Anda di halaman 1dari 130

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOPROSES

Materi :

ALKOHOL

Disusun oleh :
Muhammad Zaki Farilla L. (21030119190155)

Group : 2-Kamis
Rekan kerja : Brillian Talenta B. (21030119190175)
Elan Patria N. (21030119190081)
Syavirly Azrana (21030119190177)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BIOPROSES

Materi :

Alkohol

Disusun oleh :
Muhammad Zaki Farilla L. (21030119190155)

Group : 2-Kamis
Rekan kerja : Brillian Talenta B. (21030119190175)
Elan Patria N. (21030119190081)
Syavirly Azrana (21030119190177)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Materi : Alkohol

Kelompok : 2-Kamis

Anggota : 1. Brillian Talenta B. 21030119190175

2. Elan Patria N. 21030119190081

3. M. Zaki Farilla Lazani 21030119190155

4. Syavirly Azrana 21030119190177

Telah disetujui dan disahkan oleh asisten pengampu dan dosen pembimbing materi
Alkohol pada:

Hari :

Tanggal :

Semarang,

Mengesahkan,

Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Widayat, S.T, M.T

NIP. 197206091998031001

ii
RINGKASAN
Alkohol (C2H5OH) adalah cairan transparan, tidak berwarna, cairan yang
mudah bergerak, mudah menguap, dapat bercampur dengan air, eter, dan kloroform,
diperoleh melalui fermentasi karbohidrat dari ragi. Karbohidrat merupakan bahan
baku yang menunjang dalam proses fermentasi, dimana prinsip dasar fermentasi adalah
degradasi komponen pati oleh enzim. Perumusan masalah yang didapatkan dalam
praktikum ini adalah mengenai bagaimana membuat alkohol dari sari buah semangka,
bagaimana pengaruh penambahan ragi terhadap pertumbuhan yeast pada pertumbuhan
starter, dan bagaimana pengaruh kadar glukosa substrat terhadap konversi pembuatan
alkohol. Tujuan percobaan pada praktikum ini adalah membuat alkohol dari sari buah
semangka, mempelajari pengaruh penambahan ragi terhadap pertumbuhan yeast pada
pembuatan starter, mempelajari pengaruh pH terhadap konversi pembuatan alkohol.
Semangka (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai) merupakan tanaman
yang berasal dari daerah kering tropis dan subtropis Afrika. Semangka termasuk ke
dalam keluarga Cucurbitaceae, satu keluarga dengan melon, mentimun, dan labu.
Semangka mengandung zat antioksidan yang mampu menghidupkan aktivitas sel darah
putih yang mampu meningkatkan kekebalan dan dapat membunuh sel-sel kanker.
Pada praktikum ini menggunakan bahan sari buah semangka, H2SO4, glukosa,
indicator MB, KH2PO4, aquadest, urea, ragi roti (fermipan), NaOH, dan fehling A dan
B. alat yang dipakai adalah erlenmeyer, beaker glass, buret, statif, klem, autoclave,
gelas ukur, kompor listrik, pengaduk, dan pipet tetes. Prosedur praktikum yang pertama
adalah pembuatan starter, lalu pengukuran variabel respon. Pada pengukuran variabel
respon hal yang pertama dilakukan adalah perhitungan yeast, lalu selanjutnya analisis
densitas. Lalu fermentasi, pada fermentasi terdapat persiapan sari buah dan fermentasi
media sari buah. Terakhir yaitu metode analisis gula. Pada metode ini terdapat analisa
glukosa standar, mengukur kadar glukosa sari buah, dan analisis densitas.
Pada praktikum ini didapatkan hasil pada pengaruh jumlah ragi terhadap
jumlah koloni starter adalah penambahan jumlah ragi yang semakin besar, akan
memperbesar jumlah koloni yang dihasilkan dan hal ini sesuai dengan teori yang ada.
Pada pengaruh oksigen terhadap jumlah koloni starter didapatkan bahwa jumlah koloni
mengalami penaikan dan penurunan. Pada pengaruh jumlah koloni terhadap densitas
starter didapatkan hasil bahwa semua starter mengalami penurunan. Pada pengaruh
pH terhadap konversi alcohol didapatkan hasil bahwa pada variabel A, B, dan C
memiliki konversi alkohol tertinggi pada pH 4,5 dan hal ini sesuai dengan teori yang
ada. Dan pada pengaruh waktu fermentasi terhadap densitas sari buah didapatkan
hasil bahwa semua variabel mengalami penurunan seiring dengan penambahan waktu
fermentasi.
Kesimpulan pada praktikum ini adalah praktikan dapat membuat alkohol dari
sari buah semangka, semakin banyaknya penambahan ragi yang diberikan pada starter
maka sebanding dengan jumlah koloni yang dihasilkan, dan starter A, B, dan C
memiliki konversi alkohol paling tinggi pada pH 4,5. Saran yang diberikan adalah
sterilkan alat yang digunakan, teliti dalam mengatur pH agar sesuai dengan prosedur,
dan cermat dalam menghitung jumlah koloni.

iii
PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum mikrobiologi dengan judul “Alkohol” ini tanpa suatu
hambatan apapun. Dalam penyusunan laporan praktikum mikrobiologi ini diharapkan
mahasiswa mampu melaksanakan tahapan-tahapan praktiku dengan laporan yang telah
dibuat dan disetujui.

Pada kesempatan ini diucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa


2. Dr. Ing. Silviana, S.T., M. T. selaku Penanggungjawab Laboratorium Mikrobiologi
Industri
3. Bapak Prof. Dr. Widayat, S.T, M.T. selaku dosen pembimbing materi Alkohol
Laboratorium Mikrobiologi
4. Asisten Laboratorium Mikrobiologi Departemen Teknik Kimia Universitas
Diponegoro
Demikianlah laporan resmi praktikum mikrobiologi ini, semoga bermanfaat dan
menambah ilmu pengetahuan bagi penyusun maupun pembaca. Laporan ini masih jauh dari
kata sempurna maka dari itu kritik dan saran yang berguna sangat diharapkan untuk
memperbaiki kesalahan yang ada.

Semarang, 23 September 2020

Penyusun

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii

RINGKASAN…………………………………………………………………………..iii

PRAKATA ................................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 1

1.3 Tujuan Percobaan ................................................................................................ 2

1.4 Manfaat Percobaan .............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3

2.1 Bahan baku dan Spesifikasi.................................................................................. 3

2.2 Bioethanol ........................................................................................................... 4

2.2.1 Pengertian ..................................................................................................... 4

2.2.2 Mekanisme .................................................................................................... 4

2.2.3 Siklus Metabolisme ....................................................................................... 5

2.3 Starter (Sacharomyces cerevicae)......................................................................... 6

2.4 Tahapan Pembentukan Bioethanol ....................................................................... 7

2.5 Manfaat Bioethanol Dalam Kehidupan Sehari-hari Maupun Industri .................... 7

BAB III METODE PRAKTIKUM ........................................................................... 10

3.1 Rancangan Praktikum..................................................................................... 10

3.1.1 Skema Rancangan Percobaan ...................................................................... 10

v
3.1.2 Variabel Operasi ......................................................................................... 11

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan .................................................................... 11

3.2.1 Bahan .......................................................................................................... 11

3.2.2 Alat ............................................................................................................. 12

3.3 Prosedur Praktikum ........................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 17

LAMPIRAN………………………………………………………………………….A-1

REFERENSI…………………………………………………………………………C-1

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pengaruh Jumlah Ragi terhadap Jumlah Koloni Starter……………………..18

Tabel 4.2 Pengaruh Jumlah Koloni terhadap Jenis Densitas Starter……………………21

Tabel 4.3 Pengaruh pH terhadap Konversi Alkohol pada Fermentasi Starter A……….22

Tabel 4.4 Pengaruh pH terhadap Konversi Alkohol pada Fermentasi Starter B……….23

Tabel 4.5 Pengaruh pH terhadap Konversi Alkohol pada Fermentasi Starter C……….24

Tabel 4.6 Pengaruh Waktu Fermentasi terhadap Densitas Sari Buah…………………..25

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Metabolisme…………………………………………………………5

Gambar 3.1 Proses Pembuatan Starter…………………………………………………...9

Gambar 3.2 Proses Fermentasi Alkohol…………………………………………………9

Gambar 3.3 Erlenmeyer………………………………………………………………...11

Gambar 3.4 Buret, statif, klem………………………………………………………….11

Gambar 3.5 Gelas ukur…………………………………………………………………11

Gambar 3.6 Pengaduk…………………………………………………………………..11

Gambar 3.7 Beaker glass……………………………………………………………….11

Gambar 3.8 Autoclave………………………………………………………………….11

Gambar 3.9 Kompor listrik……………………………………………………………..11

Gambar 3.10 Pipet tetes………………………………………………………………...11

Gambar 3.11 Tampilan Hemositometer Menggunakan Mikroskop……………………12

Gambar 4.1 Pengaruh Jumlah Ragi terhadap Jumlah Koloni Starter…………………...18

Gambar 4.2 Pengaruh Oksigen terhadap Jumlah Koloni……………………………….19

Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Jumlah Koloni terhadap Densitas Starter……………….21

Gambar 4.4 Pengaruh pH terhadap Konversi Alkohol pada Fermentasi Starter A…….23

Gambar 4.6 Pengaruh pH terhadap Konversi Alkohol pada Fermentasi Starter C……..24

Gambar 4.7 Pengaruh Waktu Fermentasi terhadap Densitas Sari Buah………………..26

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran-1 Laporan Sementara....................................................................................A-1

Lampiran-2 Lembar Kuantitas Reagen..........................................................................B-1

Lampiran-3 Referensi....................................................................................................C-1

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alkohol (C2H5OH) adalah cairan transparan, tidak berwarna, cairan yang
mudah bergerak, mudah menguap, dapat bercampur dengan air, eter, dan
kloroform, diperoleh melalui fermentasi karbohidrat dari ragi (Prihandana et al,
2007. dalam Berlian et al, 2014). Etil alkohol dapat dibuat dari apa saja yang dapat
difermentasi oleh khamir. Salah satu pemanfaatan khamir yang paling penting dan
paling terkenal adalah produk etil alkohol dari karbohidrat. Alkohol merupakan
senyawa yang memiiki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari, salah satu
nya berfungsi sebagai zat pelarut dan bahan dasar kedua setelah air yang paling
umum digunakan di laboratorium dan di dalam industri kimia (Irianto, 2006.
dalam berlian et al, 2014).

Karbohidrat merupakan bahan baku yang menunjang dalam proses


fermentasi, dimana prinsip dasar fermentasi adalah degradasi komponen pati oleh
enzim (Sa’id, 1987 dalam Rustriningsih, 2007). Jenis karbohidrat yang mudah
didapatkan adalah glukosa dan banyak terkandung di dalam sari buah, dan salah
satu nya dapat diperoleh dari sari buah semangka. Semangka merupakan salah
satu tanaman yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Namun
pemanfaatannya hanya sebatas sebagai cemilan ataupun pencuci mulut.
Kandungan senyawa dalam semangka di antaranya air, protein, lemak,
karbohidrat, kalsium, fosfor, serta vitamin (A, B, & C). Semangka juga
mengandung fruktosa dan glukosa sebagai zat terlarut yang paling dominan.
Glukosa inilah yang akan digunakan untuk fermentasi alkohol.

1.2 Perumusan Masalah


Alkohol merupakan senyawa yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
kegunaan nya meliputi; bahan bakar alternatif, disineftan, dan bahan pembuat
minuman. Perumusan masalah yang didapatkan dalam praktikum ini adalah
mengenai bagaimana membuat alkohol dari sari buah semangka, bagaimana
pengaruh penambahan ragi terhadap pertumbuhan yeast pada pertumbuhan starter,

1
dan bagaimana pengaruh kadar glukosa substrat terhadap konversi pembuatan
alkohol. Oleh sebab itu pada percobaan ini dilakukan untuk mencari kondisi yang
tepat untuk mendapatkan alkohol dengan konversi yang lebih baik.

