Disusun oleh :
Melanie
652015012
1
LAPORAN KERJA PRAKTEK
BALAI BESAR INDUSTRI AGRO (BBIA)
Laporan Kerja Praktek (KP) disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Sains di bidang Kimia
Disusun Oleh:
Melanie
652015012
2
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Nama : Melanie
NIM : 652015012
Lokasi PKL : Balai Besar Industri Agro
Lama PKL : 3 September 2018 – 5 November 2018
Menyetujui,
Mengetahui,
3
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan dapat menyusun
laporan ini dengan baik.
Laporan PKL ini dapat disusun dengan baik berkat bantuan dari pihak-pihak yang
telah memberikan bimbingan dan dukungan sebagai bahan masukan untuk penulis. Untuk
itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Rochmi Widjajanti, M. Eng. selaku Kepala Balai Besar Industri Agro
(BBIA) Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan PKL.
2. Dr. Ir. Rizal Alamsyah, M. Sc. selaku Kepala Bidang Sarana Riset dan
Standarisasi yang telah mengijinkan penulis untuk ikut berpartisipasi dalam
proyek Litbangyasa dalam pelaksanaan PKL.
3. Fitri Hasanah, M. Si. selaku pembimbing yang telah membantu pelaksanaan
dan penyusunan laporan PKL.
4. Bapak Anton Simorangkir, SH. selaku Kepala Sub Bagian Kepegawaian yang
telah membantu proses awal pelaksanaan PKL.
5. Ibu Mirna Isyanti, S. TP. selaku Kepala Seksi Konsultasi yang telah
memberikan pengarahan saat awal proses pelaksanaan PKL dan mendampingi.
6. Seluruh karyawan dan staff Balai Besar Industri Agro (BBIA) yang telah
membantu selama proses pelaksanaan PKL.
7. Dr. Adi Setiawan M.Sc selaku Dekan Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana.
8. Dr. Yohanes Martono, S.Si, M.Sc. selaku Kepala Program Studi Kimia Fakultas
Sains dan Matematika serta selaku pembimbing yang telah membantu dan
membimbing, memberi saran serta koreksi pada penulisan laporan PKL.
9. Orang tua dan teman-teman yang senantiasa mendukung penulis baik secara
moril maupun materil.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan PKL dan
penyusunan laporan PKL yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa laporan ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, baik dari segi penulisan maupun dari isi
laporan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
4
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa kimia
khususnya dan para pengembang ilmu pengetahuan serta seluruh pembaca pada umumnya.
Penulis
5
DAFTAR ISI
6
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Analisis Proksimat Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ............... 12
Tabel 5.1 Tabel Maserasi Etanol Mengkudu .................................................................. 31
Tabel 5.2 Tabel Rendemen Total ................................................................................... 31
Tabel 5.3 Tabel Pemekatan Ekstrak Etanol Mengkudu 31
7
DAFTAR GAMBAR
2.1. Struktur Kimia Skopoletin .................................................................................. 14
2.2. Struktur dasar silica gel ...................................................................................... 16
5.1. Hasil Penyinaran Sinar Ultraviolet pada Ekstrak Etanol Mengkudu .................. 32
5.2. Hasil Pemisahan Skopoletin Ekstrak Etanol Mengkudu pada KLT ................... 33
8
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Diagram Alir Identifikasi Kandungan Skopoletin pada Ekstrak Etanol
Mengkudu ....................................................................................................................... 38
Lampiran 2. Perhitungan Rendemen Total ..................................................................... 38
Lampiran 3. Perhitungan Nilai Rf KLT.......................................................................... 39
Lampiran 4. Perhitungan Kadar Skopoletin Etanol Mengkudu dengan KCKT ............. 39
9
BAB I. PENDAHULUAN
10
kandungan skopoletin dalam buah mengkudu tidak kurang dari 0.02 %. Penelitian ini
juga diharapkan dapat meningkatkan penggunaan mengkudu tidak hanya untuk
dikonsumsi saja melainkan juga menambah nilai produk dalam segi kesehatan.
11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
12
Menurut Waha (2009), buah mengkudu mengandung berbagai macam zat antara lain :
a. Senyawa-senyawa Terpenoid
Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isomerik yang juga terdapat dalam
lemak/minyak esensial (essencial oils), yaitu sejenis lemak yang sangat penting bagi
tubuh. Zat-zat terpenoid membantu tubuh dalam proses sintesa organik dan pemulihan
sel-sel tubuh.
b. Antraquinon
Zat antraquinon dapat mengontrol dua golongan bakteri yang mematikan (patogen)
yaitu Salmonela dan Shigella.
c. Alkaloid
Salah satu alkaloid penting dalam tanaman mengkudu adalah xeronine. Xeronine
berfungsi untuk mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur fungsi protein di dalam sel.
Xeronine juga berperan dalam mengatur bentuk dan kekerasan (rigiditas) protein-protein
spesifik yang terdapat di dalam sel, sehingga menghindari pertumbuhan yang tidak
normal dari sel, seperti sel kanker. Selain itu buah mengkudu juga mengandung bahan-
bahan pembentuk xeronine yang disebut proxeronine dalam jumlah besar. Konsumsi
proxenine dari buah menkudu akan meningkatkan kadar xeronine dalam tubuh.
