Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

IMUNOPATOBIOLOGI GIZI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Imunopatobiologi Gizi
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr. Sp. PA (K)

Disusun Oleh:
Vina Dinata Kamila Aryani
NIM : S532008037
Kelas : Human Nutrition (HN)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU GIZI


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
SOAL DAN JAWABAN
1. Soal :
Jelaskan berbagai penyebab kerusakan sel atau jaringan! Bagaimana
mekanismenya?
Jawaban :
a. Pengertian Sel
Sel merupakan unit terkecil dari makhluk hidup, yang dapat melaksanakan
kehidupan. Sel disebut sebagai unit terkecil karena sudah tidak bisa dibagi-
bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil yang berdiri sendiri. Sel dapat
melakukan proses kehidupan seperti melakukan respirasi, perombakan,
penyusunan, reproduksi melalui pembelahan sel, dan terhadap rangsangan. Sel
disebut satuan struktural makhluk hidup. Sel juga disebut sebagai satuan
fungsional makhluk hidup. Perkembangbiakan dilakukan melalui pembelahan
sel, pembelahan sel dilakukan baik oleh organisme bersel satu mengadakan
pembelahan secara langsung sedangkan sel-sel pada organisme bersel banyak
mengalami pembelahan secara mitosis. Sel mengandung materi genetik,yaitu
materi penentun sifat-sifat makhluk hidup. dengan adanya materi genetik, sifat
makhluk hidup dapat diwariskan kepada keturunannya.

Gambar 1.1 Sel

b. Struktur Sel
Struktur sel dibagi menjadi struktuk sel prokariotik dan eukariotik :
1) Struktur Sel Prokariotik
Semua sel prokariotik mempunyai membram plasma, nukleoid (berupa
DNA dan RNA), dan sitoplasma yang mengandung ribosom. sel
prokariotik tidak memiliki membram inti. karena tidak mempunyai
membram inti maka bahan inti yang berada di dalam sel mengadakan
kontak langsung dengan protoplasma.ciri lain dari sel prokariotik adalah
tidak memiliki sistem endomembram (membram dalam),sepert reticulum
endoplasma dan komplek golgi.selain itu, sel prokariotik juga tidak
memiliki mitokondria dan kloropas, namun mempunyai struktur yang
berfungsi sama, yaitu mesosom dan kromatofor.
Gambar 1.2 Sel prokariotik

2) Struktur Sel Eukariotik


Perbedaan pokok antara sel prokariotik dan eukariotik adalah sel
eukariotik memiliki membram inti, sedangkan sel prokariotik tidak. Selain
itu sel, eukariotik memiliki sistem endomembram, yakni memiliki organel-
organel bermembram seperti retikulum endoplasma, komplek Golgi,
mitokondria, dan lisosom. sel eukariotik juga memiliki sentriol, sedangkan
sel prokariotik tidak. Adapun sel eukariotik meliputi sebagai berikut:

