Anda di halaman 1dari 38

Bab 04.

CARA KERJA TOKSIKAN

Prof. H. Soedjajadi Keman, dr., MS.,


Ph.D.
Dept Kesehatan Lingkungan FKM UA

03/26/17 1
Pendahuluan

Efek berbahaya toksikan terhadap mahluk hidup


meliputi narkosis, iritasi, sensitisasi imunologis,
mutagenesis, teratogenesis, karsinogenesis, dan
kerusakan jaringan lainnya.

Efek ini mungkin dihasilkan karena perubahan-


perubahan yang disebabkan reaksi kimia (toksisitas
kimiawi), gangguan sistem biokimiawi (toksisitas
fisiologis), kerusakan fisik murni (toksisitas fisik),
ataupun kombinasi dari sebab-sebab tersebut.

Tergantung dari kelengkapan pengetahuan kita, maka


efek toksikan mungkin dapat dijelaskan pada tingkat
satu organ tertentu atau jaringan, tingkat seluler, atau
pada tingkat subseluler.
03/26/17 2
Pajanan Kombinasi /
Kompleks
Pajanan bahan pencemar di lingkungan ataupun di tempat
kerja sering berupa pajanan yang kombinasi atau
kompleks;

Efek kombinasi dapat berupa hanya bersifat additif


(penjumlahan), mungkin menyebabkan kerusakan yang
lebih parah dari pada penjumlahan efek individu
(sinergisme), atau mungkin menimbulkan efek yang lebih
ringan dari efek terpisah masing2 pencemar/toksikan
disebabkan satu efek antagonisme;

Sering deskripsi kita tentang cara kerja toksikan meliputi


kesalahan pengertian (misunderstanding) karena ketidak-
lengkapan pengetahuan, ataupun karena terjadi perubahan
pengertian tentang suatu toksikan yang lebih lengkap.

03/26/17 3
Toksisitas Fisik

Aksi toksikan secara fisik meliputi perubahan-


perubahan yang tidak disertai perubahan reaksi
kimiawi.

Sebagai contoh pelarut-pelarut organik


menyebabkan peradangan kulit atau dermatitis,
kerusakan yang kering, perih dan robek atau
pecahnya jaringan kulit.

Efek ini biasanya ditunjukkan pada penghilangan


secara fisik permukaan lemak, tapi dapat juga
disebabkan oleh kerusakan sel-sel epidermis kulit.

03/26/17 4
Umumnya, jaringan mata lebih sangat mudah
rusak dari pada jaringan kulit dan mengambil
pelarut tersebut masuk ke dalam tubuh, seperti
dengan cara menelannya dapat menyebabkan
kerusakan fisik pada jaringan tubuh bagian dalam
yang kontak dengan pelarut tersebut.

Kerusakan menyebabkan iritasi permukaan,


peradangan, mutah-mutah, diare, kejang usus,
dan perdarahan internal;

Seperti yang telah diuraikan pada paragraf


sebelumnya, penggantian oksigen oleh gas inert
menyebabkan asfiksia adalah salah satu contoh
sederhana dari cara kerja toksikan secara fisik;

03/26/17 5
Gas-gas inert dapat mengurangi konsentrasi
oksigen normal di dalam udara pernafasan turun
dibawah 10% dan menyebabkan kematian.

Inhalasi partikulat inert yang kemudian diletakkan


di dalam jaringan paru dapat mengganggu fungsi
paru.

Lebih lanjut, partikel-partikel ini dapat membentuk


permukaan adsorptif untuk toksikan lainnya
memasuki jaringan paru, mengkonsentrasikan
mereka dan meningkatkan potensi destruktif
mereka.

Kombinasi partikel asbestos dengan asap rokok


meningkatkan risiko terjadinya kanker paru, yang
merupakan contoh yang baik dari efek sinergistik.

03/26/17 6
Radiasi dosis tinggi secara fisik merusak sel-sel dalam
jaringan. Tingkat yang cukup menyebabkan kerusakan
segera diperhitungkan pada kasus kasus jarang
kecelakaan oleh pajanan dari sumber yang intensif.

