DISUSUN
OLEH:
No Peserta :
JUDUL PROYEK
Analisis Spektrofotometri UV Vis Pada Penentuan Kadar Fe Air Sumur Bor SMK N
1 pkl Kerinci, Analisis Volumetri/Titrimetri Pada Standarisasi HCL Menggunakan
Boraks Analisis Gravimetri Pada Penentuan Kadar Ca Dalam CaCO3, Analisis
Mikrobiologi Pada Sampel Minuman Berenergi dengan Menggunakan Metode TPC,
Analisi Proksimat Pada Penentuan Bilangan Penyabunan Minyak VCO
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul
Analisis Spektrofotometri UV Vis Pada Penentuan Kadar Fe Air Sumur
Bor SMK N 1 pkl Kerinci, Analisis Volumetri/Titrimetri Pada Standarisasi
HCL Menggunakan Boraks Analisis Gravimetri Pada Penentuan Kadar Ca
Dalam CaCO3, Analisis Mikrobiologi Pada Sampel Minuman Berenergi
dengan Menggunakan Metode TPC, Analisi Proksimat Pada Penentuan
Bilangan Penyabunan Minyak VCO.serta dapat menyelesaikan penyusunan
proposal kegiatan tersebut dengan baik.Laporan ini dapat diselesaikan dengan
baik berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak, olehkarena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
Ibu NURASIA M.pd selaku kepala sekolah SMK N 1 Pkl.Kerinci yang
telah memberikan izin untuk menyelesaikan Uji Kompetensi Keahlian
Ibu Yullidya Fitri S.Si,M.pd selaku ketua jurusan kimia dan juga selaku
pembimbing yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan proposal serta membimbing dengan memberikan
saran,arahan,kritik, dan mendedikasikan sebagian besar waktu untuk
penulis dalam menyelesaikan proposal
Seluruh majelis guru dan staf jurusan Kimia SMK N 1 Pangkalan Kerinci
yang telah banyak memberikan dukungan dan saran dalam proses
menyelesaikan proposal ini
Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan penuh kepada
penulis baik secara moral,spiritual, dan material selama saya
menyelesaikan laporan ini
Seluruh teman teman XII Kimia Analisis yang telah membantu
menyelesaikan proposal dan menjadi teman kerja yang baik
Semua pihak yang tidak dapat diucapkan satu-satu yang telah banyak
membantu dalam menyelesaikan proposal ini
Penulis menyadari proposal yang penulis susun ini masih banyak kekurangan serta
masih terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak saya perhatikan. Sekira nya ada saran
yang ingin di sampaikan boleh disampaikan langsung kepada penulis, penulis sangat
mengharapkan saran dari Bapak/Ibu sekalian. Semoga proposal yang saya susun ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
ii
DAFTAR ISI
2.4.2 VCO......................................................................................................... 29
iii
2.4.3 Bilangan Penyabunan .............................................................................. 31
4.1 Hasil.............................................................................................................55
4.2 Pembahasan.................................................................................................66
5.1 Kesimpulan...................................................................................................75
5.2 Saran...............................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................79
LAMPIRAN...........................................................................................................82
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
agar. TPC memberikan gambaran tentang kualitas dan hygiene suatu bahan secara
keseluruan, akan tetapi metode ini memiliki kemampuan yang terbatas dalam
mengidentifikasi sumber kontaminasi bakteri. Prinsip dari metode ini adalah
menumbuhkan sel mikroorganisme yang masih hidup pada medium, kemudian
mikroorganisme akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat
langsung, selanjutnya akan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop.
Virgin coconut oil (VCO) atau minyak kelapa murni merujuk pada minyak yang
diperoleh dari santan kelapa secara mekanik atau alami, dengan atau tanpa pemanasan,
dan tanpa penyulingan secara kimia . VCO dapat digunakan untuk bahan utama dalam
pembuatan sabun. Penulis ingin menganalisis VCO apakah bilangan penyebunan nya
sesuai dengan yang dibutuhkan?.
Penulis menggunakan Analisis proksimat untuk menggolongkan komponen
yang ada pada VCO berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya yaitu air, abu, protein
kasar, lemak kasar dan berat ekstrak tanpa nitrogen atau tergolong sebagai
karbohidrat.
Agar dapat diketahui apakah air tersebut sudah memenuhi standar untuk
digunakan sebagai sumber air minum. Dapat menambah pengetahuan dan sebagai
ilmu yang bermanfaat bagi penulis Memberikan informasi tentang penentuan
kadar Fe dalam air sumur bor dan air filter Medan Permai dengan menggunakan
alat Spektrofotometer Portable DR-2010 kepada pembaca. Memberikan informasi
kepada pengguna air minum yang berasal dari Medan Permai berapa kadar sulfat
yang terkandung.
Mengetahui kadar CaCO3 pada plasteran dengan metode analisis volumetri dan
metode analisis gravimetri Mengetahui nilai beda dari perbandingan metode
gravimetri dengan metode volumetri.
Mengetahui kesesuaian minuman Kratingdaeng dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 01-2332.3-2006). Agar dapat diketahui apakah air minum
4
Apakah hasil kadar Fe yang diperoleh dalam air sumur bor dan air filter di SMK
N 1 Pkl. Kerinci dengan menggunakan alat Spektrofotometer sudah sesuai
dengan persyaratankualitas air minum berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 sehingga dapat digunakan
sebagai air minum.
