Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

UPTD LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH CILACAP

ANALISIS KADAR KLORIDA PADA SAMPEL AIR PDAM


MENGGUNAKAN METODE MOHR

Disusun oleh:
Risya Aprilia (4311417036)

PROGRAM STUDI KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan hasil praktek kerja lapangan di Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, pada
tanggal 2 Desember 2020 sampai dengan 28 Desember 2020 telah disetujui dan
disahkan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk Mata Kuliah Praktek Kerja
Lapangan Program Studi Kimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Selasa
Tanggal : 29 Desember 2020

Menyetujui:
Dosen Pembimbing PKL Pembimbing Lapangan
Jurusan Kimia FMIPA UNNES UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan

Dante Alighiri, S. Si, M. Sc Nani Haryati, S.K.M


NIP. 197511161996032012
NIP. 198506102015041003

Mengetahui:
Ketua Jurusan Kimia Kepala UPTD Laboratorium
FMIPA UNNES

Dr. Sigit Priatmoko, M.Si Tin Muyasaroh, S.K.M


NIP. 196504291991031001 NIP. 196605161989032012

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan praktik kerja lapangan sebagai
salah satu mata kuliah wajib di program studi Kimia S1 Universitas Negeri
Semarang. Laporan ini disusun berdasarkan praktik kerja lapangan yang telah
dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap pada 02 Desember s/d 29
Desember 2020.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah


membantu kegiatan praktik kerja lapangan ini hingga berjalan lancar. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis, yang telah memberikan dukungan penuh, do’a
dan semangat penulis melaksanakan praktik kerja lapangan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Cilacap.

2. Bapak Dr. Sugianto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Matematika dan


Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

3. Bapak Dr. Sigit Priatmoko, M. Si., selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Semarang.

4. Bapak Cepi Kurniawan, S.Si, M.Si., selaku Ketua Program Studi Kimia
S1 FMIPA Universitas Negeri Semarang.

5. Bapak Dante Alighiri S.Si, M.Sc., selaku pembimbing Praktek Kerja


Lapangan Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan
nasehat hingga terselesaikannya laporan kerja lapangan.

6. Ibu dr. Pramesti Griana Dewi, M.Kes, M.Si selaku Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Cilacap

7. Ibu Tin Muyasaroh, S.K.M selaku Kepala UPT Laboratorium


Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap

iii
8. Staf dan karyawan Kimia dan Laboratorium selaku mentor pembimbing
di Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan konsep maupun teknis dari awal praktek
hingga akhir penulisan laporan dalam rangka pelaksanaan praktik kerja lapangan.

10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat ditulis lagi satu persatu, tetapi
banyak memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis, semoga amal
kebaikannya mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Penulis berharap semoga laporan praktek kerja lapangan ini bermanfaat


bagi semua pihak. penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi penulis kedepannya.

Cilacap, Desember 2020

Penulis

iv
ABSTRAK
Praktek Kerja Lapangan dilakukan untuk menganalisis kadar klorida yang
terdapat pada sampel air PDAM dengan menggunakan metode mohr (titrasi
argentometri) yang dilakukan di UPTD Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan
Kabupaten Cilacap. Sampel yang digunakan yaitu sampel yang berasal dari air PDAM
yang berada di Kabupaten Cilacap. Kegiatan PKL dilaksanakan selama 20 hari dimulai
tanggal 2 Desember sampai 29 Desember 2020.

Klorida merupakan anion yang mudah larut dalam sampel air dan merupakan
anion anorganik utama yang terdapat dalam sampel perairan. Kelebihan ion klorida
dalam air minum dapat merusak ginjal. Penentuan kadar klorida dalam sampel air
menggunakan metode titrasi argentometri teknik Mohr. Sampel yang digunakan berupa
air sumur dan air PDAM yang masing-masing diambil dari 7 titik lokasi di Cilacap.
Sampel diberikan larutan K2CrO4, lalu diberikan serbuk MgO untuk menetralkan pH
sebelum dilakukan titrasi, kemudian sampel dititrasi menggunakan larutan AgNO3 0.01
N sampai terbentuk endapan merah. Hasil yang didapat dari 7 sampel, yaitu kadar
klorida sebanyak 35.5 mg/l sampai dengan 42.6 mg/l. Hasil tersebut menunjukan bahwa
kualitas air PDAM cukup bagus karena hasil yang didapatkan dibawah batas maksimum
dari yang telah ditentukan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu 250 mg/l.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................................iii
ABSTRAK...............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................................3
1.3 Manfaat..............................................................................................................................4
1.4 Tempat Pelaksanaan.........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN CILACAP............................5
2.1 Profil Instansi Mitra.........................................................................................................5
2.2 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap.......................................................5
2.3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap...........................................6
2.4 Profil UPTD Laboratorium Kesehatan...........................................................................7
2.5 Tugas dan Fungsi UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap...........7
2.5.1 Tugas..........................................................................................................................7
2.5.2 Fungsi.........................................................................................................................7
2.6 Struktur Organisasi UPTD Laboratorium Kesehatan...................................................9
2.7 Deskripsi UPTD Laboratorium........................................................................................9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................11
3.1 Air PDAM........................................................................................................................11
3.2 Variabel Kualitas Air......................................................................................................12
3.3 Baku Mutu Air Minum...................................................................................................13
BAB IV METODE PENELITIAN.......................................................................................17
4.1 Alat dan Bahan................................................................................................................17
4.1.1 Alat...........................................................................................................................17
4.1.2 Bahan........................................................................................................................17
4.2 Hasil dan Pembahasan....................................................................................................18
BAB V PENUTUP.................................................................................................................20
5.1 Kesimpulan......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan sifat-sifat serta karakteristik fisik dan kimia dari materi atau zat dan
interaksinya dengan energi. Ada banyak perbedaan yang dapat dilihat ketika
membandingkan kimia dasar dan kimia modern. Kimia dasar berasal dari zaman
kuno, dahulu ilmuwan menamainya sebagai alkemis. Kimia dasar menjelaskan
semua dasar-dasar subjek yang menyimpulkan setelah serangkaian percobaan.
Sedangkan kimia modern yang mendominasi pada abad ke-17 meletakkan
langkah-langkah sistematis dalam memperoleh pengetahuan. Hakikatnya ilmu
kimia, bahwa benda bisa mengalami perubahan bentuk maupun susunan
partikelnya menjadi bentuk lain. Perubahan letak susunan inilah yang
mempengaruhi sifat-sifat yang berbeda dengan wujud semula. Secara umum,
kimia memiliki 5 cabang ilmu yaitu kimia organik, kimia anorganik, biokimia,
kimia fisik dan kimia analitik. Kelima cabang tersebut memiliki peranan masing-
masing dalam dunia industri kimia. Beberapa manfaat yang dimiliki ilmu kimia
dalam dunia industri maupun kehidupan manusia. Beberapa contoh industri yang
membutuhkan peranan ilmu kimia yaitu pertanian, farmasi, kesehatan, kosmetik,
pengolahan minyak, pangan dan lain sebagainya. Selain dalam industri adapula
manfaat kimia bagi kehidupan sehari-hari yaitu kita dapat mengetahui kandungan
kimia yang ada pada makanan dan minuman sehingga kita bisa menghindari
minuman atau makanan yang memiliki kandungan zat kimia yang berbahaya.

Dalam Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan


Alam Universitas Negeri Semarang memiliki kurikulum yang wajib bagi
mahasiswa untuk menempuhnya yaitu Praktek Kerja Lapangan (PKL). Praktek
Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu sarana untuk melatih dan
menerapkan pengetahuan serta keterampilan. Praktek Kerja Lapangan memiliki
tujuan yaitu menambah wawasan dan menambah pengalaman mahasiswa untuk
bekal di dunia kerja, menerapkan ilmu yang telah didapatkan pada saat
perkuliahan dan mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan yang telah dimiliki

1
di bidang kimia. Persaingan di dunia pekerjaan di era globalisasi ini sangat tinggi
dan ketat, perusahan mencari orang-orang yang layak dan berkompeten untuk
dapat bersaing di era global. Maka dari itu, mahasiswa diwajibkan untuk
mengikuti kurikulum PKL agar ilmu yang didapat pada saat perkuliahan dapat
diterapkan dan mahasiswa dapat memahami etos kerja yang baik dalam suatu
perusahaan yaitu memiliki kerja keras, disiplin dan etos kerja yang tinggi. Praktek
Kerja Lapangan juga merupakan salah satu persyaratan menyelesaikan program
S1 Kimia. Instansi yang dijadikan tempat melaksanakan PKL yaitu UPTD
Laboratorium Kesehatan yang bertempat di Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap.

UPTD Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap


(Labkes Dinkes) merupakan laboratorium kesehatan yang berperan dalam upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan serta sebagai laboratorium
rujukan. Pelayanan laboratorium kesehatan masyarakat berfungsi untuk
menunjang UKM yang mencakup upaya pemeliharaan kesehatan, pemberantasan
penyakit, dan kesehatan lingkungan,. Misi labkes dinkes Kabupaten Cilacap
sendiri yaitu menjadikan laboratorium rujukan yang bermutu dan terpercaya
dengan menerapkan pelayanan laboratorium sesuai standar akreditasi dari KALK
(Kementerian Kesehatan RI). Pemeriksaan laboratorium lingkungan dengan
menggunakan metode yang mengacu pada SNI dengan hasil analisa yang lebih
akurat. Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan
laboratorium kesehatan yang berada di kabupaten/kota yang berperan dalam
pelayanan pembangunan Kesehatan sebagai Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), berupa pencegahan dan pemberantasan
penyakit, penyediaan dan pengelolaan air bersih dan penyehatan lingkungan
pemukiman serta kegiatan lain yang ada di wilayahnya. Dalam pelaksanaan
otonomi daerah, diharapkan setiap kabupaten/kota mempunya laboratorium
kesehatan yang mampu melakukan pemeriksaan laboratorium kimia lingkungan,
toksikologi, mikrobiologi serta pemeriksaan laboratorium klinik untuk menunjang
diagnosa penyakit sebagai salah satu upaya untuk peningkatan kesehatan
masyarakat maupun perorangan di wilayahnya.

Salah satu parameter yang penting dalam menganalisis air PDAM yaitu
klorida. Klorida merupakan anion yang mudah larut dalam air dan anion

2
anorganik yang jumlahnya lebih banyak dibanding parameter air lainnya (Ngibad,
2019). Klorida dalam air dapat berasal dari penambahan kaporit pada proses
klorinasi. Klorinasi merupakan proses utama dalam menghilangkan kuman,
penyakit dan bakteri yang terkandung dalam air. Klorida dalam air awalnya
berasal dari sumber alamiah seperti limbah pertanian, limbah peternakan, limbah
rumah tangga, limbah industri dan intrusi laut. Kandungan klorida di dalam air
dapat menimbulkan potensi kerusakan pada organ pernafasan, mata, kulit dan
usus (Hendrawati, 2007). Dalam menentukan kadar klorida pada air menggunakan
metode mohr. Metode mohr merupakan salah satu bentuk metode titrasi
argentometri yaitu metode titrasi untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan pembentukan endapan bersama ion Ag+ (Suntana, 2011)

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Melibatkan mahasiswa langsung dalam kegiatan industri.
2. Memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang hubungan
antara teori dan penerapannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
3. Menerapkan ilmu kimia yang telah diperoleh dalam perkuliahan
secara nyata di dunia kerja.
4. Menambah pengetahuan dan pengalaman baru dalam dunia kerja,
terutama dalam pengaplikasian ilmu kimia.
5. Memenuhi persyaratan untuk mencapai kelulusan di tingkat strata
satu.
b. Tujuan Khusus
1. Menambah pengetahuan tentang metode menentukan kadar
klorida pada sampel air PDAM.
2. Menambah pengetahuan tentang kadar maksimum klorida yang
diterapkan.
3. Menambah pengetahuan bahaya kelebihan kadar klorida bagi
kesehatan.

3
1.3 Manfaat
a. Bagi mahasiswa
1. Sebagai salah satu syarat kelulusan untuk mencapai derajat sarjana
(S1).
2. Sebagai sarana untuk melakukan penelitian.
3. Sebagai wadah dalam mengaktualisasikan diri dalam dunia nyata
untuk meningkatkan pemahaman akan dunia kerja.
4. Mengenal dan memahami kinerja yang profesional di lapangan guna
mempersiapkan diri sebagai angkatan kerja yang professional.
b. Bagi Perguruan Tinggi
1. Sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas kurikulum.
2. Sebagai indikator keberhasilan mahasiswa terhadap ilmu yang telah
diberikan.
3. Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan
disiplin ilmunya di dunia kerja.
4. Sebagai link antara pihak pengguna sumber daya dan penyedia
sumber daya sehingga diharapkan dapat menjadi masukan bagi
penyedia sumber daya (universitas).
c. Bagi Laboratorium Kesehatan Kabupaten Cilacap
1. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengenal dan
mengetahui tentang UPTD Laboratorium Kesehatan Kabupaten
Cilacap.
2. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan
pengalaman kerja secara nyata di bidang kimia.
3. Mengetahui peranan dan penerapan ilmu kimia dalam dunia industri
kesehatan.

1.4 Tempat Pelaksanaan


Instansi : UPTD Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap
Alamat : Jl. Jenderal Gatot Subroto No.26, Sidanegara, Kec. Cilacap Tengah,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah 53212.

4
BAB II
TINJAUAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN CILACAP

2.1 Profil Instansi Mitra


Nama Dinas : Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap
Alamat Dinas : Jl. Jenderal Gatot Subroto No.26, Sidanegara, Kec. Cilacap
Tengah, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah 53212

Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap merupakan salah satu instansi


pemerintah Kabupaten Cilacap yang melaksanakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan baik kesehatan masyarakat maupun kesehatan lingkungan. Berjarak 1.7
km dari pusat pemerintahan Kabupaten Cilacap. Dinas Kesehatan Kabupaten
Cilacap memiliki fasilitas yaitu bangunan kantor, laboratorium, aula, mushola,
klinik, rumah sampah medis dan lain sebagainya.

2.2 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap


Visi :
”Cilacap Semakin Sejahtera Secara Merata ‘Bangga Mbangun Desa’ “
Misi :
Meningkatkan Layanan Pendidikan dan Kesehatan Rohani dan Jasmani serta
Kesejahteraan Sosial dan Keluarga.