Beberapa sel sangat peka terhadap terhadap radiasi,


menyebabkan gejala-gejala yang yang khas pada
individu yang terpajan;

Segara tampak gejala mual, mutah, diare, demam, sakit


kepala, dan denyut nadi yang tidak teratur.

Pada radiasi dosis tinggi, terjadi kehilangan mukosa


saluran pencernakan yang menyebabkan terjadinya
perdarahan.

Dalam waktu yang lebih lama, terjadi penurunan kadar


sel darah putih dan platelet. Juga ditunjukkan adanya
kerusakan jaringan mata, kehilangan fertilitas, dan
kerusakan jaringan kulit.
03/26/17 7
Kerusakan yang ditimbulkan oleh radiasi dosis
rendah biasanya tidak segera tampak pada waktu
singkat, tetapi kalau terjadi dalam waktu yang
lama, akan meningkatkan insiden penyakit
kanker, terutama leukemia.

Beberapa kerusakan dapat terjadi tidak hanya


dari pajanan terhadap sumber radiasi seperti
mesin sinar-X, tetapi juga dari inhalasi dan
menelan radioisotop, seperti yang dialami oleh
para pekerja tambang uranium.

03/26/17 8
Toksisitas
Kimiawi
Kerusakan yang diakibatkan oleh toksikan kimiawi
mempunyai bentuk variasi akibat yang luas.

Asam atau alkali kuat apabila kontak dengan mata,


kulit, atau saluran pencernakan akan menimbulkan
kerusakan umum, iritasi dan kematian sel.

Inhalasi bahan ini akan menyebabkan tidak hanya


iritasi, tapi juga mnyebabkan kesukaran bernafas
yang hebat.

Akibat peradangan dan ataupun kerusakan


permukaan jaringan mungkin menyebabkan
peningkatan sensitivitas terhadap toksikan lainnya,
disebabkan peningkatan kemudahan masuknya ke
dalam darah, contoh untuk suatu efek sinergistik.

03/26/17 9
Diantara mekanisme-mekanisme toksisitas yang
telah diketahui dengan baik dan dimengerti, adalah
bahwa kombinasi langsung dari toksikan dengan
konstituen tubuh.

Karbon monoksida, sebagai contoh, mempunyai


afinitas terhadap hemoglobin sekitar 210 kali
dibandingkan afinitas oksigen, dan secara cepat
berikatan dengan konstituen pembawa oksigen,
yaitu hemoglobin.

Ikatan ini memodifikasi ikatan hemoglobin menjadi


karboksi-hemoglobin, yang tidak mampu membawa
oksigen menuju jaringan tubuh yang memerlukan.

03/26/17 10
Mekanisme yang kurang begitu dimengerti adalah
reaksi stimuli injury, walau terdapat bukti tidak
langsung bahwa stimuli memproduksi bahan natural
yang berbahaya oleh tubuh.

Sebagai contoh adalah histamin, yang mungkin


disintesis dalam jumlah besar yang dapat
menimbulkan kesakitan dan bahkan kematian.

Penyebabnya adalah seperti bahan-bahan umum


seperti allergen untuk hay fever (rhinitis allergika)
yaitu polen (tepung sari bunga) atau debu kapas.

Allergen bahan kimia industri yang paling menonjol


adalah isocyanat organik.

Bahan-bahan tersebut berpasangan dengan protein


tubuh membentuk allergen dan menstimuli
pembentukan antibodi.

03/26/17 11
Perkembangan respons allergik ini diistilahkan
sebagai sensitisasi. Masuknya bahan-bahan tersebut
menimbukan pelepasan histamin atau zat-zat seperti
histamin secara loakal dalam jumlah banyak yang
menimbulkan reaksi peradangan, oedema, dan lain
lain tanda peradangan.

Golongan amina dapat menstimulasi pelepasan


histamin, dimana di dalam jaringan ikatan ini akan
dilepaskan oleh amina yang tidak natural.

Hal yang sama (kerusakan jaringan) dapat terjadi


disebabkan oleh iritan saluran pernafasan seperti
ozon yang dapat membebaskan zat yang mirip
histamin (histamine like substances).

