Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN INDIVIDU

PKL Virtual

ANALISIS KADAR SULFAT (SO42-) PADA AIR BERSIH

DI LABORATORIUM BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN


LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BBTKLPP)
SURABAYA
15 Juni s.d 15 Juli 2020

Disusun Oleh:
Jonathan Angelo Ranamanggala 17030234042

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PROGRAM STUDI S1 KIMIA
2020

i
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN INDIVIDU
PKL Virtual

ANALISIS KADAR SULFAT (SO42-) PADA AIR BERSIH

DI LABORATORIUM BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN


LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BBTKLPP)
SURABAYA
15 Juni s.d 10 Agustus 2020

Disusun Oleh:
Jonathan Angelo Ranamanggala 17030234042

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PROGRAM STUDI S1 KIMIA
2020

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul PKL : Analisis Kadar Sulfat (SO42-) pada Air Bersih di


Laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP)
Surabaya
Jenis PKL : PKL Virtual
Nama Tempat PKL : Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya
Alamat Instansi PKL : Jalan Sidoluhur No. 12, Kemayoran, Kecamatan
Krembangan, Surabaya.
Waktu Pelaksanaan : 15 Juni 2020 s.d. 15 Juli 2020
Nama Mahasiswa : Jonathan Angelo Ranamanggala
NIM : 17030234042

Surabaya, 30 Desember 2020

Menyetujui,
Dosen Pembimbing PKL

Prof. Sari Edi Cahyaningrum, M.Si.


NIP 197012291997022001

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul PKL : Analisis Kadar Sulfat (SO42-) pada Air Bersih di


Laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP)
Surabaya
Jenis PKL : PKL Virtual
Nama Tempat PKL : Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya
Alamat Instansi PKL : Jalan Sidoluhur No. 12, Kemayoran, Kecamatan
Krembangan, Surabaya.
Waktu Pelaksanaan : 15 Juni 2020 s.d. 15 Juli 2020
Nama Mahasiswa : Jonathan Angelo Ranamanggala
NIM : 17030234042

Surabaya, 08 Januari 2021

Menyetujui,
Dosen Penguji Dosen Pembimbing PKL

Dr. Amaria, M.Si. Prof. Dr. Sari Edi Cahyaningrum, M.Si.


NIP 1964062919911012001 NIP 197012291997022001

Mengetahui,
Ketua Prodi S1 Kimia

Dr. Amaria, M.Si.


NIP 1964062919911012001

iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini. Praktik Kerja Lapangan dengan judul
“Laporan Praktik Kerja Lapangan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan
dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya” adalah salah satu persyaratan
penyelesaian program studi sains di Universitas Negeri Surabaya. Keberhasilan
penulis tentu tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, baik moril maupun materil.
Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kedua orang tua dan keluarga besar saya yang senantiasa memberikan
dukungan berupa limpahan semangat, doa, dan materi.
3. Prof. Dr. Madlazim, M.Si., selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya.
4. Dr. Sukarmin, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya.
5. Dr. Amaria, M.Si. selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya.
6. Prof. Dr. Sari Edi Cahyaningrum, M.Si. selaku Dosen Pembimbing
Praktik Kerja Lapangan (PKL) Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya.
7. Bapak Wahyu hari Imawan, SKM, M.PSDM Kepala Sub Bagian
Program dan Laporan dan Bapak Dr. Yudied Agung Mirasa, SKM,
M.Kes. selaku Kepala Seksi Lingkungan Biologi, yang memberikan
waktu, fasilitas, dan kemudahan Praktik Kerja Lapangan secara virtual
di BBTKLPP Surabaya.
Kami menyadari, laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini tidaklah
sempurna seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak begitu pula dalam
penulisan ini, apabila nantinya terdapat kekeliruan dalam penulisan laporan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini kami sangat mengharapkan kritik dan
sarannya yang membangun dari berbagai pihak karena merupakan penghargaan
yang luar biasa, tentunya untuk masa depan yang lebih baik. Akhir kata semoga
v
laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat memberikan banyak manfaat
bagi kita semua.
Surabaya, 22 Desember 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................3
1.3. Tujuan........................................................................................................3
1.4. Manfaat......................................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum BBTKLPP SURABAYA...............................................5
2.1.1. Sejarah..............................................................................................5
2.1.2. Visi dan Misi....................................................................................6
2.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi..................................................................7
2.1.4. Struktur Organisasi...........................................................................8
2.1.5. Instalasi BBTKLPP Surabaya..........................................................10
2.2. Tinjauan Umum Tentang Samper Air Bersih dan Air Limbah.................10
2.3. Tinjauan Umum Tentang Analisis Air Bersih dan Air Limbah................11
2.3.1. Tinjauan Umum Tentang Metode Turbidimetri...............................11
2.3.2. Tinjauan Umum Tentang Metode Spektrofotometri........................12
2.4. Tinjauan Umum Tentang Spektrofotometer UV-Vis................................13
2.5. Tinjauan Umum Tentang Baku Mutu Air Bersih......................................14
2.6. Tinjauan Umum Tentang Parameter Baku Mutu Air Bersih.....................15
2.6.1. Pengertian Sulfat..............................................................................15
2.6.2. Metode Pengukuran.........................................................................15
2.6.3. Penyebab Sulfat dalam Air...............................................................16
2.6.4. Baku Mutu........................................................................................16
2.6.5. Dampak Keberadaan Sulfat..............................................................17

vii
2.6.6. Aplikasi Teknik Linkgungan............................................................17
2.6.7. Pengolahan Guna Mengurangi Kadar Sulfat....................................18
BAB III. PEMBAHASAN
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL.......................................................19
3.2. Prosedur Kerja...........................................................................................19
3.3. Pembahasan Mengenai Analisis Kadar Sulfat...........................................21
BAB IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan................................................................................................24
4.2. Saran..........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
LAMPIRAN..........................................................................................................26

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3.3. Spektrum Warna Sinar Tampak dan Warna Komplementer.............12
Tabel 2.5.1. Baku Mutu Air Bersih Berdasarkan Permenkes RI. No.
416/MENKES/ PER/IX/1990.............................................................14
Tabel 3.3.1. Kurva Larutan Standar Pengujian Sulfat Periode Juni 2019.............22
Tabel 3.3.2. Hasil Uji Kadar Sulfat Sampel Air Bersih Periode Juni 2019..........23

