Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

LABORATORIUM PROGRAM KEAHLIAN TLM


SMK NEGERI 17 SAMARINDA

1 MARET 2021 – 31 MARET 2021

DISUSUN OLEH:

KHAIRIN ADINDA SARI


NISN 0040192711

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMK NEGERI 17 SAMARINDA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini menerangkan bahwa Praktik Kerja Industri di Laboratorium

Program Keahlian TLM SMK Negeri 17 Samarinda dari tanggal 1 Maret 2021

sampai dengan 31 Maret 2021 telah dilaksanakan dan Laporan Praktik Kerja

Industri ini telah disetujui.

Samarinda, …………………… 2021

Guru Pembimbing, Kepala Laboratorium


Program Keahlian TLM
SMK Negeri 17 Samarinda

Rindy Maranthika S, SKM Sari Ramadana Syukur, S.Tr.Kes


NIP/NUPTK (Jika Ada) NIP 199701012019032007

Kepala Program Keahlian TLM Kepala


SMK Negeri 17 Samarinda, SMK Negeri 17 Samarinda,

Esti Anggasari, M.Pd Dr. H. Sukiman, S.Pd., S.H., M.Si.


NIP 198305122005022003 Pembina
NIP 196512312000121014

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan bayak kesempatan, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan PKL dengan baik.

Laporan ini disusun guna melengkapi salah satu persyaratan dalam


menyelesaikan PKL (Praktik Kerja Lapangan) bagi siswa jurusan Teknologi
Laboratorium Medik.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa


selesainya laporan PKL ini tidak terlepas dari dukungan, semangat, serta
bimbingan dari berbagai pihak, baik bersifat moril maupun materil, oleh karena-
Nya, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih.

Penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini disusun dengan


sebaik-baiknya, namun masih terdapat kekurangan didalam penyusunan laporan
PKL ini, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua
pihak sangat diharapkan, tidak lupa harapan kami semua laporan Praktik Kerja
Lapangan ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi kami.

Samarinda, 16 April 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman

Halaman Sampul ................................................................................................................. i

Lembar Pengesahan............................................................................................................. ii

Kata Pengantar ....................................................................................................................

Daftar Isi .............................................................................................................................

Daftar Singkatan..................................................................................................................

Daftar Gambar.....................................................................................................................

Daftar Tabel ........................................................................................................................

Daftar Skema ......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Praktik Kerja Industri ..................................................

B. Tinjauan Umum Tentang Laboratorium Program Keahlian TLM SMK

Negeri 17 Samarinda ............................................................................................

C. Tinjauan Umum Tentang Ahli Teknologi Laboratorium Medik ..........................


BAB III PEMBAHASAN

A. Bidang Hematologi .................................................................................................

B. Bidang Imunologi ...................................................................................................

C. Bidang Mikrobiologi ..............................................................................................

D. Studi Kasus .............................................................................................................

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .................................................................................................................

B. Saran .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang

Perkembangan ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang pesat sekarang,

membuat kita lebih membuka diri dalam menerima perubahan yang terjadi

akibat kemajuan dan perkembangan tersebut. Dalam masa persaingan yang

ketatnya sekarang, menyadari bahwa sumber daya adalah model utama dalam

suatu usaha, maka kualitas tenaga kerja harus dikembangkan dengan baik. Jadi,

perusahaan atau instansi diharapkan memberikan kesempatan pada mahasiswa

untuk lebih mengenal dunia kerja dengan menerima mahasiswa yang ingin

mengadakan kegiatan praktek kerja lapangan, (Depkes RI, 1989).

Praktek kerja lapangan dipandang perlu karena melihat pertumbuhan dan

perkembangan ekonomi yang cepat berubah. Praktek Kerja Lapangan (PKL)

akan menambah kemampuan untuk menyimpan, mengkaji serta menilai antara

teori yang terjadi dilapangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas

manajerial mahasiswa dalam masalah dan masalah, baik dalam bentuk aplikasi

teori atau teori yang sebenamya, Laboratorium keschatan adalah yang

melaksanakan pelayanan sarana pemeriksaan, pemeriksaan.pengukuran,

penetapan dan penguji terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan

bukan berasal dari manusia utnuk penentuan jenis penyakit penyakit kondisi

atau faktor-faktor yang dapat Yang berpengaruh pada kesehatan perorangan


dan Masyarakat Analis Keschatan merupakan tenaga kesehatan yang memiliki

peran penting terhadap pemeriksaan laboratorium.

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana peran prakerin dalam meningkatkan kompetesi keahlian peserta

didik?

2) Identifikasi kesalahan Pra Analitik, Analitik, dan Pasca Analitik pada

pemeriksaan total protein!

C. Tujuan

Tujuan Praktek Kerja Lapangan ini adalah:

1. Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan ini mahasiswa dapat

menambah wawasan dan pengetahuan secara teori maupun praktek serta

melihat Pelayanan Kesehatan yang dilakukan di Laboratorium

Kesehatan.

2. Peserta didik dapat menjalin kerjasama yang baik dengan petugas

Laboratorium Klinik.

3. peserta didik dapat mempelajari dan memahami sistem Manajemen

Laboratorium dan Pemantapan Mutu Laboratorium

4. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan

serta mencoba secara nyata pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh pada masa pendidikan di sikap profesional sesuai dengan

profesinya.

5. Peserta didik melaksanakan proses administrasi mampu laboratorium,

melakukan pemeriksaan laboratorium dan dapat melakukan


pendokumentasian hasil pemeriksaan laboratorium dengan baik dan

benar.

6. Mengembangkan wawasan peserta didik dalam IPTEK laboratorium

kesehatan.

7. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam bekerja di laboratorium

kesehatan.

8. Melatih dan mengembangkan peserta IP! P dalam meningkatkan.

Kemampuan berkomunikasi dan kerja sama dalam tim.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Praktek kerja lapangan (PKL) adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara

memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk hidup ditengah- tengah

masyarakat di luar kampus dan secara langsung mengindentifikasi serta

masalah-masalah pembangunan yang ditempatkan sebelum terjun kedunia kerja

.olch karena itu, untuk memenuhi perkembangan ilmu sains dan teknologi yang

diperlukan sumber daya manusia yang kompeten dibidangnya, (Notoatmodjo,

2003).

Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah pengamalan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) melalui metode ilmiah langsung kepada masyarakat yang

membutuhkan dalam upaya mensukseskan program kesehatan dan

mengembangkan kompetensi yang dikuasai dībangku kuliah dan diluar

kurikulum yang telah dikuasainya.

PKL merupakan bagian kurikulum yang tidak dapat diatur diruang kelas

dan wajib dicapai oleh mahasiswa dalam rangka mengaplikasikan secara nyata

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh diruang kuliah sebelum

menyelesaikan studinya. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

yang diperlukan pengalaman teknik, metode, prosedur, dan tata laksana PKL di

Rumah Sakit sehingga diperoleh lulusan siap pakai, yang terampil, dan

profesional dibidangnya masing-masing, (Mukartipah, A. 2005)


Salah satu upaya yang dilakukan untuk memberikan Berdasarkan

pengalaman peserta didik adalah mengikutsertakan mahasiswa dalam Praktek

Kerja Lapangan yang disingkat PKL Hal ini dipilih karena Praktek Kerja

Lapangan cara terbaik untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang

diperoleh selama mengikuti pendidikan. Selain itu, pelaksanaan Praktek Kerja

Lapangan merupakan sarana pengenalan lapangan kerja bagi peserta didik

karena peserta didik dapat melihat, melihat, menerima dan menyerap Teknologi

Kesehatan yang ada di masyarakat, sehingga hal tersebut menjadi orientasi bagi

peserta didik sebelum langsung bekerja di masyarakat, (Notoatmodjo, 2003).

