Anda di halaman 1dari 137

ANALISIS PEMELIHARAAN PERALATAN DAN PENGAWASAN

PENGOLAHAN AIR MINUM ISI ULANG TERHADAP


KUALITAS BAKTERIOLOGIS (Escherichia coli)
DI KEC. GALANG KAB. DELI SERDANG
TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :
YUNI MARSELA TARIGAN
121000042

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS PEMELIHARAAN PERALATAN DAN PENGAWASAN
PENGOLAHAN AIR MINUM ISI ULANG TERHADAP
KUALITAS BAKTERIOLOGIS (Escherichia coli)
DI KEC. GALANG KAB. DELI SERDANG
TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :
YUNI MARSELA TARIGAN
121000042

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS

PEMELIHARAAN PERALATAN DAN PENGAWASAN PENGOLAHAN

AIR MINUM ISI ULANG TERHADAP KUALITAS BAKTERIOLOGIS

(Escherichia coli) DI KEC. GALANG KAB. DELI SERDANG TAHUN

2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara – cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan

ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2016

Yang membuat pernyataan

Yuni Marsela Tarigan

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk setiap tahun mengalami peningkatan dan
perubahan perilaku masyarakat yang umumnya mengkonsumsi air yang dimasak,
kini masyarakat mengkonsumsi air minum isi ulang, mendorong bertambahnya
pengusaha air minum isi ulang. Untuk itu perlu dilakukan kajian mengenai
kualitas bakteriologis (Escherichia coli) terhadap air minum isi ulang di
Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang. Tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk menganalisis pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengolahan air
minum depot isi ulang dengan kualitas bakteriologis (Escherichia coli) di Galang
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.
Jenis penelitian ini deskriptif dengan melihat gambaran pemeliharaan
peralatan dan pengawasan pengolahan terhadap kualitas air. Teknik sampel yang
digunakan dalam penelitian ini secara simple random sampling. Data yang
digunakan adalah hasil observasi, kuesioner dan pemeriksaan laboratorium pada 9
sampel air minum isi ulang (AMIU) di BTKL (Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan) Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan peralatan umumnya
dikatagorikan tidak baik (88,9%) dan pengawasan pengolahan yang dilakukan,
baik secara internal dan eksternal seluruhnya dikatagorikan tidak baik.
Pemeriksaan sampel di laboratorium menunjukan sebagian besar AMIU
memenuhi syarat sebesar 6/9.
Saran peneliti bagi Dinas agar melakukan pengawasan terhadap kualitas
air minum depot isi ulang setiap 6 bulan sekali secara rutin menurut Peraturan
Menkes RI No. 736/Menkes/Per/VI/2010. Bagi pengelola untuk melakukan
pemeliharaan peralatan dan pengawasan yang sesuai dengan waktu yang
ditetapkan untuk menjaga kualitas air.

Kata Kunci : Pemeliharaan Peralatan, Pengawasan Pengolahan, Kualitas


Bakteriologis, Air Minum Depot Isi Ulang

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

Each year population growth has increased. There is a public behavior


changes interms of consume boiling water to be consumeing refill drinking water.
That conditional will employer. To analyze control asessment of the bacteriologis
quality (Escherichia coli) The purpose of this research is to analyze maintenance
of equipment and the supervision drinking water treatmeant and quality the
bacteriological (Escherichia coli) in Deli Serdang Galang 2015.
The type of study us descriptive which the describe the maintenance of
equipment and the supervision refill drinking water with bacteriological quality.
Technique simple us in this study was simple random sampling. The data use
colectif of observation, questionnaire and laboratory tests on 9 samples of
drinking water was colectif at BTKL Medan.
The results found hat the maintenance of equipment un con generally
categorized not qualified (88.9%) and supervision of processing both internal and
external categorized bad. The results of the samples in the laboratory showed
mostly AMIU qualified by 6/9.
It’s suggestied to Department of health to supervise the quality of drinking
water refill depot every six months on a regular basis according to the Minister of
Health Regulation No. RI 736/Menkes/Per/VI/2010. The manager should to
perform equipment maintenance and supervision in accordance with a set time to
maintain water quality.

Keywords: Maintenance Of Equipment, Control of Processing,


Bacteriological Quality, Refill Drinking Water

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, rasa syukur penulis kepada Allah SWT, karena rahmat dan

karunia Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis

pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengolahan air minum isi ulang dengan

kualitas bakteriologis (Escherichia coli) di Kecamatan Galang Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2015” yang merupakan salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak

dalam menyempurnakan skripsi penulis, serta dukungan kepada penulis. Pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. M.Hum selaku Rekotr Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. dr, Nuraini Santi M.Kes dosen penasehat akademi yang telah

membimbing dan memberikan motivasi penulis selama perkuliahan dan

sebagai penguji I di FKM.

4. Ir Evi Naria M.Kes Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas

Kesehatan Mayarakat dan selaku penguji II yang memberikan masukan

dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. dr, Surya Dharma, MPH selaku dosen pembimbing I dan Dra. Nurmaini,

M.K.M, Ph.D selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya

untuk memberikan bimbingan dan masukan dalam penyempurnaan

skripsi ini.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM, khususnya Peminatan Kesehatan

Lingkungan yang telah membantu penulis.

7. Ayahanda Junianto Tarigan dan Ibunda Nurlela Rangkuti tercinta serta

adik Saya Yessi Soraya Tarigan dan Cindy Amalia Tarigan yang selalu

memberikan doa, dukungan, mendidik dengan kasih sayang dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Abang Saya Ardi, Yogi dan kakak Saya Tika Febriyanti, dan teman Saya

Indah Atika, Juwita Dewi, Eli Mariyanti & Sri Rusiati yang selalu

memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Keluarga besar HMI Komisariat FKM USU dan Kohati FKM USU

periode 2014-2015.

10. Sahabat Saya Rizki Susanti, Miranda Kartika, Rani Ulfa Lubis, Arika

Mayanti, Fahri Husaini, Nur Muhammad, Budi Setiawan yang terbaik di

Kelas A.

11. Sahabat Peminatan Kesehatan Lingkungan, terkhusus buat Ayu Hadiatin,

Dinda Audina, Rira Syahara, Putri Nabila, Delima Lestary, Rizky

Septiyanisah.

12. Keluarga Peraktik Belajar Lapangan (PBL), Destya, Sri Ramanda, Rovy,

Nur Muhammad, Betty Octhavia, Betaria, Dhiva, Nazrah.

13. Semua teman-teman seperjuangan Kesmas 2012 dalam menghadapi suka

dan duka bersama.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajiannya. Untuk itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, 2 Februari 2016


Penulis

Yuni Marsela Tarigan

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii


ABSTRAK ............................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xiv
RIWAYAT HIDUP ..............................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ...........................................................................6
1.3 Tujuan ................................................................................................7
1.3.1 Tujuan Umum ..........................................................................7
1.3.2 Tujuan Khusus .........................................................................7
1.4 Manfaat ..............................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9


2.1 Air ......................................................................................................9
2.1.1 Golongan Air ...........................................................................9
2.1.2 Sumber Air ............................................................................10
2.1.3 Pengolahan Air ......................................................................16
2.1.4 Sistem Distribusi Air .............................................................23
2.1.5 Permasalahan Sumber Daya Air ............................................24
2.2 Depot AMIU ....................................................................................25
2.2.1 Desain dan Konstruksi .......................................................25
2.2.2 Peralatan Depot Air minum ................................................27
2.2.3 Proses Produksi ..................................................................28
2.2.4 Manajemen Pemeliharaan Sarana Produksi dan Program
Sanitasi ........................................................................................42
2.2.5 Karyawan ............................................................................43

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.6 Penyimpanan Air Baku dan Penjualan ................................44
2.2.7 Persyaratan Usaha AMIU ..................................................44
2.3 Pengawasan Kualitas AMIU ..........................................................45
2.3.1 Kegiatan Pengawasan Kualitas Air .....................................46
2.4 Air dan Penyakit ..............................................................................48
2.4.1 Bakteri Coli fecal ................................................................50
2.4.2 Erescheria coli ....................................................................52
2.5 Kerangka Konseptual .....................................................................53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................54


3.1 Jenis Penelitian ................................................................................54
3.2 Lokasi dan Waktu ............................................................................54
3.2.1 Lokasi Penelitian .................................................................54
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................54
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................55
3.3.1 Populasi Penelitian ..............................................................55
3.3.2 Sampel Penelitian ................................................................56
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................57
3.4.1 Data Primer .........................................................................57
3.4.2 Data Skunder .......................................................................57
3.5 Pelaksanaan Penelitian ....................................................................57
3.5.1 Pengambilan Sample ...........................................................57
3.5.2 Alat dan Bahan ....................................................................58
3.5.3 Cara Pemeriksaan Laboratorium .........................................58
3.6 Definisi Operasional ........................................................................61
3.7 Aspek Pengukuran ...........................................................................63
3.8 Analisis Data....................................................................................66

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV HASIL ...................................................................................................67
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ...............................................67
4.2 Karateristik Responden ...................................................................67
4.3 Observasi .........................................................................................67
4.4 Pemeliharaan Peralatan....................................................................69
4.5 Pengawasan Pengolahan AMIU ......................................................68
4.5.1 Pengawasan Internal ..............................................................71
4.5.2 Pengawasan Eksternal ...........................................................72
4.6 Kualitas Air Minum Depot Isi Ulang .............................................74
BAB V PEMBAHASAN .....................................................................................75
5.1 Gambaran Pemeliharaan Peralatan AMIU ......................................75

5.2 Gambaran Pengawasan Pengolahan AMIU ...................................76

5.2.1 Gambaran Pengawasan Internal AMIU ...........................77

5.2.2 Gambaran Pengawasan Exsternal AMIU ........................78

5.3 Analisis Kualitas AMIU .................................................................79

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................80

5.4 Kesimpulan .....................................................................................80

5.5 Saran ...............................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1 Tabel 2.1 Metode pemerosesan dan pembuangan lumpur instalasi


pengolahan air ................................................................................22

2 Tabel 2.2 Jumlah sampel dan frekuensi pengujian sampel ............................47


3 Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden AMIU di Kec. Galang Kab.
Deli Serdang Tahun 2015...............................................................68
4 Tabel 4.2 Observasi Penilaian Peralatan AMIU di Kec. Galang Kab. Deli
Serdang Tahun 2015 .......................................................................69

5 Tabel 4.3 Distribusi Tindakan Responden Terhadap Pemeliharaan Peralatan


AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015 .................70
6 Tabel 4.4 Distribusi Katagori Pemeliharaan Peralatan AMIU Kec. Galang
Kab. Deli Serdang Tahun 2015 ......................................................70
7 Tabel 4.5 Distribusi Tindakan Responden Terhadap Pengawasan Internal
AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015 .................71

8 Tabel 4.6 Distribusi Katagori Pengawasan Internal AMIU di Kec. Galang


Kab. Deli Serdang 2015 .................................................................72
9 Tabel 4.7 Distribusi Tindakan Responden Terhadap Pengawasan Eksternal
yang Dilakukan pada AMIU di Kec.Galang Kab. Deli Serdang
Tahun 2015 ....................................................................................73
10 Tabel 4.8 Distibusi Katagori Pengawasan Eksternal AMIU di Kec. Galang
Kab. Deli Serdang 2015 .................................................................73
11 Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Kualitas AMIU di Kec. Galang Kab. Deli
Serdang 2015 ..................................................................................74

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


1 Gambar 2.1 Tandon air baku 1...............................................................29
2 Gambar 2.2 Tangki stenlies ...................................................................29

3 Gambar 2.3 Kerangka konsep ................................................................53

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISTILAH
AMIU : Air Minum Isi Ulang
AMDK : Air Minum dalam Kemasan
BTKLPP : Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian penyaikit
MPN : Most Probabel Number
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
RO : Reserve Osmosis
SPAM : Sistem Penyediaan Air Minum
UV : Ultraviolet

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yuni Marsela Tarigan


Tempat Lahir : Galang Kota Kab. Deli Serdang
Tanggal Lahir : 23 Maret 1994
Suku Bangsa : Karo
Agama : Islam
Nama Ayah : Junianto Tarigan
Suku Bangsa Ayah : Karo
Nama Ibu : Nurlela Rangkuti
Suku Bangsa Ibu : Mendailing

Pendidikan Formal

1. TK Mutiara Bunda : 1999 s/d 2000

2. SD Negeri 105382 : 2000 s/d 2006

3. SMP Al-Azhar Medan : 2006 s/d 2009

4. SMA Negeri 1 Galang : 2009 s/d 2012

5. Universitas Sumatera Utara : 2012 s/d 2016

Fakultas Kesehatan Masyarakat

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia maka kebutuhan air

juga meningkat. Jumlah penduduk di Indonesia tahun 2014 sebesar 2.763.632

jiwa. Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 kabupaten, 440 kecamatan. Deli

Serdang adalah salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara (Sumut), dimana

tempat peneliti berdomisili dan melakukan penelitian, dengan jumlah penduduk

tahun 2013 sebesar 1.886.388 jiwa, hasil tersebut menempati jumlah penduduk

terbesar ke dua setelah kota Medan (BPS, 2015).

Pertumbuhan jumlah penduduk di Kec. Galang tahun 2012-2013 sebesar

63,476 jiwa menjadi 64,912 jiwa maka jumlah konsumsi air minum juga

meningkat. Perubahan perilaku masyarakat pada umumnya mengkonsumsi air

yang dimasak, kini masyarakat mengkonsumsi air minum isi ulang (AMIU).

Tahun 2013 menunjukan bahwa lebih dari 50% rumah tangga di Kabupaten Deli

Serdang yang menggunakan AMIU sebagai sumber air minum (BPS Deli

Serdang, 2014).

Penggunaan air bersih yang disalurkan PDAM (Perusahaan Daerah Air

Minum) Tirta Deli tahun 2013 sebesar 1.332.125 m3 dengan jumlah langganan

sebanyak 5.131 pelanggan, dimana pelanggan terbanyak adalah rumah tangga

sebesar 4.904 pelanggan. Tahun 2013 akses terhadap air minum yang memenuhi

syarat kesehatan (fisik, mikrobiologi, kimia dan radioaktif) sekitar 56,41 % masih

menjadi masalah yang serius bagi penduduk Deli Serdang. Meskipun persentase

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

rumah tangga dengan sumber air minum meningkat selama periode 2011-2013

(Statistik Daerah Kabupaten Deli Serdang, 2014).

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi

(zat padat, air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan

sisanya 30% berupa daratan. Udara mengandung zat cair sebanyak 15% (Gabriel,

2001).

“Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan manusia setelah

udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak

seorang pun yang dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa air minum. Selain

itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan

kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri,

pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain.

Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badan dan volume

tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga bervariasi

antara bagian-bagian tubuh manusia, beberapa organ tubuh manusia yang

mengandung banyak air, antara lain: otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot

75,6% dan darah 83%. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari

berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut tergantung

pada keadaan iklim, standart kehidupan, dan kebiasaan masyarakat” (Chandra,

2006).

Adapun manfaat lain air bagi tubuh manusia, membantu proses

pencernaan, mengatur proses metabolisme, mengangkut zat-zat makanan, dan

menjaga keseimbangan tubuh. Menurut dokter dan para ahli kesehatan, tubuh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

membutuhkan air untuk dikonsumsi sebanyak 2,5 liter atau setara dengan delapan

gelas setiap harinya. Apabila jumlah air yang dikonsumsi kurang dari jumlah

ideal, tubuh akan mengalami kekuragan cairan (dehidrasi) yang menyebabkan

lemas, capek, dan menglami gangguan kesehatan. Ditinjau dari sudut ilmu

kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan

timbulnya penyakit di masyarakat (Suriawira, 2005).

Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas

air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat

tersebut. Selain bermanfaat bagi manusia, air juga merupakan media sarang

penularan penyakit berbahaya bagi manusia. Air kotor merupakan tempat yang

nyaman untuk berkembang biak bagi bakteri dan virus penyebab penyakit. Bibit

penyakit menular yang berkembang biak melalui perantara air antara lain kolera,

disentri typhus. Bahaya atau penyakit yang dapat ditimbulkan oleh air yang

tercemar antara lain keracunan, kanker, dan beberapa penyakit lainnya

(Alamsyah, 2007).

“Kualitas dan kuantitas air diperlukan untuk mengetahui kondisi air dan

kecenderungan berubah pada sumber air dalam rangka pengolahan kualitas air dan

pengendalian pencemaran air. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk

hidup, zat, atau energi, atau komponen lain dalam air. Indikator biologis, misalnya

bakteri dan sebagainya, sedangkan yang dimaksud dengan kuantitas air adalah

jumlah atau debit aliran air pada sumber air” (Soemarto, 2006).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

“Bioindikator atau indikator biologis adalah spesies atau populasi makhluk

hidup, hewan, tumbuhan atau mikroorganisme yang kehadiran dan vitalitasnya

dapat memberikan respon terhadap perubahan kondisi lingkungan Tingey (1989)

dalam Kovacs (1992) menyebutkan bahwa ”Three is no better indicator of status

ofa species or a system than the species of system it self”. Artinya tidak ada

indikator yang lebih baik dari suatu spesies atau suatu sistem dari pada spesies

atau sistem itu sendiri” (Linsley, 1989).

Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisik,

mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan

parameter tambahan, adapun parameter wajib yang diikuti dan ditaati oleh seluruh

penyelenggara air minum. Parameter mikrobiologi yang diukur yaitu Escherichia

coli dan total bakteri koliform dengan kadar maksimum yang diperbolehkan 0 di

air minum (Permenkes, 2010).

Air minum adalah air yang berasal dari pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

AMIU adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi

air minum dan menjual langsung kepada konsumen.

Masih banyak ditemukan air minum isi ulang yang beroperasi di Pekan

Baru sebanyak 526 tahun 2014, ternyata hanya 152 yang mendapatkan izin dari

Dinas Kesehatan (Dinkes), ini membuat masyarakat cemas karena masyarakat

tidak tahu bagaimana membedakan air minum isi ulang yang mereka konsumsi

memenuhi syarat kesehatan atau tidak. Dari hasil analisis yang dilakukan oleh

Budi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia melakukan sejumlah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

kajian terhadap kualitas air minum di beberapa daerah. "Hasil menunjukkan

beberapa memang tercemar bakteri Escherichia coli (Tribunews, 2014).

Adapun jumlah air minum isi ulang (AMIU) di Kec. Galang sebesar 39.

Sumber air baku yang berasal dari pegunungan persentase sebesar 51,2% dengan

harga Rp 4.000-5000, sumber air baku yang berasal dari air tanah sekitar 43,6%

dari jumlah yang ada di Kec. Galang, dengan kisaran harga yang bervariasi dari

harga Rp 3.000-3.500, sumber air PDAM 5,1 % dengan kisaran harga sama

dengan air tanah, dengan kisaran harga yang relatif murah kita bisa melihat

kualitas air yang dihasilkan sesuai atau tidak dengan syarat-syarat kesehatan yang

telah ditetapkan terutama masalah Escherichia coli yang dapat berdampak

langsung terhadap kesehatan.

Perlunya pengawasan yang dilakukan agar kita dapat mengetahui kualitas

air yang kita gunakan sudah memenuhi syarat atau tidak. Apabila AMIU yang kita

gunakan tidak pernah dilakukan pengawasan bagaimana kita bisa melihat kualitas

AMIU aman atau tidak untuk dikonsumsi. Penyelenggara air minum untuk tujuan

komersial wajib melakukan pengawasan internal dan eksternal yang dilakukan di

unit pengisian galon/wadah air minum. Untuk pemeriksaan mikrobiologi dan fisik

pengujian sample air minum isi ulang wajib dilakukan 1 bulan sekali. Kimia wajib

dan tambahan dilakukan 6 bulan sekali. Jarang sekali kita lihat AMIU yang sesuai

dengan aturan tersebut, jika sudah melakukan pemeriksaan sesuai yang dianjurkan

maka aman (terhindar dari parameter fisik, mikrobiologi, kimia dan radioaktif)

untuk dikonsumsi sebagai air minum sehari-hari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Survei awal yang dilakukan peneliti, dari 39 AMIU di Kec. Galang

Kabupaten Deli Serdang, hanya 1 AMIU yang memeriksakan kualitas air minum

terhadap parameter fisik, mikrobiologi, kimia dan radioaktif yang dilakukan setiap

6 bulan sekali, sebagian besar AMIU melakukan pemeriksaan kualitas air hanya 1

kali saja pada saat membuka usaha, sedangkan lainnya malah tidak pernah

melakukan pemeriksaan kualitas air (fisik, mikrobiologi, kimia dan radioaktif)

dari awal usahanya dibuka sampai sekarang pemeriksaan wajib dilakukan 1 bulan

sekali untuk pemeriksaan mikrobiologi dan fisik, untuk pemeriksaan kimia dan

radioaktif dilakukan 6 bulan sekali (Permenkes, 2010). Peneliti juga melihat

mereka tidak melakukan pemeliharaan peralatan terhadap tandon sumber air baku,

filter, mikrofilter, desinfeksi, pencucian, pembilasan. Pemeliharaan peralatan itu

penting untuk menjamin kualitas air minum, pemeliharaan peralatan dilakukan

setiap 1 minggu sekali untuk peralatan pembilasan, 1 bulan sekali untuk tandon

air baku, filter mikroflter, bulu sikat pada alat pencucian sebagian besar tidak

diganti setiap 3 bulan, dan 6 bulan untuk mengganti lampu ultraviolet jika tidak

bisa lagi digunakan sebagai alat desinfektan. Kita dapat melihat bagaimana

kualitas AMIU jika tidak ada pemeliharaan peralatan dan pengawasan yang

dilakukan terhadap kualitas air minum yang dihasilkan.

Berdasarkan hal di atas, maka penulis ingin mengetahui analisis

pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengolahan AMIU terhadap kualitas

bakteriologis (Escherichia coli) di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

1.2 Perumusan Masalah

Pertumbuhan penduduk setiap tahun mengalami peningkatan dan

perubahan perilaku masyarakat pada umumnya mengkonsumsi air yang telah di

masak kini masyarakat mengkonsumsi AMIU, mendorong bertambahnya

pengusaha AMIU. Untuk itu perlu dilakukan kajian mengenai kualitas

bakteriologis (Escherichia coli) terhadap AMIU di Kec. Galang Kab. Deli

Serdang Tahun 2015.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Analisis pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengolahan AMIU

terhadap kualitas bakteriologis (Escherichia coli) di Kec. Galang Kab. Deli

Serdang Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pemeliharaan peralatan AMIU di Kec.

Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015.

2. Untuk mengetahui gambaran pengawasan pengolahan pada AMIU di Kec.

Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015.

3. Untuk mengetahui jumlah Escherichia coli pada AMIU di Kec. Galang

Kab. Deli Serdang Tahun 2015.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yaitu:

1. Bagi Masyarakat

Agar bisa membedakan air minum yang layak dikonsumsi dengan yang

tidak layak dikonsumsi, dengan cara melihat peralatan yang digunakan dan

surat pemeriksaan kualitas air setiap 1 bulan sekali pada air minum isi

ulang.

2. Bagi Penulis

Menambah wawasan penulis mengenai pemeliharaan peralatan dan

pengawasan pengolahan air minum isi ulang.

3. Bagi Mahasiswa

Dapat dijadikan masukan dan tambahan untuk peneliti lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber

yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut,

antara lain:

1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.

2. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.

3. Tidak berasa dan tidak berbau.

4. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah

tangga.

5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen

Kesehatan RI.

Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-

bahan kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri (Chandra, 2006).

2.1.1 Golongan air

Air secara bakterologis dapat dibagi menjadi beberapa golongan

berdasarkan jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel

air/MPN. MPN disini mewakili most probable number (jumlah terkaan terdekat

bakteri koliform dalam 100 cc air).

Golongan-golongan air tersebut antara lain :

1. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN<S50/100cc.

2. Air dengan penjernian lengkap; MPN MPN<5000/100cc.

3. Air dengan penjernian tidak lengkap; MPN<5000/100cc.

9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10

4. Air dengan penjernian khusus (water purification); MPN>250.000/100cc

(Chandra, 2006).

Golongan kualitas air menurut peruntukannya, antara lain :

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,

usaha diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Peraturan

pemerintah, 1990).

2.1.2 Sumber air

Air yang berada di permukaan bumi berasal dari berbagai sumber

berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi 4:

2.1.2.1 Air angkasa

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi.

Walaupun saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cendrung

mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung

di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme dan gas,

misalnya, karbondioksida, nitrogen, dan amonia (Chandra, 2006).

2.1.2.2 Air permukaan

Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan (Mentri

pekerjaan Umum, 2001). Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumber permukaan, sebagian besar

berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian

akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun yang lainnya

(Chandra, 2006).

1. Persoalan air permukaan

Persoalan air permukaan yang sering terjadi dibagi menjadi (Kodoatie dan

Rostam, 2010).

A. Ruang jaringan sungai (instream)

Persoalan menyangkut 3 masalah klasik air yang sering disebut 3 T:

too much ,too little, too dirty.

To much berarti di suatu tempat air terlalu berlebih dan too little

berarti di suatu tempat air berkurang. Salah satu indikasi “too much,

too little” dapat dilihat dengan perbandingan Q max (biasanya di

musim penghujan) dan Q min (di musim kemarau) suatu sungai.

Indikasi lain juga dapat dilihat dari persoalan klasik di Indonesia

sepanjang tahun: banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim

kemarau. Di Jawa Tengah persoalan banjir juga meningkat seperti

disimpulkan oleh Program Magister Teknik Sipil Undip dalam

Kodoatie dan Rostam, 2010 bahwa debit puncak banjir meningkat

antara 0,11% sampai 3,50% per tahun.

Too dirty berarti sungai terlalu kotor menunjukan masalah polusi

sungai yang juga perlu perhatian serius. Di sini persoalan terjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

karena kepentingan teknis dan aspek lingkungan berbenturan dengan

aspek sosial ekonomi.

B. Persoalan di daerah aliran sungai

Persoalan menyangkut dua hal penting yaitu konservasi sumber daya

air dalam pengelolaan sumber daya air dan kawasan budi daya dalam

penata ruangan. Aspek konservasi sumber daya air adalah bagaimana

bisa menahan aliran permukaan (run-off) yang sebesar-besarnya dan

memberi kesempatan selama-lamanya air untuk masuk ke dalam tanah

(infiltrasi) atau tertahan di permukaan tanah.

Dampak yang terjadi adalah peningkatan kualitas dan kuantitas

kebutuhan air sekaligus penurunan ketersediaan air baik dari sisi

kuantitas maupun kualitas di daerah alih fungsi lahan tersebut dan

peningkatan run-off di daerah hilirnya yang berpotensi meningkatkan

banjir.

2. Kualitas air permukaan

Kualitas air permukaan yang ada dipermukaan bumi ini diharapkan

mampu mendukung kehidupan satwa perairan dan mempunyai nilai

estetis. Demikian pula, air permukaan tersebut seharusnya dapat diolah

dengan menggunakan prosedur standart untuk konsumsi manusia. Apabila

tujuan pemanfaatan air permukaan telah ditentukan, maka klasifikasi yang

didasarkan pada kareteristik fisik, biologi, dan kimia air permukaan perlu

disesuaikan dengan standart baku mutu yang lazim digunakan untuk

menentukan status kualitas air (Asdak, 2007).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

2.1.2.3 Air tanah

Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan

bumi yang kemudian mengalami perlokasi atau penyerapan ke dalam tanah dan

mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air

hujan tersebut, di dalam perjalananya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi

lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah memiliki

kelebihan dibandingkan sumber air lain, yaitu persediaan air tanah cukup tersedia

sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun.

Tidak semua air infiltrasi (air tanah) mengalir ke sungai atau tampungan

air lainnya, melainkan ada sebagian air infiltrasi yang tetap tinggal dalam lapisan

tanah bagian atas (top soil) untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer

melalui permukaan tanah (soil evaporation), dan melalui permukaan tajuk

vegetasi (transpiration). Selain hal diatas persoalan yang sering kita jumpai pada

air tanah yaitu (Kodoatie dan Rostam, 2010).

1. Persoalan air tanah

Persoalan air tanah identik dengan persoalan air permukaan yaitu

menyangkut kuantitas dan kualitas serta dampak lain seperti terjadinya

lend subsidance.

Danaryanto, 2008 dalam Kodoatie dan Rostam, 2010 tantangan utama

yang dihadapi dalam pengolahan air tanah di Indonesia adalah terbatasnya

pasokan air dari sumber air permukaan, ketergantungan yang tinggi

terhadap air tanah untuk penyedian, dan maraknya pengambilan sumber

air ini karena tuntutan kebutuhan akan air semakin meningkat dari tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

ke tahun, baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun pelayanan

umum, sedangkan di wilayah yang sama sekali belum terlayani PDAM,

masyarakat harus berupaya sendiri untuk mendapatkan air bersih, dan air

tanah menjadi pilihan pertama dalam memenuhi kebutuhan akan air

bersih. Hal ini mengakibatkan pengambilan air tanah oleh masyarakat

menjadi semakin marak, sehingga terjadi penurunan muka air tanah.

2. Dampak pengambilan air tanah

Air tanah erat hubungannya dengan air permukaan. Berdasarkan hukum

Darcy, dijelaskan jika tinggi muka air tanah mengalami penurunan yang

berkelanjutan, akibat dari eksplotasi air tanah yang berlebihan maka

kemungkinan terjadinya rembesan air sungai ke akuifer sangat besar. Jika

aliran sungai cukup besar, maka rembesan tersebut tidak terlalu

berpengaruh terhadap debit sungai. Namun jika akuifer terbentuk dari

tanah yang memiliki permeabilitas besar dan pencemaran yang terjadi di

sungai cukup tinggi, maka akan berpengaruh terhadap adanya pencemaran

air tanah (Kodoatie dan Rostam, 2010).

Beberapa wilayah di Indonesia, air tanah masih menjadi sumber air minum

utama. Air tanah yang masih alami tanpa gangguan manusia, kualitasnya

belum tentu bagus. Terlebih lagi yang sudah tercemar oleh aktivitas

manusia, kualitasnya akan semakin menurun. Pencemaran air tanah antara

lain disebabkan oleh kurang teraturnya pengolahan lingkungan (Kodoatie

dan Rostam, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Beberapa sumber pencemaran yang menyebabkan menurunnya kualitas air

tanah antara lain.

1. Sampah dari TPA

2. Tumpahan minyak

3. Kegiatan pertanian

4. Pembuangan limbah cair pada sumur dalam

5. Pembuangan limbah ke tanah

6. Pembuangan limbah radioaktif

Akibat pengambilan air tanah yang intensif di daerah tertentu dapat

menimbulkan pencemaran air tanah, sehingga kualitas air tanah yang semula baik

menjadi menurun dan bahkan tidak dapat digunakan sebagai bahan baku air

minum. Sedangkan di daerah dataran pantai akibat pengambilan air tanah yang

berlebihan akan menyebabkan terjadinya intrusi air laut karena pergerakan air

laut ke air tanah (Kodoatie dan Rostam, 2010).

Air tanah umumnya tidak memenuhi syarat sebagi sumber air minum, di

daerah Bandung. Beberapa parameter yang tidak sesuai persyaratan untuk sumber

air minum antara lain : kekeruhan melebihi 5 NTU, warna lebih dari 15 Pt Co, pH

kurang dari 6,5, Fe3+ lebih dari 0,3 mg/l, Mn2+ lebih dari 0,1 mg/l, NH4+ lebih dari

1,5 mg/l, Clˉ lebih dari 250 mg/l, dan NO3ˉ lebih dari 50 mg/l, serta mengandung

bakteri coli yang berasal dari buagan tinja. Rendahnya kualitas air tanah dangkal

di daerah permukaan dan industri ini kemungkinan disebabkan oleh litologi

akuifer yang merupakan endapan dan udara pencemaran dari buangan limbah

domestik dan industri (Danaryanto, 2006).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Air tanah yang baru disedot didiamkan terlebih dahulu selama beberapa

saat untuk mengendapkan besi, sebelum digunakan untuk berbagai peruntukan.

Selain itu perlakuan ini juga bertujuan untuk menurunkan kadar karbondioksida

dan menaikan kadar oksigen terlarut (Effendi, 2003).

2.1.3 Pengolahan air

Metode yang digunakan untuk pengolahan air berkaitan dengan pencemar

yang ada dalam persedian air tertentu yaitu bakteri patogen. Metode yang

digunakan dalam pengolahan air yaitu:

2.1.3.1 Metode pengolahan fisik

Operasi-operasi satuan fisik disusun sesuai dengan urutan paling sering

terjadi dalam instalasi pengolahan air, yaitu:

1. Penyarigan

Untuk memastikan bahwa satuan-satuan utama dalam suatu instalasi

pengolahan bekerja dengan efisien, maka perlu dilakukan pembuangan

sampah-sampah besar yang mengambang dan terapung, misalnya batang-

batang kayu dan cabang-cabang kayu yang mungkin ada di tempat

pengendapan, terutama di sungai-sungai.

2. Aerasi

Aerasi adalah suatu bentuk perpindahaan gas dan dipergunakan dalam

berbagai variasi operasi, meliput sebagai berikut:

1) Tambahan oksigen untuk mengoksidasi besi dan mangan terlarut.

2) Pembuangan karbon dioksida.

3) Pembuangan hidrogen sulfida untuk menghilangkan bau dan rasa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

4) Pembuangan minyak yang mudah menguap dan bahan-bahan penyebab

bau dan rasa serupa yang dikeluarkan oleh ganggang serta

mikroorganisme yang serupa.

3. Pencampuran

Bahan-bahan kimia yang dipergunakan untuk pengolahan air dapat

dimasukan dengan mesin pemasukan larutan. Untuk dapat menjadi efektif,

bahan-bahan kimia ini harus tersebar dengan baik dalam air dengan

pencampuran yang sempurna.

4. Flokulasi

Bila bahan-bahan pengental ditambahakan ke air yang mengandung

kekeruhan, akan terbentuk kumpulan partikel yang turun mengendap.

Untuk melakukan pembuangan kumpulan partikel yang pada awalnya

sangat kecil, pengadukan cepat harus di ikuti dengan suatu jangka waktu

pengadukan halus (flokulasi) selama 20 menit.

5. Pengendapan

Pemurnian air dengan cara pengendapan dimaksudkan untuk menciptakan

suatu kondisi yang sedemikian rupa, sehingga bahan-bahan yang terapung

di dalam air dapat diendapkan ke luar.

