Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PATOFISIOLOGI

JEJAS SEL

OLEH :
RARA AYU DIYA KARTIKA BUDI SETIYA RINI
NIM. 192.0033

Dosen pembimbing

Sri anik Rustini, S.H, S.Kep. Ns. M. Kes

PROGRAM STUDI D3-1A KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2019-2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan
laporan ini adalah sebagai tugas kelompok mahasiswa Stikes Hang Tuah Surabaya
tahun pelajaran 2020. Laporan ini berisi tentang nilai-nilai pancasila di era orde
baru.Dalam penulisan ini tentunya penulis menyadari banyak terdapat kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini. Baik aspek kualitas maupun aspek kuanttas dari materi
penelitan yang disajikan.

Penyusunan laporan ini berhasil dengan baik dan sesuai waktu yang
ditentukan karena bantuan dari beberapa pihak. Berhubungan dengan itu, kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami, baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan laporan. Kami menyadari bahwa
penyusunan laporan ini belum sempurna. Saran dan kritik dari pembaca sangat kami
harapkan.

Surabaya, 05 Maret 2020

2
DAFTAR ISI

Cover 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I
Hasil
A. Pengertian Jejas Sel 4
B. Penyebab Jejas Sel 4
C. Proses Adaptasi Sel 6
D. Proses Kematian Sel 7

Bab II

Penutup
A. Kesimpulan 9

B. Saran 9

Daftar Pustaka 10

3
BAB I
HASIL

A. Pengertian Jejas Sel


Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi
terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama
atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel
tersebut dan besar serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami cedera, maka
sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein,
susunan genetik, dan sifat transportasinya.
Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera atau jejas sel dikelompokkan
menjadi 2 kategori utama yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas
irreversible (kematian sel). Jejas reversible adalah suatu keadaan ketika sel dapat
kembali ke fungsi dan morfologi semula jika rangsangan perusak ditiadakan.
Sedangkan jejas irreversible adalah suatu keadaan saat kerusakan berlangsung
secara terus-menerus, sehingga sel tidak dapat kembali ke keadaan semula dan sel
itu akan mati. Cedera menyebabkan hilangnya pengaturan volume pada bagian-
bagian sel.

B. Penyebab Jejas Sel


Penyebab terjadinya jejas sel (cedera sel) :
1. Hipoksia (pengurangan oksigen) terjadi sebagai akibat dari :
a. Iskemia (kehilangan pasokan darah Dapat terjadi bila aliran arteri atau
aliran vena dihalangi oleh penyakit vaskuler atau bekuan didalam lumen.
b. Oksigenisasi tidak mencukupi karena kegagalan kardiorespirasi. Misalnya
pneumonia.
c. Hilangnya kapasitas pembawa oksigen darah misalnya anemia, keracunan
karbon monooksida. Tergantung pada derajat keparahan hipoksi, sel-sel
dapat menyesuaikan, terkena jejas atau mati. Sebagai contoh, bila arteri
femoralis menyempit, sel-sel otot skelet tungkai akan mengisut ukurannya
(atrofi). Penyusutan massa sel ini mencapai keseimbangan antara
kebutuhan metabolik dan perbekalan oksigen yang tersedia. Hipoksi yang
lebih berat tentunya akan menyebabkan jejas atau kematian sel.
2. Faktor fisik
a. Trauma