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3.1. Contoh Kurva Kalibrasi Standar Sulfat.........................................11
Gambar 3.3. Kurva Kalibrasi Standar Sulfat.........................................................22

x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi BBTKLPP Surabaya.........................................26
Lampiran 2. Bukti Dokumentasi Kegiatan PKL Virtual.......................................27
Lampiran 3. Surat Ijin PKL...................................................................................29
Lampiran 4. Jurnal Kegiatan yang Telah Disahkan oleh Pembimbing.................30

xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Manusia tiada hentinya mengeksplorasi inovasi-inovasi dalam ilmu
pengetahuan dan penerapannya di berbagai aspek kehidupan, seperti:
industri, Kesehatan, dan sebagainya. Untuk mengikuti ritme dari
perkembangan ilmu pengetahuan, maka mahasiswa sebagai calon pekerja
yang berperan langsung di dunia kerja dituntut untuk lebih membuka diri
dalam menerima berbagai pembaruan dalam keilmuan dan beradaptasi agar
dapat bekerja berdasarkan pembaruan yang telah berlangsung. Oleh karena
itu dibutuhkannya persiapan guna membentuk mahasiswa dengan kualitas
Sumber Daya Manusia yang baik.
Untuk mencetak mahasiswa dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang
baik, maka dapat dilakukan suatu upaya pengembangan keterampilan oleh
perguruan tinggi melalui kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Praktek
Kerja Lapangan (PKL) merupakan wujud penerapan terpadu antara sikap,
kemampuan, dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah.
Selain untuk memenuhi kewajiban akademik, diharapkan kegiatan tersebut
dapat menjadi penghubung antara dunia industri dengan dunia pendidikan.
Dengan demikian mahasiswa dapat memiliki pengalaman bermanfaat untuk
mempersiapkan diri memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BBTKLPP) Surabaya merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Terdapat berbagai bidang kerja di BBTKLPP
Surabaya, diantaranya yaitu Bidang Surveilans Epidemiologi, Bidang
Pengembangan Teknologi dan Laboratorium (PTL), dan Bidang Analisis
Dampak Kesehatan Lingkungan. BBTKLPP Surabaya melayani analisis
kualitas sampel air bersih dan air limbah yang berasal dari berbagai daerah
di Wilayah Jawa Timur. Sampel air bersih dan air limbah dianalisis di

1
BBTKL berdasarkan parameter baku mutu yang telah ditetapkan oleh
Peraturan Menteri Kesehatan dan Peraturan Gubernur.
Menurut (Gabriel, 2001), air merupakan salah satu dari ketiga komponen
yang membentuk bumi (zat padat, air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air
sebanyak 70% sedangkan sisanya (30%) berupa daratan (dilihat dari
permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air) sebanyak 15% dari t
ekanan atmosfer. Air memiliki banyak manfaat di dalam berbagai aspek
kehidupan, diantaranya keperluan industri: dipakai sebagai bahan pelarut,
sebagai bahan pendingin, keperluan pembangkitan ten aga listrik dikenal
dengan nama PLTA, keperluan irigasi (pertanian), keperluan
transportasi,sebagai sarana olahraga (ski air, berselancar, kolam renang),
sebagai sarana pariwisata (air terjun), keperluan peternakan, keperluan
kedokteran (hidoterapi, sebag ai bahan pelarut obat, sebagai bahan infus),
dan lain-lain.
Berhubungan dengan banyaknya manfaat yang didapat dari air, maka kita
juga harus memperhatikan kualitas dari air tersebut dengan memperhatikan
pencemaran-pencemaran apa saja yang dapat mempengaru hi keadaan air
tersebut. Kualitas air berdasarkan kadar sulfat dianalisis menggunakan
Spektrofotometer Sinar Tampak dengan menguji penetapan kadar sulfat
sebagai parameter yang digunakan.
Sulfat dan air bereaksi membentuk asam sulfat yang terbentuk melalui
oksidasi. Sulfat berbahaya bagi kesehatan apabila telah melewati batas kadar
maksimum pada sulfat yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 492/Menkes/Per/IV/2010 sebesar 250 mg/L untuk air minum dan
sebesar 400 mg/L untuk air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 416/Menkes/Per/IX/1990. Dampak terkena asam sulfat yaitu terjadinya
iritasi pada kulit dan mata, dan menyebabkan gangguan pernapasan. Jika air
yang dituangkan kepada asam yang lebih berat, uap mungkin dengan tiba-
tiba akan terbentuk yang akan mengangkat ke atas sedikit asam bersamanya,
sehingga mungkin menimbulkan cedera yang berat (Skoog et al, 2014).
Menurut Effendi (2003) apabila kandungan sulfat di perairan konsentrasinya
tinggi dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan (gastro intesninal)

2
biota perairan maupun manusia yang mengkonsumsi air tersebut. Pada
kondisi anaerob ion sulfat akan direduksi menjadi ion sulfit yang
membentuk kesetimbangan dengan ion hidrogen membentuk hidrogen sulfit
(H2S). Hidrogen sulfit bersifat mudah larut, toksik bagi biota perairan dan
menimbulkan bau seperti telur busuk.
Parameter yang menunjukan diacu pada laporan yang disusun yaitu kadar
sulfat pada air bersih secara Spektrofotometri. Oleh sebab itu, diharapkan
dengan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan (PKL) di BBTKLPP
Surabaya, mahasiswa dapat memperoleh wawasan mengenai sistem dalam
bekerja di dunia kerja sesungguhnya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan masalah yang
didapatkan yaitu:
1. Bagaimana kelayakan sampel air bersih yang diuji berdasarkan parameter
kadar sulfat pada kualitas air bersih?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui kelayakan sampel air bersih yang diuji berdasarkan
parameter kadar sulfat pada kualitas air bersih.
1.4. Manfaat
Manfaat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan:
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai
teknik analisis limbah air bersih dan air limbah di BBTKLPP Surabaya.
2. Dapat memberi informasi yang berguna bagi Lembaga Perguruan Tinggi
mengenai teknik analisis air bersih dan air limbah.
3. Mampu meningkatkan keterampilan dan kemampuan mahasiswa dalam
penerapan teori yang diperoleh kuliah kedalam praktek pelaksanaan di
lapangan (dunia kerja) sehingga lebih memahami bidang kerja yang
ditekuni.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja di dunia
industri sekaligus mampu mengadakan pendekatan masalah secara utuh.

3
5. Mampu membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui dan
memahami aplikasi ilmunya di dunia industri pada umumnya serta
mampu menyerap dan berasosiasi dengan dunia kerja secarautuh.
6. Mampu mewujudkan link and match antara teori dengan praktik di
lapangan.
7. Dapat mewujudkan kerjasama baik antara industri/Balai Penelitian
dengan Perguruan Tinggi (Jurusan Kimia FMIPA UNESA).