2.2 Skopoletin
Skopoletin merupakan senyawa turunan kumarin yang saat ini digunakan sebagai
salah satu penanda mutu (quality marker) produk-produk berbahan baku buah mengkudu
terutama untuk tujuan ekspor (Wijaya dkk, 2014). Penelitian skopoletin pertama kali pada
tahun 1993, peneliti dari Universitas Hawai berhasil memisahkan zat-zat skopoletin dari
buah mengkudu. Zat ini mempunyai khasiat pengobatan, yaitu berfungsi memperlebar
pembuluh darah yang mengalami penyempitan dan melancarkan peredaran darah. Selain
itu skopoletin terbukti dapat membunuh beberapa tipe bakteri dan dapat membunuh jamur
Phytium sp (Waha, 2009). Skopoletin memiliki rumus kimia seperti pada gambar 2.1.
Skopoletin merupakan polifenol turunan kumarin yang memiliki banyak kegunaan
seperti antikanker dengan cara menghambat proliferasi dan meningkatkan apoptosis sel
kanker prostat (Wijaya dkk, 2014).
13
(Sumber : Farmakope Herbal Indonesia)
Gambar 2.1 Struktur Kimia Skopoletin
Distribusi skopoletin ditunjukkan beberapa dekade yang lalu dan berfokus pada
Araceae, Gramineae, Liliceae, Musaceae dan anggota-anggotanya dalam keluarga
Aceraceae, Anacardiaceae, Apocynaceae, Apiales, Asclepiadaceae, Calycanthaceae,
Compositeae, Convolvulaceae, Euphorbiaceae, Fagaceae, Gentaniaceae, Geraniaceae,
Leguminosae, Loasaceae, Loganiaceae, Malvaceae, Meliaceae, Moraceae, Nepenthaceae,
Oleaceae, Passifloraceae, Plantanaceae, Ranunculaceae, Rosaceae, Rubiaceae, Jerukan,
Samydaceae, Saxifragaceae, menurut, Simaroubaceae, Solanaceae, Malvaceae,
Malvaceae, Ulmaceae, dan Zygophylaceae (Murray et al., 1982).
Distribusi total kandungan skopoletin sudah dilakukan (Ikeda et al., 2009)
menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) untuk mengidentifikasi dan
menentukan kadar kandungan skopoletin pada jus buah mengkudu dengan pelarut etil
asetat menghasilkan 5.1–231 µg/ml. Penelitian (Wijaya dkk, 2014) menggunakan KCKT-
FL pada varietas ubi kayu (Manihot esculenta C), beberapa varietas ubi jalar (Ipomoea
batatas Poir), garut (Maranta arundinacea L), ganyong (Canna discolor L), iles iles
(Amorphophallus Onchophilus Prain), dan talas (Colocasia gigantea (Blume) Hook f.)
menghasilkan kadar skopoletin tertinggi pada sebesar daging umbi ubi kayu jenis Malang
yaitu sebesar 112.66 mg/kg (berat kering) dan kemudian pada kulit umbi ubi jalar
Cilembu sebesar 69.73 mg/kg (berat kering).
14
etil asetat menghambat produksi NO Sel makrofag RAW 264.7 yang diaktifkan LPS
dengan nilai IC50~ 200 μg / ml dan dapat melipatgandakan induksi QR pada Hepa 1c1c7
yang dikulturdengan nilai CD 25-50 μg / ml. Menurut Trifani (2012), etanol digunakan
sebagai pelarut karena bersifat polar, universal, dan mudah didapat. Senyawa polar
merupakan senyawa yang larut didalam air. Pada penelitian ini digunakan pelarut etanol
96%. Hal ini disebabkan skopoletin merupakan senyawa polar serta aman untuk
lingkungan. Metode dilanjutkan dengan pemekatan menggunakan rotary evaporator.
Prinsip dari penggunaan rotary evaporator yaitu penguapan pelarut dengan suhu
yang rendah dan penurunan tekanan sehingga pelarut dapat lebih cepat menguap
dibandingkan dengan titik didih normalnya. Proses evaporasi ini mencegah rusaknya
sampel bila proses penguapan pelarutnya dalam suhu yang tinggi, serta memiliki
kelebihan yaitu pelarut yang tertampung di dalam wadah dapat digunakan kembali (Yen
dan Tang, 2016).
15
distribusi komponen-komponen dalam campuran pada fase gerak dan fase diamnya.
Kromatografi adsorpsi merupakan salah satu tipe kromatografi biasanya fase geraknya
berupa cairan dan fase diamnya berupa solid adsorben. Pemisahannya tergantung pada
selektifitas penyerapan komponen dari suatu campuran pada permukaan padatan (Furniss
et al., 1989). Kromatografi lapis tipis merupakan bentuk kromatografi adsorpsi
(Braithwaite and Smith, 1995). Fase geraknya bergerak melalui fase diam oleh gaya
kapilaritas, kadang- kadang didukung oleh gravitasi (Skoog et al., 1996).
a. Fase Diam
Fase diam dalam KLT berupa padatan penyerap yang dihasilkan pada sebuah plat
datar dari gelas, plastik atau alumina sehingga membentuk lapisan tipis dengan ketebalan
tertentu. Fase diam atau penyerap yang bisa digunakan sebagai pelapis plat adalah silika
gel (SiO2), selulosa, alumina (Al2O3) dan kieselgur (tanah diatome). Kebanyakan penyerap
yang digunakan adalah silika gel, dimana telah tersedia plat yang siap pakai (Gritter et al.,
1991).
Struktur dasar silika gel seperti pada Gambar 2.2 Silika gel mempunyai gugus polar
yaitu ikatan Si-O dan O-H yang dapat berinteraksi dengan dipol senyawa yang dipisahkan.
Silika gel juga dapat membentuk ikatan hidrogen terutama dengan donor H seperti alkohol,
fenol, amina, amida dan asam karboksilat (Palleros, 2000).
b. Fase Gerak
Pelarut sebagai fase gerak atau eluen merupakan faktor yang menentukan gerakan
komponen-komponen dalam campuran. Pemilihan pelarut tergantung pada sifat kelarutan
komponen tersebut terhadap pelarut yang digunakan. Kekuatan elusi dari deret-deret
pelarut untuk senyawa-senyawa dalam KLT dengan menggunakan silika gel akan turun
dengan urutan sebagai berikut : air murni > metanol > etanol > propanol > aseton > etil
asetat > kloroform > metil klorida > benzena > toluen > trikloroetilena > tetraklorida >
sikloheksana > heksana.
16
Fase gerak yang bersifat lebih polar digunakan untuk mengelusi senyawa-senyawa
yang adsorbsinya kuat, sedangkan fase gerak yang kurang polar digunakan untk mengelusi
senyawa yang adsorbsinya lemah (Sastrohamidjojo, 1991).
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapis tipis diperoleh dari
harga faktor retensi (Rf), yaitu dengan membandingkan jarak yang ditempuh oleh senyawa
terlarut dengan jarak tempuh pelarut (Palleros, 2000).
Harga Rf = Jarak yang digerakkan oleh senyawa dari titik asal
Jarak yang ditempuh pelarut dari titik asal
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan kromatografi cair yang paling sederhana
serta relatif lebih mudah dan murah dibanding metode kromatografi lainnya. Pemisahan
senyawa menggunakan teknik KLT dapat dilakukan hanya dalam beberapa menit dengan
alat yang tidak terlalu mahal. Kelebihan lain adalah pemakaian pelarut dan cuplikan yang
jumlahnya sedikit dan kemungkinan hasilnya dapat langsung dibandingkan (Gritter et al.,
1991).
Prinsip kerja kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan suatu proses
pemisahan dimana analit-analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase, yaitu fase
diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat dalam bentuk molekul kecil
atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada
dinding kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan.Jika gas digunakan sebagai fase
gerak, maka prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam kromatografi cair dan
juga kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan selalu cair (Rohman, 2009).
KCKT merupakan metode yang dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif
17
maupun kuantitatif. Penggunaan kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah
yang dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi
operasional seperti jenis kolom, fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Kromatografi merupakan teknik analisis dengan solut atau zat-zat terlarut terpisah
oleh perbedaan kecepatan elusi, karena zat-zat ini melewati kolom kromatografi.
Pemisahan solut-solut diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam. Saat ini,
KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan
pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang. KCKT
merupakan metode yang tidak dekstruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis
kualitatif maupun kuantitatif serta memiliki kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
(Gandjar & Rohman, 2007).
18
BAB III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
19
) melebur diri ke dalam Analytisch Laboratorium, dan gabungan menamakan diri
sebagai Laboratorium voor Scheikundig Onderzoek terdiri dari Laboratorium-
laboratorium sebagai berikut :
a. Laboratorium Analitika
b. Laboratorium Kimia Tumbuh-tumbuhan
c. Laboratorium Kimia Pertanian
d. Laboratorium Harsa
e. Laboratorium Minyak Atsiri
Penelitian-penelitian di bidang agrokimia berjalan dengan seiring tugas
pengujian yaitu pengujian hasil-hasil pertanian dalam arti yang luas untuk kepentingan
ekspor dan memajukan industri pengolahan hasil pertanian dalam negeri. Penelitian
phytokimia dan minyak atsiri sudah dirintis sejak didirikannya Laboratorium ini.
Diberlakukannya sistem pengawasan susu, ditunjuknya Laboratorium ini sebagai
penguji kulit kina oleh pabrik kina Bandung, sistem pengujian air minum dan
pengawasan minuman beralkohol, membuat Laboratorium voor Scheikundig
Onderzoek menjadi Laboratorium terkemuka di jaman Hindia Belanda.