Berapa kadar Ca pada CaCO3 dengan metode analisis volumetri dan metode
analisis gravimetri ? Bagaimana hasil akhir pengujian dari perbandingan metode
gravimetri dengan metode volumetri ?
pakah bakteri yang terdapat dalam Kratingdaeng sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) Nomor 7388 tahun 2009
Berapakah bilangan penyabunan dankadar airpada minyak kelapa atau Virgin
Coconut Oil . Apakah bilangan penyabuan pada Virgin Coconut Oil (VCO) sesuai
dengan SNI 01-2902-1992.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Spektrometri
5
6
6
7
jernih. Hal ini harus dipenuhi agar tidak adanya hamburan cahaya yang
disebabkan partikel-partikel koloid yang ada di dalam larutan. Konsentrasi analit
harus termasuk rendah. Jika tinggi, maka bisa mengganggu kelinearan dari grafis
absorbansi yang beradu dengan konsentrasi. Alat Untuk Spektrofotometri Untuk
bisa menjalankan analisis Spektrofotometri, maka dibutuhkan alat bernama
Spektrofotometer.
Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan metode khusus, melewatkan cahaya pada panjang gelombang
tertentu pada suatu obyek dari kaca atau kuarsa. Obyek ini dikenal juga dengan
istilah kuvet.
Karena Spektrofotometer adalah alat yang begitu penting, maka sudah
tentu fungsinya pun demikian. Dari ulasan sebelum ini, dapat disimpulkan
bahwa fungsi Spektrofotometer adalah melakukan analisis serta penghitungan
seberapa besar konsentrasi senyawa yang terkandung pada sampel tertentu. Alat
ini menjadi penting untuk mengetahui kandungan-kandungan penting dalam
sampel yang diperlukan dalam banyak industri. Beberapa di antaranya seperti
industri medis, industri pangan, dan industri kecantikan proses spektrofotometri
fotoakustik sebagai berikut:
1. Sumber cahaya akan memberikan rangsangan kepada sampel berupa
energi cahaya. Sumber cahaya yang digunakan harus memiliki panjang
gelombang yang sesuai dengan rentang panjang gelombang serapan
sampel yang digunakan.
2. Modulator akan memodulasi cahaya yang datang dari sumber. Pada
penelitian ini modulator yang digunakan adalah modulator eksternal
(chopper).
3. Sampel akan mengabsorbsi cahaya yang datang dan memberikan respons
berupa indikasi adanya besaran fisis seperti termal, besaran optis seperti
indeks bias, dan lain sebagainya.
4. Detektor akan menangkap respon yang diberikan oleh sampel dan
mengubahnya ke dalam bentuk informasi listrik berupa tegangan, arus,
dan frekuensi.
7
8
8
9
2. Golangan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air dapat digunakan untuk kerperluan pertanian, usaha
diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
Air di alam sangat jarang ditemukan dalam keadaan murni. Sekalipun air
hujan, meskipun awalnya murni, telah mengalami reaksi dengan gas-gas di
udara yang turun kebumi dan selanjutnya terkontaminasi selama mengalir diatas
permukaan bumi dan dalam tanah. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian
air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia,
mulai dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan
cuci, air irigasi atau pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi .
Syarat-syarat air minum menurut Sutrisno (2004), dari segi kualitas air minum
harus memenuhi :
1. Sifat Fisika
a. Air tidak boleh berbau
Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan
disukai oleh masyrakat. Bau air dapat memberik petunjuk akan
kualitas air. Misalnya, bau amis dapat disebabkan oleh tumbuhnya
algae.
b. Air tidak boleh berasa
Air minum biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak
tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat
membahayakan kesehatan. Rasa logam/amis, rasa pahit, asin, dan
sebagainya. Efek tergantung pada penyebab timbulnya bau teersebut.
c. Air tidak boleh berwarna
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan
untuk mencengah keracunan dari berbagai zat kimia maupun
mikroorganisme yang berwarna.
9
10
d. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik
yang bersifat anorganik maupun organik. Zat anorganik, biasanya
berasal dari lapukan tanaman dan hewan. Buangan industri juga
dapat menyebabkan kekeruhan.
10
11
2.2.1 Volumetri/Titrimetri
Metode volumetri atau titrimetri secara umum masih digunakan secara luas
karena metode ini merupakan metode yang handal dari segi teknis dan prinsip,
murah dan mampu memberikan ketepatan yang tinggi. Keterbatasan dari metode
titrimetri adalah metodenya yang kurang spesifik. Metode titrimetri
menggunakan pengukuran volume, yaitu dengan cara sejumlah zat yang
dianalisis direaksikan dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui kadar
atau konsentrasinya secara teliti dan reaksinya berlangsung secara kuantitatif.
Reaksi yang terjadi tidak untuk dikhususkan bagi bahan tertentu saja, akan tetapi
dapat mencakup semua bahan dengan sifat yang sama atau hampir mirip secara
umum. Misalnya, suatu reaksi asam basa dapat berlangsung dalam titrasi tanpa
memperhatikan apakah itu basa atau asam kuat maupun asam basa lemah.
Pengamatan dalam metode titrimetri dilakukan dengan cara pengamatan
volume. Jumlah analit dalam suatu sampel dapat diketahui secara stoikiometris
pada sebuah metode titrimetri melalui jumlah volume titran. Tiap liter larutan
standar berisi sejumlah berat/mol ekivalen senyawa baku. Berat atau kadar suatu
bahan yang diteliti dihitung dari volume larutan serta kesetaraaan mol yang
bereaksi dari reagennya. Di samping volume titran, massa titran juga dapat
diketahui dengan mengetahui massa jenisnya terlebih dahulu. Untuk mengamati
volume secara akurat, alat utama yang digunakan dalam metode ini salah
satunya adalah buret. Kriteria buret yang cocok dan baik digunakan untuk titrasi
yaitu buret yang memiliki diameter dalam yang kecil sehingga memudahkan
dalam pengamatan meniskus cairan secara lebih presisi. Ketika volume titran
mencapai “yang diperlukan” untuk suatu analit bereaksi secara stoikiometris
11
12
dengan titran maka saat itulah titrasi dihentikan dan disebut titik ekivalen.
