(ASISTEN) (DOSEN)
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BIOPROSES
Materi :
Bakteri Asam Laktat
________________________________________
Disusun oleh :
Muhammad Andiri Rachman
________________________________________
Group : 5 Kamis
Rekan Kerja : 1. Berlian Aulia Salsabila
2. Muhammad Ircham Alfareza
Materi :
Bakteri Asam Laktat
________________________________________
Disusun oleh :
Kelompok 5 Kamis
________________________________________
Group : 5 Kamis
Rekan Kerja : 1. Berlian Aulia Salsabila
2. Muhammad Andiri Rachman
3. Muhammad Ircham Alfareza
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
RINGKASAN
iii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Mikrobiologi Industri materi Bakteri Asam Laktat dengan tepat waktu.
Kami bersyukur atas bantuan dari berbagai pihak sehinggaa laporan ini dapat
tersusun dengan baik. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Ibu Dr. Ing. Silviana, S.T., M.T. selaku penanggung jawab Laboratorium
Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Universitas Diponegoro
3. Ibu Dyah Hesti Wardhani, S.T., M.T., Ph.D selaku dosen pengampu
materi Bakteri Asam Laktat
4. Fitra Adami selaku Koordinator Asisten Laboratorium Mikrobiologi
Industri Teknik Kimia Universitas Diponegoro
5. Al Farrel Aprillyanto Raemas dan Leonardo Subianto selaku asisten
pengampu materi Bakteri Asam Laktat di Laboratorium Mikrobiologi
Industri Teknik Kimia Universitas Diponegoro
6. Seluruh asisten Laboratorium Mikrobiologi Industri Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
7. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2019 Teknik Kimia Universitas
Diponegoro
8. Berbagai pihak lainnya yang ikut berperan dalam membantu
menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, bahkan
masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena
itu, kami sangat membutuhkan dukungan, beserta masukan berupa kritik dan saran
yang nantinya akan membuat laporan ini menjadi lebih baik dan sempurna. Kami
berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Tim Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii
RINGKASAN...........................................................................................................iii
PRAKATA................................................................................................................iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
2.2 Yoghurt.............................................................................................................5
3.2.1 Bahan.......................................................................................................13
3.2.2 Alat..........................................................................................................13
v
3.4 Prosedur Praktikum..........................................................................................14
3.4.2 Analisa.....................................................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................16
BAB V PENUTUP....................................................................................................33
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................33
5.2 Saran.................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................34
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Laporan Sementara............................................................................................................A-1
Lembar Perhitungan Reagen..............................................................................................B-1
Lembar Kuantitas Reagen..................................................................................................C-1
Referensi............................................................................................................................D-1
Lembar Asistensi...............................................................................................................E-1
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Menurut Arifin (2016), dalam pembuatan yoghurt terdapat beberapa
macam faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dari yoghurt yaitu diantaranya
adalah suhu inkubasi dan lama fermentasi. Inkubasi adalah proses pertumbuhan
biaakan bakteri atau perbanyakan biakan dengan menyediakan keadaan
lingkungan yang sesuai. Lingkungan dalam hal ini adalah suhu yang merupakan
faktor terpenting pada inkubasi dan akan mempengaruhi terhadap
perkembangbiakan asam laktat dari yoghurt. Suhu dan lama inkubasi perlu
diperhatikan agar dapat dicegah terjadinya dominasi oleh salah satu galur biakan
atau spesies lain. Sementara itu, menurut Hartanto (2012), faktor – faktor yang
perlu diperhatikan pada pembuatan yoghurt adalah proses yang dijaga
sterilannya, penambahan gula, waktu pemeraman, suhu inkubasi serta jumlah
penambahan mikroorganisme. Menurut Effendi (2004) dalam Wijayanti (2017),
proses fermentasi bakteri asam laktat dipengaruhi oleh faktor suhu, kondisi
lingkungan (pH), dan nutrisi seperti sukrosa (gula pasir), glukosa, laktosa,
fruktosa, atau susu bubuk skim sebagai sumber energi, penyedia karbon, dan
nitrogen. Dari beberapa teori tersebut dapat kita ketahui beberapa faktor yang
mempengaruhi pembuatan yoghurt adalah kesterilan proses, penambahan nutrisi
seperti gula dan nitrogen, waktu pemeraman, suhu inkubasi, kondisi lingkungan,
serta jumlah penambahan mikroorganisme.
2
keasaman yoghurt menyimpulkan bahwa pada jam ke-20 fermentasi, kadar
laktosa mencapai 0,696% ditandai dengan pH 4,1 dan keasaman mencapai
0,5212% serta kadar lemak yang telah mencapai 0% dengan indikasi yang baik
menurut SNI 2981 : 2009.
Dari uraian di atas, peneliti mencoba untuk mengetahui pengaruh
penambahan gula pasir, variasi pH, dan variasi suhu fermentasi terhadap kadar
glukosa dan kadar asam laktatnya. Dengan begitu, peneliti dapat memahami
proses pembuatan yoghurt berkualitas yang terbaik.
1.4 Manfaat
1. Mampu membuat yoghurt menggunakan bahan yang mudah ditemui dalam
sehari-hari
2. Mengetahui kondisi operasi yang optimal pada variabel (nutrisi, pH
fermentasi, dan suhu)
3. Memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat mengenai fermentasi bakteri
asam laktat.
.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Yoghurt
Yogurt adalah produk susu fermentasi yang didapat dari fermentasi asam
laktat oleh dua spesies bakteri yaitu Streptococcus thermophilus dan
Lactobacillus delbruecki subsp. bulgaricus. Fermentasi ini menyebabkan
pengasaman dan koagulasi susu, dan memungkinkan peningkatan umur simpan
sebagai akibat dari pH rendah. Yoghurt memiliki beberapa karakteristik, yaitu
kandungan lemak pada susu yang dapat diolah dan disesuaikan untuk
mendapatkan produk yang penuh lemak, rendah lemak, atau tanpa lemak serta
penambahan bahan yang memungkinkan adanya modifikasi rasa, warna, dan
tekstur produk seperti zat pemanis (gula atau pemanis lain untuk produk rendah
kalori), zat penyedap (aroma buah atau vanili) atau buah-buahan (potongan kecil
yang diperkaya dengan gula atau selai), stabilisator (pektin, pati, atau gelatin),
atau pengemulsi (Corrieu dan Beal, 2016).
Jenis yoghurt yang tersedia di pasaran kini sangat bervariasi. Yoghurt
tersedia dalam berbagai bentuk, sesuai teksturnya (yoghurt cair, set yoghurt,
stirred yoghurt), kandungan lemaknya (lemak tinggi, sedang, dan rendah),
rasanya (alami, buah, sereal, coklat) (Mckinley, 2005 dalam Kaur dkk., 2017).
Berikut jenis-jenis yoghurt berdasarkan kategorinya :
1. Bentuk fisik
Berdasarkan bentuknya, yoghurt dibagi menjadi tiga jenis : padat, semi-padat,
dan cair.
a. Set Yoghurt
5
Yoghurt jenis ini berbentuk padat dengan tekstur seperti jelly, yang
diinkubasi dan didinginkan pada tahap pengemasan akhir (Dairy
Consultant, 2013 dalam Kaur dkk., 2017).
b. Stirred Yoghurt
Stirred yoghurt merupakan golongan yoghurt semi-padat yang dibuat
dengan menginkubasi campuran dan memecahnya dengan diaduk sebelum
didinginkan dan dikemas. Tekstur yoghurt ini terlihat seperti krim yang
sangat kental dan kurang keras apabila dibandingkan dengan yoghurt tipe
set (Aswal dkk., 2012 dalam Kaur dkk., 2017).
c. Drinking Yoghurt
Yoghurt dalam bentuk cair dikenal juga dengan drinking yoghurt. Drinking
yoghurt biasanya dibuat dengan proses homogenisasi untuk mengurangi
ukuran partikel yang menjamin distribusi hidrokoloid dan stabilisasi
suspensi protein (Weerathilake dkk., 2014 dalam Kaur dkk., 2017).
2. Varian rasa
Penambahan rasa pada yoghurt dapat menambah cita rasa dan meningkatkan
permintaan konsumen. Varian rasa dapat ditambahkan setelah atau sebelum
homogenisasi.
a. Plain/Natural Yoghurt
Plain/Natural Yoghurt adalah bentuk paling sederhana dan murni yang
dibuat dengan fermentasi bakteri asam laktat dari susu pasteurisasi untuk
menghasilkan tekstur dan rasanya. Yoghurt ini tidak mengandung pewarna
dan aditif tambahan serta yang paling kaya akan kalsium diantara varian
rasa lainnya (Dowden, 2013 dalam Kaur dkk., 2017).
b. Yoghurt dengan Varian Rasa
Yogurt hadir dalam bentuk berbagai macam rasa seperti buah-buahan (apel,
beri biru, aprikot, lemon, ceri hitam, kismis hitam, persik, stroberi),
sayuran, sereal, coklat, karamel, vanila, dll. Karena orang-orang lebih suka
produk dengan rendah lemak dan rendah gula, yoghurt biasanya
dimaniskan dengan penambahan sakarin dan aspartam.
3. Kategori lainnya
a. Frozen Yoghurt
Awalnya, pembuatan frozen yoghurt agak mirip dengan stirred yoghurt.
Inokkulasi dan inkubasi dilakukan dengan cara yang sama seperti stirred
yoghurt. Namun, pada frozen yoghurt, campuran pasteurisasi yang diaduk
dilakukan dengan cara dibekukan. Pendinginan dilakukan dengan cara
6
yang sama seperti pembuatan es krim (Aswal dkk., 2012 dalam Kaur dkk.,
2017).
b. Yoghurt Pekat
Yogurt jenis ini diinokulasi dan difermentasi dengan cara yang sama
seperti stirred yoghurt. Prosesnya diikuti dengan pemecahan koagulum, dan
kemudian Yogurt dipekatkan dengan merebus air dalam kondisi vakum
untuk mengurangi suhu yang dibutuhkan. Ini dikarenakan pemanasan
yoghurt pH rendah dapat menyebabkan denaturasi protein dan
menghasilkan tekstur yang kasar (Aswal dkk., 2012 dalam Kaur dkk.,
2017).
c. Yoghurt Pasteurized
Yoghurt ini dibuat setelah fermentasi dengan perlakuan panas (kombinasi
suhu) dan waktu yang berbeda. Jenis produk ini dibuat untuk meningkatkan
umur simpan yoghurt (Weerathilake dkk., 2014 dalam Kaur dkk., 2017).