Di jaman pendudukan Jepang (1942-1945), Balai Penyelidikan Kimia di beri
nama Gunsaikanbu Kagaku Kenkyusyu dengan tugas terutama melakukan “applied
research”. Tugas ini menjadi ciri Balai seterusnya. Pada jaman revolusi fisik, Balai di
masukan dalam Kementrian Kemakmuran Republik Indonesia dan ikut hijrah ke
Klaten, Solo dan Yogyakarta. Pada waktu kantor di Bogor dikuasai Belanda. Pada
tahun 1950, pemerintah R.I. kembali ke Jakarta dan Balai Penyelidikan Kimia kembali
melakukan tugasnya seperti biasa. Lanjutan hijrah ke Klaten telah melahirkan Balai
Penyelidikan Kimia Surabaya (Sekarang Balai Riset dan Standarisasi/BARISTAN
SURABAYA) dalam tahun 1951.
Tahun 1951 Balai Penyelidikan Kimia dimasukan ke dalam Departemen
Perdagangan dan Perindustrian yang kemudian berubah menjadi kementrian
Perekonomian, tahun 1957 Balai dimasukan ke dalam Kementrian Perindustrian dan
tahun 1959 di dalam Departemen Perindutrian Rakyat. Tahun 1980 Balai Penyelidikan
Kimia/Balai Penelitian Kimia berubah menjadi Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Industri Hasil Pertanian (BBPPIHP) dan berada di bawah
Departemen Perindustrian. Tahun 2002 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Industri Hasil Pertanian berubah menjadi Balai Besar Industri Agro (BBIA) sampai
saat ini dan berada dalam lingkungan Departemen Perindustrian.
20
3.2 Lokasi dan Layout Perusahaan
Lokasi Balai Besar Industri Agro (BBIA) bertempat di Jalan IR. Haji Juanda No.11,
Paledang, Bogor Tengah, Paledang, Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16122 sesuai
pada gambar 2.2). Lokasi BBIA berdekatan dengan Mall BTM (Bogor Trade Center) dan
bersebelahan dengan Museum Zoologi, dan berhadapan dengan Gedung Balai
Penelitian Tanah.
21
Kepala Sub Bagian Kepegawaian : Anton
Simorangkir, SH
Kepala Sub Bagian Umum : Syarifudin, SE
22
Kepala Seksi Alih Teknologi dan Inkubasi : Dra. Rr. Aryani
Endah Purwati
BBIA sebagai Badan Layanan BLU memiliki Dewan Pengawas Dewan
Pengawas Badan Layanan Umum Balai Besar Industri Agro dibentuk melalui
Keputusan Menteri Perindustrian RI Nomor : 776/M-IND/Kep/12/2013 tentang
Dewan Pengawas Badan Layanan Umum Balai Besar Industri Agro Kementerian
Perindustrian, dengan susunan anggota sebagai berikut:
1. Ketua merangkap anggota : Arryanto Sagala (Kepala BPKIMI Kementerian
Perindustrian hingga 2014)
2. Anggota : Hadrian Syah Razad (Bureau Veritas)
3. Anggota : Djoko Wihantoro (Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Barat)
Daftar Nama - Nama Peneliti
Peneliti Utama Peneliti Madya Peneliti Muda Peneliti Pertama
Agus Sudibyo, Hitler Guring Dadang Mirna Isyanti,
Ir . MP Pohan, Ir Supriatna, Ir S.TP
Rizal Alamsyah, Moh. Maman Drs. Eddy Sapto Ning Ima A.W,
Ir. M.Sc. DR Rohaman, Ir . M.Sc Hartanto S.TP M.Parm.Sc
Eko Susanto, Ir . Lukman Junaidi, Susi Heryani, SP
M.Sc Ir
Sarjono, Ir Nami Lestari, Ir
Tiurlan Farida Tiurlan Farida
Hutajulu, S.Si Hutajulu, S.Si.
Enny Hawani Rienoviar, Ir
Loebis, Dipl.Kim. .M.Si.
Irma Susanti,
S.TP
3.5 Ketenagakerjaan
BBIA memiliki susunan dalam perusahaan nya seperti berikut yang terbagi dalam
beberapa jasa dalam layanan :
Jasa Pengujian
Laboratorium Analisis Komoditi BBIA merupakan unit layanan pengujian mutu bahan
baku, produk makanan, minuman dan produk agro-industri lainnya. Uji-uji yang dilakukan
23
di LAK-BBIA telah diakreditasi oleh NATA Australia dan Komite Akreditasi (KAN).
LAK-BBIA dikelola secara profesional sesuai SNI 19-17025-2000.
Jenis analisis yang dapat dilakukan :
1. Analisis proksimat: air, protein, lemak, abu, serat kasar dan karbohidrat.
2. Analisis mikrobiologi: jumlah bakteri (TPC), kapang, khamir,
coliform, Escherichia coli, Salmonella, Vibrio cholerae, dan lain
sebagainya.
3. Analisis lainnya seperti : mineral, logam berat, bahan tambahan makanan,
asam-asam lemak, dietary fibre (serat makanan), vitamin A, B, D, E, gula,
asam amino dan lain-lain.
4. Analisis Label Nutrisi
Fasilitas Laboratorium :
Laboratorium Instrumen yang dilengkapi dengan : ICP OES (Inductively
Coupled Plasma Optical Emission Spectrometer), GC (Gas
Chromatography), HPLC (High Pressure Liquid Chromatography), AAS
(Atomic Absorption Spectrophotometer), UV/Vis Spectrophotometer.