Gambar 1.10 sel eukariotik


c. Penyebab Kerusakan Sel
Perubahan struktur sel berkisar pada pengaruh fisika kasar berupa
penghancuran dan keadaan genetik berupa pergeseran halus akibat  ketiadaan
suatu enzim. Perubahan yang mempengaruhi fungsi sel, dapat berupa :
1) Hipoksi
Hipoksi merupakan minimnya oksigen di jaringan yang paling sering
mempengaruhi respirasi oksidasi aerob. Adapun dasar penyebab minim
atau kehilangan oksigen, adalah :
a) Hilangnya Perbekalan Darah akibat halangan aliran arteri atau vena oleh
penyakit vaskular dan bekuan dalam lumen.
b) Oksigenasi Darah yang tidak memadai karena kegagalan
kardiorespirasi.
c) Hilangnya kemampuan darah mengangkut oksigen sepeti pada kasus
anemia dan keracunan karbon monoksida.
2) Bahan Kimia dan Obat
Bahan kimia dan obat berdampak pada pada perubahan beberapa fungsi
vital sel,  seperti : permeabilitas membran, homeostasis osmosa dan
keutuhan enzim serta kofaktor. Contoh dari bahan kimia adalah tertelannya
merkuri klorida dapat berdampat pada sel organ lambung, ekskresi ginjal
dan usus besar. Barbiturat menyebabkan perubahan pada sel hati karena
terlibat dalam degradasi golongan obat ini.
3) Agen Fisik
Agen fisik yang berdampak pada sel diantaranya adalah : trauma, panas
dan dingin ekstrem, perubahan mendadak tekanan atmosfer, radiasi dan
tenaga listrik. Trauma menyebabkan pergeseran pada organela sel pada
keadaan yang ekstrem dan merusak selsecara keseluruhan.
Dingin dan panas terbukti penyebab tekanan, jejas bahkan kematian sel.
Suhu rendah awalnya berakibat pada vasokontriksi yang mengacaukan
aliran darah, selanjutnya disertai vasodilatasi nyata sehingga terjadi
bendungan aliran darah sampai pembekuan intravaskuler. Jika suhu
semakin rendah, air intrasel akan mengalami kristalisasi. Suhu tinggi dapat
membakar jaringan dan hipermetabolisme sehingga terjadi penimbunan
asam metabolit yang pada akhirnya merendahkan pH sel.
Perubahan mendadak tekanan atmosfer berakibat pada gangguan
perbekalan darah untuk sel seperti oksigen dan nitrogen. Penyakit Caisson
yang banyak dialami para penyelam terjadi akibat kurang larutnya nitrogen
sehingga berada dalam bentuk gelembung gas nitrogen yang terjebak
dalam sirkulasi mikro, menyekat aliran darah dan berakhir dengan jejas
hipoksia pada sel.
Dampak radiasi nyata sekali pada mutasi gen-gen sel disamping ionisasi
langsung cairan sel yang menghasilkan radikal panas yang secara sekunder
akan bereaksi dengan komponen kimiawi dalam sel. Tenaga listrik dapat
memancarkan panas yang membakar sampai pada gangguan jalur konduksi
sel saraf yang berakibat pada aritmi jantung.
4) Agen Mikrobiologi
Virus dan riketsia merupakan parasit obligat intrasel yang dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu : (1) Agen mampu menyebabkan
kematian sel (sitolisis), dan (2) Agen merangsang replikasi sel dan
berakibat tumor (onkogen).
Kuman-kuman penyebab seperti : penyebab sifilis, gonore dan pes
hampir selalu menyebabkan penyakit bila berhasil menemukan jalan
masuk. Clostridium perfringens dapat merusak membran sel,
dan Streptococcus beta hemoliticus dapat melisiskan sel darah merah.
Begitu pula halnya dengan golongan jamur seperti : Histoplasma,
Coccidioides dan Blastomyces mengakibatkan reaksi kepekaan.
Golongan Protozoa Plasmodium  misalnya, menginvasi dan merusak sel
darah merah dan melepas metabolit beracun maupun pigmen malaria yang
berasal dari hemoglobin. Amebiasis juga penyakit yang disebabkan oleh
kuman Entamoeba histolyrica..
5) Mekanisme Imun
Reaksi imun dapat merusak sel dengan adanya antigen pencetus baik
secara eksogen seperti resin tanaman beracun maupun antigen endogen
yang bermanifestasi sebagai penyakit autoimun.
6) Cacat Genetika
Normal sangat penting bagi sistem homeostasis sel. Mutasi gen dapat
berdampak pada pengurangan suatu enzim sel sebagai suatu kesalahan
metabolisme keturunan, baik pada tahap zigot dalam sel ataupun dewasa
dalam bentuk mutasi somatik.
7) Ketidakseimbangan Nutrisi
Defisiensi nutrisi merupakan ancaman pada masalah kehancuran di
masa mendatang dan tidak hanya penyebab penting jejas sel masa kini.
Defisiensi protein kalori sangat menakutkan negara-negara yang sedang
berkembang. Avitaminosis juga menjadi-jadi dalam masyarakat miskin
walaupun terjadi pula pada negara-negara industriIronisnya, nutri
berlebihan dan diet tinggi serta kaya lemak hewan banyak didapat pada
golongan ekonomi atas yang bermanifestasi pada penyakit aterosklerosis
dan obesitas.
8) Penuaan
Sangatlah kompleks pembahasan tentang proses penuaan, sebab teori-
teori terbaru semakin  banyak dan kian berkembang pesat. Oleh karena itu
akan dibahas secara khusus dan mendalam pada lain waktu.