4
Trauma mekanik dapat menyebabkan sedikit pergeseran tapi nyata, pada
organisasi organel intrasel atau pada keadaa lain yang ekstrem, dapat
merusak sel secara keseluruhan.
b. Suhu rendah
Suhu rendah mengakibatkan vasokontriksi dan mengacaukan perbekalan
darah untuk sel. Jejas pada pengaturan vasomotor dapat disertai
vasodilatasi, bendungan aliran darah dan kadang-kadang pembekuan
intravaskular. Bila suhu menjadi cukup rendah aliran intrasel akan
mengalami kristalisasi.
c. Suhu Tinggi
Suhu tinggi yag merusak dapat membakar jaringan, tetapi jauh sebelum
titik bakar ini dicapai, suhu yang meningkat berakibat jejas dengan akibat
hipermetabolisme. Hipermetabolisme menyebabkan penimbunan asam
metabolit yang merendahkan pH sel sehingga mencapai tingkat bahaya.
d. Radiasi
Kontak dengan radiasi secara fantastis dapat menyebabkan jejas, baik
akibat ionisasi langsung senyawa kimia yang dikandung dalam sel
maupun karena ionisasi air sel yang menghasilkan radikal “panas” bebas
yang secara sekunder bereaksi dengan komponen intrasel. Tenaga radiasi
juga menyebabkan berbagai mutasi yang dapat menjejas atau membunuh
sel.
e. Tenaga Listrik
Tenaga listrik memancarkan panas bila melewati tubuh dan oleh karena
itu dapat menyebabkan luka bakar dan dapat mengganggu jalur konduksi
saraf dan berakibat kematian karena aritmi jantung.
3. Bahan kimia dan obat-obatan
Banyak bahan kimia dan obat-obatan yang berdampak terjadinya perubahan
pada beberapa fungsi vital sel, seperti permeabilitas selaput, homeostasis
osmosa atau keutuhan enzim dan kofaktor. Masing-masing agen biasanya
memiliki sasaran khusus dalam tubuh, mengenai beberapa sel dan tidak
menyerang sel lainnya. Misalnya barbiturat menyebabkan perubahan pada sel
hati, karena sel-sel ini yang terlibat dalam degradasi obat tersebut. Atau bila
merkuri klorida tertelan, diserap dari lambung dan dikeluarkan melalui ginjal
dan usus besar. Jadi dapat menimbulkan dampak utama pada alat-alat tubuh
ini. Bahan kimia dan obat-obatan lain yang dapat menyebabkan jejas sel :
a. Obat terapeotik misalnya, asetaminofen (Tylenol).
b. Bahan bukan obat misalnya, timbale dan alkohol.
4. Bahan penginfeksi atau mikroorganisme
Mikroorganisme yang menginfeksi manusia mencakup berbagai virus,
ricketsia, bakteri, jamur dan parasit. Sebagian dari organisme ini menginfeksi
manusia melalui akses langsung misalnya inhalasi, sedangkan yang lain
menginfeksi melalui transmisi oleh vektor perantara, misalnya melalui
sengatan atau gigitan serangga. Sel tubuh dapat mengalami kerusakan secara
5
langsung oleh mikroorganisme, melalui toksis yang dikeluarkannya, atau
secara tidak langsung akibat reaksi imun dan perandangan yang muncul
sebagai respon terhadap mikroorganisme.
5. Reaksi imunologik, antigen penyulut dapat eksogen maupun endogen.
Antigen endogen (misal antigen sel) menyebabkan penyakit autoimun.
6. Kekacauan genetik misalnya mutasi dapat menyebabkan mengurangi suatu
enzim kelangsungan.
7. Ketidakseimbangan nutrisi, antara lain :
a. Defisiensi protein-kalori.
b. Avitaminosis.
c. Aterosklerosis, dan obesitas.
8. Penuaan.

C. Proses Adaptasi Sel


Adaptasi sel dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :
1. Atrofi
Adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi dapat terjadi
akibat sel atau jaringan tidak digunakan misalnya, otot individu yang
mengalami imobilisasi atau pada keadaan tanpa berat (gravitasi 0). Atrofi
juga dapat timbul sebagai akibat penurunan rangsang hormon atau saraf
terhadap sel atau jaringan.
2. Hipertrofi
3. Adalah bertambahnya ukuran suatu sel atau jaringan. Hipertrofi merupakan
suatu respon adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan beban kerja
suatu sel. Terdapat 3 jenis utama hipertrofi yaitu :
a. Hipertrofi fisiologis terjadi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja
suatu sel secara sehat.
b. Hipertrofi patologis terjadi sebagai respons terhadap suatu keadaan sakit
c. Hipertrofi kompensasi terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil alih
peran sel lain yang telah mati.
4. Hiperplasia
5. Adalah peningkatan jumlah sel yang terjadi pada suatu organ akibat
peningkatan mitosis. Hiperplasia dapat terbagi 3 jenis utama yaitu :
a. Hiperplasia fisiologis terjadi setiap bulan pada sel endometrium uterus
selama stadium folikuler pada siklus mentruasi.
b. Hiperplasia patologis dapat terjadi akibat kerangsangan hormon yang
berlebihan.
c. hiperplasia kompensasi terjadi ketika sel jaringan bereproduksi untuk
mengganti jumlah sel yang sebelumnya mengalami penurunan.
6. Metaplasia
Adalah berbahan sel dari satu subtipe ke subtipe lainnya. Metaplasia terjadi
sebagai respon terhadap cidera atau iritasi continue yang menghasilkan
peradangan kronis pada jaringan.
6
7. Displasia
Adalah kerusakan pertumbuhan sel yang menyebabkan lahirnya sel yang
berbeda ukuran, bentuk dan penampakannya dibandingkan sel
asalnya.Displasia tampak terjadi pada sel yang terpajan iritasi dan peradangan
kronik.

