oleh :
Widi Arum Kusuma D
Teknologi Pangan 2B
202010220311074
Nama Instruktur :
Sukma Maulana Safitri, S.TP
LABORATORIUM KIMIA
Maret, 2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
1.1 Tujuan....................................................................................................................................1
1.2 Pendahuluan...........................................................................................................................1
1.4 Kesimpulan..........................................................................................................................12
2.1 Tujuan..................................................................................................................................14
2.2 Pendahuluan.........................................................................................................................14
2.4.1 1.. Pembuatan Larutan HCl 0,1 N sebanyak 25 mL dari HCl 0,5 N…………………..15
2.5 Kesimpulan..........................................................................................................................18
3.2 Pendahuluan.........................................................................................................................19
i
3.4 Data Praktikum dan Pembahasan.........................................................................................20
3.5 Kesimpulan..........................................................................................................................24
4.2 Pendahuluan.........................................................................................................................25
4.3.2 Soxhlet...........................................................................................................................28
4.3.3 Destilasi.........................................................................................................................29
4.4 Kesimpulan..........................................................................................................................31
5.2 Pendahuluan.........................................................................................................................33
5.4 Kesimpulan..........................................................................................................................37
ii
BAB 6 ALAT PEMISAHAN KROMATOGRAFI KOLOM GRAVITASI (KKG) DAN
KROMATOGRAI LAPIS TIPIS (KLT).......................................................................................39
6.2 Pendahuluan.........................................................................................................................39
6.4 Kesimpulan..........................................................................................................................43
iii
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. mengidentifikasi nama, bagian alat, fungsi, cara penggunaan, skala ketelitian alat di
laboratorium
2. mengidentifikasi bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium
beserta simbol hazard-nya
3. Menjelaskan prinsip dan aturan K3 (Keselamatan, Keamanan, dan Kesehatan) bekerja di
laboratorium
Pendahuluan
Keselamatan, Keamanan, dan Kesehatan di laboratorium sangat dianjurkan dan sangat
penting karena dengan kinerja peneliti/dosen ataupun maupun mahasiswa. Dengan kemanan dan
keselamatan yang ada akan membuat sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja didalam
laboratorium. Meskipun tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tetapi sangat penting untung
mengantisipasi dengan dibutuhkannya fasilitas yang harus ada dan berwaspada. Bekerja di dalam
laboratorium harus menguasai aturan dasar tentang K3 (Keselamatan, Keamanan, dan
Kesehatan). Semua orang yang bekerja di laboratorium berrtanggung jawab mematuhi
keselamatan dan keamanan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain. Bekerja di laboratorium
dengan alat dan bahan kimia tertentu yang mereka gunakan harus secara aman.
Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja
yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan bebas dari
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
produktivitas kerja (Rahmantiyoko et al., 2019). Selain K3, bekerja di laboratorium juga harus
memperhatikan simbol hazard pada kemasan bahan kimia. Simbol hazard atau simbol peringatan
adalah simbol yang dapat dikenali yang dirancang untuk memperingatkan tentang jenis bahaya
bahan kimia yang ditimbulkan. Simbol hazard adalah tanda atau simbol pencegahan bahaya yang
1
digunakan sebagai alat komunikasi keselamatan yang penting, mereka membantu menunjukkan
berbagai bahaya yang ada dilaboratorium juga memperingatkan praktikan agar selalu waspada
terhadap bahaya tersebut dengan memberikan informasi dan instruksi keselamatan yang
dibutuhkan dalam praktikum di laboratorium.
Pemberian komunikasi bahaya (Hazard Communication) kepada pekerja baik lisan,
tulisan maupun verbal merupakan unsur yang sangat penting dalam menunjang budaya
kesehatan dan keselamatan kerja (Mangiwa, Naiem, & Syamsiar, 2013).
2
Pipet Volum Mengambil Tingkat Masukkan pipet volume
larutan bahan ketelitian ke dalam wadah reagen,
kimia dengan yang sedot menggunakan
volume tertentu dimiliki Pipet Filler hingga
tinggi. mencapai volume yang
diinginkan. Lalu
pindahkan dan tuang
reaen tersebut
menggunakan Pipet
Filler.
Pipet Ukur Untuk Tingkat 1. Pasang/hubungkan
memindahkan ketelitian pipet ukur dengan
cairan atau larutan yang rubber
ke dalam wadah dimiliki bulb/elektronik
dalam berbagai sedang, pipet kontroler.
ukuran volume dengan Pastikan terpasang
dan skala terbesar warna dengan benar.
adalah 50ml. kuning
2. Ambil larutan yang
digunakan
ingin
pipet ukur
dipindahkan,sesuai
bervolume
kan volumenya dan
1ml dengan
pindahkan ke
skala
wadah yang
0,01ml.
diinginkan.
3
Labu Ukur Untuk membuat Tingkat Masukkan larutan dalam
larutan dengan ketelitian labu ukur dan ukur
volume tertentu. yang sesuai volume yang
Bisa juga untuk dimiliki tertera pada labu ukur.
menghomogenkan tinggi, Lalu untuk
larutan meskipun penghomogenan, tutup
tidak labu ukur dengan
memili tutupnya atau degan ibu
garis skala. jari pastikan semua
tertutup dengan baik,
lalu kocok dengan cara
membolak-balikannya.
Gelas Ukur Digunakan untuk Tingkat Masukan zat kimia cair
mengukur volume ketelitian yang akan digunakan
zat kimia dalam yang dengan volume tertentu.
bentuk cair dimiliki Dan tidak digunakan
dengan volume tinggi. untuk zat kimia cair
tertentu. dengan kondisi panas.
Tabung Reaksi Sebagai tempat Tingkat Masukkan reagen-reagen
untuk ketelitian yang akan direaksikan
mereaksikan yang ke dalam tabung reaksi.
reagen kimia. dimiliki Pastikan tabung reaksi
Bisa juga untuk rendah. bersih sebelum
memanaskan digunakan. Saat
reagen tersebut. memanaskan tabung
reaksi, panaskan dengan
posisi miring dan mulut
tabung reaksi
menghadap ke luar.
4
Corong Untuk membantu Tingkat Masukkan bagian kecil
memasukkan ketelitian corong ke dalam mulut
reagen cair ke yang wadah lain. Lalu tuang
dalam wadah dimiliki cairan melalui bagian
yang memiliki rendah. corong yang besar.
mulut kecil
seperti labu ukur,
gelas ukur, buret,
dll
Gelas Arloji Untuk wadah Tingkat Letakkan bahan padat
bahan padat saat ketelitian pada gelas arloji dan
menimbang bahan yang gunakan untuk
tersebut atau dimiliki menimbang atau
mengeringkan rendah. kegiatan lainnya dengan
bahan. bahan tersebut.
Batang Untuk mengaduk Tingkat Masukkan batang
Pengaduk larutan, campuran ketelitian pengaduk ke dalam
atau memisahkan yang wadah larutan atau
larutan dari dimiliki campuran yang akan di
padatan rendah. aduk. Lalu aduk dengan
bagian batang pengaduk
yang berbentuk bulat.
5
Rak Tabung Digunakan Tingkat Letakkan tabung reaksi
Reaksi sebagai tempat ketelitian pada lubang rak tabung
untuk meletakkan yang reaksi tersebut
tabung reaksi dimiliki
yang berjumlah rendah.
banyak, rak
tabung ini dibuat
dari kayu
berukuran 34 x 7
cm dan dapat
menyimpan 24
tabung reaksi
Spektrofotomer Untuk mengukur Tidak Nyalakan
Uv-Vis panjang digunakan spektrofotometer UV-
gelombang untuk Vis terlebih dahulu.
dengan sinar UV pengukuran. Masukkan bahan ke
dalam kuvet lalu
masukkan ke dalam
spektrofotometer.
Kemudian lihat hasil
yang tertera.
Kuvet Digunakan untuk Tidak Kuvet dimasukkan
menaruh suatu digunakan kedalam alat
larutan yang akan untuk spektrofotometer dengan
diuji absorbansi pengukuran. memegang kaca kuvet
yang buram
6
Rangkaian alat Digunakan untuk Tidak Rangkai alat destilasi
distilasi pemisahan bahan digunakan secara urut dan pastikan
(Destilator) kimia berdasarkan untuk tidak ada kebocoran,
perbedaan pengukuran. kemudian masukan
kecepatan sampel dan pelarut pada
menguap bahan wadah masing” yang
(volalitas) akan dipisahkan.
Hidupkan pemanas lalu
tunggu hingga proses
selesai.
Waterbath Untuk Tidak Masukkan air ke dalam
memanaskan digunakan bejana. Lalu atur suhu
bahan dengan untuk yang dikehendaki dan
media air. pengukuran. nyalakan water bath.
Masukkan benda yang
akan dipanaskan ke
dalam air (untuk tangas
air) letakkan benda pada
salah satu lubang (untuk
tangas uap), ingat lubang
yang ltidak digunakan
harus tetap tertutup.
Desikator Digunakan untuk Tidak Buka penutup desikator
menghilangkan digunakan jangan lebar-lebar,
kadar air atau abu untuk letakkan bahan yang
dari suatu bahan pengukuran. akan didinginkan dan
yang telah tutup kembali dengan
dipanaskan di cara menggeser
dalam oven
7
Oven Digunakan untuk Tidak Nyalakan alat, atur suhu
mengeringkan digunakan dan masukkan alat yang
dan mensterilkan untuk akan dikeringkan
alat pengukuran menggunakan oven
8
digunakan
3. Teteskan beberapa
tetes larutsn yang
dibutuhkan
B. Bahan Laboratorium
Nama Bahan Rumus Tingkat Massa Symbol Makna
Molekul Kemurnian molekul (Mr) Hazard simbol
Hazard
Tembanga (II) CuSO4.5H2O > 95% pro 249,68 g/mol N (Dangerous - Bahan ini
Sulfat Pentahidrat analisis for berbahaya
Environment) bagi
lingkungan
Xn (Harmful) dan dapat
merusak
ekosistem.
- Bahan ini
berbahaya
dapat
menyebabkan
kerusakan
pada tubuh
jika terhirup,
masuk ke
dalam mulut,
atau kontak
langsung
dengan kulit.
9
Asam sitrat C₆H₈O₇ <100% 192,124 g/mol F - Bahan ini
teknis (Flammable) mudah
terbakar
C dengan api
bunsen,
permukaan
metal panas
atau loncatan
(Corrosive) bunga api.
-Bahan dapat
merusak kulit
seperti gatal-
gatal hingga
kulit
mengelupas.
Natrium NaOH <100% 39,997 g/mol C (Corrosive) - Bahan dapat
hidroksida teknis merusak kulit
seperti gatal-
gatal hingga
kulit
mengelupas.
10
(Flammable) dalam mulut,
atau kontak
langsung
dengan kulit
- Bahan ini
mudah
terbakar
dengan api
bunsen,
permukaan
metal panas
atau loncatan
bunga api.
11
Jas Laboratorium Untuk melindungi badan
supaya terhindar dari
percikan-percikan bahan
kimia yang berbahaya, juga
supaya menjaga pakaian yang
praktikan gunakan tetap
bersih. Jas laboratorium harus
dikancing penuh supaya
memaksimalkan fungsinya
melindungi tubuh praktikan.
Sarung Tangan Latex Untuk menghindari percikan-
percikan bahan kimia yang
berbahaya bagi kulit misalnya
menyebabkan gatal-gatal atau
kulit melepuh.
Kesimpulan
Keselamatan dan Keamanan Kerja Laboratorium mempunyai tujuan agar petugas,
masyarakat dan lingkungan pengguna laboratorium saat bekerja selalu dalam keadaan sehat,
nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan,
kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini
Departemen sebagai lembaga bertanggung-jawab terhadap masyarakat, memfasilitasi
pembentukan berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di laboratorium melalui
penyusunan SOP (Putri & Santoso, 2018). Alat merupakan benda yang digunakan dalam
kegiatan laboratorium dimana sifatnya bisa digunakan berulang-ulang. Alat-alat yang ada
12
dilaboratorium sangatlah berguna untuk membantu praktikan dalam kelancaran bekerja pada saat
melakukan praktikum (Sinaga, 2013).
Daftar Pustaka
Mangiwa, G. G., Naiem, M. F., & S. S. (2013). PELAKSANAAN HAZARD
COMMUNICATION BAHAN KIMIA PADA PERUSAHAAN PENGECATAN
MOBIL KOTA MAKASSAR. Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja, FKM UNHAS,
Makassar, 3.
Rahmantiyoko, A., Sunarmi, S., Rahmah, F. K., Sopet, & Slamet. (2019, Juli 24). Keselamatan
dan Keamanan Kerja Laboratorium. IPTEK Journal of Proceedings, XV(4), 3.
13
PEMBUATAN LARUTAN DAN PENGENCERAN
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Membuat larutan dengan kosentrasi tertentu
2. Mengencerkan larutan dengan kosentrasi tertentu
Pendahuluan
Salah satu kegiatan dasar yang dilakukan di laboratorium adalah pembuatan larutan dan
pengenceran. Kegiatan ini termasuk kegiatan yang hampir selalu dilakukan di dalam
laboratorium. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari
satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut atau solvent.
Sedangkan komponen dalam jumlah sedikit disebut zat terlarut atau solute . Adapun alat yang
digunakan saat pembuatan dan pengenceran larutan adalah labu ukur, corong, timbangan
analitik, gelas beaker, spatula, batang pengaduk, gelas arloji dan pipet ukur. Pengenceran larutan
dapat dibuat dengan menambahkan aquades ke dalam larutan baku (awal). Berikut rumus yang
digunakan V1 x M1 = V2 x M2 (W et al., 2021). Dan untuk pembuatan larutan bisa
menggunakan rumus Molalitas = gr/Mr X 1000/V.
Metode Praktikum
Adapun alat yang digunakan saat pembuatan larutan HCl 0,1 N adalah labu ukur 25 ml,
corong, gelas beaker 10 ml, pipet ukur dan lemari asam. Sedangkan untuk larutan NaOH 0,1 M
menggunakan labu ukur 50 ml, gelas beaker, corong, spatula, batang pengaduk, gelas arloji dan
timbangan analitik.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan larutan HCl 0,1 N sebanyak 25 ml yaitu HCl
37% yang termasuk bahan kimia pro analys (p.a) dan aquades, sedangkan untuk pembuatan
larutan NaOH 0,1 M sebanyak 25 ml yaitu NaOH sebanyak 0,2 gram yang termasuk bahan kimia
pro analys (p.a) dan aquades.
Metode yang digunakan adalah metode pembuatan larutan dan metode pengenceran
larutan dengan berbagai konsentrasi yang berbeda.
Tahapan praktikum :
14
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Hitung bahan kimia baik cair maupun padat yang akan digunakan dengan cermat.
3. Jika membuat larutan dari bahan cair ambil bahan dengan pipet ukur, jika bahan padat,
timbang bahan dan larutkan terlebih dahulu pada gelas kimia dengan aquades
secukupnya.
4. Jika berupa bahan cair, maka bahan dimasukkan pada labu takar dan ditambahkan
aquades hingga batas tera labu takar, lalu dihomogenkan.
5. Jika bahan padat, padatan yang telah dilarutkan, dimasukkan pada gelas kimia ke dalam
labu takar dengan bantuan corong, jika perlu bilas gelas kimia dengan aquades dan
bilasan dimasukkan pada labu takar lalu langkah berikutnya sama seperti pembuatan
larutan dari bahan cair
Penjelasan pembutaan :
1. Ambil larutan HCL 0,2 mL di lemari asam dengan menggunakan pipet filler.
15
2. Masukkan pipet filler ke dalam gelas kimia larutan HCL dengan hati-hati.
3. Kemudian masukkan larutan HCL kedalam labu ukur sebanyak 25 mL.
4. Tambahkan aquades sampai batas tera.
5. Tutup labu ukur dan homogenkan larutan tersebut.
Perhitungan :
16
2. Pembuatan larutan NaOH 0,1 M sebanyak 50 mL
Penjelasan pembutaan :
1. Hitung larutan NaOH padat yang akan diambil seseuai kebutuhan.
17
2. Timbang bahan dengan tepat.
3. Pindahan bahan ke dalam gelas kimia.
4. Tambahkan aquades secukupnya dan aduk dengan spatula hingga larut.
5. Pindahkan larutan ke daam labu takar 50 mL.
6. Tambahkan aquades secara bertahap dan selingi dengan kocokan homogen.
7. Tambahkan aquades dengan hati-hati sampai batas volum.
Perhitungan :
Normalitas NaOH 0,1
M : xV
M : x
0,1 : x
0,1 : x 20
20 gr : 40 x 0,1
gr : 0,2 gram NaOH
Kesimpulan
Berdasarkan data praktikum diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengencerkan
suatu larutan, pertama yang harus dilakukan adalah menghitung volume bahan yang akan
digunakan menggunakan rumus M1 x V1 = M2 x V2. Sedangkan untuk pembuatan larutan,
pertama yang harus di hitung terlebih dahulu adalah menghitung massa bahan yang akan
digunakan mengunakan rumus Molalitas = g/Mr X 1000/V. Setelah itu dicampurkan dengan zat
pelarut berupa aquades kemudian di homogenkan.
Percobaan pengenceran HCl dapat dilakukan dengan menambahkan zat pelarut aquades.
Aquades digunakan sebagai pelarut karena dapat menetralkan bahan kimia yang terkandung pada
zat terlarutnya (Khaerunnisa et al., 2008).
Daftar Pustaka
Khaerunnisa, F., Budi, A. S., Mulyani, S., & Hendrawan. (2008). Kimia Fisika 2.
W, V. A., Warkoyo, Sukardi, & Damat. (2021). Buku Panduan Praktikum Kimia Analitik.
18
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk :
Menerapkan analisis volumetri untuk penentuan total asam tertitrasi (titrasi asam-basa)
Pendahuluan
Metode yang dilakukan untuk meneliti sampel-sampel yang ingin diuji hasilnya ada
banyak. Seperti asam-asam organik secara alami ada dalam bahan pangan yaitu berasal dari
proses biokimia, atau akibat sengaja ditambahkan yaitu sebagai pengawet atau akibat aktivitas
mikroorganisme(bakteri dan khamir). Kandungan asam organik mencapai maksimal selama
pertumbuhan dan perkembangan yang kemudian menurun selama proses pemetangan,
selanjutnya menurun lagi selama periode senesens. Prinsip titrasi adalah penetapan kadar secara
kuantitatif terhadap suatusenyawa dengan mereaksikannya dengan tepat. Penetapan kadar asam-
asam organik menggunakan metode volumetri, elektrokimia, enzimatis dan kromatografi atau
elektrofersis. Metode paling sederhana untuk penentuan yang bisa degunakan adalah volumetric
(titrasi) sehingga konsentrasi asam yang diukur disebut sebagai total asam titrasi (TAT).
Metode Praktikum
Alat dan bahan yang digunakan adalah gelas beaker, aquades, indikator Phenopthalein,
timbangan analitik, buret, labu takar 100 mL, corong, gelas ukur, erlenmeyer, pipet tetes, NaOH
0,1 N, sampel (nutrisari, jeruk, tomat hijau, tomat merah, yoghurt, susu).
19
Data Praktikum dan Pembahasan
Alat Titrasi
1. Gelas arloji 2. Spatula
20
Alat 2 : digunakan untuk mengambil sampel jeruk dari gelas kimia
Alat 3 : digunakan untuk mencampukan atau homogenisasi larutan
Alat 4 : digunakan untuk mengaduk larutan
Alat 5 : tempat zat saat dititrasi
Alat 6 : untuk mengambil larutan
Alat 7 : untuk mengukur volume larutan
Alat 8 : alat titrasi
21
Penentuan TAT
22
Penjelasan proses TAT :
1. Menimbang sampel atau bahan yang digunakan, sampel yang saya gunakan adalah
sampel jeruk.
2. Sampel atau bahan yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
3. Larutan jeruk di homogenkan, kemudian disaring menggunakan kertas saring.
4. Lalu mengambil cairannya sebanyak 10 mL menggunakan pipet volume, dan dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer 100 mL.
5. Menambahkan 5 tetes indikator PP (Phenopthalin) kedalam sampel tersebut.
6. Kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai berubah warna menjadi merah
muda.
Perhitungan :
- Sampel larutan jeruk
= x 100%
= 1,447%
- Sampel larutan yogurt
= x 100%
= 2,25%
- Sampel larutan nutrisari
= x 100%
= 13,94%
- Sampel larutan tomat hijau
= x 100%
= 3,93%
23
- Sampel larutan susu
= x 100%
= 0,82%
- Sampel larutan tomat merah
= x 100%
= 1,64%
Kesimpulan
Dari pembahasan titrasi diatas dapat kita simpulkan bahwa titrasi adalah prosedur untuk
menentukan kadar (konsentrasi) suatu larutan berdasarkan reaksi asam basa dengan larutan yang
sudah diketahui kadarnya. Kadar asam atau basa dalam suatu contoh dapat ditentukan dengan
cara tiratsi penetralan (Permanasari, 2016). Praktikum analisis volumetri ini kami menggunakan
6 sampel yaitu, buah jeruk, buah tomat merah, buah tomat hijau, susu, yogurt dan nutrisari.
Metode yang digunakan adalah volumetric (titrasi) sehingga konsentrasi asam yang diukiur
disebut sebagai total asam tirasi. Sampel tersebut akan di titrasi menggunakan larutan NaOH
yang berperan sebagai basa, dan sampel berperan sebagai asam. Setelah dilakukan praktikum
analisis volumetri, diperoleh data persentase sebagai berikut: asam tomat merah 1,64%, asam
susu 0,82%, asam tomat hijau 3,93%, asam nutrisari 13,94%, asam yogurt 2,25%, asam jeruk
1,447%.
Daftar Pustaka
Permanasari, A. (2016). Titrasi Volumetri.
Soetjipto, H., Anggreini, T., & Cahyanti, M. N. (2018). PROFIL ASAM LEMAK DAN
KARAKTERISASI MINYAK BIJI LABU KUNING (Cucurbita moschata D.). Jurnal
Kimia dan Kemasan, 81.
24
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk :
- Memahami komponen set alat pemisahan : corong pisah, soxhlet, destilasi
- Mampu menjelaskan fungsi dan prinsip pemisahan corong pisah, soxhlet, destilasi
- Mampu membedakan prinsip pemisahan corong pisah, soxhlet, destilasi
Pendahuluan
Proses pemisahan adalah proses penting dalam industri kimia dan menjadi menarik untuk
dipelajari lebih jauh dengan makin perkembangnya permasalahan di lapangan serta banyaknya
pilihan teknologi yang digunakan. Proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau
lebih produk yang lebih murnni dari suatu campuran senyawa kimia. Senyawa kimia ditemukan
dalam bentuk tidak murni karena senyawa tercampur dengan senyawa kimia. Untuk beberapa
keperluan kegiatan ekstraksi, penyulingan, dan menganalisis kadar lemak suatu bahan yang
memerlukan memisahkan komponen-komponen suatu bahan mengakibatkan proses pemisahan.
Berikut proses-proses yang menyangkut pemisahan komponen kimia dari campuran homogen
dan tidak mencakup proses-proses pemisahan mekanis (Sediawan, 2000).
1. Corong Pisah merupakan suatu alat yang digunakan dalam proses pemisahan komponen-
komponen dalam suatu campuran. Metode yang digunakan adalah ekstraksi yaitu
pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan kelarutannya pada suatu pelalut/solven
dan corong pisah adalah alat ekstraksi paling sederhana. Menggunakan prinsip like
dissolve like yang artinya suatu senyawa akan larut pada pelarut yang memiliki kepolaran
yang sama.
2. Soxhlet adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan persamaan kepolaran
yang dibantu dipercepat dengan menggunakan kenaikan suhu. Pemisahan terjadi dengan
penggunaan satu macam pelarut saja yang akan menguap secara kontinyu dan maenarik
25
senyawa (mengekstrak) pada sampel yang memiliki kepolaran yang sama yaitu like
dissolve like.
3. Distilasi atau penyulingan adalah metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan
kecepatan atau kemudahan menguap (volalitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat
didihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu,
sedangkan zat yang memiliki titik didih yang lebih tinggi akan mengembun dan akan
menguap apabila telah mencapai titik didihnya.
26
memungkinkan terjadinya proses pelarutan yang lebih cepat. Pengocokan dilakukan
dengan memposisikan corong pisah mendatar dengan menggunakan kedua tangan dan
lakukan gerakan memutar.
4. Setelah beberapa saat mengocok corong pisah, buka kran untuk mengeluarkan gas yang
terbentuk selama proses ekstrasi. Pastikan tidak ada zat cair yang keluar saat kran dibuka,
tujuannya untuk mnegurangi tekanan pada corong pusah agar tidak pecah karena tekanan
yang terlalu tinggi.
5. Lalu setelah pengocokan dilakukan dan zat telah sempurna terpisah dalam dua pelarut,
tempatkan corong pisah dalam statif dan diamkan beberapa saat hingga mendapatkan
lapisan yang memisahkan dua pelarut secara sempurna.
Hasil pemisahan berupa : Hasil pemisahan berupa Larutan polar, non polar, semi polar
Contoh aplikasi pemisahan corong pisah : Ekstrasi serbuk jahe dengan akuades, aseton, dan
pelarut n-heksana.
27
Soxhlet
28
Penjelasan prinsip pemisahan menggunakan soxhlet:
Like dissolve like yang artinya senyawa akan larut pada pelarut yang memiliki kepolaran
yang sama. Penyaringan ini dilakukan berulang-ulang (continue) dan hasil yang digunakan
sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Prinsip like dissolve like, dimana minyak
akan lebih larut pada pelarut heksana yang bersifat nonpolar daripada etanol yang bersifat polar
walaupun etanol merupakan pelarut universal (Soetjipto et al., 2018).
Hasil pemisahan berupa : Hasil pemisahan berupa sampel baru yang sudah diekstrak menjadi
lemak dan ekstraksi minyak.
Contoh aplikasi pemisahan soxhlet: Ekstraksi kandungan lemak pada kacang, ekstraksi
minyak pada kemiri, dan lain-lain.
Destilasi
29
7. Batu didih : untuk menyeimbangkan panas suatu sampel bahan kedalamnya.
Penjelasan bagaimana cara penggunaan destilasi:
Dalam destilasi, dilakukannya proses pemanasan dengan suhu tertentu dengan penentuan
suhu tersebut didasarkan pada titik didih komponen yang akan dipisahkan. Pada titik didih
komponen yang lebih rendah, maka komponen tersebut akan mengalami penguapan pada suhu
didihnya sedangkan komponen lain dengan titik didih yang lebih tinggi akan menetap atau tidak
menguap.Selanjutnya uap dari salah satu komponen dengan titik didih yang rendah akan naik
dan mengalami kondensasi atau pendinginan sehingga zat yang berupa uap tersebut akan
mencair dan kembali dalam bentuk cairan. Hasil dari kondensasi tersebut akan mengalir dan
ditampung pada tempat lain yang disebut dengan destilat, sedangkan sisa dari wadah awal yang
tertinggal disebut residu.
Contoh aplikasi pemisahan destilasi: Pemurnian pelarut teknis (menghilangkan campuran air
di dalamnya), ekstraksi atsiri pada jahe, bunga sedap malam, dan lain-lain.
30
senyawa pada pada sampel yang memiliki kepolaran yang sama. Hasil pemisahan berupa
sampel baru yang sudah diekstrak menjadi lemak dan ekstraksi minyak.
Destilasi merupakan pemisahan perbedaan titik didih dengan hasil pemisahan berupa
destilat dan contoh aplikasinya adalah pemurnian alkohol, pemurnian minyak mentah,
dan desalinasi.
Kesimpulan
Dari serangkaian percobaan proses pemisahan menggunakan prinsip distilasi, corong pisah dan
soxhlet yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
Alat-alat distilasi terdiri dari kondensor, distilator, thermometer, erlenmeyer. Distilasi
adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaaan kecepatan atau kemudahan
menguap (volalitas) bahan. Prinsip dasar dari distilasi adalah memisahkan zat berdasarkan
perbedaan titik didih yang rendah akan lebih dulu menguap sedangkan yang lebih tinggi titik
didihnya akan tetap tertampung pada labu distilasi (Wonorahardjo, 2016). Perbedaaan dari
semuanya tentang prinsip pemisahan dari distilasi kita tahu bahwa distilasi mengguanakn prinsip
pemanasan berupa titik didih yang stabil hingga memunculkan hasil berupa uapan yang akan
menjadi air di bagian finish pada proses evaporate. Pemisahan menggunakan soxhlet
membutuhkan beberapa alat diantaranya water bath, kertas thimble, air. Prinsip kerja dari soxhlet
adalah berdasarkan pada perbedaan kelarutan dengan menggunakn prinsip like dissolve like
dimana sampel yang digunakan berupa padatan sehingga pemisahan ini biasa disebut dengan
ekstraksi padat-cair. Perbedaan prinsip dari distilasi sangatlah jauh, namun kita tahu bawhwa
prinsip dari soxhlet sama dengan prinsip dari corong pisah yaitu like dissolve like yang
menggunakan panas yang sama seperti penggunaan distilasi kemiripan ini memudahkan kita
untuk mencari keefektifan dalam proses ekstraksi bahan alam (Wonorahardjo, 2016).
Daftar Pustaka
Febrianti, D. R., Susanto, Y., Niah, R., & Latifah, S. (2019, Februari). Aktivitas Antibakteri
Minyak Atsiri Kulit Jeruk Siam Banjar (Citrus reticulata) Terhadap Pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa. Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, VI(01), p. 13.
31
Soetjipto, H., Anggreini, T., & Cahyanti, M. N. (2018). PROFIL ASAM LEMAK DAN
KARAKTERISASI MINYAK BIJI LABU KUNING (Cucurbita moschata D.). Jurnal
Kimia dan Kemasan, 81.
32
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk :
- Memahami komponen set spektroskopi UV-Vis
- Mampu menjelaskan fungsi dan prinsip analisis kualitatif dan kuantitatif dengan UV-Vis
- Mampu menjelaskan perbedaan single beam dan double beam UV-Vis
Pendahuluan
Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan panjang gelombang garis intens dari
sampel elemen telah diketahui. Pada umumnya setidaknya ada tiga baris intens sampel yang
harus cocok dengan elemen sudah diketahui untuk menyimpulkan bahwa sampel mengandung
elemen-elemen tersebut (Kurnia et al., 2018). Sedangkan analisis kuantitatif yaitu menghitung
kadar intensitas warna yang diperoleh dengan pengukuran awal larutan standar untuk
menentukan persamaan regresi, menjadi metode bagaimana konsentrasi suatu zat bisa diperoleh
melalui UV-Vis.
Spektroskopi merupakan suatu teknik pengukuran serapan cahaya dengan mengaplikasikan
hukum Lambert-Beer (Junaidi, 2017). Hukum Lambert-Beer adalah suatu sumber sinar
monokromatik melewati medium transparan, intensitas sinar yang diteruskan akan berkurang
dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorpsi, intensitas sinar yang diteruskan
berkurang secara eksponensi dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar
tersebut. Prinsip analisis spektroskopi UV-Vis yaitu penyerapan sinar UV dan UV-Vis oleh suatu
senyawa. Pengukuran dengan senyawa instrumen UV-Vis dikhususkan untuk senyawa yang
berwarna.
Single-beam instrument, dapat digunakan untuk kuantitatif dengan mengukur absorbansi
pada panjang gelombang tunggal. Single-beam instrument mempunyai beberapa keuntungan
yaitu sederhana, harganya murah, dan mengurangi biaya yang ada merupakan keuntungan yang
nyata. Beberapa instrumen menghasilkan single-beam instrument untuk pengukuran sinar ultra
violet dan sinar tampak. Panjang gelombang paling rendah adalah 190 sampai 210 nm dan paling
tinggi adalah 800 sampai 1000 nm. Double-beam dibuat untuk digunakan pada panjang
33
gelombang 190 sampai 750 nm. Double-beam instrument mempunyai dua sinar yang dibentuk
oleh potongan cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah sinar. Sinar pertama melewati
larutan blanko dan sinar kedua secara serentak melewati sampel.
34
4. Atur T = 100% (A=0) dalam keadaan terbuka, gunakan cell penuh dengan pelarut murni
5. Masukkan sampel dan ukur %T (atau A)
Hasil pemisahan :
Hasil pemisahan berupa pengukuran nilai absorbansi.
35
Monokromator : berfungsi menguraikan cahaya polikromatis menjadi beberapa panjang
gelombang yang berbeda-beda (monokromatis).
Kuvet : sebagai wadah sampel yang terbuat dari kuarsa atau silika untuk radiasi UV dan
gelas biasa atau kuarsa untuk radiasi sinar tampak. Pada spektorofotometri double beam
terdapat empat wadah untuk kuvet sehingga lebih cepat dan praktis untuk menganalisis
kualitatif dan kuantitatif.
Detektor : Memberikan respon terhadap cahaya pada bebagai panjang gelombang.
Read out : sebagai menangkap bersarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor.
Hasil pemisahan :
Hasil pemisahan yang didapat berupa nilai blanko.
36
Penjelasan luaran UV-Vis Single Beam
Peak adalah titik puncak atau panjang gelombang maksimum yang berarti suatu zat memberikan
penyerapan paling tinggi, dan absorbansi adalah perbandingan intensitas sinar yang diserap
dengan intensitas sinar datang. Sehingga pada gambar diatas atau pada kertas yang merupakan
spektra bunga mawar dapat diketahui jika bunga mawar mengandung pigmen antosianin
(Neldawati et al., 2013).
Kesimpulan
Spektrofotometri merupakan alat yang digunakan untuk mengukur energi secara raltif bila energi
tersebut ditransmisikan. Sebagai fungsi dari panjang gelombang Bila cahaya (monokromatik
maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen,sebagian sinar masuk akan dipantulkan
sebagian diserap dalam medium. Spektrofotometri mempunyai 4 bagian penting yaitu sumber
cahaya,monokromator,Kuvet dan detector. Spektrofotometri dibagi menjadi 2 jenis,menurut
37
optika sinarnya dan daerah spektrum.jenis tersebut juga dibagi menjadi beberapa jenis. Cahaya
dari spektorofotometri dilewatkan kesampel dan diteruskan ke detector.
Daftar Pustaka
Neldawati, Ratnawulan, & Gusnedi. (2013, Oktober). Analisis Nilai Absorbansi dalam
Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. Jurusan Fisika,
Universitas Negeri Padang, II, 78.
Junaidi. (2017). Spektrofotometer UV-Vis untuk Estimasi Ukuran Nanopartikel Perak. Jurusan
Fisika FMIPA Universitas Lampung, V(1), 98.
Kurnia, D., Yuliantini, A., & Faizal, D. (2018). PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN
KADAR NEOTAM DALAM SEDIAAN OBAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI
UV. EduChemia (Jurnal Kimia dan Pendidikan), III(1), 68.
38
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk :
- Memahami komponen set kromatografi kolom gravitasi (KKG)
- Memahami cara pengisian silika ke kolom KKG dengan teknik slurry (bubur basah)
- Memahami komponen set Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
- Memahami fungsi dan prinsip pemisahan KKG dan KLT
Pendahuluan
Suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan distribusi dari komponen-
komponen dalam fasa gerak dan fasa diam disebut kromatografi. Teknik pemisahan ini
didasarkan pada perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua
fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Fasa gerak dapat berupa gas
atau cairan, sedangkan fasa diam dapat berupa cairan atau padatan (Rizalina et al., 2018). Fase
gerak dapat berupa cairan atau gas, sedangkan fase diam adalah zat padat atau cair (Lestyo
Wulandari, 2011). Teknik kromatografi pada dasarnya adalah teknik pemisahan komponen
tertentu dalam sampel pangan, yang umumnya berupa matriks yang kompleks, sehingga
komponen tersebut dapat diidentifikasi dan dikuantifikasi dengan lebih baik.
Prinsip KLT yaitu Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi
hubungan kesetimbangan antara fase diam dan fase gerak, dimana ada interaksi antara
permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan diidentifikasi yang telah
berinteraksi dengan fasa geraknya. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat
mengusir pelarut yang tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika). Semakin dekat
kepolaran antara senyawa dengan eluen maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak
tersebut. Hal ini berdasarkan prinsip “like dissolved”. Sedangkan KKG didasarkan pada absorbsi
komponen2 campuran dengan afinitas berbeda terhadap permukaan fase diam. kemudian
Absorben bertindak sebagai fase diam dan fase geraknya adalah cairan yang mengalir membawa
39
komponen campuran sepanjang kolom.dan terakhir Sampel yang mempunyai afinitas besar
terhadap absorben akan secara selektif tertahan dan afinitasnya paling kecil akan mengikuti
aliran pelarut.
40
Penjelasan fungsi silika pada KKG :
Silika gel juga digunakan sebagai fasa diam pada pemisahan secara kromatografi. Artinya,
terhadap silika gel perlu diberikan suatu perlakuan dalam rangka memenuhi persyaratan tersebut.
Perlakuan inilah yang disebut modifikasi. Proses modifikasi yang dilakukan adalah proses fisis
yang sangat sederhana, yaitu dengan pemanasan silika gel dalam oven pada suhu tertentu. Pada
modifikasi ini situs aktif yang ada tetap tidak berubah, Siti Sulastri/Modifikasi Silika Gel K-368
walaupun perbandingan jumlahnya berbeda dengan sebelumnya. Modifikasi silika gel untuk
merubah gugus fungsi pada situs aktifnya dilakukan dengan menambahkan pereaksi dan
memberi suatu perlakuan fisis (Sulastri, 2009).
Pertama memasukkan kapas secukupnya kedalam buret atau alat yang digunakan sebagai kolom
gravitasi, memasukkan lewat lubang diatas perlahan dengan bantuan batang pengaduk, dorong
perlahan hingga mencapai dasar. Setelah itu campurkan silika, n-hexana, serta sampel dalam
gelas beaker lalu aduk menggunakan batang pengaduk. Masukkan hasil campuran perlahan
sedikit demi sedikit kedalam buret atau alat kolom gravitasi dengan diselingi mengaduk
campuran.
41
Kromatografi Lapis Tipis
42
3. Retention/retardation factor (Rf) (sebuah nilai atau ukuran yang mana didapat
berdasarkan posisi noda setiap zat terlarut pada plat kromatografi lapis tipis)
Kesimpulan
Kromatografi kolom gravitasi adalah alat untuk memisahkan komponen-komponen
dalam campuran. Prinsip kerjanya adalah didasarkan pada perbedaaan afinitas absorbsi
komponen-komponen campuran terhadap permukaan fasa diam. Sampel yang memiliki afinitas
yang besar terhadap absorben akan secara selektif tertahan dan yang afinitasnya paling kecil
akan mengikuti aliran pelarut. KLT (Kromatografi Lapis Tipis) merupakan metode semi-
kuantitatif yang terdiri dari analisis. Kromatografi lapis tipis adalah versi kuantitif yang lebih
canggih atau lebih tepat. KLT berfungsi dengan prinsip yang sama seperti semua kromatografi.
Dimana suatu senyawa akan memiliki afinitas yang berbeda untuk fase bergerak dan fase diam,
dan ini mempengaruhi kecepatan migrasi. Tujuan KLT adalah untuk mendapatkan bintik-bintik
yang jelas dan terpisah dengan baik.
Rangkaian tersebut dapat dikatakan bahwa kromatografi lapis tipis dianggap sebagai
teknik yang digunakan untuk mengisolasi campuran yang tidak mudah menguap (Alen et al.,
2017). Percobaan dilakukan pada sampel yang ada pada KLT tersebut yaitu alumunium foil,
plastik, atau kaca yang dilapisi dengan lapisan tipis bahan adsorben. Material yang biasa
digunakan adalah alumunium oksida, selulosa, atau silika gel.
43
Daftar Pustaka
Alen, Y., Agresa, F. L., & Yuliandra, Y. (2017). Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan
Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz (Kurz)
pada Mencit Putih Jantan. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis, 147.
Lestyo Wulandari. (2011). Kromatpgrafi Lapis Tipis . Jember: PT. Taman Kampus Presindo.
Rizalina, H., Cahyono, E., Mursiti, S., Nurcahyo, B., & Supartono. (2018). Optimasi Penentuan
Kadar Metanol dalam Darah Menggunakan Gas Chromatography. Indonesian Journal of
Chemical Science, 255.
Sulastri, S. (2009, Mei 16). MODIFIKASI SILIKA GEL DALAM KAITANNYA DENGAN
PENINGKATAN MANFAAT. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan MIPA, 367.
Supriadin, A., Kudus, R., & Amalia, V. (2017, Mei). EFEK LARVASIDA HASIL
FRAKSINASI METANOL DAUN Aglaia glabrata TERHADAP LARVA Aedes
aegypti. X(1), 75.
44