1.3 Tujuan Percobaan


1. Membuat alkohol dari sari buah semangka.
2. Mempelajari pengaruh penambahan ragi terhadap pertumbuhan yeast pada
pembuatan starter.
3. Mempelajari pengaruh pH terhadap konversi pembuatan alkohol.

1.4 Manfaat Percobaan


1. Mahasiswa mampu membuat alkohol dari sari buah semangka.
2. Mahasiswa mampu mempelajari pengaruh penambahan ragi, terhadap
pertumbuhan yeast pada pembuatan starter.
3. Mahasiswa mampu mempelajari pengaruh kadar glukosa substrat terhadap
konversi pembuatan alkohol.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Baku dan Spesifikasi


Semangka (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai) merupakan
tanaman yang berasal dari daerah kering tropis dan subtropis Afrika. Semangka
termasuk ke dalam keluarga Cucurbitaceae, satu keluarga dengan melon,
mentimun, dan labu. Semangka merupakan tanaman semusim yang tumbuh
merambat dengan panjang mencapai 5 m (Cahyono, 1996 dalam Marwiyah,
dkk., 2015). Semangka diminati konsumen karena rasanya yang segar (Kalie,
1993 dalam Marwiyah, dkk., 2015). Semangka memiliki berbagai manfaat,
diantaranya sebagai buah meja dan sebagai bahan untuk makanan olahan lain.
Semangka mengandung zat antioksidan yang mampu menghidupkan aktivitas sel
darah putih yang mampu meningkatkan kekebalan dan dapat membunuh sel-sel
kanker (Prajnata, 2003 dalam Marwiyah, dkk., 2015). Tanaman semangka
bersifat menjalar dan memiliki alat pemegang seperti pilin. Permukaan tanaman
(batang dan daunnya) tertutup bulu-bulu halus dan tajam (Sunarjono, 2004).
Batang semangka berbentuk bulat dan lunak, berambut, dan sedikit berkayu
dengan panjang antara 1.5– 5.0 m. Cabang-cabang lateral mirip dengan cabang
utama. Daunnya berbentuk caping, bertangkai panjang, dan letaknya
bersebrangan (Kalie, 1993 dalam Marwiyah, dkk., 2015).
Klasifikasi botani tanaman semangka adalah sebagai berikut (Syukur,
tanpa tahun):
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub-kelas : Sympetalae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Citrullus
Spesies : Citrullus lanatus (Thunberg) Matsum & Nakai

3
2.2 Bioethanol
2.2.1 Pengertian
Bioethanol merupakan etanol yang dapat dibuat dari fermentasi
substrat yang mengandung karbohidrat baik itu turunan gula, pati, ataupun
selulosa. Etanol atau ethyl alkohol (C2H5OH) berupa cairan bening tak
berwarna, terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan
tidak menimbulkan polusi udara yg besar bila bocor. Etanol yang terbakar
menghasilkan gaskarbondioksida (CO2) dan air. Etanol biasanya
dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat minuman keras, untuk
keperluan medis, sebagai zat pelarut, dan yang sedang populer saat ini
adalah pemanfaatan etanol sebagai bahan bakar alternatif (Mustofa, 2012).
Sebagai bahan bakar alternatif, bioethanol dapat diaplikasikan
dalam bentuk campuran dengan minyak bensin, misalnya 10 % etanol
dicampur dengan 90 % bensin (gasohol E10) atau digunakan 100 % (E100)
sebagai bahan bakar. Etanol absolut memiliki angka oktan (ON) 117,
sedangkan Premium hanya 87 – 88. Gasohol E10 secara proporsional
memiliki ON 92 atau setara Pertamax (Setiasih, 2011).
2.2.2 Mekanisme
Menurut Retno, dkk., 2009 proses pembuatan bioethanol terjadi
dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah persiapan bahan baku, yang
berupa proses hidrolisa pati menjadi glukosa. Tahap kedua berupa proses
fermentasi, merubah glukosa menjadi etanol dan CO2. Sedangkan
tahap ketiga yaitu pemurnian hasil dengan cara distilasi.
 Hidrolisa adalah suatu proses antara reaktan dengan air agar suatu
senyawa pecah terurai. Pada reaksi hidrolisa pati dengan air, air akan
menyerang pati pada ikatan 1-4 α glukosida menghasilkan
dextrin, sirup atau glukosa tergantung pada derajat pemecahan rantai
polisakarida dalam pati. Faktor – faktor yang berpengaruh pada
reaksi hidrolisa pati adalah; suhu reaksi, waktu reaksi, pencampuran
pereaksi, konsentrasi katalisator, dan kadar suspensi.
 Proses fermentasi merupakan proses biokimia dimana terjadi
perubahan-perubahan atau reaksi-reksi kimia dengan pertolongan

4
jasad renik, penyebab fermentasi tersebut bersentuhan dengan zat
makanan yang sesuai dengan pertumbuhannya. Akibat terjadinya
fermentasi sebagian atau seluruhnya akan berubah menjadi
alkohol setelah beberapa waktu lamanya. Fermentasi oleh yeast,
misalnya Sacharomyces cerevisiae dapat menghasilkan etil alcohol
(etanol) dan CO2.
 Distilasi merupakan metode operasi yang digunakan pada proses
pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan
panas sebagai tenaga pemisah berdasarkan titik didih masing-masing
komponen. (Brown, 1987 dalam Retno, dkk., 2009).
2.2.3 Siklus Metabolisme

Gambar 2.1 Siklus Metabolisme


Di dalam sel organisme, gula yang dapat difermentasi akan diubah
menjadi senyawa antara (intermediate) umum, piruvat, melalui tiga siklus
utama, yaitu Emden-Meyerhoff-Parnas (EMP), Entner-Doudoroff (ED), dan
siklus pentosa fosfat. Siklus metabolisme yang umum digunakan oleh
mikroorganisme untuk memecah gula adalah siklus EMP (atau lebih
terkenal dengan nama glikolisis). Siklus ini bisa terjadi pada kondisi aerobik
maupun anaerobik, dan menghasilkan energi dalam bentuk adenosin trifosfat
(ATP) melalui fosforilasi substrat (Prescott et al. 2002 dalam Riyanti, 2009).
Siklus ED sangat mirip dengan EMP, dan kedua siklus berpusat pada

5
piruvat. Namun, siklus EMP menghasilkan 2 mol ATP per mol glukosa
(Riyanti, 2009).
Pada pembuatan alcohol, gula yang terkandung di dalam substrat
akan dihidrolisa menjadi alcohol dan menghasilkan energi berupa ATP.
Reaksinya sebagai berikut:
𝐶6 𝐻12 𝑂6 → 2𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻 + 2C𝑂2 (Eka dan Amran, 2009)
Proses pemecahan glukosa dengan bantuan yeast termasuk salah
satu proses enzimatik karena yeast ini menghasilkan enzyme dan secara
sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut:
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2ATP + 57kCal (Eka dan Amrab, 2009)

2.3 Starter (Sacharomyces cerevicae)


Bioetanol merupakan hasil dari proses fermentasi biomassa dengan
bantuan mikroorganisme (Firdausi et al., 2013 dalam Jayus dkk. 2016). Pada
umumnya jenis mikroorganisme yang digunakan dalam produksi bioetanol
adalah Saccharomyces cerevisiae. Hal tersebut dikarenakan S. cerevisiae banyak
ditemukan dialam, memiliki ketahanan hidup yang tinggi serta mampu
menghasilkan alkohol dalam jumlah yang cukup tinggi (Jeffries dan Jin, 2000
dalam Jayus dkk., 2016).
Saccharomyces cereviseae adalah mikroba yang bersifat fakultatif, ini
berarti mikroba tersebut memiliki 2 mekanisme dalam mendapatkan energinya.
Jika ada udara, tenaga diperoleh dari respirasi aerob dan jika tidak ada udara,
tenaga diperoleh dari respirasi anaerob. Tenaga yang diperoleh dari respirasi
aerob digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel sehingga praktis
tidak ada kenaikan jumlah alkohol. Saccharomyces cereviseae merupakan yeast
yang berkembangbiak secara pembelahan (budding). Morfologinya berupa sel
oval dengan panjang 10 μm, dan lebar 5 μm. Yeast ini dikenal sebagai beaker
yeast dan brewer yeast karena memfermentasikan gula menjadi alkohol dan
karbondioksida (Eka dan Halim, 2010).

6
2.4 Tahapan Pembentukan Bioethanol
Teknologi produksi etanol sudah ada sejak jaman dahulu kala. Teknologi
ini terus berkembang dan berevolusi sejalan dengan perkembangan jaman.
Produksi bioetanol dimulai dari fermentasi sederhana bahan-bahan yang
mengandung gula/ nira, bahan-bahan yang mengandung pati/polisakarida hingga
bahan-bahan berkayu. Hambali, dkk. (2008) dalam Loupatty (2014) mengatakan
bahwa tahap inti produksi bioetanol adalah fermentasi gula, baik yang berupa
glukosa , sukrosa maupun fruktosa oleh ragi ( yeast ) terutama Saccharomyces
sp. atau bakteri Zymomonas mobilis. Pada proses ini gula akan dikonversi
menjadi etanol dan gas karbondioksida.
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2
Secara umum produksi bioetanol mencakup tiga rangkaian proses yaitu
persiapan bahan baku, fermentasi dan pemurnian (destilasi). Pada tahap
persiapan, bahan baku berupa padatan harus dikonversi terlebih dahulu menjadi
larutan gula sebelum akhirnya difermentasi untuk menghasilkan etanol.
Sedangkan bahan–bahan yang sudah dalam bentuk gula dapat langsung
difermentasi. Bahan padatan dibuat perlakuan pengecilan ukuran dan tahap
pemasakan. Tahap fermentasi merupakan tahap pemecahan gula-gula sederhana
menjadi etanol dengan melibatkan enzimdan ragi. Fermentasi dilakukan pada
kisaran suhu 27 – 32oC, pada tahap ini dihasilkan gas CO2 sebagai by product.
Tahap berikutnya adalah pemurnian etanol. Tahap ini dilakukan melalui metode
destilasi. Destilasi dilakukan pada suhu ± 78oC. Pada
tahap ini diperoleh etanol berkadar 90% (Loupatty, 2014).

