Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KERJA PRAKTEK

BALAI BESAR INDUSTRI AGRO (BBIA)

EKSTRAKSI DAN PENETAPAN KADAR SKOPOLETIN MENGKUDU DENGAN


MENGGUNAKAN PELARUT ETANOL

Disusun oleh :
Melanie
652015012

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018

1
LAPORAN KERJA PRAKTEK
BALAI BESAR INDUSTRI AGRO (BBIA)

EKSTRAKSI DAN PENETAPAN KADAR SKOPOLETIN MENGKUDU DENGAN


MENGGUNAKAN PELARUT ETANOL

Laporan Kerja Praktek (KP) disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Sains di bidang Kimia

Disusun Oleh:
Melanie
652015012

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018

2
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK

Nama : Melanie
NIM : 652015012
Lokasi PKL : Balai Besar Industri Agro
Lama PKL : 3 September 2018 – 5 November 2018

Salatiga, 4 September 2018

Menyetujui,

Pembimbing KP Dosen Pembimbing KP

Fitri Hasanah, S.Si, M.Sc Dr. Yohanes Martono, S.Si, M.Sc

NIP. 198307152009112001 NIDN. 0603038101

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kimia

Dr. Yohanes Martono, S.Si, M.Sc.


NIDN. 0603038101

3
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan dapat menyusun
laporan ini dengan baik.
Laporan PKL ini dapat disusun dengan baik berkat bantuan dari pihak-pihak yang
telah memberikan bimbingan dan dukungan sebagai bahan masukan untuk penulis. Untuk
itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Rochmi Widjajanti, M. Eng. selaku Kepala Balai Besar Industri Agro
(BBIA) Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan PKL.
2. Dr. Ir. Rizal Alamsyah, M. Sc. selaku Kepala Bidang Sarana Riset dan
Standarisasi yang telah mengijinkan penulis untuk ikut berpartisipasi dalam
proyek Litbangyasa dalam pelaksanaan PKL.
3. Fitri Hasanah, M. Si. selaku pembimbing yang telah membantu pelaksanaan
dan penyusunan laporan PKL.
4. Bapak Anton Simorangkir, SH. selaku Kepala Sub Bagian Kepegawaian yang
telah membantu proses awal pelaksanaan PKL.
5. Ibu Mirna Isyanti, S. TP. selaku Kepala Seksi Konsultasi yang telah
memberikan pengarahan saat awal proses pelaksanaan PKL dan mendampingi.
6. Seluruh karyawan dan staff Balai Besar Industri Agro (BBIA) yang telah
membantu selama proses pelaksanaan PKL.
7. Dr. Adi Setiawan M.Sc selaku Dekan Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana.
8. Dr. Yohanes Martono, S.Si, M.Sc. selaku Kepala Program Studi Kimia Fakultas
Sains dan Matematika serta selaku pembimbing yang telah membantu dan
membimbing, memberi saran serta koreksi pada penulisan laporan PKL.
9. Orang tua dan teman-teman yang senantiasa mendukung penulis baik secara
moril maupun materil.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan PKL dan
penyusunan laporan PKL yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa laporan ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, baik dari segi penulisan maupun dari isi
laporan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

4
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa kimia
khususnya dan para pengembang ilmu pengetahuan serta seluruh pembaca pada umumnya.

Salatiga, 28 September 2016

Penulis

5
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ 1


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. 2
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 3
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 6
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ 7
DAFTAR TABEL ................................................................................................ 8
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ 38
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Kerja Praktek (KP) ............................................... 10
1.1. Tujuan Kerja Praktek (KP) ........................................................... 11
1.2. Manfaat Kerja Praktek (KP) ......................................................... 11
1.3. Tempat dan Waktu Kerja Praktek (KP) ........................................ 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mengkudu ..................................................................................... 12
2.2. Skopoletin ..................................................................................... 13
2.3. Metode Ekstraksi .......................................................................... 14
2.4. Identifikasi Skopoletin .................................................................. 15
BAB III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1. Sejarah Umum dan Perkembangan Perusahaan ............................ 18
3.2. Lokasi Perusahaan dan Layout Perusahaan .................................. 20
3.3. Visi dan Misi Perusahaan.............................................................. 20
3.4. Struktur Organisasi ....................................................................... 20
3.5. Ketenagakerjaan ............................................................................ 22
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................... 29
4.2. Bahan dan Alat ............................................................................. 29
4.3. Metode ......................................................................................... 29
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Maserasi ........................................................................................ 31
4.2. Pemekatan Sampel ........................................................................ 31
4.3. Identifikasi Skopoletin .................................................................. 32
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan .................................................................................... 34
6.2. Saran ............................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

6
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Analisis Proksimat Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ............... 12
Tabel 5.1 Tabel Maserasi Etanol Mengkudu .................................................................. 31
Tabel 5.2 Tabel Rendemen Total ................................................................................... 31
Tabel 5.3 Tabel Pemekatan Ekstrak Etanol Mengkudu 31

7
DAFTAR GAMBAR
2.1. Struktur Kimia Skopoletin .................................................................................. 14
2.2. Struktur dasar silica gel ...................................................................................... 16
5.1. Hasil Penyinaran Sinar Ultraviolet pada Ekstrak Etanol Mengkudu .................. 32
5.2. Hasil Pemisahan Skopoletin Ekstrak Etanol Mengkudu pada KLT ................... 33

8
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Diagram Alir Identifikasi Kandungan Skopoletin pada Ekstrak Etanol
Mengkudu ....................................................................................................................... 38
Lampiran 2. Perhitungan Rendemen Total ..................................................................... 38
Lampiran 3. Perhitungan Nilai Rf KLT.......................................................................... 39
Lampiran 4. Perhitungan Kadar Skopoletin Etanol Mengkudu dengan KCKT ............. 39

9
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek (KP)


Mengkudu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat bermanfaat. Salah
satu manfaatnya adalah kandungan skopoletin dalam mengkudu dapat digunakan pada
produk pangan dan obat pada buah. Buah mengkudu mengandung banyak senyawa
seperti alkaloid yang diberi nama "xeronine" dalam buah mengkudu dilaporkan oleh
Hirazumi et al (1994), yang menyatakan mempunyai aktivitas sebagai obat anti
kanker. Antrakinon dan turunannya yang diberi nama morindon dan soranjidiol juga
dilaporkan sebagai senyawa aktif dalam buah mengkudu. Senyawa lainnya dalam
buah mengkudu adalah minyak lemak, alizarin, ester metil asam kuprilal, dan karoten
dan vitamin C (Wijayakusuma et al, 1996).
Skopoletin adalah salah satu turunan kumarin yang memiliki banyak manfaat.
Tanaman yang mengandung skopoletin dapat digunakan sebagai pengobatan untuk
inflamasi (Physalis alkekengi, buah), sakit rematik dan leprosi (Tetrapleura tetraptera,
buah dan biji) (Gnonlonfin, Sanni and Brimer, 2012). Selain itu, skopoletin dapat
digunakan untuk menghambat proliferasi dan meningkatkan apoptosis sel kanker
prostat (Kim et al., 2005 dalam Wijaya dkk, 2014). Skopoletin pula memiliki fungsi
untuk antibakteri dan antijamur yang ditemukan pada umbi-umbian.
Skopoletin mempunyai aktivitas antibakteri terhadap beberapa spesies bakteri
diantaranya adalah: Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus sp.,
Klebsiella pneumoniae dan Pseudomonas aeruginosa (Phytochemicals, 2019).
Beberapa penelitian skopoletin sudah dilakukan oleh Ikeda et al., (2009)
menggunakan metode KCKT dengan pelarut etil asetat pada jus buah mengkudu.
Nitteranon et al., (2011) menggunakan metode KCKT pemisahan dan kadar skopoletin
dengan pelarut etil asetat pada ekstrak buah mengkudu.
Penelitian Potterat et al., (2007) yang mengidentifikasi skopoletin mengkudu
dengan KLT dengan perbandingan pelarut metanol:kloroform (1:9) (v/v) dan
metanol:kloroform:air (65:30:5) (v/v/v). Pada penelitian ini dilakukan kebaharuan
dengan mengunakan pelarut etanol pada serbuk buah mengkudu serta identifikasi
dengan KLT menggunakan perbandingan pelarut etanol : heksana (1:4).
Meskipun begitu untuk skala industri distribusi kandungan skopoletin pada
mengkudu juga ditentukan berdasarkan kadar agar layak produksi. Menurut
Kementrian Republik Indonesia dalam Farmakope Herbal (2009), ketentuan kadar

