Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Toksin adalah zat atau bahan yng bila masuk kedalam melalui mulut, hidung
(inhalasi), suntikan dan absorpsi melalui kulit, atau digunakan terhadap organisme
hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau menganggu dengan serius
fungsi satu atau lebih organ atau jaringan. (Mc Graw-Hill Nursing Dictionary)
Karena adanya bahan-bahan yang berbahaya, Menteri Kesehatan telah
menetpkan peraturan No.43/MEN.KES/PER/XI/1983 tanggal 16 Nopember 1983
tentang bahan-bahan berbahaya. Karena tingkat bahayanya meliputi: besar dan luas
jangkauan, kecepatan penjalaran, dan sulitnya dalam penanganan dan pengamanannya,
bahan-bahan berbahaya atau yang dapat membahayakan kesehatan rakyat secara
langsung atau tidak langsung dibagi 4 kelas. Sedangkan berdasarkan jenis bahayanya,
bahan berbahaya dapat dibagi 13 golongan. Racun dan Keracunan,Widya
Medika,Drs.Sartono

B. Tujuan Penulisan
- Mengetahui tentang pegolahan racun
- Mengetahui cara-cara penangan senyawa kimia
- Menambah wawasan
- Menjadikan salah satu referensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekstraksi
1. Pengertian ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan
perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda,
biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.

Proses ekstraksi dapat berlangsung pada:


Ekstraksi parfum, untuk mendapatkan komponen dari bahan yang wangi.
Ekstraksi cair-cair atau dikenal juga dengan nama ekstraksi solven. Ekstraksi
jenis ini merupakan proses yang umum digunakan dalam skala laboratorium
maupun skala industri.
Leaching, adalah proses pemisahan kimia yang bertujuan untuk memisahkan
suatu senyawa kimia dari matriks padatan ke dalam cairan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Ekstraksi

2. Selektivitas ekstraksi

Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan


komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktik,terutama pada
ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin)
ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu
larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya
diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.

3. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang
besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).Kemampuan tidak saling bercampur.
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas)
larut dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan
kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini
dimaksudkan agar kedua fase dapat dengan mudah dipisahkan kembali
setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda
kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan
menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).

5. Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara
kimia pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya, dalam hal-
hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam)
untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali ekstraksi juga
disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan
mutlak harus berada dalam bentuk larutan.

6. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara
penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak
boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk ascotrop. Ditinjau dari
segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih
pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan
yang rendah).

B. Jenis-jenis Estraksi
Ekstraksi asam basa. Adalah termasuk jenis ekstraksi yang didasarkan
pada sifat asam dan basa senyawa organik, disamping kelarutannya. Senyawa
asam atau basa organik direaksikan dengan basa atau asam sehingga
membentuk garamnya. Garam ini tidak larut dalam pelarut organik (non polar)
tetapi larut baik dalam air. Ekstraksi basa dikembangkan untuk isolasi kovalen
asam organik dari campurannya, juga kovalen basa organik (alkaloid) yang
diekstraksi dengan asam mineral dengan cara titrasi
Ekstraksi padat-cair. Adalah juga termasuk cara ekstraksi yang lazim
disebut ekstraksi pelarut, dimana zat yang akan diekstraksi )biasanya zat padat)
terdapat dalam fasa padat. Cara ini banyak digunakan dalam isolasi senyawa
organik (padat) dari bahan alam. Efesiensi ekstraksi padat cair ini ditentukan
oleh besarnya ukuran partikel zat padat yang mengandung zat organik dan
banyaknya kontak dengan pelarut. Maka dari itu dalam praktek isolasi bahan
alam harus menggunakan peralatan ekstraksi kontinu yang biasa disebut soxhlet

Penyaringan dan corong pisah. Corong pisah adalah alat untuk


melakukan ekstraksi cair-cair yaitu proses pengocokan sistem dua pelarut, agar
proses partisi bisa berjalan lebih cepat. Setelah dibiarkan beberapa lama sampai
kedua pelarut terpisah dengan baik, baru dilakukan pemisahan salah satu
pelarut. Identifikasi pelarut bagian atas dan bawah, ditentukan atas dasar
perbedaan kerapatannya. Kerapatan yang besar ada di bagian bawah. Proses
penyaringan merupakan bagian penting dalam pemisahan zat padat dari larutan
atau zat cair. Dilakukan dengan menggunakan kertas saring yang dipasang
dalam corong. Ada dua macam cara penyaringan yaitu penyaringan gaya berat
(biasa) dan penyaringan dengan pengisapan (suction). Penyaringan biasa
digunakan untuk mengumpulkan cairan dari zat padat yang tak larut. Kertas
saring yang digunakan adalah jenis lipat (fluted). Penyaringan cara ini sering
dilakukan pada kondisi panas (penyaringan panas), misalnya untuk
memisahkan karbon aktif setelah proses penghilangan warna larutan
(decolorizing). Cara penyaringan lain adalah penyaringan dengan pengisapan
(suction), yaitu cara penyaringan yang memerlukan kecepatan dan kuat dan
digunakan untuk memisahkan padatan kristal dari cairannya dalam rektalisasi.
Pengisapan dilakukan dengan menggunakan aspirator-air atau pompa vakum
dengan desain khusus. Dan corongnya yang digunakan adalah corong buchner
atau corong hirsch