6. Flokulasi dan pengendapan di gabungkan

Filter yang terdiri dari selapis pasir, atau pasir dan tumbukan batu bara,

yang di tunjang diatas suatu tumpukan kerikil. Bila air yang lolos melalui

filter tersebut, partikel-partikel terapung dan bahan-bahan flokulan akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

bersentuhan dengan butir-butir pasir dan melekat kepadanya (Linsley dan

Joseph, 1979).

2.1.3.2 Metode pengolahan kimiawi

Koagulasi dan desinfeksi adalah merupakan proses yang paling umum

dipergunakan dalam pengolahan air secara kimiawi. Rasa dan bau yang tidak enak

dapat dihilangkan dengan adsopsi karbon atau oksidasi kimiawi dengan senyawa-

senyawa semacam klorin, ozon dan permanganat.

1. Koagulasi

Koagulan bereaksi dengan air dan partikel-partikel yang membuat keruh

untuk membentuk endapan flokulan. Partikel-partikel yang lebih besar

mempunyai kekerapatan yang cukup memungkinkan pembuangannya

dengan cara pengendapan gravitasi. Koagulan yang paling dikenal adalah

alum [Al2 (SO4)3 18 H2O].

Bila air tidak mengandung alkalinitas yang diperlukan, maka perlu

ditambahkan kapur (CaO) atau abu soda (Na2CO3).

2. Desinfeksi

Klorin terbukti sebagai desinfeksi yang ideal. Bila dimasukkan ke dalam

air akan mempunyai pengaruh yang cepat dan menghilangkan

mikrobiologi.

Jumlah klorin yang dibutuhkan tergantung pada jumlah bahan anorganik

dan organik yang berkurang di dalam air. Bila persediaan air mengandung

fenol, penambahan klorin ke air akan mengakibatkan rasa yang kurang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

enak akibat klorofenol. Rasa ini dapat dihilangkan dengan menambahkan

amoniak ke air sebelumnya.

3. Klorinasi

Klorinasi digunakan dalam berbagai cara, tergantung pada mutu air

mentah dan kondisi-konsisi lainnya. Klorinasi air, yaitu pemakain klorin

setelah pengolahan, merupakan metode yang umum. Klorinasi awal, yaitu

pemakaian klorin sebelum pengolahan, akan menyempurnakan koagulsi,

mengurangi beban filter dan mencegah tumbuhnya ganggang.

4. Adsorpsi

Adsorpsi adalah suatu fenomena permukaan, adsorben haruslah mempuyai

permukaan yang luas dan harus bebas dari bahan-bahan diadsorp. Karbon

yang diaktifkan diperoleh dengan cara membakar kayu, lignit, batu bara,

residu minyak tanah dan kulit kacang agar diperoleh suatu bahan residu

yang permukaanya luas. Oleh sebab itu, adsopsi kabon biasanya dilakukan

setelah filtrasi.

5. Oksidasi

Oksidasi kimiawi adalah suatu peroses di mana keadaan oksidasi dari

suatu bahan ditingkatkan melalui suatu reaksi kimiawi (Kodoatie dan

Rostam, 2010).

2.1.3.3 Metode pengolahan khusus

Metode-metode khusus sering dipergunakan untuk mencapai tujuan

pengolahan yang spesifik. Beberapa metode untuk menghilangkan rasa

dan bau, besi dan mangan yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

1. Pembuangan rasa dan bau

Rasa dan bau di dalam air disebabkkan oleh :

a. Gas-gas terlarut, misalnya hidrogin sulfida

b. Zat-zat organik hidup, misalnya ganggang

c. Zat-zat organik yang

d. Membusuk

e. Limbah industri

f. Klorin

Aerasi adsropsi dan oksidasi adalah beberapa diantara metode-metode

yang telah dipergunakan untuk menghilangkan rasa dan bau.

2. Pembuangan besi dan mangan

Di antara metode-metode yang dipergunakan untuk menghilangkan besi

dan mangan adalah :

a. Oksidasi dan presipitasi

b. Penambahan bahan-bahan kimia dan pengendapan serta filtrasi

c. Filtrasi melalui zeolit mangan

d. Pertukaran ion

Di antara metode-metode ini yang paling sering dipergunakan yaitu

oksidasi dan presipitasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

2.1.3.4 Metode pengolahan garam

Beberapa proses untuk membuang garam dari air di antara proses-proses

yang ada:

1. Distilasi

Distilasi air laut telah dilaksanakan selama bertahun-tahun. Tenaga

matahari telah dipergunakan untuk produksi terbatas di daerah-daerah

yang banyak mendapatkan cahaya matahari sepanjang tahun. Walaupun

demikian, produksi sekala besar dengan tenaga matahari dari segi

ekonomis tidak nampak layak dalam waktu dekat ini.

2. Pembekuan

Dalam proses pembekuan, suhu air laut diturunkan perlahan-lahan hingga

terbentuk kristal-kristal es. Kristal ini bebas dari garam dan dapat

dipisahkan dari batu garam.

a. Demineralisasi

Garam-garam dapat dihilangkan dari air melalui pemakaian alat

penukar ion yang serupa dengan yang dipergunakan untuk

menghilangan kesadahan.

b. Elektrodialisis

Dengan metode ini ion-ion dihamburkan oleh kerja suatu potensi

listrik melalui membran-membran yang secara selektif dapat ditembus

berbagai ion.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

c. Osmosis terbalik

Proses ini juga mempergunakan membran-membran, tetapi yang

secara selektif dapat ditembus oleh air, bukanya oleh garam (Linsley

dan Joseph, 1979).

2.1.3.5 Metode pembuangan lumpur instalasi pengolahan

Pembuangan lumpur instalasi pengolahan telah menjadi masalah besar

karena tidak terdapat lahan ditempat pengolahan untuk instalasi pemrosesan

lumpur.

Tabel 2.1 Metode Pemerosesan dan Pembuangan Lumpur Instalasi Pengolahan


Air.
Metode Penggunaan
Pengentalan Lumpur dari operasi pengolahan air relatif encer sehingga

gravitasi dibutuhkan pengentalan tertentu untuk mengurangi volume cair

yang harus dibuang pada langkah-langkah peroses selanjutnya.

Lagoon Lumpur ditahan dan dikentalkan dalam lagoon (kolam)

penampungan air,

Lapisan pengering Lapisan-lapisan pasir dipergunakan untuk mengeringkan

lumpur.

Pengaliran keselokan Bila mungkin, pengaliran ke selokan merupakan salah satu cara

Sentifugasi yang paling sederhana dan memuaskan untuk membuang

Pembekuan lumpur. Praktek ini dapat mengimbangi operasi sarana-sarana

Pemadatan penaganan air limbah.

Filtrasi hampa Masing-masing metode ini telah dipergunakan untuk

mengeringkan (mengentalkan) lumpur instalsi pengolahan air.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Sambungan tabel

Hasil kerjanya tergantung pada ciri-ciri lumpur dan kondisi

operasi setempat.

2.1.4 Sistem Distribusi Air

Sistem distribusi air yang akan di bahas yaitu :

2.1.4.1 Jenis-jenis sistem distribusi air

Bila kondisi topografiya baik, dipergunakan distribusi gravitasi. Ini

menurut adanya suatu waduk pada elevasi yang cukup di atas kota yang

bersangktuan, sehingga air dapat mencapai setiap bagian dari sistem distribusi

dengan tekanan yang cukup (Linsley dan Joseph, 1979).

2.1.4.2 Waduk-waduk distribusi

Waduk haruslah terletak sedekat mungkin ke pusat pemakaian. Berbagai

jenis waduk distribusi dibangun untuk memenuhi kondisi topografi dan struktural

yang dijumpai. Waduk-waduk kecil dapat berupa galian sederhana yang lebih

besar membutuhkan lapisan beton, dengan tembok sisi yang direncanakan sebagai

tembok penahan untuk menahan beban-beban luar dari tanah bila waduk sedang

kosong (Kodoatie dan Rostam, 2010).

2.1.4.3 Konstruksi dan pemeliharaan sistem ditribusi air

Syarat pokok bagi pipa untuk sistem distribusi air adalah cukupnya

kekuatan dan ketahanan terhadap karat setinggi mungkin. Besi tulang, baja

berlapis semen, plasitk dan semen asbes dapat diandalkan untuk ukuran kecil,

sedangkan baja dan beton bertulang lebih kompetitif untuk ukuran besar. Pipa-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

pipa pelayanan dari pipa utama menuju ke para langganan biasanya terbuat dari

pipa tembaga atau baja disapuh (Linsley dan Joseph, 1979).

2.1.5 Permasalahan Sumber Daya Air

Permasalahan sumber daya air yang sering terjadi di Indonesia yaitu :

2.1.5.1 Kerusakan daerah tangkapan hujan

Kerusakan daerah tangkapan hujan terutama disebabkan oleh ketimpangan

dalam pemanfaatan lahan. Ketimpangan tersebut disebabkan oleh perubahan lahan

yang tidak terkendali, sehingga kawasan hutan yang semula dilindungi oleh

vegetasi alami berubah menjadi kawasan terbuka sedangkan kawasan pertanian

dan pedesaan berubah derastis menjadi kawasan industri dan perkotaan (Sunaryo,

2005).

Saat ini makin banyak daerah tangkapan hujan yang mengalami

pengurangan luasan kawasan bervegetasi, bahkan dibeberapa DAS terjadi

perubahan tata guna lahan yang demikian pesat sehingga luas hutan menurun

derastis sampai mencapai ambang batas kritis (Linsley dan Joseph, 1979).

2.1.5.2 Erosi dan sedimentasi

Pada dasarnya erosi adalah hilang atau terkikisnya bagian tanah di suatu

tempat yang disertai terangkutnya bagian tanah itu.

Hujan yang jatuh di lahan yang terbuka merupakan penyebab utama erosi,

karena tetesan air membawa momentum yang secara mekanis dapat mengubah

ikatan antara butiran tanah (Linsley dan Joseph, 1979).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

2.1.5.3 Kekeringan

Debit sungai pada musim kemarau akan menjadi kecil dan mengakibatkan

keterbatasan air untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Fenomenal tersebutlah

yang disebut dengan kekeringan (Linsley dan Joseph, 1979).

2.1.5.4 Pencemaran air

Pencemaran air merupakan persoalan yang khas yang terjadi di sungai-

sungai dan badan air. Sumber pencemaran disebabkan oleh aktivitas manusia

seperti sektor domestik, berupa limbah cair dari rumah tangga dan industri

(Kodoatie dan Rostam, 2010).

2.1.5.5 Banjir

Penyebab bencana khususnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: alam

dan manusia. Secara alami bencana akan selalu ada di muka bumi seperti gunung

meletus, tsunami dan curah hujan yang sangat tinggi di suatu lokasi menimbulkan

bencana banjir dan tanah longsor. Selain itu banjir dapat juga terjadi karena

limpasan permukaan. Bencana oleh aktifitas manusia adalah akibat eksploitasi

alam yang berlebihan. (Kodoati dan Roestam Sjarief, 2010).

2.2 Depot AMIU

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum

(Permenkes, 2010).

Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan

air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen (Keputusan

Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

2.2.1 Desain dan Konstruksi Depot

Air Minum harus terbebas dari pencemaran yang berasal dari debu

disekitar Depot, daerah tempat pembuangan kotoran/sampah, tempat penumpukan

barang bekas, tempat bersembunyi/berkembang biak serangga, binatang kecil,

pengerat, dan lain-lain, tempat yang kurang baik, system saluran pembuangan air

dan tempat-tempat lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran

(Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004).

Proses produksi menyediakan tempat yang cukup untuk penempatan

peralatan proses produksi. Area produksi harus dapat dicapai untuk inspeksi dan

pembersihan disetiap waktu (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan,

2004).

Konstruksi lantai, dinding dan plafon area produksi harus baik dan selalu

bersih. Dinding ruang pengisian harus dibuat dari bahan yang licin, berwarna

terang dan tidak menyerap sehingga mudah dibersihkan. Pembersihan dilakukan

secara rutin dan dijadwalkan. Dinding dan plafon harus rapat tanpa ada keretakan.

Tempat pengisian harus didesain hanya untuk maksud pengisian produk jadi dan

harus menggunakan pintu yang dapat menutup rapat. Desain tempat pengisian

harus sedemikian rupa sehingga semua permukaan dan semua peralatan yang ada

di dalamnya dapat dibersihkan serta disanitasi setiap hari (Keputusan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Penerangan diarea proses produksi, tempat

pencucian/pembilasan/sterilisasi/pengisian galon harus cukup terang untuk

mengetahui adanya kontaminasi fisik (Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan, 2004).

Ventilasi harus cukup untuk meminimalkan bau, gas atau uap berbahaya

dan kondensat dalam ruang proses produksi, pencucian/ pembilasan/sterilisasi dan

pengisian galon. Pengecekan terhadap perlengkapan ventilasi perlu dilakukan

secara rutin agar tidak ada debu dan dijaga tetap bersih (Keputusan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan, 2004).

2.2.2 Peralatan Depot AMIU

Alat yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum:

1. Storage Tank

Storage tank berguna sebagai penampungan air baku yang dapat

menampung air sebanyak 3000 liter.

2. Stainless Water Pump

Stainless Water Pump berguna sebagai pemompa air baku dari tempat

storage tank kedalam tabung filter.

3. Tabung Filter

Tabung Filter mempunyai tiga fungsi, yaitu :

a. Tabung yang pertama adalah active sand media filter untuk menyaring

partikel – partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau jenis lain

yang efektif dengan fungsi yang sama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

b. Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk

menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.

c. Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter

merupakan karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu, rasa,

warna sisa khlor dan bahan organik.

4. Mikro Filter

Mikro Filter merupakan saringan yang terbuat dari polyprophylene yang

berfungsi untuk menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5

mikron, 1 mikron dan 0,4 mikron dengan maksud untuk memenuhi

persyaratan air minum.

5. Flow Meter

Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir kedalam galon

isi ulang.

6. Lampu ultraviolet dan ozon

Lampu ultraviolet dan ozon berguna sebagai desinfeksi pada air yang telah

diolah.

7. Galon isi ulang

Galon isi ulang berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk menampung

atau menyimpan air minum didalamnya. Pengisian wadah dilakukan

dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat

pengisian yang higienis (Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

2.2.3 Proses Produksi

Persyaratan teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, yaitu:

2.2.3.1 Penampungan air baku dan syarat bak penampung

Bak penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus

bebas dari bahan–bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan

mempunyai persyaratan yang terdiri atas :

a. Khusus digunakan untuk air minum

b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman

c. Harus mempunyai manhole

d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui keran

e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi

penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari

kemungkinan kontaminasi.

Tangki galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara

pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air.

Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan

dalam minimal 1 (satu) bulan sekali. Air baku harus diambil sampelnya, yang

jumlahnya cukup mewakili untuk diperiksa terhadap standar mutu yang telah

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan (Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Gambar 2.1 Tandon air baku

Gambar 2.2 Tangki stenlies

2.2.3.2 Penyaringan bertahap

Penyaringan bertahap (filtrasi) adalah pembersihan partikel padat dari

suatu fluida dengan melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum, yang

di atasnya padatan akan terendapkan. Range filtrasi pada industri mulai dari

penyaringan sederhana hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang difiltrasi

dapat berupa cairan atau gas, aliran yang lolos dari saringan mungkin saja cairan,

padatan, atau keduanya (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan,

2004).

1. Media filtrasi

Ada tiga tipe dasar filter penyaringan granular (Bibbie, 2002). Hal ini

berguna untuk memahami perbedaan masing-masing filter:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

A. Filter pasir lambat

Filter pasir lambat merupakan filter tertua. Lapisan ini sangat penting

untuk penyerapan secara efektif dan filter pasir hanya menyediakan

pengolahan awal. Filter ini dibersihkan pada periode antara beberapa

minggu dan beberapa bulan, oleh gesekan dari lapisan atas pasir dan

pertumbuhan biologi.

Filtrasi pasir lambat adalah alternatif proses yang mengikat kotoran

dari sumber proses diperlukan dalam sistem kecil, dan aliran gravitasi

yang cukup dari sumber pengolahan. Tingkat kekeruhan air menurun

dari 11 ntu ke 1 ntu dalam waktu dua minggu. Penggunaan air tanah

dianggap terlalu mahal karena masalah dengan besi dan mangan.

B. Filter gravitasi cepat

Filter gravitasi cepat, beroperasi pada tingkat yang prosesnya lebih

tinggi, menggunakan media kasar dengan permeabilitas lebih tinggi.

Pengolahan air di mulai dari pengolahan fisik, meskipun media dapat

menyerap seberapa banyak kimia yang larut dalam filter. Koagulasi

normal wajib memastikan partikel kecil dapat hilang sehingga akan

lebih efektif. Filter sederhana digunakan untuk satu media, biasanya

pasir, yang umum digunakan dua atau banyak tipe media. Filter

gravitasi cepat membersihkan dengan membalikan aliran air melalui

filter, untuk mengeluarkan kotoran, proses cuci kembali.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

C. Tekanan Filter

Tekanan filter prosesnya sama dengan filter gravitasi cepat, tetapi

yang membedakannya adalah bentuk filter gravitasi cepat, satu-

satunya perbedaanya adalah bahwa mereka beroperasi di bawah

tekanan dalam pembuluh tertutup besar. Secara tradisional

menggunakan sumber air tanah di mana air dipompa dari lubang bor

langsung masuk melalui filter ke dalam distribusi, tanpa memerlukan

pompa ulang(Latterman, 1985).