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum BBTKLPP SURABAYA
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BBTKLPP) Surabaya merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di
lingkungan Kementerian Kesehatan, di bawah dan tanggungjawab kepada
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
BBTKLPP Surabaya Terletak di Jalan Sidoluhur No. 12, Kemayoran,
Krembangan, Kota Surabaya, Jawa Timur (Santoso, 2017).
2.1.1. Sejarah
Cikalbakal BBTKLPP termasuk BBTKLPP Surabaya telah ada
semenjak zaman Belanda. Pada tahun 1920 Dienst voor de volks
Gezondheid atau Dinas Layanan Kesehatan Masyarakat mendirikan
Profestation voor Rivier Water Zuivering voor Drinkwater di
Manggarai Jakarta yang bertugas melakukan penyelidikan lapangan,
pengolahan-pengolahan, pencarian jenis-jenis sumber air, dan
rancangan konstruksi guna menunjang penyediaan air minum dan
pengawasan kualitas air minum dan minuman.
1. Setelah Indonesia merdeka, berubah nama menjadi Laboratorium
Kesehatan Teknik (LKT) dan dipindah ke Yogyakarta sebagai
ibukota negara saat itu.
2. Pada Tahun 1953, LKT berubah nama menjadi Lembaga Ilmu
Kesehatan Teknik Bandung Cabang Yogyakarta.
3. Tahun 1967: Lembaga Ilmu Kesehatan Teknik Bandung Cabang
Yogyakarta menjadi Laboratorium Kesehatan Teknik di
Yogyakarta yang berada di bawah koordinasi Biro Umum Bagian
Teknik Umum dan Teknik Penyehatan Departemen Kesehatan RI.
4. Tahun 1978: Laboratorium kesehatan Teknik menjadi Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan (BTKL) dengan Surat keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 143/MEN.KES/SK/IV/1978, berada di bawah
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI.

5
5. Tahun 1983 dibentuk BTKL Pos Surabaya yang masih menjadi
bagian BTKL Yogyakarta. Pada periode ini digagas pembentukan
BTKL di 7 wilayah regional lain oleh Ir. Srijanto (Kepala Subdit
Elektro Medik, Direktorat Instalasi Kesehatan, Dirjen Yankes
Depkes RI dan Kepala BTKL Yogyakarta 1980–1985).
6. Tahun 1989: Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dipindahkan di
bawah Direktorat Jenderal PPM dan PLP Depkes RI sesuai dengan
surat menkes No. 426/MENKES/SK/VI/1989 tanggal 23 Juni 1989.
7. Tahun 1993: BTKL Pos Surabaya berubah nama menjadi BTKL
Surabaya.
8. Pada Tahun 1999 BTKL berada di 10 wilayah regional di seluruh
Indonesia, yaitu Medan, Batam, Palembang, Jakarta, Yogyakarta,
Surabaya, Banjarbaru, Makassar, Manado, dan Ambon.
9. Tahun 2004 BTKL Surabaya berubah nama menjadi Balai Besar
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit
Menular (BBTKLPPM).
10. Tahun 2012 - sekarang: Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit Menular (BBTKLPPM) berubah
nomenklatur menjadi Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan
dan Pengendalian Penyakit berdasarkan Permenkes RI Nomor
2349/PER/MENKES/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan
dan Pengendalian Penyakit.
(Santoso, 2017)
2.1.2. Visi dan Misi
a. Visi: Pusat Unggulan Regional Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan untuk Mendukung Tercapainya Masyarakat
Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.
b. Misi:
- Meningkatkan kinerja surveilans berbasis laboratorium dengan
fokus deteksi dini faktor risiko dan respon cepat kejadian
penyakit.

6
- Meningkatkan kinerja kajian dan analisis dampak kesehatan
lingkungan terhadap kawasan dan sentra pembangunan serta
kemampuan analisis risiko kesehatan terhadap kawasan rawan
pencemaran dan bencana.
- Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan daya dukung
laboratorium uji dan kalibrasi melalui pengembangan metode
dan manajemen mutu, untuk mempercepat upaya pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan.
- Meningkatkan kemampuan pengembangan teknologi tepat guna
dengan mengutamakan potensi sumber daya lokal berbasis
budaya masyarakat.
- Mengembangkan jejaring kerja dan kemitraan dengan berbagai
pemangku kepentingan guna mempercepat pencapaian tujuan
dan sasaran pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
- Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
(Santoso, 2017)
2.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi
a. Tugas Pokok
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit (BBTKLPP) mempunyai tugas melaksanakan surveilans
epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan,
kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan
model dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan
penanggulangan KLB di bidang pengendalian penyakit dan
kesehatan lingkungan serta kesehatan matra (Santoso, 2017).
b. Fungsi
- Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi.
- Pelaksanaan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.
- Pelaksanaan Laboratorium Rujukan.
- Pelaksanaan Pengembangan Model dan Teknologi Tepat Guna.
- Pelaksanaan Uji Kendali Mutu dan Kalibrasi.

7
- Pelaksanaan Penilaian dan Respon Cepat, Kewaspadaan Dini, dan
Penanggulangan KLB/Wabah dan Bencana.
- Pelaksanaan Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular.
- Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan.
- Pelaksanaan Kajian dan Pengembangan Teknologi Pengendalian
Penyakit, Kesehatan Lingkungan, dan Kesehatan Matra.
- Pelaksanaan Ketatausahaan dan Kerumahtanggaan BBTKLPP.
(Santoso, 2017)
2.1.4. Struktur Organisasi
a. Bagian Tata Usaha
Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
program dan laporan, urusan keuangan, kepegawaian, dan umum.
Bagian Tata Usaha terdiri atas:
- Subbagian Program dan LaporanPenyiapan bahan penyusunan
program, evaluasi dan laporan, serta informasi.
- Subbagian UmumMelakukan keuangan, kepegawaian, urusan tata
usaha, perlengkapan, dan rumah tangga.
(Santoso, 2017)
b. Bidan Surveilans Epidemiologi
Bidang Surveilans Epidemiologi mempunyai tugas melaksanakan
perencanaan dan evaluasi di bidang surveilans epidemiologi
penyakit menular dan penyakit tidak menular, advokasi dan
fasilitasi kesiapsiagaan dan penanggulangan KLB, kajian dan
diseminasi informasi, kesehatan lingkungan, kesehatan matra,
kemitraan, dan jejaring kerja, serta pendidikan dan pelatihan bidang
surveilans epidemiologi. Bidang Surveilans Epidemiologi terdiri
atas:
- Seksi Advokasi Kejadian Luar Biasa
Melakukan penyiapan bahan perencanaan, evaluasi dan
koordinasi pelaksanaan advokasi, dan fasilitasi kejadian luar
biasa, serta wabah dan bencana.
- Seksi Pengkajian dan Diseminasi

