PENDAHULUAN
terutama bila lingkungan mengalami pencemaran. Pencemaran dapat terjadi pada saat senyawa-
perubahan yang buruk terhadap sifat fisik, kimia, biologis, dan estetis lingkungan serta mahluk
hidup. Kemungkinan keracunan merupakan salah satu bahaya yang dihadapi manusia dan
organisme lain selama hidupnya. Keracunan berarti bahwa suatu zat kimia telah mengganggu
proses fisiologis, sehingga keadaan badan organisme itu tidak lagi dalam keadaan sehat. Sifat
dan intensitas gejala penyakitnya tergantung pada antara lain: jenis racunnya, jumlah yang masuk
ke dalam badan, lamanya badan mengalami keracunan, keadaan badan organisme yang
keracunan serta cara kebiasaan hidup orgnaisme itu. Ilmu yang mempelajari tentang racun dan
II. PENGERTIAN
Toksikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai kerja senyawa kimia yang merugikan
organisme hidup. Toksikologi merupakan cabang dari farmakologi yang di definisikan sebagai ilmu
pengetahuan tentang interaksi antara senyawa kimia dengan organisme hidup. Sesuai dengan
definisi ini maka farmakologi tidak terbatas pada penyeledikan senyawa aktif yang memiliki
manfaat terapi, tetapi mencakup semua senyawa yang aktif secara biologis seperti, racun,
insektisida, pestisida, kosmetika, dan komponen makanan (misalnya vitamin, asam amino, zat
warna, bahan pengikat dan bahan pengawet), sejauh mereka digunakan dengan cara atau pada
dosis yang tidak fisiologis. Zat yang asing bagi sistem tubuh di sebut dengan xenobiotika. Apabila
zat yang menyebabkan efek yang merugikan pada yang menggunakan maka zat tersebut di
secara langsung maupun tidak langsung, mungkin diperlukan maupun tidak di perlukan. Toksisitas
merupakan istilah relatif untuk membandingkan satu zat kimia dengan lainnya. Toksisitas modern
merupakan ilmu multidisipliner karena merupakan ilmu yang tidak dapat berdiri sendiri dan
memerlukan ilmu lain untuk mempelajari aksi dari zat kimia hingga menyebabkan racun serta
Toksikologi lingkungan merupakan studi tentang efek dari polutan terhadap lingkungan
hidup serta bagaimana hal itu dapat mempengaruhi ekosistem. Toksikologi lingkungan merupakan
cabang toksikologi yang menguraikan pemaparan yang tidak di sengaja dalam jaringan Biologi.
(Mahluk hidup) dengan zat kimia yang pada dasarnya merupakan bahan dasar industri (makanan,
kosmetika, obat, pestisida, dll) dan penyebab pencemar lingkungan (udara, air, dan tanah).
Toksikologi lingkungan terutama menyangkut efek berbahaya dari zat kimia baik secara kebetulan
dialami manusia karena zat kimia berada di udara, maupun karena kontak melalui media air atau
udara. Pencemaran yang terjadi di dalam udara, air maupun tanah dapat di sebabkan oleh sebab
Racun kimia adalah zat tertentu yang memiliki efek merugikan pada jaringan manusia,
organ, atau proses biologi. Sedangkan toksisitas merujuk pada sifat-sifat zat kimia yang
menggambarkan efek samping yang mungkin dialami manusia akibat kontak kulit atau
mengkonsumsinya. Efek dari toksik pada manusia dapat diklasifikasikan sebagai efek akut dan
efek kronis. Jika ada respon yang cepat dan serius dengan dosis tinggi tetapi berumur pendek
dari racun kimia maka disebut efek akut. Racun akut akan mengganggu proses fisiologis, yang
menyebabkan berbagai gejala gangguan, dan bahkan menyebabkan kematian jika gangguan
tersebut cukup parah. Efek kronis cenderung menghasilkan racun dengan dosis rendah selama
Toksisitas akut relatif mudah untuk mengukur. Efek racun pada toksisitas akut cukup
tinggi pada tingkat fungsi tubuh, bersifat jelas dan cukup konsisten di
individu dan spesies. Untuk bahan kimia yang berbeda, tingkat ini sangat bervariasi. Di beberapa
tingkat hampir semuanya beracun, dan perbedaan antara beracun dan non beracun adalah
masalah derajat.
Indeks yang paling banyak digunakan dalam toksisitas akut yakni LD50, dosis mematikan
untuk 50 persen dari populasi. Dosis umumnya dinyatakan sebagai berat dari kimia per kilogram
berat badan. Nilai LD50 dapat diperoleh dengan memplot jumlah kematian diantara kelompok
percobaan hewan (biasanya tikus) pada berbagai tingkat paparan bahan kimia dan interpolasi
kurva dosis-respons yang dihasilkan untuk dosis di mana setengah hewan mati.
Dengan melakukan studi LD50 untuk berbagai zat (massa racun per unit berat badan) kita
Racun dalam tubuh yang mengalami metabolism akan diangkut, dan diekskresikan,
sehingga memiliki efek biokimia yang merugikan. Racun ini menyebabkan tubuh akan menimbun
racun secara perlahan. Proses penimbunan racun dalam tubuh ini dibagi ke dalam fase kinetik
Sebuah racun atau prekursor metabolisme zat beracun dapat mengalami absorpsi,
metabolisme, penyimpanan sementara, distribusi, dan ekskresi dalam fase kinetik. Racun yang
terserap dapat melewati fase kinetik baik sebagai senyawa induk yang tidak berubah aktif, atau
Sebuah racun dalam fase dinamis akan berinteraksi dengan sel, jaringan, atau
organ dalam tubuh sehingga menyebabkan beberapa respon beracun. Tahap dinamis dibagi
menjadi tiga bagian besar yakni reaksi primer dengan reseptor atau target organ, respon
biokimia dan efek diamati. Sebuah respon beracun dapat disebabkan oleh reaksi dari racun atau
aktif metabolit dengan reseptor. Contoh reaksi reversibel yang dapat menghasilkan respon
beracun diilustrasikan pada hemoglobin yang mengikat karbon monoksida dan oksigen pada
transportasi hemoglobin, O2Hb dalam darah. Hemoglobin akan kehilangan kemampuan untuk
mentransfer oksigen yang dapat dapat dituliskan dalam reaksi berikut ini:
Jenis efek biokimia yang terjadi ketika racun terikat dengan reseptor adalah sebagai
berikut:
(1) Dengan mengikat enzim, koenzim, logam aktivator enzim, atau substrat
(4) Metabolisme lipid adalah terpengaruh sehingga mengakibatkan akumulasi lipid berlebih (fatty
liver).
(5) Interferensi dengan respirasi, proses keseluruhan dimana elektron ditransfer ke molekul oksigen
(6) Biosintesis protein akan diganggu atau dihentikan oleh aksi racun pada DNA.
(7) Proses regulasi dimediasi oleh hormon atau enzim yang terpengaruh.