Secara eksperimental, titik akhir titrasi dapat diamati dengan perubahan
warna/perubahan bentuk larutan yang diakibatkan oleh adanya suatu indikator
yang sengaja ditambahkan pada saat titrasi.
Syarat reaksi kimia yang tepat untuk berlangsung dalam analisis volumetri
adalah:
a. Reaksinya harus cepat.
b. Reaksinya cukup sederhana sehingga dapat dinyatakan dengan persamaan
reaksi yang tepat.
c. Bahan yang dianalisis harus bereaksi sempurna dengan senyawa baku
(standar) dan perbandingan stoikiometrisnya bisa mencapai
kesetimbangan/setara.
d. Perubahan yang terjadi harus tampak jelas saat titik ekivalen tercapai, baik
perubahan secara fisik maupun kimia.
Indikator diperlukan ketika salah satu syarat di atas tidak terpenuhi agar
pengamatan dengan pengukuran daya hantar listrik (misalna untuk titrasi
potensiometri atau konduktometri) dapat dilakukan dengan tepat sasaran.
Kelebihan metode volumetri untuk penetapan kadar suatu zat antara lain:
a. Alatnya sederhana, cepat dan tidak memerlukan pekerjaan yang
menjemukan, seperti pengeringan dan penimbangan secara berulang-
ulang.
b. Memiliki ketelitian hingga part per million (ppm), yaitu 1 bagian dalam
1000.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika analisis volumetri adalah sebagai berikut:
Alat pengukur volume seperti buret, pipet volume dan labu takar harus
ditera secara teliti (telah dikalibrasi).
Senyawa yang digunakan sebagai larutan baku atau sebagai standar harus
senyawa dengan kemurnian yang tinggi.
Indikator atau perangkat lain untuk mengetahui titik akhir (selesai)nya
titrasi.
12
13
Neraca analitik yang akurat untuk menimbang bahan atau senyawa baku
untuk membuat larutan baku.
Berakhirnya suatu titrasi harus disertai tanda yang muncul tepat saat reaksi
kimia telah berlangsung setimbang. Tanda yang terjadi misal tampak dari
perubahan warna atau adanya endapan (kekeruhan) yang dapat dilihat dengan
jelas. Perubahan tersebut diamati dengan sendirinya atau dengan bantuan larutan
(zat lain) yang disebut dengan indikator. Momen saat perubahan pertanda bahwa
suatu titrasi harus berakhir disebut dengan titik akhir titrasi yang dinyatakan
dengan berapa jumlah volume larutan baku yang terpakai dari buret sebanyak
sekian miliLiter.
Titrasi yang ideal adalah titrasi yang akurat, yaitu jika titik akhir titrasi persis
sama atau sangat mendekati (berimpit) titik ekivalen teoretis. Perbedaan antara
titik akhir titrasi dengan titik ekivalen dinyatakan dengan kesalahan titrasi, suatu
kesalahan (error) dalam pengukuran. Dalam kenyataan praktiknya selalu ada
perbedaan kecil antara titik akhir titrasi dengan titik ekivalen teoretis yang
disebut dengan kesalahan titrasi, yaitu selisih sekian miliLiter larutan baku. Oleh
karena itu, untuk melakukan titrasi perlu pengulangan analisis 3 kali atau lebih
untuk meminimalisasi terjadinya kesalahan titrasi tersebut. Pemilihan indikator
juga harus memperhatikan aspek kesesuaian reaksi kimia antar reagen agar
kesalahan dalam analisis dapat dihindari.
Kurva titrasi dapat dibuat dengan tujuan sebagai alternatif untuk
mengkoreksi suatu kesalahan (error) pada titrasi. Suatu kurva titrasi dapat
menunjukkan progress (perjalanan) suatu reaksi dalam titrasi sebagai suatu
fungsi volume. Kurva titrasi dapat memberikan gambaran secara visual tentang
bagaimana profil perubahan sifat atau karakter larutan seiring dengan
penambahan titran selama titrasi. Perubahan sifat larutan yang dapat diamati
sesuai dengan jenis titrasi apa yang dilakukan. Misal, pada titrasi asam basa
maka sifat larutan yang dapat diamati seiring penambahan volume selama titrasi
adalah perubahan pH yang dapat diamati dengan alat ukur pH. Dari kurva titrasi
juga dapat diamati karakter indikator, apakah sesuai untuk suatu jenis titrasi,
ataukah justru menimbulkan kesalahan titrasi. Tentunya ini akan sangat berguna
13
14
untuk evaluasi pada teknik titrasi selanjutnya. Dalam suatu analisis kuantitatif
seperti halnya titrasi pasti diperlukan perhitungan yang tepat dan presisi karena
suatu analisis kuantitatif selalu berkaitan dengan angka. Teknik titrasi juga
dilakuan untuk tujuan standarisasi larutan. Standarisasi sebuah larutan pada
dasarnya adalah untuk mengetahui kadar atau konsentrasi sebuah larutan dengan
tepat sehingga perlu digunakan larutan baku (standar) lainnya yang sudah
diketahui konsentrasinya secara pasti sebagai pembanding. Misalnya seperti
Indikator Methyl red.