5
2.3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap
Susunan Organisasi Dinas Kesehatan berdasarkan Perda Kabupaten Cilacap Nomor
9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
Cilacap (Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2016 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 134) terdiri atas :
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat, terdiri atas :
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Perencanaan;
3. Sub Bagian Keuangan dan Aset.
c. Bidang Pelayanan Kesehatan;
1. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan;
2. Seksi Jaminan Kesehatan dan Manajemen Mutu Yankes;
3. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional.
d. Bidang Kesehatan Masyarakat;
1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gigi;
2. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Kesehatan Olahraga;
3. Seksi Promkes, Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat.
e. Bidang Sumber Daya Kesehatan;
1. Seksi Sarana, Prasana dan Alat Kesehatan;
2. Seksi PSDM, PO dan SIK;
3. Seksi Farmami dan Perijinan Kesehatan.
f. Bidang P 2 P;
1. Seksi Survailans, Kejadian Luar Biasa dan Imunisasi;
2. Seksi P2P Tidak Menular dan Keswa;
3. Seksi P2P Menular.
g. UPTD Rumah Sakit;
h. UPTD Laboratorium Kesehatan;
i. UPTD IPK (Instalasi Perbekalan Kesehatan);
j. UPTD PUSKESMAS.

6
2.4 Profil UPTD Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap
Sebelum menjadi UPTD Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, sudah
beberapa kali mengalami perubahan nama dan kedudukan struktur organisasi.
Berdasarkan Perda No. 8 Tahun 2001, Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten
Cilacap merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Cilacap. Berdasarkan Perda No. 19 Tahun 2008 dan Perda No. 13
Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Cilacap.

Berdasarkan Pasal 20 Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 12 Tahun


2017 tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit
Pelaksana Teknis Daerah, maka Dinas Daerah Kabupaten/Kota dapat dibentuk
UPTD Kabupaten/Kota untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan atau
kegiatan teknis penunjang tertentu yang pembentukannya di tetapkan dengan
Peraturan Bupati atau Walikota setelah dikonsultasikan kepada Gubernur secara
tertulis. Pada than 2018 berdasarkan Peraturan Bupati Cilacap No. 15 Tahun 2018
tentang Pembentukan, Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta
Tata Kerja UPTD pada Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap dibentuk Kembali
menjadi UPTD Laboratorium Kesehatan Kelas A.

2.5 Tugas dan Fungsi UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap
Berikut merupakan tugas dan fungsi yang dijalankan oleh UPTD
Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap berdasarkan Peraturan Bupati
Kabupaten Cilacap Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pembentukan, Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja UPTD pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Cilacap yang disahkan pada tanggal 5 Januari 2018

2.5.1 Tugas
UPTD Laboratorium Kesehatan mempunyai tugas melakukan
sebagian tugas Dinas Kesehatan di bidang laboratorium kesehatan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.5.2 Fungsi
UPTD Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan dalam
melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud, menyelenggarakan
fungsi :

7
1. Menyusun program kerja UPTD Laboratorium Kesehatan
berdasarkan program kerja dan Rencana Strategis Dinas
Kesehatan sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas;
2. Menjabarkan perintah atasan dengan mempelajari isi perintah
tertulis maupun lisan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan
tugas;
3. Mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas;
4. Menyelenggarakan sebagian tugas Dinas Kesehatan di bidang
laboratorium kesehatan daerah sesuai dengan program kerja yang
telah ditetapkan;
5. Menghimpun dan mempelajari ketentuan peraturan perundang-
undangan dan petunjuk teknis lainnya di bidang laboratorium
kesehatan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas;
6. Melakukan koordinasi dalam unit kerja, antar unit kerja dengan
Lembaga masyarakat dan atau masyarakat terkait, baik secara
formal maupun informal guna mencapai sinkronisasi pelaksanaan
tugas;
7. Melakukan pengembangan laboratorium kesehatan, pengadaan
media dan reagensia, pelayanan pemeriksaan mikrobiologi dan
patologi klinis, pemeriksaan kimia dan fisika, pembinaan,
monitoring serta evaluasi laboratorium secara menyeluruh serta
menerima rujukan dari Rumah Sakit, UPTD Pusat Kesehatan
Masyarakat, Laboratorium Swasta dan sarana-sarana penunjang
pendidikan di bidang kesehatan;
8. Melakukan pengelolaan pemeriksaan sampel/ spesimen secara
bakteriologis, parasitologis, serologis dan patologis klinis serta
memberikan hasil laboratoriumnya;
9. Melakukan pengelolaan dan pemeriksaan sampel secara kimia
dan fisika serta memberikan hasil pemeriksaan laboratoriumnya;

8
10. Mengumpulkan data informasi laboratorium kesehatan daerah
sebagai bahan penyusunan program kerja dan kegiatan;
11. Melakukan urusan administrasi kepegawaian, keuangan, rumah
tangga dan perlengkapan berdasarkan ketentuan perundang-
undangan;
12. Memeriksa tugas-tugas yang telah dilaksanakan bawahan;
13. Menyusun laporan kinerja bulanan, triwulanan dan tahunan
UPTD Laboratorium Kesehatan;
14. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan UPTD
Laboratorium Kesehatan;
15. Memberikan penilaian kerja dan prestasi bawahan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan;

