Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Trombosit

2.1.1 Pengertian Trombosit

Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit

diaktifkan setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia (Tarwoto, 2008).

Trombosit juga disebut platelet atau keping yang merupakan sel-sel berbentuk

oval kecil yang dibuat di sumsum tulang. Trombosit bertahan hidup hanya sekitar

9 hari dalam aliran darah dan secara konstan akan digantikan oleh sel-sel baru.

Protein penting yang disebut faktor pembekuan sangat penting untuk proses

pembekuan. Kendati trombosit sendiri bisa menutup kebocoran pembuluh darah

kecil dan untuk sementara menghentikan atau memperlambat pendarahan, dengan

adanya faktor pembekuan darah menghasilkan penggumpalan yang stabil

(Sridianti, 2013).

Trombosit dihasilkan di dalam sumsum tulang dengan cara melepaskan diri

(fragmentasi) dari perifer sitoplasma sel induknya (megakariosit) melalui

rangsangan trombopoetin. Megakariosit berasal dari megakarioblas yang timbul

dari proses diferensiasi sel asal hemapoetik Precursor mieloid paling awal yang

membentuk megakariosit. Megakariosit matang, dengan proses replikasi

endomitotik inti secara sinkron, volume, sitoplasmanya bertambah besar pada

waktu jumlah inti bertambah dua kali lipat. Biasanya pada keadaan 8 inti,

replikasi inti lebih lanjut dan pertumbuhan sel berhenti, sitoplasma menjadi

granular dan selanjutnya trombosit dibebaskan. Setiap megakariosit menghasilkan

5
6

sekitar 4000 trombosit. Pada manusia interval waktu dari diferensiasi sel asal

sampai dihasilkan trombosit kurang lebih 10 hari. Umur trombosit normal 7 – 10

hari, diameter trombosit rata-rata 1-2 µm dan volume sel rata-rata 5,8 fl. Hitung

trombosit normal sekitar 150 – 400 x 103/µl (Rahayu, 2016).

2.1.2 Fungsi Trombosit

Trombosit berperan penting dalam mengontrol perdarahan. Apabila terjadi

cidera vaskuler, trombosit mengumpul pada tempat cedera tersebut. Fungsi utama

trombosit adalah pembentuk sumbatan mekanis selama respon haemostatis normal

terhadap luka vascular. Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan

melalui pembuluh darah kecil. Jika terjadi luka, maka trombosit akan pecah

apabila menyentuh area yang mengalami cidera. Saat proses perpecahan tersebut,

trombosit akan mengeluarkan enzim yang bernama trombokinase. Enzim

trombokinase ini nantinya akan memicu perubahan pada protrombin agar menjadi

trombin. Perubahan tersebut dibantu oleh ion kalsium. Tahap selanjutnya, trombin

akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang akan menutup luka (Suharyanti,

2015).

2.1.3 Dampak Kekurangan Trombosit

Menurut Muhlisin (2006), ketika trombosit menurun, ada beberapa risiko

yang harus diwaspadai dan berikut penyakit dengan trombosit rendah.

1) Penyakit typhus

Trombosit yang turun akan menjadi bahaya karena terlalu rendah di dalam

tubuh menjadi bahaya karena otomatis akan membuat manusia mengalami typhus.
7

Penyakit typhus adalah salah satu dari sejumlah bahaya turunnya trombosit,

karena saat trombosit turun, itu artinya sedang ada infeksi pada tubuh.

2) Memar

Bahaya ini biasanya terjadi pada anak dimana akan muncul bintik-bintik pada

kulitnya. Bila anda perhatikan, ada juga memar-memar yang bentuknya kecil

namun bewarna kemerahan.

3) Pendarahan di lambung

Pada anak, jika trombosit menurun, maka bahayanya adalah terjadi

pendarahan di lambung dimana juga biasa terjadi pada bagian usus. Hal ini akan

kemudian membuat anak mengalami muntah dan saat buang air besar, tinja yang

keluar berwarna hitam.

4) Pendarahan di hidung dan gusi

Pendarahan tak hanya bisa terjadi di bagian lambung maupun usus, untuk

anak yang mengalami penurunan trombosit, dapat terjadi mimisan. Pendarahan

dari hidung tidaklah satu-satunya, karena pendarahan pun dapat terjadi di bagian

gusi maupun perangkat akses vena sentral. Pendarahan juga sulit untuk dihentikan

setelah tekanan diterapkan sekitar 5-10 menit.