Tekumpul bukti-bukti bahwa pelepasan hormon dari


sistem saraf mungkin merupakan mekanisme yang
umum, dimana sejumlah bahan kimia menimbulkan
efek toksiknya.

03/26/17 12
Kelasi (chelation) adalah satu mekanisme yang
sedang meningkat pemahamannya sebagai satu
jalur penting dari cara kerja toksikan.

Chelation adalah pembentukan ikatan koordinat


ganda antara suatu bahan organik dengan satu ion
logam.

Satu variasi dari obat telah diuji dimana dipercayai


berfungsi sebagai chelation secara biologis. Bahan-
bahan ini memulai efeknya dengan mengganti
logam yang normalnya terdapat di dalam sel, yang
berakibat tidak aktifnya sistem sel yang spesifik.

Sebagai contoh pengobatan keracunan Pb dengan


ethylene-diamine-tetra-acetic acid (EDTA) yang
dapat mengikat Pb dan membantu kelarutannya
dan mengeluarkan dari dalam tubuh. chelate yang
larut (a soluble chelate).

03/26/17 13
EDTA mungkin juga dapat men-chelate Zn, yang
dibutuhkan untuk berbagai macam enzim,
termasuk enzim dalam sistem organ ginjal yang
penting.

Bahan chelating mungkin juga meningkatkan


absorpsi satu logam mencapai tingkatan toksik.

Besi biasanya aman apabila diabsorpsi dengan


mekanisme yang biasanya, mungkin diabsorpsi
dalam jumlah toksik dalam bentuk satu chelate
yang larut (a soluble chelate).

Dapat dibedakan dua macam tipe reaksi toksik


yang mencakup senyawaan asal yang toksik atau
metabolit sebagai zat aktif.

03/26/17 14
Pertama, kerugian kimiawi yang disebabkan oleh
ikatan kovalen irreversibel antara xenobiotik
dengan substrat biologis atau reseptor.

Sebagai contoh adalah ikatan kovalen logam


beracun seperti Pb, Cd, Hg, terhadap gugus -SH
dalam enzim dan protein penting lainnya, dengan
demikian juga ikatan HCN dan H2S terhadap
gugus besi dalam sitokrom.

Jenis kerugian lainnya mencakup reaksi


karsinogenik dan mutagenik yang melibatkan
molekul DNA dan antara bentuk yang reaktif
seperti zat peng-alkyl biologis dan metabolit
khromosomal, seperti epoksida.

03/26/17 15
Kedua, interaksi reversibel yang terjadi antara
xenobiotik atau toksikan dengan substrat atau
reseptor biologis.

Zat ini melakukan interaksi reversibel dengan


reseptor spesifik, biasanya meninggalkan zat dan
reseptor yang tidak berubah.

Dalam beberapa contoh, penerima dapat mengalami


perubahan sementara dalam konformasinya selama
pembentukan kompleks ligan-reseptor (penerima).

Resolusi lebih lanjut dari mekanisme reaksi yang


berkaitan dengan reaksi toksik seperti nekrosis
seluller, telah menghasilkan postulasi beberapa
mekanisme keracunan molekuler yang mungkin
terjadi.

03/26/17 16
Seperti yang dikemukakan oleh Gillette (1980),
sasaran suatu zat reaktif yang bisa terjadi adalah
(1) Suatu enzim intrasel atau substratnya yang
dibutuhkan untuk proses seluler;
(2) Suatu fosfolipid dalam membran sel yang mengatur
kompartementalisasi komponen intra sel;
(3) Substrat yang terlibat dalam sintesis protein yang
membutuhkan pergantian normal enzim intra sel; atau
(4) DNA yang dibutuhkan untuk replikasi seluler.

Sebagai contoh, pengaktifan metabolit benzo(a)piren


dalam hepatosit melibatkan produk yang berikatan
dengan DNA, pada dasarnya benzo(a)piren-7,8-
dihidrodiol-9,10-epoksida yang sangat karsinogen dan
metabolitnya yang kurang karsinogen, kemungkinan
9-hidroksi benzo(a)piren-4,5-epoksida.

Pengaruh toksik tampaknya juga dapat bergantung


pada melemahnya beberapa sasaran ini secara
serempak.
03/26/17 17
Respons toksik dapat diinduksi oleh pembentukan radikal
bebas dan tidak oleh mekanisme dimana suatu zat atau
metabolit reaktif terikat secara kovalen dengan zat
sasaran.

Dalam kasus tertentu, metabolit dapat bereaksi


membentuk lemak atau radikal DNA bebas atau melakukan
oksidasi untuk memulai radikal bebas superoksida,
hidrogen peroksida, atau gugus hidroksil (Gillette, 1980).

Pelepasan radikal bebas dalam sistem biologi biasanya


merugikan membran biologis, disebabkan oleh reaksi auto-
oksidasi penyusun membran lipo-protein yang
mengakibatkan kerusakan.

Lebih lanjut, peroksida asam lemak ganda tidak jenuh


(unsaturated poly-fatty acid peroxyde) yang sangat
beracun terakumulasi dalam jaringan dan penyerangan
radikal bebas mungkin akan mengnonaktifkan gugus -SH
(sulfhidril) dalam enzim, atau penyusun biologis lainnya
yang penting.

03/26/17 18
Jenis pestida golongan hidrokarbon terhalogenasi dianggap
memulai hepatotoksisitasnya melalui proses peroksidasi
lemak yang berkaitan dengan suatu proses pelepasan
radikal bebas untuk kabon tetrakhlorida yang diinduksi
oleh lipoperoksidasi.

Sebagai contoh, karbon tetrakhlorida terikat pada


sitokhrom mikrosomal P-450 dalam sel target dan
dimetabolisir menjadi metabolit yang terikat secara
kovalen terhadap komponen sel, peroksidasi lemak
mengambil tempat, dan homeostasis kalsium intra sel
berubah.

Selanjutnya, sintesis protein dihambat dan retikulum


endoplasmin diganggu, mungkin menye-babkan kelemahan
atau kematian sel, sehingga terjadi nekrosis liver.

Awal nekrosis liver oleh protoksin karbon tetrakhlorida


melibatkan reaksi metabolit radikal bebas, trikhloro-methil,
yang bereaksi dengan lemak membentuk khloroform dan
radikal bebas.

03/26/17 19
Penggabungan zat reaktif dan reaksi ikatan kovalen, atau
yang diperantarai oleh radikal bebas, dengan
perkembangan toksisitas adalah rumit.

Penelitian eksperimental, khususnya terhadap


karsinogenesis, mengindikasikan bahwa metabolit reaktif
biasanya melakukan reaksi pelipat-gandaan dengan
komponen sel.

Laju proses ini penting untuk timbulnya toksisitas, dan


bergantung pada faktor afinitas gugus untuk nukleofilik
tertentu, seperti gugus amino, sulfhidril, dan triol, serta
kestabilan kompleks ligan-reseptor.

Ikatan kovalen sebagai contoh, mempunyai kharakteristik


pelepasan molekul reaktif dalam sel, namun
menyebabkan kerusakan sel, tergantung pada ukuran
dan bentuk molekul reaktif tersebut serta pada
makromolekul sel tertentu yang terlibat.

03/26/17 20
Dalam proses nekrosis jaringan liver,
penghambatan pseudokholinesterase oleh
insektisida golongan organofosfat dan karbamat,
metabolit reaktif yang stabil bergabung secara
reversibel dengan kedudukan tertentu pada
protein, dan pada kompleks ini diresintesis
membentuk bahan yang terikat secara kovalen.

03/26/17 21
Informasi tentang mekanisme toksisitas yang bermanfaat
timbul dari penemuan toksisitas Tetrakhloro dibenzo-p-
dioksin (TCDD).

Poland dan Glover (1980) mengusulkan suatu model


mekanisme toksisitas congener dibenzo-p-dioksin,
dibenzofuran, azo- dan azoksi-benzen, serta bifenil
terhalogenasi.

Suatu korelasi terjadi antara potensi untuk menginduksi


keaktifan aril hidroksilase (AHH) serta afinitas ikatan
sitosolnya.

Telah dipostulasikan bahwa toksisitas hidrokarbon


aromatik terkhlorinasi ini diperantarai oleh pengenalan
awal stereospesifik serta ikatannya dengan sitosol hepatik.

Kompleks ligan-reseptor dengan demikian dibentuk untuk


mengatur suatu baterai turunan, dan ekspresi atau represi
satu atau lebih gen ini menimbulkan gejala keracunan yg
dpt diamati.
03/26/17 22
Telah dibuktikan dari pembahasan diatas bahwa
pendekatan molekuler dan biokimiawi untuk
memahami toksikologi telah dapat menjelaskan
kenyataan proses metabolik dalam pembentukan
metabolit reaktif, biasanya di dalam sel-sel
target, yang menimbulkan respons biologis atau
toksik melalui keaktifan ikatan yang spesifik
dengan makromolekul sel.

Meskipun demikian, Farber (1980) telah


menekankan adanya kesulitan yang inherent
dalam usaha membangun reaksi kimia yang
mendasari mekanisme kerusakan sel.

03/26/17 23
Toksisitas
Fisiologis

Karena proses hidup didefinisikan sebagai apa yang kita


disain sebagai fisiologis, dan karena toksikan
mengganggu proses hidup, semua toksisitas pada
akhirnya merupakan proses fisiologis.

Enzim mewakili satu dari beberapa komponen biologis yg


mudah diserang atau mengalami luka, Molekul protein ini
mempunyai tempat berikatan (binding site) dibentuk
untuk membawa biasanya satu atau dua molekul spesifik
untuk dikonversikan menjadi produk2 spesifik dgn
kecepatan yg sukar dipercaya.

Katalisis reaksi ini mungkin membutuhkan molekul


reaktif organik kecil, dan ion logam, atau keduanya
terikat pada tempat berikatan.
03/26/17 24
Metabolisme terdiri dari berbagai jalur, masing-
masing terdiri dari sejumlah perubahan kimiawi
individual yang relatif sederhana, dimana
masing2 dikatalisasi oleh enzim yang spesifik.

Gangguan dengan satu blokade jalur enzim


tersebut mencegah pembentukan produk akhir
yang vital, dan menyebabkan akumulasi bahan-
bahan dimana enzim yang terganggu akan
mengubahnya secara kimiawi.

Hal ini dapat menyebabkan efek toksik. Sebagai


contoh akumulasi karbohidrat galaktose di dalam
darah bayi tidak mampu memetabolisir galaktose
akan menyebabkan kerusakan otak yang
irreversibel.

03/26/17 25
Gangguan suatu enzim dapat melalui berbagai jalur.

Toksikan mungkin secara kimiawi mungkin


mengganggu kelompok fungsi kimiawi pada tempat
berikatan.

Ini adalah mekanisme toksisitas yang dilakukan oleh


logam-logam berat.

Banyak enzim yang mempunyai satu gugus thiol


pada tempat berikatan, yang mengkombinasikan
segera dan irreversibel dengan beberapa logam
seperti merkuri (Hg) dan plumbum (Pb).

Kofaktor penghilang kerusakan kimiawi, molekul-


molekul organik kecil atau ion-ion logam yang
berhubungan dengan beberapa enzim,
mengnonaktifkan enzim bersangkutan.

03/26/17 26
Sebagai contoh chelating agents mungkin dapat
memindahkan logam tersebut.

Sering molekul organik kecil berasal dari satu vitamin di


dalam makanan. Gangguan absorpsi penyediaan yang tidak
mencukupi dari vitamin akhirnya akan mengnonaktifkan
enzim.

Beberapa molekul menyerupai molekul yang normal berikatan


dengan enzim dapat mengganti berikatan pada tempat
berikatan.

Hal ini akan mengakibatkan enzim tidak mampu menjalankan


fungsi normalnya sepanjang toksikan masih terikat.

Asam malonat berikatan dengan enzim suksinat


dehidrogenase pada tempat untuk asam suksinat, sehingga
mengha-langi langkah untuk mengkonversi makanan menjadi
energi biologis.