8
Melakukan penyiapan bahan perencanaan, evaluasi dan
koordinasi kajian, pengembangan dan diseminasi informasi, serta
pendidikan dan pelatihan bidang surveilans epidemiologi.
(Santoso, 2017)
c. Bidang Pengembangan Teknologi dan Laboratorium (PTL)
Bidang Pengembangan Teknologi Laboratorium mempunyai tugas
melaksanakan perencanaan dan evaluasi, pengembangan dan
penapisan teknologi dan laboratorium, kemitraan dan jejaring kerja,
kesehatan lingkungan, kesehatan matra serta pendidikan dan
pelatihan bidang pengembangan teknologi dan laboratorium
pengendalian penyakit, kesehatan lingkungan dan kesehatan matra.
Bidang Pengembangan Teknologi dan Laboratorium terdiri dari:
- Seksi Teknologi Pengendalian Penyakit
Melakukan penyiapan bahan perencanaan, evaluasi dan
koordinasi pelaksanaan pengembangan dan penapisan teknologi,
serta pendidikan dan pelatihan di bidang pengendalian penyakit,
kesehatan lingkungan dan kesehatan matra.
- Seksi Teknologi Laboratorium
Melakukan penyiapan bahan perencanaan, evaluasi dan
koordinasi pelaksanaan pengembangan teknologi laboratorium,
pendidikan dan pelatihan di bidang pengendalian penyakit,
kesehatan lingkungan dan kesehatan matra.
(Santoso, 2017)
d. Bidang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)
Bidang mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan evaluasi
pelaksanaan analisis dampak lingkungan fisik dan kimia, serta
dampak lingkungan biologi, dan pendidikan dan pelatihan di bidang
pengendalian penyakit, kesehatan lingkungan, dan kesehatan matra.
Bidang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan terdiri atas:
- Seksi Lingkungan Fisik dan Kimia
Melakukan penyiapan bahan perencanaan, evaluasi, koordinasi
pelaksanaan analisis dampak lingkungan fisik dan kimia bidang

9
pengendalian penyakit, kesehatan lingkungan, kesehatan matra.
- Seksi Lingkungan Biologi
Melakukan penyiapan bahan perencanaan, evaluasi, dan
koordinasi pelaksanaan analisis dampak lingkungan biologi di
bidang pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan.
(Santoso, 2017)
2.1.5. Instalasi BBTKLPP Surabaya
Instalasi merupakan fasilitas penunjang penyelenggaraan program
kegiatan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi BBTKLPP.
Instalasi dipimpin oleh seorang kepala instalasi dalam jabatan non
struktural. Dalam melaksanakan tugas dibantu oleh keelompok jabatan
fungsional teknis dan jabatan fungsional umum. Jumlah dan jenis
instalasi disesuaikan dengan kebutuhan BBTKLPP yang diputuskan
oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Instalasi-instalasi pada BBTKLPP surabaya:
a. Instalasi Pelayanan Teknik
b. Instalasi Pendidikan dan Pelatihan Teknis
c. Instalasi Media Informasi, Kehumasan, dan Perpustakaan
d. Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Perkantoran
e. Instalasi Pengamatan Pes dan Zoonosis Lainnya
f. Instalasi Pengembangan Metode, Kendali Mutu, dan Kalibrasi
g. Instalasi Teknologi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan
h. Instalasi Pengembangan Teknologi Media dan Reagensia
i. Instalasi Pengembangan Teknologi Tepat Guna
j. Instalasi Pemeliharaan Sarana Laboratorium
k. Instalasi Kimia Fisika Media Air
l. Instalasi Kimia Fisika Limbah Cair
m. Instalasi Kimia Fisika Media Udara
n. Instalasi Kimia Fisika Padatan, Material, dan Biomarker
o. Instalasi Biologi Media Lingkungan dan Biomarker.
2.2. Tinjauan Umum Tentang Sampel Air Bersih

10
Air merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki peranan
penting dalam kehidupan. Air bersih adalah air yang telah memenuhi syarat
fisik, kimia tetapi tidak pada bakteriologi. Syarat fisik dan kimia ini dimuat
dalam Permenkes RI. No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Terdapat berbagai
sumber air bersih seperti sumur gali, sumur bor, air hujan dan sumber mata
air (Gabriel, 2001). Air bersih digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.
2.3. Tinjauan Umum Tentang Analisis Air Bersih dan Air Limbah
2.3.1. Tinjauan Umum Tentang Metode Turbidimetri
Prinsip metode turbidimetri adalah pengukuran hamburan cahaya
terhadap spesi dalam larutan sampel yang didasarkan pada pengukuran
kekeruhan atau turbidan dari suatu larutan akibat adanya partikel padat
dalam larutan setelah sinar melewati suatu larutan yang mengandung
larutan tersuspensi, secara garis besar turbidimetri berarti Analisa yang
berdasarkan hamburan cahaya (Wild et al., 2013). Suspensi dalam larutan
sampel dapat diukur konsentrasinya dengan panjang gelombang 420 nm
untuk sampel yang sedikit jernih sedangkan 550 nm untuk sampel
kekuningan.

Gambar 2.3.1. Contoh Kurva Kalibrasi Standar Sulfat


Dalam turbidimetri, transmitansi (T) yang diukur sebanding dengan
perbandingan intensitas transmitansi larutan sampel terhadap sumber
radiasi (IT) terhadap intensitas transmitansi larutan blanko terhadap sumber
radiasi (I0) yang dinyatakan dengan rumus dibawah ini,
T = IT/I0
Hubungan antara transmitansi dengan konsentrasi sampel dinyatakan
dengan sebagai berikut,

11
-log T = k. b. C
Dimana,
C : konsentrasi sampel
B : ketebalan kuvet
K : konstanta (2,303) (Harvey, 2019).
2.3.2. Tinjauan Umum Tentang Metode Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah suatu cara analisis yang didasarkan pada
pengukuran intensitas sinar oleh spektrofotometer. Sinar yang digunakan
adalah sinar yang mempunyai panjang gelombang tunggal
(monokromatik) (Ewing, 1981). Hukum yang mendasari analisis ini adalah
hukum Lambert-Beer yang menyatakan hubungan antara absorbansi
dengan konsentrasi, tebal media, dan sifat spesifik zat yang mengadsorpsi
dengan persamaan:
A=-log T= log P0/P
(Gandjar dan Rohman, 2007)
Dimana;
A : absorbansi
T : transmitansi
P0 : besarnya radiasi yang masuk
P : besarnya radiasi yang diteruskan
Besarnya absorbansi suatu larutan sebanding dengan panjang larutan yang
ditempuh oleh radiasi dan konsentras spesies yang menyerap, sehingga;
A = a. b. c
Dimana;
A : absorbansi
a : konstanta perbandingan dan disebut absorbtivitas
b : tebal media dalam cm
c : konsentrasi yang dinyatakan dalam g/L
Tabel 2.3.3. Spektrum warna sinar tampak dan warna komplementer
Panjang Gelombang Warna Warna Komplementer
400 – 435 nm Violet Kuning – hijau
435 – 480 nm Biru Kuning
480 – 490 nm Hijau - biru Oranye
490 – 500 nm Biru – hijau Merah