2.6 Struktur Organisasi UPTD Laboratorium Kesehatan

KEPALA UPTD
LABORATORIUM
KESEHATAN

SUB BAGIAN
TATA USAHA

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL

2.7 Deskripsi UPTD Laboratorium Kesehatan


UPTD Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan memiliki tiga bidang
dalam lab pengujian yaitu mikrobiologi, kimia dan klinis. Laboratorium Kimia
digunakan sebagai tempat pengukuran atau analisa air sampel seperti air bersih, air
minum, atau sampel air yang diperoleh dari customer maupun kegiatan sampling
rutin oleh UPTD Laboratorium Kesehatan Kabupaten Cilacap. Laboratorium

9
digunakan sebagai analisa beberapa parameter seperti analisa Kesadahan, Clorida,
Sulfat, Logam, Amonia, Nitrat, dan Nitrit. Laboratorium yang dilengkapi fasilitas
seperti almari pendingin yang digunakan untuk mengawetkan air sampel atau bahan
uji. Laboratotium lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang dilengkapi
instrument untuk analisa seperti Spektrofotometri Hach yang digunakan dalam
pembacaan analisis parameter yang digunakan. Memiliki alat yang memadai,
laboratorium juga menyediakan jasa analisa, air bersih maupun air minum dengan
harga yang standar dan pelayanan yang baik serta disiplin dalam pengujian.
Bedasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 4 Tahun 2011 tentang Tata
Pelayanan dan Retribusi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Unit Pelaksana
Teknis Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Cilacap.

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Air PDAM


Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 492/Menkes/IV/2010 menyatakan
bahwa air minum yang sehat harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, dan
mikrobiologi. Beberapa persyaratan tersebut antara lain air harus jernih atau tidak
keruh, tidak berwarna, rasanya tawar, pH netral, tidak mengandung zat kimia
beracun, kesadahannya rendah, dan tidak boleh mengandung bakteri patogen seperti
Escherichia coli. Berdasarkan peraturan tersebut jelas disebutkan bahwa salah satu
syarat yang harus dipenuhi dalam kualitas air minum dengan parameter kimia
adalah kesadahan. Kadar kesadahan maksimum yang diperbolehkan dalam air
minum adalah 500 mg/L (Permenkes, 2010). Air merupakan sumber daya alam yang
diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup.
Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan
dengan baik oleh manusia serta mahkluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk
berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana,dengan memperhitungkan
kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang (Effendi, 2003).

Masyarakat menggunakan dua jenis air bersih dalam kehidupan sehari-hari,


yaitu air sumur dan air PDAM. Air sumur air merupakan air yang diperoleh dengan
cara menggali tanah sampai kedalaman tertentu sedangkan air PDAM adalah air
yang didapatkan dari saluran PDAM yang didistribusikan ke warga (Ngibad, 2019).
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Cilacap merupakan Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Kabupaten Cilacap yang bergerak dalam
bidang penyediaan air bersih untuk wilayah Kabupaten Cilacap.. Instalasi
pengolahan air bersih yang terdapat di Kecamatan Kesugihan merupakan yang
terbesar dengan kapasitas total mencapai 350 l/dt dan melayani penyediaan air
bersih untuk wilayah Kecamatan Kesugihan, Kota Cilacap, Kecamatan Maos,
Kecamatan Kroya, Kecamatan Adipala dan Sampang. Instalasi Pengolahan Air
Bersih Kesugihan memiliki dua Water Treatment Plan dengan kapasitas masing-
masing 50 l/dt dan 300 l/dt.

11
Sumber air baku Instalasi Pengolahan Air Bersih Kesugihan adalah Sungai
Serayu dan Irigasi Bendung Gerak Serayu (BGS) yang dialokasikan khusus untuk
Instalasi Pengolahan Air Bersih Kesugihan. Setelah melalui proses pra-sedimentasi
di saluran Irigasi BGS, air baku diproses di Unit Penjernihan Air, yaitu Flow Splitter
(pembagi aliran) dan Clarifier (Clariflokulator) yang terdiri dari Zona Koagulasi,
Zona Flokulasi (Flokulator) dan Zona Sedimentasi (Settler). Air kemudian di proses
di Unit Filtrasi yang terdiri dari 8 (delapan) buah sand filter dengan kapasitas
maksimum masing-masing 50 l/dt. Air hasil proses filtrasi didesinfeksi di Clear
Water Storage dan didistribusikan ke pelanggan PDAM Kabupaten Cilacap.