Laboratorium Makanan Olahan
Laboratorium Mikrobiologi
Laboratorium Air
Laboratorium Minuman
Laboratorium Pakan dan Bahan Baku
Laboratorium Limbah
Jasa Kalibrasi
Laboratorium Kalibrasi BBIA merupakan unit layanan pengukuran/kalibrasi alat-alat
laboratorium. Laboratorium Kalibrasi BBIA talah mendapat akreditasi dari National
Association of Testing Authorities (NATA) Australia dan Komite Akreditasi Nasional
(KAN) untuk massa, volume dan suhu.
LABORATORIUM KALIBRASI BBIA dikelola secara profesional sesuai SNI 19-17025-
2000 dan didukung oleh personil yang bepengalaman dan kompeten.
JENIS PELAYANAN KALIBRASI
1. Kalibrasi Massa : Anak timbangan 1 mg s/d 2 k Neraca analitik : single
pan, Top loading, elektronik.
2. Kalibrasi Volume : Alat ukur gelas : labu ukur, buret, pipet, piknometer.
24
3. Kalibrasi Suhu (00 C s/d 12000 C) : Oven, Tanur (furnace), Inkubator,
Waterbath, Termokopel, Termometer Gelas
4. Kalibrasi Optik : Spektrofotometer, pH meter, Refraktometer, dan
Polarimeter
Jasa Riset
Jenis pelayanan litbang Balai Besar Industri Agro :
Pengembangan produk dan proses
Mengatasi permasalahan teknologi
Rekayasa dan rancang bangun peralatan industri agro
Studi kelayakan usaha
Keuntungan yang dapat diperoleh apabila bekerja sama dengan Balai Besar Industri Agro:
Biaya akan lebih murah
Tersedianya fasilitas peralatan industri skala pilot di Laboratorium
Proses BBIA
Tersedianya fasilitas Laboratorium Pengujian yang sudah
terakreditasi baik secara nasional maupun internasional
Tersedianya peneliti profesional yang berpengalaman
Fasilitas Riset yang dimiliki :
Laboratorium Proses sebagai sarana riset, pelatihan dan uji coba
industri agro skala mini, yang dilengkapi alat proses : aneka tipe
pengering, pengolah roti dan kue, pengalengan, pengasapan,
penggorengan vakum, pengolahan keripik, pengolahan serbuk buah,
pengolahan minyak atsiri, pengolah produk samping kelapa (sabut,
tempurung, gabus), pembuatan kompos dan lain-lain.
Jasa Sertifikasi
Balai Besar Industri Agro mempunyai beberapa Lembaga Sertifikasi, terdiri dari :
1. Lembaga Sertifikasi Sistem yang bernama LSS BBIA yang terdiri dari :
a. LSS ISO 9001 dengan ruang lingkup
- Pertanian dan perikanan
- Produk makanan, minuman dan tembakau
b. LSS HACCP dengan ruang lingkup
- Kakao, kopi, teh, dan hasil olahannya
- Hasil unggas dan hasil olahannya
- Gula, madu, dan hasil olahannya
25
- Serealia, biji-bijian, umbi-umbian, dan hasil olahannya
- Lemak, minyak, dan hasil olahannya
- Susu dan hasil olahannya
- Buah, sayuran, dan hasil olahannya
- Bahan pembantu dan tambahan pangan
- Air minum dan produknya, serta minuman
- Produk makanan siap saji
- Produk perikanan dan hasil olahannya
- Produk makanan untuk sasaran khusus
- Daging dan hasil olahannya
- Rempah-rempah dan hasil olahannya
c. LSS ISO 22000 dengan ruang lingkup
- Susu dan Produk
- Produk minuman kecuali produk olahan susu
- Tepung dan produk tepung
- Gula dan produk gula
2. Lembaga Sertifikasi Produk yang bernama LS-Pro BBIA dengan
ruang lingkup :
Makanan ringan ekstrudat (SNI 01-2866-1992)
Susu bubuk (SNI 01-2970-1999)
Biskuit (SNI 01-2973-1992)
Mi kering (SNI 01-2974-1996)
Minuman teh dalam kemasan SNI 01-3143-1992
Kopi bubuk SNI 01-3542-2004
Sirop SNI 01-3544-1994
Kembang gula SNI 01-3547-1994
Mi instan SNI 01-3551-2000
Jelly agar SNI 01-3552-1994
Garam konsumsi beryodium SNI 01-3556-2000
Minuman sari buah SNI 01-3719-1995
Tepung hunkwe SNI 01-3726-1995
Tepung terigu sebagai bahan makanan SNI 01-3751-2000
Teh kering dalam kemasan SNI 01-3836-2000
Roti SNI 01-3840-1995
26
Susu UHT SNI 01-3950-1998
Keripik kentang SNI 01-4031-1996
Kacang garing SNI 01-4301-1996
Kue lapis SNI 01-4309-1996
Teh hijau celup SNI 01-4324-1996
Biskuit untuk bayi dan balita (abolisi) SNI 01-4445-1998
Minyak goreng SNI 01-3741-2002
Margarin SNI 01-3541-2002
Saos cabe SNI 01-2976-1992
Saus tomat SNI 01-3546-2004
Kopi instant SNI 01-2983-1992
Bihun SNI 01-2975-1992
Air minum dalam kemasan SNI 01-3553-2006
Tepung terigu sebagai bahan makanan SNI 01-3751-2006
Gula kristal - bagian 2: Rafinasi SNI 01-3140.2-2006
Bihun instant SNI 01-3742-1995
Lemak Kakao SNI 01-3748-2009
Kakao Massa SNI 01-3749-2009
Kakao Bubuk SNI 01-3747-2009
Gula Kristal Putih SNI 01-3140.3:2010
Krimer Nabati Bubuk SNI 4444:2009
Ikan Tuna Dalam Kaleng SNI 01-2712-2006
Kerupuk Ikan SNI 01-2713-2009
Kornet Daging Sapi (Corned Beef) SNI 01-3775-2006
Bakso Daging SNI 01-3818-1995
Sosis Daging SNI 01-3820-1995
NPK Padat SNI 2803:2010
Pupuk Urea SNI 2801:2010
Tripel Super Posfat SNI 02-0086-2005
Pupuk Fosfat Alam SNI 02-3776-2005
Pupuk KCl SNI 02-2805-2005
Pupuk SP-36 SNI 02-3769-2005
Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan SNI 3751:2009
Monosodium glutamat monohidrat SNI 01-0219-1987
27
Tepung Bumbu (SNI 01-4776-1998)
Minuman Susu Fermentasi Berperisa (SNI 7552:2009)
Susu Bubuk (SNI 01-2970-2006)
Susu Coklat Bubuk (SNI 3752:2009)
Susu Sereal (SNI 01-4270-1996)
Yogurt (SNI 2981:2009)
Gula Kristal - Bagian 2 : Rafinasi (SNI 3140.2:2011)
Minuman Teh Dalam Kemasan (SNI 3143:2011)
1. Lembaga Sertifikasi Inspeksi Teknis bernama ABITIS
Jasa Konsultasi
Bidang Layanan Konsultasi BBIA :
1. Teknis teknologis mengenai agro industri (pemecahan masalah teknologi,
penganekaragaman produk, perbaikan produksi, pengembangan produk,
penggunaan bahan tambahan makanan, pendirian usaha, studi kelayakan
dan lain-lain).
2. Penyusunan dan Penerapan dokumen Sistem Manajemen Laboratorium
sesuai ISO/IEC 17025:2008.
3. Penyusunan dan penerapan dokumen Sistem Keamanan Angan (GMP &
HACCP) ISO 22000.
4. Penyusunan dan penerapan dokumen Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008
5. Penyusunan dan penerapan dokumen Sistem Manajemen Lingkungan
sesuai ISO 14000
Dalam memberikan Jasa Konsultasi BBIA mempunyai SDM yang terlatih
dan berpengalaman di bidangnya antara lain : Teknologi pangan, Food
Engineering, Food Safety, Manajemen Laboratorium, Manajemen Mutu dan
Manajemen Lingkungan.
Jasa Pelatihan
BBIA memberikan layanan pelatihan dalam bidang :
Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (pangan dan non pangan
Pemahaman GMP dan Sistem Keamanan Pangan
Pemahaman Sistem Manajemen Mutu ISO 9000-2000
Pemahaman Sistem Manajemen Laboratorium SNI 17025
Pemahaman Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000
28
Analisis Kimia, Instrumentasi dan Mikrobiologi
Kalibrasi Peralatan Laboratorium
Dalam pelaksanaannya BBIA memberikan layanan pelatihan secara regular, paket maupun
non regular baik kepada masyarakat industri maupun personal. Pelatihan-pelatihan regular
meliputi :
29
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
30
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Identifikasi skopoletin dilanjutkan dengan KLT. Fasa diam yang digunakan silica
gel 60 F254. Fasa gerak yang digunakan yaitu heksana dan etanol dengan
perbandingan (1:4, v/v). Hasil pemisahan disemprot dengan AlCl 3 kemudian
dikeringkan selanjutnya divisualisasi dengan sinar UV (λ = 365 nm) untuk melihat
hasil pemisahan.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Analisis dilakukan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
dengan fase gerak yang digunakan adalah buffer fosfat (pH = 5,0): metanol (74:26,
v/v) dengan laju alir 1,0 mL/min. Fasa diam yang digunakan kolom C-18 (ODS).