10
kandungan skopoletin dalam buah mengkudu tidak kurang dari 0.02 %. Penelitian ini
juga diharapkan dapat meningkatkan penggunaan mengkudu tidak hanya untuk
dikonsumsi saja melainkan juga menambah nilai produk dalam segi kesehatan.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

1. Mengidentifikasi skopoletin pada ekstrak buah mengkudu


2. Menetapkan kadar kandungan skopoletin pada ekstrak buah mengkudu

1.3 Manfaat Kerja Praktek


Manfaat kerja praktek bagi mahasiswa adalah sarana untuk menambah
pengetahuan serta meningkatkan pengalaman dalam menghadapi dunia kerja. Bagi
Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga adalah sebagai sarana untuk meningkatkan pengalaman dan bertukar
pendapat antara dosen dengan mahasiswa maupun para staff laboran sehingga dapat
bermanfaat bagi beberapa pihak.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu : 03 September – 05 November 2018
Tempat : Laboratorium Proses Balai Besar Industri Agro (BBIA)
Jl. Kapt.Yusuf, Cikaret – Ciapus , Bogor , Jawa Barat

11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah Mengkudu


 Klasifikasi Mengkudu. :
Divisi : Spermatophyta
Phylum : Angiospermae
Sub Phylum : Dycotiledones
Familia : Rubiaceae
Genus : Morinda
Species : Citrifolia
Nama ilmiah : Morinda citrifolia L. (Waha, 2002)
Tabel 1. Tabel Analisis Proksimat Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
(Joshi, Chilkawar dan License, 2012)
No Parameter Hasil
1 Kelembapan (%) 89.6
2 Keasaman (%) 1.6
3 Kadar Gula (%) 3.26
4 Karbohidrat (g) 3.4
5 Abu 0.43
6 Protein (g/100g) 0.43
Struktur pada daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramid,
berwarna coklat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air
yang aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karena pencampuran antar asam kaprik
dan asam kaproat (senyawa lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap,
menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya
tidak enak (Rahmawati, 2009).
Kandungan nutrisi dari jus mengkudu yang tidak difermentasi terdiri dari 10%
bahan kering mengandung glukosa dan fruktosa (masing-masing 3-4%), protein (0.2-0.5%)
dan lipid (0.1-0.2%) (Potterat and Hamburger, 2007) Senyawa fenolik telah ditemukan
dalam kelompok utama fungsional mikronutrien di jus noni: damnakantal, skopoletin,
morindon, alisarin, aukubin, nordamnakantal, rubiadin, rubiadin-1-metil eter dan lain
antrrakuinon glikosida (Morton, 1992; Alexandra, 1993 ; Dixon dkk., 1999; Wang dan Su,
2001).

12
Menurut Waha (2009), buah mengkudu mengandung berbagai macam zat antara lain :
a. Senyawa-senyawa Terpenoid

Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isomerik yang juga terdapat dalam
lemak/minyak esensial (essencial oils), yaitu sejenis lemak yang sangat penting bagi
tubuh. Zat-zat terpenoid membantu tubuh dalam proses sintesa organik dan pemulihan
sel-sel tubuh.
b. Antraquinon

Zat antraquinon dapat mengontrol dua golongan bakteri yang mematikan (patogen)
yaitu Salmonela dan Shigella.
c. Alkaloid

Salah satu alkaloid penting dalam tanaman mengkudu adalah xeronine. Xeronine
berfungsi untuk mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur fungsi protein di dalam sel.
Xeronine juga berperan dalam mengatur bentuk dan kekerasan (rigiditas) protein-protein
spesifik yang terdapat di dalam sel, sehingga menghindari pertumbuhan yang tidak
normal dari sel, seperti sel kanker. Selain itu buah mengkudu juga mengandung bahan-
bahan pembentuk xeronine yang disebut proxeronine dalam jumlah besar. Konsumsi
proxenine dari buah menkudu akan meningkatkan kadar xeronine dalam tubuh.

2.2 Skopoletin
Skopoletin merupakan senyawa turunan kumarin yang saat ini digunakan sebagai
salah satu penanda mutu (quality marker) produk-produk berbahan baku buah mengkudu
terutama untuk tujuan ekspor (Wijaya dkk, 2014). Penelitian skopoletin pertama kali pada
tahun 1993, peneliti dari Universitas Hawai berhasil memisahkan zat-zat skopoletin dari
buah mengkudu. Zat ini mempunyai khasiat pengobatan, yaitu berfungsi memperlebar
pembuluh darah yang mengalami penyempitan dan melancarkan peredaran darah. Selain
itu skopoletin terbukti dapat membunuh beberapa tipe bakteri dan dapat membunuh jamur
Phytium sp (Waha, 2009). Skopoletin memiliki rumus kimia seperti pada gambar 2.1.
Skopoletin merupakan polifenol turunan kumarin yang memiliki banyak kegunaan
seperti antikanker dengan cara menghambat proliferasi dan meningkatkan apoptosis sel
kanker prostat (Wijaya dkk, 2014).

13
(Sumber : Farmakope Herbal Indonesia)
Gambar 2.1 Struktur Kimia Skopoletin
Distribusi skopoletin ditunjukkan beberapa dekade yang lalu dan berfokus pada
Araceae, Gramineae, Liliceae, Musaceae dan anggota-anggotanya dalam keluarga
Aceraceae, Anacardiaceae, Apocynaceae, Apiales, Asclepiadaceae, Calycanthaceae,
Compositeae, Convolvulaceae, Euphorbiaceae, Fagaceae, Gentaniaceae, Geraniaceae,
Leguminosae, Loasaceae, Loganiaceae, Malvaceae, Meliaceae, Moraceae, Nepenthaceae,
Oleaceae, Passifloraceae, Plantanaceae, Ranunculaceae, Rosaceae, Rubiaceae, Jerukan,
Samydaceae, Saxifragaceae, menurut, Simaroubaceae, Solanaceae, Malvaceae,
Malvaceae, Ulmaceae, dan Zygophylaceae (Murray et al., 1982).
Distribusi total kandungan skopoletin sudah dilakukan (Ikeda et al., 2009)
menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) untuk mengidentifikasi dan
menentukan kadar kandungan skopoletin pada jus buah mengkudu dengan pelarut etil
asetat menghasilkan 5.1–231 µg/ml. Penelitian (Wijaya dkk, 2014) menggunakan KCKT-
FL pada varietas ubi kayu (Manihot esculenta C), beberapa varietas ubi jalar (Ipomoea
batatas Poir), garut (Maranta arundinacea L), ganyong (Canna discolor L), iles iles
(Amorphophallus Onchophilus Prain), dan talas (Colocasia gigantea (Blume) Hook f.)
menghasilkan kadar skopoletin tertinggi pada sebesar daging umbi ubi kayu jenis Malang
yaitu sebesar 112.66 mg/kg (berat kering) dan kemudian pada kulit umbi ubi jalar
Cilembu sebesar 69.73 mg/kg (berat kering).

2.3 Metode Ekstraksi


Proses ekstraksi kandungan skopoletin pada sampel diperlukan suatu proses
seperti maserasi. Maserasi adalah teknik yang digunakan untuk menarik atau mengambil
senyawa yang diinginkan dari suatu larutan atau padatan dengan teknik perendaman
terhadap bahan yang akan diekstraksi. Sampel yang direndam dalam suatu pelarut organik
selama beberapa waktu seperti dalam sehari, jam ataupun berhari-hari (Ibrahim., dkk,
2013). Menurut (Nitteranon et al., 2011) , pelarut etil asetat untuk proses maserasi pada
serbuk buah mengkudu sangatlah baik karena hasil maserasi pelarut etil asetat lebih
potensial untuk bioassay makrofag dibandingkan dengan etanol. Bahan yang diekstraksi

14
etil asetat menghambat produksi NO Sel makrofag RAW 264.7 yang diaktifkan LPS
dengan nilai IC50~ 200 μg / ml dan dapat melipatgandakan induksi QR pada Hepa 1c1c7
yang dikulturdengan nilai CD 25-50 μg / ml. Menurut Trifani (2012), etanol digunakan
sebagai pelarut karena bersifat polar, universal, dan mudah didapat. Senyawa polar
merupakan senyawa yang larut didalam air. Pada penelitian ini digunakan pelarut etanol
96%. Hal ini disebabkan skopoletin merupakan senyawa polar serta aman untuk
lingkungan. Metode dilanjutkan dengan pemekatan menggunakan rotary evaporator.
Prinsip dari penggunaan rotary evaporator yaitu penguapan pelarut dengan suhu
yang rendah dan penurunan tekanan sehingga pelarut dapat lebih cepat menguap
dibandingkan dengan titik didih normalnya. Proses evaporasi ini mencegah rusaknya
sampel bila proses penguapan pelarutnya dalam suhu yang tinggi, serta memiliki
kelebihan yaitu pelarut yang tertampung di dalam wadah dapat digunakan kembali (Yen
dan Tang, 2016).