Indikator Methyl red pada Ph Asam bewarna merah, sedangkan pada pH Basa
bewarna kuning, dan memiliki rentang Ph 4,2-6,3
2.2.2 Gravimetri
14
15
kuantitas atau jumlah sampel melalui perhitungan berat zat. Sehingga dalam
gravimetri produk halus selalu dalam bentuk padatan.(solid). Ada beberapa cara
yang dapat ditempuh agar cara gravimetrik dapat berhasil , yaitu proses
pemisahan harus sempurnya mungkin hingga kualitas analit yang tidak
mengendap secara analitik tidak ditemukan. Dan yang kedua adalah zat yang
ditimbang harus mempunyai susunan tertentu dan harus murni atau mempunyai
demikian.
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau
senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah
menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung
berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur – unsur atau senyawa yang
dikandung dilakukan dengan berbagai cara, seperti : metode pengendapan;
metode penguapan; metode elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainya.
Pada prakteknya 2 metode pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri
memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji
dan bila perlu faktor – faktor pengoreksi dapat digunakan.
Pemisahan unsur atau senyawa dari senyawa atau larutan dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa cara atau metode analisa gravimetri. Beberapa
metode analisa gravimetri sebagai berikut :
1. Metode pengendapan Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan
sampel yang akan di larutkan, Misalnya : HCl, CaCO3 , dan HNO3
digunakan untuk melarutkan sampel dari logam – logam.
2. Metode peguapan atau pembebasan ( gas )
3. Metode elektroanalisis
4. Metode ekstraksi dan kromatogravi Pada percobaan yang dilakukan
praktikan menggunakan cara pengendapan.
Gravimetri pengendapan adalah merupakan gravimetri yang mana komponen
yang hendak didinginkan diubah menjadi bentuk yang sukar larut atau
mengendap dengan sempurna. Bahan yang akan ditentukan di endapkan dalam
15
16
suatu larutan dalam bentuk yang sangat sedikit larut agar tidak ada kehilangan
yang berarti bila endapan disaring dan ditimbang.
Syarat – syarat senyawa yang di timbang :
1. Stokiometri
2. Mempunyai kestabilan yang tinggi
3. Faktor gravimetrinya kecil
Dalam menentukan keberhasilan metode gravimetri ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit
yang tak terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg
atau kurang dalam menentukan penyusunan utama dalam suatu makro)
2. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan
hendaknya murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak akan diperoleh
hasil yang galat
Persyaratan yang kedua itu lebih sukar dipenuhi oleh para analis. Galat-
galat yang disebabkan faktor-faktor seperti kelarutan endapan umumnya dapat
diminimumkan dan jarang menimbulkan galat yang signifikan. Masalahnya
mendapatkan endapan murni dan dapat disaring itulah yang menjadi problema
utama. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai pembentukkan dan sifat-
sifat endapan, dan diperoleh cukup banyak pengetahuan yang memungkinkan
analis meminimumkan masalah kontaminasi endapan (Day and Underwood,
2002). Dalam analisa gravimetri penentuan jumlah zat didasarkan pada
penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi
ini didapatkan sisa bahan suatu gas yang dibentuk dari bahan yang dianalisa.
Hal penting untuk kelancaran penyaringan dan pencucian endapan.
Adapun tujuan dari pencucian endapan adalah untuk menyingkirkan kotoran
yang teradsorpsi pada permukaan endapan maupun yang terbawa secara mekanis
. Gravimetri dengan cara pengendapan, analat direaksikan sehingga terjadi suatu
pengendapan dan endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk
endapan, maka gravimetri dibedakan menjadi 2 macam :
16
17
17
18
2.2.3 CaCO3
Kalsium karbonat atau CaCO3 adalah salah satu kapur pertanian yang
digunakan untuk meningkatkan pH pada tanah, dalam tanah masam banayak di
temukan ion Al3+ yang bersifatmasam karena air ion dapat menghasilkan
H+.Kalsium merupakan kation yang sering dihubungkan dengan kemasaman
tanah, karena dapat mengurangi efek kemasaman. Sumber utama pada kalsium
tanah ialah kerak bumi yang didalamnya mengandung 3,6% Ca. Mineral utama
yang banyak mengandung kalsium dan yang merupakan penyusun batuan
sedimen ntara lain kalsit (CaCO3) dan dolomit[CaMg(CO3)2] Seperti yang
telah diketahui bahwa batu kapur mengandung sebagian besar mineral kalsium
karbonat yaitu sekitar 95%.
Kandungan kalsium karbonat ini dapat berubah menjadi kalsium oksida
dengan kalsinasi sehingga lebih mudah dimurnikan untuk mendapatkan
kalsiumnya. Dengan cara ini batu kapur dapat dimanfaatkan dalam kesehatan
yang diaplikasikan untuk penelitian dibidang medis untuk perkembangan dalam
pembuatan biomaterial sehingga meningkatkan nilai ekonomis batu kapur itu
18
19
19
20
total mikroba yang tercemar lebih dari angka total standart maka makanan itu
dianggap tidak baik dan tidak layak untuk di konsumsi. Kandungan mikroba
pada suatu makanan dapat digunakan untuk menentukan tingkat kerusakan pada
makanan, serta dapat ditentukan oleh tingkat kelayakan untuk dikonsumsi.
Metode Total Plate Count (TPC) merupakan metode yang digunakan untuk
menghitung jumlah mikroba yang terdapat dalam satu sample atau sediaan,
metode ini biasanya juga disebut degan metode ALT (Angka Lempeng Total).
