.Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini, Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat :
1. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan berupa
material dan spiritual.
2. Dosen kami, bapak Dr. Ir. Bambang Trisakti, M.Si
3. Rekan-rekan yang terlibat dalam penyusunan tugas ini.
tugas ini berisi tentang pemilihan teknologi pemisahan dari beberapa
masalah yang ada, sehingga sangat membantu dalam proses pemisahan yang
menarik untuk dibahas.
Penulis menyadari bahwa di dalam tugas yang disusun, masih terdapat
beberapa kekurangan. Maka kami mohon kritik dan saran untuk membangun
tugas ini menjadi lebih baik lagi.
Medan,
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER HALAMAN.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................1
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 PEMULIHAN ANTIBIOTIK DARI KALDU FERMENTASI.............2
2.2 PEMISAHAN UAP ISOPROPANOL DARI UDARA DENGAN
DISTILASI.................................................................................................6
2.3 PEMULIHAN LUMPUR KAPUR DARI LARUTAN GARAM
DENGAN METODE EVAPORASI DAN KRISTALISASI................10
2.4 PEMULIHAN MINYAK KACANG KEDELAI DARI KACANG
KEDELAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
EKSTRAKSI............................................................................................13
2.5 PEMISAHAN PENGOTOR WARNA DARI SIRUP JAGUNG
KAYA FRUKTOSA.................................................................................15
2.6 PEMISAHAN METANA DARI KOTORAN HASIL
PENCERNAAN........................................................................................17
2.7 PEMILIHAN TEKNOLOGI PRODUKSI HIDROGEN
DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI NUKLIR............................21
2.8 PEMISAHAN ETILENBENZENA DAN STIRENA
MENGGUNAKAN PROSES DEHIDROGENASI...............................25
2.9 PEMISAHAN RAGI DARI BIR.............................................................27
2.10 SINTESIS KALIUM NITRAT...............................................................34
BAB 3. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................35
3.2 SARAN......................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
BAB 2. PEMBAHASAN
2
1. Adsorpsi dengan karbon aktif dilakukan pada pH 6 - 8 dengan
penambahan 1-2% (w/v) asam fosfat
2. Readsorpsi eluat dari karbon aktif pada pH 7
3. Elusi dengan acidifled methanol
4. Evaporasi pada tekanan rendah.
5. Presipitasi Streptomisin pengendapan dengan penambahan aseton pada
eluat.
Senyawa yang membuat kaldu fermentasi merupakan bahan baku utama yang
diperlukan untuk produksi antibiotik. Kaldu ini adalah larutan berair terdiri dari
semua bahan yang diperlukan untuk proliferasi mikroorganisme. Biasanya, berisi
sumber karbon seperti molase, atau makanan kedelai, yang keduanya terbuat dari
gula laktosa dan glukosa. Bahan-bahan ini dibutuhkan sebagai sumber makanan
bagi organisme. Nitrogen adalah senyawa lain yang diperlukan dalam siklus
metabolisme organisme. Untuk alasan ini, garam amonia biasanya digunakan.
Selain itu, jejak unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang tepat dari
antibiotik yang memproduksi organisme disertakan. Ini adalah komponen seperti
fosfor, belerang, magnesium, seng, besi, dan tembaga diperkenalkan melalui
garam larut dalam air. Untuk mencegah berbusa selama fermentasi, agen antibusa
seperti octadecanol, dan silikon digunakan.
Tabel 1. Efek pH Terhadap Efisiensi Adsorpsi Streptomisin
Jenis karbon aktif yang paling cocok digunakan untuk adsorpsi streptomisin
dari filtrat kultur adalah Farnell 14. Perbandingan jumlah arang dan filtrat kultur
yang digunakan adalah 1% (wv). Filtrat kultur yang digunakan adalah 148 µg/ml.
Pada pH kurang dari 6, pigmen adsorpsi meningkat sementara total padatan dan
streptomisin yang teradsorpsi berkurang. Pada pH 2, diperoleh filtrat bebas
3
pigmen tanpa adanya adsorpsi streptomisin adsorpsi yang signifikan. Efek dari pH
kultur filtrate terhadap efisiensi adsorpsi dapat dilihat pada Tabel 1.
Adsorpsi streptomisin dapat dilakukan dengan mengalirkan kaldu hasil
fermentasi ke dalam static charcoal beds maupun dengan charcoal suspensions.
Efisiensi adsoprsi melalui kedua metode tersebut tidak jauh berbeda. static
charcoal beds dapat digunakan untuk proses adsorpsi yang berulang tanpa
adanya akumulasi padatan yang berarti. Satu bed dapat digunakan untuk tujuh
kali proses adsorpsi.
Setelah tersuspensi selama 30 menit, dilakukan filtrasi dengan membilas bed
dengan pembilasan dengan metanol netral. Tujuan pembilasan dengan metanol
netral adalah untuk menghilangkan material yang tidak aktif dan menurunkan
kadar air dalam charcoal bed akan menghasilkan endapan streptomisin
hidroklorida yang lengket.
Elusi dipengaruhi oleh suspensi karbon aktif yang telah dibilas dalam metanol
yang mengandung 2% (vv) HCI (pH 1,5 – 2,0) dengan pengadukan selama 30
menit. pH larutan dicek setelah diaduk selama 15 menit, usahakan agar pH
mencapai 1,5 (tambahkan asam bila perlu). Karbon aktif yang telah terpakai
kemudian dipisahkan dengan filtrasi dan charcoal bed dibilas 3 kali dengan 5
volume acid-methanol. pH eluat dibuat mencapai 6 dengan menambahkan 80%
(wv) soda kaustik. Kalsium fosfat yang terbentuk kemudian diendapkan.