3.2 Variabel Kualitas Air


Variable kualitas air yang dipakai adalah klorida. Klorida merupakan anion
yang mudah larut dalam sampel air. Anion klorida (Cl- ) merupakan anion anorganik
yang terdapat dalam sampel perairan yang jumlahnya lebih banyak daripada anion-
anion halogen yang lain. Ion klorida Cl- dalam larutan bisa dalam senyawa natirum
klorida, kalium klorida, kalsium klorida (Sinaga, 2016). Kelebihan ion klorida
dalam air minum dapat merusak ginjal. Akan tetapi, kekurangan ion klorida dalam
tubuh juga dapat menurunkan tekanan osmotik cairan ekstraseluler yang
menyebabkan meningkatnya suhu tubuh. Kementerian Kesehatan menetapkan batas
maksimum kadar ion klorida dalam air bersih adalah sebesar 250 mg/L. Hal tersebut
bertujuan dalam pengawasan kualitas air yang dapat mengganggu/membahayakan
Kesehatan.

Kadar klorida umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar


mineral. Kadar klorida yang tinggi, yang diikuti oleh kadar kalsium dan magnesium
yang juga tinggi, dapat meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini mengakibatkan
terjadinya perkaratan peralatan logam. Klorida juga merupakan komponen lain dari
garam yang berkaitan dengan hipertensi. Klorida mempengaruhi pengaturan hormon
pada retensi air dan garam melalui pengaruhnya pada ginjal. Ginjal menghasilkan
suatu enzim yang disebut renin yang mengatur kadar air dalam badan (Djuma,
2014).

Kadar klorida dihitung menggunakan rumus (SNI 01- 3554-2006):

12
Volume Titrasi x N AgNO 3 x 35.5 x 1000
mg Cl/l= N AgNO3
Volume sampel
= 0.01 N.

Analisa kadar klorida air dilakukan menggunakan titrasi argentometri metode Mohr.
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dalam suasana
netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CrO4 sebagai indikator.
Titrasi ini dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0.
Apabila ion klorida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan
bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah bata
sebagai titik akhir titrasi.

3.3 Baku Mutu Air Minum


Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat
berupa parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib merupakan
parameter yang harus diperiksa secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, sedangkan parameter tambahan hanya diwajibkan untuk
diperiksa jika kondisi geohidrologi mengindikasikan adanya potensi pencemaran
berkaitan dengan parameter tambahan. Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
tersebut digunakan untuk pemeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi dan
sikat gigi, serta untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian.
Selain itu Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi dapat digunakan sebagai air baku
air minum (Permenkes, 2017).

Menurut PP No.82 tahun 2001 dampak negatif pencemaran air mempunyai


nilai (biaya) ekonomik, di samping nilai ekologik, dan social budaya. Upaya
pemulihan kondisi air yang cemar, bagaimanapun akan memerlukan biaya yang
mungkin lebih besar bila dibandingkan dengan nilai kemanfaatan finansial dari
kegiatan yang menyebabkan pencemarannya. Demikian pula bila kondisi air yang
cemar dibiarkan (tanpa upaya pemulihan) juga mengandung ongkos, mengingat air
yang cemar akan menimbulkan biaya untuk menanggulangi akibat dan atau dampak
negatif yang ditimbulkan oleh air yang cemar.

13
Berdasarkan definisinya, pencemaran air yang diindikasikan dengan
turunnya kualitas air sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan tingkat tertentu
tersebut di atas

14
adalah baku mutu air yang ditetapkan dan berfungsi sebagai tolok ukur untuk
menentukan telah terjadinya pencemaran air, juga merupakan arahan tentang tingkat
kualitas 14 air yang akan dicapai atau dipertahankan oleh setiap program kerja
pengendalian pencemaran air.

Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan (designated


beneficial water uses), juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang
mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu,
penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan peruntukkan perlu
disesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas air).
Penetapan baku mutu air yang didasarkan pada peruntukan semata akan
menghadapai kesulitan serta tidak realistis dan sulit dicapai pada air yang kondisi
nyata kualitasnya tidak layak untuk semua golongan peruntukan. Dengan
ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan memperhatikan kondisi airnya,
akan dapat dihitung berapa beban zat pencemar yang dapat ditenggang adanya oleh
air penerima sehingga air dapat tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Beban
pencemaran ini merupakan daya tampung beban pencemaran bagi air penerima yang
telah ditetapkan peruntukannya.

Berikut klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atauperuntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut;

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


prasarana/sarana rekreasi air,pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi pertanaman, dan atauperuntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut;

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


pembudidayaan ikan air tawar,peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut;

15
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman danatau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.

16
Tabel 1. Baku Mutu Air Minum Permenkes Nomor 492 Tahun 2010

No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum


yang diperbolehkan
1. Parameter yang berhubungan
langsung dengan Kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1) E. Coli Jumlah per 100 0
ml sampel
2) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 0
ml sampel
b. Kimia Anorganik
1) Arsen mg/l 0.01
2) Flourida mg/l 1.5
3) Total Kromium mg/l 0.05
4) Kadmium mg/l 0.003
5) Nitrit (NO2-) mg/l 3
6) Nitrat (NO3-) mg/l 50
7) Sianida mg/l 0.07
8) Selenium mg/l 0.01
2. Parameter yang tidak berhubungan
langsung dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1) Bau Tidak Berbau
2) Warna TCU 15
3) Total zat padat terlarut (TDS) mg/l 500
4) Kekeruhan NTU 5
5) Rasa Tidak Berasa
o
6) Suhu C Suhu udara ± 3
b. Parameter Kimiawi
1) Aluminium mg/l 0.2
2) Besi mg/l 0.3
3) Kesadahan mg/l 500
4) Khlorida mg/l 250
5) Mangan mg/l 0.4

17
6) pH 6.5-8.5
7) Seng mg/l 3
8) Sulfat mg/l 250
9) Tembaga mg/l 2
10) Amonia mg/l 1.5

18
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
a. Pipet Volume 10 ml;
b. Labu Takar 1000 ml;
c. Labu Takar 250 ml;
d. Labu Erlenmeyer 250 ml;
e. Ball Pipet;
f. pH meter.