2.4 Identifikasi Skopoletin


 Sinar Ultraviolet (UV)
Spektrum sinar UV adalah elektromagnetik yang terlentang pada rentang panjang
gelombang 100 nm – 400 nm yang dibagi atas menjadi sinar ultraviolet A atau UV-A (λ
320-400 nm), sinar UV-B (λ 280-320 nm) dan sinar UV-C (λ 100-280 nm) (WHO, 2009).
Penelitian (West and Deng, 2010) menemukan bercak biru yang menandakan skopoletin
pada KLT untuk sampel ekstrak metanol buah dan daun mengkudu pada λ 365 nm.
 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Proses Identifikasi Skopoletin dengan KLT sudah dilakukan oleh Potterat et al.,
(2007) yang mengidentifikasi skopoletin mengkudu dengan pelarut metanol:kloroform
(1:9) (v/v) dan metanol:kloroform:air (65:30:5) (v/v/v). Pemisahan skopoletin pada KLT
dengan pelarut metanol:kloroform menghasilkan nilai rf sebesar 0.53 dan 0.55 dengan
karakteristik munculnya noda biru saat disemprotkan reagen Godin (1% vanilin daam
etanol yang mengandung 2% asam asetat) dan dipanaskan dalam 105 oC kemudian disinari
dengan sinar UV (λ=366 nm dan 254 nm). Pemisahan Pemisahan skopoletin pada KLT
dengan pelarut metanol:kloroform:air menghasilkan nilai rf sebesar 0.47 dengan
karakteristik munculnya noda biru saat disemprotkan dengan reagen Godin (1% vanilin
daam etanol yang mengandung 2% asam asetat) kemudian dipanaskan dalam 105oC dan
disinari dengan sinar UV (λ=366 nm dan 254 nm).
Prinsipnya kromatografi merupakan metode pemisahan berdasarkan perbedaan

15
distribusi komponen-komponen dalam campuran pada fase gerak dan fase diamnya.
Kromatografi adsorpsi merupakan salah satu tipe kromatografi biasanya fase geraknya
berupa cairan dan fase diamnya berupa solid adsorben. Pemisahannya tergantung pada
selektifitas penyerapan komponen dari suatu campuran pada permukaan padatan (Furniss
et al., 1989). Kromatografi lapis tipis merupakan bentuk kromatografi adsorpsi
(Braithwaite and Smith, 1995). Fase geraknya bergerak melalui fase diam oleh gaya
kapilaritas, kadang- kadang didukung oleh gravitasi (Skoog et al., 1996).
a. Fase Diam
Fase diam dalam KLT berupa padatan penyerap yang dihasilkan pada sebuah plat
datar dari gelas, plastik atau alumina sehingga membentuk lapisan tipis dengan ketebalan
tertentu. Fase diam atau penyerap yang bisa digunakan sebagai pelapis plat adalah silika
gel (SiO2), selulosa, alumina (Al2O3) dan kieselgur (tanah diatome). Kebanyakan penyerap
yang digunakan adalah silika gel, dimana telah tersedia plat yang siap pakai (Gritter et al.,
1991).
Struktur dasar silika gel seperti pada Gambar 2.2 Silika gel mempunyai gugus polar
yaitu ikatan Si-O dan O-H yang dapat berinteraksi dengan dipol senyawa yang dipisahkan.
Silika gel juga dapat membentuk ikatan hidrogen terutama dengan donor H seperti alkohol,
fenol, amina, amida dan asam karboksilat (Palleros, 2000).

(Sumber : Palleros, 2000)


Gambar 2.2 Struktur dasar silica gel

b. Fase Gerak

Pelarut sebagai fase gerak atau eluen merupakan faktor yang menentukan gerakan
komponen-komponen dalam campuran. Pemilihan pelarut tergantung pada sifat kelarutan
komponen tersebut terhadap pelarut yang digunakan. Kekuatan elusi dari deret-deret
pelarut untuk senyawa-senyawa dalam KLT dengan menggunakan silika gel akan turun
dengan urutan sebagai berikut : air murni > metanol > etanol > propanol > aseton > etil
asetat > kloroform > metil klorida > benzena > toluen > trikloroetilena > tetraklorida >
sikloheksana > heksana.

16
Fase gerak yang bersifat lebih polar digunakan untuk mengelusi senyawa-senyawa
yang adsorbsinya kuat, sedangkan fase gerak yang kurang polar digunakan untk mengelusi
senyawa yang adsorbsinya lemah (Sastrohamidjojo, 1991).
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapis tipis diperoleh dari
harga faktor retensi (Rf), yaitu dengan membandingkan jarak yang ditempuh oleh senyawa
terlarut dengan jarak tempuh pelarut (Palleros, 2000).
Harga Rf = Jarak yang digerakkan oleh senyawa dari titik asal
Jarak yang ditempuh pelarut dari titik asal
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan kromatografi cair yang paling sederhana
serta relatif lebih mudah dan murah dibanding metode kromatografi lainnya. Pemisahan
senyawa menggunakan teknik KLT dapat dilakukan hanya dalam beberapa menit dengan
alat yang tidak terlalu mahal. Kelebihan lain adalah pemakaian pelarut dan cuplikan yang
jumlahnya sedikit dan kemungkinan hasilnya dapat langsung dibandingkan (Gritter et al.,
1991).

 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)


Proses penentuan kadar skopoletin sudah dilakukan (Nitteranon et al., 2011)
dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)-UV dan fluorosensi
(FR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)-
FR lebih sensitif dibandingkan dengan KCKT-UV. Skopoletin terjadi pemisahan gugus
fungsi pada 7-HC dan 4-HC dimana pada KCKT-FR bisa mendeteksi skopoletin 7-HC
dan 4-HC sedangkan KCKT-UV hanya dapat mendeteksi pemisahan pada skopoletin 4-
HC. Sensitivitas scopoletin dan 7-HC yang dideteksi KCKT-FL 590 dan 40 kali lebih
tinggi daripada proses deteksi dengan KCKT-UV. Sehingga pada penelitian ini digunakan
KCKT-FR dalam mendeteksi serbuk buah mengkudu dengan pelarut etanol.

Prinsip kerja kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan suatu proses
pemisahan dimana analit-analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase, yaitu fase
diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat dalam bentuk molekul kecil
atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada
dinding kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan.Jika gas digunakan sebagai fase
gerak, maka prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam kromatografi cair dan
juga kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan selalu cair (Rohman, 2009).

KCKT merupakan metode yang dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif

17
maupun kuantitatif. Penggunaan kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah
yang dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi
operasional seperti jenis kolom, fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel (Gandjar dan
Rohman, 2007).

 Cara Kerja Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Kromatografi merupakan teknik analisis dengan solut atau zat-zat terlarut terpisah
oleh perbedaan kecepatan elusi, karena zat-zat ini melewati kolom kromatografi.
Pemisahan solut-solut diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam. Saat ini,
KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan
pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang. KCKT
merupakan metode yang tidak dekstruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis
kualitatif maupun kuantitatif serta memiliki kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
(Gandjar & Rohman, 2007).

18
BAB III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Balai Besar Industri Agro (BBIA) Bogor


Balai Besar Industri Agro (BBIA) merupakan institusi yang memberikan
jasa pelayanan teknis kepada masyarakat industri, khususnya industri hasil
pertanian, dalam rangka mewujudkan pengembangan industri yang berdaya
saing kompetitif baik secara nasional maupun internasional.
Awal berdiri tahun 1890 dengan nama Agricultuur Chemisch Laboratorium
dalam lingkungan Departement van Landbouw, Nijverheid en Handel dengan tugas
antara lain
a. Melayani para ahli dan sarjana pertanian dalam meneliti tanaman
tanaman tropis terutama yang ada di Kebun Raya serta arti ekonomi
dari tanaman-tanaman tersebut.
b. Memeriksa/menguji barang-barang dan bahan untuk intansi pemerintah
terutama dalam bidang pertanian, perdagangan dan sebagainya.
Tugas pengujian berkembang dengan pesat dengan mengikuti kemajuan bidang
pertanian dan perdagangan terutama dengan barang-barang ekspor serta perdagangan
dalam negeri sebagai hasil pembinaan dari bagian Nijverheid dalam Departement Van
Lanbouw, Nijverheid en Handel. Maka dalam tahun 1909 nama Laboratorium diganti
menjadi Bureau voor Landbouw en Handal-analyse berdasarkan keputusan Gubernur
Jendral Ned. Indie tanggal 29 Januari 1909 dan tercatat dalam Javasche
Couran sebagai Besluit van Directuur voor Landbouw No. 3952 Tanggal 27 Mei
1909.
Tugas pengujian makin berkembang di samping tugas-tugas rutin penelitian, dan
dengan perbaikan serta penambahan fasilitas, tempat dan peralatan menjadikan
Laboratorium ini paling terkemuka di Indonesia pada waktu itu. Dengan makin
meningkatkan peranan Laboratorium ini dalam menguji barang-barang ekspor, impor
dan perdagangan dalam negeri, serta dalam penelitian-penelitian agrokimia yang
merintis pertumbuhan agro industri dalam negeri maka terjadi penggantian nama
Laboratorium, yaitu dalam tahun 1911 menjadi Handels Laboratorium dan tahun
1918 menjadi Analytisch Laboratorium.
Dalam tahun 1934 Laboratorium Kimia Tumbuh-tumbuhan (Phytochemisch
Laboratorium) dalam lingkungan Kebun Raya dan balai penelitian yang tergabung
dalam Balai Besar Penyelidikan Pertanian (Algemeen Proefstation voor de Landbouw

19
) melebur diri ke dalam Analytisch Laboratorium, dan gabungan menamakan diri
sebagai Laboratorium voor Scheikundig Onderzoek terdiri dari Laboratorium-
laboratorium sebagai berikut :
a. Laboratorium Analitika
b. Laboratorium Kimia Tumbuh-tumbuhan
c. Laboratorium Kimia Pertanian
d. Laboratorium Harsa
e. Laboratorium Minyak Atsiri
Penelitian-penelitian di bidang agrokimia berjalan dengan seiring tugas
pengujian yaitu pengujian hasil-hasil pertanian dalam arti yang luas untuk kepentingan
ekspor dan memajukan industri pengolahan hasil pertanian dalam negeri. Penelitian
phytokimia dan minyak atsiri sudah dirintis sejak didirikannya Laboratorium ini.
Diberlakukannya sistem pengawasan susu, ditunjuknya Laboratorium ini sebagai
penguji kulit kina oleh pabrik kina Bandung, sistem pengujian air minum dan
pengawasan minuman beralkohol, membuat Laboratorium voor Scheikundig
Onderzoek menjadi Laboratorium terkemuka di jaman Hindia Belanda.
Di jaman pendudukan Jepang (1942-1945), Balai Penyelidikan Kimia di beri
nama Gunsaikanbu Kagaku Kenkyusyu dengan tugas terutama melakukan “applied
research”. Tugas ini menjadi ciri Balai seterusnya. Pada jaman revolusi fisik, Balai di
masukan dalam Kementrian Kemakmuran Republik Indonesia dan ikut hijrah ke
Klaten, Solo dan Yogyakarta. Pada waktu kantor di Bogor dikuasai Belanda. Pada
tahun 1950, pemerintah R.I. kembali ke Jakarta dan Balai Penyelidikan Kimia kembali
melakukan tugasnya seperti biasa. Lanjutan hijrah ke Klaten telah melahirkan Balai
Penyelidikan Kimia Surabaya (Sekarang Balai Riset dan Standarisasi/BARISTAN
SURABAYA) dalam tahun 1951.
Tahun 1951 Balai Penyelidikan Kimia dimasukan ke dalam Departemen
Perdagangan dan Perindustrian yang kemudian berubah menjadi kementrian
Perekonomian, tahun 1957 Balai dimasukan ke dalam Kementrian Perindustrian dan
tahun 1959 di dalam Departemen Perindutrian Rakyat. Tahun 1980 Balai Penyelidikan
Kimia/Balai Penelitian Kimia berubah menjadi Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Industri Hasil Pertanian (BBPPIHP) dan berada di bawah
Departemen Perindustrian. Tahun 2002 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Industri Hasil Pertanian berubah menjadi Balai Besar Industri Agro (BBIA) sampai
saat ini dan berada dalam lingkungan Departemen Perindustrian.

20
3.2 Lokasi dan Layout Perusahaan
Lokasi Balai Besar Industri Agro (BBIA) bertempat di Jalan IR. Haji Juanda No.11,
Paledang, Bogor Tengah, Paledang, Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16122 sesuai
pada gambar 2.2). Lokasi BBIA berdekatan dengan Mall BTM (Bogor Trade Center) dan
bersebelahan dengan Museum Zoologi, dan berhadapan dengan Gedung Balai
Penelitian Tanah.

3.3 Visi dan Misi


3.3.1 Visi
Menjadi institusi profesional dan terpercaya dalam memberikan jasa pelayanan
teknis bagi industri agro serta inovatif di bidang komponen aktif bahan alami
dan hilirisasi komoditas agro yang berkelas dunia pada tahun 2035.
3.3.2 Misi
a. Melaksanakan secara profesional jasa pelayanan teknis untuk industri
agro, yang meliputi jasa penelitian, pengembangan, standarisasi,
pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri
agro.
b. Melakukan penelitian dan pengembangan yang inovatif dan terpercaya di
bidang komponen aktif bahan alami secara berkesinambungan untuk
pengembangan industri agro.
c. Mendukung pengembangan hilirisasi industri berbasis agro.

3.4 Struktur Organisasi


1. Kepala Balai Besar Industri Agro : Ir. Rochmi
Widjajanti, M.Eng

2. Kepala Bagian Tata Usaha : Ramlan Ruvendi,


SE, MM
Kepala Sub Bagian Peny. Program & Pelaporan : Drs. Jekson
Simanjuntak, M.Si
Kepala Sub Bagian Keuangan : Vivi Ana Kahfi,
SE

21
Kepala Sub Bagian Kepegawaian : Anton
Simorangkir, SH
Kepala Sub Bagian Umum : Syarifudin, SE

3. Kepala Bidang. Pengembangan Jasa Teknik : Ir. Sri Wuri


Handono,
M.App.Sc
Kepala Seksi Pemasaran : Irwan Sutiarna, SE
Kepala Seksi Kerjasama : Anita Pardede, SH
Kepala Seksi Informasi : Aryudi S.Kom

4. Kepala Bidang Sarana Riset dan Standardisasi : Dr. Ir. Rizal


Alamsyah, M.Sc
Kepala Seksi Sarana Riset Industri Pangan : Tita Aviana, S.TP,
M.Si
Kepala Seksi Sarana Riset Industri Non Pangan : Irma Susanti,
STP., M.Si
Kepala Seksi Standardisasi. : Ir. Nurwidiani

5. Kepala Bidang Pengujian, Sertifikasi, dan : Ir. M. Maman


Kalibrasi Rohaman, M.Sc
Kepala Seksi Pengujian : Mulhaquddin S,
S.Si, M.Si
Kepala Seksi Sertifikasi : Ir. Moch. Noerdin
NK, M.Si
Kepala Seksi Kalibrasi : Nasyirudin, S.Si

6. Kepala Bidang Pengembangan Kompetensi dan : Ir. W. Wahyu


Alih Teknologi Wijayadi, MA
Kepala Seksi Konsultansi : Mirna Isyanti,
S.TP
Kepala Seksi Pelatihan Teknis : Yuniarti, STP,
M.Si