03/26/17 27
Mekanisme lain untuk toksisitas adalah yang
berhubungan dengan fungsi sistem saraf.

Pergerakan impuls dari suatu serat saraf


dihasilkan oleh pergerakan ion natrium (Na+) dan
kalium (K+) melintasi sepanjang membran sel
saraf yang menyimpan potensi listrik.

Satu pompa akan mengembalikan ion-ion ini


kembali ke tempat asalnya.

Toksikan yang menghalangi produksi energi dan


beberapa senyawa yang mengganggu secara
spesifik pergerakan ini akan mengganggu aspek
fungsi sistem saraf ini.

03/26/17 28
Lebih penting adalah pada pertemuan (junction)
antara dua sel saraf atau pertemuan antara suatu
sel lain dengan sel saraf (nerve-to-muscle atau
sensory cell-to-nerve) dimana terdapat suatu
struktur yang disebut satu synape.

Pada synape ini, pembawa kimiawi (chemical


messenger) mengundang penghantar
(transmitter) membawa signal dari satu sel ke sel
lainnya.

03/26/17
29
Mekanisme ini mengikuti urutan sebagi berikut :

(1)Impuls saraf merangsang satu proses yang melibatkan


ion kalsium yang akan mengakibatkan kantong tipis
berisi penghantar (transmitter) untuk membuka,
melepaskan transmitter ke dalam ruangan di antara sel-
sel, yang disebut celah synape (synape cleft);

(2) Transmitter melintasi celah tersebut dan berikatan


dengan molekul protein yang disebut reseptor pada
membran sel penerima. Ikatan ini menimbulkan satu
aliran ion-ion natrium atau kalium dalam sel-sel ini.
Aliran ion natrium akan menstimulasi satu impuls baru,
sedangkan aliran ion kalium akan mengurangi impuls
baru;

(3) Penghantar (transmitter) dipindahkan dari celah


dengan cara dipompa melintasi membran kembali ke
dalam sel, atau dengan diinaktifasi oleh enzim yang
terdapat dalam celah sel.

03/26/17 30
Gangguan setiap bagian dari proses tersebut atau dengan
sintesis transmitter, akan mengubah efektifitas
penghantaran (transmisi) impuls saraf.

Secara umum, proses yang dikontrol oleh sistem saraf


pusat mempunyai sistem sel saraf yang menstimulir atau
menghambat, dan kedua sistem menggunakan transmitter
yang berbeda.

Setiap senyawa yang menghambat setiap langkah


transmisi akan mengganggu keseimbangan eksitasi/inhibisi
dan mengakibatkan perilaku yang tidak seimbang.

Beberapa toksikan menyerupai transmitter dan berikatan


pada protein reseptor.

Jika mereka menstimuli reseptor (agonistic effect),


memperkuat transmisi sinaptik, sebaliknya apabila mereka
berikatan tetapi tidak menstimuli, akan menghambat
transmisi (antagonistic effect).

03/26/17 31
Sebagai contoh, amfetamin yang mirip dengan
katekholamin, dan meningkatkan transmisi pada
reseptor katekholamin.

Toksikan lainnya menginaktifasi enzim yang


mengdegradasi transmitter menyebabkan pembukaan
vesikel (kantong), atau menghambat sintesis transmitter.
Respons fisiologis sangat bervariasi tergantung pada
sistem yang dipengaruhi, dan dapat meliputi paralisis,
relaksasi, konvulsi, tremor, halusinasi, dan gangguan
kejiwaan (mood).

Beberapa mekanisme yang mungkin terjadi dimana


xenobiotik dapat mengganggu proses biokimiawi penting
dan fungsi fisiologis dalam tubuh mahluk hidup telah
dirangkum dalam tabel berikut ini.

Tingkat respons terhadap xenobiotik tergantung dari


konsentrasi atau dosis sebenarnya yang diterima di
jaringan terget dalam fase toksikodinamik.