2.5 Manfaat Bioethanol Dalam Kehidupan Sehari-hari Maupun Industri


1. Sebagai sumber alternatif dalam bahan baku minyak
Kebutuhan minyak bumi cenderung meningkat sebaliknya cadangan
minyak bumi makin menipis. Untuk itu pemanfaatan bioetanol sebagai
sumber energi alternatif (Loupatty, 2014).
2. Sebagai bahan bakar kendaraan
Pada tahun 2014 sektor transportasi merupakan sektor yang konsumsi

7
energi finalnya terbesar yaitu 42%, diikuti oleh sektor rumah tangga sebesar
30%. Berdasarkan jenis energi, BBM (Bahan Bakar Minyak) masih
merupakan sumber energi fosil yang penting bagi Indonesia. Penggunaan
energi, utamanya bahan bakar fosil akan menyisakan residu yang memberikan
dampak pada pencemaran lingkungan dan peningkatan suhu bumi. Terkait
dengan permasalahan energi dan efek gas rumah kaca tersebut,
pengembangan bioenergi dapat menjadi alternatif solusinya. Keuntungan dari
penggunaan bioenergi adalah dapat mengurangi emisi gas rumah kaca di
seluruh siklus hidup bioenergi. Penggunaan biomassa untuk memproduksi
biofuel, seperti etanol terbukti dapat mengurangi emisi CO2 jika
dibandingkan dengan produksi bensin (Susmiati, 2018).
3. Sebagai bahan baku pembuatan Etil Asetat
Etil asetat merupakanlarutan bening, tidak ada warna. zat berupa
larutan polar yang volatile (mudah menguap), toksisitas rendah dan tidak
higroskopis yang digunakan sebagai pelarut tinta, prekat atau resin. Dimana
pada proses pembentukan etil asetatdigunakan proses fermentasi dan
esterifikasi. Proses fermentasi itu sendiri akan menghasilkan bioetanol
dan kemudian dilanjutkan dengan proses esterifikasi atau pembuatan ester
yang diturunkan dari asam karboksilat, sehingga nantinya dapat
dimanfaatkan oleh industri dalam pembuatan pelarut organik yang
mempunyai kontribusi lebih baik dan lebih aditif yaitu etil asetat
dengan menggunakan limbah kulit singkong didalam proses kimia
(Lidiawati et al, 2018).
4. Sebagai bahan baku industri makanan, farmasi, dan kosmetik
Bioetanol merupakan produk rekayasa biomassa yang memilki
kandungan pati, gula, dan selulosa dan sering digunakan sebagai campuran
bahan bakar (premium). Bioetanol tidak hanya digunakan sebagai campuran
bensin atau premium, tetapi juga digunakan sebagai bahan baku dibeberapa
kegiatan industri, seperti industri makanan, industri farmasi, dan industri
kosmetik (Suryana et al, 2012).

8
5. Sebagai sumber energi yang terbarui
Bioetanol merupakan bioenergi yang dapat diperbarui, sedikit polusi, dan
dapat diproduksi dari bahan-bahan yang mengandung gula dan pati seperti
jagung, kentang, gandum, tebu, molases dan yang lainnya (Susmiati, 2018).

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Rancangan Praktikum


3.1.1 Skema Rancangan Percobaan
a) Proses Pembuatan Starter

Sari buah semangka (200 ml) disterilkan dengan pemanasan

Dicampur dengan nutrien (KH2PO4, MgSO4, urea)

Diatur pH 4

Ditambah ragi, tutup dengan alumunium foil, lalu


diberi lubang

Diinokulasi selama 2 hari

Dihitung jumlah densitas dan jumlah koloni di setiap variabel


Gambar 3.1 Proses pembuatan starter
b) Proses Fermentasi Alkohol

Sari buah semangka (200 ml) disterilkan dengan pemanasan

Diatur pH 3; 4,5 ; 8

Pengaturan kadar glukosa substrat sebesar 10%

Ditambahkan starter

Difermentasikan selama 5 hari

Dihitung jumlah densitas dan kadar glukosa di setiap variabel

Gambar 3.2 Proses fermentasi alkohol

10
3.1.2 Variabel Operasi
 Variabel Tetap
Starter : KH2PO4 (5 gr), MgSO4 (5 gr), urea (5 gr), pH (4), waktu
(2 hari)
Fermentasi : Waktu (5 hari), %V starter (12 %), %V glukosa starter
(10 %)
 Variabel Berubah
Starter
Starter A : Ragi (9 gr), lubang (berlubang)
Starter B : Ragi (6 gr), lubang (berlubang)
Starter C : Ragi (3 gr), lubang (berlubang)
Starter D : Ragi (3 gr), lubang (tidak berlubang)
Fermentasi
Variabel 1 : pH 3 Starter A
Variabel 2 : pH 3 Starter B
Variabel 3 : pH 3 Starter C
Variabel 4 : pH 4,5 Starter A
Variabel 5 : pH 4,5 Starter B
Variabel 6 : pH 4,5 Starter C
Variabel 7 : pH 8 Starter A
Variabel 8 : pH 8 Starter B
Variabel 9 : pH 8 Starter C
 Variabel Respon
Starter : Densitas dan jumlah koloni
Fermentasi : Densitas dan kadar glukosa

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.2.1 Bahan
1. Sari buah semangka 7. H2SO4
2. Glukosa 8. Indicator MB
3. KH2PO4 9. Aquadest
3. Urea 10. Ragi roti (fermipan)

11
4. NaOH 11. Fehling A dan B
3.2.2 Alat
1. Erlenmeyer 5. Beaker glass
2. Buret, statif, klem 6. Autoclave
3. Gelas ukur 7. Kompor listrik
4. Pengaduk 8. Pipet tetes
3.2.3 Gambar Alat

Gambar 3.3 Erlenmeyer Gambar 3.4 Buret, statif, Gambar 3.5 Gelas ukur
klem

Gambar 3.6 Pengaduk Gambar 3.7 Beaker glass Gambar 3.8 Autoclave

Gambar 3.9 Kompor listrik Gambar 3.10 Pipet tetes

3.3 Prosedur Praktikum


A. Pembuatan Starter
a. Persiapkan bahan baku untuk bahan starter. Bahan baku di press
sehingga diperoleh sari buah semangka yang telah bebas dari ampas

12
sesuai variabel.
b. Sari buah semangka disterilkan dengan cara dididihkan. Adonan
didinginkan sampai suhu kamar
c. Sari buah semangka sebanyak 200 ml ditambahkan KH2PO4, MgSO4,
urea sebanyak 5 gr sebagai nutrient.
d. pH diatur 4.
e. Ragi/fermipan sebanyak 9, 6, 3, 3 gr ditambahkan ke dalam larutan
tersebut.
f. Jumlah yeast dan densitas dalam larutan dihitung setiap hari selama 2
hari sampai dengan konstan.

B. Pengukuran Variabel Respon


1. Metode perhitungan yeast
Cara Perhitungan Jumlah Mikroorganisme dengan Hemositometer
a. Sampel sebanyak 1 mL diencerkan 100x.
b. Sampel diteteskan pada meja hemositometer .
c. Hemositometer diletakkan pada mikroskop.
d. Gambar/preparat dicari dengan mengatur perbesaran.
e. Jumlah yeast dihitung pada ruang hemositometer.
f. Jumlah yeast/mikroorganisme dihitung dengan mengalikan faktor
pengenceran.

Gambar 3.11 Tampilan Hemositometer Menggunakan Mikroskop

13
Jumlah mikroorganisme per sampel :

2. Analisis densitas
A. Timbang berat piknometer kosong.
B. Tuangkan sampel ke dalam piknometer sampai penuh.
C. Timbang piknometer berisi sampel.

Densitas =

C. Fermentasi
1. Persiapan sari buah
a. Mula-mula persiapkan sari buah semangka untuk bahan starter. Dengan
mempersiapkan Sari buah semangka yang telah bebas dari ampas.
b. Sari buah semangka disterilkan dengan cara dididihkan.
c. Adonan didinginkan sampai suhu kamar, lalu diatur pH 3 ; 4,5 ; 8.
d. Penentuan kadar glukosa substrat (lakukan Metode analisis gula) Kadar
glukosa substrat sebelum fermentasi disesuaikan.

Bila % SB > %sari buah yang diinginkan perlu diencerkan:


% sari buah yang diinginkan =
Bila % SB < % sari

buah yang diinginkan perlu dtambah sukrosa:


180𝑋+(%𝑆𝐵 𝑥 𝑉 𝑆𝐵 𝑥 𝜌𝑆𝐵
% sari buah yang diinginkan = 𝑥 100%
342𝑋+(𝑉 𝑆𝐵 𝑥 𝜌𝑆𝐵)
Berat sukrosa = X mol . 342 gr/mol = Y gram
Y gram dilarutkan ke dalam substrat tersebut
2. Fermentasi media sari buah
a. Substrat yang telah diatur kadar glukosanya diambil.
b. Substrat ditambahkan starter sesuai variabel.
c. Fermentasi anaerob selama 5 hari
d. Lakukan analisan glukosa dan pengukuran densitas sebelum dan sesudah
fermentasi.

14
D. Metode analisis gula
a. Analisa Glukosa Standar
1. Pembuatan glukosa standar.
2. 1,25 gram glukosa anhidrit dilarutkan dengan aquadest pada labu takar 500 ml
3. Standarisasi kadar glukosa
4. 5 mL glukosa standar, diencerkan sampai 100 mL, diambil 5 mL, dinetralkan
pHnya.
5. Larutan ditambahkan 5 mL fehling A dan 5 mL fehling B.
6. Larutan dipanaskan hingga 60°C s.d. 70°C.
7. Larutan dititrasi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60°C- 70°C sampai
warna biru hampir hilang, ditambahkan 2 tetes MB.
8. Larutan dititrasi lagi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60°C
s.d. 70°Csampai warna biru menjadi merah bata.
9. Kebutuhan titran dicatat volumenya.
F = V titran

b. Mengukur kadar glukosa sari buah


1. Ukur densitas sari buah
2. Cari M
a. 5 ml sari buah, diencerkan hingga 100 ml, diambil 5 ml dan dinetralkan
pHnya.
b. Larutan ditambahkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B, ditambahkan 5 ml
glukosa standar yang telah diencerkan.
c. Larutan dipanaskan hinga 60°C s.d. 70°C.
d. Larutan dititrasi dengan glukosa standart sambil dipanaskan 60°C s.d. 70°C,
sampai warna biru hampir hilang, lalu ditambahkan 2 tetes MB.
e. Larutan dititrasi lagi dengan glukosa standart sambil dipanaskan 60°C s.d.
70°Csampai warna biru menjadi merah bata.
f. Kebutuhan titran dicatat volumenya.
M = V titran

g. Kadar glukosa sari buah diukur dengan rumus berikut:

15
c. Analisis densitas
1. Timbang berat piknometer kosong.
2. Tuangkan sampel ke dalam piknometer sampai penuh.
3. Timbang piknometer berisi sampel.

Densitas =

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Jumlah Ragi terhadap Jumlah Koloni Starter


Tabel 4.1 Pengaruh Jumlah Ragi terahdap Jumlah Koloni Starter

Hari ke- Starter A Starter B Starter C

0 2,6 x 1010 2,2 x 1010 1,8 x 1010

1 3,5 x 1010 2,9 x 1010 2,8 x 1010

2 4,2 x 1010 3,7 x 1010 2,4 x 1010


450

400
Jumlak Koloni (1x100000000)

350 Starter A
(Ragi 9gr)
300 Starter B
(Ragi 6gr)
250 Starter C
(Ragi 3gr)
200

150
0 1 2
Waktu(hari)

Gambar 4.1 Pengaruh Jumlah Ragi terhadap Jumlah Koloni Starter


Pada gambar 4.1, dapat dilihat pengaruh jumlah ragi terhadap jumlah koloni
starter. Pada hari ke-0, ditunjukkan besar jumlah koloni pada starter A (9gr), starter
B (6gr), dan starter C (3gr) berturut-turut adalah 2,6 x 1010, 2,2 x 1010, dan 1,8 x
1010. Pada hari ke-1 besar jumlah koloni pada starter A (9gr), starter B (6gr), dan
starter C (3gr) berturut-turut adalah 2,5x 1010, 2,9 x 1010, dan 2,8 x 1010. Dan pada
hari ke-2 jumlah koloni pada starter A (9gr), starter B (6gr), dan starter C(3gr)
berturut-turut adalah 4,2 x 1010, 3,7x1010, dan 4,2 x1010. Dari gambar 4.1 ini, dapat
dilihat bahwa jumlah koloni yang paling banyak pada setiap harinya adalah starter
A, lalu starter B, dan yang paling sedikit adalah starter C.