Eluat yang telah difiltrasi dan dinetralkan kemudian dipekatkan hingga
mencapai 1/8 volume awal melalui proses evaporasi tekanan rendah pada 30 -
40°C yang dilanjutkan dengan proses filtrasi. Material tak aktif seperti natrium
klorida dibuang pada saat pe,mekatan. Penambahan aseton sebanyak 5 kali
volume konsentrat akan menghasilkan endapan putih berupa streptomisin
hidroklorida. Endapan ini kemudian disaring dan dikeringkan pada tekanan
rendah. Kehilangan streptomisin pada proses pemurnian tidak lebih dari 1%.
Efisiensi keseluruhan proses ini dimulai dari filtrat kultur hingga menjadi endapan
sebesar 40%.
4
Gambar 1. Seluruh Proses Ekstrasi dan Pemurnian Antibiotik
5
2.2 PEMISAHAN UAP ISOPROPANOL DARI UDARA DENGAN
DISTILASI
6
Isopropil alkohol merupakan solven yang penggunaanya cukup besar di
industri. Diperkirakan 50% IPA telah diaplikasikan sebagai solven pada tahun
1992. Mengingat harga IPA relatif lebih tinggi dibandingkan pelarut jenis alkohol
lain, untuk itu cara yang umum dilakukan adalah dengan merecovery IPA sebagai
solven kembali. Proses recovery yang dilakukan adalah proses distilasi biasa.
Dalam hal ini, distilasi biasa belum cukup efisien untuk menghasilkan IPA dengan
kemurnian tinggi. Ada beberapa metode untuk mengatasi azetrop ini, misalnya
dengan extractive distillation. Proses ini efektif untuk meningkatkan kemurnian
IPA di atas titik azeotropnya Karena proses ini tidak melibatkan entrainer dan
penggunaan adsorben lebih efisien karena mudah diregenerasi secara termal.
Pemilihan jenis adsorben didasarkan pada jenis zat yang akan diadsorpsi. Karena
dalam hal ini yang diadsorpsi adalah air, maka dipilih jenis adsorben yang
hidrofilik, dan kita akan membandingkan kemampuan adsorpsi dalam sistem IPA-
Air antara silika gel dan zeolit alam. roses ini terdapat dua kolom distilasi dan satu
kolom adsorben yang terletak diantara kedua kolom distilasi tersebut. Pada kolom
distilasi pertama akan menghasilkan distilat yang berapa dibawah komposisi titik
azeotrop. Kemudian distilat akan melewati adsorben. Adsorben akan menyerap
salah satu komponen ( air ) sehingga kemurnian IPA naik dan dapat melewati titik
azeotrop . Terakhir di kolom distilasi kedua distilat dimurnikan lagi kadarnya.
Isopropil alkohol dapat dijadikan aseton dengan proses distilasi. Karena udara
memiliki banyak komponen campuran salah satunya uap air, maka dapat
dilakukan preparasi bahan baku untuk kemudian dipisahkan kandungan-
kandungan yang tidak diperlukan (Kuncoro, 2017).
7
Bahan baku isopropil alkohol dengan kemurnian 88% disimpan dalam
tangki penyimpanan (T-01) pada suhu 30oC, tekanan 1 atm. Bahan baku akan
dicampur dengan hasil atas menara distilasi II (D-04) yang berupa isopropil
alkholdi dalam mixer I (M-01), kemudian dialirkan ke vaporizer (V-01) untuk
diuapkan.Setelah di uapkan umpan akan disalurkan ke furnace untuk dipanaskan
hinggan mencapai kondisi operasi reaktor, yaitu pada suhu 350oC, tekanan 2 atm.
Tahap ini bertujuan untuk mereaksikan isopropil alkohol dengan reaksi
menghilangkan atom hidrogen (dehidrogenasi) menjadi aseton, di mana produk
yang dihasilkan berbentuk gas pada suhu 350oC.Unit pembentukan aseton ini
dijalankan dalam reaktor fixed bed (R-01) yang beroperasi pada suhu 350oC,
tekanan 2 atm. Sebagai katalis digunakan zinc oksida dengan pertimbangan bahwa
reaksi dapat mencapai hasil konversi yang tinggi, yaitu 85% dari total isopropil
alkohol yang masuk reaktor. Gas keluar reaktor pada suhu 350oC. Keluar dari
reaktor, gas dialirkan ke vaporizer (V-01) sebagai pengganti steam, kemudian gas
masuk dalam heat exchanger (E-01) untuk diturunkan suhunya hingga 119oC,
lalu dialirkan ke cooler (E-02) untuk diturunkan lagi suhunya hingga 33oC.
Campuran gas-cair diumpankan ke flash drum (D-01) untuk dipisahkan antara
fase gas dan fase cairnya. Hasil bawah menara distilasi I (D-03) selanjutnya
diumpankan ke manara distilasi II (D-04) untuk memisahkan isopropil alkohol
dari impuritas air (Kuncoro, 2017).