TPC memberikan gambaran tentang kualitas dan hygiene suatu bahan secara
keseluruan, akan tetapi metode ini memiliki kemampuan yang terbatas dalam
mengidentifikasi sumber kontaminasi bakteri. Prinsip dari metode ini adalah
menumbuhkan sel mikroorganisme yang masih hidup pada medium, kemudian
mikroorganisme akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat langsung, selanjutnya akan dihitung dengan mata tanpa menggunakan
mikroskop Metode TPC merupakan metode yang paling sensitif dalam
menentukan jumlah mikroorganisme karena memiliki kelebihan-kelebihan
sebagai berikut :
1) Hanya sel yang masih hidup yang dihitung
2) Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus
3) Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba
karena koloni yang terbentuk berasal dari satu sel mikroba
dengan penampakan mikroba yang spesifik.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, metode TPC juga mempunyai
kekurangan-kekurangan seperti :
1. Hasil perhitungan percobaan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang
sebenarnya karena beberapa sel yang terdekat kemungkinan membentuk
satu sel koloni
2. Faktor persiapan medium dan inkubasi yang tidak sama dapat
menghasilkan jumlah mikroba yang berbeda.
3. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan
membentuk koloni yang kompak, jelas dan tidak menyebar
20
21
4. Diperlukan waktu untuk beberapa tahap persiapan dan inkubasi yang lama
sehingga koloni mikroba dapat tumbuh dan dihitung.
Pada metode ini, sample yang diperkirakan mengandung 300 sel mikroba
per ml atau per gram (apabila teknik pengambilan pada permukaan),
mengharuskan dilakukannya teknik pengenceran sebelumnya. Tujuan dari teknik
pengenceran untuk mengurangi jumlah kandungan mikroba dalam sample
sehingga nantinya dapat diamati dan dihitung jumlah mikroorganisme secara
spesifik dan didapatkan perhitungan yang tepat. jumlah yang didapat yang
terbaiknya adalah di antara 30 sampai 300 koloni. Tahap-tahap pengenceran
biasanya dilakukan secara desimal yaitu 1:10, 1:100, 1:1000, dan seterusnya.
Larutan yang digunakan dalam pengenceran dapat berupa larutan buffer, 0,85%
NaCl atau larutan Ringer Metode TPC (hitung cawan) dibedakan menjadi dua
cara, yakni metode tuang (pour plate) dan metode permukaan (surface/spread
plate). Menurut ( Lud, 2010) menyebutkan bahwa kedua metode tersebut dapat
dibedakan dari tahap awal penggunaan media agar dan tidak menggunakan
media agar , yaitu pada metode tuang sample tahapan awal yang dilakukan
adalah pengenceran sample yang kemudian dimasukkan kedalam cawan petri.
Sedangkan metode permukaan terlebih dahulu harus membuat medium,
kemudian menuang sample pada cawan petri dan membiarkan membeku.
Perhitungan koloni bakteri biasanya digunakan suatu standart yang disebut
“Standart Plate Count” yang menjelaskan cara menghitung koloni pada cawan
serta cara memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni dalam satu
sample. Cara hitungan cawan menggunakan SPC sebagai berikut:
1. Setiap cawan akan dihitung apabila mengandung jumlah koloni antara
30 sampai 300 atau berjumlah sekitar 300.
2. Beberapa jumlah koloni yang tidak jelas atau tidak terlihat dapat
dihitung menjadi satu koloni.
3. Satu kumpulan rantai koloni yang terlihat seperti suatu garis tebal dapat
dihitung sebagai satu koloni.
4. Perbandingan jumlah bakteri dilihat dari hasil pengenceran yang lebih
besar dan pengenceran lebih sebelumnya; apabila hasilnya
menunjukkan sama atau <2 hasilnya harus dirata-rata. sebaliknya
21
22
Cara pelaporan dan perhitungan koloni menurut Standart Plate Counts (SPC)
sebagai berikut:
1. Hasil yang dilaporakn hanya terdiri dari angka pertama (satuan) dan angka
kedua (desimal), jika angka ketiga sama dengan atau lebih besar dari 5,
maka dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua, contohnya
didapatkan 1,7 x 104 unit koloni/ml atau 2,0 x 106 unit koloni/gram.
2. Apabila pada semua hasil pengenceran dihasilkan kurang dari 30 koloni
percawan petri dapat disimpulkan bahwa pengenceran yang dilakukan
terlalu 18 tinggi maka jumlah koloni pada pengenceran terendah yang
dihitung. Hasilnya dapat dilaporkan kurang dari 30 dikalikan dengan
besarnya pengenceran dan jumlah yang sebenarnya harus tetap
dicantumkan dalam tanda kurung.
3. Apabila pada semua pengenceran dihasilkan lebih dari 300 koloni pada
cawan petri dapat disimpulkan bahwa pengenceran yang dilakukan
terlalu rendah maka jumlah koloni pada pengenceran tertinggi yang
dihitung. Hasil yang dapat dilaporkan adalah lebih dari 300 dikalikan
dengan faktor pengenceran dan jumlah yang sebenarnya harus
dicantumkan dalam tanda kurung.
4. Apabila jumlah cawan dari dua tingkat pengenceran menghasilkan jumlah
koloni antara 30 dan 300 dan perbandingan pengenceran hasil tertinggi
dan terendah tersebut lebih kecil atau sama dengan dua dapat dilaporkan
rata-rata dari kedua nilai tersebut dengan menghitung faktor
pengencernya. Jika perbandingan kedua pengenceran tersebut
menghasilkan lebih besar dari dua yang dilaporkan hanya hasil yang
terkecil.
5. Apabila digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, data yang
diambil harus dari kedua cawan tersebut dan tidak boleh hanya dari 1
cawan petri,sehingga harus memilih tingkat pengenceran yang dapat
menghasilkan jumlah koloni 30 dan 300 dari kedua cawan petri tersebut.
