NIM : 102011133002
Peminatan : Kesehatan Lingkungan 2023
2. Terangkan dan berikan contoh efek kombinasi toksikan atau xenobiotik yang dapat
berupa efek additif, sinergisme, atau antagonisme
Jawaban:
Berikut ini merupakan efek kombinasi toksikan atau xenobiotik:
a. Efek Additif
Merupakan efek ketika dua atau lebih xenobiotik yang memiliki cara kerja serupa
digunakan secara bersamaan, dan hasilnya adalah penambahan efek
masing-masing zat yang bersifat kumulatif. Dalam situasi ini, respons biologis
yang teramati adalah akibat dari peningkatan efek yang dihasilkan oleh
masing-masing zat. Contohnya paparan dua jenis pestisida organofosfat yang
berbeda, seperti malathion dan parathion, dengan dosis yang sama waktu
bersamaan, dapat menghasilkan efek aditif.
b. Efek sinergisme
Terjadi ketika dua atau lebih zat toksik berinteraksi dan mengakibatkan dampak
yang lebih berbahaya dibandingkan dengan akumulasi efek individual dari
masing-masing zat tersebut. Kolaborasi ini dapat menjadikan tubuh lebih rentan
terhadap risiko kerusakan. Contohnya gabungan alkohol dan parasetamol (asam
asetilsalisilat) dapat menghasilkan efek sinergis. Alkohol bisa mengganggu proses
metabolisme parasetamol dalam hati, yang pada gilirannya meningkatkan tingkat
toksisitas parasetamol, dan dengan demikian meningkatkan potensi risiko
kerusakan hati yang serius.
c. Efek antagonisme
Adalah hasil dari interaksi antara dua atau lebih zat toksik yang mengakibatkan
penurunan dampak toksik satu sama lain. Contohnya kafein (sebagai stimulan)
dan alkohol (sebagai depresan). Kafein dapat mengurangi perasaan mabuk yang
disebabkan oleh alkohol, namun hal ini tidak mempengaruhi toksisitas alkohol
terhadap organ tubuh seperti hati dan ginjal. Akibatnya, seseorang mungkin
merasa lebih terjaga dan kurang mabuk, tetapi tetap memiliki risiko efek negatif
dari alkohol.
3. Dapatkah Saudara menerangkan mekanisme terjadinya reaksi alergi, dan juga reaksi
kelasi dalam pengeluaran ion logam keluar tubuh?
Jawaban:
Mekanisme terjadinya alergi
a. Sensitisasi, tahap awal ketika individu pertama kali terpapar oleh alergen, seperti
serbuk sari, bulu hewan, atau jenis makanan tertentu. Sistem kekebalan tubuh
merespons dengan memproduksi antibodi khusus yang dikenal sebagai
imunoglobulin E (IgE) sebagai respons terhadap alergen tersebut.
b. Reaksi awal, saat tubuh terpapar lagi oleh alergen yang sama, IgE yang telah
dihasilkan sebelumnya akan berikatan dengan sel-sel mast (sel kekebalan khusus)
yang terdapat dalam berbagai jaringan tubuh, terutama di kulit, saluran
pernapasan, dan saluran pencernaan.
c. Pelepasan histamin, kontak dengan alergen akan mengakibatkan pelepasan
histamin dan zat kimia lainnya oleh sel-sel mast ke dalam aliran darah. Histamin
adalah penyebab utama gejala alergi seperti pembengkakan, rasa gatal, bersin,
hidung tersumbat, serta reaksi peradangan lainnya.
d. Reaksi alami, reaksi alergi kemudian terjadi, yang dapat bervariasi dari gejala
ringan hingga gejala yang lebih parah, termasuk kasus anafilaksis yang
mengancam nyawa.
Mekanisme pengeluaran ion logam dari tubuh melalui reaksi kelasi:
a. Pengikatan dengan ion logam
Reaksi kelasi merupakan proses kelat (atau agen kelating) berikatan secara kimia
dengan ion logam yang ada dalam tubuh. Kelat membentuk ikatan dengan ion
logam yang mencakup logam berat dan menghasilkan pembentukan senyawa
kompleks yang dapat larut dalam air.
b. Peningkatan kelarutan
Setelah terjadi pengikatan antara kelat dan ion logam, senyawa kompleks yang
dihasilkan menjadi lebih mudah larut dalam air dibandingkan dengan ion logam
itu sendiri.
c. Ekskresi
Senyawa kompleks yang telah terbentuk akan diekskresikan dari tubuh melalui
proses ekskresi alami.
8. Dapatkah Saudara membedakan dua macam tipe reaksi toksik yang mencakup senyawa
asal yang toksik atau metabolit sebagai zat aktif?
Jawaban:
Senyawa Asal yang Toksik (Direct Toxicity)
Toksisitas ini disebabkan oleh senyawa asal atau bahan kimia yang memasuki
tubuh secara langsung. Senyawa asal ini memiliki sifat kimia yang bersifat beracun tanpa
perlu mengalami perubahan kimia tambahan dalam tubuh. Senyawa asal ini tidak
mengalami perubahan kimia yang signifikan selama proses metabolisme dalam tubuh.
Senyawa asal tetap relatif tidak berubah dan tetap memiliki efek beracun yang sama
seperti saat memasuki tubuh..
Metabolit sebagai Zat Aktif (Metabolite Activation)
Toksisitas pada tipe ini terjadi ketika senyawa asal atau bahan kimia yang memasuki
tubuh awalnya tidak memiliki efek beracun yang signifikan. Namun, selama proses
metabolisme dalam tubuh, senyawa asal mengalami perubahan kimia menjadi metabolit
yang memiliki efek beracun. Proses metabolisme mengubah struktur kimia senyawa asal
menjadi bentuk yang lebih aktif secara beracun. Metabolit ini memiliki kemampuan
untuk menghasilkan efek negatif pada organ atau jaringan tertentu.
9. Seperti yang dikemukakan oleh Gillette (1980), sasaran suatu zat reaktif yang bisa terjadi
dalam bentuk apa saja?
Jawaban:
Bentuk sasaran suatu zat reaktif yang bisa terjadi menurut Gillette (1980) yaitu
molekul biologis, enzim, sel, jaringan dan organ, sistem tubuh, dan molekul signaling.
Jadi, zat reaktif dapat memiliki berbagai sasaran dalam tubuh, yang dapat berdampak luas
pada kesehatan dan fungsi tubuh.