22
Kepala Seksi Alih Teknologi dan Inkubasi : Dra. Rr. Aryani
Endah Purwati
BBIA sebagai Badan Layanan BLU memiliki Dewan Pengawas Dewan
Pengawas Badan Layanan Umum Balai Besar Industri Agro dibentuk melalui
Keputusan Menteri Perindustrian RI Nomor : 776/M-IND/Kep/12/2013 tentang
Dewan Pengawas Badan Layanan Umum Balai Besar Industri Agro Kementerian
Perindustrian, dengan susunan anggota sebagai berikut:
1. Ketua merangkap anggota : Arryanto Sagala (Kepala BPKIMI Kementerian
Perindustrian hingga 2014)
2. Anggota : Hadrian Syah Razad (Bureau Veritas)
3. Anggota : Djoko Wihantoro (Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Barat)
Daftar Nama - Nama Peneliti
Peneliti Utama Peneliti Madya Peneliti Muda Peneliti Pertama
Agus Sudibyo, Hitler Guring Dadang Mirna Isyanti,
Ir . MP Pohan, Ir Supriatna, Ir S.TP
Rizal Alamsyah, Moh. Maman Drs. Eddy Sapto Ning Ima A.W,
Ir. M.Sc. DR Rohaman, Ir . M.Sc Hartanto S.TP M.Parm.Sc
Eko Susanto, Ir . Lukman Junaidi, Susi Heryani, SP
M.Sc Ir
Sarjono, Ir Nami Lestari, Ir
Tiurlan Farida Tiurlan Farida
Hutajulu, S.Si Hutajulu, S.Si.
Enny Hawani Rienoviar, Ir
Loebis, Dipl.Kim. .M.Si.
Irma Susanti,
S.TP

3.5 Ketenagakerjaan
BBIA memiliki susunan dalam perusahaan nya seperti berikut yang terbagi dalam
beberapa jasa dalam layanan :
Jasa Pengujian
Laboratorium Analisis Komoditi BBIA merupakan unit layanan pengujian mutu bahan
baku, produk makanan, minuman dan produk agro-industri lainnya. Uji-uji yang dilakukan

23
di LAK-BBIA telah diakreditasi oleh NATA Australia dan Komite Akreditasi (KAN).
LAK-BBIA dikelola secara profesional sesuai SNI 19-17025-2000.
Jenis analisis yang dapat dilakukan :
1. Analisis proksimat: air, protein, lemak, abu, serat kasar dan karbohidrat.
2. Analisis mikrobiologi: jumlah bakteri (TPC), kapang, khamir,
coliform, Escherichia coli, Salmonella, Vibrio cholerae, dan lain
sebagainya.
3. Analisis lainnya seperti : mineral, logam berat, bahan tambahan makanan,
asam-asam lemak, dietary fibre (serat makanan), vitamin A, B, D, E, gula,
asam amino dan lain-lain.
4. Analisis Label Nutrisi
Fasilitas Laboratorium :
 Laboratorium Instrumen yang dilengkapi dengan : ICP OES (Inductively
Coupled Plasma Optical Emission Spectrometer), GC (Gas
Chromatography), HPLC (High Pressure Liquid Chromatography), AAS
(Atomic Absorption Spectrophotometer), UV/Vis Spectrophotometer.
 Laboratorium Makanan Olahan
 Laboratorium Mikrobiologi
 Laboratorium Air
 Laboratorium Minuman
 Laboratorium Pakan dan Bahan Baku
 Laboratorium Limbah
Jasa Kalibrasi
Laboratorium Kalibrasi BBIA merupakan unit layanan pengukuran/kalibrasi alat-alat
laboratorium. Laboratorium Kalibrasi BBIA talah mendapat akreditasi dari National
Association of Testing Authorities (NATA) Australia dan Komite Akreditasi Nasional
(KAN) untuk massa, volume dan suhu.
LABORATORIUM KALIBRASI BBIA dikelola secara profesional sesuai SNI 19-17025-
2000 dan didukung oleh personil yang bepengalaman dan kompeten.
JENIS PELAYANAN KALIBRASI
1. Kalibrasi Massa : Anak timbangan 1 mg s/d 2 k Neraca analitik : single
pan, Top loading, elektronik.
2. Kalibrasi Volume : Alat ukur gelas : labu ukur, buret, pipet, piknometer.

24
3. Kalibrasi Suhu (00 C s/d 12000 C) : Oven, Tanur (furnace), Inkubator,
Waterbath, Termokopel, Termometer Gelas
4. Kalibrasi Optik : Spektrofotometer, pH meter, Refraktometer, dan
Polarimeter
Jasa Riset
Jenis pelayanan litbang Balai Besar Industri Agro :
 Pengembangan produk dan proses
 Mengatasi permasalahan teknologi
 Rekayasa dan rancang bangun peralatan industri agro
 Studi kelayakan usaha
Keuntungan yang dapat diperoleh apabila bekerja sama dengan Balai Besar Industri Agro:
 Biaya akan lebih murah
 Tersedianya fasilitas peralatan industri skala pilot di Laboratorium
Proses BBIA
 Tersedianya fasilitas Laboratorium Pengujian yang sudah
terakreditasi baik secara nasional maupun internasional
 Tersedianya peneliti profesional yang berpengalaman
Fasilitas Riset yang dimiliki :
 Laboratorium Proses sebagai sarana riset, pelatihan dan uji coba
industri agro skala mini, yang dilengkapi alat proses : aneka tipe
pengering, pengolah roti dan kue, pengalengan, pengasapan,
penggorengan vakum, pengolahan keripik, pengolahan serbuk buah,
pengolahan minyak atsiri, pengolah produk samping kelapa (sabut,
tempurung, gabus), pembuatan kompos dan lain-lain.
Jasa Sertifikasi
Balai Besar Industri Agro mempunyai beberapa Lembaga Sertifikasi, terdiri dari :
1. Lembaga Sertifikasi Sistem yang bernama LSS BBIA yang terdiri dari :
a. LSS ISO 9001 dengan ruang lingkup
- Pertanian dan perikanan
- Produk makanan, minuman dan tembakau
b. LSS HACCP dengan ruang lingkup
- Kakao, kopi, teh, dan hasil olahannya
- Hasil unggas dan hasil olahannya
- Gula, madu, dan hasil olahannya

25
- Serealia, biji-bijian, umbi-umbian, dan hasil olahannya
- Lemak, minyak, dan hasil olahannya
- Susu dan hasil olahannya
- Buah, sayuran, dan hasil olahannya
- Bahan pembantu dan tambahan pangan
- Air minum dan produknya, serta minuman
- Produk makanan siap saji
- Produk perikanan dan hasil olahannya
- Produk makanan untuk sasaran khusus
- Daging dan hasil olahannya
- Rempah-rempah dan hasil olahannya
c. LSS ISO 22000 dengan ruang lingkup
- Susu dan Produk
- Produk minuman kecuali produk olahan susu
- Tepung dan produk tepung
- Gula dan produk gula
2. Lembaga Sertifikasi Produk yang bernama LS-Pro BBIA dengan
ruang lingkup :
 Makanan ringan ekstrudat (SNI 01-2866-1992)
 Susu bubuk (SNI 01-2970-1999)
 Biskuit (SNI 01-2973-1992)
 Mi kering (SNI 01-2974-1996)
 Minuman teh dalam kemasan SNI 01-3143-1992
 Kopi bubuk SNI 01-3542-2004
 Sirop SNI 01-3544-1994
 Kembang gula SNI 01-3547-1994
 Mi instan SNI 01-3551-2000
 Jelly agar SNI 01-3552-1994
 Garam konsumsi beryodium SNI 01-3556-2000
 Minuman sari buah SNI 01-3719-1995
 Tepung hunkwe SNI 01-3726-1995
 Tepung terigu sebagai bahan makanan SNI 01-3751-2000
 Teh kering dalam kemasan SNI 01-3836-2000
 Roti SNI 01-3840-1995

26
 Susu UHT SNI 01-3950-1998
 Keripik kentang SNI 01-4031-1996
 Kacang garing SNI 01-4301-1996
 Kue lapis SNI 01-4309-1996
 Teh hijau celup SNI 01-4324-1996
 Biskuit untuk bayi dan balita (abolisi) SNI 01-4445-1998
 Minyak goreng SNI 01-3741-2002
 Margarin SNI 01-3541-2002
 Saos cabe SNI 01-2976-1992
 Saus tomat SNI 01-3546-2004
 Kopi instant SNI 01-2983-1992
 Bihun SNI 01-2975-1992
 Air minum dalam kemasan SNI 01-3553-2006
 Tepung terigu sebagai bahan makanan SNI 01-3751-2006
 Gula kristal - bagian 2: Rafinasi SNI 01-3140.2-2006
 Bihun instant SNI 01-3742-1995
 Lemak Kakao SNI 01-3748-2009
 Kakao Massa SNI 01-3749-2009
 Kakao Bubuk SNI 01-3747-2009
 Gula Kristal Putih SNI 01-3140.3:2010
 Krimer Nabati Bubuk SNI 4444:2009
 Ikan Tuna Dalam Kaleng SNI 01-2712-2006
 Kerupuk Ikan SNI 01-2713-2009
 Kornet Daging Sapi (Corned Beef) SNI 01-3775-2006
 Bakso Daging SNI 01-3818-1995
 Sosis Daging SNI 01-3820-1995
 NPK Padat SNI 2803:2010
 Pupuk Urea SNI 2801:2010
 Tripel Super Posfat SNI 02-0086-2005
 Pupuk Fosfat Alam SNI 02-3776-2005
 Pupuk KCl SNI 02-2805-2005
 Pupuk SP-36 SNI 02-3769-2005
 Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan SNI 3751:2009
 Monosodium glutamat monohidrat SNI 01-0219-1987