Mikroorganisme dapat hidup dimana saja seperti air, udara, darat,
termasuk di makanan. Pada beberapa kondisi, jumlah mikroorganisme harus
dibatasi, seperti mikroorganisme pada saluran pembuangan limbah dan juga
22
23
23
24
Media yang memiliki fungsi umum adalah media yang dapat dijadikan
pertumbuhan bagi berbagai jenis bakteri contohnya seperti Nutrient Agar (NA),
Plate Count Agar (PCA), Potato Dextrose Agar (PDA), gelatin, silika gel dan
beberapa limbah pertanian berbentuk padat. Media yang memiliki fungsi selektif
adalah media yang ditambah zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk
mencegah pertumbuhan mikroba lain sehingga dapat mengisolasi mikroba
tertentu, misalnya media yang mengandung kristal violet pada kadar tertentu,
dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa mempengaruhi bakteri
gram negatif. Contohnya yaitu SSA (Salmonella Shygella Agar), dan VRB
(Violet Red Bile Agar). Media diferensial (deferential medium) adalah media
yang ditambahkan zat kimia tertentu yang menyebabkan mikroba membentuk
pertumbuham atau mengadakan perubahan tertentu hingga dapat membedakan
tipenya. Contohnya adalah EMBA dan TSIA (Triple Sugar Iron Agar).
Media agar yang digunakan dalam praktikum yaitu PCA. PCA (Plate
Count Agar) digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan
inokulasi di atas permukaan. PCA dibuat dengan melarutkan semua bahan
(casein enzymic hydrolisate, yeast extract, dextrose, agar) hingga membentuk
suspensi 22,5 g/L kemudian disterilisasi pada autoklaf (15 menit pada suhu
121°C). Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis
mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic
hydrolisate yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek
lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B kompleks.
24
25
kekeringan. Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat harus
memenuhi syarat kualitas. Disamping itu harus pula dapat memenuhi secara
kuantitas. Berdasarkan Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
736/ Menkes/ Per/ VI/ 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air
Minum bahwa yang dimaksud air minum adalah air bersih yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung di minum.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.907/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, menjelaskan bahwa jenis air
minum ada 4 yaitu
1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga
2. Air yang didistribusikan melalui tangki air
3. Air kemasan
4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan ataupun minuman
yang disajikan kepada masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan air
minum.
Air minum merupakan hal yang harusn di perhatikan karena mempunya
pengaruh besar terhadap kesehatan. Oleh karena itu air minum yang di edar haru
memiliki SNI (Standar Nasional Indonesia). Dengan perkembangan zaman air
minum bisa kita dapat kan dengan mudah dan harga murah. Salah satu yang
paling sering kita konsumsi adalah air minum kemasan. Air minum kemasan
sudah menjadi salah satu kebutuhan masyarakat. Hal tersebut di karenakan air
minum kemasan dapat dijumpai dimana saja, memiliki berbagai macam jenis
rasa. Minuman kemasan atau disebut juga cup drink tidak hanya berisi air putih
biasa tetapi kini berisi minuman berflavor seperti teh, kopi, jus buah, dan jus
sayuran. Sehingga masyarakat lebih banyak mengkonsumsi minuman
berkemasan karena praktis dan mudah dibeli di toko atau di supermarket. Air
kemasan mengandung pengawet dan juga terdapat jenis mikroba- mikroba.
Air minum kemasan adalah air baku yang telah diproses, dikemas, dan
aman diminum mencakup air mineral dan air demineral. Sedangkan air baku
merupakan air yang telah memenuhi persyaratan kualitas air bersih sesuai
25
26
peraturan yang berlaku. Perhatikan syarat mutu air minum dalam kemasan dalam
Standar Nasional Indonesia berikut.
1. Keadaan
26
27
23.1 Angka lempeng total awal *) Koloni/ml maks. 1,0 x 10 2 maks. 1,0 x 10 2
23.2 Angka lempeng total akhir **) Koloni/ml maks. 1,0 x 10 5 maks. 1,0 x 10 5
27
28
Keterangan : *) Di pabri
**) Di pasaran
2.4 Proksimat
28
29
29
30
Virgin Coconut Oil VCO berupa asam lemak jenuh. Tingginya kandungan
asam lemak jenuh menjadikan Virgin Coconut Oil VCO sebagai sumber
saturated fat. Asam lemak jenuhnya didominasi oleh Medium Chain Fatty Acid
MCFA. Persentase MCFA pada Virgin Coconut Oil VCO adalah 48 asam
laurat, 8 asam kaprilat, 7 asam kaprat, dan 0,5 asam kaproat Price, 2004.
Virgin Coconut Oil mampu mendukung sistem kekebalan dengan
membebaskan tubuh dari mikroorganisme berbahaya. Jika organisme
berbahaya yang memakan energi tubuh dapat ditekan jumlahnya, sistem
kekebalan bisa berfungsi dengan baik. Virgin Coconut Oil dapat memberikan
sumber energi cepat dan merangsang metabolisme. Peningkatan energi
menyebabkan penyembuhan lebih cepat. Hal ini dikarenakan semakin tinggi
metabolisme tubuh maka efisiensi sistem kekebalannya semakin bagus, dengan
demikian semakin cepat tubuh bisa menyembuhkan dan memperbaiki diri.
Virgin Coconut Oil VCO mengandung asam lemak jenuh rantai pendek dan
asam lemak jenuh rantai menengah. Dalam tubuh, asam lemak tersebut mudah
dicerna dan diserap oleh usus karena ukuran molekulnya relatif kecil sehingga
asam lemak tersebut langsung dibakar oleh tubuh untuk memproduksi energi.