Volume injeksi sampel adalah 20 µL dengan detektor fluoresensi pada panjang
gelombang eksitasi 360 nm dan panjang gelombang emisi 450 nm. Penetapan kadar
skopoletin dilakukan secara duplo. Metode identifikasi dan penentuan kadar
skopoletin seperti pada lampiran 1
31
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
32
Tabel 5.3 Tabel Pemekatan Ekstrak Etanol Mengkudu
Kode Labu Berat Labu Berat Labu + Sampel Berat Sampel
J 157.56 gram 165.16 gram 7.6 gram
Total 7.6 gram
Identifikasi Skopoletin
Identifikasi sinar UV dilakukan pada λ 365 nm. Identifikasi skopoletin dengan sinar
UV sudah dilakukan oleh (Suryati dkk., 2016) menggunakan tumbuhan subang-subang
(Spilanthes paniculata Wall. ex Dc.) dan dihasilkan warna biru pada sampel dengan λ yang
sama yaitu 365 nm. Penelitian (West and Deng, 2010) juga menemukan bercak biru yang
menandakan skopoletin pada KLT untuk sampel ekstrak metanol buah dan daun mengkudu
pada λ 365 nm. Warna biru pada hasil ekstraksi menunjukkan keberadaan skopoletin. Hal
ini menunjukkan ada nya pemindahan π ke π*. Transisi ini terjadi ketika konjugasi dari
rantai rangkap pada struktur benzene dalam skopoletin (Suryati dkk., 2016). Hasil
penelitian seperti pada gambar 5.1.
33
semakin polar pelarutnya. Selain itu, adanya ikatan hidrogen juga mempengaruhi ikatan
tersebut. Pelarut metanol adalah donor ikatan hidrogen yang kuat dan akan sangat
menghambat kemampuan semua analit yang paling polar untuk mengikat permukaan gel
silica (Bele et al., 2011). Apabila dibandingkan dengan heksana dengan etil asetat yang
tidak memiliki ikatan hidrogen sehingga dalam pemisahan skopoletin sangat baik
menggunakan heksana : etil asetat (1:4)
34
Hal ini berpotensi untuk regulasi dan mengurangi potensi hipertiroidisme (gangguan
kalenjar tiroid) dan hiperglikemia (diabetes).
Perbandingan hasil penelitian diatas menurut Farmakope Herbal Indonesia untuk
ketentuan standar bagi industri obat traditional minimal kadar skopoletin pada ekstrak
etanol mengkudu tidak kurang dari 0.40% dan rendemen total tidak kurang dari 10.9%.
Hasil menunjukkan bahwa rendemen total dan kandungan skopoletin memenuhi
persyaratan dalam produksi skopoletin pada buah mengkudu.
35
DAFTAR PUSTAKA
Aldi, Yufri., dan Bakhtiar, A. 2016. Aktivitas senyawa skopoletin dari buah mengkudu
(morinda citrifolia,linn.) terhadap respon fisiologi makrofag mencit putih jantan.
SCIENTIA Vol 6 No 1.
Alexandra, D. (1993) ‘Morinda citrifolia l’, J Herbs Spices Med Plants. doi:
10.1300/J044v01n03_08.
Anwar, Khoerul., dan Triyasmono, L. 2016. Kandungan Total Fenolik, Total Flavonoid,
dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.).
Jurnal Pharmascience, Vol 3(1): 83 – 92.
Bele, A. A. et al. (2011) ‘AN OVERVIEW ON THIN LAYER CHROMATOGRAPHY’,
IJPSR.
Braithwaite, A and Smith, F. J. 1995. Chromatographic Methods. Kluwer Academic
Publishers, London
Dixon, A.R., dkk. (1999). The transformation of Noni, a traditional Polynesian medicine
(Morinda citrifolia, Rubiaceae). Economic Botany, 53/1: 51-68.
Furniss et al. 1989. Vogel’s TextBook of Practical Organic Chemistry, 5th [14] Guenther
E, 1987, Minyak Atsiri, diterjemahkan oleh Ketaren S., Jilid I, Universitas Indonesia,
Jakarta, 296. edition, Cole Publishing, California, 183, 696.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Hal. 419, 425.
Gritter , R.J, Bobbic, J.N., dan Schwarting, A.E., 1991, Pengantar Kromatografi ,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Edisi II, hal 107, ITB Press Bandung.
Gnonlonfin, G. J. B., Sanni, A. and Brimer, L. (2012) ‘Review Scopoletin - A Coumarin
Phytoalexin with Medicinal Properties’, Critical Reviews in Plant Sciences. doi:
10.1080/07352689.2011.616039.
Hirazumi, A., Furusawa, E., Chou, S.C., Hokama, Y., 1994. Anticancer activityof Morinda
citrifolia (noni) on intraperitoneally implanted Lewis lung car-cinoma in syngeneic
mice. In: Proceedings of the Western PharmacologySociety 37, pp. 145–146
Ibrahim, Sanusi. H.M, Sitorus, dan Marham, 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ikeda, R. et al. (2009) ‘Quantification of coumarin derivatives in Noni (Morinda citrifolia)
and their contribution of quenching effect on reactive oxygen species’, Food
Chemistry. doi: 10.1016/j.foodchem.2008.08.067.
36
Ibrahim, Sanusi. H.M, Sitorus, dan Marham, 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Joshi, A. A., Chilkawar, P. M. and License, C. A. (2012) ‘Studies on Physico-Chemical
Properties of Noni Fruit ( Morinda Citrifolia ) and Preparation of Noni Beverages’,
International Journal of Food Science, Nutriton and Diatetics (IJFS). doi:
dx.doi.org/10.19070/2326-3350-120002.
