Anda di halaman 1dari 2

Indonesia kehilangan lebih dari Rp. 58 Triliun, atau setara dengan Rp. 265.

000 per
orang per tahun karena sanitasi yang buruk. Lebih dari 94 juta penduduk Indonesia
(43 % dari populasi) tidak memiliki jamban sehat dan hanya 2 % memiliki akses
pada saluran air limbah perkotaan. Sebagai akibat dari sanitasi yang buruk ini,
diperkirakan angka kejadian diare sebanyak 121.100 kejadian dan mengakibatkan
lebih dari 50.000 kematian setiap tahunnya. Dampak kesehatan tahunan dari
sanitasi yang buruk sebesar Rp. 139.000 perorang atau Rp.31 triliun secara
nasional (WPS, 2010). Dan lebih dari 30 tahun, akses terhadap sanitsi di pedesaan
tidak berubah. berdasarkanJoint Monitoring Program WHO-UNICEF, akses sanitasi
pedesaan tetap pada angka 30 %. Dengan laju perkembangan seperti ini Indonesia
akan gagal mencapai Milenium Development goals (MDGs).

STBM (Sanitasi total berbasis masyarakat) merupakan pendekatan untuk merubah


perilaku hygiene dan sanitsi melalui pemberdayaan masyarakat dengan
menggunakan metode pemicuan. STBM menjadi acuan nasional untuk program
sanitasi total berbasis masyarakat sejak lahirnya kepmenkes No.852
/Menkes/SK/IX/2008 tentang strategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

STBM memiliki 6 strategi nasional yaitu

1. Penciptaaan lingkungan yang kondusif ( enabling Environment)


2. Peningkatan kebutuhan sanitasi (Demand Creation)
3. Peningkatan penyediaan sanitasi (supply improvement)
4. Pengelolahan pengetahuan (knowledge management)
5. Pembiayaan
6. Pemantauan dan Evaluasi

Keunggulan program :

1. Satu-satunya Program Non subsidi untuk pembangunan jamban tingkat


Rumah Tangga
2. STBM adalah satu-satunya program yang menyasar lansung sampai ke
tingkat Rumah Tangga
3. STBM berfokus pada perubahan perilaku bukan pembangunan sarana.

Indicator outcome STBM yaitu menurunnya angka kejadian penyakit diare dan
penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.

Prinsip-prinsip STBM :

1. Tidak ada Subsidi Kemasyarakat, tidak terkecuali untuk kelompok Miskin


Untuk penyedian fasilitas sanitsi dasar.
2. Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhan masyarakat.
3. Menciptakan prilaku masyarakat yang higienis dan saniter untuk mendukung
terciptanya sanitasi total.
4. Masyarakat sebagai pemimpin dan seluruh masyarakat terlibat dalam analisa
masalah, perencanaan, pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan.
5. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi.

Ada pun 5 pilar STBM mencakup :

a. Stop BABS di sembarang tempat


b. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih yang mengalir
c. Pengolahan makanan dan minuman Rumah Tangga
d. Pengolahan sampah rumah tangga
e. Pengolahan limbah cair rumah tangga.

Metode pemberdayaan masyarakat (dengan metode CLTS) sebagai inti dari gerakan
STBM ini, bertujuan untuk memicu masyarakat untuk memperbaiki sarana sanitasi,
dengan adanya pemicuan ini target utama dapt tercapai yaitu merubah perilaku
sanitasi dari masyarakat yang masih melakukan kebiasaan buang air besar
disembarang tempat. Faktor-faktor yang harus dipicu beserta metode harus yang
digunakan dalam kegiatan STBM untuk menumbuhkan perubahan perilaku sanitasi
dalam suatu komunitas (Depkes RI,2008).

Berbagai faktor yang harus dipicu antara lain rasa jijik, rasa malu,rasa takut akan
sakit, serta sentuh pada aspek agama terkait dogma dan dalil buang air besar
sembarangan.

Metode kegiatan

Inti kegiatan STBM di masyarakat ada pada tahap pemicuan, yang bertujuan untuk
memfasilitasi masyarakat untuk mampu menganalisa kondisi sanitasi wilayahnya.
Proses ini mengikuti tahapan antara lain tahap pemetaan, transect walk, dan lain-
lain.

a. Pemetaan
Bertujuan untuk mengetahui dan melihat peta potensi wilayah tempat
khususnya terkait sanitasi dan buang air besar masyarakat. Hasil pemetaan
ini kemudian di salin pada media yang sesuai seperti kertas, biasanya di
tempat umum seperti balai posyandu. Peta ini sekaligus juga berfungsi
sebagai tool monitoring perkembangan akses jamban pasca pemicuan dan
dibuatnya rencana tindak lanjut masyarakat.
b. Transect walk
Bertujuan untuk melihat dan mengetahui tempat (lokasi) kebiasaan
masyarakat dalam perilaku buang air besarnya. Fasilitator bersama
masyarakat sharing dan berdiskusi di tempat dimaksud, dengan harapan
akan timbul rasa jijik dan terpicu rasa malu pada diri mereka.
c. Alur Kontaminasi (Fecal Oral)\
Bertujuan untuk bersama masyarakat belajar dan mengetahui bagaimana
proses tinja dapat masuk kedalam masyarakat, dan dampak yang timbulkan
terhadap kesehatan keluarga.
Simulasi air yang terkontaminasi bertujuan untuk memicu masyarakat terkait
persepsi mereka terhadap yang dianggap bersih, dapat berpotensi tercemar
tanpa mereka sadari.
d. Diskusi Kelompok (FGD)
Diskusi bersama masyarakat terkait kondisi kesehatan lingkungan setempat,
dengan output masyakat mampu merumuskan sendiri tindakan dan rencana
kerja mereka untuk bisa keluar dari kondisi sanitasi buruk di wilayah mereka.
Selanjutnya hasil RTL masyarakat ini menjadi pegangan fasilitator dalam
melakukan monitoring dan evaluasi rencana kerja masyarakat.
Kondisi sarana sanitasi wilayah kerja puskesmas setabu tahun 2015

10

1
457
258 2
142 3
50 4
7 5
0 6
0 7
0 8
0 9
0

Anda mungkin juga menyukai