Selain itu, asam laurat dalam Virgin Coconut Oil VCO dapat melarutkan
membran virus berupa lipid sehingga akan mengganggu kekebalan virus,
sehingga virus inaktif. Oleh karena itu,
Virgin Coconut Oil VCO mempunyai banyak manfaat bagi tubuh, yaitu:
a. Mampu mengatasi penyakit degeneratif seperti diabetes militus,
jantung, kegemukan obesitas, osteoporosis, dan kolesterol
b. Membasmi penyakit yang disebabkan oleh mikroba dan jamur seperti
keputihan, influenza, herpes, cacar, dan HIVAIDS
c. Menghalau penyakit akibat radikal bebas
d. Untuk anti kerut dan penuaan dini yang dioleskan pada kulit
e. Untuk pertumbuhan anak seperti menunjang pertumbuhan dan
perkembangan anak, meningkatkan kecerdasan, menambah daya
tahan, dan stamina tubuh
30
31
Reaksi Penyabunan
31
32
32
BAB III
METODEOLOGI PENELITIAN
NO WAKTU
17.00 Selesai
17.00 Selesai
17.00 Selesai
17.00 Selesai
32
40
1 2 3 4 5
Alat
Bahan
Nama
No. Spesifikasi Minimal Jumlah Keterangan
Alat/ Bahan/Komponen
1 2 3 4 5
Alat
5. Pipet Seukuran 25 ml - 1
24 Pipet filler 1
26 Statif logam 1
31 Oven pengering 1
Bahan/pereaksi
3. NH₄OH 1:1 pa 50 mL
8 Aquadest/aqua-DM - 5 liter
9 HNO₃ 4N p.a 5 ml
43
Nama
No. Spesifikasi Minimal Jumlah Keterangan
Alat/ Bahan/Komponen
1 2 3 4 5
Alat
2. Batang Pengaduk - 1
3. Botol Semprot - 1
5. Colony Counter - 1
7. Gelas Ukur 10 mL 1
Bahan
3. Aqua DM - Secukupnya
16. Hasil Inkubasi Analisis TPC Sesuai pengenceran yang 1 set Untuk
digunakan pengolahan
data dan
perhitungan
hasil TPC
45
Nama
No. Spesifikasi Minimal Jumlah Keterangan
Alat/ Bahan/Komponen
1 2 3 4 5
Alat
Bahan
4. PP 1% p.a Secukupnya
46
6. Na CO 10 H O
2 3. 2 p.a Secukupnya
Langkah Kerja :
4.1 Hasil
Spektrofotometri UV-Vis
Mg= 7.002,5
g=7.002,5/1000
g= 7,00025
larutan Na-asetat 5%
%=g/v.100
5%=g/100.100
g=5g
larutan NH2OH 5%
%=g/v.100
5%=g/100.100
g=5g
%=g/v.100
0,1%=g/100.100
g=0,1g
50
51
1 . 100 = 50 . ppm
ppm = 100/50
ppm = 2 ppm
2. V . ppm = V . ppm
2 . 100 = 50 . ppm
ppm = 200/50
ppm = 4 ppm
3. V . ppm = V . ppm
3 . 100 = 50 . ppm
ppm = 300/50
ppm = 6 ppm
4. V . ppm = V . ppm
ppm = 400/50
pm = 8 ppm
5. V . ppm = V . ppm
ppm = 500/50
pm = 10 ppm
52
diambil untuk
pengenceran
2 ppm 100 ppm V1. 100= 50. 2 1
4 ppm 100 ppm V1. 100 = 50. 4 2
6 ppm 100 ppm V1.100=50.6 3
8 ppm 100 ppm V1.100=50.8 4
10 ppm 100 ppm V1.100=50.10 5
No X Y XY X2
1. 2 0,053 0,106 4
2. 6 0,066 0,396 36
3. 8 0,069 0,552 64
4. 10 0,075 0,75 100
n=4 Ʃx = 26 Ʃy =0,263 Ʃxy = 1,2752 Ʃx2 =204
y = a× + b
a b
= 0,378 = 6,748
140 140
= 0,0027 = 0,0482
y ax + b
0,067-0,0425= 0,0027x
0,0154= 0,0027x
X= -0,0154/ -0,0027
x= 5,70 ppm
y=0,00227+0,0425
0,1
0,05
0
2 6 8 10
Y Column1 Column2
54
Ca Dalam CaCO3,
A.GRAVIMETRI
V1 . M1 = V2 . M2
V1.6,49 = 500.4
V1= 500.4/6,49
V1= 308 ml
V1 . M1 = V2 . M2
V . 4 = 500 . 0,5
V= 500. 0,5
V= 250/4
V= 125 ml
Jadi, H2SO4 yang dibutuhkan untuk membuat larutan H2SO4 0,5 N adalah
125 mL.