8
Kelebihan proses ini adalah metode pemisahan dimana distilasi dan
adsorpsi dilakukan secara simultan, kemurnian IPA didapat lebih tinggi,
penambahan komponen tidak dicampurkan bersamaan dengan dengan larutan, dan
memiliki kekurangan menimbulkan dampak secara ekonomis, yaitu penambahan
entrainer dan proses pemisahan kembali, tempat yang terpisah untuk proses
pemurnian ulang, dan cenderung mahal.
Alat dan utilitas yang dipakai pada proses ini diantaranya adalah mixer,
menara distilasi, vaporizer, furnace, reaktor, absorber, steam, heat exchanger,
dan lain-lain. Untuk mendapatkan zat dengan tingkat kemurnian lebih, ada
baiknya proses pemisahan dilakukan dengan multiproses sehingga produk yang
dihasilkan lebih maksimal.
Proses pemisahan komponen udara dapat diaplikasikan dalam industri
dengan menerapkan konsep azeotropik untuk membuat produk baru seperti
aseton, etanol, dan produk turunan. Bahkan produk samping dari proses
pemisahan dengan distilasi yang berupas gas H2 dapat dijual kembali.
9
2.3 PEMULIHAN LUMPUR KAPUR DARI LARUTAN GARAM
DENGAN METODE EVAPORASI DAN KRISTALISASI
10
Adapun cara yang dilakukan untuk pemulihan larutan garam dari pengotor
(lumpur kapur) adalah dengan metode evaporasi dan kristalisasi.Evaporasi adalah
salah satu kaedah utama dalam industri kimia untukmemekatkan larutan yang
encer. Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di da lam
keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air).
Sisa penguapan pada larutan yang mengandung mineral tertentu ini akan menjadi
Kristal-kristal garam mineral.Selanjutnya adalah proses kristalisasi. kristalisasi
adalah proses pembentukan fase padat(kristal) komponen tunggal dari fase cair
(larutan atau lelehan) yang multikomponen, dan dilakukan dengan cara
pendinginan, penguapan dan atau kombinasi pendinginan dan penguapan. Proses
pembentukan kristal dilakukandalam tiga tahap, yaitu :
11
Pemisahan secara fisika dilakukan dengan cara memasukkan garam kesebuah
tangki terbuka yang terus menerus dimasukkan air bahkan sampaimelimpah.
Dengan cara sederhana seperti ini, kristal garam memang sengaja dilarutkan lalu
secara fisika di dalam tangki akan terbentuk 3 lapisan. Di dasar tangki biasanya
akan terbentuk endapan garam (kadang bentuknya adalah bongkahan
yang keras dan padat) karena temperatur di dasar lebih rendah. Di bagian tengah
adalah larutan garam encer yang relatif sudah lebih murni.Di bagian atas, di
permukaan air akan melayanglah zat-zat pengotor yang berwarna coklat. Melalui
air yang dimasukkan terus menerus, akan mengakibatkan zat-zat pengotor dan
busanya meluap keluar tanki untuk dibuang (Muharam dan Tivana,2011).
12
2.4 PEMULIHAN MINYAK KACANG KEDELAI DARI KACANG
KEDELAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI
Minyak kedelai adalah minyak nabati yang dihasilkan dari biji kedelai.
Minyak kedelai merupakan salah satu minyak goreng yang paling banyak
digunakan. Selain itu, minyak kedelai juga digunakan sebagai minyak
pengering (drying oil).
Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polangan yang menjadi bahan
dasar makan seperti kecap, tahu dan tempe, tauco, taoji, susu kedelai, dan tauge.
Kedelai merupakan sumber bahan pangan nabati dimana untuk setiap 100 gram
bahan kering terdiri dari 35 gram protein, 35 gram karbohidrat, 18-20 gram
lemak, serta kandungan gizi lainya. Menurut Pryde (1980) komposisi kedelai
terdiri dari protein 40%, lipid 20%, selulosa dan hemi selulosa 17%, gula 7%,
serat kasar 5%, dan abu 6%. Dari kandungan lemak yang ada, 85 persen dari
jumlah tersebut terdiri dari asam lemak tidak jenuh yang bebas kholestrol.
Disamping itu di dalam lemak atau minyak kedelai terkandung beberapa
posfolipida penting yaitu lesitin, sepalin dan lipositol. Karena tinggi kandungan
minyaknya, maka kedelai merupakan sumber minyak makan yang penting. Dalam
mengindentifikasi kandungan lemak atau minyak pada suatu bahan terlebih
dahulu kandungan minyak atau lemaknya harus dipisahkan. Pada pemisahan ini
dapat digunakan berbagai macam pelarut organik. Dengan kondisi kerja dan
pelarut yang sesuai maka dapat diharapkan hasil yang maksimal dengan tingkat
kemurnian yang tinggi. (Isa., 2011).
Pemulihan minyak nabati merupakan peluang penerapan produksi bersih
(cleaner production) dan penghematan biaya dalam industri pengolahan minyak
nabati. Berbagai metode pemulihan minyak telah dikembangkan, antara lain
soxhlet extraction, membrane technology, subcritical water technology, dan
supercritical fluid extraction Di antara metode tersebut, metode ekstraksi
menggunakan pelarut merupakan yang paling disukai dan banyak digunakan
karena lebih ekonomis tanpa memerlukan tambahan teknologi mahal Pemilihan
pelarut yang cocok, didasarkan pada senyawa organik dalam minyak nabati
merupakan keputusan paling penting dalam proses ekstraksi (Muslich et al., 2018)
13
Penelitian menunjukan bahwa kandungan minyak yang didapatkan dengan
metode solvent extraction lebih besar dibanding supercritical extraction (SC-CO2)
yaitu sebesar 30% (Muslich et al., 2018) Oleh sebab itu, dengan menggunakan
salah satu metode dari solvent extraction dengan jenis pelarut n-heksana teknis.
Pemilihan pelarut heksan disebabkan minyak dan pelarut memiliki tingkat
kepolaran yang sama. Selain itu, titik didih heksan yang rendah mempermudah
proses pemisahan minyak dengan pelarut dan menghindari kerusakan minyak.
Pelarut n-hexane juga merupakan pelarut pilihan selama beberapa dekade karena
kinerjanya yang sangat baik dalam mengekstraksi residu minyak terutama minyak
nabati. (Muslich et al., 2018).
Metode ekstraksi refluks menghasilkan rendemen lebih tinggi
dibandingkan maserasi. keuntungan refluks dibandingkan soxhletasi adalah
pelarut yang digunakan lebih sedikit sehingga lebih ekonomis dan dapat
mengekstrak bahan lebih banyak. Oleh sebab itu, dipilih metode ekstraksi refluks
sebagai perbaikan dari kedua metode tersebut (Muslich et al., 2018).
Jadi dari literasi yang ada dapat diketahui metode pemulihan minyak
kacang kedelai dari kacang kedelai yang paling cocok adalah dengan cara
ekstraksi.
14
2.5 PEMISAHAN PENGOTOR WARNA DARI SIRUP JAGUNG KAYA
FRUKTOSA
Sirup jagung, atau disebut juga sirup glukosa, merupakan larutan gula
murni dalam air pati jagung yang dikentalkan sehingga mencapai DE (dextrose
equivalent) 20 atau lebih. Sirup jagung dapat dibuat dengan menghidrolisis pati
secara non-enzimatis (dengan asam) dan secara enzimatis.Sirup jagung memiliki
sifat bersih, manis, dan mudah digunakan dalam berbagai pengolahan pangan.
Kemanisan sirup jagung dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kandungan
garam dan trace mineral, pH, kadar padatan, dan suhu. Semakin bersih sirup
jagung semakin manis rasanya (Winarno,2018).
Untuk prosesnya pembuatannya pertama sekali dilakukan mixing. Mixing
adalah proses pencampuran antara tepung tapioka, air, dan enzim liquozyime
menjadi campuran yang homogen langkah selanjutnya adalah Liquidifikasi.
Liquifikasi adalah proses hidrolisis larutan pati pada suhu dan pH tertentu
oleh enzim liquozyme. Melalui proses ini,enzim akan aktif dan di ubah menjadi
dekstrin.lalu dilakukan proses sakarifikasi. Proses sakarifikasi adalah pengubahan
dekstrin menjadi disakarida dengan penambahan enzim pada
pH dan suhu tertentu. Tujuan dari proses ini adalah melanjutkan melanjutkan
hidrolisis pati untuk memperoleh larutan gula dengan target dextrose equivalent
(derajat kemanisan gula) berkisar antara 38-40%. Dilanjutkan dengan proses
filtrasi. Filtrasi adalah proses pemisahan padatan dari cairan menggunakan
medium berpori dengan cara meneruskan cairannya dan
dengan padatannya tersebut. Proses ini bertujuan untuk menyaring kotoran
yang terdapat dalam larutan gula sehingga diperoleh larutan gula yang berwarna
kuning jernih. Alat yang di pergunakan dalam proses filterasi adalah leaf filter.
Selanjutnya adalah proses pertukaran ion (ion Exchanger) . Proses pertukaran ion
dimana pada proses ini, ion yang
terkandung dalam larutan gula akan diikat atau ditukar oleh ion sejenis pada
permukaan resin. Tujuan dari pertukaran ion ini adalah menghilangkan zat-zat
warna. Zat-zat warna tersebut dapat timbul karena perpecahan gula ataupun bukan
gula yang terjadi selama proses berlangsung karena pengaruh pH, suhu dan
waktu. Hanya sebagian kecil dari bahan tersebut terbawa ke dalam proses dari
15
bahan bakunya sendiri.Pada proses ini Alat yang dipergunakan adalah 3 buah
tangki pertukaran ion yang terdiri dari pertukaran, tangki kation, tangki
pertukarananion, pertukaran mixed bed (kation dan anion). Larutan gula hasil
filtrasi dialirkan ke tangki pertukaran kation
melalui heat exchanger agar suhu larutan turun . larutan gula kemudian dialirkan
ke tangki pertukaran anion yang mana ion-
ion positif dalam larutan akan diikat oleh resin penukar anion yang bermuatan
negatif. Selanjutnya larutan gula dialirkan ke tangki penukar mixed bed
Resin dalam tangki ini akan bekerja ganda yaitu mengikat ionion positif maupun
negatif yang lolos dari resin anion dan kation sebelumnya. Dan dengan
penukaran ion melalui resin anion dan kation maka warna larutan gula yang
dihasilkan menjadi lebih jernih.(Mulyono,2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa proses pemisahan pengotor warna dari sirup
jagung kaya fruktosa itu dapat dilakukan dengan proses filtrasi dan proses
pertukaran ion.Dimana Zat-zat warna pengotor tersebut timbul karena perpecahan
gula ataupun bukan gula yang terjadi selama proses berlangsung. Proses filtrasi
akan menyaring kotoran yang terdapat dalam laruta gula sehingga diperoleh
larutan gula yang berwarna kuning jernih yang dilanjutkan dengan proses
pertukaran ion yang akan menghilangkan zat-zat warna.