5) Demam Berdarah

Salah satu bahaya yang kerap dikaitkan dengan trombosit rendah adalah

penyakit demam berdarah. Terjadi kerusakan trombosit yang berhubungan dengan

infeksi demam berdarah dan kondisi ini sangat terkenal ditengah masyarakat kita.
8

6) Anemia Aplastik

Bahaya lainnya akan kekurangan trombosit adalah anemia aplastik di mana

hal ini akan terjadi apabila sel yang memproduksi darah merah pada bagian

sumsum tulang belakang pada kondisi ini menjadi kosong ini karena leukosit pun

juga berkurang menyertai rendahnya trombosit sehingga perlu berhati-hati jika

mengalami anemia aplastik.

7) Leukimia

Bahaya dari berkurangnya trombosit adalah leukemia atau kanker darah di

mana gejala dari penyakit ini cukup mirip dengan demam berdarah. Penyakit ini

adalah salah satu penyakit mematikan di mana dua organ penting tubuh manusia

yang akan terserang, yakni bagian sumsum tulang dan juga jaringan getah bening.

Saat keadaan normal, sel-sel yang ada pada tubuh akan melakukan pembelahan

diri sehingga terbentuklah sel-sel baru sebagai pengganti sel-sel lama, tua dan

telah mati.

8) Mielofibrosis

Bahaya dari turunnya atau rendahnya trombosit adalah mielofibrosis di mana

ini adalah kondisi kesehatan yang terganggu akibat adanya jaringan parut atau

fibrosis yang muncul di sumsum tulang. Produksi sel darah yang terpengaruh akan

membuat gejala-gejala seperti pendarahan abnormal, cepat lelah, tubuh yang

lemah, serta anemia. Pada stadium dini, penanganan yang bisa dilakukan adalah

dengan kemoterapi, analgesik, serta transfusi darah.


9

9) Penyakit ITP atau Immunologic Thrombocytopenia Purpura

Penyakit auto-imun ini akan menimbulkan gejala seperti bercak pendarahan

yang terlihat di permukaan kulit. Trombosit yang berkurang ini diakibatkan oleh

adanya mekanisme imunologi dimana trombosit terkena serangan zat anti yang

dibentuk oleh tubuh.

10) DIC atau Disseminated Intravascular Coagulation

Bahaya kasus ini akan muncul terutama bagi seseorang dengan kondisi

dimana darah terinfeksi oleh kuman pun dapat beresiko mengalami bahaya ini.

11) Pendarahan Sulit Berhenti

Karena trombosit memiliki peran untuk membantu pembentukan bekuan

darah supaya jika terjadi perdarahan dapat segera dihentikan. Jika trombosit

menjadi turun, bahayanya adalah ketika mengalami pendarahan dan ini akan sulit

berhenti. Fungsi utama dari trombosit telah rusak apabila menjadi kurang, oleh

karena itulah mengapa fungsi trombosit ini perlu dan penting untuk

dipertahankan.

Pendarahan bisa terjadi secara berlebihan, dan bahkan dapat dialami secara

internal atau di organ dalam seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Untuk

pemulihannya pun akan berangsur lama sehingga penyebab turunnya trombosit

perlu dibatasi lebih dulu dengan menaikkannya supaya kondisi pendarahan akan

membaik dengan cepat.

2.1.4 Arti Klinis Trombosit

Menurut Kemenkes (2011), trombosit memiliki nilai normal 170 – 380 x

103/mm3 atau dalam Standar Intrenasional (SI) yaitu 170 – 80 x 109/L.


10

1) Implikasi Klinik

a. Trombositosis berhubungan dengan kanker, splenektomi, polistemia vera,

trauma, sirosis, myelogeneus, stres dan atrhritis reumatoid.

b. Trombositopenia berhubungan dengan idiopatik trombositopenia purpura

(ITP), anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia, multiple

myeloma dan multipledysplasia syndrom.

c. Obat seperti heparin, kinin, antineoplastik, penisilin, asam valproat dapat

menyebabkan trombositopenia.

d. Penurunan trombosit di bawah 20.000 berkaitan dengan perdarahan

spontan dalam jangka waktu yang lama, peningkatan waktu perdarahan

petekia/ekimosis.

e. Asam valproat menurunkan jumlah trombosit tergantung dosis.

f. Aspirin lebih mempengaruhi fungsi trombosit daripada jumlah trombosit.

2) Faktor Penganggu

a. Jumlah trombosit umumnya meningkat pada dataran tinggi; seperti

olahraga, trauma atau dalam kondisi senang, dan dalam musim dingin.

b. Nilai trombosit umumnya menurun sebelum menstruasi dan selama

kehamilan

c. Clumping trombosit dapat menurunkan nilai trombosit

d. Kontrasepsi oral menyebabkan sedikit peningkatan.

