutnya dialirkan menuju flash
drum (SP-02) untuk dikondensasikan sekaligus didinginkan. Gas hidrogen adalah gas
non condensable, sehingga yang terkondensasi hanya komponen selain gas hidrogen.
Keluar dari SP-02, gas hidrogen selanjutnya dialirkan menuju HE-04.
Hasil bawah dari SP-02 selanjutnya dialirkan dengan pompa (P-05) menuju
HE-05 untuk dipanaskan sampai suhu 119,7 oC. Pemanas yang digunakan adalah
saturated steam pada tekanan 7.446,1 psi. Tahap pemurnian selanjutnya adalah
proses destilasi. Keluar HE-06, aliran menuju MD-01 untuk memisahkan anilin dan
air. Produk atas yang sebagian besar air dibuang dan produk bawah yang sebagian
besar anilin selanjutnya didistilasi lagi untuk memperoleh spesifikasi produk yang
sesuai pasar. Produk bawah MD-02 yang berupa cairan anilin, nitrobenzen, dan
benzen dialirkan dengan pompa (P-12) kembali ke Tee-01 sebagai arus recycle.
Produk atas yang berupa anilin yang komposisinya sudah memenuhi kriteria,
selanjutnya didinginkan di HE-06 sampai suhu 35 oC. Anilin yang sudah memenuhi

15
spesifikasi produk tersebut, kemudian disimpan dalam tangki T-03 dan siap untuk
dipasarkan.
(Sthevane,dkk.,2013)

III.3. Peralatan dan Fungsinya


a. Tangki nitrobenzene (T-01) berfungsi menyimpan bahan baku nitrobenzen
selaam 30 hari.
b. Tangki Hidrogen (T-02) berfungsi menyimpan bahan baku hidrogen selama 2
hari.
c. Tangki anilin (T-04) berfungsi menyimpan produk selama 7 hari.
d. Tangki dowterm (T-03) berfungsi menampung dowtherm A sebelum dialirkan
ke dalam koil pendingin reaktor.
e. Separator (S-01) berfungsi memisahkan fase liquid produk vaporizer dengan
fase gasnya.
f. Separator (S-02) berfungsi memisahkan gas hidrogen untuk di recycle
kembali ke reaktor.
g. Reaktor (R-01) berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi gas-gas katalis
padat.
h. Menara distilasi (MD-01) berfungsi untuk memisahkan air dengan anilin.
i. Menara distilasi (MD-02) berfungsi untuk memisahkan produk (anilin)
dengan nitrobenzen.
j. Vaporizer berfungsi untuk menguapkan umpan reaktor.
k. Heat exchanger (HE-01) berfungsi untuk mendinginkan produk reaktor
sekaligus memanaskan nitrobenzen fresh feed.
l. Heat exchanger (HE-02) berfungsi untuk memanaskan gas dari separator
menuju reaktor.
m. Heat exchanger (HE-03) berfungsi untuk mendinginkan dowtherm A.
n. Gas expander berfungsi untuk menurunkan tekanan hidrogen dari 14 atm
menjadi 2,35 atm.
(Sthevanie,dkk.,2013)

16
III.4. Tinjauan Thermodinamika

Tinjauan thermodinamika hanya berlaku untuk untuk reaksi kesetimbangan


sehingga, perlu diperiksa terlebih dahulu reaksi pembentukan anilin termasuk reaksi
reversible atau irreversible.
Tabel 3.1. Data-data Energi Gibbs (∆Go 298 K)
Komponen ∆Go 298 K, J/mol

C6H5NO2 158

H2O -228,6

H2 0

C6H5NH2 166,69

(Sumber: Perry, 1976 )

Perubahan energi Gibbs reaksi dapat dihitung dengan persamaan :


∆Go = ∆Go produk - ∆Go reaktan
= (2x(-228,600)) + (166,690) – ((158) + (3x0))
= -448,510 J/ mol
∆Go = -RT ln K (Smith – Van Ness, 1949)
ln K = -∆Go / RT
= 448,510 kJ/kmol / (8,314 kJ/kmol K x 298 K)
= 0,181
K = 1,198 (irreversible)

Berdasarkan perhitungan di atas tampak harga konstanta k sangat besar


sehingga reaksi yang terjadi merupakan reaksi irreversible.
Sedangkan harga ∆Hof masing-masing komponen pada suhu 298 K sebagai
berikut:

17
Tabel 3.2. Harga ∆Hof masing-masing komponen
Komponen Harga ∆Hof (kJ/ mol)

C6H5NO2 67,6

H2 0

H2O -241,8

C6H5NH2 86,86

(Sumber: Perry, 1976 )

∆Hof = ∆Hof produk - ∆Hof reaktan


= (86,86 + (2x -241,8)) – (67,6 + (3x0))
= -464,34 kJ/ mol
Harga ∆Hof menunjukkan negatif maka reaksi pembentukan anilin merupakan rekasi
eksotermis.
Berikut adalah hubungan suhu dengan konversi pada tinjauan thermodinamika

( Levenspiel, 1999)

Contoh Perhitungan Tinjauan Termodinamika :


Rumus  ∆G = -RT ln K

18
∆G
lnK= −𝑅𝑇
𝐾
 x = 𝐾+1

448,51
1. ln K = 8,314 𝑥 393,15

= 0,137
K = 1,15
1,15
x=
1 + 1,15

= 0,535
448,51
2. ln K= 8,314 𝑥 443,15

= 0,12
K = 1,13
1,13
x = 2,13

= 0,530
448,51
3. ln K= 8,314 𝑥 493,15

= 0,109
K = 1,115
1,115
x = 2,115

= 0,527

Tabel 3.3. Hubungan suhu dengan konversi pada tinjauan thermodinamika


Suhu (oK) K Konversi (x)
393,15 1,150 0,535
443,15 1,130 0,530
493,15 1,115 0,527
543,15 1,100 0,523
593,15 1,095 0,5226
643,15 1,087 0,520

19
693,15 1,081 0,519

0.54
0.535
0.53 Grafik Tinjauan Thermodinamika

0.525
X
0.52
0.515
0.51
120 170 220 270 320 370

T oC

Gambar 3.2. Grafik hubungan suhu dengan konversi

III. 5. Tinjauan Kinetika


Harga konstanta kecepatan reaksi dan kecepatan reaksi dihitung dari hasil
percobaan yang dilakukan di laboratorium “National Chemical Laboratory”, Poona,
India yang telah dipublikasikan dalam: I & EC, Process Design and Development,
Vol. 4 No. 4, Oktober 1965.
Kecepatan reaksi:
r = k. PA0,5 x PB0,5
dengan:
k = 4,104 x 104 exp(-8240/T)
dimana:
r = keceptan reaksi (gmol/jam/g katalis)
k = konstanta kecepatan reaksi
PA.PB = tekanan parsial (atm)
T = temperatur (K)
Hubungan suhu dengan konversi pada tinjauan kinetika adalah sebagai
berikut:

20
−𝑟𝐴 = 𝑘𝐶𝐴
𝑑𝐶𝐴
− = 𝑘𝐶𝐴
𝑑𝑡
𝐶𝐴 𝑡
𝑑𝐶𝐴
∫ − = ∫ 𝑘𝑑𝑡
𝐶𝐴0 𝐶𝐴 0

𝐶𝐴
−𝑙𝑛 = 𝑘𝑡
𝐶𝐴0
𝐶𝐴0 (1 − 𝑋𝐴 )
−𝑙𝑛 = 𝑘𝑡
𝐶𝐴0
− ln(1 − 𝑋𝐴 ) = 𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝐴 ) = 𝑒 −𝑘𝑡
𝑋𝐴 = 1 − 𝑒 −𝑘𝑡

Atau
( Levenspiel, 1999)

Contoh Perhitungan Grafik Tinjauan Kinetika :


−𝑬
Dari rumus k = A𝒆𝑹𝑻
1. k = 4,104 x 10-4 e-8240/493,15
k = 2,2731 x 10-3
XA= 8,183 (1-XA)
XA= 0,89
2. k = 4,104 x 10-4 e-8240/543,15
k = 0,010583483
XA= 38,10054031 (1-XA)
XA= 0,97
1. k = 4,104 x 10-4 e-8240/593,15
k = 0,038020476
XA= 136,8737136 (1-XA)
XA= 0,993

21
Tabel 3.4. Hubungan suhu dengan konversi pada tinjauan kinetika
Suhu (oC) K Konversi
(x)
120 3,242.10-5 0,1
170 3,45.10-4 0,55
220 2,27.10-3 0,89
270 0,01 0,97
320 0,038 0,993
370 0,110 0,997
420 0,280 0,999

1.2
1

X 0.8
0.6
0.4
0.2 Grafik Tinjauan Kinetika
0
120 170 T 220
(oC) 270 320 370 420

Gambar 3.3. Grafik hubungan Suhu dengan Konversi

Penentuan Suhu dan Konversi Optimum


1.2
1
0.8 Tinjauan Kinetika
0.6
X
0.4
Tinjauan
0.2 Thermodinamika
0
120 170 220 270 320 370 420

T (oC)
Gambar 3.3. Grafik hubungan tinjauan kinetika dan thermodinamika

22
Menurut data referensi, reaksi berlangsung pada suhu 270 oC, tekanan 1,4 atm
dengan konversi 98%. Akan tetapi dari grafik diperoleh suhu optimum pada 170 oC
dengan konversi 55%.

Penyimpangan konversi

Penyimpangan suhu

III.6. Stoikiometri dan Manfaat Anilin

Kebutuhan Nitrobenzen untuk pabrik ini sebanyak 1.564,7 kg per jam atau
13.519,01 ton per tahun dan kebutuhan Gas Hidrogen sebanyak 80,4 kg per jam atau
694,7 ton per tahun. Produk berupa Anilin sebanyak 1.136,3 kg per jam. Kapasitas
anilin 9.000 ton per tahun beroperasi selama 330 hari per tahun. Harga hidrogen
sebagai bahan baku adalah US $ 100/kg. Menurut Badan Pusat Statistik bahwa harga
bahan baku anilin adalah US $ 837,8 /ton, sehingga produksi ini sangat
menguntungkan.
Berikut industri yang menggunakan anilin sebagai bahan baku, antara lain:

Tabel 3.5. Industri yang menggunakan anilin sebagai bahan baku


Penggunaan % dari produksi

MDI (Methyl Diphenil Isocianat) 55

Industri Karet 20

23
Fiber 10

Industri Farmasi 3

Dye intermediate 9

Hydroqoinon 3

(Sumber: Othmer,1989)

Aplikasi anilin terbesar adalah sebagai bahan baku pada pembuatan methyl
xylen diphenyl Isocianat (MDI) yang digunakan pada pembuatan polyurethane.
Di industri karet untuk pembuatan antioksidan, anti degradasi, dan accelerator
vulkanisasi seperti mercapobenzothioazole, diphenylguanidine dan
diphehylthiourea. Pada industri pertanian derivative dipakai untuk pembuatan
herbisida, fungisida, dan insektisida. Pada industri farmasi, anilin dipakai untuk
pembuatan analgesik, seperti asam sulfanida, formalida, dan pembuatan
antipiretik seperti asetanilida dan derivative anilin merupakan bahan baku
pembuatan zat warna sintetik, seperti azo dan triphenyl methane. Anilin derivatif
seperti fenilendiamin dan difenilamin, merupakan antioksidan. Ilustrasi obat
yang terbuat dari anilin adalah parasetamol (acetaminophen, Tylenol).
Penggunaan utama dari anilin dalam industri pewarna adalah sebagai
prekursor untuk nila, biru dari blue jeans. Anilin juga digunakan pada skala yang
lebih kecil dalam produksi polimer melakukan inheren polianilin. Anilin juga
digunakan sebagain tambahan pada mesin, dan digunakan untuk parfum, shoe
blacks, dan varnish.
(Speight G., 1978)

III.7. Peluang Didirikannya Pabrik Anilin di Indonesia


Tabel 3.6. Data Impor Anilin di Indonesia
Tahun Kapasitas (kg)
2000 1.438.019

24
2001 1.090.223
2002 2.151.680
2003 1.172.352
2004 1.836.745

(Sumber: Biro Pusat Statistik, 2008)

Berdasarkan data impor di atas, bahwa di Indonesia kebutuhan akan


produksi anilin sangat kurang. Indonesia masih impor dari RRC, Jepang,
Australia, Jerman, USA, Perancis, India, dan Italia. Oleh karena itu untuk
memenuhi kebutuhan industri maka perlu didirikan pabrik anilin, sehingga
mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap negara lain bahkan
memungkinkan pendirian pabrik anilin dapat meningkatkan nilai eksport ke
negara lain sehingga menambah devisa negara. Selain itu, pendirian pabrik anilin
di Indonesia akan membuka lapangan pekerjaan sehingga bisa menyerap tenaga
kerja, serta membantu program pemerintah dalam rangka peningkatan industri
farmasi yang menggunakan anilin sebagai bahan baku.
Pendirian pabrik anilin perlu dilakukan. Pertimbangan-pertimbangan
pendirian pabrik anilin di Indonesia :
a. Penghematan devisa negara, hal ini karena Indonesia selalu mengimpor
dalam pemenuhan kebutuhan anilin. Selain itu untuk memacu
pertumbuhan industri yang menggunakan bahan baku anilin.
b. Menambah devisa negara dengan meningkatkan komoditi ekspor anilin
untuk memenuhi kebutuhan luar negeri. Kelebihan hasil produksi nantinya
dapat diekspor ke negara-negara tetangga (ASEAN) yang rata-rata juga
belum memproduksinya.

III.8. Peluang Pasar


Industri yang menggunakan anilin sebagai bahan baku sangat banyak. Hampir
sebagian besar anilin dimanfaatkan untuk persiapan MDI, industri karet, industri
tekstil, serta masih banyak lagi. Tetapi sampai saat ini, kebutuhan impor anilin dari

25
luar negeri masih sangat besar. Belum ada pabrik di Indonesia yang mampu
memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut. Sehingga, peluang pasar untuk pemasaran
anilin di Indonesia sangat terbuka lebar.

Gambar 3.5. Grafik kebutuhan anilin di Indonesia

Selain itu, terdapatnya pabrik-pabrik untuk industri karet dan tekstil, industri
zat warna, industri farmasi yang menghasilkan obat-obatan merupakan salah satu
bentuk peluang pasar yang sangat menjanjikan.

III.9. Pemilihan Kapasitas Perancangan


Pemilihan kapasitas pabrik anilin ini didasarkan dari beberapa pertimbangan,
yaitu proyeksi kebutuhan anilin di Indonesia. Hal ini dikarenakan permintaan akan
anilin untuk industri dalam negeri mengalami peningkatan secara kuantitatif dari
tahun ke tahun. Berikut ini data mengenai kebutuhan aniline di Indonesia dari tahun
ke tahun dapat di lihat dari table berikut ini:

26
Tabel 3.7. Kebutuhan Anilin di Indonesia

(Sumber: Biro Pusat Statistik, 2008)

a. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku pembuatan aniline yang berupa nitrobenzene cair masih diimpor
dari PT.Rubicon, Geismar, LA di Amerika dengan kapasitas 1,140 milion ib/tahun.
Sedangkan bahan baku berupa gas hydrogen dari PT. Air Liquid yang berlokasi di
Cilegon, Banten dengan kapasitas 15.000 Nm3/jam.

Tabel 3.8. Pabrik Nitrobenzen di Dunia

27
(Sumber: www.the-inovation-grup.com)

Sehingga apabila dilihat dari segi ketersediaan bahan baku, maka bahan baku
nitobenzen cair dan gas hydrogen cukup terpenuhi.

b. Kapasitas Minimal Pabrik yang Telah Berproduksi

Berikut ini data mengenai produsen serta kapasitas penghasil aniline yang
telah beroperasi:

Tabel 3.9. Data Pabrik Penghasil Anilin Dunia

(Sumber: www.the-inovation-grup.com)

III.10. Penentuan Lokasi Pabrik

Penentuan lokasi pabrik merupakan hal penting dalam perancangan suatu


pabrik karena merupakan salah satu faktor yang menentukan kelangsungan,
perkembangan, dan keuntungan pabrik yang akan didirikan secara teknis maupun

28
ekonomis di masa yang akan datang. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan lokasi pabrik, antara lain :

1. Sumber bahan baku


Bahan baku merupakan faktor penting dalam penentuan lokasi pabrik. Pabrik
sebaiknya didirikan dekat dengan bahan baku. Hal ini dapat menghemat biaya
transportasi dan penyimpanan bahan baku serta dapat menjaga ketersediaan
bahan baku yang berkesinambungan.
2. Pasar
Pabrik yang akan didirikan sebaiknya dekat dengan daerah pemasaran
sehingga menghemat biaya transportasi dan memudahkan pengiriman produk
ke konsumen.
3. Transportasi
Lokasi pabrik harus dekat dengan fasilitas transportasi sehingga tidak
mengalami kesulitan dalam pengangkutan bahan baku maupun produk yang
dihasilkan. Sarana transportasi yang diperlukan antara lain jalan raya dan
pelabuhan.
4. Tenaga kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan meliputi tenaga kasar (non skill) dan tenaga
ahli. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam segi tenaga kerja antara lain
mudah tidaknya mendapatkan tenaga kerja yang dibutuhkan, banyaknya
tenaga kerja yang dibutuhkan, dan tingkat penghasilan tenaga kerja itu sendiri.
5. Utilitas
Sarana penunjang operasi pabrik antara lain air, tenaga listrik, dan bahan
bakar. Lokasi pabrik yang dekat dengan sarana penunjang operasi tersebut
sangan diperlukan untuk menunjang kelancaran operasi pabrik.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari faktor di atas, maka dipilih


pabrik di daerah Cilegon. Lokasi pabrik ini dianggap strategis karena :

1. Sumber bahan baku

29
Cilegon dipilih sebagai lokasi pendirian pabrik anilin karena dekat dengan
sumber bahan baku. Bahan baku gas hidrogen dapat diperoleh dari PT. Air
Liquid Indonesia, Cilegon, Banten.
2. Pasar
Dipilihnya Cilegon sebagai lokasi pendirian pabrik dengan pertimbangan
bahwa sebagian besar industri ada di Pulau Jawa yang merupakan sasaran
pemasaran produk anilin.
3. Transportasi
Tersedianya sarana transportasi dan jalan raya memudahkan dalam
pendistribusian produk ke konsumen ke berbagai kota di Pulau Jawa dan
sarana pelabuhan untuk pendistribusian ke luar pulau Jawa.
4. Tenaga kerja
Banten merupakan daerah yang pmempunyai kepadatan penduduk cukup
tinggi sehingga kebutuhan tenaga kerja dapat terpenuhi.
5. Utilitas
Cilegon merupakan daerah pantai dengan sungai yang cukup besar, sehingga
kebutuhan air untuk pabrik maupun untuk karyawan mudah untuk terpenuhi.
Kebutuhan listrik, didapatkan dari generator dan PLN Suralaya sebagai
cadangan. Sementara itu, bahan bakarnya diperoleh dari PERTAMINA.

Gambar 3.6. Peta Lokasi Pabrik Anilin

(Sumber: Dwi P.,2011)

30
III.11. Diagram Alir

Gambar 3.7. Diagram Alir Kualitatif


(Sumber: Rizki A.,2011)

Gambar 3.8. Diagram Alir Kuantitatif


(Sumber: Rizki A.,2011)

31
III.12. Reaktor yang Digunakan
Umumnya dalam proses pembuatan aniline digunakan reaktor kimia yang
berdasarkan proses semi-batch (reaktor semi- batch). Jenis reaktor semi-batch
yang digunakan dalam proses pembuatan aniline adalah Fluidized Bed Reactor
(FBD). Pada proses pembuatan aniline menggunakan Fluidized Bed Reactor
(FBD) dikarenakan: (Shela M., 2012)
- Suhu konstan sehingga mudah dikontrol
- Reaksinya memiliki efek panas yang tinggi
- Regenerasi bed yang mudah
- Dapat mereaksikan bahan dalam keadaan banyak fasa
Reaksi yang terjadi saat proses pembuatan aniline pada reaktor adalah
isotermis. Bahan baku nitrobenzene dan gas hydrogen masuk reaktor fluidized
bed dalam fase gas dan dengan 200 % gas hydrogen berlebih. Reaktor
beroperasi isotermal 2700 C dan tekanan 2,3 atm dan katalis yang digunakan
Cu dalam silika ( silica-supported copper catalyst).
(Dwiandini,N.,2013)

32
BAB IV

PENUTUP

IV.I. Kesimpulan

Anilin adalah senyawa organik dengan rumus C6H5NH2yang menjadi pelopor


untuk bahan kimia industri. Proses pembuatan anilin dapat dilakukan melalui
berbagai macam proses antara lain, Animasi Chlorobenzen, Animasi Nitrobenzene
Reduksi Fase Cair dan Fase Gas.
Aplikasi anilin terbesar adalah untuk persiapan metilen difenil diisosianat
(MDI). Penggunaan Anilin utamanya adalah perintis penggunaan poliuretani.
Kegunaan senyawa ini adalah pewarna dan pigmen (2%). Sebagai tambahan untuk
karet, anilin derivatif seperti fenilendiamin dan difenilamin, merupakan antioksidan.
Anilin juga digunakan sebagain tambahan pada mesin, dan digunakan untuk parfume,
shoe blacks, dan varnish.Ilustrasi obat dibuat dari anilin adalah parasetamol.
Berdasarkan data impor, di Indonesia kebutuhan akan produksi anilin sangat
kurang. Sehingga hal ini sangat strategis untuk mendirikan pabrik anilin di Indonesia.
Belum ada pabrik di Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan bahan baku
tersebut. Sehingga, peluang pasar untuk pemasaran anilin di Indonesia sangat terbuka
lebar.

IV.2.Saran

Dari makalah ini, kami menyarankan untuk membangun lebih banyak lagi
pabrik anilin di Indonesia. Hal ini mempunyai peluang pasar yang besar karena saat
ini masih sedikit pabrik anilin di Indonesia, sedangkan kebutuhan anilin di Indonesia
semakin mening

33
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik.2008.Statistics Indonesia.www.bps.go.id. diakses pada tanggal


20 September 2014, pukul 16.00 WIB
Dwi,P., 2011. Prarancangan Pabrik Anilin dari Hidrogenasi Nitrobenzen Fase Uap
Dwiandini,N.2013.Rancangan Pabrik Anilin.https://www.academia.edu/5137469/
RANCANGAN_PABRIK_ANILIN. diakses tanggal 30 September 2014, pukul
16.05 WIB
Jerry,M.1998.Advanced Organic Chemistry,Reaction,Mechanism,and
Strcture,3rded,Wiley Eastern Limired,India
Levenspiel,Octave.1999. “Chemical Reaction Engineering”, 3 ed, John Wiley and
Sons, Inc., New York
Othmer,D.F.1997.Encylopedia of Chemical Tecnology,4thed.,The Interscience
Encyclopedia Inc,New York
Perry,Robert H., and Green, Don W., 1976, “Perry’s Chemical Engineers’
Handbook”, Mc. Graw-Hill Companies, Inc., New York.
Rizki,A.2011.Makalah Anilin.Universitas Diponegoro. Semarang Kapasitas 40.000
Ton/Tahun. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Shela,M.2012.Macam-Macam Reaktor Kimia. https://www.academia.edu/4862399/
Macam_macam_Reaktor_kimia_Macam_-Macam_Reaktor. diakses tanggal 30
September 2014.
Smith, J. M., Van Ness, H. C., and Abbott, M. M., 1949, “Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics”, Mc. Graw-Hill Companies, Inc., New York
Speight G., 2002, "Chemical and Process Design Handbook", Mc. Graw-Hill
Companies, Inc., New York
Sthevanie,dkk.2013.Produksi Anilin dengan Hidrogenasi Nitrobenzen.Universitas
Sriwijaya.Indralaya
Yaws,C.L.1999.Chemical Process Equipment,3rded,Butterworths Series in Chemical
Engineering USA

34
www.the-innovation-grup.com/chemprofile.htm diakses pada tanggal 20 September
2014, pukul 16.15 WIB

35

Anda mungkin juga menyukai