27
 Tepung Bumbu (SNI 01-4776-1998)
 Minuman Susu Fermentasi Berperisa (SNI 7552:2009)
 Susu Bubuk (SNI 01-2970-2006)
 Susu Coklat Bubuk (SNI 3752:2009)
 Susu Sereal (SNI 01-4270-1996)
 Yogurt (SNI 2981:2009)
 Gula Kristal - Bagian 2 : Rafinasi (SNI 3140.2:2011)
 Minuman Teh Dalam Kemasan (SNI 3143:2011)
1. Lembaga Sertifikasi Inspeksi Teknis bernama ABITIS
Jasa Konsultasi
Bidang Layanan Konsultasi BBIA :
1. Teknis teknologis mengenai agro industri (pemecahan masalah teknologi,
penganekaragaman produk, perbaikan produksi, pengembangan produk,
penggunaan bahan tambahan makanan, pendirian usaha, studi kelayakan
dan lain-lain).
2. Penyusunan dan Penerapan dokumen Sistem Manajemen Laboratorium
sesuai ISO/IEC 17025:2008.
3. Penyusunan dan penerapan dokumen Sistem Keamanan Angan (GMP &
HACCP) ISO 22000.
4. Penyusunan dan penerapan dokumen Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008
5. Penyusunan dan penerapan dokumen Sistem Manajemen Lingkungan
sesuai ISO 14000
Dalam memberikan Jasa Konsultasi BBIA mempunyai SDM yang terlatih
dan berpengalaman di bidangnya antara lain : Teknologi pangan, Food
Engineering, Food Safety, Manajemen Laboratorium, Manajemen Mutu dan
Manajemen Lingkungan.
Jasa Pelatihan
BBIA memberikan layanan pelatihan dalam bidang :
 Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (pangan dan non pangan
 Pemahaman GMP dan Sistem Keamanan Pangan
 Pemahaman Sistem Manajemen Mutu ISO 9000-2000
 Pemahaman Sistem Manajemen Laboratorium SNI 17025
 Pemahaman Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000

28
 Analisis Kimia, Instrumentasi dan Mikrobiologi
 Kalibrasi Peralatan Laboratorium
Dalam pelaksanaannya BBIA memberikan layanan pelatihan secara regular, paket maupun
non regular baik kepada masyarakat industri maupun personal. Pelatihan-pelatihan regular
meliputi :

 Pelatihan Kalibrasi Suhu, Massa dan Volume


 Pelatihan GMP dan Sistem Keamanan Pangan
 Pelatihan Manajemen Mutu ISO 9000-2000
 Pelatihan Manajemen Laboratorium SNI 17025-2000
 Pelatihan Manajemen Lingkungan ISO 14000
Pelatihan-pelatihan berupa paket meliputi :
 Paket Pelatihan Teknologi Pengolahan Pangan
 Paket Pelatihan Teknologi Minyak Atsiri
 Paket Pelatihan Penanganan Limbah dan Lain-lain
 Paket Pelatihan Pembuatan Dokumen UKL/UPL
 Paket Pelatihan Teknologi Bersih
Pelatihan-pelatihan atas permintaan (non regular) diantaranya :
 Teknologi Pemurnian Minyak Makan
 Teknologi Pengolahan Kelapa; Kacang Tanah, Tomat dan Cabe; Gula Semut;
Roti dan Makanan Ringan; Buah-buahan; Keripik Buah-buahan
menggunakan penggorengan vakum; Ikan; Nata de Coco dan Nata de Soya;
Rumput Laut; Kacang Kedelai; Jahe; Jagung; Coklat dan confectioneries dan
lain-lain.
Jasa Pembuatan Rancang Bangun dan Perekayasaan Perlatan Industri
Balai Besar Industri Agro dengan Fasilitas "Workshop" yang memadai serta Sumber Daya
Manusia yang berpengalaman dapat memberikan Jasa Pelayanan Teknis Pembuatan
Rancang Bangun dan Perekayasaan Peralatan Industri Agro bagi pelaku bisnis terutama
Usaha Kecil Menengah. Peralatan yang sudah di produksi oleh Balai Besar IndustriAgro
(BBIA) antara lain:
- Peralatan Pengolah Kelapa
- Peralatan Pengolah Minyak Atsiri
- Peralatan Pengolah Virgin Coconut Oil dan lain lain.

29
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proses dan Analisis Balai Besar
Industri Agro (BBIA) Jl. Kapt.Yusuf, Cikaret – Bogor pada 5 September 2018
sampai dengan 5 November 2018.
4.2 Bahan dan Piranti
Bahan yang digunakan yaitu buah mengkudu, etanol 96% (teknis), heksana
(teknis), gas N2 , AlCl3, buffer fosfat, metanol (teknis) dan aquades. Piranti yang
digunakan dalam penelitian adalah alat piranti, pompa vakum (Rocker 300), neraca
analitik ketelitian 0,01 mg (Kern ABJ 200-4NM) , corong pisah, rotary evaporator
(BUCHI R-100), heating bath (BUCHI B-100), vacuum pump (BUCHI V-100),
plat KLT silica gel 60 F254, chamber KLT, ayakan mess 80, grinder dan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) (Shimadzu Waters E-2695).
4.3 Metode
4.3.1 Preparasi Sampel
Sebanyak 2000,00 gram buah mengkudu segar dikeringkan. Kemudian buah di
haluskan dengan grinder dilanjutkan dengan ayakan mess 80. Hasil digunakan
untuk maserasi.
4.3.2 Maserasi (Yi dkk., 2011 yang dimodifikasi)
1000,00 gram mengkudu di maserasi selama 2 hari dengan etanol 96% sebanyak
1000 mL (1:1) (b/v). Hasil langkah ini siap untuk dipekatkan
4.3.3 Pemekatan Rotary Evaporator (Yi dkk., 2011 yang dimodifikasi)
Hasil maserasi di pekatkan dengan rotary evaporator selama 3-4 jam. Hasil
pemekatan akan digunakan untuk fraksinasi. Tahap ini diulangi dua kali.
4.3.4 Fraksinasi
Larutan yang sudah pekat difraksinasi dengan sampel : heksan ratio 1:2 (v/v).
Selanjutnya di kocok dan fasa organic diambil kemudian dipekatkan kembali. Hasil
fraksi heksan di aliri dengan gas N2 untuk menghilangkan residu pelarut heksan
(fh).
4.3.5 Identifikasi Skopoletin (Wijaya dkk, 2014)
 Sinar UV
Identifikasi fraksi heksan (fh) dilakukan dengan melihat warna biru saat disinari
sinar UV (λ = 365 nm).

30
 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Identifikasi skopoletin dilanjutkan dengan KLT. Fasa diam yang digunakan silica
gel 60 F254. Fasa gerak yang digunakan yaitu heksana dan etanol dengan
perbandingan (1:4, v/v). Hasil pemisahan disemprot dengan AlCl 3 kemudian
dikeringkan selanjutnya divisualisasi dengan sinar UV (λ = 365 nm) untuk melihat
hasil pemisahan.
 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Analisis dilakukan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
dengan fase gerak yang digunakan adalah buffer fosfat (pH = 5,0): metanol (74:26,
v/v) dengan laju alir 1,0 mL/min. Fasa diam yang digunakan kolom C-18 (ODS).
Volume injeksi sampel adalah 20 µL dengan detektor fluoresensi pada panjang
gelombang eksitasi 360 nm dan panjang gelombang emisi 450 nm. Penetapan kadar
skopoletin dilakukan secara duplo. Metode identifikasi dan penentuan kadar
skopoletin seperti pada lampiran 1

31
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses ekstraksi skopoletin pada mengkudu dilakukan dengan metode maserasi.