03/26/17 32
Telah tersedia bukti-bukti tentang mekanisme
toksisitas yaitu toksifikasi dan detoksifikasi yang
semakin banyak terhadap hubungan antara
metabolisme xenobiotik dan toksisitas.

Setiap hipotesis tentang mekanisme toksisitas


perlu mengenali kegiatan senyawaan asal dan
metabolitnya.

Boyd (1980) telah mengusulkan 2 tipe mekanisme


toksisitas umum yang memisahkan toksisitas
ekstra-hepatik yang disebabkan senyawaan asal
yang aktif dan metabolit yang aktif.

Kedua mekanisme ini dapat diperluas mencakup


toksisitas hepatik dan ekstra-hepatik.

03/26/17 33
Mekanisme pertama, yaitu toksisitas ekstra-
hepatik yang disebabkan senyawaan asal yang
aktif bertanggung jawab atas kerusakan hepatik
atau ekstra-hepatik.

Metabolisme hanya melayani fungsi detoksifikasi


saja.

Tempat bekerjanya toksikan dapat spesifik atau


tidak spesifik, tergantung pada faktor seperti
kontak selektif, pengambilan selektif, dan
akumulasi toksikan dalam jaringan target, atau
adanya penerima (reseptor) spesifik atau letak
aksi lain yang sangat rentan.

03/26/17 34
Mekanisme kedua, yaitu toksisitas yang diinduksi
metabolit yang aktif, Metabolit aktif dapat dilepaskan in
situ dalam sel jaringan hepatik atau ekstra-hepatik.

Dalam kaitan-nya dengan toksisitas ekstra-hepatik


terdapat dua jenis mekanisme, yaitu (1) metabolit aktif
dibentuk in situ dalam sel atau jaringan ekstra-hepatik;
(2) dimana mereka terbentuk dalam hepar dan
diedarkan ke dalam jaringan ekstra-hepatik.

Tergantung juga pada faktor2 ttsb diatas. Sebagai


tambahan, penyebaran dan kegiatan sistem metabolik
juga merupakan penentu aksi toksikan yang sangat
penting.

Sejumlah gabungan mekanisme turunan lainnya dari


kedua mekanisme utama diatas dapat terjadi, seperti
contohnya logam logam beracun dan insektisida
hidrokarbon terkhlorinasi (chlorinated hydrocarbon).

03/26/17 35
Take Home
Assignment (1)

1. Sebutkan tantangan dalam pengembangan toksikologi


lingkungan didalam membentangkan rincian pengaruh
toksikan atau xenobiotik terhadap individu dan ekosistem
secara menyeluruh.
2. Uraikan secara singkat dasar pengertian toksikokinetik
dan toksikodinamik bh pencemar/toksikan/xenobiotik di
lingkungan.
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pengangkutan dan
perubahan bentuk toksikan atau xenobiotik di
lingkungan?
4. Jelaskan pengertian dan perbedaan istilah bioakumulasi,
biokonsentrasi, dan biomagnifikasi.
5. Terangkan dua fase mekanisme umum biotransformasi
beberapa toksikan/xenobiotik.

03/26/17 36
Take Home
Assignment (2)

6. Sebutkan beberapa mekanisme yang mungkin terjadi


dimana xenobiotik dapat mengganggu proses biokimiawi
penting dan fungsi fisiologis dalam tubuh mahluk hidup.
7. Boyd (1980) mengusulkan 2 tipe mekanisme toksisitas
umum yang memisahkan toksisitas ekstrahepatik yang
disebabkan senyawaan asal dan metabolit yang aktif.
Kedua mekanisme ini dpt diperluas mencakup toksisitas
hepatik dan ekstrahepatik. Terangkan.
8. Dapatkah Saudara membedakan dua macam tipe reaksi
toksik yang mencakup senyawa asal yang toksik atau
metabolit sebagai zat aktif?
9. Seperti yang dikemukakan oleh Gillette (1980), sasaran
suatu zat reaktif yang bisa terjadi dalam bentuk apa
saja?

03/26/17 37
SEKIA
N
Sampai bertemu
lagi pada Bab
berikutnya

03/26/17 38

Anda mungkin juga menyukai