3) Hal yang harus diwaspadai

a. Pada 50% pasien yang mengalami peningkatan trombosit ditemukan

keganasan
11

b. Pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah trombosit yang ekstrim

(>1000 x 103/mm3) akibat gangguan myeloproliferatif, lakukan penilaian

penyebab abnormalnya fungsi trombosit.

c. Nilai kritis: penurunan trombosit hingga < 20 x 103/mm3 terkait dengan

kecenderungan pendarahan spontan, perpanjangan waktu perdarahan,

peteki dan ekimosis.

d. Jumlah trombosit > 50 x 103/mm3 tidak secara umum terkait dengan

perdarahan spontan.

2.1.5 Hitung Trombosit

Salah satu pemeriksaan laboratorium pada trombosit adalah hitung jumlah

trombosit. Namun trombosit sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sulit

dibedakan dengan kotoran kecil. Trombosit dapat dihitung dengan beberapa cara

yaitu cara langsung dengan larutan Rees Ecker, ammonium oksalat 1%, ataupun

dengan menggunakan cara automatic. Jumlah trombosit dalam keadaan normal

adalah 150.00-450.000 per ul darah (Gandasoebrata, 2010).

2.1.6 Metode Pemeriksaan Trombosit

2.1.6.1 Cara Langsung

a. Larutan Rees Ecker

Darah diencerkan dengan larutan yang terdiri dari BCB (Brilliant Cresyl

Blue), sehingga trombosit akan terwarnai terang kebiruan, tapi eritrosit tidak

dilisiskan (Gandasoebrata, 2010).


12

b. Larutan Amonium Oksalat 1%

Darah diencerkan ammonium oksalat 1% yang melisiskan sel darah merah.

Trombosit dihitung dengan hemositometer dan mikroskop fase kontras.

(Gandasoebrata, 2010).

2.1.6.2 Cara Tak Langsung

Pemeriksaan ini untuk menghitung trombosit tak langsung. Mula-mula

diambil darah kapiler di ujung jari, kemudian dibuat Sediaan Apus Darah Tepi

(SADT) dan dilakukan pengecatan giemsa. Jumlah trombosit dihitung dalam 1000

eritrosit (Gandasoebrata, 2010).

Sediaan apus darah tepi adalah suatu cara yang sampai saat ini masih

digunakan pada pemeriksaan di laboratorium. Prinsip pemeriksaan sediaan apus

ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass, kemudian

dilakukan pengecatan dan diperiksa dibawah mikroskop. Guna pemeriksaan

apusan darah:

1. Evaluasi morfologi dari sel darah tepi (eritrosit, trombosit, dan leukosit)

2. Memperkirakan jumlah leukosit dan trombosit

3. Identifikasi parasit (misal : malaria. Mikrofilaria, dan Trypanosoma).

Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

unsur sel darah tepi seperti eritosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya

parasit seperti malaria, tripanasoma, mikrofilaria dan lain sebagainya. Sediaan

apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat mutlak untuk

mendapatkan hasil yang baik (Suharyanti, 2015).


13

Menurut Rosmalia (2010), sediaan apus darah tepi dapat diwarnai dengan

berbagai macam metode termasuk larutan-larutan yang sederhana antara lain:

pewarnaan Giemsa, pewarnaan acid fast, pewarnaan gram, pewarnaan wright, dan

lain-lain. Pewarnaan Giemsa disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode

pewarnaan ini banyak digunakan untuk mempelajari morfologi sel-sel darah, sel-

sel liem, sel-sel sumsum dan juga untuk mengidentifikasi parasit-parasit darah

misal Tripanosoma, dan lain-lain dari golongan protozoa.

Pewarnaan Giemsa (Giemsa Stain) adalah teknik pewarnaan untuk

pemeriksaan mikroskopis yang namanya diambil dari seorang peneliti malaria

yaitu Gustav Giemsa. Pewarnaan ini digunakan untuk pemeriksaan sitogenetik

dan untuk diagnosis histopatologis parasit malaria dan juga parasit jenis lainnya.

Dasar dari pewarnaan Giemsa adalah presipitasi hitam yang terbentuk dari

penambahan larutan metilen biru dan eosin yang dilarutkan di dalam metanol.

Yaitu dua zat warna yang berbeda yaitu Azur B ( Trimetiltionin ) yang bersifat

basa dan eosin y ( tetrabromoflurescin ) yang bersifat asam seperti kromatin, DNA

dan RNA. Sedangkan eosin y akan mewarnai komponen sel yang bersifat basa

seperti granula, eosinofil dan hemoglobin. Ikatan eosin y pada azur B yang

beragregasi dapat menimbulkan warna ungu, dan keadaan ini dikenal sebagai efek

Romanowsky giemsa. Efek ini terjadi sangat nyata pada DNA tetapi tidak terjadi

pada RNA sehingga akan menimbulkan kontras antara inti yang berwarna dengan

sitoplasma yang berwarna biru.