d. Mekanisme Kerusakan Sel


Faktor yang menentukan respon yang diberikan sel saat mengalami stress
adalah Intensitas (dosis) faktor yang menyebabkan kerusakan sel. Sel yang
mengalami stress. Dikarenakan setiap sel memiliki kemampuan yang berbeda-
beda saat mengalami stress.
Respon dari sel ketika terjadi stress :
1) Adaptasi
Sel memiliki homeostatis. Contoh : Untuk melindungi kulit dari sinar
UV maka diproduksi melanin.
2) Kerusakan/Luka pada sel
Ketika sel di dalam tubuh tidak dapat beradaptasi, sel yang berfungsi
untuk memperbaiki kerusakan sel mengalami kerusakan. Contoh : Ketika
sinar UV dengan intensitas yang besar/serius mengenai kulit, kulit akan
terbakar “sunburn”.
Ketika sel mengalami kerusakan : Sel yang rusak kembali pulih ketika
stress yang dialami sel menjadi pulih. Maka kerusakan sel ini disebut
reversible. Ketika sel tidak dapat pulih dikarenakan stress yang serius.
Maka sel tersebut akan tetap mengalami kerusakan hingga akhirnya sel
tersebut mati (nekrosis atau apaptosis). Dan kerusakan sel ini disebut
irreversible
Penyebab Kerusakan Sel diantaranya :
1) Hypoxic injury
Berkurangnya oksigen ke jaringan menyebabkan kerusakan jaringan.
Kekurangan oksigen ini, disebabkan oleh :
a) Berkurangnya supply darah (ischemia)
b) Hipoventilasi
c) Kelainan jantung dalam memompa darah
d) Berkurangnya oksigen dalam darah (anemia, adanya karbon
monoksida). Hipoxia ini mengakibatkan berkurangnya ATP dan
terbentuknya derivat oksigen yang merupakan radikal bebas.
2) Reactive oxygen species and free
Saat respirasi O2 tidak secara sempurna melalui proses pembakaran.
Tetapi, disebabkan oleh radiasi atau obat-obatan seperti sulfa oksigen
menjadi O2- yang merupakan radikal bebas. Radikal bebas O2- ini pada
akhirnya menyebabkan terbentukny OH- yang merupakan radikal bebas.
Dan terjadilah stress oksidatif, dimana terjadi perusakan pada lapisan
lipid,protein, dan DNA.
3) Chemical Injury
Obat-obatan dan bahan-bahan kimia adalah agen yang menyebabkan
kerusakan sel. Seperti senyawa anorganik,ion-ion, dan senyawa organik.
Mekanismenya, yaitu :
a) Berikatan dengan senyawa dalam tubuh sehingga mengganggu fungsi
pada sel.
b) Merupakan senyawa yang membahayakan sel,yaitu racun.
2. Soal :
Apa yang disebut dengan hipersensitif? Coba jelaskan dan beri contoh!
Jawaban :
a. Pengertian Hipersensitif
Sistem kekebalan manusia merupakan bagian penting dari pertahanan
melawan infeksi; namun sistem kekebalan pertahanan secara umum kadang-
kadang dapat menghasilkan respon berbahaya bagi inang. Respon tersebut
diidentifikasi sebagai respon hipersensitif. Hipersensitif terbagi menjadi :
1) Hipersensitif Tipe I
Hipersensitif tipe I sering dikenal dengan nama lain hipersensitif fase
cepat atau hipersensitif anafilaksis. Hipersensitif tipe I diperantarai oleh
IgE.Sel sistem imun yang terlibat pada hipersensitif tipe I adalah sel mast,
basofil, neutrofil, eosionofil, dan platelet. Reaksi hipersensitif tipe I mulai
dari sangat ringan hingga dapat mematikan.
2) Hipersensitif Tipe II
Hipersensitif tipe II sering diistilahkan dengan hipersensitif sitotoksik
dan dapat berdampak pada berbagai macam organ dan jaringan. Pada
hipersensitif tipe II umumnya antigen berasal dari dalam diri penderita,
endogen. Namun dapat dipicu juga oleh antigen eksogen, dari luar yaitu
berupa hapten yang dapat melekat pada membran sel.
3) Hipersensitif Tipe III
Hipersensitif tipe III merupakan hipersensitif yang disebabkan karena
adanya kompleks imun. Reaksi hipersensitif tipe III dapat muncul oleh
adanya antigen terlarut. Reaksi bisa mengenai seluruh organ atau
mempunyai target organ tertentu.