17
Penambahan jumlah ragi yang semakin besar, akan memperbesar jumlah koloni
yang dihasilkan pula. Menurut Khodijah dan Abtokhi (2015), hal ini disebabkan
Saccharomyces cerevisiae tumbuh dengan drastis dan persediaan nutrien yang
menunjang petumbuhan Saccharomyces cerevisiae masih banyak seiring
penambahan starter lebih besar sehingga bakteri yang merubah glukosa menjadi
etanol semakin besar, proses ini akan terhenti jika kadar alkohol tidak dapat ditolerir
oleh mikroba.
Dapat disimpulkan bahwa percobaan yang telah dilakukan sesuai dengan teori di
atas. Starter A dengan jumlah ragi yang paling banyak yaitu sebesar 9gr memiliki
jumlah koloni paling banyak pula, lalu starter B dengan jumlah ragi 6gr berada di
posisi kedua setelah starter A, dan yang terakhir adalah starter c dengan jumlah ragi
paling sedikit yaitu 3gr, memiliki jumlah koloni yang paling sedikit pula.

4.2 Pengaruh Oksigen terhadap Jumlah Koloni Starter


30

25

20
Jumlah Koloni

15
Variabel C (Berlubang)

10 Variabel D (Tutup)

0
0 1 2
Waktu (Hari)

Gambar 4.2 Pengaruh Oksigen terhadap Jumlah Koloni

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh oksigen


terhadap jumlah koloni yang dihasilkan. Pada grafik di atas terdapat 2 variabel, yaitu
variabel C yang berlubang dan variabel D yang tertutup oleh aluminium foil, yang
sama-sama menggunakan jumlah ragi sebanyak 3 gram. Pada hari ke-0, jumlah
koloni variabel C berjumlah sebanyak 18 dan jumlah koloni variabel D berjumlah
sebanyak 17. Pada hari ke-1, jumlah koloni variabel C berjumlah sebanyak 28 dan

18
jumlah koloni variabel D berjumlah sebanyak 20. Dan yang terakhir pada hari ke-2,
jumlah koloni variabel C berjumlah sebanyak 24 dan jumlah koloni variabel D
berjumlah sebanyak 22. Dari data di atas, disimpulkan bahwa jumlah koloni kedua
variabel C mengalami peningkatan dan penurunan seiring dengan penambahan
waktu, sedangkan variabel D mengalami peningkatan seiring dengan penambahan
waktu, dan juga dapat dilihat bahwa jumlah koloni variabel C berjumlah lebih
banyak dibandingkan jumlah koloni variabel D.
Menurut Ferdaus dkk. (2008), salah satu faktor yang memengaruhi fermentasi
adalah kandungan oksigen. Tersedianya oksigen memengaruhi jenis mikroba yang
dapat tumbuh. Mikroba dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu mikroba yang
bersifat aerob (membutuhkan oksigen), dan anaerob fakultatif (dapat hidup pada
keadaan ada atau tidak adanya oksigen). Jumlah koloni yang terhitung pada
fermentasi menunjukkan adanya aktivitas mikroba pada ragi dalam menggunakan
substrat untuk proses pertumbuhannya. Saccharomyces cervisiae tumbuh dengan
baik pada kondisi aerob karena Saccharomyces cerevisiae membutuhkan oksigen
untuk melangsungkan proses metabolism dan memperbanyak jumlah koloni
(Kunaepah, 2008 dalam Azizah, dkk. 2012). Tanpa kehadiran oksigen yang cukup
pertumbuhan menjadi lebih lambat dan jumlah koloni yang terhitung lebih sedikit
(Zely, 2014).
Hasil praktikum yang kami dapatkan pada starter C mengalami penyimpangan
teori pada hari ke-2. Pada perlakuan kondisi fermentasi anaerob, gula lebih banyak
digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber karbon sehingga gula yang tersisa
semakin sedikit (Nendissa, dkk. 2015). Hal ini berpengaruh pada penurunan jumlah
koloni. Sedangkan, pada starter C jumlah koloni terus mengalami peningkatan,
karena Saccahromyces cerevisisae merupakan organisme fakultatif anaerob yang
dapat menggunakan baik system aerob maupun anaerob untuk memperoleh energy
dari pemecahan glukosa (Zely, 2014).

19
4.3 Pengaruh Jumlah Koloni terhadap Densitas Starter
Tabel 4.2 Pengaruh Jumlah Koloni terhadap Jenis Densitas Starter
Starter A Starter B Starter C Starter D
Waktu
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
(Hari) ρ ρ ρ ρ
Koloni Koloni Koloni Koloni
0 0,9755 2,6 × 10 10 1,1051 2,2 × 1010 1,1006 1,8 × 1010 1,0987 1,7 × 1010
1 1,1559 3,5 × 1010 1,1182 2,9 × 1010 1,1102 2,8 × 1010 1,1062 2 × 1010
2 1,1749 4,2 × 1010 1,1568 3,7 × 1010 1,09002 2,4 × 1010 1,1446 2,2 × 1010
1.25

1.2
Densitas (gr/ml)

1.15
Starter A
1.1
Starter B
1.05 Starter C
1 Starter D

0.95
0 1 2 3 4 5
Jumlah Koloni (x1010)

Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Jumlah Koloni terhadap Densitas Starter


Pada gambar 4.3 menunjukkan pengaruh jumlah koloni terhadap densitas
starter. Dari grafik di atas dapat diamati bahwa pada percobaan hari ke-0 didapat
densitas pada starter A 0,9755 gr/ml dan jumlah koloninya 2,6 × 1010 , densitas pada
starter B 1,1051 gr/ml dan jumlah koloninya 2,2 × 1010 , densitas pada starter C
1,1006 gr/ml dan jumlah koloninya 1,8 × 1010 , dan densitas pada starter D 1,0987
gr/ml dan jumlah koloninya 1,7 × 1010 . Pada hari ke-1 didapat densitas pada starter
A 1,1559 gr/ml dan jumlah koloninya 3,5 × 1010 , densitas pada starter B 1,1182
gr/ml dan jumlah koloninya 2,9 × 1010 , densitas pada starter C 1,1102 gr/ml dan
jumlah koloninya 2,8 × 1010 , dan densitas pada starter D 1,1062 gr/ml dan jumlah
koloninya 2 × 1010 . Pada hari ke-2 didapat densitas pada starter A 1,1749 gr/ml dan
jumlah koloninya 4,2 × 1010 , densitas pada starter B 1,1568 gr/ml dan jumlah
koloninya 3,7 × 1010 , densitas pada starter C 1,09002 gr/ml dan jumlah koloninya
2,4 × 1010 , dan densitas pada starter D 1,1446 gr/ml dan jumlah koloninya 2,2 ×
1010 . Dapat dilihat pada hari ke-0 bahwa pada starter A mengalami peningkatan

20
jumlah koloni saat densitas menurun. Namun pada saat starter B mengalami
penurunan jumlah koloni saat densitas meningkat dan pada starter C dan D terjadi
penurunan jumlah koloni saat densitas menurun. Pada hari ke-1 dapat dilihat bahwa
pada starter A mengalami peningkatan jumlah koloni saat densitas meningkat dan
pada starter B sampai starter D mengalami penurunan jumlah koloni saat densitas
menurun. Pada hari ke-2 dapat dilihat bahwa pada starter A sampai starter C
mengalami penurunan jumlah koloni saat densitas menurun. Namun pada starter D
mengalami penurunan jumlah koloni saat densitas meningkat.
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa semua starter mengalami penurunan jumlah
koloni pada saat peningkatan dan penurunan densitas. Hal ini disebabkan oleh
pemanasan berulang. Pemanasan akan merusak kandungan nutrisi yang ada di dalam
media, terutama menyebabkan denaturasi protein. Pemanasan dapat menyebabkan
denaturasi merubah protein, kehilangan aktivitas enzim, perubahan kelarutan dan
hidrasi, perubahan warna, derivatisasi residu asam amino, pemutusan ikatan peptide
dan pembentuk senyawa lain (Wati, Risa, 2018).
Dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan kami sesuai dengan teori yang ada
bahwa jumlah koloni menurun seiring dengan peningkatan dan penurunan densitas.

4.4 Pengaruh pH terhadap Konversi Alkohol


Tabel 4.3 Pengaruh pH terhadap Konversi Alkohol pada Fermentasi Starter A
Hari ke Starter A pH 3 Starter A pH 4,5 Starter A pH 8
2 71,21% 75,16% 67,95%
4 74,46% 77,98% 73,43%
6 86,65% 91,93% 79,47%
8 55,46% 54,45% 56,21%

21
100
90
80

Konversi Alkohol (%)


70
60
50 Starter A pH 3
40 Starter A pH 4,5
30 Starter A pH 8
20
10
0
0 2 4 6 8 10
t (Hari)

Gambar 4.4 Pengaruh pH terhadap Konversi Alkohol pada Fermentasi Starter A

Tabel 4.4 Pengaruh pH terhadap Konversi Alkohol pada Fermentasi Starter B


Hari ke Starter B pH 3 Starter B pH 4,5 Starter B pH 8
2 69,71% 74,62% 69,42%
4 76,64% 77,20% 74,53%
6 85,72% 88,22% 79,80%
8 56,72% 56,03% 56,56%

100
90
80
Konversi Alkohol (%)

70
60
50 Starter B pH 3
40 Starter B pH 4,5
30 Starter B pH 8
20
10
0
0 2 4 6 8 10
t (Hari)

Gambar 4.5 Pengaruh pH terhadap Konversi Alkohol pada Fermentasi Starter B

22
Tabel 4.5 Pengaruh pH terhadap Konversi Alkohol pada Fermentasi Starter C
Hari ke Starter C pH 3 Starter C pH 4,5 Starter C pH 8
2 67,50% 74,10% 70,64%
4 79,75% 78,90% 76,02%
6 85,24% 86,63% 79,55%
8 57,17% 56,60% 57,53%

100
90
80
Konversi Alkohol (%)

70
60
50 Starter C pH 3
40 Starter C pH 4,5
30 Starter C pH 8
20
10
0
0 2 4 6 8 10
t (Hari)

Gambar 4.6 Pengaruh pH terhadap Konversi Alkohol pada Fermentasi Starter C


Dari ketiga gambar di atas, terlihat ada nya pengaruh pH terhadap konversi
alkohol pada starter A, B, dan C. Di hari mula-mula (hari ke-2) sampai hari ke-6,
terjadi kenaikan konversi alkohol secara perlahan, lalu turun dengan cukup
signifikan hingga hari ke 8. Konversi alkohol tertinggi baik starter A, B, maupun C
memiliki kesamaan yaitu pada pH 4,5 lalu diikuti pH 3 pada posisi kedua, dan pH 8
pada posisi terakhir. Namun terjadi sedikit perbedaan pada starter C, di mana starter
C pH 3 saat hari mula-mula (hari ke-2) memiliki konversi alkohol paling rendah
dengan selisih sebesar 3,14% dari starter C pH 8. Sedangkan pada starter A dan B,
pH 3 konsisten berada di posisi kedua dengan konversi alkohol tertinggi sejak hari
ke-2.
Keasaman atau pH dari media sangat mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme. Hal ini dikarenakan bahwa seiring pertumbuhan Saccharomyces
cereviseae, khamir mampu mensintesis energi dengan sempurna melalui
aktivitas memecah glukosa, dan akhirnya mengeluarkan (eksresi) produk-

23
produk metabolisme yang terbentuk berupa etanol, pada pH 4,5 khamir
memasuki fase pertumbuhan yang dipercepat. Ketika pH ditingkatkan, maka
laju pertumbuhan akan menurun dan akhirnya pertumbuhan berhenti sama
sekali. Berhentinya pertumbuhan dapat disebabkan karena berkurangnya
beberapa nutrien esensial dalam medium, atau karena terjadinya akumulasi
autotoksin dalam medium atau kombinasi dari keduanya. Produk etanol akan
mulai turun sampai fermentasi mendekati pH 5. Derajat keasaman (pH)
optimum untuk proses fermentasi yang sama dengan pH optimum untuk proses
pertumbuhan khamir yaitu pH 4,0–4,5 (Astuti 1991 dalam Yuda et al, 2018). pH
dibawah 3 ternyata hasil fermentasi etanol akan semakin rendah, karena
fermentasinya berjalan lambat. Sehingga terdapat indikasi apabila pH dibawah
4, kadar etanol yang akan dihasilkan akan rendah. (Volk 1993, dalam Yuda et al,
2018). Jika mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium, mula-mula akan
mengalami fase adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan di
sekitarnya yang dipengaruhi kondisi lingkungan dan jumlah inokulum. Sedangkan
fase kematian akan terjadi saat mikroorganisme mulai kehabisan energi cadangkan
di dalam sel (Hamdiyanti, 2011).
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan telah sesuai dengan teori
literatur, di mana Starter A, B, dan C memiliki konversi alkohol paling tinggi pada
pH 4,5 yang merupakan kondisi derajat keasamaan paling optimal untuk proses
pertumbuhan khamir. Penurunan konversi alkohol pada starter A, B, dan C pada hari
ke-8 terjadi disebabkan oleh khamir yang tengah mengalami fase kematian karena
kehabisan energi cadangan di dalam sel. Sedangkan perbedaan pada starter C pH 3
di hari ke-2, terjadi disebabkan perbedaan kemampuan khamir dalam mengalami
fase adaptasi terhadap lingkungan atau medium baru.

