Anda di halaman 1dari 42

MEKANISME ADAPTASI

SEL

Oleh : dr. Nur ‘Aini


PENDAHULUAN
Jejas berasal dari kata injury yang artinya
rangsangan terhadap sel hingga terjadi
perubahan fungsi dan bentuk sel hingga
terjadi perubahan fungsi dan bentuk sel.
Cedera menyebabkan hilangnya
pengaturan volume pada bagian-bagian
sel.
CEDERA SEL
LANJUTAN
Respon adaptasi utama yaitu : atropi, hipertropi,
hiperplasia dan metaplasia
Jika kemampuan adaptasi berlebihan sel akan
mengalami jejas
Dalam waktu tertentu, sel bersifat reversibel dan sel
kembali ke kondisi stabil
Stres yang berat/menetap, terjadi jejas irreversibel dan
sel yang terkena mati
2 POLA DASAR KEMATIAN SEL
1. Nekrosis ( khususnya nekrosis koagulatif )
Terjadi setelah suplai darah hilang / setelah
terpajan toksin dan ditandai dengan
pembengkakan sel, denaturasi protein dan
kerusakan organela disfungsi berat jaringan
2. Apoptosis ( fisiologis : embriogenesis,
patologis : kerusakan mutasi yang tidak
diperbaiki )
PENYEBAB JEJAS SEL
1. Deprivasi oksigen
2. Bahan kimia
3. Agen infeksius
4. Reaksi imunologis
5. Kerusakan genetika
6. Ketidakseimbangan nutrisi
7. Agen fisik
8. Penuaan/degeneratif
MEKANISME JEJAS SEL
1. Deprivasi oksigen
 Hipoksia/defisiensi oksigen
 Mengganggu respirasi oksidatif aerobic
 Penyebab tersering dan terpenting
 Menyebabkan kematian

 Hipoksia ≠ iskemia
 Iskemia : terhentinya suplai darah dalam jaringan akibat
gangguan aliran darah arteri / berkurangnya drainase vena
 Iskemia merupakan penyebab tersering hipoksia
 Defisiensi oksigen juga dapat disebabkan oleh oksigen darah yang
tidak adekuat, seperti pada anemia atau keracunan CO
Yang harus diingat untuk menilai efek
hipoksia
a. Pada mitrokondria tejadi oksidasi asam lemak yang
melepaskan energi
b. Energi yang dilepaskan dari oksidasi tersebut
digunakan untuk ATP dengan cara ADP + P
(fosforilasi) & kemudian disimpan dalam molekul ATP
yang disebut dgn “cans of energy”
c. ATP yang dihasilkan di kirim oleh mitokondria ke
berbagai organel sel untuk menggerakkan berbagai
proses sel yang memerlukan energi seperti pergerakan,
sekresi, memompa sodium, kalsium & air keluar sel
LANJUTAN
d. Energi yang tersimpan dalam ATP dilepaskan
dengan memecahnya kembali ADP + P
e. Penghantaran ATP ke berbagai organel sel oleh
mitokhondria dengan cara mitokhondria secara
terus menerus bergerak dan menyentuh semua
bagian dari selnya, termasuk nukleus
( mitochondrial dance )
Efek dari anoksia
a. Terhentinya sintesis ATP
b. Terjadi glikolisis anaerobik yang menghasilkan
energi ( dan ATP ), tanpa oksigen, sampai cadangan
glikogen habis asam laktat dalam sel, granul
glikogen berkurang & menghilang dari sel
c. Konsentrasi asam laktat DNA tergulung kuat &
bergumpal dalam inti (piknotik) sintesis mRNA
terhenti
LANJUTAN
e. Kation dan pompa air, suatu mesin enzim yang
tertanan pada membran plasma & membran
organel-organel bersaccus berhenti memompakan
sodium, kalsium dan air keluar sodium, air
terakumulasi dalam sel dan organel
sel membengkak.
Organel sel yang paling akhir membengkak :
mitokhondria, karena mitokhondri merupakan
penghasil utama ATP & memiliki simpanan energi
yang terbanyak
LANJUTAN
f. Karena mRNA (-), komplek ribosom di pecah
ribosom tunggal, sintesis protein terhenti.