Pengeringan ekstrak. Ekstraksi yang melibatkan air sebagai pelarut


umumnya air akan sedikit terlarut dalam sejumlah pelarut organik seperti
kloroform, benzen dan eter. A ir ini harus dikeluarkan sebelum dilakuakn
destilasi pelarut. Ada dua tahap pengeringan, pertama ekstrak ditambahkan
larutan jenuh natrium klorida (garam dapur) sejumlah volume yang sama.
Garam akan menaikkan polaritas air berarti menurunkan kelarutannya dalam
pelarut organik. Kemudian tambahkan zat pengering garam anorganik anhidrat
yang betul betul kering atau baru. Zat pengering ini adalah anhidrat dari garam
berair kristal yang kapasitasnya sebanding dengan jumlah air kristalnya. Yang
umum digunakan adalah Magnesium Sulfat, Natrium Sulfat. Magnesium sulfat
adalah pengering paling efektif akan tetapi sangat mahal. Kalsium klorida lebih
murah akan tetapi sering membentuk komplek dengan beberapa senyawa
organik yang mengandung oksigen (misalnya etanol).
http://vinafatonah.blogspot.co.id/2012/11/laporan-praktikum-kimia-
organik.html

C. Salah satu contoh ekstraksi


Ekstraksi sampel simplisia
Ekstraksi sampel simplisia daun atau bunga cengkeh dilakukan dengan
menggunakan Metode Sudarma, dkk (2008) yang dimodifikasi dengan tahapan
sebagai berikut :
Langkah 1. Sampel daun atau bunga cengkeh kering dihaluskan dengan blender
sehingga diperoleh simplisia dalam bentuk serbuk daun atau bunga cengkeh
kering yang berwarna kecoklatan.
Langkah 2. Sebanyak 10 gram simplisia daun atau bunga cengkeh kering yang
telah halus kemudian dimaserasi/ direndam dengan pelarut DCM sebanyak 50
mL dan disimpan di dalam locker selama 24 jam.
Langkah 3. Hasil maserasi disaring dengan corong biasa yang dilengkapi
dengan kertas saring biasa, dimana filtrat yang telah terpisah dengan residunya
ditampung dengan menggunakan erlenmeyer 100 mL.
Langkah 4. Filtrat hasil maserasi kemudian dievaporasi dengan menggunakan
rotary evaporator untuk menguapkan pelarut sehingga diperoleh ektrak kental
dari daun cengkeh kering.
Langkah 5. Ekstrak kental yang dihasilkan dimasukkan ke dalam gelas beaker
50 mL yang telah ditimbang, kemudian ditutup dengan aluminium foil yang
telah diberi lubang kecil-kecil guna menguapkan pelarut yang masih tersisa.
Langkah 6. Ektrak kental yang telah bebas pelarut kemudian ditimbang dengan
neraca analitik guna memperoleh berat konstan ekstrak.
Langkah 7. Ekstrak kental ini kemudian diuji dengan KLT (Sudarma et al.,
2008).

D. Isolasi
1. Salah satu cara mengisolasi senyawa kimia
Isolasi Eugenol
Langkah 1. Sebanyak 2,5 gram ekstrak kental yang diperoleh dari proses
ekstraksi dimasukkan dalam gelas beaker 100 mL kemudian dilarutkan
dengan 7,5 mL DCM.
Langkah 2. Campuran ekstrak-DCM ditambahkan dengan 0,6 g NaOH (1
mol) yang telah dilarutkan dengan 4,5 mL aquades. Campuran tersebut
kemudian distirrer selam 15 menit pada suhu kamar.
Langkah 3. Setelah 15 menit dimasukkan ke corong pisah kecil (100 mL),
akan terbentuk 2 lapisan yang berupa lapisan organik dan lapisan air, jika
kurang jelas kedua lapisannya maka tambahkan masing-masing 10 mL air
dan 10 mL DCM. Lapisan organik yang berada di bagian bawah yang
berupa cairan kecoklatan dipisahkan dari fase air yang berupa garam
eugenolat yang berada di bagian atas.
Langkah 4. Lapisan eugenolat kemudian diasamkan dengan menambahkan
HCl pekat sedikit demi sedikit sampai pH = 3.
Langkah 5. Campuran ini dimasukan ke dalam corong pisah ukuran 100 mL
kemudian didiamkan sampai kedua lapisan terlihat.
Langkah 6. Pisahkan lapisan atas (A) dan bawah (B), kemudian lapisan
bawah (B) dikeluarkan dari corong pisah dan ditampung dalam gelas kimia.
Langkah 7. Lapisan atas (A) diekstrak dengan DCM 10 mL, dan diambil
lapisan bawahnya (B), lalu disatukan dengan lapisan bawah (B). Ekstrak
dengan DCM dilakukan sebanyak 3 kali. Gabungan lapisan (B) kemudian
dicuci dengan air sampai pH air netral
Langkah 8. Setelah netral, maka lapisan bagian bawah (eugenol kotor)
tersebut dimasukan ke dalam gelas kimia ukuran 100 mL dan ditambahkan
1gr Na2SO4 anhidrat untuk mengikat air yang masih berada di dalamnya
selanjutnya dibiarkan selama beberapa menit.
Langkah 9. Saring, uapkan filtratnya dengan rotary evaporator sehingga
diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental yang dihasilkan dimasukkan ke
dalam gelas beaker 50 mL yang telah ditimbang, kemudian ditutup dengan
aluminium foil yang telah diberi lubang kecil-kecil guna menguapkan
pelarut yang masih tersisa (biarkan 24 jam).
Langkah 10. Ektrak kental yang telah bebas pelarut kemudian ditimbang
dengan neraca analitik guna memperoleh berat konstan ekstrak. Ekstrak
kental ini kemudian diuji dengan KLT.