4.5 Pengaruh Waktu Fermentasi terhadap Densitas Sari Buah


Tabel 4.6 Pengaruh Waktu Fermentasi terhadap Densitas Sari Buah
2 4 6 8
Variabel 1 1,129 gr/ml 1,028 gr/ml 0,974 gr/ml 0,915 gr/ml
Variabel 2 1,139 gr/ml 1,038 gr/ml 0,989 gr/ml 0,930 gr/ml
Variabel 3 1,154 gr/ml 1,099 gr/ml 1,016 gr/ml 0,963 gr/ml

24
Variabel 4 1,087 gr/ml 0,965 gr/ml 0,929 gr/ml 0,9002 gr/ml
Variabel 5 1,108 gr/ml 0,989 gr/ml 0,955 gr/ml 0,921 gr/ml
Variabel 6 1,139 gr/ml 1,007 gr/ml 0,972 gr/ml 0,936 gr/ml
Variabel 7 1,139 gr/ml 1,101 gr/ml 0,974 gr/ml 0,942 gr/ml
Variabel 8 1,161 gr/ml 1,109 gr/ml 1,015 gr/ml 0,964 gr/ml
Variabel 9 1,175 gr/ml 1,126 gr/ml 1,039 gr/ml 0,989 gr/ml

1.4
starter A pH 3
1.2
starter B pH 3
1
Densitas (gr/ml)

starter C pH 3
0.8 starter A pH 4,5

0.6 starter B pH 4,5

0.4 starter C pH 4,5


starter A pH 8
0.2
starter B pH 8
0
0 2 4 6 8 10 starter C pH 8

Waktu (Hari)

Gambar 4.7 Pengaruh Waktu Fermentasi terhadap Densitas Sari Buah


Pada gambar 4.7 menunjukkan pengaruh waktu fermentasi terhadap densitas sari
buah. Dalam grafik di atas dapat diamati bahwa baik variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
maupun 9 (starter A pH 3, starter B pH 3, starter C pH 3, starter A pH 4.5, starter B
pH 4.5, starter C pH 4.5, starter A pH 8, starter B pH 8, dan starter C pH 8)
semuanya mengalami tren penurunan densitas sari buah seiring dengan bertambah
nya waktu fermentasi. Berdasarkan grafik, penurunan yang terjadi pada semua
variabel dapat dilihat tidak terlalu signifikan. Sebab penurunan nilai densitas
terhadap waktu fermentasi masih berada dalam rentang 1 - 1,2.
Penurunan densitas seiring bertambah nya waktu fermentasi disebabkan karena
lama fermentasi memiliki pengaruh terhadap densitas alkohol yang diuji dimana
pengaruh tersebut berupa suatu penurunan dalam nilai densitas seiring
bertambahnya waktu, bahwa semakin lama fermentasi aktivitas mikrobia
mengalami pertumbuhan dengan berkembang biak semakin banyak, sehingga
dengan semakin meningkatnya jumlah mikroba maka semakin banyak pula

25
karbohidrat yang terurai menjadi alkohol. Dengan meningkatnya jumlah alkohol
ini maka berat atau densitas daripada campuran alkohol-air akan semakin rendah.
Semakin tinggi persentase ragi maka semakin rendah nilai density. Ragi
Saccharomyces cerevisiae merubah glukosa menjadi etanol, dimana jika ragi yang
diberikan banyak maka etanol yang dihasilkan juga akan semakin banyak dan
begitu juga sebaliknya, sehingga densitasnya akan semakin rendah (Khodijah et al,
2015).
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan kami dalam hal pengaruh waktu
fermentasi terhadap densitas sari buah sesuai dengan teori literatur yang
dicantumkan. Di mana terjadi tren penurunan densitas sari buah pada semua variabel
seiring dengan bertambah nya waktu fermentasi.

26
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Praktikan dapat membuat alkohol dari sari buah semangka.
2. Semakin banyaknya penambahan ragi yang diberikan pada starter maka
sebanding dengan jumlah koloni yang dihasilkan dimana starter A (9 gram)
dengan penambahan ragi terbanyak memiliki koloni yang lebih banyak
dibandingkan dengan starter B (6 gram) dan C (3 gram).
3. Starter A, B, dan C memiliki konversi alkohol paling tinggi pada pH 4,5 yang
merupakan kondisi derajat keasamaan paling optimal untuk proses pertumbuhan
khamir. Penurunan konversi alkohol pada starter A, B, dan C pada hari ke-8
terjadi disebabkan oleh khamir yang tengah mengalami fase kematian karena
kehabisan energi cadangan di dalam sel. Sedangkan perbedaan pada starter C pH
3 di hari ke-2, terjadi disebabkan perbedaan kemampuan khamir dalam
mengalami fase adaptasi terhadap lingkungan atau medium baru

5.2 Saran
1. Sterilkan alat yang digunakan.
2. Teliti dalam mengatur pH agar sesuai dengan prosedur.
3. Cermat dalam menghitung jumlah koloni.

27
DAFTAR PUSTAKA

Alwi Mustofa, 2012. Pemanfaatan Pati Garut sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol
dengan Fermantasi oleh Sacharomyces Cereviceae. Semarang.

Ani Setiasih, 2011. Pemanfaatan Talas sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol.
Semarang.

Azizah, N., Al-Barrii, A. N., & Mulyani, S. (2012). Pengaruh lama fermentasi terhadap
kadar alkohol, pH, dan produksi gas pada proses fermentasi bioetanol dari whey
dengan substitusi kulit nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 1(3).

Berlian, dkk., 2016. Uji Kadar Alkohol pada Tapai Ketan Putih dan Singkong Melalui
Fermentasi dengan Dosis Ragi yang Berbeda. Palembang.

Eny Ida Riyanti, 2009. Biomassa sebagai Bahan Baku Bioetanol. Bogor.

Jayus, dkk., 2016. Produksi Bioetanol oleh Saccharomyces cervisiae FNCC 3210 pada
Media Molases dengan Kecepatan Agitasi dan Aerasi yang Berbeda.

Khodijah, S., Abtokhi, A. Analisis Pengaruh Variasi Persentase Ragi (Saccharomyces


cerevisiae) Dan Waktu Pada Proses Fermentasi Dalam Pemanfaatan Duckweed
(Lemna minor) Sebagai Bioetanol. Jurnal Neutrino Vol.7 No.2: 71-76.

Lidiawati, dkk., 2018. Sintesis Etil Asetat dari Hasil Fermentasi Kulit Singkong dengan
Asam Asetat menggunakan Katalis Asam. Samarinda.

Nendissa, S. J., Breemer, R., & Melamas, N. (2015). Pengaruh konsentrasi ragi
Saccharomyces cerevisiae dan lama fermentasi terhadap kualitas cuka tomi-tomi
(Flacourtia inermis). AGRITEKNO: Jurnal Teknologi Pertanian, 4(2), 50-55.

Nur, dkk., 2009. Bioetanol Fuel Grade dari Talas. Surakarta.

Suryana, dkk., 2012. Kelayakan Industri Kecil Bioetanol Berbahan Baku Molases di
Jawa Tengah. Bogor.

Titin Rustriningsih, 2007. Pengaruh Penambahan Ammonium Sulfat terhadap Produksi


Etanol pada Fermentasi Beras Ketan Putih (Oryza sativa L. var glutinosa)
dengan Inokulum Saccharomyces cerevisiae. Surakarta.

28
Voulda D. Loupatty, 2014. Pemanfaatan Bioetanol sebagai Sumber Energi Alternatif
Pengganti Minyak Tanah. Ambon.

Yasinda, dkk., 2015. Karakterisasi dan Evaluasi Keragaman Genotipe Semangka Lokal.
Bogor.

Yuana Susmiati, 2018. Prospek Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian dan Sampah
Organik. Jember.

Zely, F. D., Sumpono, S., & Candra, I. N. (2014). Pengaruh Waktu dan Kadar
Saccharomyces cerevisiae Terhadap Produksi Etanol dari Serabut Kelapa pada
Proses Sakarifikasi dan Fermentasi Simultan dengan Enzim Selulase (Doctoral
dissertation, Universitas Bengkulu).

29
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM BIOPROSES

Materi :
ALKOHOL

OLEH :

KELOMPOK : 2 / Kamis
NAMA : NIM:
1. Brillian Talenta Berttyana 21030119190175
2. Elan Patria Nusadi 21030119190081
3. 3. Muhammad Zaki Farilla Lazani 21030119190155
4. Syavirly Azrana 21030119190177

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

A-1
I.I Tujuan Percobaan
1. Membuat alkohol dari sari buah semangka.
2. Mempelajari pengaruh penambahan ragi terhadap pertumbuhan yeast pada
pembuatan starter.
3. Mempelajari pengaruh kadar glukosa substrat terhadap konversi pembuatan
alkohol.
I.I Percobaan

2.1 Bahan
1. Sari buah semangka 7. H2SO4
2. Glukosa 8. Indicator MB
3. KH2PO4 9. Aquadest
3. Urea 10. Ragi roti (fermipan)
4. NaOH 11. Fehling A dan B
2.2 Alat
1. Erlenmeyer 5. Beaker glass
2. Buret, statif, klem 6. Autoclave
3. Gelas ukur 7. Kompor listrik
4. Pengaduk 8. Pipet tetes
2.3 Prosedur Praktikum
A. Pembuatan Starter
a. Persiapkan bahan baku untuk bahan starter. Bahan baku di press
sehingga diperoleh sari buah semangka yang telah bebas dari ampas
sesuai variabel.
b. Sari buah semangka disterilkan dengan cara dididihkan. Adonan
didinginkan sampai suhu kamar
c. Sari buah semangka sebanyak 200 ml ditambahkan KH2PO4, MgSO4,
urea sebanyak 5 gr sebagai nutrient.
d. pH diatur 4.
e. Ragi/fermipan sebanyak 9, 6, 3, 3 gr ditambahkan ke dalam larutan
tersebut.
f. Jumlah yeast dan densitas dalam larutan dihitung setiap hari selama 2
hari sampai dengan konstan.

