SKRIPSI
Oleh :
SURIANI
NIM. 071000231
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
ANALISA TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM KLINIK SANITASI
DI SELURUH PUSKESMAS DI KOTA DUMAI
TAHUN 2009
SKRIPSI
Oleh :
SURIANI
NIM. 071000231
SURIANI
NIM. 071000231
Tim Penguji
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
ABSTRAK
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
ABSTRACT
Sanitation Clinic as one of service at public health centre that integrate between
curative, promotif and preventif, it have three characters as information centre, reference
centre fasilitator at environment health area and disease based on environment. Four
factors that can influence health that is environment, behaviour, heredity and health
service. Environment has big influence for health.
This research aim to know the sanitation clinic program success in all public
health centre in Dumai city.
The method of the research was descriptive and informant in this research is
clinic sanitation employer in public health and the leaders of parts environment health
Dumai City.Total of them are 10 persons.
Result of this research has been known that workers have a good profile
sanitation education but has low total, there was facilities and infrastructure but not
complete, guide and technical instruction available in all public health centre, sanitation
clinic program already in 8 public health centre from 9 public health centre in Dumai
city, but the result not maximal because sanitation clinic is low. The amount of invitation
is 1579 (10,98%) patient from 28629 (19%) disease cases based on environment and 45
client invitations, the result only 10,98% from 50% Dumai city's target, there is no
evaluation routinely for sanitation clinic program.
Based on the research result that suggested the all public health centre to make
channel scheme enters patient/klein sanitation clinic and laid space investigation wait
patient. Necessary do construction and supervision for workers public health centre so
that sanitation clinic program ambulatory with maxima. So that sanitation clinic patient
doesn't deliver out best adjacent sanitation clinic with space investigation. for
continuance a program necessary there fund so that can support activities at sanitation
clinic and best fund is accustommed with disease case total based on environment at each
at public health centre.
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri
Nama : Suriani
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan
Riwayat Pekerjaan
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, hanya karena rahmat dan
hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Analisa Tingkat
2009” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di
Dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta doa
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulusnya
kepada :
1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes, sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak
4. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS, sebagai dosen pembimbing II yang telah
5. dr. H. Agus Widayat, MM, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Dumai yang
6. Kepala bidang P2PL dan kepela seksi penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan
Kota Dumai, seluruh kepala puskesmas dan petugas klinik sanitasi yang telah
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
7. Seluruh dosen di FKM khususnya Departemen Kesehatan Lingkungan
10. Anak tercinta Silvia Katarina Putri (Puput) yang telah menemani mama selama
pendidikan dan suami yang rela ditinggal selama penulis mengikuti pendidikan.
11. Kakak dan Abang serta keponakan tersayang Eka, Anda, Ai yang selalu
12. Kedua orang tua dan mertua yang selalu mendoakan penulis.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari semua pihak
Penulis
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan .......................................................................................... i
Abstrak ................................................................................................................ ii
Abstract ................................................................................................................. iii
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... iv
Kata Pengantar ................................................................................................... v
Daftar Isi .............................................................................................................. vii
Daftar Tabel ......................................................................................................... x
Daftar Lampiran ................................................................................................. xii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Data jumlah tenaga sanitasi Dinas Kesehatan Kota Dumai ................... 38
Tabel 4.2. Data jumlah sarana sanitasi dasar yang ada di Kota Dumai ................... 39
Tabel 4.4. Hasil observasi terhadap surat penugasan, ijazah/SK dan sertifikat
pelatihan petugas pelaksana klinik sanitasi di seluruh puskesmas di
Kota Dumai .......................................................................................... 40
Tabel 4.5. Hasil observasi terhadap ruangan klinik sanitasi di seluruh puskesmas
di kota dumai tahun 2009 ..................................................................... 41
Tabel 4.6. Hasil observasi terhadap alat peraga/alat bantu penyuluhan dalam
pelaksanaan program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di kota
Dumai Tahun 2009.............................................................................. ... 42
Tabel 4.7. Hasil observasi terhadap alat transportasi yang mendukung kegiatan
pelaksanaan program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di Kota
Dumai Tahun 2009 ............................................................................... 43
Tabel 4.8. Hasil observasi terhadap ketersediaan buku pedoman dan petunjuk
teknis dalam pelaksanaan kegiatan program klinik sanitasi di seluruh
puskesmas di kota Dumai Tahun 2009.................................................. 43
Tabel 4.12.Jumlah kunjungan rumah yang dilakukan oleh petugas Klinik sanitsi di
seluruh puskesmas di Kota Dumai Tahun 2009 .................................... 47
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel4.14.Hasil wawancara mengenai kecukupan dana dalam mendukung
pelaksanaan kegiatan program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di
kota Dumai Tahun 2009 ....................................................................... 49
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 6. Surat Balasan Selesai Penelitian Dari Dinas Kesehatan Kota Dumai
Lampiran 8. Dokumentasi
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia, derajat kesehatan yang besar artinya bagi
pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia dan sebagai modal bagi pelaksana
untuk mencapai tujuan pembanguan nasional tersebut, namun masih dijumpai berbagai
masalah kesehatan utama, peluang dan ancaman yang berhubungan pada pembangunan
yang rendah, status gizi masyarakat masih memprihatinkan, berbagai penyakit menular
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
baru (New Emerging Diseases) muncul dan berkembang, adanya penyakit menular
muncul kembali (Re Emerging Diseases), beberapa daerah mempunyai masalah penyakit
menular lokal spesifik yang perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2005).
antara lain bahwa : (1) kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat , (2) kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum,
lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan lainnya, (3)
kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air , tanah dan udara, pengamanan limbah
padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor penyakit dan
penyehatan atau pengamanan lainnya, (4) setiap tempat umum atau sarana pelayanan
umum wajib memelihara dan meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar
faktor utama yaitu : faktor lingkungan, perilaku manusia, pelayanan kesehatan dan
keturunan. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dengan faktor lain, yaitu sumber
daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya dan populasi sebagai
satu kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat
meningkatkan mutu lingkungan, agar fungsi lingkungan bagi manusia dan mahkluk hidup
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Lingkungan yang diharapkan dalam visi Indonesia Sehat 2010 adalah lingkungan
yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari polusi,
tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman
masyarakat yang saling tolong menolong dalam memelihara nilai-nilai budaya bangsa
tidak memadai baik kualitas maupun kwantitasnya serta perilaku hidup sehat masyarakat
muncul antara lain seperti diare, ISPA, malaria, DBD, TBC, yang masih mendominasi 10
penyakit terbesar puskesmas dan merupakan pola penyakit utama di Indonesia (Depkes
RI, 2001).
ujung tombak yang paling depan diwilayah kerjanya. Salah satu fungsi puskesmas yang
kemauan mayarakat baik berupa pemikiran maupun kemampuan yang berupa sumber
daya, salah satu terobosan untuk mengatasi masalah kesehatan berbasis lingkungan
antara upaya kuratif, promotif dan preventif, yang mempunyai peran antara lain sebagai
pusat informasi, pusat rujukan fasilitator di bidang kesehatan lingkungan dan penyakit
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Data yang diperoleh dari survei pendahuluan bahwa 10 penyakit terbesar yang
ada di kota Dumai pada tahun 2007 masih didominasi oleh penyakit-penyakit yang
berbasis lingkungan antara lain seperti ISPA 27244 kasus (18,11%), Influenza 7771
kasus (5,16%), penyakit kulit Alergi 7651 kasus (5,09%) dan diare (4,10%) kasus 6176
sanitasi telah dijalankan sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi masalah
kesehatan berbasis lingkungan yang terjadi di masyarakat yang berada diwilayah kerja
puskesmas di kota Dumai, maka peneliti ingin mengetahui tingkat keberhasilan program
1.3. Tujuan
1.3.1.Tujuan Umum
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
4. Untuk mengetahui ketersediaan pedoman dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan
Dumai.
kota Dumai
10. Untuk mengetahui kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam pelaksanaan
1. Sebagai bahan masukan dan kajian bagi puskesmas dan Dinas Kesehatan kota
klinik sanitasi.
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lingkungan tidak mungkin mampu mendukung jumlah kehidupan yang tanpa batas
dengan segala aktivitasnya. Karena itu, apabila lingkungan sudah tidak mampu lagi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berdampak pada kualitas daya
dukung lingkungan, yang pada akhirnya akan merusak lingkungan itu sendiri. Eksploitasi
sumber daya alam yang berlebihan akan berdampak buruk pada manusia (Anies, 2006).
Pengaruh lingkungan dalam menimbulkan penyakit pada manusia telah lama disadari,
seperti dikemukakan Blum dalam Planning for health, development and application of
social change theory, bahwa faktor lingkungan berperan sangat besar dalam
yang buruk, termasuk timbulnya berbagai penyakit juga dipengaruhi oleh lingkungan
Interaksi manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak antara kuman dengan
manusia. Sering terjadi kuman yang tinggal di tubuh host kemudian berpindah ke
manusia karena manusia tidak mampu menjaga kebersihan lingkungannya. Hal ini
tercermin dari tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan yang masih merupakan
masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia. Beberapa penyakit yang timbul akibat
kondisi lingkungan yang buruk seperti ISPA, TBC, diare, DBD, malaria, kecacingan dan
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
2.1.1. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14 hari, yang
dimaksud dengan saluran pernafasan adalah mulai dari hidung sampai gelembung paru
beserta organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru
asap dapur, sirkulasi udara yang tidak baik, tempat berkembangbiaknya di saluran
pernafasan, ISPA dapat ditularkan melalui udara yang terkontaminasi dengan bakteri
ketika penderita batuk yang terhirup oleh orang sehat masuk ke saluran pernafasannya
ISPA dapat dicegah dengan cara menjaga sirkulasi udara dalam rumah dengan
membuka jendela setiap hari, menghindari polusi udara di dalam rumah seperti asap
dapur dan asap rokok, tidak padat penghuni di kamar tidur, menjaga kebersihan rumah
disebabkan oleh tungau atau sejenis kutu yang sangat kecil (Sarcoptes scabies), tempat
kulit sambil bertelur, penularannya dapat melalui kontak langsung dengan penderita dan
dapat pula ditularkan melalui perantara seperti baju, handuk, sprei yang digunakan
penderita kemudian digunakan oleh orang sehat, pencegahan dapat dilakukan dengan
menghindar menukar baju, handuk, lingkungan agar tidak terlalu padat, menjaga
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
2.1.3. Diare
Diare adalah buang air besar lembek sampai encer yang lebih dari 3 kali dalam satu
hari. Diare dapat disebabkan oleh bakteri/virus antara lain seperti : Rotavirus,
Diare karena bakteri Escherrichia Coli (E.Coli) disebabkan oleh bakteri E.Coli tempat
berkembang biak bakteri ini adalah dalam tinja manusia, cara penularan melalui makanan
yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh lalat yang hinggap pada
tinja yang dibuang sembarangan, melalui minum air terkontaminasi bakteri E.Coli yang
tidak dimasak sampai mendidih, melalui tangan yang terkontaminasi bakteri E.Coli
karena sesudah buang air besar tidak mencuci tangan dengan sabun (Depkes RI 2001).
Cara pencegahan diare dapat dilakukan antara lain : menutup makanan agar tidak
dihinggapi lalat, tidak membuang air besar sembarangan, mencuci tangan dengan sabun
sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air besar, mancuci bahan makanan
dengan air bersih, memasak air sampai mendidih, menggunakan air bersih yang
Penyakit TBC adalah batuk yang berlangsung secara terus menerus selama 3 minggu
atau lebih, berkeringat malam tanpa aktifitas serta dapat juga ditandai dengan batuk darah
karena pembuluh darah pecah akibat luka dalam alveoli yang sudah lanjut. TBC
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis basil atau kuman yang berbentuk batang
dan mempunyai sifat tahan terhadap penghilangan warna yang bersifat asam dan alkohol
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
(kuman tetap berwarna kemerahan), maka disebut Basil Tahan Asam (BTA) menemukan
kuman BTA ini menjadi dasar penting dalam penegakan diagnosis (Achmadi, 2008).
spesimen sputum SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif atau 1 spesimen
TBC aktif.
Apabila dalam pemeriksaan 3 spesimen sputum SPS BTA negatif dan foto
radiologi dada menunjukkan gambaran TBC aktif, TBC paru dengan BTA negatif
dan gambaran foto radiologi positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan, bila
Tuberculosis yang menyerang organ lain selain paru, termasuk pleura, yaitu yang
menyelimuti paru, selaput otak selaput jantung perikarditis, kelenjar limpa, kulit
TBC dapat menular melalui udara dengan cara penderita TBC berbicara, meludah,
batuk, dan bersih sehingga kuman TBC yang berada di paru-paru penderita menyebar ke
Pencegahan TBC dapat dilakukan dengan cara membuka jendela setiap hari agar
terjadi sirkulasi udara dalam rumah, bila batuk menutup mulut, tidak meludah
disembarang tempat, lantai rumah tidak boleh lembab, rumah tidak boleh padat penghuni,
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
gunakan kaleng tertutup untuk menampung dahak dan hadak dibuang ke lubang Water
Closed (WC) atau ditimbun dalam tanah, istirahat yang cukup, makan makanan bergizi
seimbang, menjaga kebersihan diri, rumah dan lingkungannya (Depkes RI, 2001).
2.1.5. Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium
yang termasak golongan protozoa, yang penularannya melalui vektor nyamuk Anopheles
spp, dengan gejala demam, pening, lemas, pucat, nyeri otot, menggigil, suhu bias
beriklim dingin, subtropik hingga daerah tropik. Demam terjadi setiap 48 jam atau
setiap hari ketiga, pada waktu siang atau sore. Masa inkubasi Plasmodium vivak
antara 12 hingga 17 hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa atau
splenomegali.
dan dapat menimbulkan berupa malaria cerebral dan fatal. Masa inkubasi malaria
tropika sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu
adalah 12 hingga 17 hari, dengan gejala setiap 48 jam, relatif ringan dan sembuh
sendiri.
gejala demam setiap 72 jam, malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
gunung dataran rendah pada daerah tropik. Biasanya berlangsung tanpa gejala dan
ditemukan secara tidak sengaja namun malaria jenis ini sering mengalami
kekambuhan.
sebagai vektor penular malaria, faktor-faktor tersebut antara lain, lingkungan fisik seperti
suhu udara, suhu udara mempengaruhi panjang pendeknya masa inkubasi ekstrinsik yaitu
pertumbuhan fase sporogoni dalam perut nyamuk. Kelembaban udara yang rendah, akan
memperpendek umur nyamuk, hujan yang diselingi panas semakin besar kemungkinan
Tempat berkembangbiak nyamuk Anopheles antara lain : kolam ikan yang tidak
dipakai lagi, bekas galian tanah atau pasir yang terisi air hujan, batang bambu yang dapat
menampung air hujan, kaleng bekas, ban bekas yang dapat menampung air hujan serta
malaria, misalnya ada lumut, ganggang berbagai tumbuhan air yang membuat Anopheles
sundaicus merasa nyaman untuk membesarkan anak keturunannya berupa telur dan larva
(Achmadi.U.F.2008).
Penyakit malaria dapat menular dengan cara nyamuk malaria menggigit dan
menghisap darah orang yang sakit malaria, parasit di dalam tubuh manusia masuk ke
dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut berkembangbiak dalam tubuh nyamuk dan menjadi
matang dalam waktu 10-14 hari, setelah parasit matang, jika nyamuk menggigit manusia
sehat maka parasit malaria akan masuk ke dalam tubuh orang yang sehat, maka orang
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Malaria dapat dicegah dengan membasmi tempat perindukan nyamuk seperti
mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan, membersihkan tempat
air minum burung dan vas bunga secara teratur, menimbun atau mengalirkan air yang
tergenang, membersihkan tambak, empang serta saluran irigasi dari tumbuhan air
Pencegahan malaria juga dapat dilakukan dengan memasang kasa nyamuk dan
jendela, memasang kelambu yang berinsektisida waktu tidur pada malam hari,
menggunakan anti nyamuk, jangan bergadang pada malam hari serta menutup seluruh
badan jika diluar rumah pada malam hari (Depkes RI, 2001).
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes Aegypti, dengan cara seseorang yang dalam darahnya mengandung virus
Dengue bila digigit nyamuk akan terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk dan
berkembang biak, kemudian masuk ke dalam kelenjar air liur nyamuk setelah satu
minggu di dalam tubuh nyamuk, bila nyamuk menggigit orang sehat akan menularkan
virus Dengue, virus ini tetap berada di dalam tubuh nyamuk sehingga dapat menularkan
Nyamuk Aedes Aegypti berkembangbiak di dalam dan di luar rumah seperti ember,
drum, tempayan, tempat penampungan air bersih, vas bunga, kaleng bekas yang berisi air
bersih, bak mandi, lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa,
potongan bambu yang dapat menampung air hujan (Depkes RI, 2001).
