Disusun Oleh:
Nama NIM
Ricky Pratama 180805032
Ochty Bless Indah Sinaga 180805048
Riahta Karina Br. Tarigan 180805088
Ditha Stevani Br. Surbakti 180805103
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Mirzan Hasibuan, S.Si, M.Si, Dip.TLM dr. R Lia Kusumawati, M.S, Sp.MK(K), Ph.D
NIK. 910808171110001 NIP. 196722061996032000
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dosen Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas berkat Tuhan Yang Maha
Esa karena masih diberi kesehatan hingga saat ini sehingga penulis berkesempatan
menyelesaikan laporan Kerja Praktek Lapangan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja
Lapangan ini. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada :
1. Bapak Mirzan Hasibuan, S.Si, M.Si, Dip.TLM selaku pembimbing
klinik yang memberikan ilmu teoritis dan keterampilan laboratorium,
bimbingan praktik kerja pemeriksaan mikrobiologi klinik selama
masa Praktik Kerja Lapangan di Laboratorium Mikrobiologi Klinik
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. R. Lia Kusumawati, M.Si, SP.MK (K), Ph.D selaku
penanggungjawab Laboratorium Mikrobiologi Klinik Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Laura Isa Ginting, Amd.AK sebagai analis yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama Praktik Kerja Lapangan di
Laboratorium Mikrobiologi Klinik Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara.
Penulis berharap semoga laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan semua bidang ilmu pengetahuan khususnya bidang
Mikrobiologi Medis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan .......................................................2
1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan .....................................................2
iii
3.3.7.4 Uji Citrat.................................................................13
3.3.7.5 Uji Urease............................................................... 14
3.3.7.6 Uji Motilitas ...........................................................14
3.3.7.7 Uji Triple Sugar Iron (TSI) ....................................14
3.3.8 Crosscheck Hasil ..................................................................14
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat dan Bahan..................................................................................25
Lampiran 2. Foto Kerja .........................................................................................30
Lampiran 3. Foto Hasil ..........................................................................................34
Lampiran 4. Data Mentah ......................................................................................35
iv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
pembelajaran di kampus maupun pada saat proses belajar mengajar dengan sikap
profesional di bidang Laboratorium Mikrobiologi.
Industri kerja merupakan hal yang kompleks karena para praktikan akan
dihadapkan pada situasi yang berbeda-beda dan permasalahan yang rumit. Dan
dari kegiatan PKL inilah mahasiswa UUniversitas Sumatera Utara (USU) dapat
belajar bagaimana mengatasi permasalahan yang berbeda pada setiap
instansi/perusahaan sehingga membentuk mental yang kuat jika menemui masalah
serupa karena kita sudah pernah merasakan tekanannya. Dengan semua ilmu yang
didapatkan selama PKL,akan membuat mahasiswa menjadi lebih baik karena
pengalaman dan kepercayaan diri untuk memasuki dunia kerja telah diperoleh.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
berpindah dari habitat yang semestinya. Flora dalam tubuh manusia dapat
manetap atau transient. Mikroba yang menetap tersebut dapat dikatakan tidak
menyebabkan penyakit dan mungkin menguntungkan bila ia berada pada lokasi
yang semestinya dan tanpa adanya keadaan abnormal. Mereka dapat
menyebabkan penyakit bila karena keadaan tertentu, berada di tempat yang tidak
semestinya, atau bila ada faktor predisposisi. flora normal tubuh manusia
berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat digolongkan menjadi 2 jenis,
yaitu mikroorganisme tetap atau normal (resident flora) dan mikroorganisme
sementara. Mikroorganisme tetap atau normal yaitu mikroorganisme jenis
tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan pada usia
tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun
jumlahnya. Jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal yang
lainnya memiliki sifat mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan makanan
dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh
vitamin atau zat dari hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini
umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi buruk dari lingkungannya. Untuk
mikroorganisme sementara yaitu mikroorganisme nonpatogen atau juga dapat
disebut potensial pathogen yang berada di kulit dan selaput ledir mukosa. Selama
kurun waktu beberapa jam, hari, atau minggu. Keberadaan mikroorganisme ini
ada secara tiba-tiba atau tidak tetap yang dapat disebabkan oleh pengaruh
lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak akan menetap. Flora
sementara biasanya sedikit asalkan flora normal akan tetap masih utuh dan tidak
berubah jumlahnya didalam tubuh , jika flora normal berubah maka flora normal
akan melakukan kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit. Kebanyakan
diantaranya merupakan bakteri yang sangat spesifik dalam hal kemampuan
menggunakan bahan makanan, kemampuan dalam menempel pada permukaan
tubuh, dan mampu beradaptasi secara evolusi terhadap hospes untuk jenis bakteri
yang terdapat biasanya terdapat beberapa jenis bakteri Korinebakteria,
Staphylococus dan Streptococus yang berada di dalam kerongkongan hidung
dapat juga dijumpai spesies bakteri Branhamella catarrhalis yang merupakan
jenis bakteri kokus gram negatif dan Heamophilus influenza yang merupakan
jenis bakteri basil gram negatif (Tiara, 2014).