b. Contoh-Contoh Hipersensitif
1) Hipersensitif Tipe I
Reaksi hipersensitif tipe I pada kulit dapat dicontohkan seperti biduran
(urticaria) dan eksim, sedangkan reaksi pada mata dapat dicontohkan
seperti penyakit konjungtivitis. Contoh reaksi hipersensitif tipe I pada
nasofaring adalah rinorea dan rinitis. Ditinjau dari cara kejadiannya asma
dapat dimasukkan pada hipersensitif tipe I.
2) Hipersensitif Tipe II
Reaksi hipersensitif tipe II dapat dicontohkan seperti pemfigus, anemia
hemolitik autoimun, dan sindrom goodpasture. Pemfigus adalah reaksi IgG
dengan senyawa intraseluler di antara sel epidermal. Anemia hemolitik
autoimun dapat dipicu oleh obat-obatan seperti penicilin. Sindrom
goodpasture IgG akan berikatan dengan membran sel yang menyusun
glomerulus sehingga terjadi kerusakan ginjal.
3) Hipersensitif Tipe III
Reaksi hipersensitif tipe III dapat dicontohkan pada Serum Sickness
yaitu serangan yang tertuju pada seluruh organ, sedang contoh serangan
yang mempunyai target organ adalah systemic lupus erythematosus (SLE)
dan reaksi Arthus. Contoh lain yang mempunyai target organ adalah lupus
nefritis (pada ginjal), aspergillosis (pada paru), poliarteritis (pada
pembuluh darah), dan rheumatoid arthritis (pada sendi).

3. Soal :
Jelaskan apa yang disebut dengan coping mekanisme?
Jawaban :
a. Pengertian Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk
menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, luka, kehilangan, atau
ancaman (Siswanto, 2007).
Mekanisme koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk
mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan
emosi. Penyesuaian diri dalam mengahadapi stres, dalam konsep kesehatan
mental dikenal dengan istilah koping (Lubis, 2006)
Jadi menurut Siswanto dan Lubis mekanisme koping adalah cara yang
digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang
terjadi, dan situasi yang mengancam, baik secara kognitif maupun perilaku.
b. Penggolongan Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart
dan Sundeen, 1995 dalam Nasir, 2010) yaitu:
1) Mekanisme koping adaptif
Adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara
dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi,
latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
2) Mekanisme koping maladaptive
Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi,
memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan atau tidak makan,
bekerja berlebihan, menghindar.
Mekanisme koping juga dibedakan menjadi dua tipe menurut (Kozier,
2004)  yaitu :
1) Mekanisme koping  berfokus pada masalah (problem focused coping),
meliputi usaha untuk memperbaiki suatu situasi dengan membuat
perubahan atau mengambil beberapa tindakan dan usaha segera untuk
mengatasi ancaman pada dirinya. Contohnya adalah negosiasi, konfrontasi
dan meminta nasehat.
2) Mekanisme koping berfokus pada emosi (emotional focused coping),
meliputi usaha-usaha dan gagasan yang mengurangi distress emosional.
Mekanisme koping berfokus pada emosi tidak memperbaiki situasi tetapi
seseorang sering merasa lebih baik.
c. Faktor  yang Mempengaruhi Strategi koping
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi strategi koping, yaitu (Lazarus dan
Folkman, 1984 dalam Nasir dan Muhith, 2011) :
1) Kesehatan fisik
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha
mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup
besar.
2) Keyakinan atau pandangan positif
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti
keyakinan akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan
individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan
menurunkan kemampuan strategi koping tipe : problem-solving focused
coping.
3) Keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,
menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk
menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif
tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya
melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
4) Keterampilan sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan
bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang
berlaku dimasyarakat.
5) Dukungan sosial
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan
emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota
keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