12
500 – 560 nm Hijau Ungu
560 – 580 nm Kuning – hijau Violet
580 – 595 nm Kuning Biru
595 – 610 nm Oranye Hijau – biru
610 – 750 nm Merah Biru - hijau
(Ewing, 1981).
Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis karena
molekul mempunyai elektron yang dapat dieksitasikan ke tingkat yang
lebih tinggi. Panjang gelombang dimana absorbsi itu terjadi bergantung
pada kekuatan elektron yang terikat dalam molekul, dengan kata lain
panjang gelombang berbanding terbalik dengan energi radiasi (Silva et al,
2018).
2.4. Tinjauan Umum Tentang Spektrofotometer UV-Vis
Prinsip alat Spektrofotometer uv-vis adalah pengukuran serapan cahaya
sampel di daerah ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm)
oleh suatu sampel. Serapan cahaya UV atau cahaya tampak mengakibatkan
transisi elektronik, yaitu eksitasi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar
yang berenergi rendah ke tinggi. Panjang gelombang cahaya UV atau
cahaya tampak bergantung pada mudahnya eksitasi elektron (Khopkar,
2008). Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat bernama
spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada
molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak
digunakan untuk analisis kuantitatif dari pada kualitatif. Konsentrasi dari
analit dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara mengukur
absorbansi pada Panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum
Lambert-Beer (Skoog et al, 2014). Spektrofotometer adalah alat yang terdiri
dari spectrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dan
spektrum dengan Panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang diserap. Secara lengkapnya
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi
dari panjang gelombang (Day dan Underwood, 2002).
Menurut Sastrohamidjojo 2001, komponen–komponen pokok dari
spektrofotometer, antara lain:

13
1. Sumber tenaga radiasi yang memancarkan radiasi elektromagnetik,
2. Monokromator merupakan serangkaian alat optik yang menyeleksi
radiasi polikromatik menjadi monokromatik,
3. Tempat Sampel merupakan tempat diletakannya sampel, dan
4. Detektor merupakan komponen yang berperan untuk mendeteksi foton
dan mengkonversi foton menjadi energi listrik/data/sinyal yang dapat
dideteksi oleh Read-Out.
2.5. Tinjauan Umum Tentang Baku Mutu Air Bersih
Kelayakan air bersih dapat ditinjau dari nilai hasil (kriteria) pengujian
berbagai parameter. Adapun kadar maksimum nilai dari parameter yang
diperbolehkan berdasarkan Permenkes RI. No. 416/MENKES/PER/IX/1990
disajikan pada Tabel 2.5.1.
Tabel 2.5.2. Baku Mutu Air Bersih Berdasarkan Permenkes RI. No.
416/MENKES/PER/IX/1990

14
15
2.6. Tinjauan Umum Tentang Parameter Baku Mutu Air Bersih (Sulfat)
2.6.1. Pengertian Sulfat
Sulfat merupakan sejenis anion poliatom dengan rumus SO 42- yang
memiliki massa molekul 96,06 satuan massa atom. Ion sulfat terdiri dari
atom pusat sulfur yang dikelilingi oleh empat atom oksigen dalam
susunan tetrahedral. Ion sulfat bermuatan negatif dua dan merupakan
basa konjugat dari ion hidrogen sulfat (bisulfat), HSO 4-, yang
merupakan basa konjugat dari asam sulfat, H2SO4 (Aprianti, 2008).
Sulfat merupakan salah satu anion yang memiliki kelimpahan tinggi
pada air alam. Barium Sulfat sangat berguna dalam proses gravimetri
sulfat. Penambahan barium klorida (BaCl2) pada suatu larutan yang
mengandung ion sulfat dalam kondisi atau suasana asam, menghasilkan
endapan yang memiliki warna putih, yang merupakan barium sulfat
(BaSO4) yang menunjukkan adanya anion sulfat. Ion sulfat bisa menjadi
ligan yang menghubungkan mana-mana satu dengan oksigen
(monodentat) dan dua oksigen sebagai kelat atau jembatan (Aprianti,
2008).
2.6.2. Metode Pengukuran
Dalam menentukan konsentrasi sulfat, terdapat lima metode yang
saat ini dianggap sebagai standar. Ion chromatography dan kapilaritas
ion elektroforesis adalah prosedur terbaik dalam pengukuran sulfat,
karena dapat mengukur hingga 0,1 mg/L. Tiga prosedur lainnya
bergantung pada pembentukan barium sulfat dari penambahan
kelebihan barium klorida dari sampel.
Perbedaan utama dari tiga prosedur adalah metode penentuan
konsentrasi barium sulfat yang terbentuk. Pada metode gravimetrik
endapan yang terbentuk akan ditimbang. Pada metode turbidimetri
pengukuran didasarkan pada interferensi yang disebabkan endapan pada
jalur cahaya. Pada metode methylthymol biru kelebihan barium klorida
ditentukan secara kolorimetri.
Metode turbidimetri dapat menggunakan turbidimeter dan secara
spektrofotometri. Keistimewaan dari metode ini adalah cenderung

16
sederhana dan dapat dilakukan pengerjaan sampel secara sekaligus,
sehingga metode ini dianggap cukup efisien oleh BBTKLPP dalam
pengukuran kadar sulfat.
2.6.3. Penyebab Sulfat dalam Air
Sulfat (SO42-) terdapat secara alami di air tanah. Ketika air bergerak
melalui formasi batuan dan tanah yang mengandung mineral sulfat,
sebagian dari sulfat tersebut akan terlarut dan masuk ke dalam air tanah.
Mineral yang mengandung sulfat termasuk magnesium sulfat, natrium
sulfat, dan kalsium sulfat. Sulfat dapat dihasilkan dari oksida senyawa
sulfida oleh bakteri. Sulfida tersebut adalah antara lain sulfida metalik
dan senyawa organosulfur.
2.6.4. Baku Mutu
Parameter untuk kandungan sulfat dalam air yang ditetapkan
pemerintah antara lain :
a) Dep. Kes. R.I. untuk SO4, konsentrasi standar maksimum yang
masih diperbolehkan dalam air adalah sebesar 200-400 mg/L.
b) P.P No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, konsentrasi sulfat yang
diperbolehkan adalah 400 mg/L.
c) Permenkes No. 907 Tahun 2002 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum, konsentrasi sulfat yang
diperbolehkan adalah 250 mg/L.

17
2.6.5. Dampak Keberadaan Sulfat
Ion sulfat dapat tereduksi menjadi ion sulfida dalam kondisi anaerob,
yang dapat bereaksi dengan ion hidrogen membentuk hidrogen sulfida
yang menyebabkan bau pada saluran pembuangan limbah.
Saat limbah domestik tertahan cukup lama dan temperatur udara
cukup tinggi, sulfat dapat menjadi masalah yang cukup serius karena
menyebabkan crown corrotion. Ini disebabkan karena reaksi yang
terjadi ketika gas hidrogen sulfida yang telah terbentuk dari air limbah
bertemu dengan oksigen dan bakteri dari genus Thiobacillus yang
mampu mengoksidasi hidrogen sulfida menjadi asam sulfat. Hal ini
sangat merugikan karena asam sulfat akan merusak bagian atas saluran
sehingga disebut crown corrotion.
Sulfat dapat berefek Laxative apabila kadarnya berupa magnesium
dan Sodium. Senyawa sulfat bersifat iritasi pada saluran pencernaan,
apabila dalam bentuk campuran magnesium atau natrium pada dosis
yang tidak sesuai aturan, Sebagai contoh bentuk magnesium sulfat yang
biasa ditambahkan ke dalam air minurn untuk membantu pengendapan
(penjernihan air) setelah penambahan klorin. Bentuk natrium sulfat
biasa digunakan untuk pengobatan diuretik atau satincathartic. Bila
kurang mengkonsumsi air, kedua senyawa tersebut akan membentuk
kristal yang dapat merusak saluran pencernaan.
2.6.6. Aplikasi Teknik Lingkungan
Kadar sulfat dalam air alam sangat penting untuk menentukan
kecocokan penyediaan air bagi publik dan industri. Konsentrasi sulfat
dalam air limbah adalah salah satu faktor yang menentukan besarnya
masalah yang ditimbulkan dari reduksi sulfat menjadi hidrogen sulfida.
Pada kondisi anaerob dalam lumpur dan limbah industri, sulfat
tereduksi menjadi hidrogen sulfida. Apabila gas tersebut digunakan
pada mesin, hidrogen sulfida tidak boleh melebihi 750 ppm. Dari
informasi mengenai kadar sulfat, dapat ditentukan jenis fasilitas yang
diperlukan dan ukuran dari fasilitas yang sesuai.

18
2.6.7. Pengolahan Guna Mengurangi Kadar Sulfat
Ada tiga tipe pengolahan yang dapat dilakukan untuk
menghilangkan sulfat dari air minum yaitu: reverse osmosis, destilasi,
dan pertukaran ion. Reverse osmosis bekerja dengan memaksa air untuk
melewati membran semipermeabel, cara ini dapat mengurangi 93
sampai 99 persen sulfat dalam air minum. Destilasi adalah pengolahan
dengan cara merebus air dan mendinginkan uapnya sehingga terjadi
kondensasi pada tempat penampungan terpisah, cara ini dapat
mengurangi sulfat hingga hampir 100 persen. Pertukaran ion adalah
cara paling umum digunakan untuk mengurangi kadar sulfat untuk
kebutuhan air komersial, tapi tidak umum digunakan pada kebutuhan
air rumah tangga. Proses yang dilakukan adalah menukar ion sulfat
dengan ion lain biasanya klorida.

19
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilakukan secara virtual melalui aplikasi
Zoom yang diselenggarakan oleh Balai Besar Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Surabaya, dengan materi cara uji
kadar sulfat secara spektrofotometri UV-Vis. Materi tersebut disampaikan
oleh Tim Laboratorium Kimia Air dan Tim Instalasi Faktor Risiko
BBTKLP Surabaya.
3.2. Prosedur Kerja
- Analisis Kadar Sulfat
Prinsip Kerja : Pembentukan suspensi BaSO4 yang berwarna putih
sebagai hasil reaksi antara ion sulfat dalam sampel dengan BaCl 2, yang
kemudian dianalisis kadar ion sulfat secara spektrofotometer pada panjang
gelombang 420nm.
Metode : Metode yang digunakan merujuk berdasarkan standar SNI
6989.29-2009 pada kisaran kadar sulfat 1 – 40 ppm menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis.
Alat :
 Spektrofotometer UV-Vis,
 Labu ukur 100 dan 1000 mL,
 Pipet volumetrik 5, 10, 15, 20, 25, dan 50 mL,
 Labu Erlenmeyer 250 mL,
 Gelas Kimia 250 mL,
 Stopwatch,
 Magnetic stirrer atau pengaduk mekanis,
 Sendok penakar dengan kapasitas 0,2 – 0,3 mL, dan
 Neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg.
Bahan :
 Air bebas mineral,
 Kertas saring,

20
 BaCl2 kristal,
 Larutan baku sulfat 100 mg SO42-/L (1 mL = 100µg SO42-); larutkan
Na2SO4 anhidrat dalam air bebas mineral dan diencerkan hingga
1000 mL,

Reaksi :
BaCl2 (s) + SO42- (aq) BaSO4 (s) + 2Cl- (aq)

Langkah Kerja (SNI 06-6989.20-2009).