Kim, E.-K., Kwon, K.-B., Shin, B.-C., Seo, E.-A., Lee, Y.-R., Kim, J.-S., & Ryu, D.-G.
(2005). Scopoletin Induces Apoptosis In Human Promyeloleukemic Cells,
Accompanied By Activations of Nuclear Factor Κb And Caspase-3. Life Sciences,
77(7), 824– 36. doi:10.1016/j.lfs.2005.02.003
Kementrian Republik Indonesia. 2009. Farmakope Herbal Indonesia. KepMenKes Nomor
261 MENKES SK IV 2009.
Liazid, A. et al. (2007) ‘Investigation on phenolic compounds stability during microwave-
assisted extraction’, Journal of Chromatography A. doi:
10.1016/j.chroma.2006.11.040.
Murray, R.D.H., Méndez, J. and Brown, S.A. (1982): The Natural Coumarins -
Occurrence, Chemistry and Biochemistry, John Wiley & Sons Ltd., Chichester, UK.
Morton, J. F. 1992. The ocean-going Noni, or Indian mulberry (Morinda citrifolia,
Rubiaceae) and some of its ‘colorful’ relatives. Economic Bot. 46: 241-56.
Nitteranon, V. et al. (2011) ‘Isolation and synergism of in vitro anti-inflammatory and
quinone reductase (QR) inducing agents from the fruits of Morinda citrifolia (noni)’,
Food Research International. doi: 10.1016/j.foodres.2010.11.009.
Palleros, D. R. 2000. Experimental Organic Chemistry.John Willey and Sons. New York
Panda, S. and Kar, A. (2006) ‘Evaluation of the antithyroid, antioxidative and
antihyperglycemic activity of scopoletin from Aegle marmelos leaves in hyperthyroid
rats’, Phytotherapy Research. doi: 10.1002/ptr.2014.
Phytochemicals. (2019). Diakses 20 Februari 2019 dari.
http://www.phytochemicals.info/phytochemicals/scopoletin.php.
Potterat, O. et al. (2007) ‘Identification of TLC markers and quantification by HPLC-MS
of various constituents in noni fruit powder and commercial noni-derived products’,
Journal of Agricultural and Food Chemistry. doi: 10.1021/jf071359a.
Potterat, O. and Hamburger, M. (2007) ‘Morinda citrifolia (Noni) fruit - Phytochemistry,
pharmacology, safety’, Planta Medica. doi: 10.1055/s-2007-967115.
37
Rahmawati, A. 2009. Kandungan Fenol Daun Mengkudu Sebagai Antioksidan. Depok:
Fakultas Kedokteran UI.
Sastrohamidjojo, H, 1991, Kromatografi, Edisi II, hal 26-36, Liberty, Yogyakarta.
Suryati et al. (2016) ‘Isolation of scopoletin from subang-subang plants (Spilanthes
paniculata Wall. ex DC.)’, Der Pharma Chemica.
Skoog, Douglas A., dkk., (1996), Principles of Analysis, 5th ed, Saunders College
Publishing
Wang, M.Y. and C. Su. (2001). Cancer preventive effect of Morinda citrifolia (noni). Ann.
NY Acad. Sci. (no. 952): 161−168.
Waha, M.G. 2002. Sehat dengan Mengkudu (editor Listiyani Wijayanti). Penerbit PT.
Mitra Sitta Kaleh, Jakarta
Waha, M. G. 2009. Buku Sehat dengan Mengkudu. http://herbalisedja02.blogspot .com.
Diakses bulan Maret 2010.
Wijayakusuma, H., Dalimartha, S., and Wirian, A., 1996, Tanaman Berkhasiat Obat di
Indonesia, Jilid ke-4, Pustaka Kartini, Jakarta.
West, B. J. and Deng, S. (2010) ‘Thin layer chromatography methods for rapid identity
testing of Morinda citrifolia L. (Noni) fruit and leaf’, Advance Journal of Food
Science and Technology.
Yi, B. et al. (2011) ‘Antioxidant phenolic compounds of cassava (Manihot esculenta) from
Hainan’, Molecules. doi: 10.3390/molecules161210157.
Yen, M. P., and Tang, G. 2016. Science Education Collection. Rotary Evaporation to
Remove Solvent. Journal of Visualized Experiments.
38
Lampiran :
Lampiran 1. Diagram Alir Identifikasi Kandungan Skopoletin pada Ekstrak Etanol
Mengkudu.
2000,00 gram buah
mengkudu di keringkan
dan dihaluskan dengan
ayakan mess 80
Ekstrak Pekat
Etanol Mengkudu
39
Lampiran 3. Perhitungan Nilai Rf
5.7
Standard 30 ppm Etanol = 7.1 = 0.75
5.8
Etanol-Mengkudu (E) = 7.1 = 0.76
79.497+83.893
Rata-rata kandungan skopoletin = = 81.695 𝑝𝑝𝑚
2
𝑚𝑔 𝑔
Persentase (%) skopoletin = 81,695 = 81,695 × 10−3 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0.081695 %
𝑘𝑔 100
40