Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rosalia Nindy Prastika Sari

NIM : 102011133002
Peminatan : Kesehatan Lingkungan 2023

TUGAS TM 3 TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN “CARA KERJA


TOKSIKAN”

1. Sebutkan efek berbahaya toksikan atau xenobiotik terhadap makhluk hidup.


Jawaban:
Dampak merugikan dari xenobiotik atau zat toksik pada makhluk hidup dapat sangat
beragam, tergantung pada jenis xenobiotik, tingkat paparannya, serta organisme yang
terpengaruh. Beberapa efek berbahaya toksikan terhadap makhluk hidup yaitu kematian,
kanker, kerusakan organ, kerusakan syaraf, gangguan reproduksi, gangguan metabolisme,
gangguan perkembangan, iritasi dan alergi, pencemaran lingkungan, akumulasi dalam
rantai makanan, resistensi antibiotik, dan gangguan fisiologis.

2. Terangkan dan berikan contoh efek kombinasi toksikan atau xenobiotik yang dapat
berupa efek additif, sinergisme, atau antagonisme
Jawaban:
Berikut ini merupakan efek kombinasi toksikan atau xenobiotik:
a. Efek Additif
Merupakan efek ketika dua atau lebih xenobiotik yang memiliki cara kerja serupa
digunakan secara bersamaan, dan hasilnya adalah penambahan efek
masing-masing zat yang bersifat kumulatif. Dalam situasi ini, respons biologis
yang teramati adalah akibat dari peningkatan efek yang dihasilkan oleh
masing-masing zat. Contohnya paparan dua jenis pestisida organofosfat yang
berbeda, seperti malathion dan parathion, dengan dosis yang sama waktu
bersamaan, dapat menghasilkan efek aditif.
b. Efek sinergisme
Terjadi ketika dua atau lebih zat toksik berinteraksi dan mengakibatkan dampak
yang lebih berbahaya dibandingkan dengan akumulasi efek individual dari
masing-masing zat tersebut. Kolaborasi ini dapat menjadikan tubuh lebih rentan
terhadap risiko kerusakan. Contohnya gabungan alkohol dan parasetamol (asam
asetilsalisilat) dapat menghasilkan efek sinergis. Alkohol bisa mengganggu proses
metabolisme parasetamol dalam hati, yang pada gilirannya meningkatkan tingkat
toksisitas parasetamol, dan dengan demikian meningkatkan potensi risiko
kerusakan hati yang serius.
c. Efek antagonisme
Adalah hasil dari interaksi antara dua atau lebih zat toksik yang mengakibatkan
penurunan dampak toksik satu sama lain. Contohnya kafein (sebagai stimulan)
dan alkohol (sebagai depresan). Kafein dapat mengurangi perasaan mabuk yang
disebabkan oleh alkohol, namun hal ini tidak mempengaruhi toksisitas alkohol
terhadap organ tubuh seperti hati dan ginjal. Akibatnya, seseorang mungkin
merasa lebih terjaga dan kurang mabuk, tetapi tetap memiliki risiko efek negatif
dari alkohol.

3. Dapatkah Saudara menerangkan mekanisme terjadinya reaksi alergi, dan juga reaksi
kelasi dalam pengeluaran ion logam keluar tubuh?
Jawaban:
Mekanisme terjadinya alergi
a. Sensitisasi, tahap awal ketika individu pertama kali terpapar oleh alergen, seperti
serbuk sari, bulu hewan, atau jenis makanan tertentu. Sistem kekebalan tubuh
merespons dengan memproduksi antibodi khusus yang dikenal sebagai
imunoglobulin E (IgE) sebagai respons terhadap alergen tersebut.
b. Reaksi awal, saat tubuh terpapar lagi oleh alergen yang sama, IgE yang telah
dihasilkan sebelumnya akan berikatan dengan sel-sel mast (sel kekebalan khusus)
yang terdapat dalam berbagai jaringan tubuh, terutama di kulit, saluran
pernapasan, dan saluran pencernaan.
c. Pelepasan histamin, kontak dengan alergen akan mengakibatkan pelepasan
histamin dan zat kimia lainnya oleh sel-sel mast ke dalam aliran darah. Histamin
adalah penyebab utama gejala alergi seperti pembengkakan, rasa gatal, bersin,
hidung tersumbat, serta reaksi peradangan lainnya.
d. Reaksi alami, reaksi alergi kemudian terjadi, yang dapat bervariasi dari gejala
ringan hingga gejala yang lebih parah, termasuk kasus anafilaksis yang
mengancam nyawa.
Mekanisme pengeluaran ion logam dari tubuh melalui reaksi kelasi:
a. Pengikatan dengan ion logam
Reaksi kelasi merupakan proses kelat (atau agen kelating) berikatan secara kimia
dengan ion logam yang ada dalam tubuh. Kelat membentuk ikatan dengan ion
logam yang mencakup logam berat dan menghasilkan pembentukan senyawa
kompleks yang dapat larut dalam air.
b. Peningkatan kelarutan
Setelah terjadi pengikatan antara kelat dan ion logam, senyawa kompleks yang
dihasilkan menjadi lebih mudah larut dalam air dibandingkan dengan ion logam
itu sendiri.
c. Ekskresi
Senyawa kompleks yang telah terbentuk akan diekskresikan dari tubuh melalui
proses ekskresi alami.