Maserasi adalah teknik yang digunakan untuk menarik atau mengambil senyawa yang
diinginkan dari suatu larutan atau padatan dengan teknik perendaman terhadap bahan yang
akan diekstraksi (Ibrahim., dkk, 2013). Sampel dimaserasi selama 2 hari agar dihasilkan
ekstrak yang maksimal. Pada penelitian ini digunakan pelarut etanol 96%. Hasil rendemen
total dari proses maserasi adalah sebesar 5.56% dengan kadar air sebesar 4.4% seperti pada
tabel 5.1 dan 5.2. Semakin tinggi rendemen, semakin besar pula ekstrak yang dapat
dihasilkan dari suatu serbuk simplisia (Anwar, K., 2016).
Tabel 5.1 Tabel Maserasi Etanol Mengkudu
Hari Pukul Volume Etanol Massa Sampel Massa Massa Wadah Massa Sampel
Awal Wadah + Sampel Akhir
(Kering)
Kamis
10.15 500 ml
Jumat
11.02 500 ml 143.22 gram 1.79 gram 236.78 gram 234.99 gram
Sabtu
10.15 Selesai
Hasil rendemen total penelitian ini berbeda dengan penelitian Anwar, K,.(2016)
yang menghasilkan ekstrak sebesar 19.49%. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh faktor
seperti : metode ekstraksi, dan stabilitas skopoletin. Anwar, K,.(2016) menggunakan
etanol 70% sehingga polaritas dalam etanol 70% lebih baik dibandingkan etanol 90%.
Skopoletin memiliki stabilitas dibawah 50 oC agar tidak mengalami degradasi (Liazid dkk.,
2007). Hasil menunjukkan bahwa proses pemekatan mempengaruhi kandungan skopoletin
dalam hal stabilitas. Perhitungan rendemen total seperti pada lampiran 2.
Tabel 5.2 Tabel Rendemen Total
Bobot Bobot
Sampel Awal Ekstrak Sampel Rendemen Total
Mengkudu Evaporasi
143.22
Etanol-Mengkudu 1000 mL 7.6 gram 5.56 %
gram
Pemekatan sampel adalah proses pengentalan hasil maserasi dengan alat rotary
evaporator pada suhu tertentu selama beberapa jam. Pada proses pemekatan sampel
penelitian ini dilakukan dua kali pada suhu 45oC setelah proses pemisahan dengan heksana
sehingga akan mempengaruhi hasil rendeman total akibat pemanasan sehingga kandungan
skopoletin akan berkurang. Hasil pemekatan ekstrak etanol mengkudu seperti pada tabel
5.3

32
Tabel 5.3 Tabel Pemekatan Ekstrak Etanol Mengkudu
Kode Labu Berat Labu Berat Labu + Sampel Berat Sampel
J 157.56 gram 165.16 gram 7.6 gram
Total 7.6 gram

 Identifikasi Skopoletin

Identifikasi sinar UV dilakukan pada λ 365 nm. Identifikasi skopoletin dengan sinar
UV sudah dilakukan oleh (Suryati dkk., 2016) menggunakan tumbuhan subang-subang
(Spilanthes paniculata Wall. ex Dc.) dan dihasilkan warna biru pada sampel dengan λ yang
sama yaitu 365 nm. Penelitian (West and Deng, 2010) juga menemukan bercak biru yang
menandakan skopoletin pada KLT untuk sampel ekstrak metanol buah dan daun mengkudu
pada λ 365 nm. Warna biru pada hasil ekstraksi menunjukkan keberadaan skopoletin. Hal
ini menunjukkan ada nya pemindahan π ke π*. Transisi ini terjadi ketika konjugasi dari
rantai rangkap pada struktur benzene dalam skopoletin (Suryati dkk., 2016). Hasil
penelitian seperti pada gambar 5.1.

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)


Gambar 5.1 Hasil Penyinaran Sinar Ultraviolet pada Ekstrak Etanol Mengkudu
Identifikasi KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dengan eluen heksana : etil asetat (1:4).
Penelitian dihasilkan nilai Rf sesuai standart 0.75 dan 0.76. Penelitian ini menghasilkan
nilai hasil Rf sama dengan penelitian (Aldi., Y dkk, 2016) yang menghasilkan nilai Rf
terbaik dengan eluen heksana : etil asetat (1:4) sebesar 0.76. Perhitungan rf klt skopoletin
seperti pada lampiran 3. Meskipun begitu penelitian ini memiliki nilai Rf yang berbeda
dengan penelitian (West and Deng, 2010) sebesar 0.5 dengan menggunakan ekstrak
metanol. Polaritas pelarut yang digunakan untuk kromatografi dipengaruhi oleh konstanta
dielektrik (å) dan momen dipol (ä) dari pelarut. Semakin besar dua angka ini maka

33
semakin polar pelarutnya. Selain itu, adanya ikatan hidrogen juga mempengaruhi ikatan
tersebut. Pelarut metanol adalah donor ikatan hidrogen yang kuat dan akan sangat
menghambat kemampuan semua analit yang paling polar untuk mengikat permukaan gel
silica (Bele et al., 2011). Apabila dibandingkan dengan heksana dengan etil asetat yang
tidak memiliki ikatan hidrogen sehingga dalam pemisahan skopoletin sangat baik
menggunakan heksana : etil asetat (1:4)

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)


Gambar 5.1 Hasil Pemisahan Skopoletin Ekstrak Etanol Mengkudu pada KLT
Penentuan kadar skopoletin pada mengkudu dengan HPLC menghasilkan kadar
sebesar 81.695 ppm atau 0.081695 % (b/b) seperti pada lampiran 4. Hasil penelitian ini
berbeda dengan kadar skopoletin pada metanol mengkudu menurut (West and Deng, 2010)
yaitu 70 – 69 ppm atau 0,07 – 0.069% (b/b). Perbedaan ini dapat disebabkan oleh
penggunaan pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi. Etanol lebih baik dalam
menarik kandungan skopoletin dikarenakan etanol dapat menembus dinding sel lebih baik
daripada metanol sehingga kandungan yang dihasilkan lebih tinggi.
Apabila dibandingkan dengan literatur maka kandungan skopoletin pada ekstrak
etanol mengkudu ini sudah dapat berpotensi sebagai obat. Menurut (Panda dan Kar, 2006)
penelitian mengenai injeksi skopoletin pada tikus dengan kadar 1 mg/kg dapat mengurangi
hormone tiroid dan glukosa seperti aktivitas glukosa 6 fosfat pada hati untuk levo tiroksin.

34
Hal ini berpotensi untuk regulasi dan mengurangi potensi hipertiroidisme (gangguan
kalenjar tiroid) dan hiperglikemia (diabetes).
Perbandingan hasil penelitian diatas menurut Farmakope Herbal Indonesia untuk
ketentuan standar bagi industri obat traditional minimal kadar skopoletin pada ekstrak
etanol mengkudu tidak kurang dari 0.40% dan rendemen total tidak kurang dari 10.9%.
Hasil menunjukkan bahwa rendemen total dan kandungan skopoletin memenuhi
persyaratan dalam produksi skopoletin pada buah mengkudu.

BAB VI. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
1. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kadar skopoletin yang dihasilkan sebesar
0.0082089 %.
2. Kandungan skopoletin dalam penelitian ini dapat berpotensi sebagai obat-obatan
seperti kalenjar tiroid dan diabetes.
3. Hasil identifikasi HPLC menunjukkan kadar skopoletin dalam ekstrak etanol
mengkudu memenuhi standar layak produksi Farmakope Herbal Indonesia
mengenai standar obat dan jamu dalam industri obat.
Saran
Pada hasil penelitian ini disarankan untuk pengembangan dalam :
1. Penggunaan pelarut pro analysis dalam mengekstrak sampel
2. Waktu ekstraksi
3. Ratio antara pelarut dan sampel.