Sampai tahap ini, perubahan yang disebabkan oleh


anoksia masih bersifat reversibel, dan jika oksigen
pada titik ini di kembalikan ke sel, semua akan pulih
2. Bahan kimia
 Semua bahan kimia
 Zat tak berbahaya (glukosa atau garam), jika
konsentrasinya cukup banyak merusak
keseimbangan osmotik mencederai/kematian sel
 O2 bertekanan tinggi bersifat toksik
 Racun kerusakan serius pada tingkat seluler dengan
merubah permeabilitas membran, homeostatik
osmotik / keutuhan enzim atau ko faktor kematian
organ
 Bahan berpotensi toksik di lingkungan polusi udara,
insektisida, CO2, asbes, etanol
 Obat terapeutik pada pasien yang rentan/pada
pemakaian obat yang tidak tepat
3. Agen infeksius
 Virus
 Riketsia
 Bakteri
 Fungi
 Protozoa
 Cacing
4. Reaksi imunologis
 Walaupun sistem imun melindungi tubuh dalam melawan
benda asing, reaksi imun yang disengaja/tidak disengaja
dapat menyebabkan jejas sel & jaringan
 Contoh : reaksi anafilaktif terhadap protein asing atau suatu
obat
 Penyakit autoimun disebabkan : hilangnya toleransi dengan
respon terhadap antigen sendiri
5. Defek genetik
 Perubahan patologis yang menyolok,
seperti malformasi kongenital oleh
karena sindrom down
 Perubahan patologis yang kentara,
seperti substitusi asam amino tunggal
pada hemoglobin S anemia sel sabit
 Perubahan “sepele” yang sering terjadi
pada DNA, contoh : beberapa kesalahan
metabolisme saat lahir akibat defisiensi
enzimatik kongenital
6. Ketidakseimbangan nutrisi
 Insufisiensi kalori-protein
 Defisiensi vitamin
 Nutrisi berlebihan, contoh : obesitas
resiko DM tipe 2; diit kaya lemak
hewani berpengaruh pada
perkembangan aterosklerosis,
kerentanan terhadap banyak
gangguan termasuk kanker.
7. Agen fisik
 Trauma
 Temperatur yang ekstrim
 Radiasi
 Syok elektrik
 Perubahan mendadak pada tekanan
atmosfer
8. Penuaan/ degeneratif
 Proses penuaan sel ( senescence )
intrinsik menimbulkan perubahan
kemampuan perbaikan dan replikasi sel
dan jaringan
 Perubahan tersebut menyebabkan
penurunan kemampuan berespon
terhadap rangsang dan cedera eksogen
kematian organisme
MEKANISME JEJAS SEL
prinsip umum :
Respons selular terhadap stimulus yg berbahaya
tergantung pd tipe Mikrobiologi
Jejas, durasi & keparahannya

Toksin berdosis rendah / iskemia berdurasi singkat


bisa menimbulkan jejas sel yg reversibel,
sedangkan toksin berdosis lebih tinggi / iskemia
dalam waktu yg lebih lama akan menyebabkan
jejas sel yg irreversibel dan kematian sel
Akibat suatu jejas sel bergantung pada tipe, status dan
kemampuan adaptasi sel yg mengalami jejas

Jejas yg sama mempunyai dampak yg sangat berbeda,


bergantung pd tipe sel; otot lurik skelet di tungkai
mengakomodasi iskemia komplit selama 2-3 jam tanpa
terjadi jejas irreversibel, sedangkan otot jantung akan mati
hanya setelah 20-30 menit

Jejas sel dihasilkan oleh abnormalitas fungsional &


biokimia pd satu atau beberapa komponen seluler yg
esensial
Jenis-jenis jejas
1. Jejas istemik dan hipoksik
a. Jejas reversibel
Mula-mula hipoksia menyebabkan hilangnya
fosforilasi oksidatif dan pembentukan ATP oleh
mitokondria. Penurunan ATP (dan peningkatan
AMP secara bersamaan) merangsang fruktukinase dan
fosforilasi, menyebabkan glikosis aerobic. Glikogen
cepat menyusut, dan asam laktat dan fosfat anorganik
terbentuk, sehingga menurunkan PH intrasel. Pada
saat ini, terjadi penggumpalan kromatin inti
b. Jejas irreversibel
Jejas ini ditandai oleh vakuolisasi keras mitokondria,
kerusakan membran plasma yang luas, pembengkakan
lisosome dan terlihatnya densitas mitokondria yang besar
dan amorf. Jejas membran lisosome disusul oleh bocornya
enzim kedalam sitoplasma dan karena aktivitasnya terjadi
pencernaan enzimatik komponen sel dan inti
2. Jejas sel akibat radikal bebas
Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif dan tidak
stabil yang berinteraksi dengan protein, lemak, dan
karbohidrat dan terlibat dalam jejas sel yang disebabkan oleh
bermacam-macam kimiawi dan biologic.

Terjadinya radikal bebas dimulai dari :


 Absorbsi energi sinar (cahaya UV dan sinar X)
 Reaksi oksidatif metabolik
 Konversi enzimatik zat kimia eksogen atau obat (CCl4
menjadi CCl3)
 Radikal yang berasal dari oksigen adalah jenis toksik yang
paling penting
 Siperoksid terbentuk langsung selama auto-oksidasi dalam
mitokondria, atau secara enzimatik oleh oksidase
3. Jejas kimiawi
Zat kimiawi menyebabkan jejas sel melalui 2
mekanisme:
 Secara langsung, misalnya Hg dari mercuri terikat
pada grup SH protein membran sel, menyebabkan
peningkatan permeabilitas dan inhibisi transport yang
bergantung, kepada ATPase
 Melalui konversi metabolik toksik reaktif.
Sebaliknya metabolik toksik menyebabkan jejas sel
baik melalui ikatan kovalen langsung kepada protein
membran dan lemak, atau lebih umum melalui
pembentukan radikal bebas reaktif, seperti yang
diuraikan sebelumnya.
BENTUK ADAPTASI SEL
1. Atropi
2. Hipertropi
3. Hiperplasia
4. Metaplasia
5. Kalsifikasi
6. Perubahan hialin
1. ATROPI
Respon penurunan atau pengkerutan ukuran sel
dengan pengurangan substansi sel (RE, mikrofilamen
dll)
Sering mengenai otot rangka, otot jantung dan otak
Penyebab :
 Penurunan beban
 Persediaan darah yang kurang
 Nutrisi yang tidak memadai
 Penurunan rangsang hormonal dan saraf
 Proses penuaan
2. HIPERTROPI
Peningkatan ukuran sel
Tidak memerlukan pembelahan sel
Tidak ada sel baru yang terbentuk
Sering mengenai otot jantung dan sel ginjal
Berkaitan dengan penimbunan protein
intra sel, bukan peningkatan jumlah cairan
intra sel
3. HIPERPLASIA
Peningkatan jumlah sel
Terjadi pada sel-sel yang mampu meningkatkan
sintesis DNA
Sering terjadi bersama dengan hipertropi
Dapat terjadi karena untuk keperluan regenerasi atau
awal dari neoplasia
Dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Hiperplasia fisiologis
b. Hiperplasia patologis
a. Hiperplasia fisiologis
Hiperplasia kompensata
 Terjadi sebagai bentuk adaptasi kompensasi dari sel melalui
regenerasi agar fungsi organ tetap homeostatis
 Contoh : pengambilan 70% jaringan hati akan terjadi regenerasi
lengkap 2 minggu karena pada hati terdapat HGF (Hepatosit
growth factor)
 Sel permanen (sel saraf, otot jantung) tidak dapat melakukan
regenerasi
Hiperplasia hormonal
 Terutama terjadi pada organ estrogen dependent
 Contoh : proliferasi epitel kelenjar payudara pada saat pubertas
dan hamil
b. Hiperplasia patologis
Terjadi karena proliferasi abnormal
Disebabkan olah rangsang hormonal atau
faktor pertumbuhan yang berlebihan
Contoh: hiperplasia patologis dari
endometrium pada penyakit endometriosis
4. Metaplasia
Yaitu bentuk adaptasi terjadinya perubahan sel matur
jenis tertentu menjadi jenis sel bentuk lain
Misalnya sel epitel torak endoservik daerah
perbatasan dengan epitel skuamosa, sel epitel
bronkhus perokok
5. Kalsifikasi
a. Kalsifikasi distrofik
 Terutama terjadi pada daerah nekrosis koagulatif,
kaseosa dan liquoefektif
 Kadar kalsium darah normal
b. Kalsifikasi metastatik
 Terjadi pada sel normal dengan hiperkalsemia seperti
pada hiperthyroid, keracunan vitamin D, sarkoidosis
sistemik dan sindroma susu alkali
6. Perubahan hialin
Pengendapan hialin dalam sel, dintara sel dan dalam
jaringan
STRUKTUR SEL YANG DISERANG
Ada 4 fungsi intraseluler yang peka terhadap cedera/jejas :
1. Pemeliharaan integritas membran sel
2. Respirasi aerobik yang terkait produksi ATP
3. Sintesa protein enzimatik dan struktural
4. Perserverasi integritas genetik sel

