Anda di halaman 1dari 5

Sel cenderung mempertahankan lingkungannya yang disebut homeostasis yaitu suatu

keadaan dimana lingkungkan intrasel dipertahankan dalam rentang parameter fisiologis.


Ketika sel menghadapi stres fisiologis atau rangsang patologis sel dapat beradaptasi
mencapai kondisi baru dan mempertahankan viabilitas dan fungsinya.

 Adaptasi Sel adalah perubahan reversibel yang terjadi pada sel dalam merespon
perubahan lingkungan
 Adaptasi Fisiologis : Respon sel terhadap stimulasi normal oleh hormon dan mediator
kimia endogen.
 Adaptasi Patologis : Respon sel terhadap stress dalam memodulasi struktur dan
fungsinya untuk menghindari cell injury

Apabila kemampuan adaptif berlebihan atau adanya stres eksternal berbahaya, maka sel
mengalami Injury .

Respon Adaptasi

1. Hypertrophy

Peningkatan ukuran sel yang mengakibatkan pembesaran jaringan atau organ


(Contoh: Cardiac enlargement pada saat hipertensi)
2. Hyperplasia
Peningkatan jumlah sel dalam suatu organ akibat proliferasi sel yang berlebihan.
(Contoh: Pembesaran payudara wanita saat hamil dan puber)
3. Atrophy

Menghilangnya substansi sel yang mengakibatkan penurunan ukuran dan fungsi organ
(Contoh: Ukuran otak mengecil karena kurangnya suplai darah)
4. Metaplasia
Perubahan dari suatu jenis jaringan yang melibatkan pergantian sel dewasa.
(Contoh : perubahan morfologi sel epitel trakea pada perokok)

Cell Injury

Adalah segala stimulus yang menyebabkan perubahan fisiologi sel dan atau anatomi
internal/eksternal.

Penyebab Cell Injury

1. Physical agents seperti trauma, radiasi, panas, dingin, sengatan listrik


2. Hypoxia & Ischemia
Hypoxia mengacu pada defisiensi olsigen, dan Ischemia yang berarti penurunan
suplai darah
3. Toxin (Racun), polutan udara, insektisida, CO, asbes, asap rokok, etanol, dan obat-
obatan
4. Infectious agents, Virus, Bakteri, Jamur dan protozoa
5. Immunologic reactions. Contohnya adalah reaksi autoimun terhadap jaringan tubuh,
reaksi alergi terhadap zat lingkungan, dan respons imun yang berlebihan atau kronis
terhadap mikroba
6. Nutritional imbalances (ketidakseimbangan nutrisi)
7. Genetic abnormalities (kelainan genetik)
Berkurangnya aktivitas ATP membran plasma yang bergantung pada pompa sodium
menyebabkan tertimbunnya sodium di dalam sel dan keluarnya kalium dari dalam sel.
Hasil akhir penambahan air yang isoosmotik menyebabkan pembengkakan sel dan
dilatasi ER.
• Sebagai upaya untuk mempertahankan sumber energi sel terjadi kegiatan
kompensasi berupa peningkatan glikolisis anerobikenergi. Hal ini mengakibatkan
timbunan glikogen intrasel dengan cepat terkuras, dan akumulasi asam laktat,
mengakibatkan menurunnya pH intrasel dan menurunnya aktivitas berbagai enzim sel.
• Kegagalan pompa Ca2+ yang bergantung pada ATP menyebabkan masuknya
Ca2+, dengan akibat kerusakan berbagai komponen sel.
• Deplesi ATP yang berkepanjangan atau memburuk mengakibatkan rusaknya
struktur alat sintesis protein dan akan tampak sebagai lepasnya ribosom dari ER kasar
(RER) serta terpisahnya polisom menjadi monosom, sehingga sintesis protein
berkurang. Akhirnya terjadi kerusakan ireversibel pada membran mitokondria dan
lisosom, dan akan menjadi nekrotik.

• REVERSIBLE (DEGENERASI SEL) 🡪 keadaan ketika sel dapat kembali ke fungsi


dan morfologi semula.

1. Perubahan membrane plasma (mengalami blebbing dan distorsi mikrovili)


2. Perubahan mitokondria (membengkak dan terbentuk padatan amorf yang
mengandung fosfolipid sehingga mencegah terbentuknya ATP)
3. Swelling RE & pelepasan ribosom
4. Perubahan nuclear/inti dan Penggumpalan kromatin
5. Pada sitoplasma terbentuk myelin figures yaitu kumpulan fosfolipid seperti
myelin akibat sel rusak.

• IRREVERSIBLE (KEMATIAN SEL) 🡪 sel tidak dapat kembali ke keadaan semula


dan sel itu akan mati.

1. Necrosis
Necrosis adalah kematian sel yang ditandai dengan hilangnya integritas dari
membran sel dan terjadi kebocoran dari membran sel sehingga, organel sel
keluar dan memicu reaksi inflamasi. Nekrosis ditandai dengan perubahan
sitoplasma dan inti sel yang rusak. Saat Reversible injury, sel dan organel
intraseluler akan mengalami swelling yang disebabkan akibat kegagalan
pompa ion di membran plasma, sehingga sel tidak dapat mempertahankan
homeostasisnya.
- Pyknosis yaitu penyusutan inti sel dan peningkatan basofilia, Kemudian DNA
berkondensasi
- Karyorrhexis, yaitu degenerasi inti sel dan fragmentasi dari kromatin menjadi
potongan-potongan kecil
- Karyolisis, yaitu pemudaran basofila akibat DNAse, kemudian inti sel mati dan
menghilang

2. Apoptosis
Apoptosis adalah jalur kematian sel di sel mana yang mengaktifkan enzim
yang mendegradasi DNA inti sel itu sendiri dan protein inti dan sitoplasma.
Fragmen sel apoptosis kemudian putus, memberikan penampilan yang
bertanggung jawab atas nama (apoptosis, "jatuh"). Membran plasma dari sel
apoptosis tetap utuh, tetapi membran diubah sedemikian rupa bahwa fragmen,
yang disebut apoptosis tubuh, menjadi sangat “dapat dimakan,” terkemuka
untuk konsumsi cepat mereka dengan fagosit. Sel mati dan fragmen
dibersihkan dengan sedikit kebocoran isi seluler, jadi sel apoptosis kematian
tidak menimbulkan peradangan reaksi.

a. DEATH RECEPTOR PATHWAY (Extrinsic)


Stimulusnya berasal dari interaksi antara ligand dan reseptor (Fas,TNF
reseptor) Death receptor akan merekrut protein-protein adaptor seperti
TNF receptor-associated death domain (TRADD) dan Fas associated
death domain FADD) sehingga, akan terbentuk kompleks antara ligan-
reseptor-protein adaptor yang dikenal dengan death-inducing
singnalling complex (DISC). Sinyal ini akan mengaktivasi caspase 8
dan kemudian merangsang suatu enzyme (granzym B) untuk
mengaktivasi caspase esksekusi (caspase3). Aktifnya enzim caspase 3
akan mengaktifkan enzim endonuklease untuk fragmentasi DNA.
Setelah itu, hasil dari fragmentasi DNA dan oganel-organel yang pecah
akan membentuk suatu kantung (Sitoplasmic bud) yang kemudian
memisahkan diri menjadi apoptotic body dan akan dimakan oleh
fagosit.
b. MITOCHONDRIAL PATHWAY (Intrinsic)
Stimulusnya berasal dari Cell injury (Growth factor, DNA
damage,protein misfolding). Dalam jalur mitokondria, protein khusus
BH3, yang terkait dengan anggota Bcl-2 yang merupakan protein anti-
apoptosis ini, akan mengaktifkan molekul efektor yang meningkatkan
permeabilitas mitokondria. Sehingga, memicu mitokondria menjadi
bocor dan diikuti pengeluaran Cytochrome c, kemuadian bersma-sama
masuk ke dalam sitosol dan mengaktifkan Caspase 9. Selanjutnya,
Caspase 9 ini akan mengaktivasi caspase esksekusi (caspase3).
Kemudian, hasil akhirnyaakan sama sengan jalur extrinsic.

Perbedaan Necrosis dan Apoptosis

Anda mungkin juga menyukai