Diencerkanlarutan induk sulfat 1000 mg/L menjadi 100 mg/L

Diencerkan kembali menjadi 10, 20, 30, 40 mg/L dan


ukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm

Sampai muncul absorbansi

Absorbansi sampel

Pengujian Blanko / Sampel


Diambil 25 mL aquademin / sampel air bersih

Ditambahkan 5 ml larutan buffer Asetat dan


seujung sendok takar BaCl2.2H2O

Diaduk selama 5 menit

Dibaca dengan spektrofotometer pada


panjang gelombang 420 nm

21
3.3. Pembahasan Mengenai Analisis Kadar Sulfat
Sulfat merupakan salah satu anion yang banyak terkandung dalam air.
Sulfat dalam air dapat berasal dari berbagai mineral, seperti gipsum, batu
bara, pyrite, dan sebagainya. Pengujian parameter ini didasarkan pada
pembentukan suspensi berwarna putih (BaSO4) sebagai hasil reaksi antara
ion sulfat dalam sampel dengan BaCl2, yang kemudian di analisis kadar ion
sulfat secara turbidimetri pada panjang gelombang 420 nm. Metode
pengujian yang digunakan yaitu metode turbidimetri berdasarkan SNI
6989.20-2009. Prinsipnya adalah ion sulfat akan diendapkan dalam suasana
asam dengan BaCl2 membentuk kristal Barium Sulfat (BaSO4).
Spektrofotometer akan mengukur absorben dari suspensi BaSO 4 (kekeruhan
yang ditimbulkan akibat terbentuknya suspensi BaSO4) pada panjang
gelombang 420 nm. Spektrofotometer yang digunakan adalah Shimadzu UV
1900 Spektrofotometer. Prinsip kerja alat Spektrofotometer UV-Vis pada
metode ini adalah hamburan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan
source oleh sampel, yang kemudian transmitansinya dideteksi oleh detektor
dan data yang diperoleh ditampilkan oleh read out.
Mula-mula dilakukan pembuatan kurva standar dari larutan standar
yang telah dipersiapkan. Larutan standar yang telah dipersiapkan diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm. Spektrofotometer akan
mengukur absorben dari suspensi BaSO4 (kekeruhan yang ditimbulkan
akibat terbentuknya suspensi BaSO4) pada panjang gelombang 420 nm.
Sebelum kuvet (wadah penampung kaca yang digunakan untuk menampung
sampel saat dilakukannya analisis secara spektrofotometri UV-Vis)
dimasukan ke dalam spektrofotometer bersihkan dahulu bagian luar kuvet
agar pengukuran berjalan sesuai yang diinginkan, karena spektrofotometer
bekerja dengan mengukur cahaya yang dapat menembus kuvet.
Dari pengukuran absorbansi larutan standar maka diperoleh kurva
standar, dimana kegunaan kurva standar untuk mencari konsentrasi atau
kadar sulfat. Setelah membuat kurva standar, maka dilakukan pengujian
sampel. Penambahan reagen buffer asetat (30g MgCl2.6H2O, 5g
CH3COONa.3H2O, 1g KNO3, 20 mL CH3COOH 99% dilarutkan hingga

22
1000 mL dengan aquademin) pH 4 bertujuan untuk mempertahankan pH
agar bersifat asam karena reaksi yang terjadi memerlukan pH asam untuk
membentuk BaSO4. Untuk membentuk suspensi berwarna putih, maka
direaksikan dengan seujung sendok BaCl2. Secara keseluruhan reaksi yang
terjadi disajikan pada persamaan reaksi berikut:
H+
2-
BaCl2 (s) + SO4 (aq) BaSO4 (s) + 2Cl- (aq)
Setelah penambahan BaCl2, diukur absorbansi larutan sampel dengan
spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 420 nm. Sampel yang
yang lulus uji, kadar sulfatnya tidak melebihi ambang batas dengan baku
mutu Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 untuk air bersih,
dimana untuk kadar sulfat adalah sebesar 400 mg/L, sedangkan ketika
menggunakan analisis dengan metode turbidimetri berdasarkan standar (SNI
6989.20:2009) memiliki rentang kadar sulfat antara 1 ppm – 40 ppm.
Adanya kandungan sulfat dalam sampel air bersih tidak berbahaya selama
tidak melebihi baku mutu, jika melebihi baku mutu maka dikatakan beracun
bagi manusia (Silaban et al, 2013). Dengan demikian sampel air yang telah
diuji dapat dikatakan layak untuk dikonsumsi sebagai air bersih, jika
ditinjau dari parameter kadar sulfat.

Gambar 3.3. Kurva Kalibrasi Standar Sulfat


Tabel 3.3.1. Kurva Larutan Standar Pengujian Sulfat Periode Juni 2019
Konsentrasi Standar (mg/L) Absorbansi Standar
10 0.09
20 0.160
30 0.247
40 0.326
50 0.393

23
Dari pengukuran tersebut diperoleh absorbansi sampel yang diolah
melalui perhitungan dengan persamaan garis lurus berikut:
y = 0,0077x + 0,0116
r2 = 0,9983
Tabel 3.3.2. Hasil Uji Kadar Sulfat Sampel Air Bersih Periode Juni 2019
Kode Sampel Absorbansi Kadar Sulfat (mg/L)
8197 1.07592473 135.474
8338 0.14888011 18.313
8339 0.04408604 5.069
8360 0.94884094 119.413
8599 0.84695078 106.536
8600 0.77427382 97.351
Dari keenam sampel tersebut maka dapat diambil suatu kesimpulan jika
sampel yang telah diuji tidak melebihi ambang batas dengan baku mutu
Permenkes RI No. 416/MENKES/Per/IX/90 untuk air bersih, dimana untuk
kadar sulfat adalah sebesar 400 mg/L.

24
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Sampel yang diuji dapat dikatakan lulus uji air bersih dimana kadar
sulfatnya tidak melebihi ambang batas dengan baku mutu Permenkes RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990 untuk air bersih, dimana untuk kadar sulfat
adalah sebesar 400 mg/L atau 400 ppm. Analisis menggunakan metode
turbidimetri berdasarkan standar (SNI 6989.20:2009) memiliki rentang
kadar sulfat antara 1 ppm – 40 ppm, dengan demikian sampel air dapat
dikatakan layak digunakan sebagai air bersih, jika ditinjau dari parameter
kadar sulfat.
4.2. Saran
Saran dari penulis agar dilakukan kegiatan PKL secara offline agar
dapat mengetahui cara pengerjaan analisis sampel secara langsung, sehingga
mendapatkan pengalaman kerja pada Laboratorium yang dituju. Kegiatan
PKL secara virtual dapat dimaksimalkan lagi antara pihak instansi dan
pelamar PKL dimana dapat memperoleh data yang dianalisis oleh
BBTKLPP dan kami dapat membantu untuk menganalisisnya dan tidak
secara webinar saja.