14

2.1.6.3 Cara Otomatis

Penghitungan jumlah trombosit secara langsung dengan menggunakan alat

hitung otomatis ( Sysmex XN-1000 ) yang prinsipnya adalah flowcytometri,

metode pengukuran (metri) jumlah dan sifat-sifat sel (cyto) yang dibungkus oleh

aliran cairan (flow) melalui celah sempit yang ditembus oleh seberkas sinar laser.

Setiap sel yang melewati berkas sinar laser menimbulkan sinyal elektronik yang

dicatat oleh instrumen sebagai karakteristik sel bersangkutan.teknik ini berdasar

pengukuran besarnya resistensi elektronik antara dua elektrode. Alat tersebut

mempunyai keuntungan tidak melelahkan petugas laboratorium, jika harus banyak

melakukan pemeriksaan hitung trombosit. Selain itu, alat hitung otomatis

memberikan keuntungan lain dengan adanya tampilan flag yang menunjukkan hal

– hal yang perlu mendapat perhatian. Cara otomatis menggunakan sampel darah

EDTA. Teknik hitung trombosit dengan metode otomatis (Sysmex XN-1000)

banyak digunakan di laboratorium – laboratorium besar (rujukan). Pada cell

counter automatic masih terdapat kelemahan apabila ada trombosit yang

bergerombol, trombosit besar (giant) serta adanya kotoran, pecahan eritrosit,

pecahan leukosit tidak dapat terdeteksi atau tidak dapat dibedakan. Teknik ini

pada keadaan tertentu dapat memberikan hasil rendah palsu atau tinggi palsu. Hal

– hal yang menyebabkan hasil rendah palsu antara lain : platelet cold aglutinin,

protein plasma pada paraproteinemia, kontak trombosit pada permukaan benda

asing, giant trombocyte, lipemia, platelet satellitism, dan clumping trombocyte. (

Wulandari, A. & Zulaikah, S., 2012).


15

2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Trombosit

Menurut Evelyn (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan

jumlah trombosit antara lain:

a. Faktor Patologis

Nilai trombosit menjadi rendah

1) Perbandingan volume darah dengan antikoagulan tidak sesuai dapat

menyebabkan kesalahan pada hasil

a) Volume terlalu sedikit, sel-sel eritrosit mengalami krenasi, sedangkan

trombosit membesar dan mengalami disintegrasi. Dapat diartikan jumlah

trombosit akan menurun.

b) Volume terlalu banyak dapat terbentuknya gumpalan yang akan

berakibat menurunnya jumlah trombosit.

2) Pemeriksaan jumlah hitung trombosit yaitu penundaan pemeriksaan lebih dari

1 jam menyebabkan penurunan jumlah trombosit.

3) Penggunaan darah kapiler cenderung lebih rendah.

4) Pengambilan sampel darah yang lambat menyebabkan trombosit saling

melekat sehingga jumlahnya menurun palsu.

5) Tidak segera mencampur darah dengan antikoagulan atau pencampuran yang

kurang adekuat juga dapat menyebabkan agregasi trombosit, bahkan menjadi

bekuan.

6) Kesalahan pada saat pengambilan darah vena.

b. Faktor Teknis

1) Pra Analitik
16

Persiapan pasien, persiapan pengumpulan sampel, dan pengambilan

specimen.

2) Analitik

Pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan dan kalibrasi alat, kualitas reagen,

dan pemeriksaan sampel

3) Pasca Analitik

Kegiatan pencatatan dan pelaporan hasil di laboratorium.

2.2 Kerangka Konsep

Variabel Dependen Variabel Independen


Metode Otomatis
Trombosit rendah
Sediaan Apus Darah Tepi
(SADT)
17

2.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Hasil Skala


Cara Ukur Alat Ukur
Penelitian Operasional Ukur Ukur
Variabel Dependen
Trombosit Kondisi sampel Cara - Sediaan Per- Ordinal
Rendah (pasien) dengan manual dan Apus mm3
jumlah trombosit otomatis Darah
dibawah Tepi
100.000/mm3 - Sysmex

Variabel Independen
Metode Perhitungan Perhitungan Cell Per- Ordinal
Otomatis trombosit secara dengan alat counter mm3
(Sysmex) langsung dengan otomatis automatic
menggunakan alat
otomatis
Sediaan Perhitungan Perhitungan Mikroskop Per- Ordinal
Apus trombosit yang dengan cara mm3
Darah Tepi menggunakan manual
sediaan apus pada
object glass yang
diwarnai dengan
giemsa

Anda mungkin juga menyukai