A-2
B. Pengukuran Variabel Respon
1. Metode perhitungan yeast
Cara Perhitungan Jumlah Mikroorganisme dengan Hemositometer
g. Sampel sebanyak 1 mL diencerkan 100x.
h. Sampel diteteskan pada meja hemositometer.
i. Hemositometer diletakkan pada mikroskop.
j. Gambar/preparat dicari dengan mengatur perbesaran.
k. Jumlah yeast dihitung pada ruang hemositometer.
l. Jumlah yeast/mikroorganisme dihitung dengan mengalikan faktor
pengenceran.

Gambar 3.11 Tampilan Hemositometer Menggunakan Mikroskop

A-3
Jumlah mikroorganisme per sampel :

5. Analisis densitas
A. Timbang berat piknometer kosong.
B. Tuangkan sampel ke dalam piknometer sampai penuh.
C. Timbang piknometer berisi sampel.

Densitas =

D. Fermentasi
3. Persiapan sari buah
a. Mula-mula persiapkan sari buah semangka untuk bahan starter. Dengan
mempersiapkan Sari buah semangka yang telah bebas dari ampas.
b. Sari buah semangka disterilkan dengan cara dididihkan.
c. Adonan didinginkan sampai suhu kamar, lalu diatur pH 3 ; 4,5 ; 8.
d. Penentuan kadar glukosa substrat (lakukan Metode analisis gula) Kadar
glukosa substrat sebelum fermentasi disesuaikan.

Bila % SB > %sari buah yang diinginkan perlu diencerkan:


% sari buah yang diinginkan =
Bila % SB < % sari

buah yang diinginkan perlu dtambah sukrosa:


180𝑋+(%𝑆𝐵 𝑥 𝑉 𝑆𝐵 𝑥 𝜌𝑆𝐵
% sari buah yang diinginkan = 𝑥 100%
342𝑋+(𝑉 𝑆𝐵 𝑥 𝜌𝑆𝐵)
Berat sukrosa = X mol . 342 gr/mol = Y gram
Y gram dilarutkan ke dalam substrat tersebut
4. Fermentasi media sari buah
a. Substrat yang telah diatur kadar glukosanya diambil.
b. Substrat ditambahkan starter sesuai variabel.
c. Fermentasi anaerob selama 5 hari
d. Lakukan analisan glukosa dan pengukuran densitas sebelum dan sesudah
fermentasi.

A-4
D. Metode analisis gula
a. Analisa Glukosa Standar
1. Pembuatan glukosa standar.
2. 1,25 gram glukosa anhidrit dilarutkan dengan aquadest pada labu takar 500 ml
3. Standarisasi kadar glukosa
4. 5 mL glukosa standar, diencerkan sampai 100 mL, diambil 5 mL, dinetralkan
pHnya.
5. Larutan ditambahkan 5 mL fehling A dan 5 mL fehling B.
6. Larutan dipanaskan hingga 60°C s.d. 70°C.
7. Larutan dititrasi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60°C- 70°C sampai
warna biru hampir hilang, ditambahkan 2 tetes MB.
8. Larutan dititrasi lagi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60°C
s.d. 70°Csampai warna biru menjadi merah bata.
9. Kebutuhan titran dicatat volumenya.
F = V titran

b. Mengukur kadar glukosa sari buah


1. Ukur densitas sari buah
2. Cari M
a. 5 ml sari buah, diencerkan hingga 100 ml, diambil 5 ml dan dinetralkan
pHnya.
b. Larutan ditambahkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B, ditambahkan 5 ml
glukosa standar yang telah diencerkan.
c. Larutan dipanaskan hinga 60°C s.d. 70°C.
d. Larutan dititrasi dengan glukosa standart sambil dipanaskan 60°C s.d. 70°C,
sampai warna biru hampir hilang, lalu ditambahkan 2 tetes MB.
e. Larutan dititrasi lagi dengan glukosa standart sambil dipanaskan 60°C s.d.
70°Csampai warna biru menjadi merah bata.
f. Kebutuhan titran dicatat volumenya.
M = V titran

g. Kadar glukosa sari buah diukur dengan rumus berikut:

A-5
c. Analisis densitas
1. Timbang berat piknometer kosong.
2. Tuangkan sampel ke dalam piknometer sampai penuh.
3. Timbang piknometer berisi sampel.

Densitas =

2.4 Hasil Percobaan


Data Awal

Variabel : Sari semangka

F 26 ml

M 17 ml

sari buah 1,232 gr/ml

V sari buah 200 ml

%SB 1,8623%

Pengaturan Glukosa Substrat

Kadar sari
buah yang pH 3 Starter A, B, C pH 4,5 Starter A, B, C pH 8 Starter A, B, C
diinginkan

V aquadest - - -

Berat sukrosa 47,025 gr 47,025 gr 47,025 gr

Data Starter
Starter A Starter B Starter C Starter D
Hari Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Koloni Koloni Koloni Koloni
1,7x101
0 0,9755 2,6x1010 1,1051 2,2x1010 1,1006 1,8x1010 1,0987 0

A-6
1 1,1559 3,5x1010 1,1182 2,9x1010 1,1102 2,8x1010 1,1062 2x1010
2 1,1749 4,2𝑥1010 1,1568 3,7x1010 1,09002 2,4x1010 1,1446 2,2x1010
Analisa Hasil Fermentasi
F 27 ml 26,5 ml 26 ml 27 ml

M 14 ml 16 ml 20,8 ml 10,7 ml
Variabel 1 (pH 3, %h 2,879% 2,554% 1,335% 4,454%
Starter A)
%alkohol 71,21% 74,46% 86,65% 55,46%

1,129gr/ml 1,028 gr/ml 0,974 gr/ml 0,915


gr/ml
F 27 ml 26,5 ml 26 ml 27 ml
M 13,2 ml 16,8 ml 20,35 ml 10,9 ml
Variabel 2 (pH 3, %h 3,029% 2,336% 1,428% 4,328%
Starter B) %alkohol 69,71% 76,64% 85,72% 56,72%
1,139gr/ml 1,038 gr/ml 0,989 gr/ml 0,93
gr/ml
F 27 ml 26,5 ml 26 ml 27 ml

M 12 ml 17,6 ml 20 ml 10,5 ml
Variabel 3 (pH 3, %h 3,25% 2,025% 1,476% 4,283%
Starter C)
%alkohol 67,5% 79,75% 85,24% 57,17%
1.2482 gr/ml 1,099 gr/ml 1,016 gr/ml 0,963
gr/ml
F 27 ml 26,5 ml 26 ml 27 ml

M 16,2 ml 18 ml 23 ml 10,6 ml
Variabel 4 (pH %h 2,484% 2,202% 0,807% 4,555%
4,5 ; Starter A)
%alkohol 75,16% 77,98% 91,93% 54,45%
1,087 gr/ml 0,965 gr/ml 00,929 gr/ml 0,9002
gr/ml
F 27 ml 26,5ml 26 ml 27 ml
Variabel 5 (pH 15,75 ml 17,6 ml 21,5 ml 10,8 ml
M
4,5 ; Starter B)
%h 2,538% 2,28% 1,178% 4,397%

A-7
%alkohol 74,62% 77,2% 88,22% 56,03%
1,108 gr/ml 0,989 gr/ml 0,955 gr/ml 0,921
gr/ml
F 27 ml 26,5 ml 26 ml 27 ml
Variabel 6 (pH M 15,2 ml 18 ml 20,8 ml 10,75 ml
4,5 ; Starter C)
%h 2,59% 2,11% 1,337% 4,34%
%alkohol 74,1% 78,9% 86,63% 56,6%
1,139 gr/ml 1,005 gr/ml 0,972 gr/ml 0,936
gr/ml
F 27 ml 26,5 ml 26 ml 27 ml

M 12,4 ml 14,8 ml 18 ml 10,5 ml


Variabel 7 (pH 8, %h 3,205% 2,657% 2,053% 4,379%
Starter A)
%alkohol 67,95% 73,43% 79,47% 56,21%
1,139 gr/ml 1,101 gr/ml 0,974 gr/ml 0,942
gr/ml
F 27 ml 26,5 ml 26 ml 27 ml

M 12,8 ml 15,2 ml 17,8 ml 10,25 ml


Variabel 8 (pH 8, %h 3,058% 2,547% 2,02% 4,344%
Starter B)
%alkohol 69,42% 74,53% 79,8% 56,56%
1,161 gr/ml 1,109 gr/ml 1,015 gr/ml 0,964
gr/ml
F 27 ml 26,5 ml 26 ml 27 ml

M 13,2 ml 15,7 ml 17,5 ml 10,2 ml


Variabel 9 (pH 8, %h 2,936% 2,398% 2,045% 4,247%
Starter C)
%alkohol 70,64% 76,02% 79,55% 57,53%
1,175 gr/ml 1,126 gr/ml 1,039 gr/ml 0,989
gr/ml

A-8
LEMBAR PERHITUNGAN

A. Perhitungan Starter
a. Hari ke-0
Massa picnometer kosong = 24 gram
Massa picnometer + air = 49,5 gram
Massa air = 25,5 gram
25,5
Volume picnometer = 0,997 = 25,5767

- Starter A
Massa picno + sari buah = 53,45 gram
Ʃsel = 26
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 24,95 𝑔𝑟
𝜌= = 25,5767 = 0,9755 𝑚𝑙
𝑉 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝑥 Ʃsel
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 26 = 2,6𝑥1010
80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3

- Starter B
Massa picno + sari buah = 52,265 gram
Ʃsel = 22
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 28,265 𝑔𝑟
𝜌= = 25,5767 = 1,1051 𝑚𝑙
𝑉 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝑥 Ʃsel
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 22 = 2,2𝑥1010
80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3

- Starter C
Massa picno + sari buah = 52,15 gram
Ʃsel = 18
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 28,15 𝑔𝑟
𝜌= = 25,5767 = 1,1006 𝑚𝑙
𝑉 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝑥 Ʃsel

A-9
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 18 = 1,8𝑥1010
80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3

- Starter D
Massa picno + sari buah = 52,1 gram
Ʃsel = 17
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 28,1 𝑔𝑟
𝜌= = 25,5767 = 1,0987 𝑚𝑙
𝑉 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝑥 Ʃsel
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 17 = 1,7𝑥1010
80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3

b. Hari ke-1
Massa picnometer kosong = 24,6 gram
Massa picnometer + air = 49,7 gram
Massa air = 25,1 gram
25,1
Volume picnometer = 0,997 = 25,1755 𝑚𝑙

- Starter A
Massa picno + sari buah = 53,7 gram
Ʃsel = 35
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 29,1 𝑔𝑟
𝜌= = 25,1755 = 1,1559 𝑚𝑙
𝑉 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝑥 Ʃsel
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 35 = 3,5𝑥1010
80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3

- Starter B
Massa picno + sari buah = 52,75 gram
Ʃsel = 29
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 28,15 𝑔𝑟
𝜌= = 25,1755 = 1,1182 𝑚𝑙
𝑉 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝑥 Ʃsel
80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 29 = 2,9𝑥1010
80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3

A-10
- Starter C
Massa picno + sari buah = 52,55 gram
Ʃsel = 28
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 27,95 𝑔𝑟
𝜌= = 25,1755 = 1,1102 𝑚𝑙
𝑉 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝑥 Ʃsel
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 28 = 2,8𝑥1010
80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3

- Starter D
Massa picno + sari buah = 52,45 gram
Ʃsel = 20
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 27,85 𝑔𝑟
𝜌= = 25,1755 = 1,1062 𝑚𝑙
𝑉 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝑥 Ʃsel
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 20 = 2𝑥1010
80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3

c. Hari ke-2
Massa picnometer kosong = 24,3 gram
Massa picnometer + air = 48,95 gram
Massa air = 24,65 gram
24,65
Volume picnometer = 0,997 = 24,7241 𝑚𝑙