Seiring majunya zaman seperti sekarang ini masyarakat semakin sadar akan

kondisi kesehatan mereka. Berbagai upaya preventif terus dilaksanakan

masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Salah satunya adalah dengan rutin

memeriksa kondisi kesehatan di laboratorium kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

B. Tinjauan Umum Tentang Laboratorium Program Keahlian TLM SMK

Negeri 17 Samarinda

Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan

pemeriksaan, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari

manusia atau bahan bukan berasal dari penentuan jenis penyakit, penyebab

penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada

perorangan dan masyarakat . Analis keschatan merupakan tenaga keschatan

yang memiliki peran penting terhadap pemeriksaan laboratorium. Sehubungan

dengan hal tersebut mahasiswa Analis Kesehatan memerlukan.


Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang bermanfaat sebagai sarana latihan sebelum

terjun ke dunia kerja. Program ini bermanfaat untuk meningkatkan

keterampilan dan pembelajaran dalam bidang manajemen laboratorium.

1.1 Klasifikasi Laboratorium Kesehatan

Laboratorium kesehatan merupakan sarana penunjang upaya pelayanan

kesahatan, khususnya bagi kepentingan preventif dan kuratif, bahkan promotif

dan rehabilitatif. Laboratorium Kesehatan adalah tempat memerika,

menganalisa, menguraikan, mengidentifikasi material-material (baik yang

berasal dari manusia dan lingkungan), kualitatif maupun kuantitatif, (Munijaya,

1999) Jenis-jenis Laboratorium Keschatan termasuk:

1. Laboratorium yang bertindak dalam kegiatan diagnosa, contohnya:

a.Penunjang kucatif, misalnya Laboratorium Klinik di Rumah Sakit,

Balai Pengobatan, Rumah Bersalin dan Tempat Praktek Dokter

b.Penunjang kuratif dan Preventif yaitu Balai Laboratorium

Kesehatan (BLK), Laboratorium Kesehatan Dacrah (Labkesda)

dan Laboratorium Keschatan Swasta (LKS).

c.Penunjang Preventif, yaitu Balai Teknik Kesehatan Lingkungan

(BTKL).

2. Laboratorium yang bertindak dalam kegiatan pemeriksaan dan

pengawasan, termasuk:

a. BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan)

b. PPOM (Pusat Pengawasan Obat dan Makanan)


3. Laboratorium yang bertindak dalam kegiatan penelitian

a. Pusat Penelitian Penyakit Menular

b. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi

Sedangkan Laboratorium Kesehatan Swastsa Terdiri atas;

1) Laboratorium Klinik Umum (Pratama dan Utama)

2) Laboratorium Klinik Khusus (Mikrobiologi dan Patologi Anatomi)

3) Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Pratama dan Utama)

2.1 Manajemen Laboratarium

Manajemen menurut Mulyono (2006), adalah kemampuan atau

keterampilan memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan

orang lain. Dalam pelaksanaannya, manajemen dasar atas dasar yang benar-

benar kebijakan dan kebijakan umum.

Menurut Mulyono (2006), Keseluruhan kegiatan manajemen dilaksanakan

dalam organisasi, dimana organisasi mengandung arti wadah kerjasama

sejumlah orang yang secara formal mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dengan demikian, kegiatan didalam laboratorium dilaksanakan dalam wadah

organisasi, Hampir semua ahli berpendapat bahwa dalam manajemen selalu

dimulai dengan perencanaan dan pengorganisasian guna meningkatkan kinerja

laboratorium. Kegiatan Manajemen Laboratorium mencakup hal-hal sebagai

berikut:

a. Perencanaan (Planning)

Menurut Munijava (1999), perencanaan dapat didefinisikan sebagai proses

untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan masyarakat, menentukan


kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang

paling pokok dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan tersebut . Ada lima langkah penting yang perlu dilakukan

dalam menjalankan fungsi perencanaan, yaitu: Analisis situasi, identifikasi

masalah dan penentuan proiritas masalah, menetapkan tujuan program dan

besarnya target yang ingin dicapai, mengkaji kemungkinan adanya hambatan

dan hambatan dalam pelaksanaan program, dan menyusun Rencana Kerja

Operasional (RKO).

b. Pengadaan Alat dan Bahan

Menurut Depkes RI (2004), pada saat pengadaan alat dan bahan, yang harus

dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

1) Tingkat persediaan, pada umumnya tingkat persediaan harus sama

dengan jumlah persediaan, jumlah persediaan minimum ditambah

jumlah persediaan. Tingkat persediaan minimum adalah bahan yang

diperlukan untuk memenuhi kegiatan operasional normal, dan stok

adalah jumlah persediaan yang harus ada untuk bahan-bahan yang

sangat dibutuhkan diluar rutin atau yang sering terlambat diterima dari

pemasok.

2) Perkiraan jumlah kesatuan, dapat diperoleh berdasarkan jumlah

pemakaian atau pembelian bahan dalam satu periode 6- 12 bulan lalu

dan proyeksi jumlah analisis untuk periode 6 12 bulan yang akan

datang. Untuk itu jumlah rata-rata pemakaian bahan tiap bulan yang

perlu dicatat.
3) Waktu yang dibutuhkan untuk mendapat bahan. Lamanya waktu yang

dibutuhkan mulai dari pemasaran sampai bahan diterima dari pemasok

perlu diperhitungkan teutama untuk bahan yang sulit didapat.

c. Penyimpanan Reagen

Bahan laboratorium yang sudah ada harus dipertimbangkan dengan

mempertimbangkan:

1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah pertama masuk

pertama keluar, yaitu bahan yang lebih dulu masuk persediaan harus

digunakan lebih dulu untuk menjamin bahan tidak rusak akibat

penyimpanan yang terlalu lama.

2. Tempat penyimpanan, seperti kayu untuk menyimpan alat- alat

laboratorium dan dapat juga untuk menyimpan reagen-reagen seperti

reagen untuk pemeriksaan Mikrobiologi, Malaria, dan Hematologi.

Digunakan pula lemari es untuk menyimpan reagen- reagen Kimia dan

Immunoserologi, serta dapat juga digunakan untuk menyimpan sampel

yang tidak bisa dikerjakan.

3. Suhu, misalnya reagen yang harus disimpan pada suhu ruangan atau

suhu kamar (25 - 37 ° C) dapat disimpan didalam lemari kayu, dan ada

juga reagen yang harus disimpan didalam lemari es (5 ° C).

4. Lama / waktu penyimpanan dengan melihat masa pakai, (Depkes RI,

2004).
d. Pencatatan dan Pelaporan

Menurut Depkes RI, (2004) Pencatatan dan pelaporan kegiatan laboratorium

diperlukan dalam perencanaan, pelatihan atau evaluasi, serta pengambilan

keputusan untuk meningkatkan pelayanan laboratorium. Kegiatan pencatatan

laboratorium secara umum adalah pelayanan,

keuangan, logistik. dan kepegawaian. Setiap laboratorium harus menyimpan

semua dokumen yang ada dan kemudian dapat dimusnahkan sesuai dengan tata

cara kearsipan yang sesuai. Dokumen yang harus disimpan antara lain: Surat

permintaan pemeriksaan, Hasil pemeriksaan, serta Surat permintaan dan hasil

rujukan. Semua disimpan dalam dokumen asli, pemusnahan dilakukan setelah

dokumen berumur lima tahun.

3.1 Pemantapan Mutu Laboratorium

Menurut Harjoeno (2003), Pemantapan Mutu Laboratorium adalah semua

kegiatan yang menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium.

Kegiatan Pemantapan Mutu meliputi:

a) Pemantapan Mutu Internal (PMI) Pemantapan mutu internal adalah kegiatan

pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara

terus-menerus agar diperoleh hasil yang tepat, (Prabowo, 2004).