4.1.2 Bahan
a. Air PDAM dari beberapa titik di Kabupaten Cilacap;
b. K2CrO4 5%;
c. AgNO3 0.01 N;
d. Serbuk MgO;
4.1.3 Cara Kerja
a. Preparasi Sampel
1. Sebanyak 50 ml sampel air PDAM diambil menggunakan pipet volume
10 ml;
2. Sampel dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer yang telah disiapkan dan
ukur pH menggunakan pH meter, nilai pH berkisar 7-10 agar dapat
dilakukan analisis;
b. Analisis Kadar Klorida
1. Sebanyak 1 ml larutan K2CrO4 5% ditambahkan ke dalam sampel air;
2. Kemudian ditambahkan serbuk MgO seujung sendok;
3. Dilakukan titrasi menggunakan perak nitrat (AgNO3) 0.01 N sampai
timbul warna merah bata, kemudian catat volume titrasinya;
4. Kemudian dihitung kadar klorida (Cl-) dalam sampel air PDAM
menggunakan rumus yang telah dijabarkan pada Bab III

19
4.2 Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Hasil Praktik Kerja Lapangan pengukuran kualitas air parameter klorida
yang diperoleh di UPTD Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan
Kabupaten Cilacap sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter Klorida pada air PDAM

No Sampel Volume Volume Titrasi Kadar Klorida


Sampel (ml) (ml) (mg/l)
1. Sampel 1 50 ml 6 ml 42.6 mg/l
2. Sampel 2 50 ml 5.5 ml 39.05 mg/l
3. Sampel 3 50 ml 5 ml 35.5 mg/l
4. Sampel 4 50 ml 5 ml 35.5 mg/l
5. Sampel 5 50 ml 5 ml 35.5 mg/l
6. Sampel 6 50 ml 5 ml 35.5 mg/l
7. Sampel 7 50 ml 5 ml 35.5 mg/l

b. Pembahasan
Kadar ion klorida dalam sampel air PDAM dianalisis menggunakan
Titrasi Argentometri metode Mohr. Sampel berasal dari air PDAM yang
berada di perumahan warga yang ada di Kabupaten Cilacap. Masyarakat
menggunakan air PDAM untuk keperluan memasak, mandi ataupun air
bersih. Titrasi argentometri metode Mohr dapat digunakan untuk menentukan
kadar klorida dalam rentang pH 7-10 dengan larutan standar AgNO 3 sebagai
penitran dan K2CrO4 sebagai indikator pada saat titik akhir titrasi (TAT) serta
serbuk MgO yang digunakan untuk menetralkan sampel. Pada saat titik akhir
titrasi ditunjukkan dengan timbulnya endapan berwarna merah bata yang
merupakan senyawa Ag2CrO4. Reaksi yang terjadi saat titrasi adalah sebagai
berikut:

Saat sebelum titik ekuivalen: AgNO3 + Cl- AgCl(s) + NO3-


(Endapan putih).

Saat setelah titik ekuivalen: AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4(s) +


NO3- (Endapan merah bata).

20
Berdasarkan data hasil analisis kadar klorida pada tabel 2 diketahui
bahwa rentang kadar klorida dalam 7 sampel antara 35.5 mg/l sampai
dengan 42.6 mg/l. Hasil tersebut menunjukan bahwa kualitas air PDAM
cukup bagus karena hasil yang didapatkan dibawah batas maksimum dari
yang telah ditentukan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010, batas maksimal kadar klorida dalam air
minum adalah 250 mg/L. Hal tersebut menunjukan bahwa air PDAM layak
untuk dikonsumsi. Kadar klorida yang tinggi dapat berbahaya bagi
kesehatan diantaranya dapat bersifat merusak atau korosif pada kulit dan
peralatan, selain itu juga berpotensi merusak sistem pernafasan manusia dan
hewan. Kadar klorida dalam air dapat digunakan sebagai indikator adanya
pencemaran (Chandra,2006). Air dikatakan tercemar apabila mengandung
bahan yang melebihi ambang batas dan sifat-sifat air yang tidak sesuai
dengan standar yang telah ditentukan (Sumardjo, 2009). Tingginya kadar
klorida dalam sampel karena kebiasaan masyarakat yang kurang
memperhatikan penanganan limbah produksi dan kebersihan sumber air
yang ada. Akibatnya air menjadi asin ketika diminum dan jika dikonsumsi
secara terus – menerus mempunyai dampak kurang baik terhadap kesehatan.
Dilihat dari siklus pemakaian air, kemungkinan penyebab tersebut
sangat kecil karena air tersebut secara terusmenerus digunakan untuk
keperluan produksi garam sehingga salah satu penyebab tingginya kadar
klorida pada sampel tersebut berkaitan dengan waktu pengambilan sampel.
Waktu pengambilan sampel yang berdekatan dengan waktu penggunaan air
untuk produksi dapat memberikan hasil dengan kadar klorida yang tinggi.