V. TANGGAPAN FISIOLOGIS RACUN
Beberapa tanggapan kronis yang menonjol dari racun disebut mutasi yang berupa
kanker, dan cacat lahir serta efek pada sistem kekebalan tubuh. Pencernaan penyakit, penyakit
kardiovaskular, penyakit hati, kerusakan ginjal, saraf gejala, dan kelainan kulit adalah efek yang
dapat diamati lainnya, beberapa di antaranya dapat terjadi segera setelah terkena. Alergi,
semacam hasil kondisi ketika sistem kekebalan tubuh lebih bereaksi terhadap adanya agen
asing atau metabolitnya dengan cara merusak diri sendiri. Di antara zat-zat asing yang bisa
V.1. Teratogenesis
Spesies kimia yang menyebabkan cacat lahir disebut teratogen. Sel-sel akan mengalami
kerusakan embrio atau janin sehingga mengakibatkan cacat lahir. Namun, mutasi pada sel
germinal (sel telur atau sel sperma) dapat menyebabkan kelahiran mekanisme biokimia defects.
V.2. Mutagenesis
Komponen penting dari semua makhluk hidup dan bahan dasar dalam kromosom dari
inti sel adalah DNA. DNA berisi kode genetik yang menentukan karakter keseluruhan dan
tampilan setiap organisme. Setiap molekul DNA memiliki kemampuan untuk mereplikasi persis
dirinya sendiri. Tapi reagen kimia tertentu, serta pengion radiasi, mampu mengubah DNA.
Seperti perubahan atau mutasi bahan genetik dari suatu organisme dapat menyebabkan sel
berubah fungsi. Pada beberapa kasus akan mengakibatkan kematian sel, kanker, kegagalan
reproduksi atau keturunan abnormal. Oleh karena itu zat ini menjadi perhatian utama toksikologi.
V.3. Karsinogenesis
Peran zat asing dalam tubuh dapat menyebabkan sel menjadi tidak terkendali dalam
melakukan replikasi, peristiwa ini umumnya dikenal sebagai kanker disebut sebagai
karsinogenesis kimiawi. Karsinogenesis kimiawi diduga melibatkan dua tahap yang berbeda,
disebut sebagai inisiasi dan promosi. Dalam kimia inisiasi tahap karsinogen mengubah DNA
dengan cara sedemikian rupa sehingga sel mereplikasi tak terkendali dan membentuk jaringan
kanker. Pada tahap kedua atau promosi, pembangunan, sel yang terkena dampak tidak lagi
mengenali kendala pertumbuhan dan tumor berkembang. Promotor dapat meningkatkan tingkat
kejadian tumor antara sel yang memiliki sudah mengalami inisiasi, atau mereka dapat
mempersingkat periode laten antara inisiasi dan respon karsinogenik penuh. Model inisiasi diikuti
oleh promosi yang menunjukkan bahwa beberapa karsinogen mungkin pemrakarsa, yang lain
mungkin promotor, dan beberapa mungkin lengkap karsinogen mampu menyebabkan kedua
tahap terjadi.
Salah satu contoh bahan kimia yang telah ditetapkan sebagai bahan karsinogenesis
adalah vinil klorida, CH2 = CHCl yang diketahui telah menyebabkan kanker hati.
V.4. Neurotoksin
Neurotoksin adalah racun metabolisme yang menyerang sel-sel saraf (neuron) yang
mengatur kegiatan tubuh. Contohnya Pb, Hg yang bisa membunuh sel-sel saraf dan
menyebabkan kerusakan pada saraf permanen. Eter, kloroform, anestesi, DDT dan aldrin juga
acetylcholinesterase, enzim yang mengatur sinyal transmisi antara syaraf sel dan jaringan atau
organ.
bahan tersebut adalah beracun dan yang lain tidak beracun. Dari hasil pabrik pada proses
industri, unsur-unsur ini dapat ditemukan dalam udara, air dan tanah. Unsur-unsur ini masuk ke
sistem biologis melalui rantai makanan dan mengganggu akan mengganggu proses biokimia.
Dalam beberapa kasus, efek dari beberapa logam, metaloid, dan senyawa anorganik senyawa
Biosfer erat kaitannya dengan semua elemen dari tabel periodik dan organisme yang
mempunyai banyak fungsi penting dalam biokimia. Banyak unsur yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup, meskipun dalam dosis kecil. Ketika pasokan elemen penting tidak cukup
maka akan membatasi kelangsungan hidup organisme, tetapi ketika pasokan elemen penting itu
hadir secara berlebihan,maka akan memberikan efek beracun. Jadi ada dosis optimal untuk
semua elemen penting ini. Misalnya membandingkan Cu 2+ dengan Fe 2+ atau Fe 3+. Cu 2+ akan
mengikat kuat basa nitrogen, termasuk rantai histidin pada sisi protein sedangkan Fe2+ atau Fe
3+ tidak mengikat kuat basa nitrogen. Oleh karena itu Cu 2+ lebih mungkin untuk mengganggu
protein daripada besi. Pada tingkat yang lebih tinggi zat besi akan berbahaya, karena zat besi
dapat mengkatalisis produksi radikal oksigen, karena sebagian zat besi dapat merangsang
pertumbuhan bakteri dan aggregate. Cr (III) dapat dianggap sebagai elemen penting tetapi Cr
Merkuri dapat memasuki lingkungan terutama melalui limbah industri seperti industri
pertanian yang menggunakan sejumlah besar fungisida. Buangan dari industri ini terkadang
mengandung merkuri sampai dengan 10 kali lipat dari konsentrasi air alami. Ketika merkuri
diserap pada sedimen di badan air, sulfat akan mengurangi bakteri dalam sedimen sehingga
akan menghasilkan metal merkuri (CH3Hg + dan (CH3)2Hg, (CH3)2Hg hasil penguapan). Metal
merkuri ini bisa berada di perairan atas karena diserap oleh ikan. Pada ion CH3Hg yang berupa
CH3HgCl dalam cairan biologis garam, dan kompleks netral akan melewati membran biologis
dan didistribusikan ke seluruh jaringan dari ikan. Dalam jaringan klorida tersebut dipindahkan
oleh kelompok sulphydryl peptida, karena raksa memiliki afinitas untuk ligan sulfur, merkuri metil
dihilangkan hanya perlahan dan karena itu tunduk pada bioakumulasi, ketika ikan kecil dimakan
oleh ikan yang lebih besar. Biomethylation merkuri terjadi pada semua sedimen dan ikan di
Namun tingkat yang sangat meningkat pada badan air yang terkontaminasi oleh merkuri
dari limbah-limbah. Kasus terburuk dari keracunan merkuri lingkungan terjadi pada tahun 1950 di
Minamata, Jepang, dimana metil merkuri dalam ikan terakumulasi tingkat yang mendekati 100
ppm. Ribuan orang keracunan dan ratusan meninggal akibat ikan beracun. Sejak metil merkuri
dapat melewati saluran darah-otak, masyarakat yang terkena dampak tersebut akan mengalami
semua gejala disfungsi otak. Demikian pula metil merkuri dapat membahayakan janin, dan
sejumlah bayi di minimata menderita keterbelakangan mental dan gangguan motorik sebelum
Unsur merkuri memasuki tubuh melalui inhalasi dan dibawa oleh aliran darah ke otak, di
mana ia menembus penghalang darah otak dan semua gejala disfungsi otak akan terjadi. Hg22+
tidak beracun karena membentuk larutan klorida dalam lambung. Hg 2+ lagi adalah bentuk
kompleks dengan sulfur yang mengandung asam amino dan protein. Namun ion ini tidak
VI.3. Kadmium
Sifat-sifat kimia kadmium lebih dekat dengan seng daripada merkuri. Sumber utama dari
kadmium di lingkungan berasal dari batubara, seng pertambangan, pemurnian logam dan
tembakau rokok. Sumber kadmium untuk tanah terutama berasal dari udara yang ditanggung
deposisi dari pupuk fosfat komersial, yang mengandung cadmium sebagai unsur alami dari bijih
fosfat. Konsentrasi kadmium akan lebih meningkat dengan penggunaan pupuk dari limbah
Kondisi tanah merupakan faktor utama dalam kasus menyebarnya keracunan kadmium
lingkungan, seperti yang terjadi di lembah Jinzu dari Jepang. Irigasi air diambil dari sungai yang
tercemar oleh penambangan seng dan peleburan kompleks menyebabkan tingginya kadar
kadmium dalam beras. Ratusan orang di daerah tersebut mengidap penyakit tulang degeneratif
yang disebut itai-itai karena gangguan kadmium dengan Ca 2+ deposisi. Tulang-tulang mereka
menjadi keropos. Paparan kronis kadmium telah dikaitkan dengan jantung dan penyakit paru-
paru, penekanan kekebalan tubuh, dan hati dan penyakit ginjal. Kadmium menyerang fungsi
penting dari situs aktif sehingga menghambat enzim. Enzim dihambat oleh Cd 2+ termasuk
Sejak metallothionen terkonsentrasi di ginjal, organ ini akan rusak akibat kelebihan kadmium.
Sisa dari kadmium disimpan dalam tubuh dan terakumulasi dengan faktor usia. Ketika jumlah Cd
2+
berlebihan, maka Cd 2+ akan menggantikan Zn 2+ di situs enzimatik kunci yang menyebabkan
gangguan metabolisme.
VI.4. Arsen
Arsenik dalam air terjadi sebagai akibat dari pembuangan mineral oleh industri akibat
adanya insektisida. As (III) lebih beracun dari As (V), karena ia mengikat lebih mudah untuk
kelompok enzim sulphydryl dan menghambat kerja enzim. Kerja enzim yang dihambat
didasarkan pada inaktivasi piruvat dehidrogenase melalui reaksi kompleks dimana generasi
adenosine trifosfat (ATP) dicegah. Berdasarkan kesamaan dengan fosfor, arsen (III) dapat
mengganggu beberapa proses biokimia yang melibatkan fosfor. Pada generasi ATP, sintesis
dikonversi menjadi lebih mudah bergerak dan beracun serta merupakan turunan metil seperti
asam methylarsenic dan dimetil arsenik asam. Di tempat lain penemuan baru, mengenai
rendahnya tingkat arsenik dapat menghambat reseptor aktivasi yang mengubah banyak gen
yang menekan kanker dan mengatur gula darah dan pada tingkat tinggi diketahui dapat memicu
diabetes serta kanker. Arsenik dalam air minum adalah racun yang bersifat lambat. Gejala
pertama adalah discolourisation kulit. Belakangan ini berkembang menjadi kanker hati dan hati
VI.5. Timbal
Sumber utama timbal berada dalam lingkungan berasal dari knalpot mobil yakni bensin,
penyimpanan baterai, cat dan pipa. Timbal dapat mencemari air, bisa dari timbal yang berbasis
solder yang digunakan dalam pipa dan koneksi pas. Dalam kontak dengan O2-bantalan air,
Tingkat pemutusan timbal adalah sangat tergantung pH. Kelarutan timbal dalam air lebih
tinggi bila dibandingkan dengan air keras yang memiliki pH tinggi. Karbonat yang mengendap
sebagai PbCO3 sedikit larut. Sumber utama lain dari timbal adalah bensin bertimbal di mana
timbal Tetraethyl ditambahkan untuk meningkatkan oktan. Senyawa ini beracun serta mudah
diserap melalui kulit dan dalam hati akan dikonversi ke trialkil-timbal ion, R3Pb+, seperti ion metil
Partikel-partikel halus yang dikeluarkan oleh mobil akan disimpan dalam paru-paru dan
diserap oleh tubuh dengan efisiensi sekitar empat puluh persen. Partikel ini dapat melakukan
perjalanan jauh pada arus udara. Namun sebagian besar partikel mengendap tidak jauh dari
lunak. Timbal disimpan dalam tulang, karena Pb 2+ dan Ca 2+ memiliki kemiripan seperti jari-jari
ionik. Tubuh memelihara sekitar 15-25 mg timbal per 100g dari seluruh darah. Tubuh merespon
setiap peningkatan asupan timbal dengan mengeluarkannya dalam urin sebanyak mungkin dan
sisanya akan disimpan terutama dalam tulang. Jika kadar timbal dalam darah sangat tinggi maka
akan menghambat enzim yang terlibat dalam biosintesis heme, kompleks besi-porfirin yang
Mekanisme biokimia untuk efek timbal pada sel saraf tidak pasti, tetapi penurunan
kecepatan konduksi saraf dapat dideteksi pada darah dengan tingkat timbal yang rendah; tingkat
yang lebih tinggi menyebabkan degradasi saraf. Penelitian telah menunjukkan bahwa timbal
pada tingkat yang sangat rendah (serendah 5mg/dL) dapat menyebabkan penurunan
Mekanisme molekuler toksisitas timbal belum secara tepat dapat diidentifikasi. Mungkin
melibatkan kemampuan timbal untuk mengikat ligan nitrogen dan belerang, sehingga dapat
mengganggu fungsi protein penting seperti ferrochelatase. Dengan injeksi intravena, timbal
dapat dibersihkan dari tubuh yakni dengan memberikan Ca 2+sebagai kompleks, untuk
menghindari pengupasan kalsium atau logam lemah terikat lainnya dari tubuh. Pb2+ sangat
mengikat Ca2+, Ca2+ akan menggantikan Pb2+dan akan menghilangkan Pb2+ secara selektif.
VI.6. Selenium
Selenium tidak banyak digunakan dalam industri. Penggunaan utamanya adalah dalam
pembuatan komponen listrik: sel fotolistrik dan rectifier. Selenium merupakan elemen penting
pada tingkat yang rendah namun bersifat toksik pada konsentrasi yang lebih tinggi. Hal ini
sebanding dengan toksisitas arsenik terhadap manusia dan hewan, sehingga menimbulkan
gejala yang sama. Selenium telah dicurigai sebagai agen karsinogenik. Unsur selenium itu
sendiri dan sedimen logam berat bersifat tidak larut. Unsur selenium tidak cepat teroksidasi dan
perlahan-lahan tersedia untuk tanaman dari tanah. Selenous asam, H2SeO3- sangat mobile di
lingkungan berair dan sudah tersedia untuk tanaman, SeO42- cukup kuat
sebagai agen pengoksidasi dan mudah direduksi ke SeO32- di bawah kondisi lingkungan.