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Upaya praktis yang dapat dilakukan dalam pengendalian vektor dan pemberantasan
1. Menguras tempat penyimpanan air seperti bak mandi, drum dan gantilah air divas
2. Menutup rapat tempat penampungan air seperti drum dan tempayan agar nyamuk
3. Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng
4. Tutuplah lubang pagar pada pagar bambu dengan tanah atau adukan semen.
6. Untuk tempat penampungan air yang sulit dikuras taburkan bubuk abate ke dalam
genangan air tersebut, untuk membunuh jentik-jentik nyamuk, ulangi hal ini
setiap 2-3 bulan sekali. Takaran penggunaan bubuk abate, untuk 10 liter air cukup
nyamuk dan memakai kelambu yang diberi insektisida pada saat tidur.
2.1.7. Kecacingan
Ada tiga jenis cacing yang banyak diderita oleh anak-anak yaitu (Depkes RI, 2001) :
berkembangbiak di dalam perut manusia dan tinja, menular dengan cara, telur
cacing masuk ke dalam mulut melalui makanan yang tercemar atau tangan yang
tercemar telur cacing, kemudian telur cacing menetas menjadi cacing didalam
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
perut manusia kemudian telur cacing keluar bersama dengann tinja. Pencegahan
dapat dilakukan dengan menutup makanan, menggunakan air bersih, buang air
besar di jamban sehat, menggunting kuku, mencuci tangan dengan sabun sebelum
makan dan sesudah buang air besar, tidak membuang sampah sembarangan agar
menelan telur cacing yang telah dibuahi melalui debu, makanan atau jari tangan
bersih, buang air besar di jamban sehat, menggunting kuku, mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar, tidak membuang
berkembangbiaknya perut dan tinja, penularan terjadi dengan cara, telur cacing
dalam tinja di tanah yang lembab atau lumpur menetas menjadi larva, larva masuk
ke tubuh manusia melalui kulit, biasanya melalui kaki, menghirup telur melalui
udara (debu), pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan alas kaki, buang
air besar di jamban yang sehat, menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
kesehatan antara promotif, preventif dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang
beresiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan dan masalah
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
yang dapat dilaksanakan secara pasif dan aktif di dalam dan di luar gedung puskesmas
penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Klinik sanitasi bukan sebagai
unit pelayanan yang berdiri sendiri, akan tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan
puskesmas dalam melaksanakan program ini berkerjasama dengan lintas program dan
derajat kesehatan masyarakat dan semua masalah yang ada kaitannya dengan kesehatan
Wanasaba kabupatan Lombok Timur provinsi NTB sejak bulan Nopember tahun 1995
dan selanjutnya kegiatan ini diikuti oleh beberapa puskesmas yang ada di provinsi Jawa
Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan,
pada tahun 2000 kegiatan klinik sanitasi sudah sampai ke seluruh puskesmas di Indonesia
dengan keluhan penyakit berbasis lingkungan dan lingkungan yang tidak sehat sebagai
media penularan dan penyebab penyakit yang dialami oleh masyarakat selanjutnya
dilaksanakan konseling dan kunjungan lapangan atau kunjungan rumah untuk mencari
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
jalan keluar akibat masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan yang
Sesuai dengan Visi Indonesia Sehat 2010 tujuan jangka panjang yang harus dicapai
oleh setiap kabupaten diharapkan penduduk hidup dalam lingkungan yang sehat,
memiliki perilaku hidup sehat, bebas penularan penyakit serta akses kepada pelayanan
Dengan demikian salah satu tujuan Pemerintah kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan adalah membebaskan penduduk dari penularan atau transmisi penyakit
optimal pula, ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain : perumahan, pembuangan
kotoran manusia, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor dan
hidup manusia agar menjadi media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang
dari desa ke kota, pembuangan sampah yang dilakukan secara dumping tanpa adanya
pengolahan, penyediaan air bersih hanya 60% penduduk Indonesia mendapatkan air dari
PDAM, tingkat pencemaran udara sudah melebihi nilai ambang batas khususnya di kota-
kota besar, pembuangan limbah industri dan limbah rumah tangga yang tidak dikelola
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
dengan baik, bencana alam serta perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah yang
sering kali menimbulkan masalah baru bagi kesehatan lingkungan (Candra, 2007).
Ada beberapa pengertian yang harus di pahami dalam pelaksanaan program klinik
sanitasi selain pengertian klinik sanitasi itu sendiri (Depkes RI, 2001) yaitu :
Pasien klinik sanitasi adalah penderita penyakit yang diduga berkaitan erat dengan
kesehatan lingkungan yang dirujuk oleh petugas medis ke ruang klinik sanitasi.
Klien klinik sanitasi adalah masyarakat umum bukan penderita penyakit yang datang
lingkungan.
mengenal masalah lebih rinci kemudian diupayakan pemecahannya yang dilakukan oleh
upaya preventif, kuratif dan promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien dan klien serta
kesehatan lingkungan.
berbasis lingkungan.
Ruang lingkup kegiatan klinik sanitasi mencakup berbagai upaya antara lain (Depkes
RI, 2000) :
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
5. Pengamanan pestisida dalam rangka pencegahan dan penanggulangan keracunan
pestisida.
kesehatan lingkungan.
datang ke puskesmas.
datang ke puskesmas.
Dalam melaksanakan program klinik sanitasi diperlukan sumber daya untuk mencapai
tujuan program, sumber daya dalam program klinik sanitasi adalah sebagai berikut
adalah terdiri dari tenaga inti di bidang kesehatan lingkungan seperti Sanitarian atau
Diploma III Kesehatan Lingkuangan, disamping itu dalam pelaksanaan program klinik
sanitasi ini juga dibutuhkan tenaga pendukung seperti dokter, bidan, perawat dan petugas
gizi yang telah ditunjuk oleh pimpinan puskesmas dalam pelaksanaan program, tenaga-
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
tenaga tersebut diatas telah mendapat pelatihan dan orientasi tentang program klinik
sanitasi.
Prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program klinik sanitasi
air bersih dan jamban keluarga, alat pengukur kualitas lingkungan (air, tanah dan udara),
alat transportasi untuk mendukung kegiatan program klinik sanitasi yang dilaksanakan
Alat peraga dan media penyuluhan yang digunakan dalam melaksanakan program
klinik sanitasi antara lain berupa maket, media cetak, sound system, media elektronik dan
formulir untuk pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan (Depkes RI, 2000).
adapun dana ini diperoleh dari APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)
kabupaten/kota, APBD provinsi BLN (Bantuan Luar Negeri), kemitraan dan swadaya
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
puskesmas, tergantung masalah kesehatan lingkungan yang ditangani di wilayah kerja
Agar program klinik sanitasi dapat mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan,
2. Masalah dalam tiap puskesmas tidak lah sama, baik antar lingkungan ataupun
antar kelurahan oleh sebab itu harus dipahami benar peta masalah kesehatan yang
mempertimbangkan segala sumber daya yang ada, karena sulit untuk menangani
semua masalah yang ada dalam waktu bersamaan, baik luas wilayah maupun jenis
penyakitnya.
4. Dilaksanakan secara terpadu dan bekerjasama dengan lintas program dan lintas
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
7. Mengupayakan dukungan dana dengan meningkatkan swadaya masyarakat
termasuk swasta selain sumber dana dari pemerintah (Depkes RI, 2000).
Kegiatan klinik sanitasi dilaksanakan di dalam gedung puskesmas dan di luar gedung
Semua pasien yang mendaftar di loket pendaftaran, setelah mendapat kartu stastus
kemudian diperiksa oleh petugas medis, paramedis puskesmas, apabila didapat penderita
penyakit yang berhubungan erat dengan faktor lingkungan maka pasien tersebut dirujuk
ke klinik sanitasi.
memberikan penyuluhan dan data yang diperlukan ditulis dalam kartu status kesehatan
lingkungan, petugas juga membuat janji dengan pasien untuk melakukan kunjungan
rumah untuk melihat langsung faktor resiko penyakit yang dialami pasien tersebut
kesehatan lingkungan, cara pemecahan masalah, hasil monitoring atau evaluasi dan
pelaksanaan klinik sanitasi dalam mini loka karya puskesmas yang melibatkan seluruh
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
2.8.2. Kegiatan Klinik Sanitasi di Luar Gedung Puskesmas
Kegiatan luar gedung ini adalah kunjungan rumah atau lokasi sebagai rencana tindak
lanjut kunjungan pasien/klien ke klinik sanitasi di puskesmas, kunjungan rumah ini untuk
mempertajam sasarannya karena pada saat kunjungan petugas telah memiliki data pasti
adanya sarana lingkungan bermasalah yang perlu diperiksa dan faktor-faktor perilaku
yang berperan besar dalam proses terjadinya masalah kesehatan lingkungan dan penyakit
berbasis lingkungan.