2. Mekanisme transportasi

Dalam proses filtrasi, sebagian besar depot isi ulang melakukan tiga tahap

filtrasi.

a. Pertama filter berisi media pasir digunakan untuk menyaring partikel-

partikel halus dari tangki air baku.

b. Kedua media mangan zeolit berfungsi untuk menghilangkan zat besi

atau mangan yang belum sempat teroksidasi oleh khlorin atau kaporit.

c. Ketiga Media karbon aktif berfugsi untuk menghilangkan polutan

mikro misalnya zat organik, detergen, bau, senyawa phenol serta untuk

menyerap logam berat dan lain-lain. Pada filter karbon aktif ini terjadi

proses adsorpsi (proses penyerapan zat-zat yang akan dihilangkan) oleh

karena permukaan pori-pori karbon aktif sudah jenuh, atau sudah tidak

mampu lagi menyerap, maka proses penyerapan akan berhenti, dan

pada saat ini karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif yang baru.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Kemudian setelah air dialirakan ke filter catridge. Ukuran catridge

bermacam-macam mulai dari 1 micron sampai 10 mikron dan

dipergunakan untuk menghilangkan sisa partikel padatan yang ada di

dalam air sehingga air menjadi benar-benar jernih (yudo dan P.Nugro,

2005).

3. Proses Filtrasi

Ada beberapa macam filter yang dipakai dalam proses filtrasi terhadap

zat/unsur mineral dan kuman pathogen. Filter yang dimaksud disini adalah

filter karbon aktif, filter keramik, filter selaput, dan filter arang aktif.

1. Filter karbon aktif

Media filtrasi yang digunakan adalah bubuk halus, biasanya pasir di

gunakan dalam penyarigan yang pertama. Filter dapat menyaring

partikel yang masuk dengan ukuran 1 mikron atau bahkan lebih kecil

dapat dihilangkan secara efektif. Jika karbon aktif digunakan dalam

media filter untuk menghilangkan rasa dan bau dapat ditambahkan

dengan kemampuan penghilangan partikel (Rip, 1985).

Keuntungan yang diberikan oleh filter karbon aktif :

a. Filter ini mempunyai kemampuan menghilangkan senyawa

organik misalnya trihalometan [CHCl3, CHBrCl2, CHBr2Cl,

CHBr3], sisa khlor, kekeruhan dan menghilangkan bau pada air.

b. Kemampuan menyaring zat non organik misalnya fe, Pb, Zn

cukup baik tetapi dalam waktu cukup lama zat anorganik akan

lolos jika melampaui volume air yang keluar dari filter (100 liter).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

c. Kemampuan menyaring bakteri juga cukup baik.

Kerugian yang diberikan filter karbon aktif :

a. Kemampuan jaringan akan hilang apabila sudah melibihi batas

volume yang ditentukan.

b. Bakteri yang tersaringakan menempel pada permukaan karbon

aktif, sehingga lama-kelamaan bakteri akan berkembang biak.

Oleh sebab itu dalam pemakain filter karbon aktif, air harus

mengalami khloronisasi terlebih dahulu.

c. Filter ini harus diganti setelah mencapai limit volume air yang

dipakai/keluar.

2. Filter keramik

Filter ini terbuat dari bahan dasar keramik (bubuk halus) kemudian

dibentuk menjadi keramik. Dapat pula filter ini dibentuk dari bahan

baku gips.

Keuntugan filter keramik

a. Filter ini dapat menghilangkan bahan pencemar yang berada di

dalam air dan dapat menyaring bakteri/kuman.

Kelemahan filter keramik

Oleh karena filter keramik mengandung pori-pori sehingga

kemungkinan besar :

a. Mikrobakteri dapat lolos keluar, terutama terhadap fitrabe virus.

b. Mikrobakteri tersangkut pada pori-pori dan melekat pada dinding

bagian dalam filter dan akan terus berkembang biak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

c. Mikrobakteri dan zat-zat organik dapat menyumbat pori-pori

sehingga kemampuan menyaring akan berkurang.

Oleh karena itu sebaiknya air yang melewati filter keramik sudah

dikhloronisasi terlebih dahulu dan harus melakukan pencucian filter

pada saat tertentu.

1. Filter selaput

Disebut pula filter membran: ada 3 macam filter selaput, yaitu filter

salput selulose acetat, filter selaput selulose triacetat dan filter resin

poliamida.

Cara kerja umum:

a. Filter selaput ini memisahkan zat padat yang tidak terlarut dan

yang terlarut.

b. Penggunaan filter ini memakai tekanan yang cukup tinggi

sehingga dapat memaksa air yang melewati filter. Hasil

percobaan membuktikan 20 galon air hanya terfiltrasi 2 galon

saja.

Cara kerja yang diuraikan dengan menggunakan osmosis terbalik

(Reserve Osmosis). Ketiga filter ini mempunyai ciri-ciri tersendiri.

1. Filter selaput selulose acetat

a. Tidak bisa memisahkan bakteri dari air, sehingga dalam

pemakainya perlu khloronisasi terlebih dahulu.

b. Tidak toleransi terhadap zat khlor, selaput ini mudah rusak

akibat adanya zat khlor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

c. Debit air yang dihasilkan sangat sedikit.

2. Filter selaput selulose triacetat

a. Dapat memisahkan bakteri dari air hanya sebagian saja

sehingga masih perlu khloronisasi air terlebih dahulu.

b. Sedikit toleransi terhadap khlor, yang berarti selaput ini bisa

rusak akibat zat khlor.

c. Debit air yang dihasilkan sedang.

3. Filter selaput resin poliamida

a. Dapat memisahkan bakteri dari air secara keseluruhan

sehingga tidak perlu melakukan khloronisasi terhadap air.

b. Toleransi terhadap khlor (membran resain poliamida tidak

rusak akibat adanya khlor).

c. Debit air sangat tinggi dibandingkan dengan filter selulosa

acetat/triacetat.

4. Filter pasir karang aktif

Filter ini mula-mula diperkenalkan di Korea oleh Korean Advanced

Institute Science and technology (KAIST) yang telah diakui

keunggulan filter tersebut.

Ada dua macam filter pasir karang aktif yaitu filter pasir karang

aktif dan filter pasir karang aktif berlapis perak. Filter pasir karang

aktif mempunyai sifat dan cara kerja sebagai berikut:

a. Filter pasir karang aktif mengandung kalsium dan 20 macam

mineral.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

b. Menghilangkan bahan pencemar, rasa, bau, kekeruhan dan sisa

khlor.

c. Menghilangkan senyawa organik, misalnya senyawa

trihalomethane (THM = CHCl2, CHBr2Cl, CHBr3).

d. Menghilangkan bahan-bahan non organik melalui proses

pertukaran ion yaitu menyerap logam berat dengan cara

melepas kalsium yang akan berekasi dengan khlor bebas.

Filter pasir karang aktif berlapis perak

a. Membasmi bakteri dengan cara membentuk ikatan kuat antara

koloidal perak dengan belerang di dalam kelompok sulphydryl

di dalam sitoplasma bakteri dan kemudian mengalami reaksi

reduksi dan oksidasi.

b. pH air akan meningkat terutama apabila air disimpan (Gabriel,

2001).

2.2.3.3 Desinfeksi

1. Tujuan desinfeksi

Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen. Proses

desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau alat

pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu

ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 – 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi

selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet

(UV) dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan 25370 A dengan intensitas

minimum 10.000 mw/detik/cm2 (Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

d. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah

Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara

pangan (food grade) dan bersih. Bila mana dilakukan pencucian maka

harus dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan

(food grade) dan air bersih dengan suhu berkisar 60 – 850C, kemudian

dibilas dengan air minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan

sisa–sisa deterjen yang dipergunakan untuk mencuci.

e. Pengisian

Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta

dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis.

f. Penutupan

Penutupan wadah dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa konsumen

dan atau yang disediakan oleh Depot Air Minum.

2. Proses desinfeksi

Proses desinfeksi adalah suatu proses menghilangkan kuman patogen yang

berada di dalam air. Proses sterilisasi ini dapat dihilangkan dengan berbagai cara,

yaitu pemanasan hingga titik didih air, khlorinasi atau dengan cara ozonisasi dan

sinar ultraviolet. Cara yang paling mudah dan murah adalah dengan cara

khlorinasi, yaitu mencampurkan kaporit ke dalam air.

Dalam proses desinfeksi perlu diperhatikan beberapa volume air yang

diperlukan bagi perorangan, perkeluarga atau masyarakat luas.

a. Keperluan banyak orang cara yang dipakai dalam proses desinfeksi adalah

khlorinasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

b. Keperluan pribadi atau masyarakat dalam dalam jumlah sedang. Cara yang

dipakai adalah ozonisasi, ultraviolet atau filtrasi

c. Keperluan keluarga kecil dan pribadi. Cara yang dipakai dalam proses

deinfeksi adalah memasak (Gabriel, 2001).

Proses desinfeksi dibagi menjadi 3 yaitu

1. Khlorinasi

Air setelah mengalir melalui filter pasir cepat maka air tersebut akan diberi

kholor 60% dengan perbandingan 1 kubik air diperlukan klor sebanyak 5

gram. Perlu diingat bahwa dalam pemakain zat khlor cendrung

meningkatkan keasaman air.

H2O + Cl2 → HCl + HClO

HClO →HCl + [O]

Pemakaian Cl2 bertujuan membasmi/desinfeksi kuman dan [O] yang

terbentuk juga memabantu pembasmian kuman. HCl yang terbentuk dalam

pemakaian Cl2 akan menambah keasaman air dan merusak pipa yang

terbuat dari logam.

2. Ozonisasi

Air yang mendapat ozonisasi, kuman-kuman yang mengandung di

dalamnya akan mati

1. Cara ozonisasi

Air mengalir melalui penekanan, ozon (O3) akan larut di dalam air

H2O + O3 → H2O + O2 + [O]

[O] yang terbentuk akan membunuh kuman.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan, dan kemasan akan

ikut disterilkan, sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin tidak

ada kebocoran di kemasasn ozon generator. Ozon merupakan bahan yang

efektif disamping sangat aman. Akan tetapi karena ozon bersifat oksidator

juga, maka apabila air baku yang masih mengandung Fe atau Mn melewati

ozonisasi, maka air yang diperoses akan dapat berubah menjadi sedikit

berwarna kekuningan atau kecoklatan karena terbentuknya partikel

Fe(OH)3. Jadi sebaiknya air yang melewati proses ozonisasi harus benar-

benar bersih.

3. Proses ultraviolet

Melalui penyinaran ultraviolet dengan intensitas cahaya 2537 Å ( 10-8 cm )

pada air yang sedang mengalir maka kuman-kuman yang terdapat di dalam

air akan mati.

a. Kontruksi lampu UV

Lampu UV seperti lampu neon TL; hanya gelas/tabung gelas dibuat

khusus dari quartz dan di dalam tabung diisi dengan gas air raksa.

Ada 3 hal yang memperkuat uv membunuh kuman didalam air :

1. Pemanasan UV secara vertical dan horizontal sehingga seluruh

lapisan air tersinari.

2. Dengan memakai lempengan logam yang melengkung dengan sifat

seperti cermin cekung membantu dalam memfokuskan cahaya UV.

3. Dengan memasang neon UV secara berderet maka kekuatan

bakterisida semakin sempurna.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Pada AMIU, cara yang paling banyak digunakan adalah dengan memasang

lampu ultarviolet. Air dialirkan melalui tabung yang dipasang lampu ultraviolet

berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet.

Intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup, yang efektif diperlukan

intensitas besar 30.000 MW sec/cm2 (Micro Watt detik per sentimeter persegi).

Proses yang relatif baru adalah mencampur gas ozon ke dalam air, dikenal dengan

nama ozonisasi. Ozon merupakan oksidator kuat yang mampu membunuh bakteri

patogen, termasuk virus (Yudo dan P.Nugro, 2005).

2.2.3.4 Mikrofilter

Mikrofiltrasi adalah jenis proses filtrasi fisik dimana cairan yang

terkontaminasi dilewatkan melalui membran pori berukuran khusus untuk

memisahkan mikroorganisme dan partikel dari proses cair ditangguhkan . Hal ini

biasanya digunakan untuk proses pemisahan lainnya seperti ultrafiltrasi dan

reverse osmosis untuk memberikan aliran produk yang bebas dari kontaminan

yang tidak diinginkan.

Mikrofilter pada setiap AMIU bebeda-beda tergantung kualitas air baku

yang digunakannya, jumlahnya dimulai dari cartridge 3, 4, 6, 8. Ukuran cartridge

memiliki kekerapatan yang bebeda-beda ddimulai dari ukuran 0-10 μm

(wikepedia, 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

2.2.4 Manajement Pemeliharaan Sarana Produksi dan Program Sanitasi

2.2.4.1 Manajemen Pemeliharaan Peralatan

Manajemen pemeliharaan dapat dijelaskan sebagai fungsi dari panduan

kebijakan aktifitas-aktifitas pemeliharaan, teknik pelatihan dan manajemen

kontrol dari program-program pemeliharaan. Fungsi-fungsi dari pemeliharaan:

1. Perencanaan dan perbaikan peralatan/fasilitas pada standar-standar yang

ditetapkan.

2. Pelaksanakan pemeliharaan preventif; khususnya, pengembangan dan

penerapan program kerja yang terjadwal untuk tujuan menjaga

peralatan/fasilitas beroperasi secara memuaskan.

3. Persiapkan anggaran biaya yang realistis terhadap pemeliharaan dan

kebutuhan material.

4. Pengaturan logistik untuk menjamin ketersediaan komponen/material yang

diperlukan untuk tugas-tugas pemeliharaan.

5. Pemeliharaan pencatatan peralatan dan pembersihan (Dhilon, 2006).

Bangunan dan bagian-bagiannya harus dipelihara dan dikenakan tindak

sanitasi secara teratur dan berkala. Harus dilakukan usaha pencegahan masuknya

binatang pengerat (tikus), serangga dan binatang kecil lainnya kedalam bangunan

proses produksi maupun tempat pengisian .

Pembasmian jasad renik, serangga dan tikus yang dilakukan dengan

menggunakan desinfektan, insektisida ataupun rodentisida harus dilakukan

dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan

manusia dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap bahan baku dan air minum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Mesin dan peralatan yang berhubungan langsung dengan bahan baku ataupun

produk akhir harus dibersihkan dan dikenakan tindak sanitasi secara teratur,

sehingga tidak menimbulkan pencemaran terhadap produk akhir (Menteri

Perindustrian dan Perdagangan, 2004).

Mesin dan peralatan yang digunakan oleh AMIU harus dirawat secara

berkala dan apabila sudah habis umur pakai harus diganti sesuai dengan ketentuan

teknisnya (Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004).

2.2.4.2 Program sanitasi

Permukaan peralatan yang kontak dengan bahan baku dan air minum harus

bersih dan disanitasi setiap hari. Permukaan yang kontak dengan air minum harus

bebas dari kerak, oksidasi dan residu lain (Menteri Perindustrian dan

Perdagangan, 2004).

Proses pengisian dan penutupan dilakukan secara saniter yakni dilakukan

dalam ruang yang hygienis. Wadah yang dibawa oleh konsumen harus disanitasi

dan diperiksa sebelum pengisian, dan setelah pengisian, wadah ditutup dengan

penutup tanpa disegel. Wadah cacat harus dinyatakan tidak dapat dipakai dan

tidak boleh diisi (Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004).

Pekerjaan pembersihan dilakukan baik di ruang produksi maupun tempat

pengisian sehingga dapat mencegah kontaminasi pada permukaan yang berkontak

langsung dengan air minum, bila menggunakan bahan sanitasi maka

konsentrasinya harus sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Pada perlakuan

sanitasi harus dicatat konsentrasi bahan sanitasi dan lamanya waktu bahan sanitasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

berkontak dengan permukaan yang disanitasi (Menteri Perindustrian dan

Perdagangan, 2004).

2.2.5 Karyawan

Karyawan yang berhubungan dengan produksi harus dalam keadaan sehat,

bebas dari luka, penyakit kulit atau hal lain yang diduga dapat mengakibatkan

pencemaran terhadap air minum (Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004).

Karyawan bagian pengisian diharuskan menggunakan pakaian kerja, tutup

kepala dan sepatu yang sesuai.

Karyawan harus mencuci tangan sebelum melakukan pekerjaan, terutama

pada saat penanganan wadah dan pengisian. Karyawan tidak diperbolehkan

makan, merokok, meludah atau melakukan tindakan lain selama melakukan

pekerjaan yang dapat menyebabkan pencemaran terhadap air minum.

Karyawan/personil tidak diperbolehkan dalam tempat pengisian kecuali yang

berwenang dengan pakaian khusus untuk melakukan pengujian atau pekerjaan

yang diperlukan (Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004).

2.2.6 Penyimpanan Air Baku Dan Penjualan

2.2.6.1 Penyimpanan Air Baku

Bak penampung air baku harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade),

harus bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air (Menteri Perindustrian

dan Perdagangan, 2004).

Depot air minum tidak boleh melakukan penyimpanan air minum yang

siap dijual dalam bentuk dikemas. Dengan demikian tidak ada stok air minum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

dalam wadah yang siap dijual. Penyimpanan hanya boleh dilakukan untuk air

baku dalam tangki penampung (Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004).

2.2.6.2 Penjualan

Air Minum tidak boleh melakukan penjualan secara eceran melalui

toko/kios/warung dan hanya diperbolehkan menjual di tempat usaha langsung

kepada konsumen yang membawa wadah miliknya sendiri atau disediakan oleh

Depot. Pelaksanaan penjualan/pengisian dilakukan seperti uraian pada proses

pengisian air minum yang dimulai dari pembilasan/pencucian/sterilisasi wadah,

pengisian dan penutupan (Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004).

2.2.7 Persyaratan Usaha Depot Air Minum

2.2.7.1 Tanda daftar indutri (TDI)

TDI adalah bentuk perizinan yang diberikan oleh Depperindag RI untuk

AMIU dalam rangka pendirian sebuah industri yang harus dimiliki oleh sebuah

depot air minum (Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004)

Ketentuan kewajiban memiliki TDI adalah sebagai berikut :

1. Industri kecil dimana nilai investasinya sampai dengan Rp. 5.000.000,-

(lima juta rupiah) tidak termasuk tanah, dan bangunan tempat usaha,

tidak wajib memiliki TDI, kecuali perusahaan yang bersangkutan

mengkehendaki TDI.

2. Industri kecil dimana nilai investasinya diatas Rp 5.000.000,- (lima juta

rupiah) sampai dengan Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah, dan bangunan tempat usaha, wajib memiliki TDI

(Permenperindag, 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

2.2.7.2 Tanda daftar usaha perdagangan (TDUP)/surat izin usaha

perdagangan (SIUP)

Tanda Daftar Usaha Perdagagan (TDUP) atau SIUP (Surat Izin Usaha

Perdagangan) adalah perizinan yang diberikan oleh Depperindag RI bagi setiap

industri yang melaksanakan kegiatan usaha perdagangan (Depperindag, 2004).

2.2.7.3 Surat jaminan pasok air baku

Surat Jaminan Pasok Air Baku adalah persyaratan yang harus dimiliki oleh

depot air minum yang diberikan oleh PDAM atau perusahaan yang memiliki Izin

Pengambilan Air dari instansi yang berwenang (Depperindag, 2004).

2.3 Pengawasan Kualitas Air Minum

Pengawasan secara umum dapat didefinisikan sebagai cara suatu

organisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien, serta lebih jauh

mendukung terwujudnya visi dan misi meningkatkan derajat kesehatan dan

melindungi masyarakat penyakit atau gangguan kesehatan yang berasal dari air

minum .

Pengertian dari pengawasan menurut pendapat ahli:

a. Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig

Pengawasan adalah tahap proses manajerial mengenai pemeliharaan

kegiatan organisasi dalam batas-batas yang di izinkan yang diukur dari

harapan-harapan.

b. G.R. Terry

Pengawasan dapat didefinisikan sebagai penentuan, apa yang harus dicapai

yaitu standart, apa yang sedang dilakukan yaitu menilai pelaksanaan apa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

yang perlu dilkakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai

dengan rencana yaitu selaras dengan standart.

c. Hadibroto

Pengawasan adalah kegiatan penilaian terhadap organisasi/kegiatan

dengan tujuan agar organisasi/kegiatan tersebut melaksanakan fungsinya

dengan baik dan dapat memenuhi tujuannya yang telah ditetapkan (Fahmi,

2013).

2.3.1 Kegiatan Pengawasan Kualitas Air Minum

Kegiatan pengawasan kualitas air meliputi :

1. Inspeksi sanitasi dilakukan dengan cara pengamatan dan penilaian kualitas

fisik air minum dan faktor resikonya.

2. Pengambilan sampel air minum dilakukan berdasarkan hasil inspeksi

sanitasi.

3. Pengujian kualitas air minum dilakukan di laboratorium yang terakreditasi.

4. Analisis hasil pengujian laboratorium.

5. Rekomendasi untuk pelaksanaan tindak lanjut.

6. Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut (Peraturan Mentri Kesehatan,

2010).

Dalam rangka menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat,

maka dilakukan pengawasan kualitas air minum secara eksternal dan internal :

1. Pengawasan Internal

Pengawasan kualitas air minum secara internal merupakan pengawasan

yang dilaksanakan oleh penyelenggara air minum untuk menjamin kualitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

air minum yang diproduksi. Pengawasan internal dilakukan di unit

produksi dan unit pengisian galon/wadah air minum .

Tabel 2.2 Jumlah sampel dan frekuensi pengujian sampel air minum
Parameter Frekuensi Pengujian Jumlah Sampel

Mikrobiologi Satu bulan sekali 1

Fisika Satu bulan sekali 1

Kimia Wajib Enam bulan sekali 1

Kimia Tambahan Enam bulan sekali 1

2. Pengawasan eksternal

Pengawasan eksternal dilaksanakan oleh petugas Dinas Kesehatan yang

dilakukan atas indikasi pencemarana yang dilakukan pada seluruh unit

penyelenggara penyediaan air minum setiap 6 bulan sekali (Permenkes,

2010).

2.4 Air dan Penyakit

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan meyebar secara

langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air

disebut waterborne disease atau water-related disease. Berikut ini contoh

penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan tipe agens penyebabnya:

1. Penyakit viral, misalnya, hepatitis viral, poliomielitis.

2. Penyakit bakterial, misalnya, kolera disentri, tifoid, diare.

3. Penyakit protozoa, misalnya, amebiasisi, giardiasis.

4. Penyakit helmintik, misalnya, askariasis, whip worm, hydatid disease.

5. Leptospiral, misalnya, weil’s disease (Chandra, 2006).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Beberapa penyakit yang ditularkan melalui air ini di dalam penularannya

terkadang membutuhkan hospes, biasanya disebut sebagai aquatic host. Hospes

akuatik tersebut berdasarkan sifat multiplikasinya dalam air terbagi menjadi dua,

yaitu:

1. Water multiplied

Penyakit dari hospes semacam ini adalah skistomiasis (vektor keong).

2. Not multiplied

Agens penyakit dari hospes semacam ini adalah cacing Guinea dan fish

tape worm (vektor cyclop) (Chandra, 2006).

Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air di bagi

dalam kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit

sendiri terbagi menjadi empat, yaitu:

1. Waterborne mechanism

Mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau

sistem pencernaan. Contoh: penyakit yang ditularkan melaui mekanisme

ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler dan

poliomielitis.

2. Waterwashed mechanism

Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum

dan peroragan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Pada mekanisme semacam ini terdapat tiga cara penularana, yaitu:

a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.

b. Infeksi melalui kulit dan mata,seperti scabies dan trakhoma.

Penularan ini melalui binatang penggerat seperti pada penyakit

leptospirosis.

3. Water-based mechanism

Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agens penyebab

yang menajalani sebagian intermediate host yang hidup di dalam air.

Contohnya : skistomiasis dan penyakit akibat Dracunculus medinensis.

4. Water-related insert vector mechanism

Agens penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak

di dalam air. Contoh: filariasisis, dengue, malaria dan yellow fever

(Soemarto, 2006).

2.4.1 Bakteri Coli fecal

Penetuan kualitas air secara mikrobiologis dilakuakan berdasarkan analisis

kehadiran jasad indikator, yaitu bakteri gologan Coli fecal yang selalu ditemukan

di tinja manusia atau hewan berdarah panas, baik yang sehat maupun yang sakit.

Bakteri Coli terdiri dari 3 kelompok, yaitu :

1. Kelompok Escherichia, misalanya: Escherichia coli, Escherichia freudi

dan Escherichia intermedia.

2. Kelompok Aerobacter, misalnya: Aerobacter aerogenes, A. Cloacea.

3. Kelompok Klebsiela, misalnya: Klebsiela pneumoniae.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Dari ketiga kelompok tersebut, kelompok Escherichia khusus Escherichia

coli merupakan bakteri yang paling tidak di kehendaki kehadiranya di dalam air

minum maupun makanan. Aerobachter dan Klebsiela yang biasa disebut gologan

perantara, maupun sifat seperti Coli fecal, tetapi tidak dapat hidup pada suhu

diatas 370c dan sering dijumpai di dalam tanah dan air daripada di dalam saluran

pencernaan manusia. Umumnya genus-genus tersebut tidak patogen (Soemarto,

2006).

2.4.2 Erescheria coli

Escherichia mula-mula ditemukan oleh Escherichia pada 1885 dari feses

seorang bayi. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa Escheichia juga banyak

ditemukan pada saluran pencernaan makanan manusia dewasa dan hewan-hewan

berdarah panas. Bakteri ini hidup pada suhu 420c. Sejak saat itu, bila ditemukan

bakteri Coli fecal maka hal ini dapat menjadi indikasi bahwa air tersebut telah

mengalami oleh feses manusia dan hewan-hewan berdarah panas.

Adapun alasan memilih bakteri E. coli adalah sebagai berikut:

1. Lebih tahan dibanding dengan bakteri usus patogen. Karena lebih tahan

dibanding dengan bakteri usus patogen lainnya, maka dapat dipastikan

bakteri patogen usus sudah tidak ada apabila bakteri coli tidak ada

ditemukan dalam pemeriksaan air.

2. Terdapat banyak di dalam tinja maka bagian manapun yang diambil dari

tinja dan dianalisa akan ditemukan.

3. Mudah dianalisis dengan cara melihat reaksi pada media selktif tertentu

maka dapat dipastikan keberadannya (Wardhana,2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Escherichia coli menyebabkan daire akut, dapat di kelompokkan menjadi 4

kategorik yaitu :

1. Escherichia colienteropatogenik

Escherichia colienteropatogenik menyebabkan gastroentritis pada bayi

yang baru lahir hingga umur 2 tahun sehingga terjadi kegagalan

pertumbuhan pada bayi, khususnya di negara-negara berkembang

Escherichia coli ini menyebabkan lesu melalui pengikisan permukaan

usus.

2. Escherichia colienteroinfasive

Serotif-serotif Escherichia coli tertentu selain enteropatogenik,

ditemukan sebagai penyebab diare akut pada anak-anak yang lebih

besar dan orang dewasa, Escherichia coli ini menyerang sel-sel epitel

usus besar dan menyebabkan sindrom klinis yang mirip dengan sindrom

yang diakibatkan oleh Shigella, yaitu demam, diare, muntah dan kram.

Jalur ini dikenal sebagai entroinvasif, virulensi terhadap epitel usu dan

penularan didukung dengan sanitasi yang buruk.

3. Escherichia colienterotoksigenik

Escherichia coli enterotoksigenik merupakan penyebab utama

travellers diarrehed (diare pelancong) yang menyerang bayi-bayi di

negara berkembang. Jalur enterotoksin yang berbeda. Beberapa jalur

menghasilkan toksin yang tahan panas (TP), sedangkan yang lain

merupakan toksin yang tidak tahan panas (TTP). Kedua macam toksin

ini menyebabkan diare pada orang dewasa dan anak-anak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

4. Escherichia colientrohemorganik

Escherichia colientrohemorganik sering di jumpai pada makanan yang

tercemar feses sapi. Escherichia coli jenis ini menghasilkan toksin

hemoragik dan dapat berkembang menjadi uremik hemofilik dan gagal

ginjal akut (Soepangat, 2006).

2.5 Kerangka Konsep

Gambar 2.5 Kerangka Konsep


Pemeliharaan peralatan
produksi AMIU No 43
Tahun 2014 Hygine
Sanitasi Depot Air Minum
Memenuhi syarat
1. Tandon air baku
2. Filter
3. Mikrofilter (Filter Tidak memenuhi
Catridge) syarat
4. Desinfeksi
Kualitas
5. Alat Pencucian
bakteriologis
6. Alat Pembilasan
(Eschericia coli)
492/Menkes/Per/I
V/2010
Pengawasan pengolahan Baik
AMIU(736/Menkes/PER/V
I/2010)
1. Pengawasan internal
2. Pengawasan eksternal Tidak Baik

Karateristik Responden
1. Pendidikan
2. Lama usaha
3. Tindakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan survai langsung yang bersifat deskriptif,

untuk menggambarkan pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengolahan

AMIU terhadap kualitas bakteriologis (Escherichia coli di Kec. Galang Kab. Deli

Serdang Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kec. Galang Kab. Deli Serdang dengan

jumlah sebesar 29 kelurahan. Alasan pemilihan lokasi yang dilakukan karena:

1. Banyaknya pengelola AMIU di Kec. Galang Tahun 2015 sebesar 39

depot.

2. Pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengolahan AMIU tidak ada

dilakukan di Kec. Galang Tahun 2015.

3. Lokasi yang mudah dijangkau.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan pada bulan Juli 2015.

3.3 Populasi Dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah AMIU dengan jumlah sebesar 39

AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015.

54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55

3.3.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random

sampling karena populasi memiliki standart yang sama dalam hal proses produksi

yang digunakan, sehingga sampel dianggap homogen. Sampel dipilih secara acak

dengan menggunakan undian, masing-masing sampel mempunyai kesempatan

yang sama untuk dipilih (Sinulingga, 2011).

Pemilihan elemen dalam penelitian ini dengan with replecment yaitu,

elemen yang telah terpilih dikembalikan lagi sehingga ada kemungkinan terpilih

kembali (Supranto, 2012).

Perhitungan

K= Nn = 32 = 9

Keterangan :

K= besar sampel

N= jumlah elemen populasi 3, berdasarkan sumber air baku yang digunakan (air

pegunungan, air tanah dan PDAM).

n= jumlah elemen sampel 2, berdasarkan letak lokasi yang dipilih (di desa dan

kota).

Besar sampel dalam penelitian ini adalah 9 sampel dari 39 AMIU di Kec.

Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui :

1. Observasi penilaian peralatan AMIU.

2. Kuesioner mengenai tindakan Responden erhadap pemeliharaan

peralatan dan pengawasan pengolahan AMIU.

3. Hasil pemeriksaan kualitas AMIU pada 9 sampel di laboratorium Balai

Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Medan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui kepustakaan berupa buku-buku

pendukung, serta informasi yang relevan mengenai penelitian.

3.5 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya :

3.5.1 Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel air minum

1. Persiapkan segala sesuatu yang di butukan untuk pengambilan sampel

AMIU seperti alat tulis dan lainnya.

2. Sebelum pengambilan sampel pastikan dulu botol/ wadah dalam keadaan

steril. Botol harus disterilakan dulu ke dalam inkubator.

3. Botol berwarna gelap agar tidak bereaksi dengan cahaya matahari.

4. Siapkan botol sesuai jumlah sample yaitu 9 sample.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

5. Cara pengambilan sampel, botol diisi penuh dengan AMIU yang akan

diteliti, jangan ada gelembung di dalam botol tersebut.

6. Botol diberi label yang berisi nomor, kode, sumber sampel dan tanggal

pengambilan.

7. Membawa sampel ke laboratorium BTKL Medan dengan tujuan untuk

pemeriksakan jumlah Escherichia coli.

3.5.2 Alat dan Bahan

A. Alat yang digunakan

1. Gelas ukur

2. Autoclave

3. Inkubator

4. Kuvet

5. Labu erlenmeyer

6. Pipet ukur

7. Spektrofotometer

8. Spidol

B. Bahan yang digunakan

1. Air minum depot isi ulang

2. Aquades

3.5.3 Cara Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Most Probable Number (MPN)

dilakukan dengan menggunakan metode tabung ganda yang terdiri dari :

(3 x 10 ml) : (3 x 1 ml) : (3 x 0,1 ml).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Pemeriksaan tabung ganda terdiri dari :

I. Test Pendahuluan (Presumtive Test)

Media yang digunakan adalah Laktosa Broth (LB)

Cara pemeriksaan :

1. Siapkan tabung reaksi berisi 10 ml Lactosa Broth (LB), kemudian

disusun di rak tabung dan diberi tanda nomor urut, jumlah atau volume

bahan yang akan diperiksa dan tanggal pemeriksaan.

2. Dengan menggunakan pipet steril, masukkan 10 ml bahan pemeriksaan

yang telah disiapkan ke dalam tabung.

3. Masing–masing tabung yang telah terisi sampel

dihomogenisasi/dikocok sampai bahan yang diperiksa dan larutan yang

digunakan untuk memeriksakan tercampur rata.

4. Setelah tercampur rata, masukkan ke dalam inkubator dengan suhu

370C selama 24 jam.

5. Setelah 24 jam, semua tabung dikeluarkan, catat tabung yang

menunjukkan reaksi adanya pembentukan gelembung udara pada

tabung durham.

6. Pembentukan gas pada tabung durham pada test pendahuluan

dinyatakan hasil test (+)/positif.

7. Hasil positif ini dilanjutkan pada test penegasan. Catat semua tabung

yang menunjukkan peragian lactosa (pembentukan gas).

a. Bila terbentuk gas pada tabung dinyatakan positif (+), dan

dilanjutkan dengan test penegasan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

b. Apabila test dalam waktu 24 jam tidak membentuk gas,

dimasukkan ke dalam inkubator kembali pada suhu 370C selama 24

jam, bila terbentuk gas pada tabung durham, maka hasilnya positif

(+) dan test dilanjutkan pada test penegasan.

c. Bila test negatif (-), berarti Coliform negatif (-) dan tidak perlu

dilakukan test penegasan.