VI.7. Berilium
Sumber utama untuk berilium di lingkungan adalah dari batubara, pembakaran listrik,
nuklir dan industri antariksa. Sebagian besar emisi berilium berbentuk bubuk logam atau
partikulat berilium oksida. Kelebihan berilium merupakan masalah pekerjaan yang sangat serius
yang dapat mempengaruhi selaput lender mata dan paru-paru. Kadar berilium yang rendah dari
0,01 sampai 0,1 mg konsentrasi m-3 akan mengarah ke suatu kondisi kronik yang dikenal
sebagai berylliosis. Berylliosis adalah keracunan sistemik dimulai dengan sesak nafas,
penurunan berat badan dan batuk, dan akhirnya mempengaruhi banyak organ termasuk jantung.
VII.1. Sianida
Akses sianida ke lingkungan melalui debit air dari bilasan air dari operasi plating dan
kilang dan coalcoking air limbah. Garam hidrogen sianida dan sianida, keduanya dengan cepat
bertindak sebagai racun dan bahkan dengan dosis 60 sampai 90 mg cukup untuk membunuh
manusia. Sianida yang beracun bekerja dengan menghambat oksidasi enzim dari O2 yang
mengikat besi (III) dalam enzim oksidase ferritochrome, sehingga mencegah pengurangan zat
besi (II) dalam proses fosforilasi oksidatif di mana O2 digunakan. Yang lebih penting, enzim
dihambat karena oksidase sitokrom besi yang diperlukan untuk bereaksi dengan O2 tidak
terbentuk. Dengan demikian pemanfaatan oksigen dalam sel dicegah dan proses metabolisme
berhenti.
VII.2. Karbonmonoksida
ketika dihirup, melewati paru-paru dan berdifusi langsung ke dalam aliran darah di mana ia
Afinitas CO untuk hemoglobin adalah 210 kali lebih besar dari oksigen. Akibatnya jumlah
hemoglobin yang tersedia untuk membawa oksigen untuk jaringan tubuh sangat berkurang.
Dengan demikian jaringan tubuh akan kehilangan pasokan oksigen dan dapat mengakibatkan
kematian karena kekurangan oksigen. Selain itu, kehadiran COHb dalam darah akan
memperlambat pemisahan tersisa oksihemoglobin, sehingga lebih lanjut O2 dalam jaringan akan
dirampas. Karbon monoksida adalah penyebab umum dari keracunan. Efek racun CO dengan
Nitrogen oksida (N2O) digunakan sebagai gas oksidan dan dalam operasi gigi sebagai
anestesi umum. N2O adalah depresan sistem saraf pusat dan dapat bertindak sebagai
asphyxiant. Nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) adalah dua oksida utama
nitrogen yang mempengaruhi kesehatan manusia, karena dapat mengganggu kesehatan. N2O
NO2 dapat mencapai kelembaban pada alveoli paru-paru. Disana NO2 diubah menjadi
asam nitrit dan asam nitrat yang sangat menjengkelkan dan menyebabkan kerusakan pada
jaringan paru-paru. Biokimia NO2 akan mengganggu dehidrogenase laktat dan beberapa sistem
enzim lainnya. Radikal bebas terutama HO yang mungkin terbentuk dalam tubuh oleh aksi NO2
dan senyawa tersebut mungkin menyebabkan peroksidasi lipid di mana K = C ganda obligasi
dalam tubuh, lipid tak jenuh diserang oleh radikal bebas dan menjalani reaksi berantai di depan
hidrokarbon yang bertindak sebagai inisiator kabut asap fotokimia yang menyebabkan produksi
polutan sekunder seperti oksidan. Oksidan ini yang menyebabkan kerusakan pada kesehatan
manusia.
Perhatian utama SO2 di atmosfer muncul bukan dari SO2, tetapi dari perubahan di
atmosfer seperti pembentukan H2SO4 dan aerosol sulfat. Partikel sulfat dapat masuk ke dalam
paru-paru, menyebabkan masalah kesehatan bahkan lebih parah. SO2 juga dapat sedikit diserap
oleh partikulat seperti garam-garam besi, mangan dan vanadium yang juga bisa masuk dalam
alveoli. Di udara lembab, SO2 akan dioksidasi menjadi H2SO4 dan partikulat ini bertindak sebagai
VII.5. Ozon
Ozon merupakan zat yang sangat reaktif. Hal ini menyebabkan sintetis karet di tingkat
atmosfer retak 0,01-0,02 ppm. Hal ini juga menyerang serat kain dan meningkatkan efek buruk
serat yang terbuat dari nilon kapas, asetat, dan polyester. Memudarnya serat dan retaknya karet
Ozon memiliki beberapa efek toksik. Menghirup ozon pada tingkat 1 ppm menyebabkan
iritasi parah dan sakit kepala dan kadang-kadang menyebabkan edema paru yang parah. Ozon
menghasilkan radikal bebas dalam jaringan. Spesies ini reaktif dan merupakan penyebab
peroksidasi lipid, oksidasi kelompok sulphydryl, dan lainnya yang merusak proses oksidasi.
VII.6. Asbes
"Asbes" adalah istilah industri untuk sejumlah silikat terhidrasi dengan perkiraan rumus
Mg3P(Si2O5) (OH)4. Mereka terpisah menjadi serat fleksibel kuat. Menghirup debu asbes atau
menyebabkan kanker paru. Baris serat dalam membran paru-paru dan perut ini dapat
mengakibatkan mesothelioma serta kanker yang tidak dapat disembuhkan dan berakibat fatal.
VIII.1. Benzene
Benzene ini berasal terutama dari minyak mentah dan secara luas digunakan dalam
minyak bumi, kimia, dan industri manufaktur. Benzene adalah salah satu bahan kimia yang
diklasifikasikan sebagai karsinogen dan sebagai agen penyebab dalam leukemia manusia.
Benzena mudah dihirup dan diserap oleh darah kemudian diambil oleh jaringan lemak. Dalam
hati benzene diubah ke fenol melalui proses reaksi oksidasi. Epoksida benzena adalah
intermediate yang terbentuk dalam reaksi yang diyakini terlibat dalam kerusakan tulang
sumsum. Hal ini merupakan iritan kulit dan dalam jumlah yang tinggi dapat menyebabkan kulit
kemerahan, rasa panas, akumulasi cairan. Diperkirakan penyakit preleukemia, leukemia atau
Dalam banyak aplikasi, benzena dapat digantikan oleh benzenes teralkilasi seperti
toluena yang jauh kurang beracun dari benzena; kelompok alkil dapat segera dioksidasi oleh
enzim dalam hati, memproduksi asam benzoat atau asam terkait yang dapat segera dikeluarkan.
Hipersensitivitas berupa iritasi parah pada selaput lendir dan saluran pencernaan. Individu yang
terkena lebih besar dari 1 ppm formalin menyebabkan beberapa dampak termasuk mengantuk,
mual, sakit kepala, dan penyakit pernapasan. Formaldehid berpotensi sebagai karsinogenik
kronis, bahkan pada dosis rendah akan menimbulkan masalah kesehatan masyarakat.
Toksisitas formaldehida sebagian besar disebabkan produk oksidasi metabolik, asam format.
jaringan yang lembab, terutama mata dan selaput lendir, saluran pernapasan atas. Aldehid yang
kurang larut dapat menembus lebih lanjut ke saluran pernapasan dan mempengaruhi paru-paru.