d. Kemampuan Koping Terhadap Stres


Peristiwa  dalam  lingkungan  yang menimbulkan  perasaan  tegang  disebut
sebagai  stresor. Pekerjaan  dapat menjadi  stresor  pada  individu. (Robbins,
1996 dalam Nasir dan Muhith, 2011) menyebutkan  tiga  faktor  yang dapat 
menjadi  stresor  di  lingkungan  pekerjaan, yaitu :
1) Faktor  organisasional
Faktor organisasional terdiri dari tuntutan  tugas,  tuntutan peran, 
tuntutan  antarpribadi, struktur organisasi, kepemimpinan dalam organisasi.
2) Faktor  individual
Faktor-faktor kehidupan pribadi karyawan, yang berasal dari: masalah
keluarga,dan masalah ekonomi, dan karakteristik kepribadian yang inheren.
3) Faktor lingkungan
Faktor  lingkungan  berupa  ketidakpastian  lingkungan  yang  akan
mempengaruhi  desain  dari  struktur  organisasi.  Faktor  tersebut  meliputi
ketidakpastian ekonomis, politik, dan teknologis.

e. Hasil dari koping (coping outcome)


Koping yang efektif adalah koping yang membantu seseotang untuk
menoleransi dan menerima situasi menekan, serta tidak merisaukan tekanan
yang dapat dikuasainya. Sesuai dengan pernyataan tersebut, Cohen dan
Lazarus, dalam Taylor (1991), mengemukakan agar koping dilakukan dengan
efektif, maka strategi koping perlu mengacu pada lima fungsi tugas koping
yang terkenal dengan istilah coping task (Lazarus dan Folkman 1984 dalam
Nasir, 2011), yaitu sebagai berikut :
1) Mengurangi kondisi lingkungan yang berbahaya dan meningkatkan
prospek untuk memperbaikinya.
2) Menoleransi atau menyusaikan diri dengan kenyataan yang negative.
3) Memepertahankan gambaran diri yang positif.
4) Memepertahankan kesimbangan emosional.
5) Melanjutkan kepuasan terhadap hubungannya denagn orang lain.
Efektivitas koping bergantung pada keberhasilan pemenuhan coping task.
Individu tidak harus memenuhi semua koping task untuk ditanyakan berhasil
melakukan koping denagn baik. Setelah koping dapat memenuhi sebagian atas
semua fungsi tugas tersebut, maka dapat terlihat bagaimana coping outcome
yang dialami tiap individu. Coping outcome adalah criteria hasil kopinh untuk
menentukan keberhasilan koping.
Beberapa criteria coping outcome menurut (Taylor 1991:95 dalam Nasir,
2011), sebagai berikut :
1) Ukuran fungsi fisiologis, yaitu koping dinyatakan berhasil bila koping yang
dilakukan dapat mengurangi indicator dan memebangkitkan (arouosal)
stress seperti menurunnya tekanan darah, detak jantung, detak nadi, dan
system pernapasan.
2) Apakah individu dapat kembali pada keadaan seperti sebelum ia menaglami
stress dan beberapa cepat ia dapat kembali. Koping dinyatakan berhasil bila
koping yang dilakukan dapat membawa individu kembali pada keadaan
seperti sebelum mengalami stress.
3) Efektivitas dalam mengurangi psychological distress. Koping dinyatakan
berhasil jika koping tersebut dapat mengurangi rasa cemas dan depresi pada
individu.

Anda mungkin juga menyukai