16
2.6 PEMISAHAN METANA DARI KOTORAN HASIL PENCERNAAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumber daya alam yang
melimpah yang dapat dijadikan sumber energi. Ada berbagai macam sumber
energi yang dapat dimanfaatkan di negara ini. Seiring dengan perkembangan
zaman, sudah banyak sumber energi yang mulai dikembangkan. Hal ini
dikarenakan mulai menipisnya cadangan bahan bakar minyak sebagai salah satu
sumber energi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Dari berbagai
sumber energi yang dikembangkan, biogas merupakan salah satunya.
Pengembangan biogas sebagai sumber energi alternatif didasari dari banyaknya
bahan baku pembuatan biogas yang dapat dimanfaatkan. Selain jumlahnya yang
banyak, bahan baku pembuatan biogas juga mudah ditemukan. Sebagai contoh
kotoran hewan khususnya sapi sekalipun dapat dijadikan sebagai bahan baku
dalam pembuatan biogas.
Komposisi biogas didominasi oleh gas metana (50-70%), gas karbon
dioksida (30-40%), dan gas lainnya (H2S, H2O) dalam jumlah kecil . Biogas
diproduksi melalui proses fermentasi anaerob senyawa organik, seperti kotoran
hewan, kotoran manusia, serta sampah biomassa.
Sebagai contoh produksi gas metana dari seekor sapi dapat mencapai
49,80 kg/ekor/tahun, dengan dasar perhitungan bahwa energi gas metana yang
terbentuk adalah 8% dari energi yang dikonsumsi ternak.
Pemanfaatan biogas yakni dalam masalah kalor pembakarannya. Kalor
pembakaran dengan menggunakan bahan bakar biogas sangat bergantung pada
persentase kandungan gas metan dan gas karbondioksida. Biogas dengan
komponen gas pengotor seperti CO2, H2O, dan Hidrogen sulfida (H2S) yang
tinggi, dapat menyebabkan penurunan nilai kalor. Teknologi yang dikembangkan
bisa diklasifikasikan berdasarkan CO2 yang terkandung di dalamnya. Oleh karena
itu, digunakan upaya pemurnian biogas. Upaya pemurnian biogas ini
dimaksudkan sebagai upaya pemurnian metana dari zat pengkotor lainnya dan
juga meningkatkan kadar metana yang berada dalam biogas.
Beberapa teknologi pemurnian biogas telah dikembangkan dengan
berbagai macam metode, di antaranya water scrubbing, chemical absorption,
membrane purification, dan adsorption technology. “Teknologi adsorpsi pada
17
biogas merupakan teknologi yang menggunakan prinsip adsorpsi penyerapan gas
terutama CO2 sehingga persentase kandungan CH4 di dalam biogas akan
meningkat”. Adsorpsi merupakan proses molekul-molekul fluida menyentuh dan
melekat pada permukaan padatan. Adsorpsi merupakan fenomena fisik yang
terjadi saat molekul-molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan
padatan dan sebagian dari molekul-molekul itu mengembun pada permukaan
padatan tersebut. Substansi yang terserap pada permukaan didefinisikan sebagai
adsorbat dan material tempat adsorbat terakumulasi didefinisikan sebagai
adsorben . Teknologi adsorpsi pada pemurnian biogas dapat menggunakan
adsorben (padatan) seperti karbon aktif maupun zeolit sebagai penyerap CO2.
Karbon aktif merupakan salah satu adsorben yang telah digunakan dalam
industri kimia. Salah satu potensi karbon aktif yaitu dapat digunakan sebagai
pemurnian biogas. Luas permukaan karbon aktif berkisar antara 300 sampai 2000
m2 /g. Hal tersebut berhubungan dengan struktur pori-pori internal yang
menyebabkan karbon aktif mempunyai sifat sebagai adsorben. Karbon aktif dapat
mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya
selektif bergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya
serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25-100% terhadap berat karbon aktif.
Alat yang dibuat untuk pemurnian biogas adalah kolom adsorpsi
berkapasitas 2,43 L (diameter 8 cm, tinggi 48,36 cm). Peralatan yang digunakan
dalam pembuatan alat tersebut, antara lain kran, timbangan, bor dan bahan-bahan
yang digunakan dalam pembuatan alat tersebut, antara lain pipa PVC 4 inci
(digunakan sebagai media proses adsorpsi), karbon aktif (digunakan sebagai
bahan penyerap gas CO2), tutup pipa (digunakan sebagai penutup pipa bagian atas
dan bawah), selang silikon (digunakan sebagai penyalur gas), ram nyamuk
(digunakan sebagai penyangga karbon aktif), dan biogas.
18
Gambar 6. Rangkaian Proses pengujian Alat
(Iriany dan Ari, 2014)
19
Gambar 8. Kandungan Biogas Sesudah Masuk Absorber
(Iriany dan Ari, 2014)
Dapat disimpulkan bahwa kandungan metana dalam biogas setelah
memasuki kolom absorber yang telah dirancang mengalami peningkatan yang
signifikan. Ini artinya absorbsi merupakan cara pemisahan yang tepat untuk
memisahkan metana dari kandungan biogas/ kotoran hasil pencernaan makhluk
hidup.