Sistem-sisten ini terkait erat satu dengan lain sehingga jejas pada
satu lokus membawa efek sekunder yang luas . Konsekuensi jejas
sel bergantung kepada jenis, irama dan kerasnya gen penyebab
dan juga kepada jenis, status dan kemampuan adaptasi sel yang
terkena. Perubahan morfologi jejas sel menjadi nyata setelah
beberapa sistem biokimia yang penting terganggu.
SEL YANG CIDERA
Efek pertama sel yang cidera adalah : lesi biokimia yaitu
perubahan reaksi kimia / metabolik didalam sel
Kerusakan biokimia dapat menyebabkan gangguan fungsi sel
( fisiologi )
Kelainan biokimia dan fungsional dapat menyebabkan perubahan
morfologik (anatomi)
Serangan pada sel tidak selalu mengakibatkan gangguan fungsi,
umumnya ada mekanisme adaptasi seluler terhadap stimulus
Misal otot yang mendapatkan tekanan adaptasinya hipertropi
(misal pada hipertensi pembesaran jantung)
Perubahan pada sel yang mengalami cidera pada awalnya
biokimia fungsional (fisiologi) morfologik (lesi)
PERUBAHAN MORFOLOGIK SEL CIDERA
SUBLETAL
Jika sel diserang tetapi tidak mati (subletal) sering
terjadi perubahan morfologik yang reversibel
Jika stimulus hilang sel dapat kembali sehat, jika
stimulus tidak hilang sel akan mati
Perubahan subletal pada sel secara alami disebut :
degeneratif
CIDERA SEL
1. Cidera sel subletal
2. Cidera sel letal (kematian sel )
1. Cidera sel subletal
Biasanya mengenai sel-sel yang secara metabolik aktif
seperti sel hati, ginjal dan jantung
Gambaran morfologi cidera sel subletal paling sering
berupa :
a. Penimbunan air intrseluler (swelling)
b. Penimbunan lipid intrasel
Sedangkan penimbunan zat lain dalam sel jarang
terjadi
a. Penimbunan air intra sel (swelling)
Disebut juga perubahan hidrofik
Hal ini disebabkan karena gagalnya sel untuk
memompa natrium ke luar sel, akibatnya kadar
natrium intra sel meningkat, selanjutnya akan
menarik air kedalam sel hingga terjadi penimbunan
Tampak struktur sel membengkak, sitoplasma sel
terlihat granuler dan organel intra sel ikut
membengkak
b. Penimbunan lipid intra sel
Paling sering mengenai hati karena aktivitas
metabolik lipid di hati tinggi
Disebut juga perubahan berlemak / steatosis
Sering terlihat pada alkoholisme
Pada jaringan hati tampak garis-garis kekuningan
(perlemakan)
Penumpukan lemak dalam sel hati
Penumpukan lemak dalam sel hati dapat disebabkan
beberapa hal yaitu :
1. Pemasukan asam lemak bebas yang meningkat
2. Sintesis asam lemak dari asetat yang meningkat
3. Oksidasi asam lemak yang menurun
4. Esterifikasi asam lemak menjadi trigliserida yang
meningkat (pada pasien alkoholisme)
5. Sintesis apoprotein yang menurun (pada malnutrisi)
6. Sekresi lipoprotein dari hati yang menurun

Anda mungkin juga menyukai