II. Test Penegasan ( Convirmative Test)

Test Penegasan ( Convirmative Test)

Untuk test lanjutan atau test penegasan media yang digunakan adalah

Brilliant Green Laktose Bile Broth (BGLB) 2 %.

1. Dari setiap tabung yang positif (+) dipindahkan (diinokulasikan)

sebanyak 1-2 ose ke dalam 2 (dua) tabung konfirmasi masing–masing

berisi 10 ml BGLB 2%.

2. Satu tabung tersebut kemudian diinkubasikan pada suhu 35-370C

selama 24–48 jam untuk memastikan adanya pertumbuhan bakteri

Coliform, tabung kedua yang diisi sampel yang sama diinkubasikan

pada suhu 440C selama 24 jam guna memastikan adanya pertumbuhan

bakteri Escherichia coli tinja.

3. Pembacaan dilakukan setelah 24–48 jam dengan melihat jumlah tabung

yang menunjukkan positif gas. Baik dari tabung yang diinkubasikan

pada suhu 370C dan yang diinkubasikan pada suhu 440C.

4. Jumlah tabung yang positif kemudian dicocokkan dengan tabel MPN,

maka akan diperoleh MPN Coliform pada tabung yang diinkubasikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

pada suhu 370C dan kuman Escherichia coli pada tabung yang

diinkubasikan pada suhu 440C. Jumlah tabung yang positif kemudian

dicocokkan dengan tabel MPN, maka akan diperoleh MPN Coliform

pada tabung yang diinkubasikan pada suhu 370C dan kuman

Escherichia coli pada tabung yang diinkubasikan pada suhu 440C.

3.6 Definisi Operasional

1. AMIU

Usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air

minum dan menjual langsung kepada konsumen.

2. Pendidikan

Pendidikan formal yang terakhir diikuti oleh responden.

3. Lama usaha

Lamanya waktu yang diperlukan untuk membuka AMIU.

4. Pemeliharaan peralatan

Kegiatan perawatan & perbaikan unsur-unsur sarana secara rutin

tandon air baku, filter, mikrofilter, desinfektan, alat pencucian, dan

alat pembilasan air minum depot isi ulang yang digunakan.

Bertujuan untuk menjaga agar peralatan AMIU dapat digunakan

dengan sebaiknya.

5. Pengawasan pengolahan

1. Pengawasan internal

Pengawasan internal dilakukan oleh pemilik AMIU untuk

pemeriksaan secara fisik dan mikrobiologi setiap 1 bulan sekali,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

sedangkan untuk pemeriksaan parameter kimia wajib dan tambahan

setiap 6 bulan sekali.

2. Pengawasan eksternal

Pengawasan eksternal dilakukan oleh Dinkes untuk pemeriksaan

AMIU, jika ditemukan adanya bahan pencemar, setiap 6 bulan

sekali.

6. Memenuhi syarat

Data observasi yang dilakukan terhadap penilaian peralatan yang

digunakan sesuai dengan Permenkes No 43 Tahun 2014 tentang higiene

sanitasi depot air minum.

7. Tidak memenuhi syarat

Data observasi yang dilakukan terhadap penilaian peralatan yang

digunakan tidak sesuai dengan Permenkes No 43 Tahun 2014 tentang

higiene sanitasi depot air minum.

8. Baik

Pengawasan internal dan eksternal dilakukan sesuai dengan waktu yang

telah di tentukan.

9. Tidak baik

Pengawasan internal dan eksternal dilakukan sesuai dengan waktu yang

telah di tentukan.

10. Tindakan

Perbuatan yang dilakukan dalam pemeliharaan peralatan dan pengawasan

pengolahan AMIU.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

11. Kualitas bakteriologis

Pemeriksaan terhadap Escherichia coli pada AMIU di laboratorium

BTKL Medan.

3.7 Aspek Pengukuran

1. Pendidikan

Menggunakan skala ordinal pada lembar kuesioner. Pendidikan

dinyatakan berdasarkan jenjang pendidikan terakhir yang di tempuh (SD,

SMP, SMA, PT) semakin tinggi pendidikan responden, diharapkan

tingkat pengetahuanya semakin baik.

1. SD

2. SMP

3. SMA

4. PT (Perguruan Tinggi)

2. Lama usaha

Lamanya waktu yang diperlukan untuk membuka usaha AMIU.

1. < 1 tahun

2. 1-4 tahun

3. > 4 tahun

3. Sumber air baku

Sumber air baku yang digunakan, dilakukan dengan observasi langsung

dan kuesioner pada AMIU.

1. Air tanah

2. Air pegunungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

3. PDAM

4. Dll

4. Observasi penilaian peralatan

Peralatan (tandon air baku, filter, mikrofilter, desinfektan, alat pencucian,

dan alat pembilasan) yang digunakan pada AMIU dengan menggunakan

lembar observasi berupa peralatan apa saja yang digunakan dengan cara

beri ceklis (√ ) jika peralatan memenuhi syarat, jika tidak memenuhi

syarat beri tanda silang (×). Jumlah komponen penilaian sebesar 6

pertanyaan.

5. Tindakan pemeliharaan peralatan

Tindakan pemeliharaan peralatan diukur menggunakan kuesioner kepada

responden AMIU. Jumlah komponen pertanyaan terdiri dari 7

pertanyaan. Pemeliharaan peralatan 1 minggu sekali untuk alat

pembilasan, 1 bulan sekali untuk tandon air baku, filter dan mikroflter,

bulu sikat pada alat pencucian sebagian besar tidak diganti setiap 3 bulan,

dan mengganti lampu ultraviolet jika tidak bisa lagi digunakan pada alat

desinfektan.

Dengan kategori :

1. Memenuhi syarat, apabila total skor yang diperoleh responden >70%.

2. Tidak memenuhi syarat, apabila total skor yang diperoleh responden

<70%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

6. Tindakan pengawasan pengolahan

Tindakan pengawasan pengolahan AMIU secara internal dan eksternal

diukur melalui kuesioner kepada responden AMIU.

1. Pengawasan Internal

Jumlah komponen pertanyaan terdiri dari 4 pertanyaan, hanya

mengacu pada pertanyaan 1.

Dengan kategori

1. Baik, apabila responden melakukan pemeriksaan kualitas AMIU

dilakukan 1 bulan terhadap kualitas mikrobilogi .

2. Tidak baik, apabila responden tidak melakukan pemeriksaan

kualitas kualitas AMIU dilakukan >1 bulan terhadap kualitas

mikrobilogi.

2. Pengawasan eksternal

Jumlah komponen pertanyaan terdiri dari 4 pertanyaan hanya,

mengacu pada pertanyaan 2.

Dengan katagori

1. Baik, apabila Dinkes melakukan pemeriksaan kualitas air setiap

6 bulan sekali.

2. Tidak Baik, apabila Dinkes tidak melakukan pemeriksaan

kualitas air minum > 6 bulan sekali.

7. Kualitas bakteriologis

Pengukuran kualitas AMIU dilakukan dengan pemeriksaan di

laboratorium untuk melihat jumlah Escherichia coli. Katagori

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

penilaian yaitu memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat

(Permenkes, 2010).

1. Memenuhi syarat, apabila hasil pemeriksaan kualitas AMIU tidak

terdapat Escherichia coli dalam sumber air baku.

2. Tidak memenuhi syarat, apabila hasil pemeriksaan kualitas AMIU

terdapat Escherichia coli dalam sumber air baku.

8. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan metode Brilliant

Green Laktose Bile Broth (BGLB) 2% pada AMIU.

3.8 Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi penilaian peralatan akan di

analisis secara deskriptif, kemudian di sajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan

dengan kepustakaan yang relevan dan disesuaikan dengan Kepmenkes RI No.

492/MENKES/Per/IV/2010 tentang syarat-syarat kualitas air yang diperoleh dari

hasil pemeriksaan pada 9 sampel AMIU di laboratorium BTKLPP Medan.

Apabila terdapat Escherichia coli pada AMIU maka dikatakan tidak memenuhi

syarat. Data yang diperoleh dari kuesioner mengenai tindakan yang dilakukan

mengenai pengawasan dan pemeliharaan peralatan AMIU dengan aspek

pengukuran tertentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara,

letaknya sangat strategis mengelilingi kota Medan, sebagai ibukota Provinsi

Sumatera Utara. Sebelah Utara, Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten

Langkat dan Selat Malaka, sebelah Selatan dengan Simalungun, sebelah Barat

dengan Kabupaten Karo, sebelah Timur dengan Kabupaten Serdang Bedagai.

Letak geografis berada pada 02°57' - 03°16' LU dan 98°33' - 99°27' BT. Wilayah

Kabupaten Deli Serdang tergolong daerah beriklim tropis. Suhu udara rata-rata

pada tahun 2013 berkisar antara 23,8 °C sampai dengan 32,1°C (BPS Deli

Serdang, 2014).

Galang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera

Utara. Galang terdiri dari 28 desa/kelurahan dengan luas keseluruhan mencapai

150,29 KM². Jalan lintas Lubuk Pakam-Galang merupakan jalur alternatif menuju

Kota Tebing Tinggi dengan melewati Kec. Dolok Masihul (Wikepedia, 2015).

4.2 Karateristik Responden

Karakteristik responden yang diukur dalam penelitian ini, yaitu

pendidikan, lama usaha dan sumber air baku yang digunakan pada AMIU.

Distribusi frekuensi akan disajakan dalam tabel ini :

66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden AMIU di Kec. Galang Kab.


Deli Serdang Tahun 2015

No. Pendidikan Frekuensi %


1. SD 0 0
2. SMP 1 11,1
3. SMA 2 22,2
4 PT 6 66,7
Jumlah 9 100,0
No. Lama Usaha Frekuensi %
1. <1 tahun 0 0
2. 1-4 tahun 5 55,6
3. >4 tahun 4 44,4
Jumlah 9 100,0
No. Sumber Air Baku Frekuensi %
1. Air tanah 3 33,3
2. Air pegunungan 6 66,7
3. PDAM 0 0
4. Dll 0 0
Jumlah 9 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 karateristik responden yang diukur yaitu, pendidikan

responden AMIU sebagian besar PT (66,7%), lama usaha yang dilakukan

sebagian kecil 1-4 tahun (55,6%), dan yang terakhir sumber air baku yang

digunakan sebagian besar berasal dari pegunungan (66,7%), jumlah sampel dalam

penelitian ini sebesar 9 sampel.

4.3 Observasi

Observasi penilaian yang dilakukan terhadap peralatan seperti tandon,

filter, mikrofilter, desinfeksi, alat pencucian dan alat pembilasan dikatakan

memenuhi syarat, terbuat dari bahan tara pangan (food grade) atau tidak

menimbulkan racun, tidak menyerap bau dan rasa, tahan karat, tahan pencucian

dan tahan disinfeksi ulang (Permenkes, 2014). Distribusi frekuensi akan di sajikan

dalam tabel berikut ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

Tabel 4.2 Observasi Penilaian Peralatan AMIU di Kec. Galang Kab. Deli
Serdang Tahun 2015

No. Peralatan Penilaian


Memenuhi % Tidak %
syarat Memenuhi
Syarat
1. Tandon 9 100 0 0
2. Filter 9 100 0 0
3. Mikrofilter 8 100 1 11,1
4. Desinfeksi
a. Ozonisasi
b. Ultraviolet 8 88,9 1 11,1
5. Alat Pencucian 7 77,8 2 22,2
6. Alat 7 77,8 2 22,2
Pembilasan

Berdasarkan tabel 4.2 observasi penilaian yang dilakukan terhadap

peralatan AMIU seperti: tandon air baku dan filter seluruhnya memenuhi syarat.

Mikrofilter sebagian besar memenuhi syarat (88,9%) karena bisa digunakan dan

tidak kadarluarsa. Desinfeksi yang digunakan, seluruh responden menggunakan

ultraviolet dengan penilaian umumnya memenuhi syarat (88,9%), alat pencucian

sebagian besar memenuhi syarat (77,8%), karena telah melakukan sistem

pencucian terbalik (back washing) dan yang terakhir alat pembilasan sebagian

besar memenuhi syarat (77,8%).

4.4 Pemeliharaan Peralatan

Pemeliharaan peralatan seperti tandon, filter, mikrofilter, desinfeksi, alat

pencucian dan alat pembilasan. Seluruh responden mengatakan pemeliharaan

peralatan penting untuk dilakukan. Pemeliharaan peralatan dilakukan 1 minggu

sekali untuk alat pembilasan, 1 bulan sekali untuk tandon air baku, filter &

mikrofilter, 3 bulan sekali dan yang terakhir mengganti lampu ultraviolet pada

alat desinfektan, jika tdak bisa lagi digunakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Tabel 4.3 Distribusi Tindakan Responden Terhadap Pemeliharaan Peralatan


AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015

Tindakan Pemeliharaan Peralatan Ya % Tidak %


Tandon air baku dibersihkan setiap 1 bulan 1 11,1 8 88,9
sekali
Media filter air dibersihkan setiap 1 bulan 3 33,3 6 66,7
sekali
Mengganti filter catridge dan membersihkan 3 33,3 6 66,7
tempatnya setiap 1 bulan sekali
Mengganti lampu ultraviolet jika tidak bisa 8 88,9 1 11,1
lagi digunakan
Bulu sikat pada mesin pencucian diganti 3 33,3 6 66,7
setiap 3 bulan sekali
Tempat pembilasan air dibersihkan setiap 1 7 77,8 2 22,2
minggu sekali

Berdasarkan tabel 4.3 tindakan responden terhadap pemeliharaan peralatan

AMIU yaitu, tandon air baku umumnya tidak dilakukan pembersihan setiap 1

bulan sekali (88,9%), media filter sebagian besar tidak dibersihkan setiap 1 bulan

sekali (66,7%), filter catridge dan tempat filter sebagian besar juga tidak

dilakukan pembersihan setiap 1 bulan sekali (66,7%), lampu ultraviolet umumnya

diganti jika tidak bisa lagi digunakan (88,9%), bulu sikat pada alat pencucian

sebagian besar tidak diganti setiap 3 bulan sekali (66,7%), pembersihan pada alat

pembilasan sebagian besar dilakukan setiap 1 minggu sekali (77,8%) yang

bertujuan untuk mencegah tumbuhnya lumut.

4.4 Distribusi Katagori Pemeliharaan Peralatan AMIU di Kec. Galang Kab.


Deli Serdang Tahun 2015
No. Katagori Penilaian Jumlah %
1. Memenuhi syarat 1 11,1
2. Tidak memenuhi syarat 8 88,9
Total 9 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

Berdasarkan tabel 4.4 katagori penilaian pemeliharaan peralatan umumnya

tidak memenuhi syarat (88,9%), karena total skor yang diperoleh responden

<70%.

4.5 Pengawasan Pengolahan AMIU

Pengawasan internal maupun eksternal dilakukan dengan 2 cara yaitu,

pengawasan berkala dan pengawasan atas indikasi pencemaran. Pengawasan

internal berkala dilakukan di unit produksi dan pengisian galon/wadah air minum

sedangkan eksternal berkala dilakukan hanya di unit pengisian galon/wadah air

minum. Pengawasan internal dan eksternal atas indikasi pencemaran dilakukan

pada seluruh unit penyelenggara penyedian air minum (Permenkes, 2010).

4.4.5.1 Pengawasan Internal

Pengawasan internal dilakukan 1 bulan sekali oleh pengelola AMIU.

Jumlah komponen pertanyaan pengawasan internal yaitu 4, hanya mengacu pada

pertanyaan 1.

Tabel 4.5 Distribusi Tindakan Responden Terhadap Pengawasan Internal


AMIU di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015

N Tindakan Pengawasan Internal Ya % Tidak %


o.
1. Pemeriksakan kualitas air minum isi ulang 0 0 9 100
ke Dinkes setiap 1 bulan sekali
2. Alasan tidak memeriksakan kualitas air
minum isi ulang ke Dinkes 1 bulan sekali
1. Sudah pernah dilakukan 0 0 5 55,6
2. Biayanya mahal 0 0 3 33,3
3. Air yang diminum aman 0 0 1 11,1
3. Pengawasan terhadap dosis desinfeksi 2 22,2 7 77,8
Menanyakan surat keterangan dari Dinkes 2 22,2 7 77,8
tentang kualitas sumber air baku yang di
suplai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Berdasarkan tabel 4.5 tindakan responden terhadap pengawasan internal,

seluruh responden tidak melakukan pemeriksaan kualiatas AMIU setiap 1 bulan

sekali, dengan alasan sebagian kecil sudah pernah dilakukan (55,6%), sehingga

tidak perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kualitas AMIU, pengawasan

terhadap dosis desinfeksi sebagian besar tidak dilakukan (77,8%), dan sebagian

besar responden tidak ada menanyakan tentang surat keterangan dari Dinkes

mengenai kualitas sumber air yang digunakan (77,8%). Seluruh responden

mengatakan pengawasan pengolahan penting dilakukan, untuk menjaga kualitas

air yang dijual, tetapi tindakan yang dilakukan responden untuk pemeriksaan

kualitas air yang dilakukan.

Tabel 4.6 Distribusi Kategori Pengawasan Internal pada AMIU di Kec.


Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015

No. Katagori Pengawasan Internal Jumlah %


1. Baik 0 0
2. Tidak baik 9 100,0
Total 9 100,0

Berdsarkan tabel 4.6 katagori pengawasan internal seluruhnya tidak baik

karena tidak ada dilakukan pengawasan kualitas air setiap 1 bulan sekali atau

waktunya >1 bulan.