25
DAFTAR PUSTAKA
Aprianti, M. 2008. Analisis Kandungan Boron, Seng, Mangan dan Sulfat dalam
Air Sungai Mesjid sebagai Air Baku PDAM Dumai. Pekanbaru: FMIPA-
UR.
BSN. 2009. Air dan air limbah – Bagian 20: Cara uji sulfat (SO42-) secara
turbidimetri. SNI 6989.20-2009. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional
Indonesia.
Day, R. A. dan Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif: Edisi
Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Departemen Kesehatan. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan No.
416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air. Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Air dan
Lingkungan. Yogyakarta: Kanisius
Ewing, G. W. 1981. Instrumental Methods of Chemical Analysis: 4th Edition.
Tokyo: Kosaido Printing Co. Ltd. (McGraw-Hill Kogakusha Ltd).
Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates.
Gandjar, I. G. dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Annalisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Harvey, D. 2019. 10.8: Spectroscopy Based on Scattering (online).
https://chem.libretexts.org/Courses/Northeastern_University/10%3A_Spec
troscopic_Methods/10.8%3A_Spectroscopy_Based_on_Scattering.
Diakses pada 20 Desember 2020.
Khopkar, S. M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Terjemahan A.
Saptorahardjo. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Santoso, Hari. 2017. Buku Profil BBTKLPP Surabaya. Surabaya: Kementrian
Kesehatan.
Sastrohamidjojo, H. 2001. Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty Press.
Silaban, N. S., Nelvia, N., dan Idwar, I. 2013. Pertumbuhan Tanaman Padi Fase
Vegetatif dan Akumulasi Logam Berat Pada Jaringan Tanaman Padi
Varietas Payo Besar dan Inpari 12 di Lahan Gambut yang diberi
Amelioran Dregs. Jurusan Agrotekno-logi Fakultas Pertanian Universitas
Riau. Pekanbaru.
Silva, F. V. L., Sara, R., Alberto, N. A., dan Joao, A. V. P. 2018. Determination
of pKa(s) of nilutamide through UV-Visible spectroscopy. Microchemical
Journal. 138: 303-308.
Skoog, D. A, West, D. M., Holler, J. F., dan Crouch, S. R. 2014. Fundamental of
Analytical Chemistry:9th Edition. Belmont: Brooks/Cole Cengage
Learning.
Wild, D., Sheehan, C., dan Binder, S. 2013. Introduction to Immunoassay
Product Technology in Clinical Diagnostic Testing. The Immunoassay

26
Handbook, 509-515.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi BBTKLPP Surabaya
KEPALA

BAGIAN TATA
USAHA

SUBBAGIAN
SUBBAGIAN UMUM
PROGRAM DAN
LAPORAN

BIDANG SURVEILANS BIDANG BIDANG ANALISIS


EPIDEMOLOGI PENGEMBANGAN DAMPAK KESEHATAN
TEKNOLOGI DAN LINGKUNGAN
LABORATORIUM

SEKSI ADVOKASI SEKSI TEKNOLOGI SEKSI LINGKUNGAN


KEJADIAN LUAR BIASA PENGENDALIAN FISIK DAN KIMIA
PENYAKIT

SEKSI LINGKUNGAN
SEKSI PENGKAJIAN DAN SEKSI TEKNOLOGI BIOLOGI
DISEMINASI LABORATORIUM

KELOMPOK
INSTALASI JABATAN
FUNGSIONAL
27
Lampiran 2. Bukti Dokumentasi Kegiatan PKL Virtual
No
Gambar Keterangan
.

Kegiatan pembukaan dan


1. pengenalan profil
BBTKLPP Surabaya

Kegiatan webinar mengenai


Metode Pengambilan
2.
Contoh Uji Air melalui
Zoom Meeting

Kegiatan webinar mengenai


Cara Uji Sulfat (SO42-)
3.
secara Spektrofotometri
melalui Zoom Meeting

Kegiatan webinar mengenai


Cara Uji Kebutuhan
Oksigen Biokimia
4.
(Biochemical Oxygen
Demand / BOD) melalui
Zoom Meeting

28
Kegiatan webinar mengenai
Cara Uji Besi (Fe) secara
5. Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA) – nyala melalui
Zoom Meeting
Kegiatan webinar mengenai
Pengambilan Sampel
6. Lingkungan secara
Mikrobiologi melalui Zoom
Meeting

Kegiatan penutupan PKL


Virtual yang dilaksanakan
7.
melalui Whatsapp grup
dengan pihak instansi

29
Lampiran 3. Surat Ijin PKL

30
Lampiran 4. Jurnal Kegiatan yang Telah Disahkan oleh Pembimbing
JURNAL KEGIATAN PKL

Nama Mahasiswa : Perintis Gita Susanti


Mochammad Luthfi Hamdani
Jonathan Angelo Ranamanggala
NIM : 17030234013
17030234041
17030234042
Bentuk PKL : Virtual
Virtual dengan : Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian
Penyakit (BBTKLPP) Surabaya (Jl. Sidoluhur No. 12,
Kemayoran, Kec. Krembangan)
Waktu Pelaksanaan: 15 Juni 2020 s/d 10 Agustus 2020
No. Tanggal Kegiatan Hasil yang Tanda Keterangan
Diperoleh Tangan
Pembimbing
1. 28/07/2020 Mengikuti kajian  Mengetahui Kegiatan
mengenai metode kriteria air dilaksanakan
Pengambilan bersih secara melalui
Contoh Uji Air, fisik dan kimia Webinar
kajian mengenai yang mengacu yang
Pengertian, pada Baku diselenggara
Pengujian, Mutu Air Bersih kan oleh
Parameter Air Berdasarkan pihak
Bersih, parameter Permenkes RI. instansi
pengujian air bersih No.416/Menkes dengan
meliputi Cara Uji /Per/IX/90 zoom
2-
Sulfat (SO4 ) secara meeting
 Mengetahui
Spektrofotometri,
metode
Cara Uji Kebutuhan
pengambilan
Oksigen Biokimia
contoh uji air
(Biochemical
yang dilakukan
Oxygen Demand /
berdasar acuan
BOD), dan Cara Uji
SNI 06-
Besi (Fe) secara
6989.57.2008
Spektrofotometri

31
No. Tanggal Kegiatan Hasil yang Tanda Keterangan
Diperoleh Tangan
Pembimbing
Serapan Atom mengenai
(SSA) – nyala metode
pengambilan
contoh air
permukaan dan
acuan SNI 06-
6989.58.2008
mengenai
metode
pengambilan
contoh air
limbah

 Mengetahui
pengukuran
kadar sulfat
pada air bersih
dan air limbah
dilakukan
secara
spektrofotometr
i dengan
kisaran kadar 1
– 40 ppm
dengan standar
SNI
6989.20:2009.

 Mengetahui
cara uji
pengukuran
BOD yang
dilakukan
berdasar acuan
SNI
6989.72.2009
dan acuan SNI
06.6989.14.200
4

32
No. Tanggal Kegiatan Hasil yang Tanda Keterangan
Diperoleh Tangan
Pembimbing
 Mengetahui
cara uji
pengukuran
kadar besi (Fe)
yang dilakukan
berdasar acuan
SNI
6989.4.2009
2. 10/08/2020 Mengikuti kajian Mengetahui cara Kegiatan
mengenai pengambilan dilaksanakan
Pengambilan contoh uji air melalui
Sampel Lingkungan mikrobiologi Webinar
secara Mikrobiologi yang
diselenggara
kan oleh
pihak
instansi
dengan
zoom
meeting
(*) pilih salah satu

Kegiatan PKL ini telah selesai dibimbing tanggal 30 Desember 2020

Tanda tangan pembimbing

Prof. Dr. Sari Edi Cahyaningrum, M.SI.


NIP 197012291997022001

33

Anda mungkin juga menyukai