Menurut Mukartipah (2005) pemantapan mutu internal termasuk tahap Pra

Analitik, Analitik, dan Pasca Analitik.

Tahap Pra Analitik, uji kualitas, uji kualitas, uji kualitas, uji kualitas, dan uji

kualitas antigen.
Tahap Analitik (analisa fase) termasuk uji ketelitian dan ketepatan dengan

menggunakan kontrol serum yang mempunyai nilai target dan laporan data

komulatif.

Tahap Pasca Analitik meliputi pencatatan dan pelaporan. Pencatatan meliputi

pencatatan kegiatan pelayanan, pencatatan keuangan, pencatatan logistik,

pencatatan kepegawaian, dan pencatatan pemantapan mutu internal dan

keamanan kerja. Pelaporan termasuk laporan kegiatan rutin harian / mingguan /

bulanan / triwulan / tahunan, laporan khusus (misalnya KLB. HIV), dan laporan

hasil pemeriksaan.

b) Pemantapan Mutu Eksternal (PME) Pemantapan mutu eksternal menurut

Wijono (2004), adalah kegiatan pemantapan mutu yang diselenggarakan secara

periodik oleh klinik lain di luar laboratorium yang memantau dan menilai suatu

laboratorium di bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan

penyelenggaraan mutu eksternal dilakukan oleh pihak pemerintah, swasta,

maupun internasional yang diikuti oleh semua laboratorium, baik milik

pemerintah atau swasta, dan swasta dengan akreditasi laboratorium kesehatan

serta perizinan laboratorium kesehatan swasta. Pemantapan mutu eksternal

harus dilakukan siklus pemeriksaan yang biasa dilakukan oleh petugas yang

biasa melakukan pemeriksaan dengan reagen / peralatan / metode yang biasa

digunakan sehingga benar-benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium

tersebut yang sebenarnya. Setiap nilai yang diperoleh dari penyelenggara harus

dan dievaluasikan untuk mempertahankan mutu pemeriksaan atau perbaikan

yang diperlukan untuk peningkatan mutu pemeriksaan.


4.1 Sistem Informasi

Sistem informasi adalah penyampaian atau interaksi dari pihak, analis, baik secara

klinis maupun klien tentang hal-hal yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan

laboratorium. Pada abad informasi ini personel laboratorium dituntut untuk

mampu mengubah / menerjemahkan angka-angka yang diperoleh dari data tes

menjadi informasi klinik yang penting

5.1 Keamanan dan Keselamatan Kerja

Keamanan dan keselamatan kerja laboratorium menurut Mukartipah (2005)

adalah bagian dari upaya keselamatan laboratorium yang bertujuan melindungi

personel laboratorium dan orang-orang disekitarnya dari gangguan gangguan

kesehatan yang ditimbulkan dari laboratorium, seperti:

1. Petugas laboratorium bekerja sesuatu yang tidak diketahui.

2. Mewujudkan hasil yang cepat, beban kerja yang berlebihan dan rutinitas

pekerjaan yang mendorong kearah situasi yang tidak berlaku karena pada

umumnya tidak baru kerja yang benar.

3. Masih ada laboratorium yang belum atau tidak memperhatikan persyaratan

keamanan kerja.

4. Kurangnya kesadaran bahwa aktifitas laboratorium dapat menjadi agen

berbahaya bagi lingkungan.

6.1 Ruang dan Fasilitas

I. Ruangan Laboratorium
Menurut Wijono (2004), semua nuangan harus memiliki tata ruang yang sesuai

alur pelayanan dan mendapatkan sinar matahari atau cahaya dalam jumlah cukup

Secara umum tersedia ruang terpisah untuk:

a. Ruang penerimaan pasien

b. Ruang pemeriksaan

c. Ruang administrasi / pengolahan hasil

Persyaratan koneksi ruang laboratorium di rumah sakit adalah:

1. Dinding yang terbuat dari bahan porselen atau keramik setinggi 1,50 meter dari

lantai atas, sisanya dicat dengan warna terang.

2. Tinggi langit-langit antara 2,70 sampai 3,30 meter dari lantai.

3. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter.

4. Ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.

5. Semua stop kontak dan saklar dipasang minimal 1,40 meter dari lantai.

6. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, berwarna terang, dan

tahan terhadap perusakan oleh bahan kimia.

7. Meja beton yang porselen atau keramik dengan tinggi 0,8 sampai 1,00 meter.

II. Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang di Laboratorium pada umumnya harus memiliki:

a. Kamar mandi / petugas WC dan petugas

b. Penampungan / pengolahan limbah laboratorium

c. Keselamatan dan keamanan kerja

d. Ventilasi

e. Air bersih dan aliran


f. Penerangan dan daya listrik 220 VA sampai dengan 3300 VA

D. Pengeiolaan Logistik / Reagen

Tujuan dari pengelolaan logistik adalah penggunaan reagen yang efektif dan

efisien, penerimaan dan penerimaan reagen secara berkesinambungan. Macam

atau jenis logistik atau reagen yaitu:

1. Zat kimia yang digunakan adalah zat kimia analitis atau beberapa bahan kimia

organik pada tingkat kimiawai murni yang telah melewati pengujian sebelum

dipakai rutin.

2. Air yang digunakan sebagai pelarut adalah aquadest.

Dasar pemilihan atau pertimbangan logistik atau reagen adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan,

2. Produksi pabrik yang telah dikenal,

3. Mempunyai masa kadaluarsa yang panjang,

4. Volume atau isi kemasan,

5. Digunakan untuk pemakaian ulang atau sekali pakai,

6. Mudah diperoleh dipasaran,

7. Nilai ekonomis,

8. Kelancaran dan kesinambungan pengadaan, dan Pelayanan purna. jual

(Wijono, dkk, 2004).

7.1 Kegiatan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan vang dilakukan di laboratorium antara lain sebagai berikut:

1. Pelayanan Sampling
Sampling adalah mengambil atau mengambil sampel untuk keperluan

pemeriksaan laboratorium. Kegiatan pelayanan pengambilan sampel yang

dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan di laboratorium Puskesmas

Wenorejo termasuk pengambilan darah kapiler, pengambilan darah vena,

pemeriksaan masa perdarahan, dan pemeriksaan masa pembekuan.

2. Pengambilan Darah Kapiler

Menurut Gandasoebrata (1985), untuk mengambil darah kapiler, pada orang

dewasa pakailah ujung jari atau anak daun telinga Pada bavi dan anak kecil

boleh juga tumit atau ibu jari kaki Tempat

yang dipilih itu tidak boleh yang mempertunjukkan angguan peredaran darah

seperti sianosis atau pucat.

Salah satu kesalahan lazim dalam memperoleh darah kapiler adalah sebagai

berikut:

a. Mengambil darah dari tempat yang mengalami gangguan peredaran seperti

vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (olch radang, trauma, dan lain-lain), kongesti

atau sianosis lokal.

b. Tusukan yang kurang dalam, schingga harus diperas untuk memperoleh darah

c. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol.

d. Teles arah pertama dipakai untuk pemeriksaan.

e. Persediaan bekuan dalam tetes darah karena terlalu lambat bekerja.

Darah yang diambil dari pengambilan pada kapiler ini dapat digunakan untuk

pemeriksaan yang menggunakan darah dengan volume yang sedikit, misalnya

untuk pemeriksaan Malaria, Hemogiobin, dan Hitung Jumlah Leukosit.


3. Pengambilan Darah Vena

Menurut Gandaseobrata (1985), pengambilan darah vena pada orang dewasa

biasanya menggunakan salah satu vena fossa cubiti, pada bayi dapat dilakukan

pengambilan pada vena jugularis superficialis atau sinus sagittalis superior.

Salah-kesalahan lazim dalam memperoleh darah vena adalah sebagai berikut:

a. Menggunakan semprit dan jarum yang basah.

b. Menggunakan ikatan pembendung yang terlalu lama atau terlalu keras yang

terjadi hemokonsentrasi

c. Terjadi bekuan dalam semprit karena lambat bekerja.

d. Bekuan dalam botol karena darah tidak tercampur semestinya dengan

antikoagulan.Darah yang diperoleh dari pengambilan pada vena ini dapat

digunakan untuk pemeriksaan yang menggunakan darah dengan volume yang

lebih banyak atau pemeriksaan yang membutuhkan plasma / serum, misalnya

untuk pemeriksaan Darah Lengkap, Kimia Klinik, atau Serologi.

4. Pemeriksaan Masa Perdarahan Masa perdarahan merupakan suatu tes yang

digunakan untuk menentukan waktu perdarahan pada ekstravaskuler yang

memanfaatkan fungsi faktor-faktor hemostasis. Masa perdarahan ini biasanya

dilakukan kepada pasien yang akan menjalani pembedahan. Menurut

Gandasoebrata (2002), perdarahan yang berlangsung lebih dari waktu normal

membuktikan adanya kelainan dalam mekanisme hemostasis.

Akan tetapi perlu juga menyadari kemungkinan lain, yakni tertusuknya suatu

vena. Tusukan harus cukup dalam schingga salah satu bercak darah pada kertas

saring berdiameter 5 mm atau lebih. Percobaan dikatakan batal yang didapat


tidak didapat bercak sebesarWaktu normal dari masa perdarahan adalah antara -

6 menit. Masa perdarahan yang lebih dari normal atau berkepanjangan

menadakan adanya defisiensi fungsi trombosit, dan dapat juga disebabkan oleh

trombositopenia. (Sacher, 2002).

5. Pemeriksaan Masa Pembekuan (Clothing Time) Masa pembekuan adalah suatu

uji untuk menentukan waktu yang diperlukan untuk membeku, dan hasilnya

menjadi ukuran aktifitas faktor-faktor koagulasi darah, terutama faktor-faktor

yang membentuk tromboplastin dan faktor yang berasal dari trombosit. Jika

ditemukan kelainan, pembekuan masa depannya kurang atau lebih dari normal,

maka itu menjadi indikasi lebih jauh untuk mengetahui faktor pembekuan mana

yang aktifitasnya berkurang, serta memeriksa jumlah dan fungsi fungsi. Nilai

normal untuk masa pembekuannya ditentukan oleh tiap laboratorium. Tetapi

pada umumnya lisan antara 9 sampai 15 menit. Masa pembekuan yang

melebihi 20 menit mendekati abnormal (Gandasoebrata, 1985). B.

Pemeriksaan Parasitologi Pemeriksaan Parasitologi pemeriksaan-pemeriksaan

yang memiliki sampel indikasi parasit, pemeriksaan helmintologi dan

pemeriksaan sporozoa. Pemeriksaan parasitologi yang dilakukan selama

Praktek Kerja Lapangan adalah pemeriksaan Malaria. 22

1. Pemeriksaan Malaria Malaria merupakan Penyakit Menular vang yang

disebabkan olch beberapa parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak

dalam sel darah merah manusia, parasit plasmodium antara lain Plasmodium

malariac Plasmodium vivax, Plasmodium Ovale, plasmodium falcifarum, yang

ditularkan melalui nyamuk Anopheles Betina dari penderita malaria orang lain,
penyakit malaria dapat menyerang kelompok umur dan semua jenis kelamin,

kelamin (Sutedjo, 2006). Menurut Widoyono (2005), dikenal empat spesies

parasit penyebab malaria yang menginfeksi manusia, yaitu: a. Plasmodium

falciparum b. Plasmodium vivax C. Plasmodium malariae d. Plasmodium

ovale Dari empat spesies di atas, hanya dua spesies yang paling banyak

menyebabkan malaria di Indonesia, yaitu: 1. Plasmodium falciparum

Plasmodium falciparum merupakan parasit penyebab penyakit Malaria Tropika.

Klasifikasi spesies ini adalah sebagai berikut: Kingdom: Animalia Filum:

Protozoa

Subfilum Plasmodroma Kelas Sporozoa Ordo Coccidida Genus Plasmodium

Jenis: Plasmodium falciparum Menurut Widoyono (2005). definitif rumah

sakit Plasmodium falciparum adalah nyamuk Anopheles betina, dan rumah

perantaranya adalah manusia. Parasit ini ditemukan dicdaerah tropik terutama

dibenua Afrika dan Asia Tenggara. Di Indonesia, parasit terschar diseluruh

kepulauan dan masih menjadi masalah keschatan masyarakat dibeberapa daerah

Indonesia. Siklus hidup dari Plasmodium falciparum secara seksual

(Sporogoni) didalam tubuh yamuk Anopheles betina dan secara aseksual

(schizogoni) didalam tubuh manusia. Siklus aseksual terjadi dalam eritrosit

(schizogoni eritrosit) setelah sporozoit masuk kedalam sel hati. Tidak terdapat

stadion eksoeritrosit yang menyebabken relaps jangka panjang (rekurens). Di

dalam darah tepi dapat ditemukan stadium tropozoit yang akan berkembang

menjadi schizon. Dalam waktu 24 jam, akan terjadi perkembangan schizogoni

sehingga schizon yang telah matang akan diisi 2/3 eritrosit dengan membentuk
8-24 merozoit. Eritrosit yang terinfeksi Plasmodium falciparum tidak

membesar.

C. Tinjauan Umum Tentang Ahli Teknologi Laboratorium Medik

Pelayanan Laboratorium Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Laboratorium kesehatan sebagai

unit pelayanan penunjang medis, diharapkan dapat memberikan informasi yang

teliti dan akurat tentang aspek laboratoris terhadap spesimen/sampel yang

pengujiannya dilakukan di laboratorium.

Masyarakat menghendaki mutu hasil pengujian laboratorium terus ditingkatkan

seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan

penyakit.

Ahli teknologi laboratorium kesehatan yang terdiri dari para analisis kesehatan

dan praktisi laboratorium lainnya harus senantiasa mengembangkan diri dalam

menjawab kebutuhan masyarat akan adanya jaminan mutu terhadap hasil

pengujian laboratorium dan tuntutan diberikan pelayanan yang prima.

Dalam era globalisasi, tuntutan standarisasi mutu pelayanan laboratorium tidak

dapt dielakkan lagi. Peraturan perundang-undangan sudah mulai diarahkan

kepada kesiapan seluruh profesi kesehatan dalam menyongsong era pasar bebas

tersebut. Ahli teknologi laboratorium kesehatan Indonesia harus mampu


bersaing dengan ahli-ahli teknologi laboratorium (Medical Laboratory

Technologist) dari negara lain yang lebih maju.

Untuk itulah perlu disusun suatu Standar Profesi bagi para ahli teknologi

laboratorium kesehatan di Indonesia.