- Starter A
Massa picno + sari buah = 53,35 gram
Ʃsel = 42
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 29,05 𝑔𝑟
𝜌= = 24,7241 = 1,1749 𝑚𝑙
𝑉 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝑥 Ʃsel
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 42 = 4,2𝑥1010
80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3

A-11
- Starter B
Massa picno + sari buah = 52,9 gram
Ʃsel = 37
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 28,6 𝑔𝑟
𝜌= = 24,7241 = 1,1568 𝑚𝑙
𝑉 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝑥 Ʃsel
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 37 = 3,7𝑥1010
80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3

- Starter C
Massa picno + sari buah = 51,25 gram
Ʃsel = 24
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 26,95 𝑔𝑟
𝜌= = 24,7241 = 1,09002 𝑚𝑙
𝑉 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝑥 Ʃsel
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 24 = 2,4𝑥1010
80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3

- Starter D
Massa picno + sari buah = 52,6 gram
Ʃsel = 22
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 28,3 𝑔𝑟
𝜌= = = 1,1446
𝑉 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 24,7241 𝑚𝑙
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝑥 Ʃsel
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 22 = 2,2𝑥1010
80 𝑥 25 𝑥 10−5 𝑥 10−3

Maka dari itu, data dapat ditulis sebagai berikut:


Data
Starter
Starter A Starter B Starter C Starter D
Hari
ρ Jumlah ρ Jumlah ρ Jumlah ρ Jumlah
(gr/mL) Koloni (gr/mL) Koloni (gr/mL) Koloni (gr/mL) Koloni
0 0,9755 2,6x1010 1,1051 2,2x1010 1,1006 1,8x1010 1,0987 1,7x1010

A-12
1 1,1559 3,5x1010 1,1182 2,9x1010 1,1102 2,8x1010 1,1062 2x1010
2 1,1749 4,2𝑥1010 1,1568 3,7x1010 1,09002 2,4x1010 1,1446 2,2x1010

B. Fermentasi

Data Awal
VARIABEL SARI BUAH
SEMANGKA
F 26 ml
M 17 ml
ρ SARI BUAH 1,232 gr/ml
V SARI BUAH 200 ml
%SB 1,6234%

Massa picnometer kosong = 24,35


Volume picnometer = 24,4734
Massa picnometer + sampel sari buah = 54,5
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 30,15 𝑔𝑟
𝜌 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = = 24,4734 = 1,232 𝑚𝑙
𝑉 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
(𝐹−𝑀)𝑥 𝑥
𝑣 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑣 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
%𝑆𝐵 = 𝑥 100% 𝑥 0,0025
𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 𝜌 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ
200 100
(26−17)𝑥 𝑥
20 5
%𝑆𝐵 = 𝑥 100% 𝑥 0,0025
200𝑥1,232

%𝑆𝐵 = 1,8623%
Karena dalam LKR %V Starter = 12%, maka perlu penambahan sukrosa
Pengaturan Glukosa Substrat
Kadar glukosa dari pH 3 Starter A, B, C
buah yang pH 4,5 Starter A, B,C
diinginkan pH 8 Starter A, B, C
Massa sukrosa 47,025 gram (pH 3 ; 4,5 ; 8)

A-13
C. Penambahan Sukrosa ke dalam Substrat
1. pH 3
180𝑥+(%𝑆𝐵 𝑥 𝑉 𝑆𝐵 𝑥 𝜌 𝑆𝐵)
%𝑆𝐵 = 𝑥 100%
342𝑥+(𝑉 𝑆𝐵 𝑥 𝜌 𝑆𝐵)

180𝑥+(0,018623 𝑥 200 𝑥 1,232)


10% = 𝑥 100%
342𝑥+(200 𝑥 1,232)

X = 0,1375
Berat sukrosa = 0,1375 x 342 gr/mol = 47,025 gram
2. pH 4,5
180𝑥+(%𝑆𝐵 𝑥 𝑉 𝑆𝐵 𝑥 𝜌 𝑆𝐵)
%𝑆𝐵 = 𝑥 100%
342𝑥+(𝑉 𝑆𝐵 𝑥 𝜌 𝑆𝐵)

180𝑥+(0,018623 𝑥 200 𝑥 1,232)


10% = 𝑥 100%
342𝑥+(200 𝑥 1,232)

X = 0,1375
Berat sukrosa = 0,1375 x 342 gr/mol = 47,025 gram
3. pH 8
180𝑥+(%𝑆𝐵 𝑥 𝑉 𝑆𝐵 𝑥 𝜌 𝑆𝐵)
%𝑆𝐵 = 𝑥 100%
342𝑥+(𝑉 𝑆𝐵 𝑥 𝜌 𝑆𝐵)

180𝑥+(0,018623 𝑥 200 𝑥 1,232)


10% = 𝑥 100%
342𝑥+(200 𝑥 1,232)

X = 0,1375
Berat sukrosa = 0,1375 x 342 gr/mol = 47,025 gram
D. Perhitungan Setiap Variabel
a. Hari ke-2
Massa picnometer kosong = 24,8 gram
Massa picnometer + air = 48,6 gram
Massa air = 23,8 gram
23,8
Volume picnometer = 0,997 = 23,8716 ml

- Variabel 1 (pH 3, Starter A)


Massa picnometer + sari buah = 51,75 gram

A-14
Massa sari buah = 26,95 gram
26,95 𝑔𝑟
𝜌= = 1,129
23,8716 𝑚𝑙
200 100
(27−14) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,879%
200 𝑥 1,129
10−2,879
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 71,21%
10

- Variabel 2 (pH 3, Starter B)


Massa picnometer + sari buah = 52 gram
Massa sari buah = 27,2 gram
27,2 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8716 = 1,139 𝑚𝑙
200 100
(27−13,2) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 3,029%
200 𝑥 1,139
10−3,029
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 69,71%
10

- Variabel 3 (pH 3, Starter C)


Massa picnometer + sari buah = 52,35 gram
Massa sari buah = 27,55 gram
27,55 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8716 = 1,154 𝑚𝑙
200 100
(27−12) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 3,25%
200 𝑥 1,154
10−3,249
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 67,5%
10

- Variabel 4 (pH 4,5 ; Starter A)


Massa picnometer + sari buah = 50,75 gram
Massa sari buah = 25,95 gram
25,95 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8716 = 1,087 𝑚𝑙
200 100
(27−16,2) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,484%
200 𝑥 1,087
10−2,484
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 75,16%
10

- Variabel 5 (pH 4,5 ; Starter B)

A-15
Massa picnometer + sari buah = 51,25 gram
Massa sari buah = 26,45 gram
26,45 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8716 = 1,108 𝑚𝑙
200 100
(27−15,75) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,538%
200 𝑥 1,108
10−2,538
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 74,62%
10

- Variabel 6 (pH 4,5 ; Starter C)


Massa picnometer + sari buah = 52 gram
Massa sari buah = 27,2 gram
27,2 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8716 = 1,139 𝑚𝑙
200 100
(27−15,2) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,59%
200 𝑥 1,139
10−2,59
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 74,1%
10

- Variabel 7 (pH 8, Starter A)


Massa picnometer + sari buah = 52 gram
Massa sari buah = 27,2 gram
27,2 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8716 = 1,139 𝑚𝑙
200 100
(27−12,4) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 3,205%
200 𝑥 1,139
10−3,205
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 67,95%
10

- Variabel 8 (pH 8, Starter B)


Massa picnometer + sari buah = 52,52 gram
Massa sari buah = 27,72 gram
27,72 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8716 = 1,161 𝑚𝑙
200 100
(27−12,8) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 3,058%
200 𝑥 1,161
10−3,058
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 69,42%
10

A-16
- Variabel 9 (pH 8, Starter C)
Massa picnometer + sari buah = 52,85 gram
Massa sari buah = 28,05 gram
28,05 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8716 = 1,175 𝑚𝑙
200 100
(27−13,2) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,936%
200 𝑥 1,175
10−2,936
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 70,64%
10

b. Hari ke-4
Massa picnometer kosong = 25 gram
Massa picnometer + air = 48,77 gram
Massa air = 23,77 gram
23,77
Volume picnometer = 0,997 = 23,8412 ml

- Variabel 1 (pH 3, Starter A)


Massa picnometer + sari buah = 49,5 gram
Massa sari buah = 24,5 gram
24,5 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8412 = 1,028 𝑚𝑙
200 100
(26,5−16) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,554%
200 𝑥 1,028
10−2,554
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 74,46%
10

- Variabel 2 (pH 3, Starter B)


Massa picnometer + sari buah = 49,75 gram
Massa sari buah = 24,75 gram
24,75 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8412 = 1,038 𝑚𝑙
200 100
(26,5−16,8) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,336%
200 𝑥 1,038
10−2,336
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 76,64%
10

- Variabel 3 (pH 3, Starter C)

A-17
Massa picnometer + sari buah = 51,2 gram
Massa sari buah = 26,2 gram
26,2 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8412 = 1,099 𝑚𝑙
200 100
(26,5−17,6) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,025%
200 𝑥 1,099
10−2,025
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 79,75%
10

- Variabel 4 (pH 4,5 ; Starter A)


Massa picnometer + sari buah = 48 gram
Massa sari buah = 23 gram
23 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8412 = 0,965 𝑚𝑙
200 100
(26,5−18) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,202%
200 𝑥 0,965
10−2,202
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 77,98%
10

- Variabel 5 (pH 4,5 ; Starter B)


Massa picnometer + sari buah = 48,57 gram
Massa sari buah = 23,57 gram
23,57 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8412 = 0,989 𝑚𝑙
200 100
(26,5−17,6) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,28%
200 𝑥 0,989
10−2,28
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 77,2%
10

- Variabel 6 (pH 4,5 ; Starter C)


Massa picnometer + sari buah = 49 gram
Massa sari buah = 24 gram
24 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8412 = 1,007 𝑚𝑙
200 100
(26,5−18) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,11%
200 𝑥 1,007
10−2,11
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 78,9%
10

A-18
- Variabel 7 (pH 8, Starter A)
Massa picnometer + sari buah = 51,252 gram
Massa sari buah = 26,252 gram
26,252 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8412 = 1,101 𝑚𝑙
200 100
(26,5−14,8) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,657%
200 𝑥 1,101
10−2,657
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 73,43%
10

- Variabel 8 (pH 8, Starter B)


Massa picnometer + sari buah = 51,45 gram
Massa sari buah = 26,45 gram
26,45 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8412 = 1,109 𝑚𝑙
200 100
(26,5−15,2) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,547%
200 𝑥 1,109
10−2,547
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 74,53%
10

- Variabel 9 (pH 8, Starter C)


Massa picnometer + sari buah = 51,85 gram
Massa sari buah = 26,85 gram
26,85 𝑔𝑟
𝜌 = 23,8412 = 1,126 𝑚𝑙
200 100
(26,5−15,7) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,398%
200 𝑥 1,126
10−2,398
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 76,02%
10

c. Hari ke-6
Massa picnometer kosong = 25,2 gram
Massa picnometer + air = 48,8 gram
Massa air = 23,6 gram
23,6
Volume picnometer = 0,997 = 23,671 ml

- Variabel 1 (pH 3, Starter A)

A-19
Massa picnometer + sari buah = 48,25 gram
Massa sari buah = 23,05 gram
23,05 𝑔𝑟
𝜌 = 23,671 = 0,974 𝑚𝑙
200 100
(26−20,8) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 1,335%
200 𝑥 0,974
10−1,335
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 86,65%
10

- Variabel 2 (pH 3, Starter B)