4.4.5.2 Pengawasan Eksternal

Pengawasan eksternal dilakukan oleh Dinkes setiap 6 bulan sekali

(Permenkes, 2010). Jumlah komponen pengawasan eksternal yaitu 3 pertanyaan

tetapi hanya mengacu pertanyaan 2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

Tabel 4.7 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Pengawasan Eksternal


pada AMIU di Kec. Galang Kab.Deli Serdang Tahun 2015
No. Tindakan Pengawasan Eksternal Baik % Tidak %
Baik
1. Dinkes pernah datang untuk 6 66,7 3 33,3
pemeriksakan kualitas AMIU
2. Pemeriksakan kualitas air minum 0 100 9 0
setiap 6 bulan sekali
3. Dinkes datang untuk melakukan
1. Mengambil sampel 5 55,6
2. Memberikan penyuluhan 1 11,1
3. Tidak pernah 3 33,3

Berdasarkan tabel 4.7 tindakan responden terhadap pengawasan eksternal

yang dilakukan oleh Dinkes sebagian besar pernah datang, untuk pemeriksaan

kualitas air minum (66,7%), pemeriksaan kualitas AMIU seluruh responden tidak

ada melakukannya setiap 6 bulan sekali, Dinkes umumnya mengambil sampel

untuk pemeriksaan kualitas AMIU (55,6%).

Tabel 4.8 Distribusi Katagori Pengawasan Eksternal pada AMIU di Kec.


Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015

No. Katagori Pengawasan Jumlah %


Eksternal
1. Baik 0 0,0
2. Tidak baik 9 100,0
Total 9 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 katagori pengawasan eksternal seluruhnya

dikatagorikan tidak baik karena Dinkes tidak melakukan pemeriksaan terhadap

kualitas AMIU setiap 6 bulan sekali atau dilakukan pemeriksaan kualitas air >6

bulan.

4.4.6 Kualitas AMIU

Air minum yang aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisik,

mikrobiologi, kimiawi dan radioaktif. Dikatakan memenuhi syarat, jika tidak ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

ditemukan Escherichia coli pada sampel AMIU. Pemeriksaan secara kuantitatif

Escherichia coli pada beberapa AMIU di Galang, dilakukan pada tanggal 22

November 2015 di Laboratorium BTKL Medan. Hasil pemeriksaan Escherichia

coli pada 9 sampel AMIU dapat dilihat pada tabel 4.9

Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Kualitas AMIU di Kec. Galang Kab. Deli
Serdang Tahun 2015

No. Kode Sampel Sumber air E.coli MPN


baku
1. 3783/B/AM/2015 Air tanah Tidak ada 0
2. 3784/B/AM/2015 Pegunungan Ada 15
3. 3785/B/AM/2015 Pegunungan Tidak ada 0
4. 3786/B/AM/2015 Pegunungan Tidak ada 0
5. 3787/B/AM/2015 Air tanah Tidak ada 0
6. 3788/B/AM/2015 Pegunungan Tidak ada 0
7. 3789/B/AM/2015 Air tanah Ada 12
8. 3790/B/AM/2015 Pegunungan Tidak ada 0
9. 3791/B/AM/2015 Pegunungan Ada 4
Keterangan* : Permenkes 492/Menkes/Per/IV/2010

Berdasarkan tabel 4.9 hasil pemeriksaan kualitas AMIU dengan jumlah

sampel yaitu 9 sampel, sebagian besar memenuhi syarat sebesar 6, sesuai dengan

baku mutu yaitu 0 per 100 ml (Permenkes, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Pemeliharaan Peralatan AMIU

Manajemen pemeliharaan dapat dijelaskan sebagai fungsi dari panduan

kebijakan aktifitas-aktifitas pemeliharaan, teknik pelatihan dan manajemen

kontrol dari program-program pemeliharaan.

Fungsi dari pemeliharaan diantaranya menjaga peralatan/fasilitas

beroperasi secara memuaskan, perencanaan dan perbaikan peralatan/fasilitas pada

standar-standar yang ditetapkan (Dhilon, 2006).

Observasi penilaian yang dilakukan terhadap peralatan AMIU, dari 9 sampel

yang diamati: tandon air baku dan filter seluruhnya memenuhi syarat. Mikrofilter

sebagian besar memenuhi syarat (88,9%) karena bisa digunakan dan tidak kadarluarsa.

Desinfeksi yang digunakan, seluruh responden menggunakan ultraviolet dengan penilaian

umumnya memenuhi syarat (88,9%), alat pencucian sebagian besar memenuhi syarat

(77,8%), karena telah melakukan sistem pencucian terbalik (back washing) dan yang

terakhir alat pembilasan sebagian besar memenuhi syarat (77,8%).

Tindakan responden terhadap pemeliharaan peralatan AMIU yaitu, tandon

air baku umumnya tidak dilakukan pembersihan setiap 1 bulan sekali (88,9%),

media filter sebagian besar tidak dibersihkan setiap 1 bulan sekali (66,7%), filter

catridge dan tempat filter sebagian besar juga tidak dilakukan pembersihan setiap

1 bulan sekali (66,7%), lampu ultraviolet umumnya diganti jika tidak bisa lagi

digunakan (88,9%), bulu sikat pada alat pencucian sebagian besar tidak diganti

setiap 3 bulan sekali (66,7%), pembersihan pada alat pembilasan sebagian besar

dilakukan setiap 1 minggu sekali (77,8%) yang bertujuan untuk mencegah

74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
75

tumbuhnya lumut. Rendahnya tindakan pemeliharaan peralatan yang dilakukan

menunjukkan bahwa higine sanitasi yang di terapkan pengelola AMIU masih

kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Lisdawati Manik (2015) seluruh tindakan responden tentang higiene sanitasi

depot air minum berada dalam katergori sedang yaitu 7 orang (100%). Hal ini

menunjukkan bahwa tindakan pengelola AMIU masih kurang baik atau belum

cukup baik dalam pelaksanaan higiene sanitasi depot air minum. Higine sanitasi

yang kurang baik akan mempengaruhi kualitas AMIU seperti pada penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Sri Malem Indirawati (2009) ada hubungan higiene

sanitasi depot AMIU dengan kualitas AMIU.

Pemeliharaan peralatan umumnya tidak memenuhi syarat (88,9%), karena

total skor yang diperoleh responden <70%. Alasan responden tidak melakukan

pemeliharaan peralatan karena responden AMIU tidak tahu bagaimana cara

melakukan pemeliharaan terhadap peralatan yang digunakan. Dinkes tidak ada

melakukan pembinaan terhadap responden AMIU pada saat membuka usaha.

Pendidikan responden AMIU sebagian besar PT (66,7%), semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat pengetahuan yang dimiliki Nya juga

semakin tinggi dan lama usaha yang dilakukan sebagian kecil 1-4 tahun (55,6%)

tidak menjamin pemeliharaan peralatan yang digunakan memenuhi syarat.

5.2 Gambaran Pengawasan Pengolahan AMIU

Persyaratan kualitas air minum tujuan dilakukan pengawasan untuk

menjaga kualitas air minum baik secara internal dan secara eksternal (Permekes,

2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Hasil observasi yang dilakukan dari 9 sampel penelitian sebagian besar

AMIU di kelola langsung oleh pengelolanya mulai dari proses pencucian,

pembilasan, pengisian, pengemasan dan penjualan dilakukan sendiri, jika

pengawasan pengolahan AMIU dikatagorikan buruk berarti tidak ada kesadaran

dari pengelolanya untuk menjaga kualitas AMIU yang di kelolanya.

5.2.1 Gambaran Pengawasan Internal AMIU

Pengawasan internal merupakan tugas dan tanggung jawab pengelola

AMIU untuk pemeriksaan kualitas air 1 bulan sekali. Tujuannya untuk mencapai

kualitas air minum sesuai persyaratan yang di tetapkan (Permenkes, 2010).

Tindakan responden terhadap pengawasan internal, seluruh responden

tidak ada melakukan pemeriksaan kualiatas AMIU setiap 1 bulan sekali, dengan

alasan sebagian kecil sudah pernah dilakukan (55,6%), sehingga tidak perlu

dilakukan pemeriksaan mengenai kualitas AMIU, pengawasan terhadap dosis

desinfeksi sebagian besar tidak dilakukan (77,8%), dan sebagian besar responden

tidak ada menanyakan tentang surat keterangan dari Dinkes mengenai kualitas

sumber air yang digunakan (77,8%). Seluruh responden mengatakan pengawasan

pengolahan AMIU penting dilakukan untuk menjaga kualitas air yang di jual,

tetapi tidak ada tindakan yang dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air yang

dilakukan. Kesadaran responden AMIU terhadap kesehatan masyarakat yang

mengkonsumsi air yang dijual masih kurang baik karena responden tidak ada

melakukan pemeriksaan kualitas AMIU.

Katagori pengawasan internal seluruhnya tidak baik karena tidak ada

dilakukan pengawasan kualitas air setiap 1 bulan sekali atau waktunya >1 bulan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

Dinkes harus memberi pemahaman kepada pengelola AMIU agar mereka mau

untuk melakukan pemeriksaan kualitas air yang di kelolanya setiap 1 bulan sekali.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Abdilanov (2012) menunjukkan

bahwa sebagian besar depot air minum isi ulang tidak memenuhi syarat sebesar 17

depot air minum isi ulang (70,8%). Banyaknya depot air minum isi ulang yang

tidak memenuhi syarat pengawasan internal mengindikasian bahwa rendahnya

kemampuan manajerial pengelola depot air minum isi ulang dalam meningkatkan

kinerja dan mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan

rencana-rencana dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

Pengawasan internal depot air minum isi ulang merupakan tugas dan

tanggung jawab pengelola depot air minum isi ulang itu sendiri. Pengawasan

internal depot air minum isi ulang perlu ditingkatkan agar kualitas air minum yang

dihasilkan dapat terjamin.

5.2.2 Gambaran Pengawasan Eksternal AMIU

Pengawasan eksternal merupakan tugas dan tanggung jawab Dinkes untuk

memeriksakan kualitas AMIU jika ditemukan adanya bahan pencemar di

dalamnya. Tujuannya untuk mencapai kualitas air minum sesuai persyaratan yang

di tetapkan (Permenkes, 2010).

Tindakan responden terhadap pengawasan eksternal yang dilakukan oleh

Dinkes sebagian besar pernah datang untuk pemeriksaan kualitas air minum

(66,7%), pemeriksaan kualitas AMIU seluruhnya tidak ada dilakukan setiap 6

bulan sekali, Dinkes umumnya mengambil sampel untuk pemeriksaan kualitas

AMIU (55,6%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Katagori pengawasan eksternal seluruhnya dikatagorikan tidak baik karena

Dinkes tidak melakukan pemeriksaan terhadap kualitas AMIU setiap 6 bulan

sekali atau dilakukan pemeriksaan kualitas air >6 bulan. Pemeriksaan dilakukan

sebagian besar hanya pada saat membuka usaha (66,7%), sedangkan lainnya tidak

pernah dilakukan pemeriksaan terhadap kualitas air yang di jual. Dinkes tidak

melakukan tugas dan kewajibanya sesuai dengan waktu yang ditetapkan, padahal

ini dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat secara langsung.

5.3 Analisis Kualitas AMIU

Hasil pemeriksaan kualitas AMIU menggunakan metode tabung ganda

yang terdiri dari test pendahuluan dan test Penegasan (Convirmative Test)

terdapat Eschericia coli, dengan jumlah yaitu 9 sampel, sebagian besar memenuhi

syarat sebesar 6, sesuai dengan baku mutu Permenkes 492/Menkes/Per/IV/2010

yaitu 0 per 100 ml. Terdapat Ereschericia coli pada sumber air baku yang berasal

dari pegunungan dengan jumlah MPN sebesar 15 dan 4, air tanah sebesar 12

MPN. Analisis yang dilakukan pencemaran terjadi kemungkinan karena sumber

air baku yang digunakan sudah terkontaminasi dengan fases sehingga tidak layak

untuk di konsumsi menjadi air minum,

Dari hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa sumber air baku yang berasal

dari pegunungan lebih beresiko 66,6% tercemar Eschericia coli dibandingkan

dengan air tanah.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Firdaus Yustisia Sembiring

(2008) menunjukkan ada hubungan kondisi sanitasi lingkungan dengan kualitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

bakteriologis, apabila kondisi sanitasi lingkungan baik, maka kualitas

bakteriologis AMIU memenuhi syarat.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas air hasil produksi adalah air

baku, jenis peralatan yang digunakan, pemeliharaan peralatan dan penanganan

pengolahan dan pendistribusian air, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Athena et.al, (2004) tentang kandungan bakteri total Coli form dan E. Coli air

minum dari depot air minum isi ulang di Jakarta, Tangerang dan Bekasi.

Eschericia coli dapat menyebabkan diare akut, dikelompokkan menjadi 4

kategorik yaitu: Escherichia colienteropatogenik menyebabkan gastroentritis pada

bayi yang baru lahir hingga umur 2 tahun, Escherichia colienteroinfasive

penyebab diare akut pada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa,

Escherichia colienterotoksigenik merupakan penyebab utama travellers diarrehed

(diare pelancong) yang menyerang bayi-bayi di negara berkembang, dan

Escherichia colienterotoksigenik, Escherichia colientrohemorganik sering di

jumpai pada makanan yang tercemar feses sapi (Soepangat, 2006).

Pencegahan dapat dilakukan, jika pengelola dan Dinkes melakukan

pemeriksaan kualitas air AMIU sesuai dengan waktu yang ditentukan, sehingga

kita bisa mengetahui kualitas air sebelum di jual kepada konsumen AMIU.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang dilakukan mengenai

pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengolahan air minum isi ulang dengan

kualitas bakteriologis (Escherichia coli) pada 9 sampel AMIU di Kec. Galang

Kab. Deli Serdang Tahun 2015 sebagai berikut:

2. Pemeliharaan peralatan umumnya tidak memenuhi syarat (88,9%).

3. Pengawasan internal dilakukan oleh pengelola air minum depot isi ulang

untuk pemeriksaan kualitas air minum setiap 1 bulan sekali umumnya

tidak baik (88,9%). Pengawasan eksternal dilakukan oleh Dinkes setiap 6

bulan sekali dikatagorikan tidak baik (66,7%).

4. Pemeriksaan kualitas AMIU di Galang sebagian besar memenuhi syarat 6,

yaitu 0 per 100 ml (Permenkes, 2010).

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat menyarankan sebagai berikut:

1. Bagi Dinkes agar melakukan pengawasan terhadap kualitas air minum

depot isi ulang setiap 6 bulan sekali (Permenkes, 2010).

2. Bagi pengelola untuk melakukan pemeliharaan peralatan dan pengawasan

yang sesuai dengan waktu yang ditetapkan untuk menjaga kualitas air.

3. Masyarakat harus lebih cermat dalam membeli AMIU, hasil pemeriksaan

kualitas AMIU dari 9 sampel 3 sampel tidak memenuhi syarat.

80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81

4. Bagi mahasiswa, sebaiknya meneliti mengenai sumber air pegunungan

yang digunakan karena dari hasil pemeriksaan kualitas AMIU 3 sampel

tidak memenuhi syarat, 2 diantaranya berasal dari air pegunungan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

DAFTAR PUSTAKA

Abdilanov, D., 2012. Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Dan


Pemeriksaan Kandungan Nitrat Pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota
Padang Tahun 2012. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara: Medan.
Alamsyah, S., 2007. Merakit Sendiri Alat Penjernih Air. Kawan Pustaka: Jakarta.
Arikunto, S., 2013. Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Asdak, C., 2007., Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada
University Press: Yogyakarta.
Athena, Sukar dan Haryono., 2004. Kandungan bakteri Total Coli Dan
Escherechia coli/ Fecal Coli Air Minum Dari Depot Air Minum Isi Ulang Di
Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Penelitian Kesehatan: 135-143.
Bibbie, C., 2002. Basic Water Treatment 3. McGraw-Hill: Amerika Serikat.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang., 2014. Statistik Daerah Kabupaten
Deli Serdang 2014, Badan pusat statistik Deli Serdang: Deli Serdang.
Badan Pusat Statistik., 2015. Statistik Indonesia 2015. Badan pusat statistik
Indonesia: Jakarta .
Chandra, B., 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC: Jakarta.
Dake, J.M.K., 1985. Hidrollika Teknik. Penterjemahan : Endang P.Tacyan dan
Y.P. Pangaribuan. Erlangga: Jakarta.
Danaryanto, dan Hadipurwo, S., 2006. Konservasi Sebagai Upaya Penyelamatan
Air Tanah di Indonesia, disampaikan pada: Seminar Nasional Hari Air Dunia
2006. Direktorat Pembinaan Pengusahaan Panas Bumi dan Pengelolaan Air
Tanah Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral.

., 2010. Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010. Persyaratan


Kualitas Air Minum. Depkes RI: Jakarta.

., 2010. Permenkes RI No.746/MENKES/PER/VI/2010. Tata Laksana


Pengawasan Kualitas Air Minum. Depkes RI: Jakarta.

Depperindag RI., 2004. Keputusan Menperindag RI No.


651/MPP/Kep/10/2004 Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan
Perdagangannya. Depperindag RI: Jakarta.