Dalam kunjungan rumah petugas klinik sanitasi bekerjasama dengan lintas program
dan lintas sektor, apabila dibutuhkan suatu perbaikan atau pembangunan sarana sanitasi
dasar dengan biaya besar, seperti pembangunan sistem perpipaan untuk air bersih yang
kurang terjangkau oleh masyarakat setempat, maka petugas dapat bekerjasama dengan
lintas sektor, perlu diingat bantuan yang diberikan berupa stimulan masyarakat harus
dimotivasi untuk swadaya sehingga menjadi sarana sanitasi dasar yang lengkap (Depkes
RI, 2000).
Lingkungan mempunyai dua unsur pokok yang sangat erat kaitannya satu sama
lain yaitu unsur fisik dan sosial, lingkungan fisik dapat mempunyai hubungan langsung
dengan kesehatan dan perilaku sehubungan dengan kesehatan seperti akibat pengelolaan
limbah yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan penyakit antara lain ISPA, DBD,
diare, Malaria, TBC serta penyakit kulit. Lingkungan sosial seperti ketidakadilan sosial
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
yang menyebabkan kemiskinan yang berdampak terhadap status kesehatan masyarakat
menjadi 80%, persentase keluarga menggunakan air bersih menjadi 85%, persentase
keluarga menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan menjadi 80% dan
persentase tempat-tempat umum yang sehat menjadi 80% (Depkes RI, 2006)
Selain itu indikator keberhasilan program klinik sanitasi dibagi dua yaitu (Depkes
RI, 2000) :
berbasis lingkungan.
masyarakat.
diare, kecacingan, penyakit kulit, ISPA, TB-Paru, DBD, Malaria, penyakit akibat
b. Terciptanya hubungan dan kerjasama yang baik antara lintas program dan lintas
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
c. Terbentuknya kelembagaan di tingkat desa/kelurahan yang aktif dalam
berkesinambungan.
Puskesmas
P D
U a
Apotik L l
L A a
O Poliklinik N m
Penderita G
K
E Klinik Sanitasi G
T e
Klien/Masyarakat d
Umum Lok min/Pertemuan u
BulanaanDi Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas
n
g
Koordinasi Koordinasi Koordinasi Lintas
Masyarakat Lintas Program Sektor L
- Toga - Pustu - Dep.Agama u
- Toma - Polindes/Bindes - Dep. PU a
- LKMD - PMD r
Keterangan :
- Guru - Pariwisata
- Pertanian G
- Penderita : - Sektor terkait lain e
d
- Klien : u
n
g
- Petugas :
Kunjungan rumah dan
- Umpan Balik : lingkungan : lingkungan
kerja, TTU, TPM,
T i
Implementasi Pemantauan
dan rekomendasi Penilaian-PWS
perbaikan lingkungan
Pemantauan
Penilaian-PWS
Keterangan :
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
lingkungan yang dialaminya kemudian pasien mengambil obat di apotek
kemudian pulang.
2. Petugas berkoordinasi dengan lintas program melalui loka karya mini atau
pertemuan bulanan.
berikut :
1. Petugas
2. Sarana dan Prasarana
Berhasil
Program Klinik
Sanitasi
Tidak
Berhasil
BAB III
METODE PENELITIAN
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, bertujuan untuk mengetahui
gambaran tingkat keberhasilan pelaksanaan program klinik sanitasi di Kota Dumai Tahun
2009
Penelitian ini dilakukan di seluruh puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinas
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai bulan Juli tahun 2009.
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah program klinik sanitasi di seluruh
puskesmas di kota Dumai yang meliputi : petugas, sarana dan prasarana, dana, pedoman
dan petunjuk teknis, jumlah penyakit berbasis lingkungan, jumlah pasien klinik sanitasi,
jumlah klien klinik sanitasi, jumlah pasien/klien yang dikonseling, jumlah kunjungan
rumah, kerjasama lintas program dan lintas sektor serta evaluasi program klinik sanitasi.
Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan teknik key person dengan mencari
informan kunci di seluruh puskesmas, maka tiap puskesmas memiliki 1 orang informan
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
yang dapat memberikan informasi mengenai objek penelitian ini, maka yang menjadi
informan dalam penelitian ini adalah 1 orang petugas klinik sanitasi di 9 puskesmas (9
orang) dan 1 orang kepala seksi penyehatan lingkungan Dinas Kesehatan kota Dumai,
Data primer diperoleh melalui wawancara yang mendalam dengan petugas klinik
sanitasi dipuskesmas, dengan kepala seksi penyehatan lingkungan Dinas kesehatan kota
Dumai serta observasi langsung pada objek penelitian, hasil wawancara dan hasil
observasi yang diperoleh di catat pada lembar wawancara dan lembar observasi yang
telah di persiapkan.
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Dumai dan dari seluruh
1. Data jumlah sanitasi dasar yang ada dan memenuhi syarat di wilayah kerja
puskesmas.
2. Data jumlah tempat pengolahan makanan dan minuman yang ada dan memenuhi
3. Data jumlah tempat-tempat umum yang ada dan memenuhi syarat di wilayah
kerja puskesmas.
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan dengan dua alat bantu untuk mendapatkan
hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yaitu dengan wawancara yang mendalam
1. Petugas
sanitasi.
a. Baik, jika tersedia sarana dan prasarana untuk pelaksanaan program klinik
sanitasi.
b. Tidak baik, jika tidak tersedia sarana dan prasarana untuk pelaksanaan program
klinik sanitasi.
3. Dana
b. Tidak baik, jika tidak tersedia dana untuk pelaksanaan program klinik sanitasi.
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
a. Baik, jika petugas memiliki buku pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan
klinik sanitasi.
b. Tidak baik, jika petugas tidak memiliki buku pedoman dan petunjuk teknis
a. Baik, jika semua pasien penderita penyakit berbasis lingkungan dirujuk ke klinik
sanitasi.
b. Tidak baik, jika pasien penderita penyakit berbasis lingkungan tidak dirujuk ke
klinik sanitasi.
8. Jumlah Konseling
a. Baik, jika pasien/klien klinik sanitasi dikonseling oleh petugas klinik sanitasi
b. Tidak baik, jika pasien/klien klinik sanitasi tidak dikonseling oleh petugas klinik
sanitasi
9. Kunjungan Rumah
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
a. Baik, jika pasien/klien klinik sanitasi dikunjungi rumahnya oleh petugas klinik
sanitasi
b. Tidak baik, jika pasien/klien klinik sanitasi tidak dikunjungi rumahnya oleh
a. Baik, jika petugas bekerjasama dengan program lain yang ada di puskesmas
b. Tidak baik, jika petugas tidak bekerjasama dengan program lain yang di
puskesmas.
a. Baik, jika petugas melakukan kerjasama lintas sektor dalam mengatasi masalah
b. Tidak baik, jika petugas tidak menjalin kerjasama dengan lintas sektor.
12. Evaluasi
a. Baik, jika tersedia petugas, sarana dan prasarana, dana, pedoman dan petunjuk
teknis, jumlah penyakit berbasis lingkungan, jumlah pasien klinik sanitasi, jumlah
rumah, kerjasama lintas program dan lintas sektor serta evaluasi program klinik
sanitasi.
b. Tidak baik, jika tidak tersedia petugas, sarana dan prasarana, dana, pedoman dan
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
sanitasi, jumlah klien klinik sanitasi, jumlah pasien/klien yang dikonseling,
jumlah kunjungan rumah, kerjasama lintas program dan lintas sektor serta
14. Berhasil
a. Berhasil dengan baik, jika kunjungan klien klinik sanitasi meningkat dan
kunjungan pasien penyakit berbasis lingkunan menurun serta tercapai target yang
b. Tidak berhasil dengan baik, jika kunjungan pasien penyakit berbasis lingkungan
meningkat dan kunjungan klien klinik sanitasi menurun serta target tidak tercapai.
Untuk memahami keseluruhan dari penelitian ini, maka akan dikemukakan defenisi
2. Sarana dan prasarana adalah segala fasilitas yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
3. Dana adalah sejumlah uang yang dipergunakan untuk pelaksanaan program klinik
sanitasi.