D. Proses Kematian Sel


Akibat jejas yang paling ekstrim adalah kematian sel ( cellular death ). Kematian
sel dapat mengenai seluruh tubuh ( somatic death ) atau kematian umum dan
dapat pula setempat, terbatas mengenai suatu daerah jaringan teratas atau hanya
pada sel-sel tertentu saja. Terdapat dua jenis utama kematian sel, yaitu apoptosis
dan nekrosis. Apoptosis (dari bahasa yunani apo = “dari” dan ptosis = “jatuh”)
adalah kematian sel terprogram (programmed cell death), yang normal terjadi
dalam perkembangan sel untuk menjaga keseimbangan pada organisme
multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons dari beragam stimulus dan
selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol dalam suatu
regulasi yang teratur.
1. Apoptosis
Adalah suatu proses yang ditandai dengan terjadinya urutan teratur tahap
molekular yang menyebabkan disintegrasi sel. Apoptosis tidak ditandai
dengan adanya pembengkakan atau peradangan, namun sel yang akan mati
menyusut dengan sendirinya dan dimakan oleh oleh sel di sebelahnya.
Apoptosis berperan dalam menjaga jumlah sel relatif konstan dan merupakan
suatu mekanisme yang dapat mengeliminasi sel yang tidak diinginkan, sel
yang menua, sel berbahaya, atau sel pembawa transkripsi DNA yang salah.
2. Kematian sel terprogram dimulai selama embriogenesis dan terus berlanjut
sepanjang waktu hidup organisme. Rangsang yang menimbulkan apoptosis
meliputi isyarat hormon, rangsangan antigen, peptida imun, dan sinyal
membran yang mengidentifikasi sel yang menua atau bermutasi. Virus yang
menginfeksi sel akan seringkali menyebabkan apoptosis, yang pada akhirnya
akan menyebabkan kematian virus dan sel pejamu (host). Hal ini merupakan
satu cara yang dikembangkan oleh organisme hidup untuk melawan infeksi
virus.
Perubahan morfologi dari sel apoptosis diantaranya sebagai berikut :
a. Sel mengkerut
b. Kondesasi kromatin
c. Pembentukan gelembung dan apoptotic bodies
d. Fagositosis oleh sel di sekitarnya
3. Nekrosis
4. Adalah kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam
tubuh. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis.
Faktor yang sering menyebabkan kematian sel nekrotik adalah hipoksia

