Anda di halaman 1dari 15

Strategi Menurunkan Prevalensi Gizi Kurang

Pada Balita di Provinsi Jambi

Disusun Oleh

Kelompok 3 Nur Afifah S532002007


Adhitya Rizky A S532008040 Rahma Ayu Ramadhania S532008029
Fitria Mushollini S532008017 Rofi'atul Hanifah S532008045
Inayah Ageng Izza S532002004 Tri Martya Ningrum S532008035
Karisma Lestari S532008020 Vina Dinata Kamila Aryani S532008037
Pendahuluan
• Usaha pencapaian target Millennium Development Goals(MDG’s) di bidang kesehatan tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2010-2014 dengan menetapkan 4 sasaran pembangunan
kesehatan yaitu :
1. Meningkatkan umur harapan hidup menjadi 72 tahun;
2. Menurunkan angka kematian bayi menjadi 24/1000 kelahiran hidup;
3. Menurunkan angka kematian ibu menjadi 228/100.000 kelahiran hidup dan
4. Menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi 15 % serta menurunkan prevalensi balita
pendek menjadi 32%
• Anak-anak berumur dibawah lima tahun adalah kelompok rentan untuk masalah gizi dan kesehatan.
• Anak yang mengalami kurang gizi pada masa 1000 hari pertama kehidupan akan memberikan pengaruh yang
kurang baik bagi perkembangan fungsi otak.
• Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan besaran masalah gizi kurang adalah 17,9%, kategori pendek 35,6%, dan
kurus 13,3%.
• Prevalensi gizi kurang-buruk Provinsi Jambi menurut indikator BB/U adalah 19,6 % (peringkat ke-17 dari 34
Provinsi se Indonesia)
• Tujuan pelaksanaan peningkatan perbaikan gizi masyarakat di Provinsi Jambi tahun 2011-2015 adalah
dalam rangka mewujudkan visi “Jambi Emas 2015” yang bertujuan untuk meningkatkan intelektualitas dan
meningkatkan produktivitas
Metode
HASIL