6
2.4 Antibiotik
Penyakit infeksi masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Antibiotik
merupakan terapi pengobatan untuk infeksi bakteri karena antibiotik telah
mengurangi morbiditas serta meningkatkan keselamatan pasien yang mengalami
infeksi bakteri. Di rumah sakit, intensitas penggunaan antibiotik lebih tinggi jika
dibandingkan dengan di komunitas. Semakin besar penggunaan antibiotik, maka
semakin besar pula kemungkinan terjadinya resistensi antibiotik. Saat ini 70%
bakteri penyebab infeksi di rumah sakit setidaknya telah resisten terhadap paling
tidak satu antibiotik yang biasa digunakan untuk pengobatan (Heningtyas, 2017).
Antibiotik selain membunuh mikroorganisme atau menghentikan
reproduksi bakteri juga membantu sistem pertahanan alami tubuh untuk
mengeleminasi bakteri tersebut. Pengunaan antibiotik yang tidak rasional dapat
menyebabkan resistensi. Resistensi merupakan kemampuan bakteri dalam
menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik. Masalah resistensi selain
berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif
terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi di
tingkat rumah sakit, tetapi lambat laun juga berkembang di lingkungan
masyarakat, khususnya Streptococcus pneumoniae (SP), Staphylococcus aureus,
dan Escherichia coli. Ketersediaan antibiotik untuk pengobatan sendiri dapat
meningkat dan mencakup penggunaan oral atau topikal. Pemakaian antibiotik
yang tidak perlu dapat mengakibatkan masyarakat menggunakan obat dengan
indikasi yang tidak jelas, sehingga dapat memberikan kontribusi perkembangan
resistensi antimikroba. Penyalahgunaan antibiotik, termasuk kegagalan dalam
terapi, over dosis, atau penggunaan kembali antibiotik yang tersisa, dapat
berpotensi mengekspos pasien untuk mengoptimalkan dosis terapi antibiotik. Ada
beberapa antibiotik yang tidak cukup untuk membunuh bakteri menular, sehingga
berpotensi membuat lingkungan sekitar menjadi resisten dengan antibiotik
tersebut. Mikroorganisme yang resisten terhadap beberapa agen antiinfeksi
menjadi meningkat di seluruh dunia. Penyalahgunaan antibiotik dapat terjadi
karena mudah didapat tanpa resep dokter akan menjadikan antibiotik tidak efektif
untuk mengobati suatu penyakit infeksi (Fernandez, 2013).
8
terhadap suatu antibiotik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: difusi
cakram (diffusion test), pengenceran atau dilusi (dilusi test), antimicrobial
gradient dan short automated instrumen system. Uji sensitivitas dengan cara
difusi merupakan cara yang paling banyak digunakan karena teknis pemeriksaan
lebih mudah dilakukan. Uji sensitivitas dengan metode difusi agar plate dapat
dilakukan dengan cara Kirby Bauer dengan teknik disc diffusion (cakram disk)
atau bisa juga menggunakan teknik sumuran. Teknik kerja dari metode Kirby
Bauer cukup sederhana dimana teknik disc diffusion akan lebih mudah dikerjakan
dibandingakan dengan teknik sumuran, akan tetapi uji sensitivitas menggunakan
teknik disc diffusion memiliki harga disk antibiotik yang relatif mahal, sehingga
teknik sumuran menjadi lebih efisien untuk digunakan. Uji sensitivitas dengan
teknik sumuran dilakukan dengan cara membuat suatu lubang atau sumuran pada
media agar plate sehingga antibiotik dapat dimasukkan, akan tetapi diperlukan
teknik yang cukup baik untuk mendapatkan sumuran utuh yang tidak mengganggu
kerja dari uji sensitifitas antibiotik terhadap bakteri (Khusuma, 2019).
Uji kepekaan antimikroba dilakukan pada isolat mikroba yang didapatkan
dari spesimen pasien untuk mendapatkan agen antimikroba yang tepat untuk
mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroba tersebut. Pengujian
dilakukan di bawah kondisi standar, dimana kondisi standar berpedoman kepada
Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI). Standar yang harus dipenuhi
yaitu konsentrasi inokulum bakteri, media perbenihan (Muller Hinton) dengan
memperhatikan pH, konsentrasi kation, tambahan darah dan serum, kandungan
timidin, suhu inkubasi, lamanya inkubasi, dan konsentrasi antimikroba. Walaupun
kondisi penting untuk pemeriksaan in vitro telah distandarkan, namun tidak ada
kondisi in vitro yang mengambarkan kondisi yang sama dengan keadaan in vivo
tempat yang sebenarnya bakteri tersebut menginfeksi. Dengan demikian ada
beberapa faktor yang memegang peranan penting dari pasien disamping hal-hal
yang dapat mempengaruhi hasil uji kepekaan yang telah diperhitungkan pada
metode uji. Faktor tersebut yaitu: Difusi antimikroba pada sel dan jaringan hospes,
protein serum pengikat antimikroba, gangguan dan interaksi obat, status daya
tahan dan sistem imun pasien, mengidap beberapa penyakit secara bersamaan,
virulensi dan patogenitas bakteri (Soleha, 2015).
10
BAB 3
METODE KERJA
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
25
20
15
10
5
0
Darah Sputum Urin Pus Cairan Jaringan Swab
Pleura
Jenis Sampel
50
40
30
20
10
0
Pewarnaan KOH BTA Biakan Biakan Biakan
Gram Aerob Anaerob Jamur
Jenis Pemeriksaan
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada Praktik Kerja Lapangan adalah:
a. Jenis – jenis mikroorganisme klinis yang diperoleh pada pasien Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara meliputi Candida sp. 10 (9,8%),
Escherichia coli 10 (9,8%), Staphylococcus aureus 8 (7,8%),
Sphingomonas paucimobilis 7 (6,8%), Acinetobacter baumannii 6 (5,8%),
Burkholderia cepacia 6 (5,8%), Staphylococcus hominis 6 (5,8%),
Klebsiella pneumonia 5 (4,9%), Enterococcus sp. 4 (3,9%), Micrococcus
sp. 3 (2,9%), Pseudomonas aeruginosa 3 (2,9%), Staphylococcus
epidermidis 3 (2,9%), Staphylococcus lentus 3 (2,9%), Acinetobacter
iwoffii 2 (1,9%), Klebsiella ozaenae 2 (1,9%), Micrococcus luteus 2
(1,9%), Pseudomonas stutzeri 2 (1,9%), Rhizobium radiobacter 2 (1,9%),
Staphylococcus coagulase positive 2 (1,9%), Staphylococcus coagulase
negative 2 (1,9%), Streptococcus alpha-hemolyticus 2 (1,9%), Aerococcus
urinae 1 (0,9%), Aerococcus viridians 1 (0,9%), Aeromonas hydrophila 1
(0,9%), Burkholderia mallei 1 (0,9%), Enterococcus aerogenes 1 (0,9%),
Klebsiella oxytora 1 (0,9%), Kocuria kristinae 1 (0,9%), Kocuria varians
1 (0,9%), Pantoea spp. 1 (0,9%), Pseudomonas sp. 1 (0,9%),
Staphylococcus capitis 1 (0,9%), Stenotrophomonas maltophilia 1 (0,9%).
b. Metode yang digunakan pada isolasi, identifikasi dan uji sensitivitas
mikroorganisme klinis pada pasien Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara meliputi biakan mikroorganisme aerob dengan resistensi, biakan
mikroorganisme anaerob dengan resistensi, biakan jamur dengan resistensi
antijamur, pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA), pemeriksaan jamur
(KOH) dan pewarnaan langsung gram.