BAB III

PEMBAHASAN

A. Parameter pemeriksaan yang dilakukan selama prakerin

1.1. Pengambilan Spesimen


1.1.1. Prosedur pengambilan spesimen darah :
1. Mengenalkan diri pada pasien & menyapa pasien.
2. Persiapkan pasien untuk posisi phlebotomy.
3. Teliti jenis pemeriksaan dan verifikasi persiapan
pasien.
4. Siapkan jenis tabung sesuai jenis pemeriksaan.
5. Menyiapkan venous collection system (kapas
alkohol, kapas steril, plester, pembendung).
6. Pakai sarung tangan .
7. Pasang turniket ± 10 cm / 4 jari di atas vosa cubiti.
8. Pastikan vena yang akan ditusuk.
9. Desinfeksi dengan kapas alkohol 70% secara
sirkular tunggu sampai kering. Hindari meraba
kembali daerah yang sudah didesinfeksi.
10. Pegang bagian tutup dengan 1 tangan. Pastikan
jarum tertutup rapat dengan memutar jarum searah
jarum jam.
11. Kemudian buka penutup jarum lakukan penusukan
vena dengan tepat & benar. Setelah darah keluar,
lakukan penarikan pump spuit secara perlahan
sesuai aliran darah.
12. Lepaskan karet pembendung sesegara mungkin
setelah darah mengalir.
13. Setelah jumlah darah cukup lepaskan spuit, dan
tutup dengan kapas kering dan tekan.
14. Masukkan darah kedalam tabung yang sesuai
dengan menancapkan jarum pada tutup tabung.
15. Buang jarum pada tempatnya.
16. Homogenisasi tabung yang telah di isi spesimen.
17. Tempelkan label nama atau barcode.
18. Perhatikan luka tempat pengambilan darah
kemudian pasang plaster.
1.1.2. Prosedur Pengambilan Spesimen Urine
a. Jenis sampel urine :
1. Urine sewaktu/urine acak (random)
Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat
dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer,
isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel
darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai
kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk pemeriksaan
rutin tanpa pendapat khusus.
2. Urine pagi
Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur,
dilakukan sebelum makan atau menelan cairan apapun.
Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan
cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk
mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk pemeriksaan
sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan
berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin)
dalam urine.
3. Urine tampung 24 jam
Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan
selama 24 jam terus-menerus dan dikumpulkan dalam satu
wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa
kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin,
natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar
bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet,
misalnya toluene.
b. Wadah Spesimen
Wadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya
terbuat dari bahan plastik, tidak mudah pecah, bermulut lebar,
dapat menampung 10-15 ml urine dan dapat ditutup dengan
rapat. Selain itu juga harus bersih, kering, tidak mengandung
bahan yang dapat mengubah komposisi zat-zat yang terdapat
dalam urine.
c. Prosedur Pengumpulan
Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita
sendiri (kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan).
Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi
penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar.
1. Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah
(midstream), di mana aliran pertama urin dibuang dan
aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang
telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum
aliran urine habis. Aliran pertama urine berfungsi untuk
menyiram sel-sel dan mikroba dari luar uretra agar tidak
mencemari spesimen urine.
Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien
harus mencuci tangan dengan sabun sampai bersih dan
mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau
tissue. Pasien juga perlu membersihkan daerah genital
sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus
memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung
spesimen.
Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu
dibantu orang lain (mis. keluarga atau perawat). Orang-
orang tersebut harus diberitahu dulu mengenai cara
pengumpulan sampel urine; mereka harus mencuci
tangannya sebelum dan sesudah pengumpulan sampel;
menampung urine midstream dengan baik. Untuk pasien
anak-anak mungkin perlu dipengaruhi/dimaotivasi untuk
mengeluarkan urine. Pada pasien bayi dipasang kantung
penampung urine pada genitalia.
2. Pada kondisi tertentu, urine kateter juga dapat digunakan.
Dalam keadaan khusus, misalnya pasien dalam keadaan
koma atau pasien gelisah, diperlukan kateterisasi kandung
kemih melalui uretra. Prosedur ini menyebabkan 1 - 2 %
risiko infeksi dan menimbulkan trauma uretra dan
kandung kemih. Untuk menampung urine dari kateter,
lakukan desinfeksi pada bagian selang kateter dengan
menggunakan alkohol 70%. Aspirasi urine dengan
menggunakan spuit sebanyak 10 – 12 ml. Masukkan urine
ke dalam wadah dan tutup rapat. Segera kirim sampel
urine ke laboratorium.
3. Untuk mendapatkan informasi mengenai kadar analit
dalam urine biasanya diperlukan sampel urine 24 jam.
Cara pengumpulan urine 24 jam adalah :
1. Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang
urin pagi pertama. Catat tanggal dan waktunya. Semua
urine yang dikeluarkan pada periode selanjutnya
ditampung.
2. Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih
harus dikosongkan terlebih dahulu untuk menghindari
kehilangan air seni dan kontaminasi feses pada sampel
urin wanita.
3. Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang
tercatat pada wadah, pengumpulan urin dihentikan.
4. Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama
periode pengumpulan.

4. Biakan Urine
Spesimen urine apabila ditampung secara benar
mempunyai nilai diagnostic yang besar, tetapi bila tercemar
oleh kuman yang bersal dari urethra atau peritoneum dapat
menyebabkan salah penafsiran. Sampel urine acak cukup
baik untuk biakan kuman. Namun, bila specimen urine acak
tidak menunjukkan pertumbuhan, urine pekat atau urine
pagi dapat digunakan.
Sampel urine yang dikumpulkan adalah urine
midstream clean-catch. Biakan kuman dengan sampel ini
dapat menentukan diagnosis secara teliti pada 80%
penderita wanita dan hampir 100% penderita pria, apabila
lubang uretra dibersihkan sesuai persyaratan. Urine clean-
catch adalah spesimen urin midstream yang dikumpulkan
setelah membersihkan meatus uretra eksternal. Urine jenis
ini biasanya digunakan untuk tes biakan kuman (kultur).
Sebelum mengumpulkan urine, pasien harus
membersihkan daerah genital dengan air bersih atau steril.
Jangan gunakan deterjen atau desinfektan. Tampung urine
bagian tengah ke dalam wadah yang steril. Kumpulkan urin
menurut volume direkomendasikan, yaitu 20 ml untuk
orang dewasa dan 5-10 ml untuk anak-anak.
Pada keadaan yang mengharuskan kateter tetap
dibiarkan dalam saluran kemih dengan sistem drainase
tertutup, urine untuk biakan dapat diperoleh dengan cara
melepaskan hubungan antara kateter dengan tabung
drainase atau mengambil sampel dari kantung drainase.
Bila tidak memungkinkan memperoleh urine yang
dikemihkan atau bila diduga terjadi infeksi dengan kuman
anaerob, aspirasi suprapubik merupakan cara penampungan
yang paling baik.
Spesimen yang menunjukkan pertumbuhan lebih
dari satu jenis kuman, dianggap sebagai tercemar, kecuali
pada penderita dengan kateter yang menetap.

1.2. Pemeriksaan Hematologi


Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan
komponen-komponennya. Darah terdiri dari bagian padat yaitu sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan bagian cairan
yang berwarna kekuningan yang disebut plasma.
1.2.1. Macam-macam pemeriksaan hematologi:
a. Darah Lengkap
Suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang
diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana
respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga
pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau
respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.
Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan leukosit,
eritrosit, hemoglobin, hematokrit, MCV, MCH, MCHC,
trombosit, hitung jenis leukosit, eosinofil, basofil, stab, segmen,
limfosit, monosit, LED.
b. Hemoglobin
Pemeriksaan hemoglobin dilakukan untuk mendeteksi
adanya anemia dan penyakit ginjal. Peningkatan hemoglobin
dapat menunjukan indikasi adanya dehidrasi, penyakit paru-paru
obstruksi menahun, gagal jantung kongestif dan lain-lain. Nilai
Hb turun mengindikasi adanya penyakit anemia.
Nilai normal:
L = 13,5 – 18,0 g/dl
P = 11,5 – 16,0 g/dl
c. Leukosit
Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan
dalam memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,
ataupun proses metabolik toksin, dll.. Penurunan kadar leukosit
bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus,
penyakit sumsum tulang, dll, sedangkan peningkatannya bisa
ditemukan pada penyakit infeksi bakteri, penyakit inflamasi
kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dll.
Nilai normal : 4.000 - 11.000/cmm