7
berkepanjangan, infeksi yang menghasilkan toksin dan radikal bebas, dan
kerusakan integritas membran sampai pada pecahnya sel. Respon imun dan
peradangan terutama sering dirangsang oleh nekrosis yang menyebabkan
cedera lebih lanjut dan kematian sel sekitar. Nekrosis sel dapat menyebar di
seluruh tubuh tanpa menimbulkan kematian pada individu. Istilah nekrobiosis
digunakan untuk kematian yang sifatnya fisiologik dan terjadi terus-menerus.
Nekrobiosis misalnya terjadi pada sel-sel darah dan epidermis. Indikator
Nekrosis diantaranya hilangnya fungsi organ, peradangan disekitar nekrosis,
demam, malaise, lekositosis, peningkatan enzim serum.
Dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis yaitu :
a. Disgestif enzimatik sel baik autolisis (dimana enzim berasal dari sel mati)
atau heterolysis(enzim berasal dari leukosit). Sel mati dicerna dan sering
meninggalkan cacat jaringan yang diisi oleh leukosit imigran dan
menimbulkan abse.
b. Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel menyebabkan denaturasi
protein struktur dan protein enzim sehingga menghambat proteolisis sel
sehingga untuk sementara morfologi sel dipertahankan. Kematian sel
menyebabkan kekacauan struktur yang parah dan akhirnya organa
sitoplasma hilang karena dicerna oleh enzym litik intraseluler (autolysis).
3. Akibat Kematian Sel
Kematian sel dapat mengakibatkan gangren. Gangren dapat diartikan sebagai
kematian sel dalam jumlah besar. Gangren dapat diklasifikasikan sebagai
kering dan basah. Gangren kering sering dijumpai diektremitas, umumnya
terjadi akibat hipoksia berkepanjangan. Gangren basah adalah suatu area
kematian jaringan yang cepat perluasan, sering ditemukan di organ dalam dan
berkaitan dengan infasi bakteri kedalam jaringan yang mati tersebut. Gangren
ini menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai oleh manivestasi
sistemik. Gangren basah dapat timbul dari gangren kering. Gangren ren gas
adalah jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respon terhadap infeksi
jaringan oleh suatu jenis bakteri anaerob yang disebut clostridium. Gangren
gas cepat meluas kejaringan disekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya toksin
yang mematikan oleh bakteri yang membunuh sel-sel disekitarnya. Sel-sel otot
sangat rentan terhadap toksin ini dan apabila terkena akan mengeluarkan gas
hidrogen sulfida yang khas. Gangren jenis ini dapat mematikan.

8
BABII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah di atas dapat disimpukan :
Jejas sel adalah cedera pad sel karena suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi
terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama
atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel
tersebut dan besar serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami cedera, maka
sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein,
susunan genetik, dan sifat transportasinya.
a. Penyebab jejas sel antara lain :
1. Hipoksia (pengurangan oksigen)
2. Faktor fisik, termasuk trauma, panas, dingin, radiasi, dan tenaga listrik.
3. Bahan kimia dan obat-obatan
4. Bahan penginfeksi
5. Reaksi imunologik
6. Kekacauan genetic
7. Ketidakseimbangan nutrisi
8. Penuaan.
b. Proses adaptasi sel dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Displasia
2. Metaplasia
3. Hiperplasia
4. Hipertrofi
5. Atrofi
Proses kematian sel dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu Nekrosis dan Apoptosis.
Akibat dari kematian sel dalam jumlah besar disebut Gangren.

Mekanisme adaptasi sel terdiri dari organisasi sel yaitu unit kehidupan, kesatuan
lahiriah yang terkecil menunjukkan bermacam-macam fenomena yang berhubungan
dengan hidup.dan selalu berhubungan dengan karakterristik makhluk hidup yaitu :
bereproduksi, tumbuh, melakukan metabolisme dan beradaptasi terhadap perubahan
internal dan eksternal.

B. Saran
Hindari hal-hal penyebab yang dapat mengakibatkan jejas sel atau cedera sel agar
dapat terhindar dari kematian sel. Mekanisme adaptasi sel memiliki pembahasan yang
luas, oleh ssebab itu maka perlu di pelajari dan di mengert, sebagai dasar untuk
mempelajari mata kuliah PATOLOGI. Supaya mahasiswa dapat lebih paham tentang materi
perkuliahan berikutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Robiins dan Kumar. 1992. Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC.


http://afie.staff.uns.ac.id/2008/12/25/beda-apoptosis-dan-nekrosis/

http://denipurnama.blogspot.com/2009/02/adaptasi-sel.html

http://id.answers.yahoo.com/quetion/index/

http://id.wikipedia.org/wiki/sel(biologi)#regenerasidandeferensiasisel

http://pato-fkg.blogspot.com/2008_02_01_archive.html

Kimball, John W. 1998. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

10

Anda mungkin juga menyukai