Asetaldehida cair kurang beracun dari akrolein dan bertindak sebagai iritan, dan sistemik,
sebagai narkotik ke sistem saraf pusat. Menghirup akrolein dapat menyebabkan kerusakan
VIII.3. Fenol
Fenol merupakan polutan umum air dalam limbah industri, terutama dalam efluen dari
kokas-oven dan penyulingan tanaman batubara. Beberapa senyawa fenolik yang lebih penting
adalah:
(1) fenol
(2) O-kresol
(3) m-kresol
(4) p-kresol
(5) 2-naftol
(7) pentaklorofenol.
Group nitro dan atom halogen (terutama klor) terikat pada cincin aromatik yang sangat
mempengaruhi sifat kimia dan toksikologi senyawa fenolik. Keracunan fenol akut dapat
menyebabkan kematian setelah satu setengah jam penggunaan. Hal ini mempengaruhi sistem
saraf pusat dan menyebabkan gangguan pencernaan, fungsi ginjal, kegagalan sistem peredaran
darah, edema paru, dan kejang-kejang. Jumlah fenol yang berlebihan dapat diserap melalui kulit.
Keracunan fenol kronis akan menyebabkan kerusakan pada organ-organ penting seperti limpa,
1. Membudidayakan tanaman air berupa eceng gondok dan tumbuhan berongga lainnya untuk
2. Mengurangi penggunaan bahan tambahan TEL atau mengganti TEL dengan MTBE yang lebih
3. Menggunakan masker saat berkendaraan untuk meminimalisir masuknya logam-logam atau gas-
1. Penggunan penawar racun alami berupa air kelapa dan madu yang dicampur dengan kuning
telur. Penawar racun alami ini tidak mempunyai efek samping dan biasanya digunakan untuk
2. Jika langkah pertolongan pertama masih belum cukup maka sebaiknya ditangani secara medis
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett and Doulls, 1995).
Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada organisme (hewan, tumbuhan,
manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja
efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja
kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-
hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi.
Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama maknanya ini sering sekali
menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik
yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000) dan
Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya
populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan
lingkungan (Butler, 1978). Dengan demikian ekotoksikologi merupakan bagian dari toksikologi
lingkungan. Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari : Proses Modernisasi
yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga harus meningkat, dengan demikian
industrialisasi dan penggunaan energi akan meningkat yang tentunya akan meningkatkan resiko
toksikologis. Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi yang akan
menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang meningkat. Buangan ini tentunya
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan
mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan system
biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek
exposed
) makhluk tadi. Toksikologi merupakan studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-zat
kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian secara kuantitatif
tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta efek yang di timbulkannya. Efek toksik atau
efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan dihasilkan oleh bahan kimia kecuali
bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh
pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama
yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan (pemajanan) terhadap
bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan.
Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi dalam empat kategori:
akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk manusia pemaparan akut biasanya terjadi karena suatu
kecelakaan atau disengaja, dan pemaparan kronik dialami oleh para pekerja terutama di lingkungan
industri-industri kimia. Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek
dari dua atau lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan suatu respons
yang mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik. Karakteristik pemaparan
membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan
toksik
), maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap
mekanisme biologi tertentu pada suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh:
dosis,
konsentrasi racun di reseptor tempat kerja, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau
sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan.
toksik
atau
toksisitas
, maka perlu untuk mengidentifikasi mekanisme biologi di mana efek berbahaya itu timbul.
Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya
menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme.
Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam memperbandingkan satu zat
kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada
zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang informatif, kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan
informasi tentang mekanisme biologi yang sedang dipermasalahkan dan juga dalam kondisi
bagaimana zat kimia tersebut berbahaya. Oleh sebab itu, pendekatan toksikologi seharusnya dari
sudut telaah tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem biologi, dengan penekanan pada
mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan berbagai kondisi di mana efek berbahaya itu terjadi.
Pada umumnya efek berbahaya / efek farmakologik timbul apabila terjadi interaksi antara zat kimia
(tokson atau zat aktif biologis) dengan reseptor. Terdapat dua aspek yang harus diperhatikan dalam
mempelajari interakasi antara zat kimia dengan organisme hidup, yaitu kerja farmakon pada suatu
organisme (aspek farmakodinamik / toksodinamik) dan pengaruh organisme terhadap zat aktif
(aspek farmakokinetik / toksokinetik) aspek ini akan lebih detail dibahas pada sub bahasan kerja
toksik. Telah dipostulatkan oleh Paracelcius, bahwa sifat toksik suatu tokson sangat ditentukan oleh
dosis (konsentrasi tokson pada reseptornya). Artinya kehadiran suatu zat yang berpotensial toksik di
dalam suatu organisme belum tentu menghasilkan juga keracunan. Misal insektisida rumah tangga
(DDT) dalam dosis tertentu tidak akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi manusia, namun
pada dosis tersebut memberikan efek yang mematikan bagi serangga. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi tersebut berada jauh dibawah konsentrasi minimal efek pada manusia. Namun
sebaliknya apabila kita terpejan oleh DDT dalam waktu yang relatif lama, dimana telah diketahui
bahwa sifat DDT yang sangat sukar terurai dilingkungan dan sangat lipofil, akan terjadi penyerapan
DDT dari lingkungan ke dalam tubuh dalam waktu relatif lama. Karena sifat fisiko 3 kimia dari DDT,
mengakibatkan DDT akan terakumulasi (tertimbun) dalam waktu yang lama di jaringan lemak.
Sehingga apabila batas konsentrasi toksiknya terlampaui, barulah akan muncul efek toksik. Efek atau
kerja toksik seperti ini lebih dikenal dengan efek toksik yang bersifat kronis.
Toksin
Clostridium botulinum,
adalah salah satu contoh tokson, dimana dalam konsentrasi yang sangat rendah (10-9 mg/kg berat
badan), sudah dapat mengakibatkan efek kematian. Berbeda dengan metanol, baru bekerja toksik
pada dosis yang melebihi 10 g. Pengobatan parasetamol yang direkomendasikan dalam satu periode
24 jam adalah 4 g untuk orang dewasa dan 90 mg/kg untuk anak-anak. Namun pada penggunaan
lebih dari 7 g pada orang dewasa dan 150 mg/kg pada anak-anak akan menimbulkan efek toksik.
Dengan demikian, resiko keracunan tidak hanya tergantung pada sifat zatnya sendiri, tetapi juga
pada kemungkinan untuk berkontak dengannya dan pada jumlah yang masuk dan diabsorpsi.