7
3. Homogenisasi
Homogenisasi adalah proses pemecahan butiran lemak menjadi ukuran
yang lebih kecil sehingga ukurannya menjadi kurang dari 1µm dan dapat
terdistribusi secara merata ke seluruh matriks makanan. Homogenisasi
dianggap sebagai langkah pemrosesan terpenting jika yogurt memiliki
kandungan lemak tinggi. Proses ini membatasi pembentukan lapisan krim
yang berbeda pada permukaan Yogurt (Chandan dan Kilara, 2013 dalam Kaur
dkk., 2017). Homogenisasi dilakukan dengan menggunakan homogenizer atau
viscolizer dimana susu dimasukkan melalui lubang kecil pada tekanan tinggi
yang mengakibatkan pemecahan gumpalan lemak akibat gaya geser (Dairy
Consultant, 2013 dalam Kaur dkk., 2017). Biasanya susu dihomogenisasi
selama 10-17 menit menggunakan tekanan 10-20 MPa pada tahap pertama
dan 5MPa pada tahap kedua (Lee dan Lucey, 2010 dalam Kaur dkk., 2017).
4. Pemanasan/Pasteurisasi
Pemanasan juga merupakan salah satu proses penting dalam pembuatan
yogurt karena berperan dalam mempengaruhi mikrostruktur dan sifat fisik
yogurt yang menjamin keamanan produk. Perlakuan panas dapat membantu
menghancurkan patogen mikroorganisme serta mengubah sifat protein wehy
untuk mencapai tekstur produk yang lebih baik (Kaur dkk., 2017).
5. Fermentasi
Setelah pasteurisasi, campuran Yogurt didinginkan hingga suhu 43-46˚C
(kisaran suhu untuk bakteri termofilik) dan ditambahkan 2% bakteri kultur
starter Yogurt (Dairy Consultant, 2013 dalam Kaur dkk., 2017). Biasanya
kultur standar Yogurt terdiri dari S. thermophilus dan L. dulbrueckii subsp.
bulgaricus dalam rasio 1: 1 dan inokulasi biakan dilakukan dalam bejana baja
tahan karat higienis yang tertutup rapat. Baik dalam pembuatan Yogurt tipe
set maupun stir, tempat fermentasi berbeda satu sama lain. Wadah individu
dan tong baja tahan karat besar yang higienis digunakan untuk proses
pembuatan Yogurt untuk masing-masing jenis Yogurt yang diatur dan diaduk.
Suhu inkubasi Yogurt dipertahankan dan dipantau selama proses pembuatan
(Weerathilake dkk., 2014 dalam Kaur dkk., 2017). Ketika pH Yogurt
mendekati 5.0, penurunan aktivitas bakteri ST dan LT mulai mendominasi
keseluruhan proses fermentasi hingga tingkat pH dan keasaman yang
diinginkan tercapai. Proses dihentikan bila suhu mencapai 4˚C. Pada suhu ini
biakan tetap hidup tetapi aktivitasnya menjadi terbatas (Walstra, 2006c;
Vedamuthu, 2006 dalam Kaur dkk., 2017). Selama proses fermentasi, laktosa
diubah menjadi asam laktat karena aktivitas metabolisme bakteri asam laktat
8
yang membantu dalam koagulasi protein susu dan terjadi produksi senyawa
volatil yang memberi rasa dan aroma (Weerathilake dkk., 2014 dalam Kaur
dkk., 2017).
6. Pendinginan
Setelah pH Yogurt mencapai 4,5-4,6 Yogurt didinginkan hingga 5˚C
untuk menghentikan proses fermentasi dan perkembangan asam lebih lanjut
(Tamime dan Robisons, 1999a; Tamime dan Robisons, 2007b; Walstra, 2006
dalam Kaur dkk., 2017).
9
(Obed dkk., 2015)
Pada prinsipnya, pereaksi fehling (Fehling A/CuSO4 + Fehling
B/campuran NaOH dan natrium tartrat) merupakan oksidator lemah (pereaksi
organik) yang positif ketika menghasilkan warna merah bata setelah dilakukan
proses pemanasan. Ketika bereaksi dengan aldehid atau gula pereduksi. Hal ini
yang menyebabkan dihasilkannya endapan merah bata karena berasal dari
Fehling yang memiliki ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana
basa akan diendapkan berwarna merah bata (Cu2O).
10
2. Suhu
Selain kebutuhan nutrisi yang kompleks, suhu merupakan salah satu
faktor terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan BAL. Ada suhu optimum
di mana laju pertumbuhan paling tinggi dan itu bergantung pada karakteristik
mikroorganisme yang digunakan, serta kondisi lingkungan. Ketika suhu
medium di atas atau di bawah yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal,
aktivitas mikroba secara substansial berkurang dan organisme akhirnya bisa
mati (Peleg, 1995; Rosso, Lobry, Bajard, & Flandrois, 1995 dalam Panesar,
2007). Suhu optimal untuk pertumbuhan bervariasi di seluruh genera dari 20
hingga 45 C (Panesar, 2007).
3. Lingkungan
Konsentrasi ion hidrogen di lingkungan selama fermentasi juga
mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan laju produksi produk. pH
mempengaruhi setidaknya dua aspek sel mikroba, yaitu fungsi enzim dan
pengangkutan nutrisi ke dalam sel. Nilai pH juga mempengaruhi sintesis RNA
dan protein (Klovrychev, Korolev, & Bulgakova, 1979 dalam Panesar, 2007).
Oleh karena itu, pH merupakan parameter penting lainnya, yang memiliki
pengaruh kuat pada produksi asam laktat (Panesar, 2007).
4. Tingkat Agitasi
Tujuan dari agitasi adalah menyediakan O2 untuk kebutuhan
metabolisme ( Aerasi ) dan untuk membuat campuran tersebut menjadi
homogen (Herawati dan Wibawa, 2006).
5. Konsentrasi Oksigen
Konsentrasi oksigen terlarut dan faktor – faktor lainnya harus
dipertahankan konstan sewaktu fermentasi (Herawati dan Wibawa, 2006).
11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Pengaturan pH (4, 7, 9)
12
3.1.2 Variabel Praktikum
1. Variabel Tetap
a) Susu Ultra Milk(full cream) 20% v
b) Yogurt Cimory(plain)10% v
c) Waktu Pemeraman 0,1,2,3 hari
2. Variabel Berubah
a) Gula Pasir 1%, 3%, dan 5%W
b) pH= 4, 7, dan 9
c) Suhu= 17oC, 30oC, dan 37oC
Keterangan gambar:
1. Statif
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer
13
3.4 Prosedur Praktikum
3.4.1 Pembuatan Yoghurt
1. Susu Ultra Milk(full Cream), aquadest, dan Gula pasir dipasteurisasi
hingga suhu 600C - 700C selama 15 menit.
2. Selanjutnya didinginkan hingga mencapai suhu kamar.
3. Atur pH menggunakan NaOH atau HCl kemudian tambahkan
starternya yaitu Gula pasir.
4. Selanjutnya tuangkan campuran tersebut kedalam erlenmeyer dan
tutup dengan menggunakan aluminium foil.
5. Masukkan ke dalam lemari pemeraman sesuai suhu dan waktu
yang diinginkan
3.4.2 Analisa
1. Analisa Glukosa
a. Pembuatan glukosa standar
1)Ambil 2,5 gram glukosa
2)Encerkan hingga 1000 ml.
b.Standardisasi Kadar Glukosa
1)Ambil 5 ml glukosa standar, encerkan hingga 100 ml lalu ambil
5 ml.
2)Tambahkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B.
3)Panaskan hingga suhu 600C s.d. 700C.
4)Titrasi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 600C
s.d. 700C hingga warna biru hampir hilang, lalu teteskan 2 tetes
MB.
5)Titrasi lagi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 600C
s.d. 700C hingga warna biru menjadi marah bata.
6)Catat kebutuhan titran.
7)F = volume titran yang dibutuhkan.
2. Mengukur Kadar Glukosa Sampel
a) Ambil 5 ml yoghurt, encerkan hingga 100 ml, Ambil 5 ml
netralkan pH nya.
b) Tambahkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B, tambahkan 5 ml
glukosa standar yang telat diencerkan.
c) Panaskan hingga 600C s.d. 700C.
d) Titrasi dengan glukosa standar sambil dipanaskan hingga 600C
s.d. 700C sampai warna biru hampir hilang lalu, ditambahkan 2
14
tetes MB.
e) Titrasi lagi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60 0C s.d.
700C hingga warna biru menjadi merah bata.
f) Catat kebutuhan titran .
M = Volume Titran.
%S=
( F−M ) ( Vtitrasi )( V yang diambil )× 0,0025 ×100 %
Vtotal Vpengenceran
Vtotal × P
3. Analisa Asam Laktat
a. Pembuatan NaOH 0,025 N
1) Ambil NaOH 0,025 N
2) Encerkan hingga 500 ml
b. Mengukur kadar asam laktat sampel
1) Ambil 10 ml sampel, encerkan hingga 100 ml, ambil 10 ml.
2) Tambahkan 3 tetes fenolftaelin.
3) Titrasi dengan NaOH 0,025 N hingga warna merah muda
hampir hilang.
4) Catat kebutuhan titran
Vpengenceran
A × B ×90 ×( )
Vyang diambil
%AL= ×100 %
C × 100
Keterangan :
A = Volume NaOH terpakai (ml)
B = Konsentrasi NaOH (N)
C = Volume sampel yang dianalisis (ml)
90 = BE asam laktat (90g/ekivalen)
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.04
1.02 Nutrisi 1%
Nutrisi 3%
1
Nutrisi 5%
0.98
0.96
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Waktu (Hari)
16
mempengaruhi ketahanan hidup dan aktivitas bakteri. Penambahan nutrisi
yang mengandung monosakarida dapat dimanfaatkan bakteri asam laktat
untuk memproduksi asam laktat. Terbentuknya asam laktat menyebabkan
penurunan pH sehingga kasein mengalami koagulasi pembentuk gel
yoghurt. Gel yang terbentuk menyebabkan viskositas yoghurt meningkat
(Puspitasari dkk., 2014). Nilai viskositas suatu zat akan berbanding lurus
dengan nilai densitasnya, seperti yang dibuktikan dalam persamaan
berikut.
ρx .t x
η x= η
ρa .t a a
(Daniels, 1961)
Sehingga berdasarkan teori diatas, hubungan antara konsentrasi
nutrisi dengan densitas yoghurt yaitu semakin tinggi konsentrasi/jumlah
nutrisi, maka akan semakin besar pula densitas yogurt yang dihasilkan.
Hal ini disebabkan karena produksi asam laktat menyebabkan koagulasi
kasein menjadi gel yoghurt yang meningkatkan viskositasnya. Peningkatan
viskositas yoghurt berbanding lurus dengan densitasnya sehingga densitas
pun meningkat.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa hasil percobaan
sudah sesuai dengan teori yang ada, dimana semakin tinggi nutrisi maka
viskositas akan meningkat. Fenomena yang serupa terjadi juga pada
penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo dkk. (2017) dimana pada
penelitiannya, dianalisa densitas yogurt dengan variasi nutrisi berupa
pemanis stevia. Pada analisa uji densitas dengan pemanis 5%, didapat
densitas sebesar 1,034 gr/ml pada hari ke-0 dan naik menjadi sebesar
1,038 gr/ml pada hari ke-4 sehingga dapat disimpulkan semakin lama
waktu fermentasi, densitas yoghurt dengan pemanis stevia semakin naik
meskipun tidak terlalu banyak.
17
4.1.2 Pengaruh Konsentrasi Nutrisi Terhadap pH Yoghurt
Pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hubungan antara
waktu fermentasi dan pH dengan berbagai variasi konsentrasi nutrisi yang
dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
7
6
5
4
pH
3 Nutrisi 1%
2 Nutrisi 3%
Nutrisi 5%
1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Waktu (Hari)
18
nutrisi berupa ekstrak buah kelengkeng. Hasil yang didapat yaitu pada
penambahan ekstrak buah kelengkeng 0% di hari pertama, didapat pH
akhir sebesar 4,19. Selanjutnya, pada hari berikutnya, ditambahkan ekstrak
buah kelengkeng sebanyak 1% dan pH yang didapat adalah 3,98. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi, pH yang dihasilkan
yogurt dengan penambahan ekstrak buah kelengkeng semakin menurun.
4.1.3 Pengaruh Konsentrasi Nutrisi Terhadap Kadar Glukosa Yoghurt
Pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hubungan antara
waktu fermentasi dan kadar glukosa dengan berbagai variasi konsentrasi
nutrisi yang dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
10
9
8
7
Kadar Glukosa (%)
6
5
Nutrisi 1%
4 Nutrisi 3%
3 Nutrisi 5%
2
1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Waktu (Hari)
19
terjadinya penuranan kadar glukosa seiring dengan berjalannya waktu
fermentasi. Pada konsentrasi nutrisi 1%W, kadar glukosa terus
mengalami penurunan dari hari ke-0 sampai hari ke-3. Rincian kadar
glukosa pada konsentrasi nutrisi 1%W dari hari ke-0 sampai hari ke-3
secara berturut-turut adalah 8,938%, 5,899%, 3,512%, dan 2,519%. Pada
kosentrasi nutrisi 3%W, kadar glukosa mengalami penurunan dari hari
ke-0 sampai hari ke-2 dan kenaikan pada hari ke-3 dengan rincian kadar
glukosa berturut-turut adalah 6,646%, 3,921%, 2,921%, dan 3,381%. Lalu
pada konsentrasi nutrisi 5%W, terjadi penurunan kadar glukosa dari hari
ke-0 sampai hari ke-3 dengan rincian densitas 5,952%, 2,439%, 1,91%,
dan 0,91%.
Menurut teori, spesies bakteri asam laktat memetabolisme gula
melalui jalur glikolitik Embden-Meyerhof, dan menghasilkan asam laktat
sebagai produk akhir (Limsowtin dkk., 2003 dalam Panesar dkk., 2007).
Jalur glikolitik Embden-Meyerhof adalah peristiwa pemecahan glukosa
menjadi asam laktat dan piruvat dalam keadaan tanpa oksigen dan
menghasilkan ATP. Glikolisis gula dengan jalur ini menghasilkan
mayoritas asam laktat dengan sedikit produk samping (gliserol, etanol,
asam asetat, asam format, dan CO2) (Bangun, 2009). Karena itu,
pemecahan glukosa itu, kadar glukosa akan semakin menurun tiap
waktunya akibat aktivitas bakteri asam laktat.
Berdasarkan data, didapat kadar glukosa mengalami penurunan
dan kenaikan. Penurunan kadar glukosa disebabkan oleh aktivitas bakteri
asam laktat (Panesar dkk., 2007), dimana bakteri tersebut memetabolisme
gula sehingga terjadi pemecahan glukosa menjadi asam laktat. Sementara
kenaikan kadar glukosa dapat disebabkan oleh asam lemak pada media
fermentasi (Irfan, 2011). Asam lemak merupakan komponen yang
mempunyai aktivitas antibakterial baik pada bakteri gram positif maupun
bakteri gram negatif. Aktivitas antibakterial tersebut dapat merusak
membran sitoplasma. Kerusakan pada membran dapat menyebabkan
terjadinya kebocoran sel yang diikuti dengan keluarnya materi intraseluler
(IPB, 2010). Materi intraseluler ini disebut dengan sitoplasma yang mana
merupakan cairan yang berada di dalam sel selain nukleoplasma (plasma
inti) atau disebut dengan sitosol. Pada sitosol ini terdapat kandungan gula
(UPI, 2010), sehingga terjadi penambahan gula (glukosa) akibat aktivitas
antibakterial oleh asam lemak.
20
Gambar 4.4 Ilustrasi Kerusakan Membran Sitoplasma
(McGavin dan Zachary, 2007)
1.2
1
0.8 Nutrisi 1%
Nutrisi 3%
0.6
Nutrisi 5%
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Waktu (Hari)
21
Gambar 4.5Pengaruh Konsentrasi Nutrisi Terhadap Kadar Asam
Laktat
Gambar 4.5 merupakan grafik pengaruh konsentrasi nutrisi
terhadap kadar asam laktat yoghurt. Dari grafik di atas dapat dilihat secara
umum bahwa kurva mengalami peningkatan yang mengindikasikan
terjadinya peningkatan kadar asam laktat seiring dengan berjalannya waktu
fermentasi. Pada konsentrasi nutrisi 1%W, kadar asam laktat terus
mengalami kenaikan dari hari ke-0 sampai hari ke-3. Rincian kadar glukosa
pada konsentrasi nutrisi 1%W dari hari ke-0 sampai hari ke-3 secara
berturut-turut adalah 0,337%, 0,4%, 0,72%, dan 0,95%. Pada konsentrasi
nutrisi 3%W, kadar asam laktat terus mengalami kenaikan dari hari ke-0
sampai hari ke-3 dengan rincian kadar glukosa berturut-turut adalah 0,45%,
0,9%, 1,125%, dan 1,46%. Lalu pada konsentrasi nutrisi 5%W, juga terjadi
kenaikan kadar asam laktat dari hari ke-0 sampai hari ke-3 dengan rincian
densitas berturut-turut adalah 0,9%, 1,23%, 1,35%, dan 1,68%.
Menurut teori, spesies bakteri asam laktat memetabolisme gula
melalui jalur glikolitik Embden-Meyerhof, dan menghasilkan asam laktat
sebagai produk akhir (Limsowtin dkk., 2003 dalam Panesar dkk., 2007).
Karena itu, kadar asam laktat akan mengalami kenaikan tiap waktunya
akibat aktivitas bakteri asam laktat.
Berdasarkan penjelasan diatas, hasil percobaan sudah sesuai
dengan teori yang ada dimana semakin lama waktu fermentasi dan
semakin tinggi konsentrasi nutrisi maka kadar asam laktat juga semakin
tinggi akibat aktivitas bakteri asam laktat. Fenomena yang serupa terjadi
juga pada penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo dkk. (2017) dimana
pada penelitiannya, dianalisa kadar asam laktat dengan variasi nutrisi
berupa pemanis stevia. Pada analisa kadar asam laktat dengan pemanis
5%, didapat kadar asam laktat sebesar 0,204% pada hari ke-0 dan naik
menjadi sebesar 0,355 pada hari ke-3 sehingga dapat disompulkan
semakin lama waktu fermentasi, kadar asam laktat yoghurt dengan
pemanis stevia semakin naik.
22
Pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hubungan antara
waktu fermentasi dan densitas dengan berbagai variasi pH yang dapat
dilihat pada grafik di bawah ini.
1.12
1.1
densitas(gr/ml)
1.08
1.06
1.04
PH=4
1.02 pH=7
1 pH=9
0.98
0.96
0 1 2 3
t(hari)
23
tidak stabil dan menggumpal (koagulasi). Gumpalan ini akan menentukan
struktur yoghurt yang berbentuk semisolid. Sehingga semakin lama
penundaan semakin banyak pula gumpalan yang terjadi sehingga
meningkatkan viskositas. Begitu pula densitas juga meningkat.
Teori diatas mengindikasikan bahwa selama proses fermentasi
struktur yoghurt berubah menjadi semisolid dan densitasnya meningkat.
pH akan menentukan seberapa cepat fermentasi berlangsung dengan
mengukur densitas pada hari fermentasi yang sama. Pada percobaan,
variabel dengan pH 7 memiliki densitas rata-rata lebih tinggi daripada
variabel lain. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi optimal pembuatan
yoghurt yaitu pada pH 7. Sugiarto (1997) dalam Sari (2016) menyatakan
bahwa Streptococcus thermophilus adalah penghasil asam laktat tumbuh
sangat baik pada pH 6,5 dan pertumbuhannya terhenti ketika keasaman pH
4,2-4,4. Lactobacillus bulgaricus tumbuh sangat baik pada pH tersebut dan
terhenti ketika pH 3,8-4,0. Karena pertumbuhan mikroba terjadi lebih
cepat pada pH 7 maka produksi asam laktat yang membentuk
penggumpalan susu akan optimal pula. Sehingga densitasnya meningkat.
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan
antara pH dengan densitas yoghurt yaitu dengan pH yang tepat, akan
terjadi kenaikan densitas seiring berjalannya waktu. pH yang tepat pada
percobaan ini adalah 7 yang menyebabkan nilai densitasnya yang paling
tinggi.
4.2.2. Pengaruh pH terhadap pH akhir
Pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hubungan antara
waktu fermentasi dan pH akhir dengan berbagai variasi pH yang dapat
dilihat pada grafik di bawah ini.
7
6
pH Akhir
5
4
3 PH=4
pH=7
2
pH=9
1
0
0 1 2 3
t(hari)
25
10
9
Kadar Glukosa(%)
8
7
6
5
PH=4
4
3 pH=7
2 pH=9
1
0
0 1 2 3
t(hari)
26
tersebut menjadi gula sederhana yaitu glukosa dan galaktosa dengan
bantuan enzim galaktosidase. Proses fermentasi akhirnya akan mengubah
glukosa menjadi produk akhir asam laktat. Lama fermentasi dapat
mempengaruhi kandungan gula total.Semakin lama fermentasi dilakukan
maka akan semakin menurun kankadar gula total yoghurt. Fenomena
tersebut diakibatkan oleh adanya aktivitas bakteri yang memfermentasi
gula seperti monosakarida,disakarida, dan polisakarida menjadi asam
laktat (sebagian besar) dan jumlah lain. pH awal fermentasi juga dapat
mempengaruhi kandungan gula dan asam laktat dalam proses fermentasi.
Pada pH awal yang semakin tinggi/basa, maka bakteri cenderung
memproduksi asam laktat dengan laju yang lebih lambat dan kadar
glukosa yang diperoleh tinggi karena penggunaan glukosa untuk
menghasilkan asam laktat sedikit (Maulidya dalam Wardhani, 2015).
Berdasarkan pernyataan diatas, hubungan antara pH dengan
Kadar Glukosa yoghurt yaitu semakin tinggi pH, maka akan semakin
rendah pula kadar glukosa yogurt yang dihasilkan.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa hasil percobaan
sudah sesuai dengan teori yang ada, dimana semakin tinggi pH maka
kadar glukosa mengalami penurunan merupakan indikasi kemajuan
fermentasi yogurt selama masa inkubasi. Lama fermentasi dapat
mempengaruhi kandungan gula total. Semakin lama fermentasi dilakukan
maka akan semakin menurunkan kadar gula total yoghurt.
27
Kadar Asam Laktat (%l)
1.6
1.4
1.2
1
0.8
PH=4
0.6 pH=7
0.4 pH=9
0.2
0
0 1 2 3
t(hari)
28
sehingga menyebabkan pH yogurt dan peningkatan keasaman yogurt
(Kusumaningrum, 2011).
Berdasarkan pernyataan diatas, hubungan antara pH dengan
Kadar Asama Laktat yoghurt yaitu semakin tinggi pH, maka akan
semakin besar pula Kadar Asam Laktat yogurt yang dihasilkan.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa hasil percobaan
sudah sesuai dengan teori yang ada, dimana Bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophillus merombak laktosa
menjadi asam laktat dalam susu fermentasi. Dengan adanya aktivitas
bakteri asam laktat, maka laktosa yang ada pada yogurt akan
mengalami penurunan dan terjadi kenaikan kadar asam laktat.
1.06
1.04
1.02 Suhu 17 C
1 Suhu 30 C
0.98 Suhu 37 C
0.96
0.94
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Waktu (Hari)
29
sehingga pada proses tersebut akan terjadi proses perombakan glukosa dan
asam laktat dengan optimal, menyebabkan nilai viskositas semakin
meningkat. Oleh karena nilai viskositas yang sebanding dengan densitas,
maka semakin meningkat suhu fermentasi menyebabkan densitas juga
semakin meningkat (Suprihana, 2010).
Berdasarkan percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi suhu pemeraman menunjukkan kanaikan nilai densitas. Hal ini
sesuai dengan teori dimana densitas akan semakin besar dikarenakan
semakin lama waktu fermentasi akan menyebabkan semakin banyak
polisakarida yang berubah menjadi monosakarida dan kemudian diubah
menjadi asam laktat hingga pada suhu optimumnya yaitu berkisar 35 oC-
45oC.
4.3.2 Pengaruh Suhu terhadap pH Akhir
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan data nilai pH dari
pengaruh suhu dengan waktu yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
7
6
5
4
pH akhir
3 Suhu 17 C
2 Suhu 30 C
1 Suhu 37 C
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Waktu (Hari)
30
Menurut Rynne dkk (2004), peningkatan kadar asam laktat total
akibat peningkatan suhu pasteurisasi susu juga diikuti dengan penurunan
pH keju yang signifikan dan peningkatan laju hidrolisis as1-kasein menjadi
as1-CN.
Apalagi, pH lebih rendah pada keju yang terbuat dari susu dipasteurisasi
pada suhu tinggi dapat mendukung kelarutan kalsium laktat yang lebih
tinggi. (Kubantseva et al., 2004 dalam Rynne et al., 2004).
Berdasarkan penjelasan diatas, hasil percobaan sudah sesuai dengan
teori yang ada dimana semakin lama waktu fermentasi dan semakin tinggi
suhu pemeraman maka derajat keasaman (pH) juga semakin rendah akibat
aktivitas bakteri asam laktat.
4.3.3 Pengaruh Suhu terhadap Kadar Glukosa
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hubungan
antara waktu fermentasi dan kadar glukosa pada berbagai variasi suhu yang
tersaji dalam grafik berikut ini.
9
8
7
Kadar Glukosa (%)
6
5
4 Suhu 17 C
3 Suhu 30 C
2 Suhu 37 C
1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Waktu (Hari)
31
secara signifikan menurunkan produksi gula tetapi secara signifikan
meningkatkan produksi total asam amino. (Huang et al., 2020)
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan
telah sesuai yaitu dengan meningkatanya suhu pemeraman kadar glukosa
akan berturut-turut mengalami pengurangan setiap harinya,karena bakteri
asam laktat mengubah semua gula menjadi asam laktat dan asam amino.
1
0.8
0.6
Suhu 17 C
0.4 Suhu 30 C
0.2 Suhu 37 C
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Waktu (Hari)
32
thermophilus mula-mula tumbuh lebih baik dan pH menurun karena
dihasilkan asam laktat maka bakteri Lactobacillus bulgaricus akan tumbuh
lebih baik. Pengendalian suhu diperlukan pada proses fermentasi karena
umumnya proses fermentasi relative lama ketika mengharapkan habitat
yang baik untuk perkembangan bakteri itu sendiri.
Berdasarkan uraian teori di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
percobaan sudah sesuai dengan teori yaitu kadar glukosa yogurt menurun
seiring bertambahnya waktu fermentasi, dan kadar asam laktat semakin
meningkat,Karena peningkatan kadar asam laktat yang paling besar terjadi
pada keadaan suhu 37OC yang merupakan suhu optimum bagi pertumbuhan
bakteri asam laktat.Oleh karena itu, pada suhu pemeraman 37 OC
menghasilkan kadar asam laktat pada yogurt yang paling besar
dibandingkan suhu pemeraman 17OC dan 30 OC.
33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Penambahan nutrisi berpengaruh terhadap kualitas bakteri asam laktat yang di
hasilkan,yaitu semakin tinggi nilai nutrisi yang ditambahkan pada fermentasi
maka densitas yogurt semakin tinggi juga nilainya, semakin lama waktu
fermentasi dan semakin tinggi nilai nutrisi maka pH akhir yogurt semakin
rendah nilainya, kadar glukosa yogurt mengalami kenaikan dan penurunan
nilainya seiring bertambahnya waktu fermentasi, dan semakin tinggi nilai
nutrisi maka kadar asam laktat semakin tinggi juga nilainya.
2. Penambahan pH berpengaruh terhadap terhadap kualitas bakteri asam laktat
yang dihasilkan,yaitu semakin besar pH yang ditambahkan saat fermentasi
maka densitas yogurt semakin besar, pH akhir yogurt semakin kecil, kadar
glukosa yogurt menurun seiring bertambahnya waktu fermentasi, dan kadar
asam laktat semakin meningkat.
3. Kenaikan suhu pemeraman berpengaruh terhadap terhadap kualitas bakteri
asam laktat yang dihasilkan,yaitu semakin tinggi suhu pemeraman saat
fermentasi maka densitas yogurt semakin besar, pH akhir yogurt semakin
kecil, kadar glukosa yogurt menurun seiring bertambahnya waktu fermentasi,
dan kadar asam laktat semakin meningkat.
5.2 Saran
1. Menghindarkan penggunaan larutan fehling A dan fehling B dari sinar
matahari langsung untuk mencegah terjadinya kerusakan larutan
2. Memastikan telah melakukan sterilisasi alat
3. Menghomogenkan larutan sampel sebelum diuji agar hasil lebih akurat
34
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Y., Kartika, R., dan Panggabean, A. S. 2015. Pengaruh Variasi Waktu
Fermentasi terhadap Kadar Laktosa, Lemak, pH, dan Keasaman pada Susu Sapi
yang Difermentasi Menjadi Yogurt. Jurnal Kimia Mulawarman, 12 (2).
Arifin, D. P. P. 2016. Karakteristik Yoghurt dari Whey Pengaruh Adanya
Penambahan Skim dan Santan. Tugas Akhir. Program Studi Teknologi Pangan.
Fakultas Teknik. Universitas Pasundan : Bandung.
Azizah, N., Suradi, K., & Gumilar, J. (2018). Pengaruh Konsentrasi Bakteri
AsamLaktat Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus casei Terhadap Mutu
Mikrobiologi dan Kimia Mayonnaise Probiotik. Jurnal Ilmu Ternak Universitas
Padjadjaran, 18(2), 79-85.
Bangun, R. S. 2009. Pengaruh Fermentasi Bakteri Asam Laktat terhadap Kadar
Protein Susu Kedelai. Tugas Akhir. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang : Semarang.
Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet, dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan.
(Diterjemahkan oleh H. Purnomo dan Adiono). Penerbit Univesitas Indonesia,
Jakarta.
Corrieu, G. dan Beal, C. 2016. Yogurt : The Product and its Manufacture. The
Encyclopedia of Food and Health, Vol. 5 : 617-624.
Ferdaus, F., dkk. 2008. Pengaruh pH, Konsentrasi Substrat, Penambahan Kalsium
Karbonat, dan Waktu Fermentasi terhadap Perolehan Asam Laktat dari Kulit
Pisang. Widya Teknik, 7(1), 1 – 14.
Evanuarini, H. 2010. Pengaruh Suhu dan Lama Pemeraman terhadap Kualitas Fisik
Kefir. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 20(2): 8-13.
Hartanto, H. 2012. Pengaruh Waktu dan Nutrien dalam Pembuatan Yoghurt dari Susu
dengan Starter Plain Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Alat Fermentor.
Tugas Akhir. Program Studi Diploma III Teknik Kimia. Program Diploma
Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro : Semarang.
Herawati, D. A. dan Wibawa, D. A. Pengaruh Konsentrasi Susu Skim dan Waktu
Fermentasi Terhadap Hasil Pembuatan Soyghurt. Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan Vol. 1 No. 2.
IPB. 2010. Kerusakan Bakteri oleh Senyawa Antibakteri dari Ekstrak Chaetoceros
gracilis.
Irfan, M. 2011. Kualitas Susu Sapi Perah Pada Pemberian Pakan Tepung Daun
Murbei (Morus alba L.)
Kaur, dkk. 2017. Yogurt : A Nature’s Wonder for Mankind. International Journal
Food Fermentation 6 (1) : 57-69.
35
Kusumaningrum, A.P. 2011. Kajian Total Bakteri Probiotik Dan Aktivitas
Antioksidan Yoghurt Tempe Dengan Variasi Substrat. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Machmud, N. A., Retnowati, Y., Uno, W. D. 2013. Aktivitas Lactobacillus bulgaricus
pada Fermentasi Susu Jagung (Zea mays) dengan Penambahan Sukrosa dan
Laktosa. Jurusan Biologi FMIPA: Universitas Negeri Gorontalo.
McGavin, M.D dan Zachary, J.F. 2007. Pathologic Basis of Veterinary Disease, 4 th
ed. Mosby-Elsevier, St. Louis, Missouri. ISBN 0-3230-2870-5.
Muawanah, A. 2004. Pengaruh Lama Inkubasi dan Variasi Jenis Starter Terhadap
Kadar Gula, Asam Laktat, Total Asam dan pH Yoghurt Susu Kedelai. Jurnal.
Valensi, 1(1): 1-6.
Nuala M. Rynne, Thomas P. Beresford , Alan L. Kelly , Timothy P. Guinee. 2005.
Effect of milk pasteurisation temperature on age-related changes in lactose
metabolism, pH and the growth of non-starter lactic acid bacteria in half-fat
Cheddar cheese. Food Chemistry 100.
Oktavia, H., Radiati, E. R., dan Rosyidi, D. 2006. Evaluation of Physichochemical
Properties and Exopolysaccharides Production of Single Culture and Mixed
Culture in Set Yoghurt. J-PAL, Vol. 7, No. 1
Otles, S. dan Candigi, O. 2003. Kefir : A Probiotic Dairy-Composition, Nutrional and
Therapeutic Aspects. Pakistan Journal of Nutrition, 2(2) : 54-59.
Pierre, D. 2019. Acid-Base Titration. Ungraduate Journal of Mathematical Modeling.
Panesar, P., Kennedy, J. F., Gandhi, D. N., Bunko, K. 2007. Bioutilisation of whey
for lactic acid production. Food Chemistry 105 1-14.
Prasetyo, J. Y., Handayani, Z., Harismah, K. 2017. Pembuatan Yoghurt Kulit
Semangka dengan Pemanis Stevia dan Uji Sifat Kimia – Fisika. The 6 th
University Research Colloquium.
Pratama N. Hasan, Agussalim Matti dan Endang S. Rahayu. (2020). API (Analytical
Profile Index) KIT dan 16S rRNA dalam identifikasi Bakteri Asam Laktat
(BAL). Universitas Gadjah Mada.
Puspitasari, I., dkk. 2014. Pengaruh Tingkat Penambahan Ekstrak Buah Kelengkeng
terhadap pH, Viskositas, Citarasa, dan Kesukaan Yoghurt Kelengkeng. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan 3 (4).
Sari, Asmiar Puspa. 2016. Karakteristik Mikrobiologis dan Keasaman Susu
Fermentasi dengan Menggunakan Perbandingan Starter yang Berbeda.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
36
Soukoulis C, Panagiotidis P, Koureli R, Tzia C. 2007. Industrial yogurt manufacture:
monitoring of fermentation process and improvement of final product quality. J
Dairy Sci 90(6):2641–54.
Stanto, N. H., & Rif'an, M. (2014). Pengendalian Suhu dan Waktu Proses Fermentasi
dalam Pembuatan Yoghurt Berbasis Programmable Logic Control dan Human
Machine Interface. Jurnal Mahasiswa TEUB, 2(3).
Suprihana. 2012. Pengaruh Lama Penundanaan dan Suhu Inkubasi terhadap Sifat
Fisik dan Kimia Yoghurt dari Susu Sapi Kadaluwarsa. Agrika, vol. 6(1).
Syainah, E., Novita, S., dan Yanti, R. 2014. Kajian Pembuatan Yoghurt dari Berbagai
Jenis Susu dan Inkubasi yang Berbeda terhadap Mutu dan Daya Terima. Jurnal
Skala Kesehatan, 5 (1).
Tahsen, R., dkk. 2016. Rhamnolipids and nutrients boost remediation of crude oil-
contaminated soil by enhancing bacterial colonization and metabolic activities.
International Biodeterioration & Biodegradation, 115 : 192 – 198.
Teuber, Michael. 1993. “Lactic Acid Bacteria” dalam Biotechnology. Munchen :
VCH Verlagsgesellschatt.
UPI. 2010. Struktur dan Fungsi Sel.
Vasbinder, A. J., dan C. G. de Kruif. 2003. Casein-whey protein interactions in
heated milk: The influence of pH. Int. Dairy J. 13:669–677.
Wardhani, D.H., Maharani, D.C., dan Prasetyo, E.A. 2015. Kajian Pengaruh Cara
Pembuatan Susu Jagung, Rasio dan Waktu Fermentasi terhadap Karakteristik
Yoghurt Jagung Manis. Jurnal Ilmiah Momentum, 11(1): 7- 12.
Wijayanti, D. 2017. Studi Evaluasi Mutu Yoghurt Nabati Sari Kacang Hijau (Vigna
radiata L.) Dengan Variasi Konsentrasi Sukrosa dan Susu Skim. Skripsi.
Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Pertanian dan Peternakan.
Universitas Muhammadiyah Malang : Malang.
Winarsi, H., Septiana, A. T., dan Hanifah, I. N. 2019. Fermentasi Bakteri Asam
Laktat Meningkatkan Kandungan Fenolik dan Serat Yogurt Susu Kecambah
Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.), Minuman Fungsional untuk Obesitas. J.
Gipas, 3 (1).
Yan-yan Huang , Jia-jiaYu , Qin-yu Zhou , Li-na Sun , Dong-mei Liu, Ming-hua
Liang. 2020. Preparation of yogurt-flavored bases by mixed lactic acid
bacteria with the addition of lipase. LWT - Food Science and Technology.
Yulmila. 2021. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Yoghurt
Sari Buah sebagai Penunjang Mata Kuliah Bioentrepreneur. Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Ranry Banda Aceh.
37
38
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM BIOPROSES
Materi :
Kelompok :
5-Kamis
A-1
I. TUJUAN PERCOBAAN
1) Mengetahui pengaruh terhadap Susu Ultra milk ( full cream) terhadap bakteri
asam laktat yang dihasilkan.
2) Mengetahui pengaruh penambahan Gula pasir terhadap bakteri asam laktat yang
dihasilkan.
3) Mengetahui pengaruh penambahan jumlah Yogurt cimory(plain) terhadap
bakteri asam laktat yang dihasilkan.
4) Mengetahui pengaruh pH fermentasi terhadap bakteri asam laktat yang
dihasilkan.
5) Mengetahui pengaruh suhu pemeraman terhadap bakteri asam laktat yang
dihasilkan.
II. PERCOBAAN
2.1 Bahan Yang Digunakan
1. Susu Ultra milk
5. Yogurt cimory(plain)
( full cream)
6. Glukosa standar
2. Yoghurt
7. Fehling A dan fehling B
3. Gula pasir
8. Indikator MB
4. HCL dan NaOH
2.2 Alat Yang Dipakai
1. Erlenmeyer 7. Termometer
2. Gelas ukur 8. Pengaduk
3. Beaker glass 9. Indikator pH universal
4. Buret, statif, dan 10. Alumunium foil
Klem 11. Baskom
5. Pipet tetes 12. Autoclave
6. Kompor listrik
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Pembuatan Yoghurt
a. Susu, aquadest, dan Gula pasir dipasteurisasi hingga
suhu 600C - 700C selama 15 menit.
b. Selanjutnya didinginkan hingga mencapai suhu kamar.
c. Atur pH menggunakan NaOH atau HCl kemudian
tambahkan starter.
A-2
d. Selanjutnya tuangkan campuran tersebut kedalam
erlenmeyer dan tutup dengan menggunakan
aluminium foil.
e. Masukkan ke dalam lemari pemeraman sesuai
suhu dan waktu yang diinginkan.
2.3.2 Analisa
1. Analisa Glukosa
a. Pembuatan glukosa standar
1) Ambil 2,5 gram glukosa
2) Encerkan hingga 1000 ml.
b. Standardisasi Kadar Glukosa
1) Ambil 5 ml glukosa standar, encerkan
hingga 100 ml lalu ambil 5 ml.
2) Tambahkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B.
3) Panaskan hingga suhu 600C s.d. 700C.
4) Titrasi dengan glukosa standar sambil
dipanaskan 600C s.d. 700C hingga warna
biru hampir hilang, lalu teteskan 2 tetes
MB.
5) Titrasi lagi dengan glukosa standar sambil
dipanaskan 600C s.d. 700C hingga warna
biru menjadi marah bata.
6) Catat kebutuhan titran.
7) F = volume titran yang dibutuhkan.
2. Mengukur Kadar Glukosa Sampel
a) Ambil 5 ml yoghurt, encerkan hingga 100 ml,
ambil 5 ml netralkan pH nya.
b) Tambahkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B,
tambahkan 5 ml glukosa standar yang telat
diencerkan.
c) Panaskan hinnga 600C s.d. 700C.
d) Titrasi dengan glukosa standar sambil
dipanaskan hingga 600C s.d. 700C sampai
warna bitu hampir hilang lalu, ditambahkan 2
tetes MB.
e) Titrasi kembali dengan glukosa standar sambil
dipanaskan 600C s.d. 700C sampai warna biru
menjadi merah bata.
A-3
f) Catat kebutuhan titran
M = volume titran
Keterangan:
A = Volume NaOH terpakai (ml)
B = Konsentrasi NaOH (N)
C = Volume sampel yang dianalisi (ml)
90 = BE asam laktat (90g/ekivalen)
Massa picno + pH
t (hari) F (ml) M (ml) A (ml)
sampel akhir
0 58,05 6 29 20 0,15
Variabel 1 (1%
1 58,34 5 31 25 0,2
Nutrisi, pH=7,
Suhu 30 C) 2 58,55 4 32 28,4 0,32
3 58,72 3 30 27,4 0,4
0 58,08 5 29 22,3 0,2
Variabel 2 (3%
1 58,42 4 31 27 0,4
Nutrisi, pH=7,
Suhu 30 C) 2 58,6 3 32 29 0,5
3 58,8 3 30 26,5 0,65
0 58,1 5 29 23 0,4
Variabel 3 (5%
1 58,55 4 31 28,5 0,55
Nutrisi, pH=7,
Suhu 30 C) 2 59,12 3 32 30 0,6
3 60,22 2 30 29 0,75
Variabel 4 (3% 0 58,05 6 29 20 0,15
Nutrisi, pH=4, 1 58,34 5 31 22 0,2
A-4
2 58,75 4 32 26 0,42
Suhu 30 C) 3 58,95 3 30 25,2 0,44
0 58,07 5 29 22,3 0,2
Variabel 5 (3%
1 58,7 4 31 26 0,44
Nutrisi, pH=7,
Suhu 30 C) 2 59,9 3 32 29,2 0,5
3 60,45 3 30 28 0,65
0 58,07 6 29 20 0,2
Variabel 6 (3%
1 58,62 4 31 23 0,4
Nutrisi, pH=9,
Suhu 30 C) 2 58,98 3 32 27,5 0,48
3 59,57 3 30 27 0,45
0 58,03 6 29 21 0,1
Variabel 7 (3%
1 58,45 4 31 26 0,15
Nutrisi, pH=7,
Suhu 17 C) 2 58,63 3 32 28,2 0,2
3 58,98 3 30 27,2 0,4
0 58,11 5 29 22,3 0,1
Variabel 8 (3%
1 58,61 4 31 27 0,2
Nutrisi, pH=7,
Suhu 30 C) 2 59,24 3 32 29 0,25
3 59,86 3 30 28 0,45
0 58,12 5 29 24 0,2
Variabel 9 (3%
1 59,2 4 31 28 0,3
Nutrisi, pH=7,
Suhu 37 C) 2 59,8 3 32 29,5 0,4
3 60,7 3 30 28,9 0,5
A-5
LEMBAR PERHITUNGAN
A-6
2. Variabel 2 (nutrisi 3%W, suhu 30oC, pH = 7)
t0 t1 t2 t3
ρ aquadest=¿0,996 gr/ml ρ aquadest=¿ 0,996 gr/ml ρ aquadest=¿ 0,996 gr/ml ρ aquadest=0,996 gr /ml
Mpikno = 31,25 gr Mpikno = 31,25 gr Mpikno = 31,25 gr Mpikno = 31,25 gr
Mpikno + aq = 57,76 gr Mpikno + aq = 57,76 gr Mpikno + aq = 57,76 gr Mpikno + aq = 57,76 gr
Mpikno + s = 58,08 gr Mpikno + s = 58,42 gr Mpikno + s = 58,6 gr Mpikno + s = 58,8 gr
(57 , 76)−(31, 25) (57 , 76)−(31, 25) (57 , 76)−(31, 25) (57 , 76)−(31, 25)
V pikno= V pikno= V pikno= V pikno=
0,996 0,996 0,996 0,996
V pikno=¿26,616 pikno=26,616 V pikno=26,616 V pik no=26,616
(58 , 08)−(31 , 25) (58 , 42)−(31 , 25) (58 , 6)−(31 , 25) (58 , 8)−(31 , 25)
ρ= ρ= ρ= ρ=
26,616 26,616 26,616 26,616
A-7
V pikno=¿26,616 ml pikno=¿26,616 ml V pikno=26,616 ml V pikno=26,616 ml
(58 ,1)−(31 ,25) (58 ,55)−(31 , 25) (59 ,12)−(31 ,25) (60 , 22)−(31 , 25)
ρ= ρ= ρ= ρ=
26,616 26,616 26,616 26,616
%S
Rumus:
%S=
( F−M ) ( VVtitrasi )( V yang diambil )× 0,0025 ×100 %
total V pengenceran
V total × ρ
1. Variabel 1 (nutrisi 1%W, suhu 30oC, pH = 7)
t0 t1 t2 t3
F = 29 ml F = 31 ml F = 32 ml F = 30 ml
M = 20 ml M = 25 ml M = 28,4 ml M = 27,4 ml
V total = 234 ml V total = 234 ml V total = 234 ml V total = 234 ml
V titrasi = 5 ml V titrasi = 5 ml V titrasi = 5 ml V titrasi = 5 ml
V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml
V yang diambil = 5 ml V yang diambil = 5 ml V yang diambil = 5 ml V yang diambil = 5 ml
ρ = 1,0069 gr/ml ρ = 1,017 gr/ml ρ = 1,025 gr/ml ρ = 1,032gr/ml
A-8
%S=
( 29−20 ) ( )( )
234 100
5 5
× 0,0025 ×100 %
%S=
( 31−25 ) ( )( )
234
5
100
5
× 0,0025× 100 %
%S=
( 32−28 , 4 ) ( 2345 )( 1005 ) ×0,0025 ×100 % %S= ( 30−27 , 4 ) ( 2345 )( 1005 ) × 0,0025× 100 %
234 × 1,025 234 ×1,032
%S=¿ 8,938% %S=5,899 % %S=¿ 3,512% %S=¿ 2,519%
A-9
%S=
( 29−22 , 3 ) ( )( )
234 100
5 5
×0,0025 ×100 %
%S=
( 31−27 ) ( )( )
234
5
100
5
× 0,0025 ×100 %
%S=
( 32−29 ) ( 2345 )( 1005 ) × 0,0025× 100 % %S= (30−26 , 5) ( 2345 )( 1005 ) ×0,0025 ×100 %
234 ×1,027 234 ×1,035
%S=6,646 % %S=3,921 % %S=¿ 2,921% %S=3,381
%S=
( 29−23 ) ( 2345 )( 1005 )× 0,0025 ×100 % %S=
( 31−28 , 5 ) ( 2345 )( 1005 ) ×0,0025 ×100 %
234 ×1,008 234 ×1,025
%S=
( 32−30 ) ( 2345 )( 1005 ) × 0,0025× 100 % %S= (30−29) ( 2345 )( 1005 ) ×0,0025 ×100 %
234 ×1,047 234 ×1,088
%S=5,952 % %S=2,439 % %S=¿ 1,91% %S=0 , 91 %
A-10
%AL
V pengenceran
A × B ×90 ×( )
Rumus: V yang diambil
%AL= ×100 %
C ×100
1. Variabel 1 (nutrisi 1%W, suhu 30oC, pH = 7)
t0 t1 t2 t3
A = 0,15 ml A = 0,2 ml A = 0,32 ml A = 0,4 ml
B = 0,025 N B = 0,025 N B = 0,025 N B = 0,025 N
C = 10 ml C = 10 ml C = 10 ml C = 10 ml
V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml
V yang diambil = 10 ml V yang diambil = 10 ml V yang diambil = 10 ml V yang diambil = 10 ml
100 100 100
0 , 15 ×0,025 × 90×( ) 0 , 2× 0,025 ×90 ×( ) 0 , 32× 0,025 ×90 ×( )
10 10 10
%AL= × 100 % %AL= × 100 % %AL= × 100 %
10 × 100 10 × 100 10 ×100
100
0 , 42 ×0,025 × 90 ×( )
10
%AL= ×100 %
10× 100
%AL=¿ 0,3375% %AL=¿ 0,45% %AL=0 ,72 % %AL=0,945 %
A-11
B = 0,025 N B = 0,025 N B = 0,025 N B = 0,025 N
C = 10 ml C = 10 ml C = 10 ml C = 10 ml
V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml
V yang diambil = 10 ml V yang diambil = 10 ml V yang diambil = 10 ml V yang diambil = 10 ml
100 100 100
0 , 2× 0,025 ×90 ×( ) 0 , 4 × 0,025 ×90 ×( ) 0 , 5 ×0,025 × 90×( )
10 10 10
%AL= × 100 % %AL= × 100 % %AL= × 100 %
10 × 100 10 ×100 10 × 100
100
0 , 65 ×0,025 × 90×( )
10
%AL= ×100 %
10 × 100
%AL=0 , 45 % %AL=0 ,9 % %AL=1,125 % %AL=1 , 46 %
A-12
%AL=0 ,9 % %AL=¿ 1,23% %AL=1 , 35 % %AL=1 , 68 %
ρ (gram/ml) pH %S %AL
Variabel
to t1 t2 t3 to t1 t2 t3 to t1 t2 t3 to t1 t2 t3
1 1,0069 1,017 1,025 1,032 6 5 4 3 8,938% 5,899 % 3,512% 2,519% 0,3375% 0,45% 0,72% 0,945 %
2 1,008 1,02 1,027 1,035 5 4 3 3 6,646 % 3,921 % 2,921% 3,381% 0 , 45 % 0,9% 1,125 % 1,46%
3 1,008 1,025 1,047 1,088 5 4 3 2 5,952 % 2,349% 1,91% 0,91% 0,9% 1,23% 1,35% 1,68%
A-13
(57 , 76)−(31, 25) (57 , 76)−(31 , 25) (57 , 76)−(31, 25) (57 , 76)−(31, 25)
V pikno= V pikno= V pikno= V pikno=
0,996 0,996 0,996 0,996
V pikno=¿26,616 ml pikno=¿26,616 ml V pikno=26,616 ml V pikno=¿26,616 ml
(58 , 05)−(31 , 25) (58 ,34 )−( 31, 25) (58 ,76)−(31 , 25) (58 , 95)−(31 , 25)
ρ= ρ= ρ= ρ=
26,616 26,616 26,616 26,616
A-14
3. Variabel 6 (nutrisi 3%W, suhu 30oC, pH = 9)
t0 t1 t2 t3
ρ aquadest=0,996 gr /ml ρ aquadest=0,996 gr /ml ρ aquadest=0,996 gr /ml ρ aquadest=0,996 gr /ml
Mpikno = 31,25 gr Mpikno = 31,25 gr Mpikno = 31,25 gr Mpikno = 31,25 gr
Mpikno + aq = 57,76 gr Mpikno + aq = 57,76 gr Mpikno + aq = 57,76 gr Mpikno + aq = 57,76 gr
Mpikno + s = 58,07 gr Mpikno + s = 58,62 gr Mpikno + s = 58,98 gr Mpikno + s = 59,57 gr
(57 , 76)−(31, 25) (57 , 76)−(31, 25) (57 , 76)−(31, 25) (57 , 76)−(31, 25)
V pikno= V pikno= V pikno= V pikno=
0,996 0,996 0,996 0,996
V pikno=26,616 ml V pikno=26,616 ml V pikno=26,616 ml V pikno=26,616 ml
(58 , 07)−(31 , 25) (58 , 62)−(31 , 25) (58 , 98)−(31 , 25) (59 ,57)−(31 , 25)
ρ= ρ= ρ= ρ=
26,616 26,616 26,616 26,616
%S
Rumus:
%S=
( F−M ) ( VVtitrasi )( V yang diambil )× 0,0025 ×100 %
total V pengenceran
V total × ρ
1. Variabel 4 (nutrisi 3%W, suhu 30oC, pH = 4)
t0 t1 t2 t3
F = 29 ml F = 31 ml F = 32 ml F = 30 ml
M = 20 ml M = 22 ml M = 26 ml M = 25,2 ml
A-15
V total = 234 ml V total = 234 ml V total = 234 ml V total = 234 ml
V titrasi = 5 ml V titrasi = 5 ml V titrasi = 5 ml V titrasi = 5 ml
V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml
V yang diambil = 5 ml V yang diambil = 5 ml V yang diambil = 5 ml V yang diambil = 5 ml
ρ = 1,006 gr/ml ρ = 1,017 gr/ml ρ = 1,033 gr/ml ρ = 1 , 04 gr /ml
%S=
( 29−20 ) ( 2345 )( 1005 )× 0,0025 ×100 % %S=
( 31−22 ) ( 2345 )( 1005 ) ×0,0025 × 100 % %S=
( 32−26 ) ( 2345 )( 1005 )× 0,0025 ×100 %
234 ×1,006 234 ×1,017 234 ×1,033
%S=
( 30−25 ,2 ) ( 2345 )( 1005 ) ×0,0025 × 100 %
234 ×1 , 04
%S=8 , 94 % %S=8 , 84 % %S=5 , 8 % %S=¿ 4,6%
A-16
%S=
( 29−22 , 3 ) ( )( )
234 100
5 5
×0,0025 ×100 %
%S=
( 31−26 ) ( )( )
234 100
5 5
× 0,0025 ×100 %
%S=
( 32−29 , 2 ) ( )( )
234 100
5 5
×0,0025 ×100 %
%S=
( 30−28 ) ( 2345 )( 1005 )× 0,0025 ×100 %
234 ×1,097
%S=6 ,65 % %S=4 , 84 % %S=2 , 6 % %S=1 , 82 %
%S=
( 29−20 ) ( 2345 )( 1005 )× 0,0025 ×100 % %S=
( 31−23 ) ( 2345 )( 1005 ) × 0,0025× 100 % %S=
( 32−27 , 5 ) ( 2345 )( 1005 ) ×0,0025 × 100 %
234 ×1,007 234 ×1,028 234 ×1,041
%S=
( 30−27 ) ( 2345 )( 1005 )× 0,0025 ×100 %
234 ×1,064
%S=8 , 93 % %S=7 , 78 % %S=4,322 % %S=2 , 81 %
A-17
%AL
V pengenceran
A × B ×90 ×( )
Rumus: V yang diambil
%AL= ×100 %
C ×100
1. Variabel 4 (nutrisi 3%W, suhu 30oC, pH = 4)
t0 t1 t2 t3
A = 0,15 ml A = 0,2 ml A = 0,42 ml A = 0,44 ml
B = 0,025 N B = 0,025 N B = 0,025 N B = 0,025 N
C = 10 ml C = 10 ml C = 10 ml C = 10 ml
V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml
V yang diambil = 10 ml V yang diambil = 10 ml V yang diambil = 10 ml V yang diambil = 10 ml
100 100 100
0 , 15 ×0,025 × 90×( ) 0 , 2× 0,025 ×90 ×( ) 0 , 42 ×0,025 × 90 ×( )
10 10 10
%AL= × 100 % %AL= × 100 % %AL= ×100 %
10 × 100 10 × 100 10× 100
100
0 , 44 × 0,025 ×90 ×( )
10
%AL= × 100 %
10 ×100
A-18
%AL=¿0,337% %A L=0 , 45 % %AL=¿ 0,945% %AL=0 ,99 %
A-19
V yang diambil = 10 ml V yang diambil = 10 ml V yang diambil = 10 ml V yang diambil = 10 ml
100 100 100
0 , 2× 0,025 ×90 ×( ) 0 , 4 × 0,025 ×90 ×( ) 0 , 48 × 0,025× 90 ×( )
10 10 10
%AL= × 100 % %AL= × 100 % %AL= ×100 %
10 × 100 10 ×100 10× 100
100
0 , 45 × 0,025× 90 ×( )
10
%AL= ×100 %
10× 100
%AL=¿0,45% %AL=0 ,9 % %AL=1 , 08 % %AL=1 , 01 %
ρ (gram/ml) pH %S %AL
Variabel
to t1 t2 t3 to t1 t2 t3 to t1 t2 t3 to t1 t2 t3
4 1,006 1,017 1,033 1,04 6 5 4 3 8,94 8,84 5,8 4,6 0,337 0,45 0,945 0,99
5 1,007 1,031 1,076 1,097 5 4 3 3 6,65 4,84 2,6 1,82 0,45 0,99 1,125 1,462
6 1,007 1,028 1,041 1,064 6 4 3 3 8,93 7,78 4,32 2,81 0,45 0,9 1,08 1,01
A-20
( Mpikno+ aq ) −(Mpikno)
Rumus: V pikno=
ρ aquadest
( Mpikno+ s )−(Mpikno)
ρ=
V pikno
1. Variabel 7 (3% Nutrisi, pH=7, Suhu 17 C )
t0 t1 t2 t3
ρ aquadest=¿ 0,996 gr/ml ρ aquadest=¿ 0,996 gr/ml ρ aquadest=¿0,996 gr/ml ρ aqua dest =¿0,996 gr/ml
Mpikno = 31,25 gr Mpikno = 31,25 gr Mpikno = 31,25 gr Mpikno = 31,25 gr
Mpikno + aq = 57,76 gr Mpikno + aq = 57,76 gr Mpikno + aq = 57,76 gr Mpikno + aq = 57,76
Mpikno + s = 58,03 gr Mpikno + s = 58,45 gr Mpikno + s = 58,63 gr Mpikno + s = 58,98
(57 , 76)−(31, 25) (57 , 76)−(31, 25) (57 , 76)−(31, 25) (57 , 76)−(31, 25)
V pikno= V pikno= V pikno= V pikno=
0,996 0,996 0,996 0,996
V pikno=¿26,616 ml pikno=¿26,616 ml V pikno=26,616 ml V pikno=26,616ml
(58 , 03)−(31 , 25) (58 , 45)−( 31, 25) (58 , 63)−(31 , 25) (58 , 98)−(31 , 25)
ρ= ρ= ρ= ρ=
26,616 26,616 26,616 26,616
A-21
Mpikno + s = 58,11 gr Mpikno + s = 58,61 gr Mpikno + s = 59,24 gr Mpikno + s = 59,86
(57 , 76)−(31, 25) (57 , 76)−(31, 25) (57 , 76)−(31, 25) (57 , 76)−(31, 25)
V pikno= V pikno= V pikno= V pikno=
0,996 0,996 0,996 0,996
V pikno=¿26,616 ml pikno=¿26,616 V pikno=26,616 V pikno=26,616
(58 ,11)−(31 , 25) (58 , 61)−(31 , 25) (59 ,24 )−( 31, 25) (59 , 86)−(31 , 25)
ρ= ρ= ρ= ρ=
26,616 26,616 26,616 26,616
A-22
%S
Rumus:
%S=
( F−M ) ( VVtitrasi )( V yang diambil )× 0,0025 ×100 %
total V pengenceran
V total × ρ
1. Variabel 7 (3% Nutrisi, pH=7, Suhu 17 C )
t0 t1 t2 t3
F = 29 ml F = 31 ml F = 32 ml F = 30 ml
M = 21 ml M = 26 ml M = 28,2 ml M = 27,2 ml
V total = 234 ml V total = 234 ml V total = 234 ml V total = 234 ml
V titrasi = 5 ml V titrasi = 5 ml V titrasi = 5 ml V titrasi = 5 ml
V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml
V yang diambil = 5 ml V yang diambil = 5 ml V yang diambil = 5 ml V yang diambil = 5 ml
ρ=1.006161707gr/ml ρ=¿ 1.021941689 gr/ml ρ=1.028704539gr/ml ρ=1.041854524gr/ml
%S=
( 29−21 ) ( 2345 )( 1005 ) × 0,0025× 100 % %S=
( 31−26 ) ( 2345 )( 1005 )× 0,0025 ×100 %
234 ×1.006161707 234 ×1.021941689
%S=
( 32−28 , 2 ) ( )( )
234 100
5 5
×0,0025 ×100 %
%S=
( 30−27 , 2 )
5 ( )( )
234 100
5
× 0,0025× 100 %
A-23
F = 29 ml F = 31 ml F = 32 ml F = 30 ml
M = 22,3 ml M = 27 ml M = 29 ml M = 28 ml
V total = 234 ml V total = 234 ml V total = 234 ml V total = 234 ml
V titrasi = 5 ml V titrasi = 5 ml V titrasi = 5 ml V titrasi = 5 ml
V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml
V yang diambil = 5 ml V yang diambil = 5 ml V yang diambil = 5 ml V yang diambil = 5 ml
ρ=¿1.009167418 gr/ml ρ=¿ 1.027953111 gr/ml ρ=¿1.014051698 gr/ml ρ=1.037345957gr/ml
%S=
( 29−22 , 3 ) ( 2345 )( 1005 ) ×0,0025 ×100 % %S=
( 31−27 ) ( 2345 )( 1005 )× 0,0025 ×100 %
234 ×1.009167418 234 ×1.027953111
%S=
( 32−29 ) ( 2345 )( 1005 ) × 0,0025× 100 % %S= (30−28) ( 2345 )( 1005 ) ×0,0025 × 100 %
234 ×1.014051698 234 ×1.037345957
%S=¿ 6.639136263 % %S=3.89122807 % %S=¿ 2.958429048% %S=¿ 1.927997103%
A-24
ρ=¿1.009543132 gr/ml ρ=¿ 1.050120228 gr/ml ρ=¿1.07266306 gr/ml ρ=1.106477307gr/ml
%S=
( 29−24 ) ( 2345 )( 1005 ) ×0,0025 ×100 % %S=
( 31−28 ) ( 2345 )( 1005 ) × 0,0025× 100 %
234 × 1.009543132 234 ×1.050120228
%S=
( 32−29 , 5 ) ( 2345 )( 1005 ) ×0,0025 ×100 % %S= ( 30−28 , 9) ( 2345 )( 1005 )× 0,0025 ×100 %
234 ×1.07266306 234 × 1.106477307
%S=¿ 4.952735392 % %S=2.856815744 % %S=¿ 2.330647986 % %S=¿ 0.9941460101%
%AL
V pengenceran
A × B ×90 ×( )
Rumus: V yang diambil
%AL= ×100 %
C ×100
1. Variabel 7 (3% Nutrisi, pH=7, Suhu 17 C )
t0 t1 t2 t3
A = 0,1 ml A = 0,15 ml A = 0,2 ml A = 0,4 ml
B = 0,025 N B = 0,025 N B = 0,025 N B = 0,025 N
C = 10 ml C = 10 ml C = 10 ml C = 10 ml
V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml V pengenceran = 100 ml
V yang diambil = 10 ml V yang diambil = 10 ml V yang diambil = 10 ml V yang diambil = 10 ml
A-25
100 100 100
0 , 1× 0,025 ×90 ×( ) 0 , 15 ×0,025 × 90×( ) 0 , 2× 0,025 ×90 ×( )
10 10 10
%AL= × 100 % %AL= × 100 % %AL= × 100 %
10 ×100 10 × 100 10 × 100
100
0 , 4 × 0,025 ×90 ×( )
10
%AL= × 100 %
10 ×100
%AL=¿ 0.225% %AL=¿ 0.3375% %AL=0.45 % %AL=0 ,9 %
ρ (gram/ml) pH %S %AL
Variabel
to t1 t2 t3 to t1 t2 t3 to t1 t2 t3 to t1 t2 t3
7 1,006 1,022 1,029 1,042 6 4 3 3 7,951 4,893 3,694 2,688 0,225 0,338 0,450 0,900
8 1,009 1,028 1,052 1,075 5 4 3 3 6,639 3,891 2,958 1,928 0,225 0,450 0,563 1,013
9 1,010 1,050 1,073 1,106 5 4 3 3 4,953 2,857 2,331 0,994 0,450 0,675 0,900 1,125
A-27
A-28
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN
B-1
a. Starter (Yoghurt Cimory) 10%V
Volume = 10% x 234 ml = 23,4 ml
b. Media (Susu Ultra Milk Full Cream) 20%V
Volume = 20% x 234 ml = 46,8 ml
c. Nutrisi (Gula Pasir) 3%W
Massa = 3% x 233,064 gr = 6,99192 gr
d. Aquadest = 156,80808 ml
6. Variabel 6 (nutrisi 3%W, suhu 30℃, pH 4)
a. Starter (Yoghurt Cimory) 10%V
Volume = 10% x 234 ml = 23,4 ml
b. Media (Susu Ultra Milk Full Cream) 20%V
Volume = 20% x 234 ml = 46,8 ml
c. Nutrisi (Gula Pasir) 3%W
Massa = 3% x 233,064 gr = 6,99192 gr
d. Aquadest = 156,80808 ml
7. Variabel 7 (nutrisi 3%W, suhu 17℃, pH 7)
a. Starter (Yoghurt Cimory) 10%V
Volume = 10% x 234 ml = 23,4 ml
b. Media (Susu Ultra Milk Full Cream) 20%V
Volume = 20% x 234 ml = 46,8 ml
c. Nutrisi (Gula Pasir) 3%W
Massa = 3% x 233,064 gr = 6,99192 gr
d. Aquadest = 156,80808 ml
8. Variabel 8 (nutrisi 3%W, suhu 30℃, pH 7)
a. Starter (Yoghurt Cimory) 10%V
Volume = 10% x 234 ml = 23,4 ml
b. Media (Susu Ultra Milk Full Cream) 20%V
Volume = 20% x 234 ml = 46,8 ml
c. Nutrisi (Gula Pasir) 3%W
Massa = 3% x 233,064 gr = 6,99192 gr
d. Aquadest = 156,80808 ml
9. Variabel 9 (nutrisi 3%W, suhu 17℃, pH 7)
a. Starter (Yoghurt Cimory) 10%V
Volume = 10% x 234 ml = 23,4 ml
b. Media (Susu Ultra Milk Full Cream) 20%V
Volume = 20% x 234 ml = 46,8 ml
c. Nutrisi (Gula Pasir) 3%W
Massa = 3% x 233,064 gr = 6,99192 gr
d. Aquadest = 156,80808 ml
B-2
B. Kuantitas Total Reagen
1. Starter (Yoghurt Cimory) = 23,4 ml x 9
= 210,6 ml
2. Media (Susu Ultra Milk) = 46,8 ml x 9
= 421,2 ml
3. Nutrisi (Gula Pasir) = 2,33 gr + (6,991 x 7) gr + 11,65 gr
= 62,917 gr
4. Aquadest = (161,47 + (156,8 x 7) + 152,1) ml
= 1411,17 ml = 1,41117 L
B-3
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI
TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS DIPONEGORO
PRAKTIKUM KE :1
MATERI : Bakteri Asam Laktat
HARI : Kamis
TANGGAL : 4 Maret 2021
KELOMPOK :5
NAMA : Berlian Aulia Salsabila, Muhammad Andiri Rachman,
Muhammad Ircham Alfareza
ASISTEN : Leonardo Subianto
KUANTITAS REAGEN :
Nutrisi Suhu
pH
(%w) (0C)
1 3 5 7 30
3 4 7 9 30
3 7 17 30 37
Basis : 234 ml Keterangan :
Media : 20 % v Media = Susu Ultra Milk(Full cream)
Starter : 10 % v Nutrisi = Gula Pasir
Starter = Yogurt Cimory(Plain)
TUGAS TAMBAHAN:
Mencari 3 jurnal tentang,
1. Kondisi optimum bakteri asam laktat dalam fermentasi yogurt
2. Mekanisme reaksi pembentukan bakteri asam laktat pada fermentasi yogurt
3. Proses pembuatan yogurt pada skala industri
Dan tiap praktikan mempresentasikan 1 jurnal tersebut.
Leonardo Subianto
21030118130112
C-1
D-1
D-2
D-3
D-4
D-5
D-6
D-7
D-8
D-9
D-10
D-11
D-12
D-13
D-14
D-15
D-16
D-17
D-18
D-19
D-20
D-21
D-22
D-23
D-24
D-25
D-26
D-27
D-28
D-29
D-30
D-31
D-32
D-33
D-34
D-35
D-36
D-37
D-38
D-39
D-40
D-41
D-42
D-43
D-44
D-45
D-46
D-47
D-48
D-49
D-50
D-51
D-52
D-53
D-54
D-55
D-56
D-57
D-58
D-59
D-60
D-61
D-62
D-63
D-64
D-65
D-66
D-67
D-68
D-69
D-70
D-71
D-72
D-73
D-74
D-75
D-76
D-77
D-78
D-79
D-80
D-81
D-82
D-83
D-84
LEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSA TANDA
KETERANGAN
NO. TANGGAL TANGAN
1 15-03-2021 P0 Asistensi (Bab IV,V,Lembar Perhitungan)
2 18-03-2021 P1Asistensi(HalamanPengesahan,Prakata,BAB
III,Hasil Percobaan,Lembar Perhitungan)
3 19-03-2021 ACC asisten
4 19-03-2021 P0 Dosen (Bab I,III,IV,V)
5 26-04-2021 P1 Dosen (Bab I,III,IV)
6 3-05-2021 P2 Dosen (Ringkasan,Bab IV,V)
7 6-05-2021 P3 Dosen
8 11-05-2021 ACC Dosen
E-1