4. Bagaimana mekanisme pestisida golongan organoklorin, organofosfat, dan karbamat


menimbulkan nekrosis jaringan liver?
Jawaban:
a. Pestisida golongan organoklorin
Organoklorin seperti DDT dan heksaklorosikloheksana (lindan) memiliki
kecenderungan untuk mengumpul di berbagai jaringan tubuh, termasuk hati,
karena sifat lipofiliknya. Organoklorin dapat mengganggu proses metabolisme
dalam hati dengan menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pemecahan
senyawa beracun. Sehingga berakibat pada penumpukan senyawa berbahaya
dalam hati. Akumulasi organoklorin dalam hati dapat menyebabkan stres
oksidatif, yang memicu produksi radikal bebas yang merusak sel-sel hati. Radikal
bebas ini dapat memicu nekrosis sel-sel hati.
b. Pestisida golongan organofosfat
Pestisida organofosfat seperti malathion dan diazinon bekerja dengan
menghambat enzim asetilkolinesterase dalam sistem saraf. Organofosfat dapat
merusak sel-sel hati dengan mengganggu proses respirasi mitokondria dan
memicu stres oksidatif. Toksin organofosfat juga dapat merangsang peradangan
dalam hati, yang dapat berujung pada nekrosis sel-sel hati sebagai respons
terhadap paparan pestisida tersebut.
c. Pestisida golongan karbamat
Pestisida karbamat seperti karbofuran dan metomil juga menghambat enzim
asetilkolinesterase. Hal ini berdampak pada sistem saraf dan hati. Karbamat dapat
mengganggu fungsi hati dengan memicu stres oksidatif dan peradangan. Ini dapat
menyebabkan nekrosis sel-sel hati. Paparan berulang terhadap karbamat dapat
menyebabkan penumpukan toksin di dalam hati, yang dapat memperparah
kerusakan jaringan.

5. Uraikan secara singkat mekanisme toksikan menimbulkan kerusakan jaringan secara


fisik.
Jawaban:
Mekanisme toksikan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan secara fisik yaitu:
a. Kerusakan Seluler
Toksin yang memasuki tubuh dapat menimbulkan kerusakan pada sel-sel
tubuh. Toksin tersebut memiliki potensi untuk mengganggu fungsi normal sel,
merusak membran sel, atau menghambat proses metabolisme seluler.
b. Pembentukan radikal bebas
Beberapa toksin dapat memicu produksi radikal bebas dalam tubuh.
Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif dan dapat merusak struktur
seluler seperti DNA, protein, dan lipida.
c. Pemicu Peradangan
Toksin tertentu dapat memicu respons peradangan dalam tubuh. Proses
peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan, kemerahan, serta rasa sakit
pada jaringan yang terpengaruh.
d. Nekrosis
Toksin yang sangat merusak sel-sel tubuh dapat menyebabkan nekrosis,
yaitu kematian sel yang tidak dapat diubah. Nekrosis dapat mengakibatkan
kerusakan struktural pada jaringan serta organ yang terdampak.
e. Apoptosis
Beberapa toksin dapat memicu apoptosis, yaitu kematian sel yang diatur.
Akan tetapi, jika apoptosis berlebihan atau terjadi di lokasi yang tidak sesuai,
dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan.
f. Stres oksidatif
Toksin tertentu dapat meningkatkan stres oksidatif dalam tubuh dengan
menghasilkan lebih banyak radikal bebas daripada yang dapat diatasi oleh
antioksidan alami tubuh.
g. Iskemia
Beberapa toksin dapat merusak pembuluh darah atau menghambat aliran
darah ke jaringan tertentu. Hal ini dapat menyebabkan iskemia.

6. Sebutkan beberapa mekanisme yang mungkin terjadi dimana xenobiotik dapat


mengganggu proses biokimiawi penting dan fungsi fisiologis dalam tubuh makhluk
hidup.
Jawaban:
a. Inhibisi Enzim
Xenobiotik dapat menghentikan enzim yang penting dalam metabolisme.
b. Gangguan pada reaksi kimia
Beberapa xenobiotik dapat berikatan atau berinteraksi dengan senyawa-senyawa
tubuh, mengubah struktur kimia mereka, dan mengacaukan reaksi kimia yang
penting dalam tubuh.
c. Kompetisi dengan kofaktor
Xenobiotik dapat bersaing dengan kofaktor yang dibutuhkan oleh enzim tertentu,
mengurangi efisiensi enzim dan merusak proses biokimia.
d. Induksi Enzim
Beberapa xenobiotik dapat merangsang produksi enzim tertentu dalam tubuh,
yang bisa mengubah laju metabolisme senyawa tertentu.
e. Pengikatan pada reseptor
Xenobiotik dapat terikat pada reseptor hormon atau reseptor lain dalam tubuh.
f. Interferensi dengan transporter
Beberapa xenobiotik dapat mempengaruhi transporter yang membantu
senyawa-senyawa berpindah melalui membran sel, mengubah peredaran senyawa
dalam tubuh.
g. Agregasi toksin
Toksin dapat terakumulasi dalam tubuh, seperti logam berat atau senyawa organik
tertentu, bisa mengacaukan fungsi organ atau jaringan seiring berjalannya waktu.
h. Gangguan endokrin
Beberapa xenobiotik adalah pengganggu endokrin yang mengacaukan fungsi
hormon dalam tubuh, memengaruhi sistem endokrin dan regulasi hormonal.
i. Pengaruh pada sistem kekebalan
j. Stres oksidatif

7. Boyd (1980) mengusulkan 2 tipe mekanisme toksisitas umum yang memisahkan


toksisitas ekstrahepatik yang disebabkan senyawaan asal dan metabolit yang aktif. Kedua
mekanisme ini dpt diperluas mencakup toksisitas hepatik dan ekstrahepatik. Terangkan
Jawaban:
a. Mekanisme Toksisitas Langsung (Direct Toxicity Mechanism)
Senyawa asli atau substansi kimia yang memasuki tubuh secara langsung
menghasilkan efek toksik pada organ atau jaringan tertentu. Senyawa asli ini
mungkin memiliki struktur kimia yang berdampak negatif pada organ target tanpa
mengalami perubahan kimia yang berarti dalam tubuh. Contohnya aspirin (asam
asetilsalisilat) merupakan senyawa asli yang dapat menimbulkan toksisitas
langsung pada perut jika dikonsumsi dalam jumlah besar tanpa mengalami
perubahan kimia yang signifikan dalam tubuh.
b. Mekanisme Toksisitas Termodifikasi (Bioactivation Mechanism)
Senyawa asli atau substansi kimia yang memasuki tubuh tidak memiliki efek
toksik yang signifikan pada awalnya. Namun, selama proses metabolisme di
dalam tubuh, senyawa asli mengalami perubahan kimia menjadi metabolit yang
aktif secara toksik. Metabolit ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan efek
negatif pada organ atau jaringan tertentu. Sebagai contoh, parasetamol
(asetaminofen) adalah contoh yang relevan.

8. Dapatkah Saudara membedakan dua macam tipe reaksi toksik yang mencakup senyawa
asal yang toksik atau metabolit sebagai zat aktif?
Jawaban:
Senyawa Asal yang Toksik (Direct Toxicity)
Toksisitas ini disebabkan oleh senyawa asal atau bahan kimia yang memasuki
tubuh secara langsung. Senyawa asal ini memiliki sifat kimia yang bersifat beracun tanpa
perlu mengalami perubahan kimia tambahan dalam tubuh. Senyawa asal ini tidak
mengalami perubahan kimia yang signifikan selama proses metabolisme dalam tubuh.
Senyawa asal tetap relatif tidak berubah dan tetap memiliki efek beracun yang sama
seperti saat memasuki tubuh..
Metabolit sebagai Zat Aktif (Metabolite Activation)
Toksisitas pada tipe ini terjadi ketika senyawa asal atau bahan kimia yang memasuki
tubuh awalnya tidak memiliki efek beracun yang signifikan. Namun, selama proses
metabolisme dalam tubuh, senyawa asal mengalami perubahan kimia menjadi metabolit
yang memiliki efek beracun. Proses metabolisme mengubah struktur kimia senyawa asal
menjadi bentuk yang lebih aktif secara beracun. Metabolit ini memiliki kemampuan
untuk menghasilkan efek negatif pada organ atau jaringan tertentu.

9. Seperti yang dikemukakan oleh Gillette (1980), sasaran suatu zat reaktif yang bisa terjadi
dalam bentuk apa saja?
Jawaban:
Bentuk sasaran suatu zat reaktif yang bisa terjadi menurut Gillette (1980) yaitu
molekul biologis, enzim, sel, jaringan dan organ, sistem tubuh, dan molekul signaling.
Jadi, zat reaktif dapat memiliki berbagai sasaran dalam tubuh, yang dapat berdampak luas
pada kesehatan dan fungsi tubuh.

Anda mungkin juga menyukai