Dengan lain kata tergantung dengan cara kerja, frekuensi kerja dan waktu kerja. Antara kerja (atau
mekanisme kerja) sesuatu obat dan sesuatu tokson tidak terdapat perbedaan yang prinsipil, ia hanya
relatif. Semua kerja dari suatu obat yang tidak mempunyai sangkut paut dengan indikasi obat yang
sebenarnya, dapat dinyatakan sebagai kerja toksik. Kerja medriatik (pelebaran pupil), dari sudut
pandangan ahli mata merupakan efek terapi yang dinginkan, namun kerja hambatan sekresi, dilihat
sebagai kerja samping yang tidak diinginkan. Bila seorang ahli penyakit dalam menggunakan zat yang
sama untuk terapi, lazimnya keadaan ini manjadi terbalik. Pada seorang anak yang tanpa
Atropa belladonna
, maka mediaris maupun mulut kering harus dilihat sebagai gejala keracuanan. Oleh sebab itu
ungkapan kerja terapi maupun kerja toksik tidak pernah dinilai secara mutlak. Hanya tujuan
penggunaan suatu zat yang mempunyai kerja farmakologi dan dengan demikian sekaligus
berpotensial toksik, memungkinkan untuk membedakan apakah kerjanya sebagai obat atau sebagai
zat racun. Tidak jarang dari hasil penelitian toksikologi, justru diperoleh senyawa obat baru. Seperti
Digitalis purpurea
dan
lanata,
yaitu diperoleh antikuagulan yang bekerja tidak langsung, yang diturunkan dari zat racun yang
terdapat di dalam semanggi yang busuk. Inhibitor asetilkolinesterase jenis ester fosfat, pada
mulanya dikembangkan sebagai zat kimia untuk perang, kemudian digunakan sebagai insektisida dan
kini juga dipakai untuk menangani glaukoma. Toksikologi modern merupakan bidang yang didasari
oleh multi displin ilmu, ia dengan dapat dengan bebas meminjam bebarapa ilmu dasar, guna
mempelajari interaksi antara tokson dan mekanisme biologi yang ditimbulkan (lihat gambar 1.1).
Ilmu toksikologi ditunjang oleh berbagai ilmu dasar, seperti kimia, biologi, fisika, matematika.
Kimia analisis dibutuhkan untuk mengetahui jumlah tokson yang melakukan ikatan dengan reseptor
sehingga dapat memberikan efek toksik. Bidang ilmu biokimia diperlukan guna mengetahui
informasi penyimpangan reaksi kimia pada organisme yang diakibatkan oleh xenobiotika. Perubahan
biologis yang diakibatkan oleh xenobiotika dapat diungkap melalui bantuan ilmu patologi,
immonologi, dan fisiologi. Untuk mengetahui efek berbahaya dari suatu zat kimia pada suatu
sel, jaringan atau organisme memerlukan dukungan ilmu patologi, yaitu dalam menunjukan wujud
Perubahan biologi akibat paparan tokson dapat termanisfestasi dalam bentuk perubahan sistem
kekebakan (immun) tubuh, untuk itu diperlukan bidang ilmu immunologi guna lebih dalam
mengungkap efek toksik pada sistem kekebalan organisme. Mengadopsi konsep dasar yang
dikemukakan oleh Paracelcius, manusia menggolongkan efek yang ditimbulkan oleh tokson menjadi
konsentrasi batas minimum memberikan efek, daerah konsentrasi dimana memberikan efek yang
menguntungkan (efek terapeutik , lebih dikenal dengan efek farmakologi), batas konsentrasi dimana
sudah memberikan efek berbahaya (konsetrasi toksik), dan konstrasi tertinggi yang dapat
menimbulkan efek kematian. Agar dapat menetapkan batasan konsentrasi ini toksikologi
memerlukan dukungan ilmu kimia analisis, biokimia, maupun kimia instrmentasi, serta hubungannya
dengan biologi. Ilmu statistik sangat diperlukan oleh toksikologi dalam mengolah baik data kualitatif
maupun data kuantitatif yang nantinya dapat dijadikan sebagai besaran ekspresi parameter-
memahami tidak hanya efek bermanfaat zat kimia, tetapi juga efek berbahayanya yang mungkin
diterapkan pada penggunaan terapi. Farmakologi pada umumnya menelaah efek toksik, mekanisme
B.
Melakukan uji toksisitas untuk mendapat informasi yang digunakan untuk mengevaluasi resiko yang
Toksikologi Mekanistik
Menentukan bagaimana zat kimia menimbulkan efek yang merugikan pada organisme hidup
Toksikologi Regulatif
Menentukan apakah suatu obat mempunyai resiko yang rendah untuk dipakai sebagai tujuan terapi
Toksikologi Forensik
Mempelajari aspek hukum kedokteran akibat penggunaan bahan kimia berbahaya dan membantu
Toksikologi Klinik
Mempelajari gangguan yang disebabkan substansi toksik, merawat penderita yang keracunan dan
Toksikologi Kerja
Mempelajari bahan kimia pada tempat kerja yang membahayakan pekerja dalam
Toksikologi Lingkungan
Mempelajari dampak zat kimia yang berpotensi merugikan sebagai polutan lingkungan
Ekotoksikologi
Toksikologi Ekperimental :
Pemakaian obat secara kronik (anti hipertensi, obat TBC, kontrasepsi), harus disertai data
karsinogenik dan teratogenik dari obat tersebut Pemakaian obat dalam waktu pendek (obat cacing),
C.
MODEL MASUK DAN DAYA KERACUNAN
Racun
adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam
tubuh dalam jumlah yang relative kecil dapat mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya
rekasi kimia (Brunner & Suddarth, 2001). Arti lain dari racun adalah suatu bahan dimana ketika
diserap oleh tubuh organisme makhluk hidup akan menyebabkan kematian atau perlukaan (Muriel,
1995). Racun dapat diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau melalui rute lainnya.
Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat, lambat, atau secara kumulatif.
Keracunan
dapat diartikan sebagai setiap keadaan yang menunjukkan kelainan multisystem dengan keadaan
pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap kepada si sakit langsung melalui alat
) dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dank arena kesengajaan merupakan kondisi bahaya
1.
a.
Self poisoning Pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosis yang berlebih tetapi
dengan pengetahuan bahwa dosis ini tak membahayakan. Pasien tidak bermaksud bunuh diri tetapi
Attempted Suicide Pada keadaan ini pasien bermaksud untuk bunuh diri, bisa berakhir dengan
kematian atau pasien dapat sembuh bila salah tafsir dengan dosis yang dipakai c.
Accidental poisoning Keracunan yang merupakan kecelakaan, tanpa adanya factor kesengajaan
d.
Homicidal poisoning Keracunan akibat tindakan kriminal yaitu seseorang dengan sengaja meracuni
orang lain.
2.
Keracunan kronik
pajanan.
Gejala dapat timbul secara akut setalah pemajanan berkali-kali dalam dosis relative kecil ciri
khasnya adalah zat penyebab diekskresikan 24 jam lebih lama dan waktu paruh lebih panjang
sehingga terjadi akumulasi. Keracunan ini diakibatkan oleh keracunan bahan-bahan kimia dalam
dosis kecil tetapi terus menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam jangka panjang (minggu,
bulan, atau tahun). Misalnya, menghirup uap benzene dan senyawa hidrokarbon terkklorinasi (spt.
Kloroform, karbon tetraklorida) dalam kadar rendah tetapi terus menerus akan
menimbulkan penyakit hati (lever) setelah beberapa tahun. Uap timbal akan menimbulkan
b.
Keracunan akut
Biasanya terjadi mendadak setelah makan sesuatu, sering mengenai banyak orang (pada keracunan
dapat mengenai seluruh keluarga atau penduduk sekampung ) gejalanya seperti sindrom penyakit
muntah, diare, konvulsi dan koma. Keracunan ini juga karena pengaruh sejumlah dosis tertentu yang
akibatnya dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu pendek. Contoh, keracunan fenol menyebabkan
diare dan gas CO dapat menyebabkan hilang kesdaran atau kematian dalam waktu singkat.