21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan di UPTD
Laboratorium Kesehatan Kabupaten Cilacap, dapat disimpulkan bahwa :

1. Metode yang digunakan yaitu titrasi argentometri metode Mohr.


2. Adanya kandungan klorida pada sampel ditunjukan dengan perubahan warna
pada sampel mejadi warna merah bata setelah di titrasi.
3. Kadar klorida pada sampel air PDAM berkisar 35.5 mg/l - 42.6 mg/l. Hasil
tersebut merupakan hasil yang cukup bagus sehingga air PDAM dapat
dikonsumsi, karena batas maksimum sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.

22
DAFTAR PUSTAKA

AIR, P. P. T. P. K., AIR, D. P. P., & UMUM, K. (2002). PERATURAN


PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001
TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA.

Badan Standardisasi Nasional, SNI ICS 67.160.20. 2006 : Cara uji air minum
dalam kemasan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC

Depkes RI. 2010. Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010. Tentang


Persyaratan Kualitas Air Minum. Depkes RI, Jakarta.

Djuma, Agustina. 2015. THE ANALYSIS OF CHLORIDE IN ARGENTOMETRY


ON DIG WELL WATER IN KUPANG REGENCY OF KUPAN TENGAH
DISTRICT OEBELO VILLAGE IN 2014. JURNAL INFO
KESEHATAN, VOL. 14, NOMOR 2 DESEMBER 2015. MTPH Journal

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisnus. Yogyakarta.

E. Sinaga, 2016 “Penetapan Kadar Klorida pada Air Minum Isi Ulang dengan
Metode Argentometri (Metode Mohr),” Tugas Akhir, Universitas
Sumatera Utara,.

Ngibad, Khoirul dkk. 2019. ANALISIS KADAR KLORIDA DALAM AIR


SUMUR DAN PDAM DI DESA NGELOM SIDOARJO. JKPK (Jurnal
Kimia dan Pendidikan Kimia), Volume 4. No 1 Tahun 2019.

23
Lampiran

Lampiran Kegiatan PKL


1. Dokumentasi

Gambar 1. Persiapan Alat Analisis

Gambar 2. K2CrO4 5% Gambar 3. Serbuk MgO

Gambar 4. Pengambilan Gambar 5. Pengambilan serbuk MgO


K2CrO4 5% sebanyak 1 ml

24
per sampel

Gambar 6. AgNO3 0.01 N Gambar 7. Sampel yang telah dicampur


K2CrO4 dan MgO

Gambar 8. Sampel air PDAM yang telah di titrasi menunjukan perubahan


warna menjadi merah bata.

2. Perhitungan Kadar Klorida


a. Sampel 1
Cl Volume Titrasi x N AgNO 3 x 35.5 x 1000
mg =
l Volume sampel
6 ml x 0.01 Nx 35.5 x 1000
¿ =42.6 mg /l
50 ml
b. Sampel 2
Cl Volume Titrasi x N AgNO 3 x 35.5 x 1000
mg =
l Volume sampel
5.5ml x 0.01 Nx 35.5 x 1000
¿ =39.05 mg/l
50 ml

25
c. Sampel 3
Cl Volume Titrasi x N AgNO 3 x 35.5 x 1000
mg =
l Volume sampel
5 ml x 0.01 Nx 35.5 x 1000
¿ =35.5 mg/l
50 ml

d. Sampel 4
Cl Volume Titrasi x N AgNO 3 x 35.5 x 1000
mg =
l Volume sampel
5 ml x 0.01 Nx 35.5 x 1000
¿ =35.5 mg/l
50 ml

e. Sampel 5
Cl Volume Titrasi x N AgNO 3 x 35.5 x 1000
mg =
l Volume sampel
5 ml x 0.01 Nx 35.5 x 1000
¿ =35.5 mg/l
50 ml

f. Sampel 6
Cl Volume Titrasi x N AgNO 3 x 35.5 x 1000
mg =
l Volume sampel
5 ml x 0.01 Nx 35.5 x 1000
¿ =35.5 mg/l
50 ml

g. Sampel 7
Cl Volume Titrasi x N AgNO 3 x 35.5 x 1000
mg =
l Volume sampel
5 ml x 0.01 Nx 35.5 x 1000
¿ =35.5 mg/l
50 ml

26
27
28

Anda mungkin juga menyukai