., 2007. Peraturan Menperindag RI No. 36/M-DAG/Per/9/2007 Tentang


Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan. Depperindag RI: Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

., 2008. Peraturan Menperindag RI No. 41/M-IND/Per/6/2008 Tentang


Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri,Izin Perluasan
Industri, dan Tanda Daftar Industri. Depperindag RI: Jakarta.

Dhillon, B.S., 2006. Maintainability, Maintenance, and Reliability for Engineers,


Taylor & Francis, Boca Raton.

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan . Kanisius: Yoyakarta

Fahmi,I., 2013. Manajemen Kepemimpinan. Alfabeta: Bandung.


Gabriel, J.F., 2001. Fisika Lingkungan. Edisi 1, Hipokrates: Jakarta.
Gambaran umum Galang Kabupaten Deli Serdang, diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Galang,_Deli_Serdang tanggal 12 November
2015 pada jam 23.30.
Helmi, S., 2008. Analisis Data Penelitian. Edisi 1, USU Pres: Medan.
Kodoatie, R.J dan Roestam S., 2010. Tata Ruang Air. Cv Andi Offest: Yogyakarta.
Latterman, R.D., 1985. Water Safe Dringking . Graw Hill: Amerika Serikat.
Linsley, R.K, dan Joseph B. Franzin., 1979. Water Resources Engineering. Edisi
ke 3, Graw Hill: Amerika Serikat.

Linsley. J.R., 1989. Hidrologi Untuk Insinyur. Edisi ke 3, Erlangga: Jakarta.


., 1985. Teknik Sumber Daya Air. Penterjemahan : Djoko Sasongko. Edisi ke
3, Erlangga: Jakarta.
Manik, L., 2016. Higiene Sanitasi Depot dan Analisis Cemaran Mikroba coliform
dan E.coli pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Simpang Kanan
Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015. Skripsi. Universitas Sumatera Utara:
Medan.

Mikrofiltration , diakses dari https://wikepedia.org/wiki/Mikrofiltration tanggal 12


September 2015 pada jam 23.50.

Pencemaran bakteri Escherichia coli, diakses dari


http://pekanbaru.tribunnews.com/ tanggal 12 Agustus 2015 pada jam 23.30.
Peraturan Pemerintah., 1990. No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air. Permenkes RI: Jakarta.
Permenkes RI., 2010. No.736/MENKES/PER/VI/2010 tahun 2010 tentang Tata
Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum. Permenkes RI: Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

., 2014. No.43 tahun 2014 tentang Sanitasi Hygine Depot Air Minum.
Permenkes RI: Jakarta.
Rice, R.G., 1985. Safe Dringking Water. Lewis Publishers: America.

Singarimbun, M dan Sofian E., 1989. Metode Penelitian Survai. PT Midas Surya
Grafindo: Jakarta.
Sinulingga, S., 2011. Metode Penelitian. Edisi 1, Usu Press: Medan.
Soemarto, S., 2006. Bioindikator Kualita Air. Universitas Trisakti: Jakarta.
Sunaryo T.M., 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air. Banyumedia: Malang.
Suprato, J., 2012. Metode Riset, Aplikasi dan Pemasaran.PT. Rineka Cipta:
Jakarta.
Suriawira, U., 2005. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Edisi 1
cetakan ke 2. ITB: Bandung.
Sri Malem, I., 2010. Analisi Higiene Sanitai Dan Kualitas Air Minum Isi Ulang
(AMIU) Berdasarkan Sumber Air Baku Pada Depot Air Minum Di Kota
Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Wardhana W., 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset :


Yogyakarta.

Yustisa S,F., 2008. Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan dan Kualitas


Bakteriologis pada Depot Air Minum Isi Ulang Kota Batam. Tesis. Sekolah
Pascasarjana: Medan.

Yudo, S dan P.Nugro R., 2005. Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang Di DKI
Jakarta. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan: Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman


1 Lampiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.492/MENKES/PER/IV/2010 Persyaratan Kualitas Air

Minum................................................................................86

2 Lampiran 2. Jumlah air minum isi ulang di Kec. Galang Kab. Deli

Serdang Tahun 2015...........................................................94

3 Lampiran 3. Pergantian Judul..................................................................96

4 Lampiran 4. Surat Survai Penelitian........................................................97

5 Lampiran 5. Kuesioner Penelitian...........................................................98

6 Lampiran 6. Master Data ......................................................................101

7 Lampiran 7. Master Tabel.....................................................................102

8 Lampiran 8. Gambar Penelitian.............................................................108

9 Lampiran 9. Hasil Penelitian..................................................................112

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

Lampiran 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

Lampiran 2

Jumlah depot yang berada di Kec.Galang Kab. Deli Serdang Tahun 2015

No. Tanggal Nama usaha Sumber air Alamat


1. 23 Juli Berkah water Pegunungan Jln. Sempurna no 9 Galang
kota
2. Gisel water Pegunungan Jln. Sarsan arifin Galang
kota
3. Water Pegunungan Jln. Printis Kemerdekaan
Galang kota
4. Renjaya water Pegunungan Kampung Kotagan
5. Ade water Pegunungan Dusun III Jaharun b
6. Berkah water Pegunungan Dusun III Jaharun b
7. 121 water Air tanah Dusun III Jaharun b
8. Water Pegunungan Dusun VIII b
9. Depot air Pegunungan Dusun VI b
10. Sakinah water Air tanah Dusun VI b
11. Shafiyah water Pegunungan Dusun III Jaharun b
12. Fadil water Air tanah Gg. Ketaren Jaharun b
13. Essemce water Air tanah Dusun II Jaharun a
14. Berkah water Air tanah Jln. Impres tanah merah
15. Depot Water Pegunungan Jln. Pertumbukan
16. Water Pegunungan Pisang pala
17. - Air tanah Pisang pala
18. - Air tanah Jln. Kesehatan
19. Amri water Pegunungan Jln. Kesehatan
20. Azzura water Air tanah Desa pertangguhan
21. 24 Juli Azuar water Air tanah Keramat gajah
22. Indah water Air tanah Dusun pringgan
23. Bila water Pegunungan Jln. Setia desa pasar miring
24. Podo water Air tanah Jln. Setia desa pasar miring
25. Della water Pegunungan Pasar VII keramat gajah
26. Aqua bean Pegunungan Jln. Galang batu VIII desa
jati rejo
27. Wati water Air tanah Sidodadi
28. Depot water Air tanah Jln. Galang batu VIII suka
mulia
29. Water Air tanah Jln. Galang batu VIII suka
mulia
30. Rahmat water Pegunungan Desa purwodadi dusun a
31. Sofia water Pegunungan Desa purwodadi dusun b I
32. Family water Pegunungan Desa purwodadi dusun b I
33. Fifi water Air tanah Jln. Galang batu VIII

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

Sambungan tabel
34. Hafis water Pegunungan Jln Galang Kilometer 5,5 no
159 Desa Tanjung Mulia
35. Naila water Air tanah Desa purwodadi dusun rahayu
36. Ziyya PDAM Desa purwodadi Tanjung mulia
37. Cito PDAM Desa purwodadi Tanjung mulia
38. Ridho water Pegunungan Jln. Galang batu VIII
39. Lubis water Air tanah Desa Tanjung Mulia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

Lampiran 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

Lampiran 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN
PEMELIHARAAN PERALATAN DAN PENGAWASAN PENGOLAHAN
AIR MINUM DEPOT ISI ULANG TERHADAP KUALITAS
BAKTERIOLOGIS (Eschericia coli) DI KEC. GALANG KAB. DELI
SERDANG TAHUN 2015.

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama :
2. Pendidikan
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. PT (Perguruan Tinggi)
3. Lama usaha
9. < 1 tahun
10. 1-4 tahun
11. >4 tahun
12. Alamat :
5. Sumber air baku :
5. Air tanah
6. Air pegunungan
7. PDAM
8. Dll ...

II. LEMBAR OBSERVASI


No Jenis peralatan Respon
Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat
(√) (X)
1. Tandon air baku
2. Filter (jumlah filter)
3. Mikrofilter
4. Desinfeksi
a.Ozonisasi
b.Ultraviolet
5. Alat pencucian
6. Alat pembilasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

III. ASPEK PEMELIHARAAN

No Pemeliharaan Peralatan Respon

1. Menurut Saudara pemeliharaan peralatan depot air


minum isi ulang penting untuk di lakukan ?
2. Tandon air baku
Kapan terakhir Saudara membersihkan tandon
sumber air baku ?
3. Filter
Kapan terakhir Saudara membersihkan media filter ?
4. Mikrofilter
Kapan terakhir Saudara mengganti filter catridge dan
membersihkan tempat mikrofilter yang digunakan ?
5. Desinfektan
a. Ozonisasi
b.Ultraviolet
Jika lampu ultraviolet tidak bisa lagi digunakan
bagaimana tindakan Saudara ?
6. Alat pencucian
Kapan Saudara mengganti bulu sikat pada mesin
pencucian air minum depot isi ulang ?
7. Alat pembilasan
Kapan terakhir saudara membersihkan tempat
pembilasan air minum depot isi ulang ?

IV. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PENGAWASAN


4.1 Tindakan Pengawasan Internal
1. Kapan Saudara memeriksakan kualitas air minum depot isi ulang ke Dinas
Kesehatan ?
Jawab :

2. Mengapa Saudara tidak memeriksakan kualitas air minum depot isi ulang
ke Dinas Kesehatan 1 bulan sekali ?
Jawab :

3. Bagaimana pengawasan yang anda lakukan terhadap dosis desinfektan ?


Jawab :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

4. Menurut Anda, apakah pemeriksaan kualitas air minum depot isi ulang
penting untuk dilakukan, mengapa ?
Jawab :

5. Apakah Anda pernah menanyakan tentang surat keterangan dari Dinas


Kesehatan tentang kualitas sumber air baku yang mereka kelolah ?
Jawab :

4.2 Tindakan Pengawasan Ekternal

1. Pernahkah Dinas Kesehatan datang untuk memeriksakan kualitas air


minum depot isi ulang ?
Jawab :

2. Jika pernah kapan Dinkes datang untuk memeriksakan kualitas air minum
depot isi ulang ?
Jawab:

3. Apa yang dilakukan oleh Dinkes ?


Jawab:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

Lampiran 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

Lampiran 7

I. Karateristik Responden

Tabel 1
Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SMP 1 11,1 11,1 11,1
SMA 2 22,2 22,2 33,3
PT 6 66,7 66,7 100,0
Total 9 100,0 100,0
Tabel 2
Lama_usaha
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 - 4 tahun 4 44,4 44,4 44,4
> 4 tahun 5 55,6 55,6 100,0
Total 9 100,0 100,0

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Air Tanah 3 33,3 33,3 33,3
Air Pegunungan 6 66,7 66,7 100,0
Total 9 100,0 100,0

II. Hasil Observasi


Tandon
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Memenuhi Syarat 9 100,0 100,0 100,0

Filter
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Memenuhi Syarat 9 100,0 100,0 100,0

Mikrofilter
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Memenuhi Syarat 8 88,9 88,9 88,9
Tidak Memenuhi Syarat 1 11,1 11,1 100,0
Total 9 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

Desinfeksi
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Memenuhi Syarat 8 88,9 88,9 88,9
Tidak Memenuhi Syarat 1 11,1 11,1 100,0
Total 9 100,0 100,0

Alat_Pencucuian
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Memenuhi Syarat 7 77,8 77,8 77,8
Tidak Memenuhi Syarat 2 22,2 22,2 100,0
Total 9 100,0 100,0

Alat_Pembilasan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Memenuhi Syarat 7 77,8 77,8 77,8
Tidak Memenuhi Syarat 2 22,2 22,2 100,0
Total 9 100,0 100,0

III. Kuesioner Responden


3. 1 Pemeliharaan Peralatan

Menurut Saudara pemeliharaan peralatan depot air minum isi ulang penting untuk di
lakukan ?
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid penting 9 100,0 100,0 100,0

Kapan terakhir Saudara membersihkan tandon sumber air baku ?


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 bulan sekali 1 11,1 11,1 11,1
tidak dilakukan atau
dilakukan > 1 bulan 8 88,9 88,9 100,0
sekali
Total 9 100,0 100,0

Kapan terakhir Saudara membersihkan media filter


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 bulan sekali 3 33,3 33,3 33,3
tidak dilakukan atau
dilakukan > 1 bulan 6 66,7 66,7 100,0
sekali
Total 9 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

Kapan terakhir Saudara mengganti filter catridge dan membersihkan tempat mikrofilter
yang digunakan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 bulan sekali 3 33,3 33,3 33,3
tidak dilakukan atau
dilakukan > 1 bulan 6 66,7 66,7 100,0
sekali
Total 9 100,0 100,0

Apakah saudara mengganti lampu sinar ultraviolet jika sudah tidak bisa lagi digunakan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid lampu diganti jika
tidak bisa lagi 8 88,9 88,9 88,9
digunakan
lampu tidak ada
digantian lampu jika
1 11,1 11,1 100,0
tidak bisa lagi
digunakan
Total 9 100,0 100,0

Kapan Saudara mengganti bulu sikat pada mesin pencucian air minum depot isi ulang
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 3 bulan sekali 3 33,3 33,3 33,3
tidak dilakukan 3 bulan
sekali atau > 3 bulan 6 66,7 66,7 100,0
sekali
Total 9 100,0 100,0

Kapan terakhir saudara membersihkan tempat pembilasan air minum depot isi ulang
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 minggu sekali 7 77,8 77,8 77,8
tidak dilakukan atau
dilakukan > 1 2 22,2 22,2 100,0
minggu sekali
Total 9 100,0 100,0

Pemeliharaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Memenuhi syarat 1 11,1 11,1 11,1
Tidak memenuhi
8 88,9 88,9 100,0
syarat
Valid Tidak memenuhi
9 100,0 100,0
syarat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

3.2 Pengawasan Pengolahan Air Minum


A. Pengawasan Internal
Kapan Saudara memeriksakan kualitas air minum depot isi ulang ke Dinas Kesehatan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak dilakukan atau
dilakukan > 1 bulan 9 100,0 100,0 100,0
sekali

Mengapa Saudara tidak memeriksakan kualitas air minum depot isi ulang ke Dinas
Kesehatan 1 bulan sekali
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid sudah pernah dilakukan
pemeriksaan di awal 5 55,6 55,6 55,6
biayanya mahal 3 33,3 33,3 88,9
air yang diminum aman 1 11,1 11,1 100,0
Total 9 100,0 100,0

Bagaimana pengawasan yang anda lakukan terhadap dosis desinfektan


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid dilakukan pengawasan
dosis desinfeksi 2 22,2 22,2 22,2
tidak pernah dilakukan
pengawasan dosis 7 77,8 77,8 100,0
desinfeksi
Total 9 100,0 100,0

Menurut Saudara pengawasan internal depot air minum isi ulang penting untuk di
lakukan ?
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid penting 9 100,0 100,0 100,0

Apakah Saudara pernah menayakan tentang surat keterangan dari Dinas Kesehatan
tentang kualitas sumber air baku yang mereka kelolah
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Pernah ditanya mengenai
surat keterangan
2 22,2 22,2 22,2
mengenai kualitas
sumber air baku
Tidak pernah ditanya
mengenai surat
7 77,8 77,8 100,0
keterangan mengenai
kualitas sumber air baku
Total 9 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

Pengawasan_Internal
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Memenuhi syarat 1 11,1 11,1 11,1
Tidak memenuhi syarat 8 88,9 88,9 100,0
Valid Tidak memenuhi syarat 9 100,0 100,0

B. Pengawasan Eksternal

Pernahkah, Dinas Kesehatan datang untuk memeriksakan kualitas air minum depot isi
ulang
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 6 66,7 66,7 66,7
Tidak pernah 3 33,3 33,3 100,0
Total 9 100,0 100,0
Jika pernah kapan dinas kesehatan datang untuk memeriksakan kualitas air minum depot
isi ulang
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak dilakukan
pemeriksaan Mikrobiologi
setiap 6 bulan sekali atau 9 100,0 100,0 100,0
pernah dilakukan
pemeriksaan > 6 Bulan

Apa yang dilakukan oleh petugas kesehatan


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid mengambil sampel 5 55,6 55,6 55,6
penyuluhan kepada
pengelola dan pekerja 1 11,1 11,1 11,1
tidak pernah
3 33,3 33,3 100,0
Total 9 100,0 100,0

Pengawasan eksternal
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 0 0 0 0
tidak baik 9 100,0 100,0 100,0
Total 9 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

3.3 Kualitas Air Minum Depot Isi Ulang


Kualitas air minum
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 6 66,7 66,7 66,7
tidak baik 3 33,3 33,3 100,0
Total 9 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

Lampiran 8

GAMBAR HASIL PENELITIAN

Gambar 1 : Surat Keterangan Hasil Pemeriksaan Kualitas Air

Gambar 2 : Surat Hasil Analisi Air Minum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


109

Gambar 3 : Mesin Pencucian AMIU yang Tidak Memenuhi Syarat

Gambar 4 : Mikrofilter yang digunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


110

Gambar 5 : Bukti Pemeriksaan Kualitas AMIU Oleh Dinkes

Gambar 6: Pengambilan Sampel AMIU

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


111

Gambar 7 : Foto Bersama pengelola AMIU Lubis Water

Gambar 7 : Foto Bersama pengelola AMIU Fadhil Water

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


112

Lampiran 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


113

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


114

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


115

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


116

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


117

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


118

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


119

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


120

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


121

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai