Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MIKROBIOLOGI

“ PEMANFAATAN SACCHAROMYCES CEREVISAE DALAM INDUSTRI


MINUMAN BERALKOHOL ”

Disusun Oleh :

1. Andree Budihardjo S. (18031010119)

2. Maria Rizky Fauziah (18031010192)

3. Firman Windhono (18031010198)

4. Frisky Indra I (18031010211)

5. R.A Elisa Eka Purnamasari (18031010215)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana
dengan judul “Pemanfaatan Saccharomyces Cerevisiae dalam Industri
Minuman Beralkohol ”.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi yang
diberikan pada semester V. Makalah ini disusun berdasarkan pencarian literature
dari banyak sumber serta dilengkapi dengan teori yang ada. Makalah ini tidak
dapat tersusun sedemikian rupa tanpa bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran,
kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada:

1. Ir. Suprihatin, MT selaku dosen pengampu matakuliah Mikrobiologi.


2. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam proses pembuatan makalah.
Kami sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Maka dengan rendah hati, kami selalu mengharapkan kritik dan
saran, dosen yang turut membantu dalam pelaksaan kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semua isi makalah yang telah disusun ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik khususnya jurusan Teknik Kimia.

Surabaya, 11 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LatarBelakang ..................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
I.3 Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Secara Umum .................................................................................. 3
II.1.1 Peran Penting S. cerevisiae .......................................................... 5
II.1.2 Morfologi dan Fisiologi ............................................................ 7
II.1.3 Komposisi Khamir ................................................................... 8
II.1.4 Taksonomi ............................................................................... 9
II.1.5 Cara Reproduksi ...................................................................... 10
II.1.6 Pemanfaatan S. cerevisiae ........................................................ 11
II.1.6.1 Produksi Bir ................................................................................ 11
II.1.6.2 Pembuatan Anggur ..................................................................... 11
BAB III KESIMPULAN
III.1 Kesimpulan ……………................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Istilah khamir umumnya digunakan untuk menyebut bentuk-bentuk yang


menyerupai jamur dari kelompok Ascomycetes yang tidak berfilamen tetapi
uniseluler dengan bentuk ovoid atau spheroid. Khamir ada yang bermanfaat dan
ada pula yang membahayakan manusia. Saccharomyces cerevisiae merupakan
mikroorganisme yang sangat dikenal oleh masyarakat luas sebagai ragi roti
(baker’s yeast). Ragi roti ini digunakan dalam pembuatan makanan, minuman dan
juga dalam industri etanol. Fermentasi khamir banyak digunakan dalam
pembuatan roti, bir, wine, vinegar, dan sebagainya (Hidayat et al., 2006).
Saccharomyces sp. dapat memproduksi ataupun melakukan metabolisme pada
asam-asam organik sehingga mengubah keasaman dan profil flavor dari suatu
produk. Etanol merupakan salah satu produk industri yang penting di Indonesia,
yang diproduksi dari bahan baku glukosa, tetes tebu dan pati. Namun demikian,
dewasa ini bahan-bahan baku tersebut cukup sulit diperoleh. Oleh karena itu,
perlu dikembangkan penelitian-penelitian dasar yang nantinya mampu diterapkan
dalam industri etanol. Penelitian-penelitian yang dapat dikembangkan antara lain
adalah memanipulasi mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi
etanol dengan cara pemberian sinar ultraviolet (Puspaningsih, 2009).
Etanol merupakan produk fermentasi yang dapat dibuat dari substrat yang
mengandung karbohidrat (gula, pati atau selulosa). Fermentasi etanol terjadi pada
kondisi anaerob dengan menggunakan khamir tertentu yang dapat mengubah
glukosa menjadi etanol (Judoamidjojo, 1992). Khamir yang menghasilkan alcohol
dan gliserol dari gula, pengembang adonan roti, serta sebagai sumber protein,
vitamin dan enzim adalah Saccharomyces cerevisiae. Kebutuhan akan etanol
untuk bermacam-macam keperluan makin bertambah dengan semakin banyaknya
pabrik-pabrik farmasi dan sekolah-sekolah farmasi maupun kimia di Indonesia
yang menggunakan etanol. Etanol dalam bidang industri dapat digunakan sebagai

1
bahan bakar, alat pemanas, penerangan atau pembangkit tenaga, pelarut bahan
kimia, obat-obatan, detergen, oli dan lilin (Schlegel, 1994).
I.2 . Rumusan Masalah

1. Apa saja kriteria yang dimiliki oleh Saccharomyces Cerevisiae ?

2. Apa peranan Saccharomyces Cerevisiae dalam dunia industri?

I.3 . Tujuan

1. Agar pembaca mengerti tentang kriteria yang dimiliki oleh Saccharomyces


Cerevisiae baik dari sifat fisik maupun sifat kimia.

2. Agar pembaca mengerti kegunaan bakteri Saccharomyces Cerevisiae dalam


lingkup dunia industri.

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Secara Umum

Saccharomyces cerevisiae atau yang dikenal dengan khamir


adalah yeast sel tunggal eukaryotik berbentuk bulat atau oval atau silinder, dengan
ukuran 5-10 µm, terdapat 2 gen yaitu gen mitokondria dan gen nukleus dengan
panjang gen nukleus 12,1 Mbp, jumlah kromosom 32 pasang, jumlah protein yang
dikode sekitar 5800. S. cerevisiae membentuk filamen sebagai respon dari kondisi
lingkungan, bersifat fakultatif anaerob dan hidup pada daerah yang mengandung
gula. S. cerevisiae memiliki spora yang dibentuk didalam askus
disebut askospora. Perbanyakan sel dengan cara pertunasan, sel yang muda lebih
kecil dibanding sel induk.
S. Cerevisiae adalah jamur bersel tunggal yang telah memahat milestones
dalam kehidupan dunia. Jamur ini merupakan mikroorganisme pertama yang
dikembangbiakkan oleh manusia untuk membuat makanan (sebagai ragi roti,
sekitar 100 SM, Romawi kuno) dan minuman (sebagai jamur fermentasi bir dan
anggur, sekitar 7000 SM, di Assyria, Caucasia, Mesopotamia, dan Sumeria).
Di dunia sains, mikroorganisme ini adalah yang pertama kali diobservasi melalui
mikroskop oleh Bapak Ahli MikrobiologiAntonie van Leewenhoek.
Jamur Saccharomyces cerevisiae, atau di Indonesia lebih dikenal dengan
nama jamur ragi, telah memiliki sejarah yang luar biasa di industri fermentasi.
Karena kemampuannya dalam menghasilkan alkohol inilah, S. cerevisiae disebut
sebagai mikroorganisme aman (Generally Regarded as Safe) yang paling
komersial saat ini. Dengan menghasilkan berbagai minuman beralkohol,
mikroorganisme tertua yang dikembangbiakkan oleh manusia ini memungkinkan
terjadinya proses bioteknologi yang pertama di dunia. Seiring dengan
berkembangnya genetika molekuler, S. cerevisiae juga digunakan untuk
menciptakan revolusi terbaru manusia di bidang rekayasa genetika.

3
II.1.1 Peran penting S. cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae memiliki manfaat atau peran dalam fermentasi etanolis,
produk utamanya adalah etanol. S.cerevisiae digunakan dalam bidang fermentasi
tradisional seperti makanan dan minuman seperti tempe, tape, tuak, bahan-bahan
kimia, protein terapi, produk pharmaceutical agrikultur, biofuel, dan industri
enzim. Karakteristik S. cerevisiae apabila digunakan dalam fermentasi yaitu
sebagai berikut:
1. Mampu tumbuh dengan cepat pada suatu substrat, mudah dibiakkan dalam
jumlah besar dan mampu disimpan untuk jangka waktu yang lama.
2. Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan produksi
maksimum secara komparatif sederhana.
3. Stabil, dapat menghasilkan produk yang diinginkan dalam jangka waktu
yang pendek tanpa menghasilkan produk sampingan yang bersifat racun.
Produk yang diinginkan dapat dengan mudah dipisahkan dari senyawa
atau bahan-bahan lainnya.

II.1.2 Morfologi dan Fisiologi


S. Cerevisiae merupakan kelompok mikroba yang tergolong dalam khamir
(yeast). S. Cereviceae secara morfologis umumnya memiliki bentuk elipsodial
dengan diameter yang tidak besar, hanya sekitar 1-3µm sampai 1-7µm3.

Gambar 1 Saccharomyces cerevisiae


Yeast yang sangat berperan dalam pembuatan roti ini termasuk
eukariota uniseluler yang mempunyai keunggulan yaitu mudah dikulturkan,
pertumbuhannya cepat, peta genomnya sudah dapat dipetakan dengan jelas serta
mudah menerima transfer gen. S. Cerevisiae dapat ditumbuhkan di laboratorium

4
dengan menumbuhkannya pada media tertentu, baik media padat maupun media
cair6. Dari segi warna, yeast yang juga sangat berperan dalam proses fermentasi
alkohol ini mempunyai warna putih kekuningan yang dapat dilihat diatas
permukaan tumbuh koloni, sehingga tidak seperti khamir lainnya yang seringkali
tidak terlihat dibawah miskroskop karena tidak kontras dengan mediumnya.
Penampilan makroskopisnya yaitu bentuk koloni yang bulat, warna yang kuning
muda-keputihan, permukaan berkilau, licin, tekstur lunak dan memiliki sel bulat
dengan askopora 1-8 buah5. Dilihat dari dinding selnya, S.Cerevisiae memiliki
dinding sel yang mengandung a-D-Glukan, kitin, dan manoprotein. Dinding
selnya ini diketahui mempunyai 3 lapisan, yaitu lapisan dalam alkali in-soluble
(30-35%), lapisan tengah alkali-soluble a glukan (20-22%), serta lapisan luar
adalah glikoprotein(30%) yaitu suatu karbohidrat yang tersusun dari manan yang
terfosforilasi3.
Saccahromyses Cerevisiae bersifat fakultatif anaerobik mengandung 68-
83% air, nitrogen, karbohidrat, lipid, vitamin, mineral dan 2,5-14% kadar N total.
Cara hidupnya kosmopolitan dan mudah dijumpai pada permukaan buah-buahan,
nektar bunga dan dalam cairan yang mengandung gula, namun ada pula yang
ditemukan pada tanah dan serangga. Selain kosmopolitan, S. Cerevisiae ini dapat
pula hidup secara saprofit maupun bersimbiosis

Sel dari Sacharomyces cereviceae. Berkembang biak dengan cara vegetatif


dengan arah menguncup multilateral. Konjugasi isogam/heterogam dapat terjadi
setelah pembentukan askus. Dapat berbentuk tonjolan-tonjolan, setiap askus dapat
mengandung 1-4 spora dengan berbagai bentuk, spora dapat berkonjugasi
disimilasi dan berlangsung dari oksidatif yang disukai sampai kepada fermentatif
yang dominan. Dalam biakan cair biasanya terjadi pertumbuhan didasar. Cincin
dan partikel dapat terbentuk secara merata yang lebih panjang, senyawa-senyawa
gula pada umumnya difermentasikan dengan kuat, dan nitratnya tidak
diasimilasikan”.

5
II.1.3 Komposisi Khamir
Komposisi kimia S. cerevisiae terdiri atas : protein kasar 50-52%,
karbohidrat ; 30-37%; lemak 4-5%; dan mineral 7-8%, komposisi kimia sel
khamir yang hampir sama (Tabel 1) dan kandungan asam aminonya (Tabel 2).
Tabel 1 . Komposisi sel khamir S. cerevisiae
Senyawa Jumlah (%)
Abu 5,0-9,5
Asam Nukleat 6,0-12,0
Lemak 2,0-6,0
Nitrogen 7,5-8,5
Sumber: SURIAWIRIA (1990)

Tabel 2 . Kandungan asam amino dalam khamir S cerevisiae


Asam amino Jumlah (%)
Fenilalanin 4,1-4,8
Isoleusin 4,6-5,3
Lisin 7,7-7,8
Leusin 7,0-7,8
Metionin 1,6-1,7
Sistin 0,9
Treonin 4,8-54
Triptofan 1,1-1,3
Valin 5,3-5,8

S. cerevisiae mempunyai beberapa enzim yang mempunyai fungsi penting yaitu


intervase, peptidase dan zimase . Enzim peptidase mempunyai 96 gen dan yang
homolog inaktif sebanyak 32

6
II.1.4 Taksonomi
Taksonomi adalah ilmu yang mengkaji tantang klasifikasi biologis, agar dapat
lebih mudah dalammemahami dan mengenali keberagaman organisme dalam
penataan hirarki tanpa tumpang tindih8. Taksonomi daripada S.Cerevisiae adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Division : Ascomycota
Class : Ascomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Familia : Saccharomycetaceae
Genus : Saccharomyces
Species : Saccharomyces cerevisiae
II.1.5 Cara Reproduksi
Saccharomyces cerevisiae dapat berkembang biak secara seksual dan
aseksual. Perkembangbiakan aseksual diawali dengan menonjolnya dinding sel ke
luar membentuk tunas kecil. Tonjolan membesar dan sitoplasma mengalir ke
dalamnya, sehingga sel menyempit pada bagian dasarnya. Selanjutnya nucleus
dalam sel induk membelah secara mitosis dan satu anak inti bergerak ke dalam
tunas tadi. Sel anak kemudian memisahkan diri dari induknya atau membentuk
tunas lagi hingga membentuk koloni. Dalam keadaan optimum satu sel dapat
membentuk koloni dengan 20 kuncup.
Perkembangbiakan seksual terjadi jika keadaan lingkungan tidak
menguntungkan. Pada prosesnya, sel Saccharomyces cerevisiae berfungsi
sebagai askus. Nukleus nya yang diploid (2n) membelah secara meiosis,
membentuk empat sel haploid (n). Inti-inti haploid tersebut akan dilindungi oleh
dinding sel sehingga mem-bentuk askospora haploid (n). Dengan perlindungan ini
askospora lebih tahan terhadap lingkungan buruk. Selanjutnya, empat askospora
akan tumbuh dan menekan dinding askus hingga pecah, akhirnya spora menyebar.
Jika spora jatuh pada tempat yang sesuai, sel-sel baru akan tumbuh membentuk
tunas, sebagaimana terjadi pada fase aseksual. Dengan demikian Saccharomyces

7
cerevisiae mengalami fase diploid (2n) dan fase haploid (n) dalam daur
hidupnya.9
II.1.6 Pemanfaatan S. cerevisiae
Spesies khamir yang paling umum digunakan dalam industri makanan
adalah S. cerevisiae, misalnya dalam pembuatan roti dan produksi minuman
beralkohol (bir dan anggur)10. Selain digunakan dalam industri makanan
manusia, S. cerevisiae jg bisa dimanfaatkan sebagai probiotik makanan ternak.
Berikut akan dijelaskan peranan khamir S. cerevisiae dalam berbagai hal :

II.1.6.1 Produksi Bir


Bir dibuat dari malt (barley) dan air, kemudian diberi rasa yang khas dari
bunga betina tanaman hop. Salah satu jenis ragi yang digunakan dalam pembuatan
bir adalah S. cerevisiae, dikenal dengan nama top yaest, digunakan dalam
pembuatan bir secara tradisional dan hasilnya disebut ale type beer yang berwarna
gelap.
Fase pertama dalam pembuatan bir ialah mengkecambahkan barley.
Pengkecambahan dilakukan dengan cara merendam biji-biji di dalam air, silih
berganti dengan pengeringan sebanyak 2 sampai 4 kali pada suhu 10 oC sampai
15oC selama 2 – 5 hari.
Selama perlakuan tersebut, barley akan menyerap air dan bila kandungan
airnya telah berkisar antara 40 – 45%, barley disebarkan di atas lantai setebal 10 –
20 cm dan dibiarkan berkecambah. Perkecambahan dapat dipercepat dengan zat
pertumbuhan giberlin sebanyak 1 ppm. Kecambah yang sudah mulai tumbuh
disebut malt, yakni keadaan di mana akar belum keluar dari biji-biji. Malt lalu
dikeringkan di dalam klin dan secara hati-hati di-croched dengan
mesin. Malt yang diperoleh sesudahnya disebut grist, selanjutnya dimasukkan ke
dalam proses mashing.
Pada fase kedua dilakukan mashing yakni proses ekstrasi bahan terlalur
dalam malt yaitu pati (starch) yang akan diuraikan langsung oleh enzim amilase
menjadi maltosa. Protein dan polisakarida lainnya ikut pula terekstrasi, hal ini
akan mempengaruhi mutu hasil akhir. Proses mashing selanjutnya ialah

8
mencampur grist dengan air dan diaduk perlahan pada suhu 50 – 70oC selama 1 –
3 jam. Suhu sekitar 65 – 70oC cocok untuk penguraian pati menjadi maltosa,
sedangkan suhu yang lebih rendah akan menyebabkan penguraian protein dan
polisakarida lainnya. Suhu, waktu dan cara mashing berbeda-beda menurut daerah
asal ir. Sesudah mashing hasil larutan ekstrak sekarang disebut wort.
Pada fase ketiga, wort ditambahkan dengan bunga hop, lalu dipanaskan
agar enzim tidak aktif dan protein mengendap. Wort yang sudah dipanaskan,
didinginkan dan dipisahkan dari materi-materi yang tidak larut kemudian dialirkan
ke dalam bejana untuk difermentasi. Dalam bejana fermentasi, wort diaeransi,
diinokulasi dan difermentasi. Aeransi bertujuan untuk menstimulir pertumbuhan
khamir, manambah jumlah sel-sel dan mendorong sintesa enzim ragi untuk
mengabsorpsi dan melakukan metabolisme. Kondisi fermentasi berlangsung
dalam keadaan anaerob. Tergantung pada macam bir yang akan dihasilkan.
Fermentasi biasanya memakan waktu sampai 8 hari lamanya.
Setelah fermentasi sempurna, khamir dipisahkan dengan cara
pengendapan, sentrifugasi dan pengeringan. Bir kemudian dimasukkan ke dalam
tong-tong penyimpanan untuk proses pematangan lebih lanjut, yang memakan
waktu kurang lebih 1 – 4 minggu pada suhu 5oC. Sesudah itu bir dibotolkan atau
dikalengkan, dipasteurisasi dan siap untuk dipasarkan.
II.1.6.2 Pembuatan Anggur
Anggur adalah hasil fermentasi khamir dari gula, glukosa dan fruktosa
yang terdapat di dalam anggur atau jenis buah yang lain. Khamir anggur tumbuh
dengan baik pada keasaman yang tinggi (pH 3 – 4), dan dapat bertahan pada kadar
alkohol lebih dari 10% dan SO2 yang ditambahkan untuk menghambat bakteri
pemusuk. Anggur yang diperoleh dari buah anggur itu ada yang merah dan ada
yang putih. Anggur merah adalah hasil fermentasi anggur dengan kulit buahnya
sedangkan anggur putih adalah tanpa kulit buah.
Dalam produksi anggur merah, anggur dihancurkan untuk mengeluarkan
sarinya. Kalium atau natrium metabisulfit ditambahkan pada sari anggur yang
disebut must untuk menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan khamir liar.
Kalium dan natrium metabisulfit tadi mengandung 100 ppm SO2.

9
Sari anggur atau must (sari anggur yang belum beragi) jika dibiarkan
begitu saja akan berfermentasi secara alamiah oleh khamir yang terbawa anggur.
Untuk menjamin kelsngsungan fermentasi yang dikehendaki, ditambah khamir
khusus yakni Salah satu jenis ragi yang digunakan dalam pembuatan bir adalah S.
cerevisiae.
Kondisi selama fermentasi segera berubah menjadi anaerob untuk
mendorong berlangsungnya fermentasi alkohol. Suhu fermentasi berkisar antara
20 – 25oC, yang memakan waktu beberapa minggu. Kandungan alkohol akan
meningkat menjadi kira-kira 10 – 15% dan membantu mengekstrasi pigmen
merah dari buah, yang menyebabkan anggur tersebut berwarna merah. Kulit
(pulp) buah yang tidak larut akan terapung di atas cairan anggur. Setelah
fermentasi sempurna kulit tersebut dibuang, kemudian dimatangkan di dalam tong
kayu dan biasanya flavornya ikut terbentuk.
Pembuatan anggur putih sama saja dengan pembuatan anggur merah,
hanya saja kulit buah dan pulp dibuang terlebih dahulu sebelum fermentasi dan
suhu dipertahankan antara 10 – 15oC.
Dalam proses pembuatan anggur (wine) terjadi proses pemecahan gula
menjadi alkohol dan CO2 akibat dari aktifitas enzim yang dihasilkan oleh sel
khamir. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan selama proses fermentasi
berlangsung adalah: pemilihan khamir, nutrien, kosentrasi gula, keasaman,
pemberian oksigen dan suhu dari perasan buah anggur tersebut. Khamir yang
digunakan pada proses fermentasi ini harus tahan terhadap kadar alkohol yang
tinggi dan mampu beradaptasi dengan SO2. Serta diharapkan mampu
menghasilkan alkohol yang tinggi dan menghasilkan asam yang rendah. Selain
itu, suhu juga berpengaruh terhadap fermentasi wine. Suhu yang cocok untuk
proses ini adalah dibawah 30oC. Semakin rendah suhu fermentasi maka semakin
tinggi pula alkohol yang akan dihasilkan. pH yang digunakan untuk pertumbuhan
khamir adalah 4-4,5. Untuk menaikkan pH digunakan NaOH, dan untuk
menurunkan pH digunakan asam nitrat. Fermentasi anggur (wine) juga
dipengaruhi oleh kosentrasi garam logam dalam perasan. Pada kosentrasi yang
rendah akan menstimulir aktivitas dan petumbuhan khamir, sedangkan pada

10
kosentrasi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan sel khamir. Starter yang
ditambahkan pada perasan buah anggur yang akan difermentasi banyaknya 2-5%.
Karena hal tersebut dapat memperpendek fase adaptasi. Starter yang digunakan
sebaiknya mempunyai kadar alkohol lebih dari 4%. Hal ini berguna untuk
menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merusak atau mengkontaminasi.
Starter yang baik adalah starter dari biakan murni yang dapat diisolasi dari buah.
Media starter dibuat dari must yang sudah disterilisasikan antara 2-5% volume
dan yang telah diinokulasikan dengan khamir.

Gambar 2. Pemanfaatan Saccharomyces cerevisiae dalam minuman berakhohol

11
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Saccharomyces Cerevisae merupakan salah satu khamir yang sering sekali
dimanfaatkan untuk mengolah bebagai macam hal. Khamir yang dikenal juga
dengan sebutan ragi ini digunakan dalam bidang fermentasi tradisional seperti
makanan dan minuman contohnya tempe, tape, tuak, bahan-bahan kimia, protein
terapi, produk pharmaceutical agrikultur, biofuel, dan industri enzim. Selain itu
juga digunakan untuk pembuatan roti dan produksi minuman beralkohol (bir dan
anggur), bahkan sudah digunakan sejak tahun 7000 SM. Pada industri minuman
beralkohol, S. Cerevisae ditambahkan setelah bahan baku (barley atau anggur)
memasuki bejana fermentasi. Dalam bejana fermentasi, Wort diaeransi, inokulasi
dan fermentasi. Aeransi bertujuan untuk menstimulir pertumbuhan khamir,
manambah jumlah sel-sel dan mendorong sintesa enzim ragi untuk mengabsorpsi
dan melakukan metabolisme. Kondisi fermentasi berlangsung dalam keadaan
anaerob. Tergantung pada macam minuman beralkohol yang akan dihasilkan.
Setelah fermentasi sempurna, khamir dipisahkan dengan cara pengendapan,
sentrifugasi dan pengeringan.
III.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu diharapkan
pembaca tetap bisa mendapatkan manfaat dari makalah sederhana ini. Bagi
penulis juga supaya dapat menyusun makalah dengan isi materi yang lebih baik
lagi kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto 2012, ‘Pemanfaatan Saccharomyces cerevisiae Dalam Industri


Alkohol’,(https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2012/01/01/pemanfaat
an-saccharomyces-cerevisiae-dalam-industri-alkohol/), Diakses
Diakses pada tanggal 11 Pada pukul 07.45 WIB
Fardiaz Srikandi. Mikrobiologi pangan 1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Mayasari 2012, (http://salamahligizi.blogspot.com/2012/04/saccharomyces-
cerevisiae.html), Diakses pada tanggal 11 Pada pukul 20.05 WIB

Sumarsih, Sri. 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas UPN “Veteran”. Yogyakarta.
Tamam Badrut 2016, ‘Materi Biologi Saccharomyces cerevisiae’,
(https://generasibiologi.com/2016/09/saccharomyces-cerevisiae.html),
Diakses pada tanggal 11 Pada pukul 07.30 WIB

13

Anda mungkin juga menyukai