d. Hitung jenis
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah
berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang
masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan
patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil,
dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi
yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit.
Adapun fungsi dari eosinofil dan basofil adalah untuj
memberikan reaksi alergi pada benda asing atau infeksi,
sedangkan monosit berfungsi sebagai reaksi virus atau imun dan
limfosit berfungsi untuk pembentukan antibodi. Hitung jenis
leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing
jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-
masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit
total dan hasilnya dinyatakan dalam sel/μl.
Nilai normal :
Eosinofil 0-3%,
Basofil 0-2%,
Neutrofil Stab 2-4%,
Neutrofil Segmen 35-80%,
Limfosit 15-40%,
Monosit 1-10%
e. LED
Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate
(ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang
belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji
yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses
inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan
(nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan
kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).
Nilai normal LED pada metode Westergreen :
Laki-laki : 0 – 10 mm/jam
Perempuan : 0 – 20 mm/jam

f. Trombosit
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi
membantu dalam proses pembekuan darah dan menjaga
integritas vaskuler. Beberapa kelainan dalam morfologi
trombosit antara lain giant platelet (trombosit besar) dan platelet
clumping (trombosit bergerombol). Trombosit yang tinggi
disebut trombositosis dan sebagian orang biasanya tidak ada
keluhan. Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini
bisa ditemukan pada kasus demam berdarah (DBD), Idiopatik
Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum tulang, dll.
Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 450.000
/cmm darah.
g. Hematokrit
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan
banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang
dinyatakan dalam persent (%). Persentase konsentrasi eritrosit
dalam plasma dimana kadar hematokrit = 3 x kadar hb.
Nilai normal hematokrit untuk pria berkisar 40% - 54%
sedangkan untuk wanita berkisar 35% - 47%.
h. Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah
yang paling banyak, dan berfungsi sebagai pengangkut /
pembawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
tubuh dan membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-
paru. Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus
hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif kronik),
gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll, sedangkan
eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada anemia, leukemia,
hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll.
Nilai normal eritrosit pada pria berkisar 4,5 juta - 6,5 juta
sel/ul darah, sedangkan pada wanita berkisar 3,0 juta – 6,0 juta
sel/ul darah.
i. Eosinofil
Eosinofil merupakan sel darah yang berperan pada proses
alergi, infeksi parasit ≥ pemeriksaan Hitung Eosinofil bertujuan
untuk mengetahui adanya proses alergi/ hipersensitifitas atau
infeksi parasit misalnya cacing (penyakit2 tsb tidak selalu
disertai peningkatan jumlah eosinofil).
Nilai normal: 40 – 440/cmm
j. Retikulosit
Retikulosit merupakan eritrosit (sel darah merah) muda.
Peningkatan retikulosit menunjukkan peningkatan pembentukan
sel darah merah, misalnya akibat perdarahan atau ada
peningkatan penghancuran eritrosit.
Nilai normal 0,5 – 1,5 % dari jumlah eritrosit atau 23.000 –
73.000 sel/ul darah.
k. Hapusan darah
Mengetahui adanya kelainan morfologi eritrosit, lekosit dan
trombosit -> mengetahui jenis anemia, kelainan hemoglobin,
lekosit dan trombosit.

a. Prosedur Pemeriksaan LED Metode Westergreen :


1. Siapkan alat dan bahan.
2. Pipet pizet sebanyak 200µ, letakkan di dalan cup.
3. Kemudian homogenkan sampel darah EDTA dan pipet
sebanyak 400µ.
4. Letakkan di dalam cup yang sudah terisi pizet.
5. Homogenkan kembali darah EDTA dan pizet di dalam cup.
6. Tancapkan tabung LED secara terbalik sampai pangkal
tabung menyentuh ke dasar cup.
7. Tunggu 1jam.
8. Baca dan catat hasilnya.

1.3. Pemeriksaan Urine


1.3.1. Jenis-jenis Pemeriksaan Urine
a. Urine lengkap
Untuk mengetahui kelainan fungsi ginjal dan salurannya
juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan organ tubuh
seperti hati, saluran empedu, pankreas, dan lain-lain. Pemeriksaan
urine Lengkap terdiri dari pemeriksaan Protein, Glukosa,
Urobilinogen, Bilirubin, Keton, Nitrit, Sedimen, pH, Berat Jenis,
Warna, dan Kekeruhan.
b. Protein / Urine Alb
Untuk menentukan adanya kelainan pada faal ginjal akibat
kerusakan glomerulus atau gangguan reabsorsi tubuls ginjal, atau
kedua-duanya.
Nilai Normal: Negatif
c. Glukosa Urine
Untuk memantau adanya glukosa di dalam urine.
Nilai Normal: Negatif
d. Urobilinogen
Untuk menentukan kerusakan hepar, penyakit hemolitik,
dan infeksi berat.
Nilai Normal: 3,2 – 16 µmol/L
e. Bilirubin
Merupakan suatu indikator adanya kerusakan hepar atau
obstruksi saluran empedu, misalnya oleh batu.
Nilai Normal: Negatif
f. pH
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan
asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam
badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itu
penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk
ke arah etiologi.
Nilai Normal: 4,5 – 8,0
g. Berat Jenis
Untuk mengetahui kepekatan atau pengenceran sampel
urine, biasanya terjadi pada orang yang terkena penyakit ginjal.
Nilai Normal: 1003 - 1030
h. Urobilin
Untuk menentukan kerusakan hepar, penyakit hemolitik,
dan infeksi berat.
Nilai Normal: Negatif
i. Keton
Terjadi pada penderita diabetes militus, bila kebutuhan
energi sel melebihi glukosa maka sel-sel akn mensekresi lemak
untuk energi. Untuk memantau glukosa darah.
Nilai Normal: Negatif
j. Nitrit
Untuk mengetahui adanya infeksi saluran kemih dengan
ditemukannya bakteri.
Nilai Normal: Negatif
k. Sedimen
Untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran
kemih serta berat ringannya penyakit. Unsur sedimen dibagi
atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur
organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain
epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma,
bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu
organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.
Nilai Normal:
1. Leukosit: 0 – 2 /LP
2. Eritrosit: 0 – 1 /LP
3. Epitel: 0 – 2 /LP
4. Silinder: Negatif
5. Kristal: Negatif

1.3.2. Prosedur Pemeriksaan Urine


a. Prosedur Pemeriksaan Urine Lengkap
1. Urin ditampung dalam wadah kering dan bersih.
2. Dicelupkan stick pemeriksaan urin lengkap pada sampel urin.
3. Didiamkan sesaat hingga sampel urin naik berdasarkan gaya
kapilaritasnya.
4. Diamati, dibandingkan dengan standar warna pada kemasan
dan dicatat hasilnya.
5. Centrifuge urine dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit.
6. Kemudian buang bagian atas urin, hingga urine tersisa
sedikit.
7. Homogenisasi urine.
8. Teteskan urine pada object glass, dengan menggunakan pipet.
9. Tutup object glass dengan cover glass.
10. Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 40×.
11. Catat sedimen urine yang ditemukan.

1.4. Pemeriksaan Imunoserologi


Pemeriksaan imunoserologi dilakukan untuk mengetahui reaksi imun
(antibodi) seseorang terhadap infeksi benda asing, maupun terhadap benda
dari dalam tubuh orang itu sendiri.
1.4.1 Jenis-Jenis Pemeriksaan Imunoserologi
a. Hepatitis
2. HbsAg
Untuk mengetahui adanya infeksi virus Hepatitis B.
Jika HBsAg positif -> terinfeksi virus hepatitis B. Jika
HBsAg positif selama lebih dari 6 bulan, berarti pasien
menderita Hepatitis B kronis -> disarankan untuk rutin
memeriksakan fungsi hati (SGOT, SGPT, Protein Total,
Albumin, AFP) paling tidak 6 bulan – 1 tahun sekali.
a. Imuno-Serologi lain
2. IgG Anti Dengue
Untuk mengetahui adanya riwayatinfeksi virus Dengue
penyebab demam dengue/ demam berdarah.
2. IgM Anti Dengue
Untuk mengetahui adanya infeksi akut virus Dengue
penyebab demam dengue/ demam berdarah.
3. Widal Slide
Untuk mengetahui adanya infeksi terhadap kuman
Salmonella typhi dan paratyphi yang merupakan penyebab
demam tifoid/ tifus.