35
DAFTAR PUSTAKA
Aldi, Yufri., dan Bakhtiar, A. 2016. Aktivitas senyawa skopoletin dari buah mengkudu
(morinda citrifolia,linn.) terhadap respon fisiologi makrofag mencit putih jantan.
SCIENTIA Vol 6 No 1.
Alexandra, D. (1993) ‘Morinda citrifolia l’, J Herbs Spices Med Plants. doi:
10.1300/J044v01n03_08.
Anwar, Khoerul., dan Triyasmono, L. 2016. Kandungan Total Fenolik, Total Flavonoid,
dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.).
Jurnal Pharmascience, Vol 3(1): 83 – 92.
Bele, A. A. et al. (2011) ‘AN OVERVIEW ON THIN LAYER CHROMATOGRAPHY’,
IJPSR.
Braithwaite, A and Smith, F. J. 1995. Chromatographic Methods. Kluwer Academic
Publishers, London
Dixon, A.R., dkk. (1999). The transformation of Noni, a traditional Polynesian medicine
(Morinda citrifolia, Rubiaceae). Economic Botany, 53/1: 51-68.
Furniss et al. 1989. Vogel’s TextBook of Practical Organic Chemistry, 5th [14] Guenther
E, 1987, Minyak Atsiri, diterjemahkan oleh Ketaren S., Jilid I, Universitas Indonesia,
Jakarta, 296. edition, Cole Publishing, California, 183, 696.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Hal. 419, 425.
Gritter , R.J, Bobbic, J.N., dan Schwarting, A.E., 1991, Pengantar Kromatografi ,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Edisi II, hal 107, ITB Press Bandung.
Gnonlonfin, G. J. B., Sanni, A. and Brimer, L. (2012) ‘Review Scopoletin - A Coumarin
Phytoalexin with Medicinal Properties’, Critical Reviews in Plant Sciences. doi:
10.1080/07352689.2011.616039.
Hirazumi, A., Furusawa, E., Chou, S.C., Hokama, Y., 1994. Anticancer activityof Morinda
citrifolia (noni) on intraperitoneally implanted Lewis lung car-cinoma in syngeneic
mice. In: Proceedings of the Western PharmacologySociety 37, pp. 145–146
Ibrahim, Sanusi. H.M, Sitorus, dan Marham, 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ikeda, R. et al. (2009) ‘Quantification of coumarin derivatives in Noni (Morinda citrifolia)
and their contribution of quenching effect on reactive oxygen species’, Food
Chemistry. doi: 10.1016/j.foodchem.2008.08.067.

36
Ibrahim, Sanusi. H.M, Sitorus, dan Marham, 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Joshi, A. A., Chilkawar, P. M. and License, C. A. (2012) ‘Studies on Physico-Chemical
Properties of Noni Fruit ( Morinda Citrifolia ) and Preparation of Noni Beverages’,
International Journal of Food Science, Nutriton and Diatetics (IJFS). doi:
dx.doi.org/10.19070/2326-3350-120002.
Kim, E.-K., Kwon, K.-B., Shin, B.-C., Seo, E.-A., Lee, Y.-R., Kim, J.-S., & Ryu, D.-G.
(2005). Scopoletin Induces Apoptosis In Human Promyeloleukemic Cells,
Accompanied By Activations of Nuclear Factor Κb And Caspase-3. Life Sciences,
77(7), 824– 36. doi:10.1016/j.lfs.2005.02.003
Kementrian Republik Indonesia. 2009. Farmakope Herbal Indonesia. KepMenKes Nomor
261 MENKES SK IV 2009.
Liazid, A. et al. (2007) ‘Investigation on phenolic compounds stability during microwave-
assisted extraction’, Journal of Chromatography A. doi:
10.1016/j.chroma.2006.11.040.
Murray, R.D.H., Méndez, J. and Brown, S.A. (1982): The Natural Coumarins -
Occurrence, Chemistry and Biochemistry, John Wiley & Sons Ltd., Chichester, UK.
Morton, J. F. 1992. The ocean-going Noni, or Indian mulberry (Morinda citrifolia,
Rubiaceae) and some of its ‘colorful’ relatives. Economic Bot. 46: 241-56.
Nitteranon, V. et al. (2011) ‘Isolation and synergism of in vitro anti-inflammatory and
quinone reductase (QR) inducing agents from the fruits of Morinda citrifolia (noni)’,
Food Research International. doi: 10.1016/j.foodres.2010.11.009.
Palleros, D. R. 2000. Experimental Organic Chemistry.John Willey and Sons. New York
Panda, S. and Kar, A. (2006) ‘Evaluation of the antithyroid, antioxidative and
antihyperglycemic activity of scopoletin from Aegle marmelos leaves in hyperthyroid
rats’, Phytotherapy Research. doi: 10.1002/ptr.2014.
Phytochemicals. (2019). Diakses 20 Februari 2019 dari.
http://www.phytochemicals.info/phytochemicals/scopoletin.php.
Potterat, O. et al. (2007) ‘Identification of TLC markers and quantification by HPLC-MS
of various constituents in noni fruit powder and commercial noni-derived products’,
Journal of Agricultural and Food Chemistry. doi: 10.1021/jf071359a.
Potterat, O. and Hamburger, M. (2007) ‘Morinda citrifolia (Noni) fruit - Phytochemistry,
pharmacology, safety’, Planta Medica. doi: 10.1055/s-2007-967115.

37
Rahmawati, A. 2009. Kandungan Fenol Daun Mengkudu Sebagai Antioksidan. Depok:
Fakultas Kedokteran UI.
Sastrohamidjojo, H, 1991, Kromatografi, Edisi II, hal 26-36, Liberty, Yogyakarta.
Suryati et al. (2016) ‘Isolation of scopoletin from subang-subang plants (Spilanthes
paniculata Wall. ex DC.)’, Der Pharma Chemica.
Skoog, Douglas A., dkk., (1996), Principles of Analysis, 5th ed, Saunders College
Publishing
Wang, M.Y. and C. Su. (2001). Cancer preventive effect of Morinda citrifolia (noni). Ann.
NY Acad. Sci. (no. 952): 161−168.
Waha, M.G. 2002. Sehat dengan Mengkudu (editor Listiyani Wijayanti). Penerbit PT.
Mitra Sitta Kaleh, Jakarta
Waha, M. G. 2009. Buku Sehat dengan Mengkudu. http://herbalisedja02.blogspot .com.
Diakses bulan Maret 2010.
Wijayakusuma, H., Dalimartha, S., and Wirian, A., 1996, Tanaman Berkhasiat Obat di
Indonesia, Jilid ke-4, Pustaka Kartini, Jakarta.
West, B. J. and Deng, S. (2010) ‘Thin layer chromatography methods for rapid identity
testing of Morinda citrifolia L. (Noni) fruit and leaf’, Advance Journal of Food
Science and Technology.
Yi, B. et al. (2011) ‘Antioxidant phenolic compounds of cassava (Manihot esculenta) from
Hainan’, Molecules. doi: 10.3390/molecules161210157.
Yen, M. P., and Tang, G. 2016. Science Education Collection. Rotary Evaporation to
Remove Solvent. Journal of Visualized Experiments.

38
Lampiran :
Lampiran 1. Diagram Alir Identifikasi Kandungan Skopoletin pada Ekstrak Etanol
Mengkudu.
2000,00 gram buah
mengkudu di keringkan
dan dihaluskan dengan
ayakan mess 80

1000,00 gram serbuk


mengkudu dimaserasi
etanol 100 mL (v/v)

Hasil dipekatkan dengan


rotary evaporator selama 3-
4 jam

Hasil pemekatan di fraksinasi dengan heksana


(1:1) kemudian di aliri gas N2

Ekstrak di pekatkan kembali


dengan rotary evaporator

Ekstrak Pekat
Etanol Mengkudu

Identifikasi dengan Sinar


UV-Vis

Identifikasi dengan Kromatografi


Lapis Tipis (KLT)

Identifikasi dengan HPLC

Lampiran 2. Perhitungan Rendemen Total


(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟)
Kadar Air = (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙)
× 100%
(5.99−5.72492)
Kadar Air = (5.99)
× 100% = 4.4%

Bobot Awal Mengkudu = bobot awal − (%kadar air × bobot awal)


Bobot Awal Mengkudu = 143.22 − (4.4% × 143.22) = 136.92 gram
Bobot Hasil Evaporasi = 7.6 gram
Bobot Hasil Evaporasi (gram) 7.6 gram
Total Rendemen = Bobot Awal Mengkudu (gram) × 100% = 136.92 gram × 100% = 5.56%

39
Lampiran 3. Perhitungan Nilai Rf
5.7
Standard 30 ppm Etanol = 7.1 = 0.75
5.8
Etanol-Mengkudu (E) = 7.1 = 0.76

Lampiran 4. Perhitungan Kadar Skopoletin Etanol Mengkudu dengan KCKT

79.497+83.893
Rata-rata kandungan skopoletin = = 81.695 𝑝𝑝𝑚
2
𝑚𝑔 𝑔
Persentase (%) skopoletin = 81,695 = 81,695 × 10−3 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0.081695 %
𝑘𝑔 100

40

Anda mungkin juga menyukai