Massa picnometer + sari buah = 48,6 gram
Massa sari buah = 23,4 gram
23,4 𝑔𝑟
𝜌 = 23,671 = 0,989 𝑚𝑙
200 100
(26−20,35) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 1,428%
200 𝑥 0,989
10−1,428
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 85,72%
10

- Variabel 3 (pH 3, Starter C)


Massa picnometer + sari buah = 49,25 gram
Massa sari buah = 24,05 gram
24,05 𝑔𝑟
𝜌 = 23,671 = 1,016 𝑚𝑙
200 100
(26−20) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 1,476%
200 𝑥 1,016
10−1,476
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 85,24%
10

- Variabel 4 (pH 4,5 ; Starter A)


Massa picnometer + sari buah = 47,2 gram
Massa sari buah = 22 gram
22 𝑔𝑟
𝜌 = 23,671 = 0,929 𝑚𝑙
200 100
(26−23) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 0,807%
200 𝑥 0,929
10−0,807
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 91,93%
10

A-20
- Variabel 5 (pH 4,5 ; Starter B)
Massa picnometer + sari buah = 47,8 gram
Massa sari buah = 22,6 gram
22,6 𝑔𝑟
𝜌 = 23,671 = 0,955 𝑚𝑙
200 100
(26−21,5) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 1,178%
200 𝑥 0,955
10−1,178
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 88,22%
10

- Variabel 6 (pH 4,5 ; Starter C)


Massa picnometer + sari buah = 48,2 gram
Massa sari buah = 23 gram
23 𝑔𝑟
𝜌 = 23,671 = 0,972 𝑚𝑙
200 100
(26−20,8) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 1,337%
200 𝑥 0,972
10−1,337
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 86,63%
10

- Variabel 7 (pH 8, Starter A)


Massa picnometer + sari buah = 58,255 gram
Massa sari buah = 23,055 gram
23,055 𝑔𝑟
𝜌 = 23,671 = 0,974 𝑚𝑙
200 100
(26−18) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,053%
200 𝑥 0,974
10−2,053
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 79,47%
10

- Variabel 8 (pH 8, Starter B)


Massa picnometer + sari buah = 49,235 gram
Massa sari buah = 24,035 gram
24,035 𝑔𝑟
𝜌 = 23,671 = 1,015 𝑚𝑙
200 100
(26−17,8) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,02%
200 𝑥 1,015

A-21
10−2,02
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 79,8%
10

- Variabel 9 (pH 8, Starter C)


Massa picnometer + sari buah = 49,8 gram
Massa sari buah = 24,6 gram
24,6 𝑔𝑟
𝜌 = 23,671 = 1,039 𝑚𝑙
200 100
(26−17,5) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 2,045%
200 𝑥 1,039
10−2,045
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 79,55%
10

d. Hari ke-8
Massa picnometer kosong = 25,1 gram
Massa picnometer + air = 48,8 gram
Massa air = 23,7 gram
23,7
Volume picnometer = 0,997 = 23,771 ml

- Variabel 1 (pH 3, Starter A)


Massa picnometer + sari buah = 46,85 gram
Massa sari buah = 21,75 gram
21,75 𝑔𝑟
𝜌= = 0,915
23,771 𝑚𝑙
200 100
(27−10,7) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 4,454%
200 𝑥 0,915
10−4,454
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 55,46%
10

- Variabel 2 (pH 3, Starter B)


Massa picnometer + sari buah = 47,2 gram
Massa sari buah = 22,1 gram
22,1 𝑔𝑟
𝜌 = 23,771 = 0,93 𝑚𝑙
200 100
(27−10,9) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 4,328%
200 𝑥 0,93
10−4,328
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 56,72%
10

A-22
- Variabel 3 (pH 3, Starter C)
Massa picnometer + sari buah = 48 gram
Massa sari buah = 22,9 gram
22,9 𝑔𝑟
𝜌 = 23,771 = 0,963 𝑚𝑙
200 100
(27−10,5) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 4,283%
200 𝑥 0,963
10−4,283
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 57,17%
10

- Variabel 4 (pH 4,5 ; Starter A)


Massa picnometer + sari buah = 46,5 gram
Massa sari buah = 21,4 gram
21,4 𝑔𝑟
𝜌 = 23,771 = 0,9002 𝑚𝑙
200 100
(27−10,6) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 4,555%
200 𝑥 0,9002
10−4,555
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 54,45%
10

- Variabel 5 (pH 4,5 ; Starter B)


Massa picnometer + sari buah = 47 gram
Massa sari buah = 21,9 gram
21,9 𝑔𝑟
𝜌 = 23,771 = 0,921 𝑚𝑙
200 100
(27−10,8) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 4,397%
200 𝑥 0,921
10−4,397
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 56,03%
10

- Variabel 6 (pH 4,5 ; Starter C)


Massa picnometer + sari buah = 47,35 gram
Massa sari buah = 22,25 gram
22,25 𝑔𝑟
𝜌 = 23,771 = 0,936 𝑚𝑙
200 100
(27−10,75) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 4,34%
200 𝑥 0,936

A-23
10−4,34
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 56,6%
10

- Variabel 7 (pH 8, Starter A)


Massa picnometer + sari buah = 47,5 gram
Massa sari buah = 22,4 gram
22,4 𝑔𝑟
𝜌 = 23,771 = 0,942 𝑚𝑙
200 100
(27−10,5) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 4,379%
200 𝑥 0,942
10−4,379
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 56,21%
10

- Variabel 8 (pH 8, Starter B)


Massa picnometer + sari buah = 48,015 gram
Massa sari buah = 22,915 gram
22,915 𝑔𝑟
𝜌 = 23,771 = 0,964 𝑚𝑙
200 100
(27−10,25) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 4,344%
200 𝑥 0,964
10−4,344
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 56,56%
10

- Variabel 9 (pH 8, Starter C)


Massa picnometer + sari buah = 48,6 gram
Massa sari buah = 23,5 gram
23,5 𝑔𝑟
𝜌 = 23,771 = 0,989 𝑚𝑙
200 100
(27−10,2) 𝑥 𝑥
20 5
%ℎ = 𝑥 100% 𝑥 0,0025 = 4,247%
200 𝑥 0,989
10−4,247
%𝐶2𝐻5𝑂𝐻 = 𝑥 100% = 57,53%
10

A-24
Dari hasil perhitungan diatas, dapat ditulis sebagai berikut:
Hari 2 4 6 8
F 27 ml 26,5 ml 26 ml 27 ml
Variabel 1 M 14 ml 16 ml 20,8 ml 10,7 ml
(pH 3 dan Starter %h 2,879% 2,554% 1,335% 4,454%
A)
%C2H5OH 71,21% 74,46% 86,65% 55,46%
1,129gr/ml 1,028 gr/ml 0,974 gr/ml 0,915 gr/ml
F 27 ml 26,5 ml 26 ml 27 ml
Variabel 2 M 13,2 ml 16,8 ml 20,35 ml 10,9 ml
(pH 3 dan Starter %h 3,029% 2,336% 1,428% 4,328%
B) %C2H5OH 69,71% 76,64% 85,72% 56,72%
1,139gr/ml 1,038 gr/ml 0,989 gr/ml 0,93 gr/ml
F 27 ml 26,5 ml 26 ml 27 ml

M 12 ml 17,6 ml 20 ml 10,5 ml
Variabel 3
(pH 3 dan Starter %h 3,029% 2,025% 1,476% 4,283%
C) %C2H5OH 67,5% 79,75% 85,24% 57,17%
1.2482 gr/ml 1,099 gr/ml 1,016 gr/ml 0,963 gr/ml
F 27 ml 26,5 ml 26 ml 27 ml

M 16,2 ml 18 ml 23 ml 10,6 ml
Variabel 4
(pH 4,5 dan %h 2,484% 2,202% 0,807% 4,555%
Starter A) %C2H5OH 75,16% 77,98% 91,93% 54,45%
1,087 gr/ml 0,965 gr/ml 0,929 gr/ml 0,9002 gr/ml
F 27 ml 26,5ml 26 ml 27 ml

M 15,75 ml 17,6 ml 21,5 ml 10,8 ml


Variabel 5
(pH 4,5 dan %h 2,538% 2,28% 1,178% 4,397%
Starter B) %C2H5OH 74,62% 77,2% 88,22% 56,03%
1,108 gr/ml 0,989 gr/ml 0,955 gr/ml 0,921 gr/ml
F 27 ml 26,5 ml 26 ml 27 ml

A-25
M 15,2 ml 18 ml 20,8 ml 10,75 ml
Variabel 6
(pH 4,5 dan %h 2,59% 2,11% 1,337% 4,34%
Starter C) %C2H5OH 74,1% 78,9% 86,63% 56,6%
1,139 gr/ml 1,005 gr/ml 0,972 gr/ml 0,936 gr/ml
F 27 ml 26,5 ml 26 ml 27 ml
Variabel 7
(pH 8 dan Starter A) M 12,4 ml 14,8 ml 18 ml 10,5 ml
%h 3,205% 2,657% 2,053% 4,379%

%C2H5OH 67,95% 73,43% 79,47% 56,21%


1,139 gr/ml 1,101 gr/ml 0,974 gr/ml 0,942 gr/ml
F 27 ml 26,5 ml 26 ml 27 ml

M 12,8 ml 15,2 ml 17,8 ml 10,25 ml


Variabel 8
(pH 8 dan Starter B) %h 3,058% 2,547% 2,02% 4,344%
%C2H5OH 69,42% 74,53% 79,8% 56,56%
1,161 gr/ml 1,109 gr/ml 1,015 gr/ml 0,964 gr/ml
F 27 ml 26,5 ml 26 ml 27 ml

M 13,2 ml 15,7 ml 17,5 ml 10,2 ml


Variabel 9
(pH 8 dan Starter C) %h 2,936% 2,398% 2,045% 4,247%
%C2H5OH 70,64% 76,02% 79,55% 57,53%
1,175 gr/ml 1,126 gr/ml 1,039 gr/ml 0,989 gr/ml

A-26
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI
TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS DIPONEGORO

PRAKTIKUM KE :3
MATERI : Alkohol
HARI : Kamis
TANGGAL : 24 September 2020
KELOMPOK : 2 - Kamis
NAMA : 1. Brillian Talenta B. (21030119190175)
2. Elan Patria N. (21030119190081)
3. M. Zaki Farilla L. (21030119190155)
4. Syavirly Azrana (21030119190177)
ASISTEN : Muhammad Rizky Makarim
KUANTITAS REAGEN :
Data:
Pembuatan Starter
KH2PO4 MgSO4 Urea Ragi Densitas, jumlah
Starter Variabel pH LUBANG
(gr) (gr) (gr) (gr) koloni
A 5 5 5 9 4 BERLUBANG
200 ML Catatan:
B 5 5 5 6 4 BERLUBANG
SARI BUAH
C 5 5 5 3 4 BERLUBANG t=2 hari, tutup al.
SEMANGKA
D 5 5 5 3 4 TIDAK foil
Proses Fermentasi
Sampel pH Starter
200 ML SARI 3 A,B,C
BUAH 4,5 A,B,C
SEMANGKA 8 A,B,C

TUGAS TAMBAHAN:

Mencari tahapan pembentukan bioethanol beserta penjelasannya serta sebutkan minimal 5


manfaat bioethanol dalam kehidupan sehari-hari maupun industry (Tugas tersebut
ditambahkan ke dalam bab II)
Tugas individu meresume jurnal internasional mengenai pembuatan bioethanol. Tiap orang
beda jurnal dan dikumpulkan resume beserta jurnal aslinya dalam bentuk pdf.

24 September 2020
ASISTEN

(Muhammad Rizky Makarim)


21030118130179

A-27
A-28
A-29
A-30
2.2 dan 2.3

Anda mungkin juga menyukai