E. Destilasi
1. Pengertian Destilasi
Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad
pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh
tingginya permintaan akan spritus.Hypathia dari Alexandria dipercaya telah
menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah
yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada
sekitar abad ke-4.

Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia


Islam pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan
alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan
desain ini menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi
skala mikro, The Hickman Stillhead dapat terwujud. yang lebih dikenal dengan
Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat terbakar. Ia juga telah
menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak
dipakai sampai saat kini.

Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan minyak
mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk
transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dll. Udara didistilasi menjadi
komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium
untuk pengisi balon. Distilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan
alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk
menghasilkan minuman suling.

2. Jenis-jenis Destilasi
Distilasi Sederhana
Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih
yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran
dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap
lebih dulu.Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan
pada tekanan atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk
memisahkan campuran air dan alkohol.

Distilasi Fraksionisasi
Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair,
dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik
didihnya.Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan
perbedaan titik didih kurang dari 20 C dan bekerja pada tekanan atmosfer
atau dengan tekanan rendah.Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada
industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam
minyak mentah

Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom


fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu
yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini
bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di
bawahnya.Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.

Distilasi Uap
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki
titik didih mencapai 200 C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan
senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 C dalam tekanan
atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang
fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa
di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu
distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di
semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air.Aplikasi dari distilasi uap
adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus
dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi
minyak parfum dari tumbuhan.

Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran


dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan
naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat.

Distilasi Vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi
tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau
mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150
C.Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih
yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen
yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan
digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai
penurun tekanan pada sistem distilasi ini.

Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki
titik didih yang konstan.Azeotrop dapat menjadi gangguan yang
menyebabkan hasil distilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari
azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau penambahan tekanan.Akan
tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari
azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap,
yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan,
tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling memengaruhi dalam
kekuatan intramolekuler dalam larutan.

Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu,


misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan
pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal
di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan
air lagi. Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult.
Efektifitas Distilasi
Secara teori, hasil distilasi dapat mencapai 100% dengan cara menurunkan
tekanan hingga 1/10 tekanan atmosfer. Dapat pula dengan menggunakan
distilasi azeotrop yang menggunakan penambahan pelarut organik dan dua
distilasi tambahan, dan dengan menggunakan penggunaan cornmeal yang
dapat menyerap air baik dalam bentuk cair atau uap pada kolom terakhir.
Namun, secara praktek tidak ada distilasi yang mencapai 100%.

Distilasi Skala Industri


Umumnya proses distilasi dalam skala industri dilakukan dalam menara,
oleh karena itu unit proses dari distilasi ini sering disebut sebagai menara
distilasi (MD). Menara distilasi biasanya berukuran 2-5 meter dalam
diameter dan tinggi berkisar antara 6-15 meter. Masukan dari menara
distilasi biasanya berupa cair jenuh, yaitu cairan yang dengan berkurang
tekanan sedikit saja sudah akan terbentuk uap dan memiliki dua arus
keluaran, arus yang diatas adalah arus yang lebih volatil (mudah menguap)
dan arus bawah yang terdiri dari komponen berat. Menara distilasi terbagi
dalam 2 jenis kategori besar:
1.Menara Distilasi tipe Stagewise, menara ini terdiri dari banyak piringan
yang memungkinkan kesetimbangan terbagi-bagi dalam setiap piringannya,
dan
2.Menara Distilasi tipe Continous, yang terdiri dari pengemasan dan
kesetimbangan cair-gasnya terjadi di sepanjangkolom menara.
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/13/Simple_distilla
tion_apparatus.png
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sampel toksi dapat diperlakukan dengan 3 cara,yaitu ekstraksi,isolasi
dan destilasi.Semuanya dilakukan untunk menyaring senyawa-senyawa
tertentu agar bisa diidentifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Racun dan Keracunan,Widya Medika,Drs.Sartono


https://id.wikipedia.org/wiki/Ekstraksi
http://vinafatonah.blogspot.co.id/2012/11/laporan-praktikum-kimia-
organik.html
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/13/Simple_distillation_ap
paratus.png

Anda mungkin juga menyukai