3.4.2. Prosedur Pemeriksaan Imonuserologi


b. Prosedur Pemeriksaan IgG/IgM Anti Dengue
1. Stik ditulis nomor sampel.
2. Pipet sampel sebanyak 5µl menggunakan mikropipet,
letakkan dalam sumuran pada alat tes.
3. Tambahkan reagen buffer Dengue IgG/IgM sebanyak 3 tetes. 
4. Tunggu hasilnya selama 15 menit.
Interpretasi hasil : hasil negatif  jika hanya muncul strip
merah pada control dan pada blangko ditulis  (negatif), jika
hasil positif muncul 2 strip merah pada stik dan pada
blangko ditulis (positif).
c. Hbs Ag
1. Siapkan rapid test hbsag.
2. Pipet serum secukupnya, letakkan pada kuvet.
3. Celupakan rapid test pada serum sampai tanda batas.
4. Tunggu beberapa detik sampai serum naik sampai batas atas
membran stik.
5. Lihat perubahan yang terjadi pada membran stik
Interpretasi hasil :
(+) bila pada membran stik Hbs Ag terlihat 2 strip = Positif
(-) bila pada membran stik hbsag terlihat 1 strip = Negatif
c. Widal Slide
1. Siapkan alat dan bahan
1. Di teteskan masing-masing 20µL sampel di 4 titik pada objek
glass.
2. Teteskan dengan reagen s.parathipy A, s. parathipy B, s.
Thipy O, dan s. Thipy H.
3. Diaduk dan dihomogenkan kemudian di goyang-goyangkan.
4. Perhatikan ada tidaknya aglutinasi pada serum.
Interpretasi hasil :
Negatif: tidak ditemukan aglutinasi.
1/80: adanya sedikit aglutinasi dan halus.
1/160: adanya aglutinasi agak kasar.
1/320: adanya aglutinasi yang banyak.
1/640: adanya aglutinasi yang banyak dan kasar.

1.5. Pemeriksaan Kimia Klinik


Pemeriksaan kimia klinik digunakan untuk menganalisa zat-zat kimia
organik yang terlarut dalam darah, pemeriksaan ini berfungsi untuk
mengetahui fungsi hati, enzimatik, lemak darah, fungsi ginjal, gula drah,
elektrolit, dan profil jantung.

1.5.1. Jenis-Jenis Pemeriksaan Kimia Klinik


a. Faal Hati
1. SGOT
Untuk mengetahui enzim yang terdapat di dalam sel
parenkim hati. SGOT akan meningkat kadarnya di dalam
darah jika terdapat kerusakan pada hati. Namun SGOT tidak
spesifik hanya terdapat di dalam hati. SGOT juga dapat
ditemukan di sel darah, jantung, dan sel otot. Karena itu
peningkatan SGOT tidak selalu menunjukkan kerusakan
pada hati.
Nilai normal: L = 10 - 35 U/L Opt 37 oC
P = 10 – 31 U/L Opt 37 oC
2. SGPT
Untuk mengetahui enzim yang terdapat di dalam sel
hati. . SGPT akan meningkat kadarnya di dalam darah jika
terdapat kerusakan pada hati.
Nilai normal: L = 9 – 43 U/L Opt 37 oC
P = 9 – 36 U/L Opt 37 oC
3. Gamma GT
Merupakan enzim yang dihasilkan oleh hati dan
saluran empedu. Peningkatan kadarnya berarti
kemungkinan ada kelainan (radang, infeksi, batu, tumor)
pada hati dan saluran empedu.
Nilai normal: L = 11 - 50 U/L Opt 37 oC
P = 7 - 32 U/L Opt 37 oC
4. Bilirubin
Merupakan zat warna kuning yang dihasilkan oleh
empedu. Bila terjadi peningkatan kadar bilirubin, kulit akan
menjadi kekuningan. Peningkatan kadar bilirubin bisa
terjadi karena penyakit hati dan empedu (karena radang/
infeksi, sumbatan batu, tumor) atau pemecahan sel darah
merah yang berlebihan.
Nilai normal: Bilirubin direk ≤ 0,2
Bilirubin total ≤ 0,1 – 1,2
5. Albumin
Albumin merupakan protein yang berperan penting
untuk menahan cairan supaya tetap berada di dalam
pembuluh darah. Bila kadar albumin berkurang, cairan dari
dalam pembuluh darah akan keluar menuju jaringan,
mengakibatkan bengkak. Kekurangan albumin dapat terjadi
pada penyakit hati (misalnya sirosis), kekurangan gizi,
kebocoran di ginjal (misalnya sindrom nefrotik).
Nilai normal: 3,5 – 5,3 mg/dL
6. Globulin
Merupakan jenis protein yang dihasilkan oleh sel
limfosit, berfungsi untuk kekebalan. Penurunan kadarnya
berarti terdapat gangguan kekebalan tubuh. Peningkatan
kadar globulin terjadi pada infeksi, penyakit hati dan
beberapa jenis keganasan. Globulin terdiri dari 3 yaitu alfa
dan beta globulin yang disintesa di liver dengan kadar kecil
sedangkangamma globulin disintesa di jaringan RE dengan
kadar yang banyak.
Nilai normal:2,6 – 3,1 gr/dl
7. Total Protein
Untuk mengetahui apakah seorang pasien menderita
malnutrisi/ kekurangan protein; untuk mengetahui fungsi
hati (hati merupakan organ yang menghasilkan protein).
Nilai normal: 6,6 – 8,79 gr/dl
8. Gamma Globulin
Merupakan jenis protein yang dihasilkan oleh sel
limfosit, berfungsi untuk kekebalan. Penurunan kadarnya
berarti terdapat gangguan kekebalan tubuh. Peningkatan
kadar globulin terjadi pada infeksi, penyakit hati dan
beberapa jenis keganasan. Gamma globulin disintesa di
jaringan RES.

b. Lemak Darah
1. Cholesterol total
Untuk mengetahui kadar kolesterol atau lemak total
yang beredar di seluruh tubuh.
Nilai normal: < 200 mg/dl
2. Trigliserida
Untuk mengetahui kadar salah satu jenis lemak dalam
darah yang dibutuhkan tubuh untuk diubah menjadi energi,
tinggi rendahnya trigliserida sangat dipengaruhi oleh
makanan yang di konsumsinya. Oleh karena itu
pemeriksaan ini harus puasa 10 – 12 jam.
Nilai normal: < 200 mg/dl
3. HDL- Cholesterol
Untuk mengetahui kadar lemak baik yang mampu
membersihkan atau menghisap cholesterol yang berlebih
kemudian dibawa kembali ke hati dan akan didaur ulang
kembali.
Nilai normal: > 35 mg/dl
4. LDL- Cholesterol
Untuk mengetahui kadar lemak jahat karena LDL
berfungsi untuk membawa cholesterol ke berbagai bagian
tubuh yang membutuhkan namun LDL yang terlalu banyak
dapat menimbulkan penimbunan cholesterol di arteri yang
menyebabkan serangan jantung.
Nilai normal: > 130 mg/dl
5. Total lipid
Untuk mengetahui kadar lemak total yang beredar di
seluruh tubuh.
Nilai normal: < 200 mg/dl
c. Faal Ginjal
1. Ureum/ BUN
Untuk mengetahui jumlah nitrogen urea yang ada
dalam darah. Urea merupakan produk limbah yang di
bentuk selamaproses pemecahan protein yang kemudian
ditransfer dari hati ke ginjal (melalui aliran darah) dan
dikeluarkan dalam bentuk urin.
Nilai normal: 5 - 17 mg/dl
2. Kreatinin
Untuk mengetahui kadar kreatin dalam darah. Kreatin
merupakan produk penguraian dari kreatinin fosfat dalam
metabolisme otot dan dihasilkan dari kreatin. Biasanya
kadar kreatin dalam darah normal karena massa otot relatif
konstan, namun bila fungsi ginjal terganggu maka kreatinin
dalam darah akan meningkat.
Nilai normal:
L = 0,7 – 1,4 mg/dl
P = 0,6 – 1,1 mg/dl
3. Asam Urat
Untuk mengetahui adanya penyakit Gout Arthritis
(nyeri sendi karena tingginya kadar asam urat).
Nilai normal:
L = 3,5 – 7,0 mg/dl
P = 2,4 – 5,7 mg/dl