3.
Pada jenis ini, keracunan digolongkan berdasarkan organ yang terkena, contohnya racun hati, racun
4.
Menurut jenis bahan kimia
Golongan zat kimia tertentu biasanya memperlihatkan sifat toksik yang sama, misalnya golongan
alcohol, fenol, logam berat, organoklorin dan sebagainya. Keracunan juga dapat disebabkan oleh
kontaminasi kulit (luka bakar kimiawi), melalui tusukan yang terdiri dari sengatan serangga (tawon,
kalajengking, dan laba-laba) dan gigitan ular, melalui makanan yaitu keracunan yang disebabkan
oleh
perubahan kimia (fermentasi) dan pembusukan karena kerja bakteri (daging busuk) pada bahan
makanan, misalnya ubi ketela (singkong) yang mengandung asam sianida (HCn), jengkol, tempe
bongkrek, dan racun pada udang maupun kepiting, dan keracunan juga dapat disebabkan karena
Amphetamine
), depresan (
Barbiturate
alcohol.
Racun yang sering menyebabkan keracunan dan simptomatisnya: Asam kuat (nitrit, hidroklorid,
sulfat) Terbakar sekitar mulut, bibir, dan hidung Anilin (hipnotik, notrobenzen) Kebiruan *gelap*
pada kulit wajah dan leher Asenik (metal arsenic, mercuri, tembaga, dll) Umumnya seperti diare
Atropine (belladonna), Skopolamin Dilatasi pupil Basa kuat (potassium, hidroksida) Terbakar sekitar
mulut, bibir, dan hidung Asam karbolik (atau fenol) Bau seperti disinfektan Karbon monoksida Kulit
merah cerry terang Sianida Kematian yang cepat, kulit merah, dan bau yang sedap Keracunan
makanan Muntah, nyeri perut Nikotin Kejang-kejang *konvulsi* Opiat Kontraksi pupil Asam oksalik
kejang konvulsi
Striknin
hari bekerja, atau kontak dengan zat kimia, kita sadar dan tahu bahkan menyadari bahwa setiap zat
kimia adalah beracun, sedangkan untuk bahaya pada kesehatan sangat tergantung pada jumlah zat
kimia yang masuk kedalam tubuh. Seperti garam dapur, garam dapur merupakan bahan kimia yang
setiap hari kita konsumsi namun tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Namun, jika kita
terlalu banyak mengkonsumsinya, maka akan membahayakan kesehatan kita. Demikian juga
obat yang lainnya, akan menjadi sangat bermanfaat pada dosis tertentu, jangan terlalu banyak
ataupun sedikit lebih baik berdasarkan resep dokter. Bahan-bahan kimia atau zat racun dapat masuk
Melalui mulut atau tertelan bisa disebut juga per-oral atau ingesti. Hal ini sangat jarang terjadi
kecuali kita memipet bahan-bahan kimia langsung menggunakan mulut atau makan dan minum di
laboratorium. 2.
Melalui kulit. Bahan kimia yang dapat dengan mudah terserap kulit ialah aniline, nitrobenzene, dan
asam sianida. 3.
Melalui pernapasan (inhalasi). Gas, debu dan uap mudah terserap lewat pernapasan dan saluran ini
(klor) memberikan efek setempat pada jalan pernapasan. Sedangkan HCN, CO, H
S, uap Pb dan Zn akan segera masuk ke dalam darah dan terdistribusi ke seluruh organ-organ tubuh.
4.
a)
1.
Super Toksik : Struchnine, Brodifacoum, Timbal, Arsenikum, Risin, Agen Oranye, Batrachotoxin,
2.
3.
4.
Kurang Toksik :Benzene hexachloride (BHC) Dalam obat-obatan, penggolongan daya racun yaitu
No. Kriteria Toksik Dosis 1. Super Toksik > 15 G/KG BB 2. Toksik Ekstrim 5
50 MG/KG BB
D.
Untuk mengerahkan efek toksik, agen harus dapat mencapai jaringan rentan, organ, sel, atau
kompartemen selular sub atau struktur dalam konsentrasi yang cukup pada waktu yang memadai
pula. Artinya, suatu paparan atau dosis yang tepat diperlukan. Dosis kecil alkohol tidak akan ada
pengaruhnya, tetapi dosis besar selama waktu yang lama dapat mempengaruhi organ rentan seperti
hati dan akhirnya menyebabkan sirosis. Dosis optimal dari parasetamol akan menghilangkan rasa
sakit, tetapi dosis yang melebihi jumlah ini dapat menyebabkan kerusakan hati. Di sisi lain, jumlah
yang jauh lebih rendah daripada dosis yang optimal tidak akan memberikan berpengaruh sama
sekali. Gangguan toksik (keracunan) dari bahan kimia terhadap tubuh berbeda-beda. Misalnya CCL
4
dan benzene dapat menimbulkan kerusakan pada hati ; metal isosianat dapat menyebabkan
kebutaan dan kematian ; senyawa merkuri dapat menimbulkan kelainan genetic atau keturunan ;
dan banyak senyawa organic yang mengandung cincin benzene, senyawa nikel dan krom dapat
bersifat karsinogenik atau penyebab kanker. Gangguan-gangguan tersebut diatas sangat tergantung
pada kondisi kesehatan orang yang terpaparnya. Kondisi badan yang sehat dan makan yang bergizi
akan mudah mengganti kerusakan sel-sel akibat keracunan. Sebaliknya kondisi badan yang kurang
Dalam sebuah buku forensik medis yang ditulis oleh JL Casper, racun diklasifikasikan menjadi 5
golongan, yaitu:
a)
Racun iritan
, yaitu racun yang menimbulkan iritasi dan radang. Contohnya asam mineral, fungi beracun, dan
preparasi arsenik. b)
, yang terbukti dapat berakibat fatal pada otak, paru-paru, dan jantung. Contohnya opium,
, dengan meracuni darah, organ pusat saraf dapat lumpuh dan menimbulkan akibat yang fatal
seperti kematian tiba-tiba. Contohnya asam hidrosianat, sianida seng, dan kloroform. d)
, biasanya bersifat kronis dan dapat berakibat fatal bagi kesehatan secara perlahan. Contohnya
Marasmus
adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk paling sering ditemui pada balita
penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang sangat kurang, infeksi, pembawaan lahir,
Marasmus
sering dijumpai pada anak berusia 0 - 2 tahun dengan gambaran sbb: berat badan kurang dari 60%
berat badan sesuai dengan usianya, suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang,
dinding perut hipotonus dan kulitnya melonggar hingga hanya tampak bagai tulang terbungkus kulit,
tulang rusuk tampak lebih jelas atau tulang rusuk terlihat menonjol, anak menjadi berwajah lonjong
dan tampak lebih tua (old man face)), Otot-otot melemah, atropi, bentuk kulit berkeriput bersamaan
dengan hilangnya lemak subkutan, perut cekung sering disertai diare kronik (terus menerus) atau
), dapat berupa racun makanan yang pada keadaan tertentu menimbulkan sakit Pyaemia (atau
pyemia) dan tipus pada hewan ternak. Racun dapat dikelompokkan atas dasar organ yang
diserangnya. Klasifikasi ini digunakan oleh para ahli superspesialis organ target tersebut. Dalam
klasifikasi ini, racun dinyatakan sebagai racun yang, - Hepatotoksik atau beracun bagi hepar/hati -
Nefrotoksik atau beracun bagi nefron/ginjal - Neurotoksik atau beracun bagi neuron/saraf -
Hermatotoksik atau beracun bagi darah/sistem pembentukan sel darah - Pneumotoksik atau
beracun bagi pneumon/paru-paru Klasifikasi atas dasar organ target ini sering digunakan karena sifat
kimia-fisika racun yang berbeda dengan racun biologis ataupun kuman patogen.