20
2.7 PEMILIHAN TEKNOLOGI PRODUKSI HIDROGEN DENGAN
MEMANFAATKAN ENERGI NUKLIR
21
Sejumlah besar hidrogen diperlukan dalam industri petrokimia (hidrodealkilasi,
hidrodesulfurisasi, hydrocracking) dan kimia (amoniak, asam klorida). Hidrogen
juga digunakan sebagai bahan hidrogenasi, terutama dalam peningkatan
kejenuhan dalam lemak tak jenuh, minyak nabati dan dalam produksi metanol.
Saat ini, hidrogen juga digunakan sebagai fuel-cell untuk kendaraan.
22
Elektroda yang berupa katoda dan anoda ditempatkan dalam larutan KOH
sehingga terjadi perpindahan elektron. Hidrogen akan terbentuk pada katoda dan
oksigen akan terbentuk pada anoda. Dekomposisi air terjadi pada suhu 25oC dan
tekanan atmosfer pada tegangan 1,23 Volts [7]. Elektrolisis menggunakan listrik,
maka efisiensi termal keseluruhan dari proses meliputi efisiensi PLTN dan
efisiensi elektrolisis itu sendiri.Efisiensi proses elektrolisis pada umumnya sekitar
80%, tetapi efisiensi PLTN hanya sekitar 34%. Kisaran efisiensi termal yang
memungkinkan untuk elektrolisis adalah 25-45%.
Saat ini sedang dikembangkan elektrolisis, untuk dioperasikan pada suhu tinggi
(700-900oC), menggantikan beberapa inputan listrik dengan energi termal[7].
Energi panas lebih murah dari pada energi listrik, maka biaya produksi H2 dengan
metode ini diharapkan dapat lebih murah dari pada elektrolisis konvensional.
Namun dalam tahap awal pengembangan, teknologi ini memerlukan biaya modal
sangat tinggi yaitu 1300$/kW[7]. Instalasi elektrolisis dengan suhu tinggi
memerlukan lokasi yang berdekatan dengan PLTN, karena PLTN yang
menyediakan energi panas. PLTN yang digunakan pada metode ini adalah tipe
RST.
23
Teknologi produksi hidrogen dengan memanfaatkan energi nuklir, yaitu
elektrolisis, steam reforming dan termokimia siklus sulfur-iodine, masing-masing
mempunyai keuntungan dan kerugian. Hasil studi menggunakan pembobotan nilai
menyimpulkan bahwa teknologi steam reforming adalah lebih unggul dibanding
dengan yang lain ditinjau dari biaya produksi, biaya modal, biaya energi, status
teknologi, keramahan terhadap lingkungan, efisiensi dan material yang digunakan,
sehingga teknologi ini lebih menjadi pilihan untuk produksi hidrogen.
24
2.8 PEMISAHAN ETILENBENZENA DAN STIRENA
MENGGUNAKAN PROSES DEHIDROGENASI
25
Reaksi dehidrogenasi merupakan reaksi endotermis. Panas untuk reaksi
ditambahkan melalui pipa-pipa dan pemanasan umpan. Proses dehidrogenasi ini
membutuhkan supplay panas untuk menjaga suhu reaksi. Pemilihan katalis
didasarkan atas kondisi reaksi yang bersifat highly endothermic. Katalis yang
digunakan adalah Fe2O3 yang cocok digunakan pada reaksi suhu tinggi (550–
670oC). Katalis menurun keaktifannya seiring dengan berkurangnya umur hidup
katalis sehingga secara periodik perlu dilakukan regenerasi katalis.
26
2.9 PEMISAHAN RAGI DARI BIR
27
Gambar 13. Proses Fermentasi Bir
Untuk pemisahan bir dan pemurnian ragi hingga 20% DM, proses kontinyu
menggunakan membran telah dikembangkan. Proses ini memisahkan bir dari ragi
menggunakan MF cross-flow dengan modul plate-andframe atau tubular. Biaya
investasi dan operasi dari proses perolehan kembali bir dibayar oleh bir yang
dipisahkan dari ragi. Untuk tempat pembuatan bir dengan produksi tahunan 2 juta
hl, bir yang didapat sebanyak 24000 hl atau sekitar 1% dari produksi tahunan
(Lipnizki 2005). Terlebih lagi, ragi yang didapatkan lebih kering sehingga
membantu pemrosesan selanjutnya. (Delvira, 2015).
Oleh sebab itu, proses hilir yang meliputi maturasi bir, klarifikasi bir,
stabilisasi bir, dan karbonasi perlu dilakukan. Maturasi bir meliputi fermentasi
sekunder dan penyimpanan dalam lingkungan bertemperatur rendah. Klarifikasi
bir bertujuan menghilangkan senyawa-senyawa penyebab timbulnya kabut pada
bir hijau. Kabut ini terbentuk dari sel ragi, partikel-partikel koloid dari kompleks
protein-tannin, dan zat-zat tidak terlarut lainnya yang tersisa dari proses
fermentasi. Protein yang kaya prolin berikatan secara nonkovalen dengan
polifenol menghasilkan partikel aktif kabut. Ukuran partikel aktif kabut
bergantung kepada jumlah polifenol, pH, dan konten alkohol pada bir.
Untuk menghilangkan kabut, metode yang dapat dilakukan adalah: Klarifikasi
bir dapat menggunakan metode sedimentasi, penambahan fining agents, filtrasi,
sentrifugasi, maupun dengan teknologi ultrasonik.