5.2 Saran
Adapun saran pada Praktik Kerja Lapangan adalah diharapkan
mahasiswa/i mempersiapkan diri dengan menguasai pelajaran yang akan
diterapkan selama PKL agar memudahkan dalam melakukan kerja praktek.
23
DAFTAR PUSTAKA
Belo ANDC, 2019. Pola Sensitivitas Bakteri Teradap Antibiotik Pada Pasien
Infeksi Saluran Kemih di RSUD Prof. DR W Z Johannes Kupang Tahun
2018. Karya Tulis Ilmiah. Kupang
Budiharjo T, Purjanto KA, 2016. Pengaruh Penanganan Sputum Terhadap
Kualitas Sputum Penderita TBC Secara Mikroskopis Bakteri Tahan Asam.
Jurnal Riset Kesehatan. 5(1):40-44.
Bulele T, Rares FES, Porotu’o J, 2019. Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan
Gram pada Penderita Infeksi Mata Luar di Rumah Sakit Mata Kota
Manado. Jurnal e-Biomedik. 7(1):30-36.
Fernandez BAM, 2013. Studi Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter di
Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat NTT. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Surabaya. 2(2): 1-17.
Halawiyah A, 2015. Evaluasi Kualitatif Penggunaan Antibiotik Meropenem pada
Pasien Sepsis BPJS di RUMKITAL Dr. Mintohardjo Tahun 2014. Skripsi.
Universitas Hidayatullah Jakarta.
Heningtyas SAP, Rini H, 2017. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit X Provinsi Jawa Brat Secara Kuantitatif Pada
Bulan November-Desember 2017. Jurnal Farmaka. 16(2): 97-99.
Indrayati S, Suraini, Afriani M, 2018. Gambaran Jamur Candida sp. Dalam Urine
Penderita Diabetes Mellitus di RSUD dr. Rasidin Padang. Jurnal
Kesehatan Perintis. 5(1):46-50.
Khusuma A, Yuriska S, dan Annisa Y, 2019. Uji Teknik Difusi Menggunakan
Kertas Saring Media Tampung Antibiotik dengan Escherichia coli Sebagai
Bakteri Uji. Jurnal Kesehatan Prima. 13(2): 151-155.
Konoralma K, 2019. Identifikasi Bakteri Penyebab Infeksi Nosokomial di Rumah
Sakit Umum GMIM Pancaran Kasih Manado. Jurnal KESMAS.
8(1):23-35.
Kuslovic A, Andreas V, dan Roges N, 2018. Mikrobiologi Media 1 Patogen dan
Mikrobioma Manusia. Hal: 6.
Lio TMP, Yuliastri WO, Fimilio AJ, 2020. Pengaruh Penyimpanan Sputum BTA
Terhadap Pemeriksaan Mikroskopis di Puskesmas Poasia Kota Kendari.
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari. 4(2):156-166.
Mutiawati VK, 2016. Pemeriksaan Mikrobiologi pada Candida albicans. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala. 16(1):53-63.
Nugroho FWA, 2010. Perbandingan Sensitivitas Antara Linezolid dengan
Vancoycin Terhadap Staphylococcus Aureus. Skripsi. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Nurseha D, 2013. Pengembangan Tindakan Pencegahan Infeksi Nosokomial Oleh
Perawat di Rumah Sakit Berbasais Health Belief Model. Jurnal Ners. 8(1):
64-71.
Nursyatuti TI, Djoko W, dan Titik N, 2020. Hubungan Antara Kesesuaian
Pemberian Antibiotik Berdasarkan Guideline Terhadap Clinical Outcome
Pada Pasien Dewasa Dengan Infeksi Mata (Methiclilin Resistant
24
LAMPIRAN
Autoklaf Inkubator
Tips Bact/Alert