Beberapa substansi dapat mengganggu respirasi sel, dapat menyebabkan gangguan ventilasi paru-
paru atau sirkulasi otak yang dapat menjadikan kerusakan irreversible dari saraf pusat. Substansi itu
Racun Jantung (kardiotoksik) Beberapa obat dapat menyebabkan kelainan ritme jantung sehingga
hilangnya sebagian sel hati, menyebabkan tubuh lebih rentan terhadap aksi biologi senyawa lain.
Zat-zat toksis digolongkan dengan cara-cara yang bermacam-macam tergantung pada minat dan
kebutuhan dari yang menggolongkannya. Sebagai contoh, zat-zat toksis dibicarakan dalam kaitannya
dengan organ-organ sasaran dan dikenal sebagai racun liver, racun ginjal penggunaannya dikenal
sebagai pestisida, pelarut, bahan additif pada makanan dan lain-lain dan kalau dihubungkan ke
sumbernya dikenal sebagai toksin binatang dan tumbuhan kalau dikaitkan dengan efek-efek mereka
dikenali sebagai karsinogen, mutagen dan seterusnya. Agent-agent toksis bisa juga
digolongkan berdasarkan:
Sifat fisik : gas, debu, logam-logam, radiasi, panas, debu, getaran dan suara.
atas dasar mekanisme kerja biokimianya (inhibitor-inhibitor sulfhidril, penghasil met Hb) biasanya
lebih memberi penjelasan dibanding penggolongan oleh istilah-istilah umum seperti iritasi
dan korosif, tetapi penggolongan- penggolongan yang lebih umum seperti pencemar udara, agen
yang berhubungan dengan tempat kerja, dan racun akut dan kronis dapat menyediakan satu sentral
Agen kimia dapat berupa alami atau sintetik. Bahan kimia sintetik dikategorikan ke dalam beberapa
kelas-biasanya terkait dengan kegiatan atau termasuk paparan zat farmasi, bahan tambahan
makanan, pestisida, bahan kimia industri, dan bahan kimia dalam negeri. Bahan kimia alami meliputi
berbagai zat yang biasanya ditemukan di lingkungan, seperti arsenik, timbal dan biologi berasal dari
alkaloid pyrrolizidine
komprei
glikosida
jantung pada oleander dan morfin dalam tanaman opium. Contoh racun hewan adalah racun-racun
yang dihasilkan oleh berbagai spesies hewan darat dan laut, seperti platypuses, ular, laba-laba, lebah
Botulinum toksin
dan
enterotoksin stafilokokal
adalah contoh dari racun mikroba, sedangkan aflatoksin adalah contoh dari racun jamur.
Untuk mengerahkan efek toksik, agen harus dapat mencapai jaringan rentan, organ, sel, atau
kompartemen selular sub atau struktur dalam konsentrasi yang cukup pada waktu yang memadai
pula. Artinya, suatu paparan atau dosis yang tepat diperlukan. Dosis kecil alkohol tidak akan ada
pengaruhnya, tetapi dosis besar selama waktu yang lama dapat mempengaruhi organ rentan seperti
hati dan akhirnya menyebabkan sirosis. Dosis optimal dari parasetamol akan menghilangkan rasa
sakit, tetapi dosis yang melebihi jumlah ini dapat menyebabkan kerusakan hati. Di sisi lain, jumlah
yang jauh lebih rendah daripada dosis yang optimal tidak akan memberikan berpengaruh sama
sekali.
SASARAN ORGAN
Kepekaan Organ
Neuron dan otot jantung sangat bergantung pada adenosis trifosfat (ATP), yang dihasilkan oleh
oksidasi mitokondria; kapasitasnya dalam metabolisme anaerobik juga kecil, dan ion bergerak
dengan cepat melalui membran sel. Maka jaringan itu sangat peka terhadap kekurangan oksigen
yang timbul karena gangguan sistem pembuluh darah atau hemoglobin (misalnya, keracunan CO).
Sel-sel yang membelah cepat, seperti sel-sel di sumsum tulang dan mukosa usus, sangat peka
Saluran napas dan kulit merupakan organ sasaran bagi toksikan yang berasal dari industri dan
lingkungan karena di sinilah terjadi penyerapan. Berdasarkan satuan berat, volume darah di hati dan
ginjal paling tinggi. Akibatnya mereka paling banyak terpajan toksikan. Lagi pula, fungsi metabolisme
dan ekskresi pada kedua organ ini lebih besar, sehingga keduanya lebih peka terhadap toksikan.
Ambilan Selektif
Beberapa sel tertentu mempunyai afinitas yang tinggi terhadap zat kimia tertentu. Contohnya, pada
saluran napas, sel-sel epitel alveolus tipe I dan II yang mempunyai sistem ambilan aktif untuk
poliamin endogen, akan menyerap parakuat, yang struktur kimianya mirip. Proses ini dapat
Biotransformasi
Akibat bioaktivasi, terbentuk metabolit yang reaktif. Proses ini biasanya membuat sel-sel di dekatnya
menjadi lebih rentan. Karena merupakan tempat utama biotransformasi, hati rentan terhadap
Mereka terutama mengalami bioaktivasi di hati, namun banyaknya enzim detoksikasi di tempat itu
serta banyaknya tempat pengikatan yang reaktif, mencegah munculnya tanda-tanda keracunan yang
nyata. Di sisi lain, jaringan otak memiliki enzim-enzim bioaktivasi yang jauh lebih sedikit, akan tetapi
karena bioaktivasi tersebut terjadi di dekat tempat sasaran yang kritis, yakni sinaps, manifestasi
toksik yang paling menonjol dalam kelompok toksikan ini tampak pada sistem saraf.
Mekanisme pemulihan
Suatu toksikan dapat mempengaruhi organ tertentu akibat tidak adanya mekanisme pemulihan.
Contohnya MNU menyebabkan berbagai tumor pada tikus terutama di otak, kadang-kadang di
E.
Eksposur bisa dikatakan akut, kronis, sub akut dan sub kronis. Tingkatan akut mengacu pada
eksposur tunggal, seperti overdosis obat kronis yang sementara berlaku paparan untuk eksposur
yang berulang-ulang selama jangka waktu lama (lebih dari tiga bulan). Sub akut berlaku untuk
paparan berulang (sampai satu bulan), dan kronis sub selama periode antara (yaitu, satu sampai tiga
bulan). Contoh:
http://nanjatogawa.blogspot.co.id/2012/02/sistem-pengolahan-cairan-air-lindi-dan.html