28
1. Sedimentasi
Proses sedimentasi pada klarifikasi bir bertujuan menyebabkan
partikel-partikel padat tersuspensi mengendap dengan memanfaatkan gaya
gravitasi selama rentang waktu tertentu. Proses sedimentasi ini mengikuti
Hukum Stokes, di mana semakin besar ukuran partikel, semakin besar juga
laju sedimentasi.
Pada proses sedimentasi, partikel mengendap dengan nilai
percepatan tertentu hingga gaya hambat (drag force) sama dengan gaya
dorong (driving force). Saat gaya hambat sama dengan gaya dorong,
kecepatan pengendapan (settling velocity) menjadi konstan. Kecepatan
pengendapan pada saat ini disebut sebagai kecepatan terminal (terminal
velocity).
Nilai kecepatan pengendapan ini dapat dihitung melalui persamaan
:
0,5
2. PenggunaanFiningAgents
Peningkatan diameter partikel padatan pada klarifikasi bir dapat
dilakukan dengan penggunaan fining agents atau metode sentrifugasi.
Fining agents memiliki muatan netto positif karena struktur kimianya
sehingga dapat berinteraksi dengan sel ragi yang bermuatan negatif.
Akibatnya, flokflok lebih mudah terbentuk dan dapat diendapkan dari
cairan bir. Penghilangan flok-flok ini menambah stabilitas fisik dari bir.
Namun, penggunaan fining agents meningkatkan volume bawah tangki,
biaya pembersihan, dan volume bir yang hilang karena ikut terlarut pada
flok-flok. Fining agents yang umum digunakan adalah isinglass, gelatin,
asam tannin, silikat dan silika gel, tanah liat, ovalbumin, gluten gandum,
karbon aktif, kalium kaseinat, dan polivinilpolipirolidon (PVPP).
Isinglass adalah substansi bergelatin yang didapat dari membran
internal kandung kemih ikan. Komponen terbesar isinglass adalah kolagen
yang memiliki muatan positif bila didispersikan dalam bir. Rantai samping
29
kolagen akan menarik sel ragi yang bermuatan negatif sehingga
menghasilkan kompleks kolagen-ragi. Kompleks ini akan membentuk
flok-flok yang kemudian akan mengendap sehingga dapat dipisahkan dari
bir. Efektivitas isinglass dalam membantu proses sedimentasi ragi
bergantung kepada jenis ragi. Isinglass khususnya tidak direkomendasikan
untuk jenis ragi lager atau ragi bottom-fermented.
3. Filtrasi
Filtrasi bertujuan menghilangkan partikel-partikel tersuspensi yang
menyebabkan kabut pada bir. Partikel-partikel ini berada pada rentang
ukuran 0,5-4 m. Ukuran partikel ini penting untuk menyesuaikan
parameter filtrasi yang digunakan, contohnya adalah pori membran filtrasi.
Mekanismefiltrasidapatdibagi menjadi tiga tipe, yaitu surface
filtration, depth filtration melalui rintangan mekanis bagi partikel, dan
depth filtration melalui adsorpsi partikel. Surface filtration berarti partikel
dipisahkan.
berdasarkan ukuran pori karena partikel berukuran lebih besar dari pori
pada medium. Sementara itu pada depth filtration, partikel dilewatkan
pada matriks filtrasi. Partikel-partikel ini dapat terpisah secara mekanis di
pori atau terabsorpsi pada pemukaan internal pori di medium filtrasi.
Filtrasi dapat dilakukan pada dua atau lebih tahap setelah
fermentasi berlangsung. Tahap pertama filtrasi bertujuan menghilangkan
sel ragi dalam jumlah besar dan materi tersuspensi. Tahap pertama ini
umumnya disebut filtrasi primer atau pra-filtrasi. Tahap kedua filtrasi
bertujuan menghasilkan bir yang jernih. Tahap ini umumnya disebut
sebagai filtrasi sekunder atau filtrasi final.
Metode filtrasi bir yang paling populer adalah dengan
menggunakan filter aid. Metode filtrasi ini juga disebut sebagai metode
klarifikasi bir secara konvensional karena hanya menggunakan filter press
atau pressure vessel filter dengan filter aid. Filter aid yang umum
digunakan adalah tanah diatom. Mekanisme yang terjadi terdiri dari dua
tahap. Tahap pertama adalah pembentukan ikatan hidrogen antara gugus
30
karboksil protein dan gugus hidroksil tanah diatom. Tahap kedua adalah
absorspi molekul protein dalam pori tanah diatom yang berukuran 4-8 m.
Jumlah tanah diatom yang digunakan pada filtrasi bergantung kepada
kualitas bir hijau yang dihasilkan, teknologi yang digunakan, jenis agen
penstabilisasi yang digunakan, dan shelf life yang diinginkan pada bir.
Teknologi klarifikasi bir yang lebih baru adalah menggunakan
mikrofiltrasi secara crossflow karena menghilangkan kebutuhan akan filter
aid. Jenissistemcrossflow microfiltration (CFMF) yang secara komersial
digunakan untuk klarifikasi bir adalah membrane hidrofilik polyether
sulphone (PES), hollow-fibre (Norit and Pall), dan modul lembaran (Alfa
Laval). Namun, satuhal yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan
terjadinya fouling yang dapat menyebabkanlaju dan stabilitas filtrasi yang
lebihrendah. Fouling dapatdisebabkan oleh beberapahal, yaitu penutupan
pori (pore blocking), pembentukan cake (cake formation), penutupan pori
parsial (partial pore blocking), dan penutupanpori internal (internal
blocking). Laju permeat hasil filtrasi dapat berkurang bila terjadi minimal
satu dari keempat hal tersebut. Semakin tinggi tekanan yang terdapat di
antara membran, semakin tinggi laju permeat yang dihasilkan.