d. Gula Darah
1. Glukosa puasa
Untuk mengetahui kemampuan hormon insulin dalam
memetabolisme glukosa dalam keadaan puasa 8 – 10 jam.
Nilai normal: < 126 mg/dl
2. Glukosa 2 jam PP
Untuk mengetahui kemampuan hormon insulin dalam
memetabolisme glukosa dalm keadaan puasa 2 jam setelah
makan dan membantu menentukan terapi pada pasien
diabetes.
Nilai normal: < 140 mg/dl
3. Glukosa Sewaktu
Untuk mengetahui kemampuan hormon insulin dalam
memetabolisme glukosa dalam keadaan tidak puasa.
Nilai normal: < 170 mg/dl
4. HbA 1c
HbA1c merupakan hemoglobin yang mengalami
perubahan struktur kimiawi akibat terpapar dengan kadar
glukosa darah yang tinggi dalam waktu lama (± 120 hari,
sesuai umur sel darah merah)-> kadar HbA1c tinggi
menunjukkan bahwa kadar glukosa darah pasien (selalu)
tinggi, meskipun kadar glukosa darah sewaktu/ puasa dalam
batas normal. Pemeriksaan HbA1c merupakan alat ukur
kepatuhan pasien diabetes terhadap diet dan pengobatan
serta memonitor keberhasilan terapi diabetes.

1.5.2. Prosedur Pemeriksaan Kimia Klinik


1. Sampel darah dicentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan
3500 rpm.
2. Masukkan serum sebanyak 500µ kedalam cup yang telah
diberi ID pasien.
3. Letakkan sampel pada alat auto analyzer, pada posisi yang
sesuai dengan nomor yang tertera di layar.
4. Tekan tombol “ID” pada layar.
5. Masukkan nomor ID pasien.
6. Tekan “Enter”, lalu tekan “Page Up”.
7. Pilih jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.
8. Tekan “Accept”.
9. Tunggu sampai hasil pemeriksaan keluar.
e.
B. Pembahasan Studi Kasus

Protein total dilakukan untuk mengukur jumlah total, yaitu albumin dan

globulin di dalam tubuh. Pemeriksaan ini perlu menjadi bagian dari kesehatan

rutin karena protein merupakan komponen pendukung penting dari semua sel

dan jaringan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan

kesehatan tubuh.

Kesalahan Pra Analitik dalam pemeriksaan total protein dapat meliputi:

1. Saat pengambilan sampel untuk pemeriksaan total protein prosedur yang

digunakan tidak sesuai.

2. Penulisan nama yang salah pada identitas pasien.

3. Tidak adanya diagnosis atau keterangan klinis.

4. Data pasien tidak lengkap.

5. Sampel yang diambil tidak cukup untuk pemeriksaan.

Analitik meliputi:

1. Alat yang digunakan tidak sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.

2. Reagen yang digunakan untuk pemeriksaan tidak sesuai dengan pemeriksaan

yang akan dilakukan.

Pasca Analitik meliputi:

1. Keliru dalam penginputan hasil pasien.

2. Pada saat pelaporan hasil data yang kita gunakan tertukar.


BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Pemeriksaan laboraturium klinik meliputi segala hal mengenal pemeriksaan-

pemeriksaan kesehatan dan sangat penting untuk mengetahut keadaan normal

atau abnormal seseorang sehingga dalam melaksanakan kerja haruslah benar-

benar menguasai materi dan mempunyai skil dan keahlian praktik yang baik

dalam bidangnya. Schingga kita dituntut untuk bekerja seacara baik, dengan

adanya program ini kita bisa melatih kemampuan praktik kerja kita dengan baik

dan berusaha menghindari setiap kesalahan yang mungkin dapat terjadi. Saya

berkesimpulan bahwa PKL yang dilakukan di setiap sekolah kejuruan sangat

memberi wawasan luas untuk siswa siswi SMK Negeri 17 SAMARINDA

dengan tujuan agar siswa mampu mengetahui bagaimana praktikun secara

langsung terjun ke lapangan instansi sesuai dengan jurusan saya. Dan agar

siswa tahu bahwa setelah mereka lulus sekolah, mereka akan menghadapi dan

menekuni pekerjaan tersebut, dan berharap bahwa Praktek Kerja Lapangan

PKL) ini merupakan wujud untuk para siswa berlatih agar kelak nanti setelah

bekerja mereka tidak kaget dan sudah punya bekal untuk bekerja

B. Saran-saran
Pemeriksaan laboratorium adalah salah satu ilmu yang sangat penting pada

ilmu kesehatan, jadi sangat penting untuk diketahui dan dipelajari, namun kami

bahas disini hanya sebatas pada pemeriksaan- pemeriksaan yang dapat kita

lakukan selama praktik kerja lapangan berlangsung. Maka dari itu.kami

berharap untuk mencari referensi buku, dan guru yang lebih kompeten dalam

hidang pendidikan atau praktik kerja pengetahuan tentang pemeriksaan

laboratorium atau tugas analis lebih baik lagi. diharapkan kegiatan seperti ini

dapat berlangsung seterusnya guna dapat memberikan bekal tambahan bagi

siswa-siswi SMK Negeri 17 SAMARINDA agar mampu bersaing dalam dunia

kerja dan mampu mencetak siswa-siswi yang profesional di bidang analis

kesehatan schingga membawa nama baik sekolah.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.fortunalab.com/infopemeriksaan.php
http://www.pramita.co.id/index.php/kimiaklinik
http://www.perbidkes.com/2015/11/nilai-normal-hasil-pemeriksaan.html?m=1
http://semar-septi.blogspot.co.id/2016/05/pemeriksaan-iggigm-dengue.html?m=1
https://www.scribd.com/document/318491188/Sop-Pemeriksaan-Hbsag
http://fistarhematologi.blogspot.co.id/2015/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html?m=1
http://infoumumblog.blogspot.co.id/2011/09/?m=1
Gandasoebrata R. 1985.”Penuntun Laboratorium Klinik” Dian rakyat, Jakarta
http://rockapolka.blogspot.co.id/2011/11/pemeriksaan-kimia-darah.html
LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar Sampel untuk Protein Darah


Lampiran2 Gambar slide test Widal
Lampiran 3 Gambar dempul untuk Hematokrit
Lampiran 4 Gambar Alat dan bahan untuk pemeriksaan Hematokrit
Lampiran 5 Tabung sahli
Lampiran 6 Gambar Alat dan bahan Hemoglobin metode Sahli Haemometer

Lampiran 7 Gambar Microhematocrit Centrifuge

Lampiran 8 Gambar Sampel darah EDTA


Lampiran 9 Gambar Fotometer
Lampiran 10 Gambar Uji resistensi bakteri pada media MHA
Lampiran 11 Gambar alat dan bahan untuk pemeriksaan HB (Hemoglobin)

metode Cyanmeth
Lampiran 12 Gambar pemeriksaan Laju Endap Darah Metode Westergreen

Lampiran 13 Gambar alat dan bahan untuk pemeriksaan hitung jumlah leukosit
Lampiran 14 Gambar HCG Latex

Anda mungkin juga menyukai