4. Pedoman dan petunjuk teknis adalah buku pedoman yang dipergunakan oleh petugas
5. Jumlah penyakit berbasis lingkungan yang meliputi antara lain ISPA, diare, TBC,
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
6. Jumlah pasien klinik sanitasi adalah jumlah pasien penderita penyakit berbasis
7. Jumlah klien klinik sanitasi adalah jumlah masyarakat umum yang datang ke
8. Jumlah konseling adalah jumlah pasien/klien yang dikonseling oleh petugas klinik
sanitasi.
9. Jumlah kunjungan rumah adalah jumlah pasien/klien yang dikunjungi rumahnya oleh
dihadapi.
10. Kerjasama lintas program adalah petugas klinik sanitasi berkoordinasi dengan
11. Kerjasama lintas sektor adalah suatu kegiatan koordinasi dengan sektor untuk
12. Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh petugas klinik sanitasi puskesmas
keberhasilan program.
13. Program klinik sanitasi adalah suatu program yang menangani penyakit berbasis
14. Berhasil adalah jika kunjungan klien klinik sanitasi meningkat dan kunjungan pasien
penyakit berbasis lingkunan menurun serta mencapai target yang telah ditetapkan
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
15. Tidak berhasil jika kunjungan pasien penyakit berbasis lingkungan meningkat dan
kunjungan klien klinik sanitasi menurun serta tidak mencapai target yang telah
ditetapkan.
Analisa terhadap data yang diperoleh akan dilakukan secara deskiftif. Hasil yang
berupa angka-angka akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan hasil
pendapat responden mengenai program klinik sanitasi akan dianalisis secara kualitatif,
keseluruhan hasil yang diperoleh akan dibandingkan dengan indikator Indonesia Sehat
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Lokasi penelitian terletak dikota Dumai dengan kondisi geografis berada pada posisi
diantara 1° - 23', 1° - 24', bujur timur dan 101° - 23' - 27', 101° - 28' - 13', lintang utara
dengan luas wilayah 1.727.385 Km² yang terletak dipesisir Timur Sumatera berhadapan
Bengkalis
Rokan Hilir
Kota Dumai yang terbagi dalam 5 wilayah kecamatan dan 32 kelurahan dengan
jumlah penduduk pada tahun 2008 adalah 223.074 jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk dari tahun 2000-2007 rata-rata sebesar 3,46% pertahun. Penyebaran penduduk
kota Dumai tidak merata, sebagian besar berkonsentrasi di kecamatan Dumai timur
(37,15%) dan di kecamatan Dumai Barat (37.07%), dengan rincian jumlah penduduk di
Wilayah kerja Dinas kesehatan di kota Dumai dibantu oleh 9 puskesmas yang
berada di :
4.2. Data Dasar Program Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Dumai
dan sesuai dengan latar belakang pendidikan, tenaga sanitasi yang ada di Kota Dumai
Tabel 4.1. Data Jumlah Tenaga Sanitasi di Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas
Kesehatan Kota Dumai Tahun 2009
No Tempat Tugas Pendidikan Jumlah
SPPH DIII SKM
1 Puskesmas Dumai Timur - 1 - 1
2 Puskesmas Dumai Barat 1 - - 1
3 Puskesmas Purnama - 1 - 1
4 Puskesmas Jaya Mukti - 1 - 1
5 Puskesmas Bumi Ayu - 1 - 1
6 Puskesmas Bukit Timah 1 - - 1
7 Puskesmas Bukit Kapur - 1 - 1
8 Puskesmas M.Kampai - 1 - 1
9 Puskesmas S.Sembilan - 2 - 2
10 Dinas Kesehatan - 3 1 4
Total 2 11 1 14
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai 2009
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Berdasarkan tabel 4.1. diatas dapat diketahui jumlah tenaga yang ada di seksi
orang, yang terdiri dari 1 orang SKM peminatan kesehatang lingkungan, 14 orang di
masih dibawah target Indikator Indonesia Sehat 2010, hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.2. Data Jumlah Sarana Sanitasi Dasar Yang Ada di Kota Dumai
Jumlah Yang
No Indikator Target Jumlah %
Memenuhi Syarat
1 Sarana Air Bersih 85% 49.707 KK 41.509 KK 83%
2 Jamban 85% 49.707 Unit 40.361Unit 81%
3 Rumah Sehat 85% 45.314 Unit 37.361 Unit 82%
4 Tempat-Tempat Umum 80% 656 Unit 512 Unit 78%
5 TP2M 80% 333 257 Unit 77%
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai 2009
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa jumlah sarana sanitasi dasar yang
memenuhi syarat belum sesuai dengan target yang ditetapkan oleh DepKes RI.
4.3.1. Hasil Observasi Terhadap Pendidikan, Jabatan dan Masa Kerja Petugas
Observasi dilakukan terhadap petugas pelaksana klinik sanitasi dan kepala seksi
penyehatan lingkungan di Dinas Kesehatan Kota Dumai, dari observasi yang dilakukan
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.3. Gambaran Petugas Pelaksana Klinik Sanitasi Menurut Pendidikan,
Jabatan dan Masa Kerja di masing-masing Puskesmas di Kota Dumai
Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa pendidikan petugas pelaksana
klinik sanitasi di seluruh puskesmas pada umumnya adalah D III kesehatan lingkungan,
akan tetapi ibu kepala seksi penyehatan lingkungan Dinas kesehatan kota Dumai
memiliki pendidikan dasar sanitasi yaitu SPPH. Rata-rata dari petugas pelaksana program
klinik sanitasi masih memiliki masa kerja yang relatif rendah yaitu 3 Tahun hanya
4.3.2. Hasil Observasi Terhadap Surat Penugasan, Ijazah serta Sertifikat Pelatihan
Dalam pelaksanaan suatu program petugas harus memiliki surat penugasan dari
atasan, memiliki ijazah dan sertifikat pelatihan, dari hasil observasi didapat hasil sebagai
berikut :
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.4.Hasil observasi terhadap surat penugasan, ijazah/SK dan sertifikat
pelatihan petugas pelaksana klinik sanitasi di seluruh puskesmas di Kota
Dumai Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa seluruh petugas puskesmas
tidak memiliki surat penugasan dari atasan langsung untuk pelaksanaan program klinik
sanitasi, petugas hanya memiliki ijazah D III kesehatan lingkungan atau Ijazah SPPH dan
SK dari walikota Dumai yang menyatakan sebagai petugas pelaksana sanitasi puskesmas,
dari 9 puskesmas hanya 2 puskesmas yang petugas pelaksana program klinik sanitasi
4.4. Hasil Observasi Terhadap Sarana dan Prasarana Program Klinik Sanitasi
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.5. Hasil observasi terhadap ruangan klinik sanitasi di seluruh Puskesmas di
Kota Dumai Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas diketahui bahwa 4 puskesmas memiliki ruangan klinik
sanitasi yang terpisah dengan rungan program lain sedangkan lima puskesmas ruangan
klinik sanitasi bergabung dengan rungan program lain, puskesmas Purnama ruangan
klinik sanitasi bergabung dengan laboratorium, puskesmas Bukit Timah ruagan klinik
sanitasi bergabung dengan ruangan Gizi dan Promkes, puskesmas Bukit Kapur
bergabung dengan program Gizi dan Imunisasi, puskesmas Medang Kampai ruangan
klinik sanitasi bergabung dengan ruangan Promkes dan puskesmas Sungai Sembilan
pasien/klien dapat lebih mudah memahami.Dari observasi yang dilakukan didapat hasil
sebagai berikut :
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.6.Hasil observasi terhadap alat peraga/alat bantu penyuluhan dalam
pelaksanaan program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di kota Dumai
Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas diketahui bahwa seluruh puskesmas memiliki leaflet dan
sound sistem sebagai alat bantu penyuluhan dan konseling terhadap pasien atau klien
klinik sanitasi, 3 puskesmas ( Puskesmas Dumai Timur, Dumai Barat dan Medang
Kampai) memiliki media elektronik sebagai alat bantu penyuluhan yaitu LCD untuk
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.7.Hasil observasi terhadap alat transportasi yang mendukung kegiatan
pelaksanaan program klinik sanitasi di seluruh Puskesmas di kota Dumai
tahun 2009
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa seluruh puskesmas memiliki alat
Dalam pelaksanaan program harus tersedia petunjuk dan pedoman yang jelas agar
program dapat berjalan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, dari obsevasi yang
Tabel 4.8. Hasil observasi terhadap ketersediaan buku pedoman dan petunjuk
teknis dalam pelaksaaan kegiatan program klinik sanitasi di seluruh
Puskesmas di kota Dumai Tahun 2009
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa seluruh puskesmas memiliki buku
petunjuk dan pedoman teknis, hanya puskesmas Jaya Mukti yang buku petunjuk dan
pedoman teknis pelaksanaan program klinik sanitasi di foto copy dari puskesmas lain.