Namun, proses filtrasi cross-flow ini tidak ramah lingkungan. Hal
ini disebabkan karena metode cross-flow:
(1) memerlukan daya listrik yang lebih besar sehingga emisi gas karbon
dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil banyak dihasilkan
(2) memerlukan air yang banyak untuk pembersihannya
(3) membutuhkan enzim dan agen pengoksidasi dalam pembersihannya
yang berpotensi menjadi limbah.
Di samping kelemahan-kelemahannya, metode filtrasi juga
memiliki beberapa keunggulan :
(1) menghasilkan bir yang memilikidayatahan yang lebihbesar
(2) menghemat pemakaian fining agents, waktu, sumber daya manusia,
dan alat-alat yang dibutuhkan saat tahap klarifikasi bir
(3) menghasilkan bir yang umumnya telah terklarifikasi dengan baik
hingga residu yang paling kecil.
31
Sebenarnya, proses filtrasi sendiri kurang disukai pada proses
pembuatan bir. Hal ini disebabkan karena filtrasi dapat menghilangkan
sebagian senyawa penghasil aroma dan warna khas dari bir. Selain itu,
filtrasi juga meningkatkan laju oksidasi bir karena meningkatkan waktu
kontak bir dengan udara daripada bir yang tidak difiltrasi.
4. Sentrifugasi
Sentrifugasi merupakan metode yang populer digunakan untuk
mengurangi konten ragi pada bir. Sentrifugasi dapat dilakukan tanpa atau
dengan fining agents. Brewers yang sedang mengembangkan pengondisian
dingin dipercepat (accelerated cold conditioning) pada bir banyak
menggunakan sentrifugasi karena dapat lebih mengontrol jumlah ragi pada
bir dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk maturasi dan klarifikasi.
Selain itu, proses klarifikasi dan stabilisasi bir dapat menggunakan
teknologi sonik atau ultrasonik. Alat yang digunakan dapat berupa
generator ultrasonik udara-jet. Penggunakan metode ini tidak memerlukan
perlakuan khusus di rejim kavitasi. Oleh sebab itu, gelembung kavitasi
akan membawa gelembung-gelembung yang dihasilkan oleh generator
udara-jet. Pada proses ini, klarifikasi terjadi karena adanya gelombang
ultrasonik dan gelembung udara yang dihasilkan oleh generator udara-jet.
Proses klarifikasi menghasilkan bir paling baik bila teknologi ultrasonik
diterapkan dan larutan clarifier ditambahkan, contohnya adalah Bentonite
dan silika gel (Delvira,2015).
Pada proses pembuatan bir tradisional, klarifikasi bir setelah
fermentasi dan maturasi seringkali dilakukan dengan separator dilanjutkan
dengan filtrasi Kieselguhr. Proses tersebut terkait dengan penanganan dan
pembuangan bubuk serta efluen dalam jumlah besar. Untuk menangani
masalah ini, cross-flow MF dengan kaset plate-and-frame telah diadopsi
untuk menghilangkan ragi, mikroorganisme, dan kabut tanpa
mempengaruhi rasa dari bir. Salah satu terobosan di industri bir adalah
ditemukannya teknik “backshock” oleh penulis untuk mengatasi fouling
pada proses filtrasi bir. Teknik Backshock yang dikembangkan dapat
32
mencegah membran dari penyumbatan dan memungkinkan filtrasi dengan
fluks yang sangat stabil sehingga permasalahan fouling pada proses
klarifikasi bir dapat diatasi (Wenten dkk. 1996). Selain itu, melalui proses
membran tersebut, mutu protein bir terjaga dan limbah produksi pabrik bir
tak lagi mencemari lingkungan (Werden, 2016).
Berdasarkan SNI 7338-2009 tentang batas maksimum cemaran
mikroba dalam pangan, batas maksimum angka lempeng total atau ALT
(30°C, 72 jam) pada minuman beralkohol atau serupa adalah 1 x 102
koloni/ml. dalam beberapa jenis minuman beralkohol lain batasan
maksimum sel ragi per milliliter nya adalah 2 juta sel per milliliter. Kultur
khamir dibuat dalam keadaan aerob unrtuk memperoleh persentase
maksimum sel yang hidup, pada media “gula - wine” terdapat 100 - 150
juta sel per mililiter. Volume suspensi khamir yang ditambahkan harus
dapat menghasilkan sebanyak 1 sampai 1,5 juta sel per mililiter di dalam
botol.
33
2.10 SINTESIS KALIUM NITRAT
34
BAB 3. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan bahwa produk dapat dihasilkan dari beberapa proses
yang dikombinasikan untuk menghasilkan produk dengan proses paling efektif
baik dari segi pengolahan bahan secara kimia maupun fisika, efisiensi bahan
dasar, kondisi operasi yang sesuai untuk mendapat hasil produk sebanyak-
banyaknya, mensejahterakan karyawan, memberi untung untuk perusahaan dan
menghasilkan devisa.
3.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan adalah, melakukan study perbandingan
lebih jauh terhadap proses-proses yang semakin berkembang dalam industri kimia
dalam produksi lainnya guna mengembangkan ilmu pengetahuan dan terapan
dalam industri yang semakin berkembang kedepannya.
35
DAFTAR PUSTAKA
36