55
0,1
Massa
Jadi, AgNO3 yang dibutuhkan untuk membuat larutan AgNO3 0,1 N adalah 4,25 gr
B. TITRIMETRI/VOLUMETRI
N= g/BE.1000/V
N= 4,775/190,685. 1000/250
N= 19,1/190,685.4
N= 0,1N
V1= 26,1
V2= 26,1
VHCL= 26,1
10-2)
Cawan 10-3 38
(25mL PCA + 1 tetes larutan pengenceran
10-3)
Cawan 10-4 33
(25mL PCA + 1 tetes larutan pengenceran
10-4)
Cawan 10-5 dan 10-6 Koloni bakteri memenuhi
(25mL PCA +1 tetes larutan pengenceran permukaan media
10-5 dan 10-6)
Jumlah koloni/ml
6
= (115 . 1/10)+(44.1/100)+(38.1/1000)+(33.1/10000)
6
= 11,5+0,44+0,038+0,0033
6
= 11,9813
6
= 1,996
= 2 x 10-5 koloni/ml
Maka jumlah koloni yang terdapat pada minuman Kratingdaeng adalah sebanyak
2 x 10-5 koloni/ml
59
Standarisai : KOH
Cuplikam pertama = 38 ml
Cuplikan kedua = 38 ml
Cuplikan ketiga= 19 ml
Maka: V1.N1=V2.N2
31.N1= 25.0,5
N1= 25.0,5/31
N1= 0,4
Titrasi blanko :
Blanko pertama : 37 ml
Blanko kedua : 39 ml
Blanko ketiga : 38 ml
= 46-26.0,5.56/5
= 162N
4.2 Pembahasan
Spektrofotometri UV-Vis
Praktikum kali ini berjudul penetapan kadar kalsium (Ca) pada kalsium
karbonat (CaCO3 ). Tujuan praktikum kali ini adalah menentukan kadar kalsium
dalam sampel secara gravimetri.
Langkah – langkah kerja yang kami lakukan dalam praktikum ini yaitu
pertama, mempersiapkan cawan porselen. Cawan porselen dibersihkan dan
dikeringkan, dikeringkan dalam oven dengan suhu 105°C selama 1 jam. Setelah
satu jam didinginkan di desikator selama 20 menit. Jika sudah dingin, cawan
ditimbang sebagai berat cawan kosong (diletakkan dalam desikator).
endapan dengan Whatman 42, disaring untuk mendapatkan endapan yang bebas
dari larutan (cairan induk). Kemudian dicuci endapan dengan ammonium oksalat
0,1% yang dingin dengan tujuan untuk memperkecil kelarutan saat pencucian
endapan. Diperiksa tapisan dengan menambahkan asam nitrat encer dan beberapa
tetes AgNO3 pada 3 mL tapisan sampai tidak terjadi endapan putih. Pemeriksaan
untuk mengetahui bersihnya suatu endapan (sampai bebas CO). Pencucian
dibatasi 10 kali cuci sekitar 100 mL dimaksudkan agar endapan tidak ikut larut
dan endapan akan berkurang. Dipijarkan endapan dalam tanur pada suhu 475-
525°C (diset 500°C) selama 1 jam. Selanjutnya didinginkan dalam desikator 20
menit (sampai suhu krus sama dengan suhu kamar). Lalu ditimbang endapan.
Dihitung kadar Ca dalam sampel sebagai CaCO3.
Kadar Ca setelah kami uji ternyata sebesar 27%. Hasil yang peroleh
ternyata melebihi kadar Ca secara teori, kadar Ca banyak kemungkinan karena
krustang yang kami pakai kotor sehingga menambah beban pada endapan, ada
bahan pengotor yang mungkin masuk ke dalam endapan sehingga menambah
berat endapan.
Percobaan ini dilakukan secara duplo (dua kali pengerjaan). Pada titrasi
pertama didapat volume titrat sebanyak 26,1 mL dan titrasi kedua di dapatkan
volume titrat sebanyak 26,1 mL. Sehingga diperoleh konsentrasi HCL sebanyak
0,0957N . Sementara konsentrasi yang diinginkan sebanyak 0,1N .Warna yang
dihasilkan warna adalah warna ungu kejingga. Warna yang seharusnya adalah
warna jingga
Dalam analisa kadar lemak dengan metode weibul ini sampel yang
dipergunakan adalah VCO , berat sampel yang dipergunakan untuk analisa kadar
lemak adalah sebanyak 5 gram. Setelah sampel ditimbang, kemudian ditambahkan
aquades dan KOH 0,1% , penambahan KOH merupakan proses hidrolisis yang
dimaksudkan untuk mendapatkan suasana asam sehingga membantu melepaskan
atau membebaskan lemak yang terkandung dalam sampel. Setelah itu dilakukan
pemanasan sampai mendidih. Setelah mendidih, sampel dititrasi dengan HCL 0,5
%. Ditetesi indikator phenolphathalein.
5.1 Kesimpulan
Spektrofotometri UV-Vis
2. Maka dari hasil penelitian diketahui bahwa kadar Fe pada air sumur bor
bahwa kadar ppm air sumur bor yang ada di SMK N 1 PKL.Kerinci tidak
titrimetri/volumetri
sebagai analit.
3. Titik akhir titrasi terjadi saat larutan analit berwarna jingga bening.
0,094N.
69
70
1. Pada pengamatan cawan petri 10-1 , 10-2 ,10-3 , 10-4 10-5 dan 10-6 cawan
10-3 dan 10-2 , dan yang paling sedikit adalah cawan 10-4 sedangan kan 10-
5.2 Saran
2. Pada saat menghitung hasil harus lebih teliti, agar hasilkan yang di
dapatkan benar-benar sesuai.
2. Pada saat pencucian jangan sampai air melebihi batas kertas saring
karena endapan dapat turun ke bawah
Anonim, tanpa tahun. “Buku Teks Bahan Ajar Siswa Dasar Analisis Fisikokimia”
Kelas_11_SMK_Dasar_Analisis_Fisikokimia_3.pdf , diakses pada 21
Maret 2021 pukul 13.43 WIB
73
74
76
Mengambil larutan amonia
Proses sterilisasi77
alat
Apel pagi sebelum ujian kopetensi keahlian menggunakan apd lengkap
78
Standarisasi larutan HCL
Proses pemanasan
79