Penyakit-penyakit yang dirujuk ke klinik sanitasi adalah penyakit yang timbul karena
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang buruk, dari penelitian yang telah dilakukan
Berdasarkan Tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa penyakit berbasis lingkungan
yang paling tinggi di seluruh puskesmas adalah ISPA 13623 kasus, penyakit kulit 7703
kasus dan diare 5697 kasus, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh keadaan kota Dumai
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
yang sering dilanda kebakaran hutan dan keselutan air bersih maka penyakit tersebut
mudah terjangkit.
klinik sanitasi untuk dikonseling dan diberi penyuluhan mengenai masalah kesehatan
lingkungan yang dialami, dari penelitian yang telah dilaksanakan didapat hasil sebagai
berikut :
Berdasarkan Tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa puskesmas yang sangat kecil
melakukan konseling terhadap pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi adalah puskesmas
Dumai Barat jumlah yang dirujuk 185 sedangkan yang konseling adalah 27 (14,59%)
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
pasien, puskesmas Jaya Mukti jumlah yang di rujuk 126 yang konseling hanya 54 pasien,
sedangkan puskesmas yang melakukan konseling terhadap semua pasien yang dirujuk
adalah puskesmas Purnama dan puskesmas yang tidak ada rujukan pasien penyakit
Klien klinik sanitasi adalah masyarakat umum yang datang ke puskesmas untuk
Berdasarkan Tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa seluruh puskesmas melakukan
konseling dan penyuluhan terhadap klien yang datang ke puskesmas, puskesmas yang
kunjungan klien paling tinggi adalah puskesmas Purnama, puskesmas Sungai Sembilan
tidak ada kunjungan klien sedangkan Puskesmas Bukit Kapur program klinik sanitasi
tidak berjalan.
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
4.5.4. Hasil Kunjungan Rumah
Pasien dan klien yang telah dikonseling dan telah mendapat penyuluhan dari petugas
lingkungan yang terjadi, dari penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.12. Jumlah kunjungan rumah yang dilakukan oleh petugas klinik sanitasi
di seluruh Puskesmas di kota Dumai tahun 2009
Jumlah Jumlah
kunjungan kunjungan
No Puskesmas rumah pasien rumah
klien
Jlh % Jlh %
1 Puskesmas Dumai Timur 16 8,24 8 100
2 Puskesmas Dumai Barat 18 66,6 7 100
3 Puskesmas Purnama 32 9,35 24 100
4 Puskesmas Jaya Mukti 12 22,2 1 100
5 Puskesmas Bumi Ayu 9 7,14 1 100
6 Puskesmas Bukit Timah 25 15,5 3 100
7 Puskesmas Bukit Kapur 0 0 0 100
8 Puskesmas M.Kampai 11 37,9 1 100
9 Puskesmas S.Sembilan 17 23,2 0 100
Jumlah 140 8,86 45 100
Berdasarkan Tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa puskesmas yang paling tinggi
melakukan jumlah kunjungan rumah pasien adalah puskesmas Dumai Barat, sedangkan
puskesmas Sungai Sembilan tidak ada kunjungan klien maka petugas hanya melakukan
kunjungan rumah pasien klinik sanitasi saja sedangkan puskesmas Bukit Kapur tidak ada
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
4.6. Jumlah Stimulan
Stimulan didibuat sebagai cantoh sarana kesehatan lingkungan yang dapat digunakan
dan di kembangkan oleh masyarakat, dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil
sebagai berikut :
Berdasarkan Tabel 4.13 diatas dapat diketahui bahwa puskesmas yang tidak
mendapatkan stimulan dari Dinas Kesehatan untuk program klinik sanitasi adalah
puskesmas Jaya Mukti dan puskesmas Bukit Kapur, sedangkan 7 puskesmas mendapat
Untuk menjalankan program salah satu yang harus tersedia adalah dana, dari
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.14. Hasil wawancara mengenai kecukupan dana dalam mendukung
pelaksanaan kegiatan program klinik sanitasi di seluruh Puskesmas
di Kota Dumai Tahun 2009
No Puskesmas Bagaimana pendapat informan mengenai kecukupan dana
program klinik sanitasi
di puskesmas
1 Puskesmas Dumai Timur Dana untuk pelaksanaan program klinik sanitasi ada tetapi
sangat sedikit tidak sebanding dengan jumlah kasus yang ada,
sumber dana dari APBD TK II.
2 Puskesmas Dumai Barat Dana program klinik sanitasi ada tetapi kecil sekali jumlahnya,
jika ada pembangunan stimulan langsung dikelola oleh Dinas
kesehatan jadi saya tidak tahu dana APBD I atau APBD II
3 Puskesmas Purnama Dana program klinik sanitasi yang saya terima hanya untuk
pelacakan kasus dengan jumlah yang sangat kecil, dana
tersebut berasal dari APBD II
4 Puskesmas Jaya Mukti Dari Tahun 2008 puskesmas kami belum pernah mendapat
dana dari program klinik sanitasi, akan tetapi pada tahun ini
kami mendapat bantuan stimulan untuk pembuatan sumur Bor,
dana ini dari APBD II
5 Puskesmas Bumi Ayu Dana operasional program klinik sanitasi sangat kecil,
pemegang program hanya dapat capeknya saja, sedangkan
kasus penyakit berbasis lingkungan sangat banyak, dana
tersebut dari APBD II
6 Puskesmas Bukit Timah Dana progam klinik sanitasi sangat kecil, tetapi saya dalam
melaksanakan kegiatan sambil melaksanakan kegiatan
puskesmas yang lain sehingga dana tercukupi, biasanya dana
dari APBD II
7 Puskesmas Bukit Kapur Nampaknya dana untuk kegiatan program klinik sanitasi tidak
ada, makanya program ini tidak jalan di puskesmas kami, saya
kurang tahu mengenai dana program klinik sanitasi
8 Puskesmas M.Kampai Dana program klinik sanitasi tidak memadai untuk
mendukung keberhasilan program ini, apa lagi daerah kami
rumah warga sangat jauh-jauh, dana biasanya dari APBD II
9 Puskesmas S.Sembilan Dana program klinik sanitasi dari dinas kesehatan sangat kecil,
tidak mencukupi untuk pelaksanaan suatu kegiatan di klinik,
maka kami menjalin kerjasama lintas sektor untuk mendapat
bantuan dalam mendukung pelaksanaan program-program
penyehatan lingkungan dengan tujuan mengurangi angka
penyakit berbasis lingkungan, dana dari APBD II dan APBD I
10 Dinas Kesehatan Dana klinik sanitasi setiap Tahun ada, tetapi dananya kecil
sehingga kami kesulitan membagi ke puskesmas, tetapi kami
berusaha tiap puskesmas dapat dana, untuk stimulan mungkin
akan kami giliran, karena dana terbatas. Dana dari APBD ada
juga Dari APBD Provinsi.
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa rata-rata pendapat informan mengenai dana
program klinik sanitasi adalah sangat kecil, bahkan ada yang mengatakan dana tidak
pernah ada, dana yang ada tidak sebanding dengan jumlah kasus penyakit berbasis
kegiatan-kegiatan, dari wawancara yang telah dilakukan dengan informan diperoleh hasil
sebagai berikut :
Berdasarkan Tabel 4.15 diatas dapat diketahui bahwa semua pendapat informan
mengenai kerjasama lintas program adalah baik, program klinik sanitasi ini mendapat
dukungan dari program lain walaupun dananya sangat kecil, hanya puskesmas Bukit
Kapur yang belum menjalin kerjasama dengan program lain yang ada di puskesmas.
Kerjasama lintas sektor perlu dilakukan untuk mendukung kegiatan diwilayah kerja,
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.16. Hasil wawancara mengenai kerjasama lintas sektor dalam pelaksanaan
program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di kota Dumai Tahun
2009
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Berdasarkan Tabel 4.16 diatas dapat diketahui pendapat informan mengenai kerjasama
lintas sektor adalah baik, di dalam menjalin kerjasama lintas sektor pelaksana program
harus aktif dalam mencari dukungan untuk perkembangan suatu program dan untuk
membuat suatu kebijakan seperti yang dilakukan oleh puskesmas Sungai Sembilan.
dilajalankan dan untuk mengetahui hambatan yang ada dalam pelaksanaan program, dari
wawancara yang telah dilakukan dengan informan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.17. Hasil wawancara mengenai kegiatan evaluasi yang dilakukan terhadap
program klinik sanitasi di seluruh Puskesmas di Kota Dumai Tahun
2009
Berdasarkan Tabel 4.17 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata informan mempunyai
pendapat yang sama mengenai pembinaan dan evaluasi yang dilakukan terhadap program
klinik sanitasi yaitu setahun sekali evaluasi dilakukan oleh petugas Dinas kesehatan dan
hampir tidak pernah dilakukan evaluasi oleh petugas puskesmas terhadap ke masyarakat
Untuk dapat melihat tingkat keberhasilan program klinik sanitasi maka jumlah
kunjungan klien klinik sanitasi harus lebih tinggi dibandingkan kunjungan pasien, dari
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.18. Data kunjungan klinik sanitasi diseluruh puskesmas Tahun 2008 di kota
Dumai
Berdasarkan Tabel 4.18 diatas dapat diketahui bahwa kunjungan pasien klinik sanitasi
meningkat secara keseluruhan pada 2008 terdapat 900 kunjungan pasien dan 18
kunjungan klien, Puskesmas Bukit Kapur tidak ada kunjungan klinik sanitasi baik pasien
maupun klien.
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
BAB V
PEMBAHASAN
petunjuk oleh Ditjen PPM & PL tentang pedoman program klinik sanitasi yaitu petugas
harus minimal berpendidikan SPPH atau D III kesehatan lingkungan, maka semua
puskesmas telah memiliki petugas yang berlatarbelakang pendidikan tersebut, namun ada
beberapa puskesmas yang masa kerja petugas masih baru yaitu kurang dari 5 Tahun, akan
tetapi jumlah petugas sanitasi di kota Dumai berjumlah 14 orang dengan jumlah
penduduk 233.074 sedangkan menurut Indikator Indonesia Sehat 2010 rasio tenaga
sanitasi adalah 40 orang per 100.000 penduduk, dengan demikian jumlah tenaga sanitasi
Berdasarkan hasil penelitian di seluruh puskesmas tidak satu pun petugas pelaksana
klinik sanitasi yang memiliki surat penugasan langsung dari kepala puskesmas, padahal
surat penugasan ini perlu dibuat sebagai bukti tertulis seorang pelaksana klinik sanitasi
dan bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya dan petugas pelaksana klinik
sanitasi hanya mempunyai Surat Keputusan (SK) dari Wali Kota Dumai yang
Berdasarkan hasil penelitian puskesmas yang memiliki ruangan klinik sanitasi terpisah
dengan ruangan program lain sebanyak 4 puskesmas yang terdiri dari puskesmas Dumai
Barat, puskemas Dumai Timur, Puskesmas Jaya Mukti dan puskesmas Bumi Ayu,
sedangkan puskesmas yang ruangan klinik sanitasinya bergabung dengan ruangan lain
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
sebanyak 5 puskesmas yaitu puskesmas Purnama, puskesmas Bukit Timah, puskesmas
kegiatan program klinik sanitasi, sebaiknya ruangan harus terpisah dengan ruangan
program lain agar kegiatan terlaksana dengan baik dan pasien/klien mempunyai
Dalam pelaksanaan konseling dan penyuluhan seluruh puskesmas memiliki alat bantu
leaflet, sound system dan 3 puskesmas memiliki media elektronik sebagai alat bantu
dalam melaksanakan kegiatan program klinik sanitasi di puskesmas, dengan demikian hal
tersebut sudah sesuai dengan pedoman pelaksanaan klinik sanitasi Ditjen PPM & PL
Dep.Kes RI 2000.
petugas harus memiliki alat transportasi, dari hasil observasi pada penelitian ini seluruh
puskesmas mempunyai alat transportasi rada 2 dan roda 4, yang dapat digunakan dalam
melakukan kegiatan klinik sanitasi, kendaraan roda 2 adalah milik petugas itu sendiri,
sedangkan kendaraan roda 4 adalah ambulance yang dapat digunakan untuk kunjungan
luar gedung terutama pada saat penyuluhan. Dengan demikian hal tersebut sudah sesuai
dengan pedoman pelaksanaan klinik sanitasi Ditjen PPM & PL Dep.Kes RI 2000.
Untuk mendukung keberhasilan suatu program salah satu yang harus tersedia adalah
dana. Dari hasil wawancara dengan informan bahwa dana klinik sanitasi sangat kecil,
sehingga program berjalan seadanya, tidak bisa ditindak lanjuti karena tidak mempunyai
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
dana yang cukup. Menurut kepala seksi penyehatan lingkungan dana program klinik
sanitasi memang sangat kecil sehingga ada puskesmas yang tidak mendapatkan dana
untuk pelaksanaan program. Dana di prioritaskan untuk puskesmas yang program klinik
Dana program klinik sanitasi kecil di kota Dumai kemungkinan karena dalam
Masalah data tidak hanya menyangkut bagaimana mendapatkan data. Data yang
diperoleh belum tentu selalu sesuai dengan pihak yang memerlukannya, masalah data
kendala seperti tidak tersedianya data, data tidak lengkap (Bustam, 2006). Maka dalam
pengajuan anggaran di Kota Dumai data tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk
Konsep H.L Blum yaitu environment of health, faktor lingkungan dianggap sebagai
faktor determinan utama status kesehatan masyarakat. Konsep Blum inilah yang banyak
dipakai hingga dewasa ini bahkan sangat mempengaruhi kebijakan pemerintah dimana
sehingga faktor gizi banyak yang berhubungan dengan kualitas kesehatan. memasuki
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
prioritas utama kekurangan gizi pada anak. Banyaknya masalah kesehatan yang harus di
penyakit menular seperti DBD yang harus mendapat perhatian segera. Maka dana yang
Dana klinik sanitasi kecil terjadi bukan di Dinas Kesehatan Kota Dumai saja,
berdasarkan hasil penelitian Metrizal dengan judul “Analisa Pelaksanaan Program Klinik
Sanitasi di Kota Binjai Tahun 2004”, juga menemukan masalah dana yang kecil bahkan
petugas puskesmas tidak mengetahui sumber dana program klinik sanitasi di Kota Binjai.
5.4. Buku Pedoman dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Klinik Sanitasi
pelaksanaan yang jelas, agar program berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dari hasil
penelitian diketahui bahwa semua puskesmas telah mempunyai buku pedoman dan
petunjuk teknis pelaksanaan program klinik sanitasi, hanya puskesmas Jaya Mukti yang
buku pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan foto copy, dengan demikian hal ini sudah
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan klinik sanitasi puskesmas menurut Ditjen PPM & PL
Dep.Kes RI 2000.
yang ada di puskesmas Tingginya angka penyakit yang dipengaruhi oleh lingkungan
terutama ISPA dan Diare karena kondisi alam di kota Dumai yang sering terjadi
kebakaran hutan dan akses terhadap air bersih yang memenuhi syarat masih rendah.
Sebagian masyarakat kota Dumai masih menggunakan air hujan sebagai air bersih, hal ini
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
dapat mempermudah terjangkit penyakit kulit, diare dan DBD. Namun demikian
Jumlah pasien yang di rujuk klinik sanitasi masih sangat kurang yaitu 1579 dari
28629 kasus penyakit berbasis lingkungan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan tenaga
pelaksana klinik yang ada di puskesmas, menurut Indikator Indonesia Sehat 2010 rasio
ahli sanitasi per 100.000 penduduk adalah 40 orang, sedangkan di kota Dumai jumlah
Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa belum ada komitmen yang kuat
sehingga pasien banyak yang tidak dirujuk, selain itu petugas klinik sanitasi juga
mempunyai tugas program kesehatan lingkungan lainnya yang harus dikerjakan, seperti
inspeksi sanitasi TTU, inspeksi sanitasi TP2M, Pengambilan sampel air, sehingga
petugas sulit membagi waktu kerjanya yang singkat yaitu dari jam 8-14 WIB.
Jumlah kunjungan klien klinik sanitasi masih sangat kurang di tahun 2008. Jumlah
klien di seluruh puskesmas hanya 18 orang, walaupun di tahun 2009 ada peningkatan
yaitu 45 orang, tetapi masih lebih tinggi jumlah kunjungan pasien klinik sanitasi. Dengan
demikian hal ini tidak sesuai dengan pedoman pelaksanaan klinik sanitasi menurut Ditjen
Klien klinik sanitasi adalah masyarakat umum yang datang ke puskesmas untuk
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
kunjungan klien dapat dilakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk memperkenalkan
program klinik sanitasi. Dari hasil wawancara dengan informan diketahui bahwa hal
tersebut tidak pernah dilakukan oleh petugas klinik sanitasi karena petugas kurang aktif
berasumsi bahwa puskesmas hanya untuk tempat berobat, masyarakat tidak mengetahui
fungsi puskesmas yang lain, dalam hal ini petugas klinik sanitasi harus mempromosikan
Pasien atau klien yang datang ke klinik sanitasi harus dikonseling dan diberi
untuk menggali lebih dalam mengenai masalah kesehatan yang dialami oleh pasien/klien,
pasien/klien sudah dilakukan, namun belum semua pasien yang d rujuk ke klinik sanitasi
dikonseling, jumlah pasien yang dirujuk adalah 1579 orang yang dikonseling hanya 1006
orang. Dengan demikian hal ini tidak sesuai dengan pedoman pelaksanaan klinik sanitasi
Berdasarkan hasil observasi diketahui tidak seluruh pasien yang dirujuk dikonseling
karena keterbatasan waktu dan tenaga serta ketidak sabaran pasien dalam memerima
penjelasan dari petugas klinik sanitasi, apalagi jika pasien penderita penyakit berbasis
kepada orang tua pasien akan tetapi pesan tersebut tidak dapat diterima oleh orang tua
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
5.9. Jumlah Kunjungan Rumah
hasil konseling yang telah dilakukan di puskesmas dengan waktu yang telah disepakati
bahwa kunjungan rumah pasien sebanyak 140 rumah dari 1006 orang pasien yang
dikonseling, hal ini disebabkankan oleh keterbatasan tenaga pelaksana program klinik
sanitasi, keterbatasan waktu dan keterbatasan dana. Sedangkan kunjungan rumah klien
Kerjasama lintas sektor dan lintas program sudah dijalankan oleh pelaksana program
puskesmas Bukit Kapur program klinik sanitasi belum dilaksanakan. Kerjasama lintas
program klinik sanitasi, sesuai dengan pedoman pelaksanaan program klinik sanitasi
pelaksanaan program klinik sanitasi, menurut pedoman pelaksanaan klinik sanitasi Ditjen
PPM & PL Dep.Kes RI 2000 evaluasi dilakukan oleh petugas Dinas Kesehatan terhadap
petugas puskesmas dan terhadap pasien/klien setiap triwulan, semester serta evaluasi
tahunan, hasil evaluasi akan dibahas untuk mencari cara memecahkan kendala-kendala
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa evaluasi masih sangat kurang dilakukan,
baik terhadap petugas puskesmas dan terhadap pasien/klien, hal ini karena keterbatasan
jumlah petugas, waktu yang terbatas serta kurang motivasi dari petugas itu sendiri.
Dengan demikian hal ini tidak sesuai dengan pedoman pelaksanaan klinik sanitasi Ditjen
masih rendah, hal ini dapat dilihat dengan masih tingginya angka penyakit berbasis
lingkungan yaitu 28629 kasus, sedangkan jumlah pasien yang di rujuk ke klinik sanitasi
1579 (5,51%) kasus dan yang di konseling 1006 (63,71%) kasus dari jumlah pasien yang
dirujuk. Sedangkan jumlah kunjungan klien hanya 45 orang, dengan demikian hal ini
tidak sesuai dengan indikator keberhasilan program klinik sanitasi menurut Ditjen PPM
& PL dep.Kes RI. Adapun indikator tersebut adalah Meningkatkan kunjungan klien dan
dari target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Dumai yaitu 50% dari penderita
penyakit berbasis lingkungan harus dirujuk ke klinik sanitasi, dari hasil penelitian
diketahui bahwa jumlah pasien yang dijuruk hanya 10,98 % dari target yang ditetapkan.
Rendahnya tingkat keberhasilan program klinik sanitasi dipengaruhi oleh beberapa hal
seperti jumlah petugas tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang dilayani, yaitu 14
orang untuk 233.074 jumlah penduduk yang seharusnya dilayani oleh 80 orang petugas
sanitasi dana untuk operasional program sangat kecil, sehingga petugas kurang
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
termotivasi, kurang komitmen antara Dinas Kesehatan dengan Puskesmas dalam hal
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
kesimpulan dari aspek yang diobservasi dan hasil wawancara dengan informan mengenai
tingkat keberhasilan program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di Kota Dumai sebagai
berikut :
sangat kurang yaitu 14 orang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yaitu
233.074 karena menurut Indikator Indonesia Sehat 2010 rasio tenaga sanitasi 40
ruangan klinik sanitasi terpisah dengan ruangan lain. Sarana transportasi untuk
menunjang pelaksanaan klinik sanitasi sudah baik, alat bantu penyuluhan masih
3. Dana program klinik sanitasi diseluruh puskesmas di Kota Dumai masih sangat
kecil jika di bandingkan dengan jumlah kasus penyakit berbasis lingkungan yang
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
5. Jumlah penyakit berbasis lingkungan di puskesmas di Kota Dumai 28629 kasus,
dari kasus tersebut ISPA mempunyai jumlah kasus yang paling tinggi yaitu13623
(47,58%) kasus, penyakit kulit 7703 (26,90%) kasus dan Diare 5697 (19,89%).
sanitasi masih sangat rendah yaitu 1579 (10,98%) kasus dari 28629 kasus
7. Jumlah klien klinik sanitasi ada peningkatan ditahun 2008 sebanyak 18 orang
8. Jumlah pasien yang dikonseling adalah 1006 orang (63,71%) dari jumlah pasien
45 orang (100%).
9. Jumlah kunjungan rumah pasien yang dilakukan oleh pelaksana program klinik
sanitasi adalah 140 rumah dari 1006 pasien yang dikonseling atau (13,9%)
10. Kerjasama lintas program dan lintas sektor sudah baik, walaupun pembinaan dan
11. Program klinik sanitasi diseluruh puskesmas masih belum berhasil, hal ini
ditandai dengan masih tingginya angka penyakit berbasis lingkungan yang datang
ke puskesmas, target jumlah pasien yang dirujuk baru dicapai 10,98% dari 50%
target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Dumai dan kunjungan klien
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
6.2. Saran
3. Agar pasien klinik sanitasi tidak drop aut sebaiknya ruangan klinik sanitasi
4. Untuk kelangsungan suatu program perlu ada dana agar dapat mendukung
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
Dinkes Kota Dumai. 2007. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kota Dumai Tahun 2007. Dumai.
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Metrizal. 2005. Analisa Pelaksanaan Program Klinik Sanitasi Kota Binjai tahun 2004.
Tesis Sekolah Pascasarjana USU. Medan.
Cipta. Jakarta.
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
FORMULIR CHECK LIST OBSERVASI PADA PENELITIAN ANALISA TINGKAT
KEBERHASILAN PROGRAM KLINIK SANITASI DI SELURUH PUSKESMAS DI
KOTA DUMAI TAHUN 2009
____________________________________________________________________
Nomor informan :
Nama informan :
Puskesmas :
Pendidikan :
Jabatan :
Masa kerja :
2. Ijazah/SK
3. Sertifikat pelatihan
5. Struktur organisasi
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
2. Alat Peraga/Alat Bantu penyuluhan
1 Leaflet
2 Cetakan Samijaga
3 Media Elektronik
4 Sound Sytem
5 Media Lain
(sebutkan)
1 Udara 1
2 Air 1
3 Tanah 1
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
4. Alat transportasi
1 Kendaraan Roda 4
2 Kendaraan Roda 2
III. Dana
1. Ketersediaan dana
1. Konseling
2. Penyuluhan
3. Materi penyuluhan
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
4. Loka karya Mini
3. Penyuluhan
4. Materi Penyuluhan
VIII. Kerjasama
1. Lintas program
2. Lintas sektor
1. Ke rumah pasien
2. Ke rumah klien
X. Evaluasi
2. Laporan bulanan
3. Laporan tahunan
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
DAFTAR PERTANYAAN DALAM WAWANCARA PADA PENELITIAN ANALISA
TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM KLINIK SANITASI DI SELURUH
PUSKESMAS DI KOTA DUMAI TAHUN 2009
Nomor informan :
Nama informan :
Puskesmas :
Pendidikan :
Jabatan :
Masa kerja :
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
III. Berapa jumlah stimulan yang telah dilaksanakan dalam program klinik sanitasi
IV. Dari mana anggaran untuk program klinik sanitasi dan bagaimana dengan kecukupan
dana tersebut
1. APBD TK I Provinsi
2. APBD TK I BLN
3. APBD TK II
4. Apakah cukup
Jawaban
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
2
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
3
Jawaban
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.