Terdapat 36,6% balita stunting, 19,6% balita underweight dan 17,3% balita kurus dan sangat kurus (wasting).
Proporsi balita laki-laki yang menderita underweight, stunting maupun wasting lebih banyak dibandingkan
perempuan.
Dari balita dengan status gizi buruk-kurang (underweight), proporsi balita pendek-kurus (P-K) di Provinsi Jambi
adalah 2,6% dimana tertinggi di Kabupaten Bungo (5,8%) dan terendah di Kabupaten Kerinci (0,6%).
Untuk dapat menurunkan prevalensi underweight hingga sesuai dengan target MDG’s
adalah dengan menangkap dan mengobati balita normal-kurus, karena kondisi kurus
bersifat akut, sehingga dapat dilakukan dengan pemberian makanan tambahan hingga
berat badannya meningkat menjadi normal sesuai dengan tinggi badannya
N-N : Normal-Normal P-N : Pendek-Normal
N-K : Normal-Kurus P-K : Pendek-Kurus
P-G : Pendek-Gemuk
Pembahasan
Strategi operasional pembinaan gizi
masyarakat
Kebijakan teknis pembinaan gizi 1. Meningkatkan pendidikan gizi masyarakat melalui
masyarakat penyediaan materi KIE dan kampanye
1. Memperkuat peran serta masyarakat dalam 2. Memenuhi obat program gizi terutama kapsul Vit. A, tablet
pembinaan gizi masyarakat melalui posyandu Fe, mineral mix
2. Memberlakukan standar pertumbuhan anak 3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas dalam
Indonesia pemantauan pertumbuhan, konseling menyusui, MP-ASI,
tatalaksana gizi buruk, surveilans dan program gizi lain
3. Menerapkan standar pemberian makanan kepada
bayi dan anak 4. Memenuhi kebutuhan PMT pemulihan bagi balita menderita
gizi kurang dan ibu hamil keluarga miskin
4. Meneruskan suplementasi gizi pada balita, remaja,
ibu hamil, ibu nifas serta fortifikasi makanan 5. Pelayanan gizi pada ibu hamil berupa pemberian Fe, dan
skrining ibu hamil KEK diintegrasikan dengan pelayanan
5. PMT pemulihan diberikan pada anak gizi kurang dan kesehatan ibu (ANC)
ibu hamil miskin dan KEK
6. Melaksanakan surveilans gizi di seluruh kabupaten/kota,
6. Perawatan gizi buruk dilaksanakan dengan surveilans sentinel dan surveilans gizi darurat
pendekatan rawat inap di puskesmas, RS dan pusat
atau pos pemulihan gizi berbasis masyarakat 7. Menguatkan kerjasama dan kemitraan lintas program dan
lintas sektor, organisasi profesi dan Lembaga Swadaya
7. Memperkuat surveilans gizi masyarakat.
Kegiatan pengembangan gizi
masyarakat prov. jambi
1. Peningkatan kapasitas penggunaan standar pertumbuhan
balita bagi petugas (96 Puskesmas dalam 8 angkatan)
2. Peningkatan kapasitas petugas dalam tatalaksana gizi
buruk untuk Puskesmas perawatan (30 • Hasil analisis menunjukkan bahwa di Provinsi Jambi
Puskesmas/Rumah Sakit dalam 3 angkatan) memiliki permasalahan gizi kurang, balita pendek
3. Peningkatan kapasitas konseling menyusui bagi petugas dan balita kurus yang masih tinggi. Hal ini
Puskesmas (60 Puskesmas dalam 3 angkatan) menunjukkan bahwa masalah gizi pada balita sudah
4. Peningkatan konseling MPASI bagi petugas merupakan masalah yang serius.
Kabupaten/kota (48 orang dalam dua angkatan) • Faktor-faktor yang terkait dengan masalah kurang
5. Peningkatan kapasitas calon fasilitator konseling gizi diantaranya sosial ekonomi, kemiskinan, praktek
menyusui (10 orang) pemberian makanan pada anak, partisipasi
masyarakat dalam upaya perbaikan gizi melalui
6. Sosialisasi peningkatan konsumsi garam beryodium di Posyandu yang secara umum masih rendah,
setiap kabupaten/kota
kemampuan teknis kader yang masih kurang dimana
7. Diseminasi tatalaksana gizi buruk non perawatan (40 menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan
Puskesmas dalam dua angkatan) masyarakat dalam upaya perbaikan gizi masih belum
8. Pertemuan evaluasi penyusunan laporan tahunan optimal.
program gizi dan jaringan informasi pangan dan gizi di
setiap Kabupaten/Kota.
Pembahasan
• Penurunan masalah gizi balita kurus bergantung pada banyak faktor diantaranya sumber daya dan manajemen
kualitas teknis dan operasional pada kegiatan revitalisasi Posyandu. Sederhananya penangan balita kurus dapat
dilakukan dengan pemberian makanan tambahan dengan tetap memberikan upaya preventif dan promotive
melalui penyuluhan/edukasi gizi seimbang
• Sebagai upaya mengatasi masalah gizi, maka dikenal dua kelompok upaya intervensi yaitu intervensi gizi spesifik
(berbagai kegiatan program pembangunan yang memberi pengaruh terhadap status gizi masyarakat) dan
intervensi gizi sensitive (berbagai kegiatan yang cukup cost effective untuk mengatasi masalah gizi)
• Masalah gizi balita pendek jauh lebih banyak dibandingkan balita gizi kurang atau kurus. Gangguan
pertumbuhan yang mengakibakan balita pendek terjadi dari anak dalam kandungan sebagai akibat keadaan gizi
dan kesehatan ibu selama kehamilan kurang baik
• masalah balita pendek dapat dilakukan selama masa kritis tumbuh kembang 2 tahun pertama kehidupan
setelah lahir disertasi dengan upaya komprehensif seperti pengentasan kemiskinan, peningkatan pengetahuan,
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta perbaikan lingkungan hidup
• Kondisi di Provinsi Jambi pada tahun 2007 berdasarkan prevalensi gizi buruk belum mencapai target MDG’s.
Strategi yang dilakukan dalam akselerasi pencapaian target MDG’s adalah dengan intervensi gizi spesifik dengan
program PMT
Pembahasan
• Kondisi gizi buruk-kurang tahun 2007 di Provinsi Jambi sebesar 80 % dari 10 kabupaten/kota
belum mencapai target MDG’s. Strategi untuk menurunkannya : menangkap semua anak-anak
yang normal menurut indikator TB/U tetapi kurus menurut BB/TB (program PMT pada semua
anak yang kurus)
• Upaya menangkap anak-anak yang normal-kurus yaitu dengan meningkatkan kegiatan surveilans
gizi secara aktif. Tetapi upaya mengurangi anak balita dengan tinggi badan pendek-normal yaitu
dengan melakukan upaya pencegahan (program 1000 HPK).
• Upaya tersebut dapat dicapai dengan revitalisasi Puskesmas dan Revitalisasi Posyandu. Revitalisasi
Puskesmas adalah dengan mengoptimalkan kembali fungsi Puskesmas sebagai ujung tombak
pelaksanaan upaya promotif dan preventif sebagai kegiatan pokoknya dan bukan mengutamakan
kuratif.
Lanjutan
• Revitalisasi Puskesmas sesuai Kepmenkes No. 128/Kpts/II tahun 2004 bahwa untuk
mengembangkan Puskesmas dapat dilakukan kegiatan Basic Six yaitu : Promosi kesehatan,
perbaikan kesling, pengendalian PM, peningkatan KIA/KB, perbaikan gizi masyarakat serta
pengobatan dan penyembuhan di Puskesmas, Pustu dan Pusling.
• Strategi selanjutnya adalah dengan revitalisasi Posyandu. Posyandu merupakan wadah titik temu
antara pelayanan profesional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam
menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, terutama kesehatan ibu dan anak.
• Penyelenggaraannya dilaksanakan oleh kader terlatih yang berasal dari PKK, tokoh masyarakat
maupun masyarakat itu sendiri. Kegiatannya meliputi penimbangan dan pencatatan dalam
rangka kewaspadaan menurunnya keadaan gizi anak, penyuluhan, imunisasi, suplementasi zat
gizi maupun kegiatan-kegiatan promotif dan preventif lainnya.
Kesimpulan
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai