Anda di halaman 1dari 91

ANALISA TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM KLINIK SANITASI

DI SELURUH PUSKESMAS DI KOTA DUMAI


TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

SURIANI
NIM. 071000231

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
ANALISA TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM KLINIK SANITASI
DI SELURUH PUSKESMAS DI KOTA DUMAI
TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

SURIANI
NIM. 071000231

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

ANALISA TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM KLINIK SANITASI


DI SELURUH PUSKESMAS DI KOTA DUMAI
TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

SURIANI
NIM. 071000231

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi


Pada Tanggal 05 Agustus 2009 Dan Dinyatakan
Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr. Devi Nuraini Santi, MKes Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS


NIP. 197002191998022001 NIP. 196501091994032002

Penguji II Penguji III

Ir. Indra Chahaya S, MSi dr. Taufik Ashar, MKM


NIP. 196811011993032005 NIP. 197803312003121001

Medan, Agustus 2009


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, MSi


NIP. 195310181982032001

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
ABSTRAK

Klinik sanitasi sebagai salah satu pelayanan di puskesmas yang mengintegrasikan


antara upaya kuratif, promotif dan preventif, yang mempunyai peran antara lain sebagai
pusat informasi, pusat rujukan fasilitator di bidang kesehatan lingkungan dan penyakit
berbasis lingkungan. Empat faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan yaitu
lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Lingkungan mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam mempengaruhi derajat kesehatan.
Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program klinik
sanitasi di seluruh puskesmas di Kota Dumai.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriftif dan informan
dalam penelitian ini adalah tenaga pelaksanaan klinik sanitasi puskesmas dan kepala
seksi penyehatan lingkungan Dinas Kesehatan Kota Dumai dengan jumlah informan 10
orang.
Hasil penelitian diketahui bahwa petugas sudah berlatarbelakang pendidikan
sanitasi namun jumlahnya masih kurang, sarana dan prasarana sudah ada tetapi belum
lengkap, pedoman dan petunjuk teknis sudah tersedia di seluruh Puskesmas, program
klinik sanitasi sudah berjalan di 8 puskesmas dari 9 puskesmas yang ada di Kota Dumai,
namum hasilnya belum maksimal karena masih rendahnya jumlah kunjungan klinik
sanitasi yaitu 1579 (10,98%) kunjungan pasien dari 28629 (19%) kasus penyakit berbasis
lingkungan dan 45 kunjungan klien, keberhasilan yang dicapai hanya 10,98% dari 50%
target kota Dumai serta belum ada evaluasi secara rutin terhadap program klinik sanitasi.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada seluruh puskesmas untuk
membuat skema alur masuk pasien/klein klinik sanitasi dan menempatkan diruang tunggu
pasien. Dinas kesehatan perlu melakukan pembinaan dan supervisi terhadap petugas
puskesmas agar program klinik sanitasi dapat berjalan dengan maksimal. Agar pasien
klinik sanitasi tidak drop aut sebaiknya ruangan klinik sanitasi bersebelahan dengan
ruang pemeriksaan pasien.Untuk kelangsungan suatu program perlu ada dana agar dapat
mendukung kegiatan-kegiatan klinik sanitasi dan sebaiknya dana disesuaikan dengan
jumlah kasus penyakit berbasis lingkungan di masing-masing puskesmas.

Kata kunci : Klinik Sanitasi, Penyakit Berbasis Lingkungan.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
ABSTRACT

Sanitation Clinic as one of service at public health centre that integrate between
curative, promotif and preventif, it have three characters as information centre, reference
centre fasilitator at environment health area and disease based on environment. Four
factors that can influence health that is environment, behaviour, heredity and health
service. Environment has big influence for health.
This research aim to know the sanitation clinic program success in all public
health centre in Dumai city.
The method of the research was descriptive and informant in this research is
clinic sanitation employer in public health and the leaders of parts environment health
Dumai City.Total of them are 10 persons.
Result of this research has been known that workers have a good profile
sanitation education but has low total, there was facilities and infrastructure but not
complete, guide and technical instruction available in all public health centre, sanitation
clinic program already in 8 public health centre from 9 public health centre in Dumai
city, but the result not maximal because sanitation clinic is low. The amount of invitation
is 1579 (10,98%) patient from 28629 (19%) disease cases based on environment and 45
client invitations, the result only 10,98% from 50% Dumai city's target, there is no
evaluation routinely for sanitation clinic program.
Based on the research result that suggested the all public health centre to make
channel scheme enters patient/klein sanitation clinic and laid space investigation wait
patient. Necessary do construction and supervision for workers public health centre so
that sanitation clinic program ambulatory with maxima. So that sanitation clinic patient
doesn't deliver out best adjacent sanitation clinic with space investigation. for
continuance a program necessary there fund so that can support activities at sanitation
clinic and best fund is accustommed with disease case total based on environment at each
at public health centre.

Keyword: Sanitation Clinic, Environment of Disease.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri

Nama : Suriani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Layan, 27 Juli 1977

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Jumlah Anak : 1 Orang

Alamat Rumah : Jl.Dermaga Gg Pergam No. 5 Dumai

Riwayat Pendidikan

SD Negeri Blang Jerat Aceh Pidie : 1983 -1989

MTs Negeri Sigli Aceh Pidie : 1989 -1992

SLTA Negeri 1 Simpang Tiga Aceh Pidie : 1992 -1995

Akademi Kesehatan Lingkungan Sari Mutiara Medan : 1995 -1998

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : 2007 -2009

Riwayat Pekerjaan

Staf Puskesmas Dumai Barat Kota Dumai : 2000 - 2006

Staf Puskesmas Dumai Timur Kota Dumai : 2006 - 2007

Tugas Belajar di FKM USU : 2007 - 2009

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, hanya karena rahmat dan

hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Analisa Tingkat

Keberhasilan Program Klinik sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun

2009” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM-USU) Medan.

Dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta doa

dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulusnya

kepada :

1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Indra Chahaya S, MSi, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan

Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes, sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak

membantu dan meluangkan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS, sebagai dosen pembimbing II yang telah

banyak membantu dan meluangkan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini

5. dr. H. Agus Widayat, MM, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Dumai yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

6. Kepala bidang P2PL dan kepela seksi penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan

Kota Dumai, seluruh kepala puskesmas dan petugas klinik sanitasi yang telah

membantu dalam pelaksanaan penelitian.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
7. Seluruh dosen di FKM khususnya Departemen Kesehatan Lingkungan

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan dalam

penyempurnaan skripsi ini.

8. Ir.Kalsum, M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademik yang selalu meluangkan

waktu untuk saya berkonsultasi.

9. Rekan-rekan seperjuangan khususnya ekstensi 2007 : Hinsa, Helena, Rica, Kamri,

Santi Gea, Fatul Jannah, Hesti, dan Yuni.

10. Anak tercinta Silvia Katarina Putri (Puput) yang telah menemani mama selama

pendidikan dan suami yang rela ditinggal selama penulis mengikuti pendidikan.

11. Kakak dan Abang serta keponakan tersayang Eka, Anda, Ai yang selalu

membantu penulis selama mengikuti pendidikan.

12. Kedua orang tua dan mertua yang selalu mendoakan penulis.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam

skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari semua pihak

guna penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Agustus 2009

Penulis

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Pengesahan .......................................................................................... i
Abstrak ................................................................................................................ ii
Abstract ................................................................................................................. iii
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... iv
Kata Pengantar ................................................................................................... v
Daftar Isi .............................................................................................................. vii
Daftar Tabel ......................................................................................................... x
Daftar Lampiran ................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................. 4
1.3. Tujuan ...................................................................................... 4
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................... 4
1.3.2. Tujuan Khusus .............................................................. 4
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6


2.1. Penyakit Berbasis Lingkungan .................................................. 6
2.1.1. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) ........................ 7
2.2.2. Penyakit Kulit ............................................................... 7
2.2.3. Diare ............................................................................. 8
2.2.4. Tuberkulosis (TBC) ...................................................... 8
2.2.5. Malaria .......................................................................... 10
2.2.6. Demam Berdarah Dengue (DBD) .................................. 12
2.2.7. Kecacingan ................................................................... 14
2.2. Pengertian Klinik Sanitasi ......................................................... 15
2.2.1. Pengertian Pasien Klinik sanitasi ................................... 17
2.2.2. Pengertian Klien Klinik Sanitasi.................................... 17
2.2.3. Pengertian Konseling .................................................... 18
2.3. Tujuan Klinik Sanitasi .............................................................. 18
2.3.1. Tujuan Umum Klinik Sanitasi ....................................... 18
2.3.2. Tujuan Khusus Klinik Sanitasi ...................................... 18
2.4. Ruang Lingkup Klinik Sanitasi ................................................. 19
2.5. Sasaran Program Klinik Sanitasi ............................................... 19
2.6. Sumber Daya Program Klinik Sanitasi ...................................... 20
2.6.1. Tenaga Pelaksana .......................................................... 20
2.6.2. Sarana dan Prasarana Program Klinik Sanitasi............... 20
2.6.3. Sumber Dana Program Klinik Sanitasi .......................... 21
2.7. Strategi Operasional Program KLinik Sanitasi .......................... 21
2.8. Kegiatan Program Klinik Sanitasi ............................................. 22
2.8.1. Dalam Gedung puskesmas............................................. 22
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
2.8.2. Luar Gedung Puskesmas ............................................... 23
2.9. Kriteria Keberhasilan Program KLinik Sanitasi ........................ 24
2.9.1. Indikator Keberhasilan Langsung .................................. 24
2.9.2. Indikator Keberhasilan Tidak Langsung ........................ 25
2.10. Alur Kegiatan Program Klinik Sanitasi ..................................... 26
2.11. Kerangka Konsep ..................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 29


3.1. Jenis Penelitian ......................................................................... 29
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................... 29
3.2.1. Lokasi Penelitian ........................................................... 29
3.2.2. Waktu Penelitian ........................................................... 29
3.3. Objek dan Informan Penelitian.................................................. 29
3.3.1. Objek Penelitian ........................................................... 29
3.3.2. Informan Penelitian ...................................................... 30
3.4. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 30
3.4.1. Data Primer ................................................................... 30
3.4.2. Data Sekunder ............................................................... 30
3.5. Aspek Pengukuran .................................................................... 31
3.6. Definisi Operasional ................................................................. 34
3.7. Analisa Data ............................................................................. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................... 37


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 37
4.2. Data Dasar Program Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan
Kota Dumai ............................................................................. 38
4.2.1. Data Jumlah Tenaga Sanitasi ........................................... 38
4.2.2. Data Sanitasi Dasar ......................................................... 39
4.3. Hasil Observasi Terhadap Petugas ............................................ 39
4.3.1. Hasil Observasi Terhadap Pendidikan, Jabatan dan
Masa Kerja Petugas ...................................................... 39
4.3.2. Hasil Observasi Terhadap Surat Penugasa, Ijazah/SK
serta Sertifikat Pelatihan ................................................ 40
4.4. Hasil Observasi Terhadap Sarana dan prasarana Program
Klinik Sanitasi .......................................................................... 41
4.4.1. Hasil Observasi Terhadap Ruangan Program Klinik
Sanitasi ......................................................................... 42
4.4.2. Hasil Observasi Terhadap Alat Bantu ............................ . 43
4.4.3. Hasil Observasi Terhadap Alat Transportasi .................. 44
4.4.4. Hasil Observasi Terhadap Ketersediaan Pedoman dan
Petunjuk Teknis ............................................................ 44
4.5. Hasil Jumlah Kunjungan Klinik Sanitasi .................................. 45
4.5.1. Hasil Jumlah Penyakit Berbasis Lingkungan ................. 45
4.5.2. Hasil Jumlah Pasien Klinik Sanitasi .............................. 46
4.5.3. Hasil Kunjungan Klien Klinik Sanitasi .......................... 47
4.5.4. Hasil Kunjungan Rumah ............................................... 48
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
4.6. Jumlah Stimulan ....................................................................... 49
4.7. Hasil Wawancara ...................................................................... 49
4.7.1. Hasil Wawancara Dana Klinik Sanitasi ......................... 50
4.7.2. Hasil Wawancara Mengenai Kerjasama Lintas Program 51
4.7.3. Hasil Wawancara Mengenai Kerjasama Lintas Sektor ... 53
4.2.4. Hasil Wawancara Mengenai Evaluasi ............................ 54
4.8. Data Kunjungan Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Tahun
2008 ..................................................................................... 56

BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 56


5.1 Petugas Klinik Sanitasi ............................................................. 56
5.2. Sarana dan Prasarana Klinik Sanitasi ........................................ 56
5.3. Dana Program Klinik Sanitasi ................................................... 57
5.4. Buku Pedoman dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program
Klinik Sanitasi .......................................................................... 59
5.5. Jumlah Penyakit Berbasis Lingkungan ...................................... 60
5.6. Jumlah Pasien Klinik Sanitasi ................................................... 60
5.7. Jumlah Klien Klinik Sanitasi..................................................... 60
5.8. Jumlah Pasien/Klien Yang Dikonseling .................................... 61
5.9. Kunjungan Rumah .................................................................... 62
5.10. Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektor ............................ 62
5.11. Evaluasi Program Klinik sanitasi ............................................. 62
5.12. Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi .......................... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 65


6.1. Kesimpulan .............................................................................. 65
6.2. Saran ........................................................................................ 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Data jumlah tenaga sanitasi Dinas Kesehatan Kota Dumai ................... 38

Tabel 4.2. Data jumlah sarana sanitasi dasar yang ada di Kota Dumai ................... 39

Tabel 4.3. Gambaran petugas pelaksana klinik sanitasi menurut pendidikan,


jabatan dan masa kerja dimasing-masing Puskesmas di Kota Dumai
tahun 2009 ........................................................................................... 39

Tabel 4.4. Hasil observasi terhadap surat penugasan, ijazah/SK dan sertifikat
pelatihan petugas pelaksana klinik sanitasi di seluruh puskesmas di
Kota Dumai .......................................................................................... 40

Tabel 4.5. Hasil observasi terhadap ruangan klinik sanitasi di seluruh puskesmas
di kota dumai tahun 2009 ..................................................................... 41

Tabel 4.6. Hasil observasi terhadap alat peraga/alat bantu penyuluhan dalam
pelaksanaan program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di kota
Dumai Tahun 2009.............................................................................. ... 42

Tabel 4.7. Hasil observasi terhadap alat transportasi yang mendukung kegiatan
pelaksanaan program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di Kota
Dumai Tahun 2009 ............................................................................... 43

Tabel 4.8. Hasil observasi terhadap ketersediaan buku pedoman dan petunjuk
teknis dalam pelaksanaan kegiatan program klinik sanitasi di seluruh
puskesmas di kota Dumai Tahun 2009.................................................. 43

Tabel 4.9. Jumlah penyakit berbasis lingkungan di seluruh puskesmas di Kota


Dumai Tahun 2009 ............................................................................... 44

Tabel 4.10.Jumlah pasien penderita penyakit berbasis lingkungan yang dirujuk ke


klinik sanitasi di seluruh puskesmas di Kota Dumai Tahun 2009 .......... 45

Tabel 4.11.Jumlah kunjungan klinik sanitasi di seluruh puskesmas di Kota Dumai


Tahun 2009 .......................................................................................... 46

Tabel 4.12.Jumlah kunjungan rumah yang dilakukan oleh petugas Klinik sanitsi di
seluruh puskesmas di Kota Dumai Tahun 2009 .................................... 47

Tabel 4.13.Jumlah stimulant program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di kota


Dumai Tahun 2009 ............................................................................... 48

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel4.14.Hasil wawancara mengenai kecukupan dana dalam mendukung
pelaksanaan kegiatan program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di
kota Dumai Tahun 2009 ....................................................................... 49

Tabel4.15.Hasil wawancara mengenai kerjasama lintas program dalam


pelaksanaan program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di Kota
Dumai Tahun 2009 ............................................................................... 50

Tabel 4.16.Hasil wawancara mengenai kerjasama lintas sektor dalam pelaksanaan


program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di Kota Dumai Tahun
2009 ............................................................................................... 52

Tabel 4.17.Hasil wawancara mengenai kegiatan evaluasi yang dilakukan terhadap


program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di Kota Dumai Tahun
2009 ............................................................................................... 53

Tabel 4.18.Data kunjungan klinik sanitasi di seluruh puskesmas Tahun 2008-2009


di kota Dumai....................................................................................... 54

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Check List Observasi dan Daftar Pertanyaan

Lampiran 2. Indikator Indonesia Sehat 2010

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian Dari FKM-USU

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Ke Puskesmas Dari Dinas Kesehatan

Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian Dari Seluruh Puskesmas

Lampiran 6. Surat Balasan Selesai Penelitian Dari Dinas Kesehatan Kota Dumai

Lampiran 7. Blangko Pencatatan dan Pelaporan

Lampiran 8. Dokumentasi

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang

bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan

tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

maupun pemerintah (Depkes RI, 2004).

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai

dengan cita-cita bangsa Indonesia, derajat kesehatan yang besar artinya bagi

pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia dan sebagai modal bagi pelaksana

pembanganunan nasional (Depkes RI, 2004).

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat

diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan yang meliputi

peningkatan derajat kesehatan ( preventif ), penyembuhan penyakit ( kuratif ) dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif ) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan (Depkes RI,1992).

Dalam pembangunan sektor kesehatan, berbagai program telah dilaksanakan

untuk mencapai tujuan pembanguan nasional tersebut, namun masih dijumpai berbagai

masalah kesehatan utama, peluang dan ancaman yang berhubungan pada pembangunan

kesehatan (Depkes RI, 2005).

Diindentifikasi beberapa masalah kesehatan utama meliputi derajat kesehatan

yang rendah, status gizi masyarakat masih memprihatinkan, berbagai penyakit menular

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
baru (New Emerging Diseases) muncul dan berkembang, adanya penyakit menular

muncul kembali (Re Emerging Diseases), beberapa daerah mempunyai masalah penyakit

menular lokal spesifik yang perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2005).

Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan

antara lain bahwa : (1) kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat , (2) kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum,

lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan lainnya, (3)

kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air , tanah dan udara, pengamanan limbah

padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor penyakit dan

penyehatan atau pengamanan lainnya, (4) setiap tempat umum atau sarana pelayanan

umum wajib memelihara dan meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar

dan persyaratan (Depkes RI,1992).

Menurut Hendrik L.Blum, derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat

faktor utama yaitu : faktor lingkungan, perilaku manusia, pelayanan kesehatan dan

keturunan. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dengan faktor lain, yaitu sumber

daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya dan populasi sebagai

satu kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat

kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik, lingkungan biologik

dan lingkungan sosio kultural (Depkes RI, 2000).

Pengelolaan lingkungan merupakan upaya untuk memecahkan, memperbaiki dan

meningkatkan mutu lingkungan, agar fungsi lingkungan bagi manusia dan mahkluk hidup

lainnya dapat terpenuhi bagi kelangsungan hidup (Depkes RI, 2001).

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Lingkungan yang diharapkan dalam visi Indonesia Sehat 2010 adalah lingkungan

yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari polusi,

tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman

yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya

masyarakat yang saling tolong menolong dalam memelihara nilai-nilai budaya bangsa

(Depkes RI, 2001).

Masalah kesehatan berbasis lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang

tidak memadai baik kualitas maupun kwantitasnya serta perilaku hidup sehat masyarakat

yang masih rendah sehingga mengakibatkan penyakit-penyakit berbasis lingkungan

muncul antara lain seperti diare, ISPA, malaria, DBD, TBC, yang masih mendominasi 10

penyakit terbesar puskesmas dan merupakan pola penyakit utama di Indonesia (Depkes

RI, 2001).

Dalam rangka meningkatkan stastus kesehatan masyarakat, puskesmas merupakan

ujung tombak yang paling depan diwilayah kerjanya. Salah satu fungsi puskesmas yang

penting adalah mengembangkan dan membina kemandirian masyarakat dalam

memecahkan masalah kesehatan yang timbul, mengembangkan kemampuan dan

kemauan mayarakat baik berupa pemikiran maupun kemampuan yang berupa sumber

daya, salah satu terobosan untuk mengatasi masalah kesehatan berbasis lingkungan

adalah klinik sanitasi (Depkes RI,2001).

Klinik sanitasi sebagai salah satu pelayanan dipuskesmas yang mengintegrasikan

antara upaya kuratif, promotif dan preventif, yang mempunyai peran antara lain sebagai

pusat informasi, pusat rujukan fasilitator di bidang kesehatan lingkungan dan penyakit

berbasis lingkungan ( Depkes RI, 2005).

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Data yang diperoleh dari survei pendahuluan bahwa 10 penyakit terbesar yang

ada di kota Dumai pada tahun 2007 masih didominasi oleh penyakit-penyakit yang

berbasis lingkungan antara lain seperti ISPA 27244 kasus (18,11%), Influenza 7771

kasus (5,16%), penyakit kulit Alergi 7651 kasus (5,09%) dan diare (4,10%) kasus 6176

(Dinkes Dumai, 2007).

1.2. Perumusan Masalah

Tingginya penyakit berbasis lingkungan di kota Dumai dan program klinik

sanitasi telah dijalankan sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi masalah

kesehatan berbasis lingkungan yang terjadi di masyarakat yang berada diwilayah kerja

puskesmas di kota Dumai, maka peneliti ingin mengetahui tingkat keberhasilan program

klinik sanitasi di seluruh puskesmas di kota Dumai.

1.3. Tujuan

1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program klinik sanitasi di seluruh

puskesmas di kota Dumai.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jumlah tenaga pelaksanaan program klinik sanitasi diseluruh

puskesmas di kota Dumai.

2. Untuk mengetahui ketersediaan sarana dan prasarana program klinik sanitasi di

seluruh puskesmas di kota Dumai.

3. Untuk mengetahui ketersediaan dana dalam pelaksanaan program klinik sanitasi

di seluruh puskesmas di kota Dumai.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
4. Untuk mengetahui ketersediaan pedoman dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan

program klinik sanitasi diseluruh puskesmas di kota Dumai.

5. Untuk mengetahui jumlah penyakit berbasis lingkungan dipuskesmas di kota

Dumai.

6. Untuk mengetahui jumlah pasien penderita penyakit berbasis lingkungan yang di

rujuk ke klinik sanitasi di kota Dumai.

7. Untuk mengetahui jumlah kunjungan klien klinik sanitasi diseluruh puskesmas di

kota Dumai

8. Untuk mengetahui jumlah kunjungan klinik sanitasi yang di konseling oleh

petugas klinik sanitasi.

9. Untuk mengetahui jumlah kunjungan rumah pasien/klien klinik sanitasi yang

dilakukan oleh petugas klinik sanitasi.

10. Untuk mengetahui kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam pelaksanaan

program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di kota Dumai

11. Untuk mengetahui evaluasi yang dilakukan dalam penyempurnaan pelaksanaan

program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di kota Dumai.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan kajian bagi puskesmas dan Dinas Kesehatan kota

Dumai untuk meningkatkan mutu pelaksanaan program klinik sanitasi.

2. Untuk menambah pengetahuan penulis dibidang sanitasi khususnya program

klinik sanitasi.

3. Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca tentang program klinik sanitasi.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Berbasis lingkungan

Lingkungan tidak mungkin mampu mendukung jumlah kehidupan yang tanpa batas

dengan segala aktivitasnya. Karena itu, apabila lingkungan sudah tidak mampu lagi

mengdukung kehidupan manusia, manusia akan menuai berbagai kesulitan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berdampak pada kualitas daya

dukung lingkungan, yang pada akhirnya akan merusak lingkungan itu sendiri. Eksploitasi

sumber daya alam yang berlebihan akan berdampak buruk pada manusia (Anies, 2006).

Pengaruh lingkungan dalam menimbulkan penyakit pada manusia telah lama disadari,

seperti dikemukakan Blum dalam Planning for health, development and application of

social change theory, bahwa faktor lingkungan berperan sangat besar dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya kondisi kesehatan masyarakat

yang buruk, termasuk timbulnya berbagai penyakit juga dipengaruhi oleh lingkungan

yang buruk. (Anies, 2006).

Interaksi manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak antara kuman dengan

manusia. Sering terjadi kuman yang tinggal di tubuh host kemudian berpindah ke

manusia karena manusia tidak mampu menjaga kebersihan lingkungannya. Hal ini

tercermin dari tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan yang masih merupakan

masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia. Beberapa penyakit yang timbul akibat

kondisi lingkungan yang buruk seperti ISPA, TBC, diare, DBD, malaria, kecacingan dan

penyakit kulit (Depkes RI, 2002).

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
2.1.1. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14 hari, yang

dimaksud dengan saluran pernafasan adalah mulai dari hidung sampai gelembung paru

beserta organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru

(Depkes RI, 2001).

ISPA disebabkan oleh bakteri streptococcus pneumonia, hemophilhillus Influensa,

asap dapur, sirkulasi udara yang tidak baik, tempat berkembangbiaknya di saluran

pernafasan, ISPA dapat ditularkan melalui udara yang terkontaminasi dengan bakteri

ketika penderita batuk yang terhirup oleh orang sehat masuk ke saluran pernafasannya

(Depkes RI, 2001).

ISPA dapat dicegah dengan cara menjaga sirkulasi udara dalam rumah dengan

membuka jendela setiap hari, menghindari polusi udara di dalam rumah seperti asap

dapur dan asap rokok, tidak padat penghuni di kamar tidur, menjaga kebersihan rumah

dan lingkungan sekitarnya (Depkes RI, 2001).

2.1.2. Penyakit Kulit

Penyakit kulit atau sering disebut dengan kudis/scabies/gudik/budukan yang

disebabkan oleh tungau atau sejenis kutu yang sangat kecil (Sarcoptes scabies), tempat

berkembangbiaknya adalah dilapisan tanduk kulit dan membuat terowongan dibawah

kulit sambil bertelur, penularannya dapat melalui kontak langsung dengan penderita dan

dapat pula ditularkan melalui perantara seperti baju, handuk, sprei yang digunakan

penderita kemudian digunakan oleh orang sehat, pencegahan dapat dilakukan dengan

menghindar menukar baju, handuk, lingkungan agar tidak terlalu padat, menjaga

kebersihan lingkungnan dan personal hygiene (Depkes RI, 2001).

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
2.1.3. Diare

Diare adalah buang air besar lembek sampai encer yang lebih dari 3 kali dalam satu

hari. Diare dapat disebabkan oleh bakteri/virus antara lain seperti : Rotavirus,

Escherrichia Coli Enterotoksigenik (ETEC), shigella. Compylobacter Jejuni,

Cryptospondium (Depkes RI, 2001).

Diare karena bakteri Escherrichia Coli (E.Coli) disebabkan oleh bakteri E.Coli tempat

berkembang biak bakteri ini adalah dalam tinja manusia, cara penularan melalui makanan

yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh lalat yang hinggap pada

tinja yang dibuang sembarangan, melalui minum air terkontaminasi bakteri E.Coli yang

tidak dimasak sampai mendidih, melalui tangan yang terkontaminasi bakteri E.Coli

karena sesudah buang air besar tidak mencuci tangan dengan sabun (Depkes RI 2001).

Cara pencegahan diare dapat dilakukan antara lain : menutup makanan agar tidak

dihinggapi lalat, tidak membuang air besar sembarangan, mencuci tangan dengan sabun

sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air besar, mancuci bahan makanan

dengan air bersih, memasak air sampai mendidih, menggunakan air bersih yang

memenuhi syarat (Depkes RI, 2001).

2.1.4. Tuberkulosis (TBC)

Penyakit TBC adalah batuk yang berlangsung secara terus menerus selama 3 minggu

atau lebih, berkeringat malam tanpa aktifitas serta dapat juga ditandai dengan batuk darah

karena pembuluh darah pecah akibat luka dalam alveoli yang sudah lanjut. TBC

disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis basil atau kuman yang berbentuk batang

dan mempunyai sifat tahan terhadap penghilangan warna yang bersifat asam dan alkohol

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
(kuman tetap berwarna kemerahan), maka disebut Basil Tahan Asam (BTA) menemukan

kuman BTA ini menjadi dasar penting dalam penegakan diagnosis (Achmadi, 2008).

Berdasarkan pemeriksaan TBC dapat diklasifikasikan menjadi 3 (Achmadi, 2008):

1. TBC paru BTA (Basil Tahan Asam) positif

Disebut sebagai TBC paru BTA positif apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3

spesimen sputum SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif atau 1 spesimen

sputum SPS positif disertai pemeriksaan radiologi paru menunjukkan gambaran

TBC aktif.

2. TBC paru BTA negatif

Apabila dalam pemeriksaan 3 spesimen sputum SPS BTA negatif dan foto

radiologi dada menunjukkan gambaran TBC aktif, TBC paru dengan BTA negatif

dan gambaran foto radiologi positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan, bila

menunjukkan keparahan yaitu kerusakan luas dianggap berat.

3. TBC ekstra paru

Tuberculosis yang menyerang organ lain selain paru, termasuk pleura, yaitu yang

menyelimuti paru, selaput otak selaput jantung perikarditis, kelenjar limpa, kulit

persendian, ginjal serta saluran kencing.

TBC dapat menular melalui udara dengan cara penderita TBC berbicara, meludah,

batuk, dan bersih sehingga kuman TBC yang berada di paru-paru penderita menyebar ke

udara terhirup oleh orang (Depkes RI, 2001).

Pencegahan TBC dapat dilakukan dengan cara membuka jendela setiap hari agar

terjadi sirkulasi udara dalam rumah, bila batuk menutup mulut, tidak meludah

disembarang tempat, lantai rumah tidak boleh lembab, rumah tidak boleh padat penghuni,

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
gunakan kaleng tertutup untuk menampung dahak dan hadak dibuang ke lubang Water

Closed (WC) atau ditimbun dalam tanah, istirahat yang cukup, makan makanan bergizi

seimbang, menjaga kebersihan diri, rumah dan lingkungannya (Depkes RI, 2001).

2.1.5. Malaria

Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium

yang termasak golongan protozoa, yang penularannya melalui vektor nyamuk Anopheles

spp, dengan gejala demam, pening, lemas, pucat, nyeri otot, menggigil, suhu bias

mencapai 40ºC terutama pada infeksi Plasmodium falcifarum. Di Indonesia terdapat 4

spesies plasmodium yaitu (Achmadi, 2008) :

1. Plasmodium vivax, memiliki distribusi geografis terluas, termasuk wilayah

beriklim dingin, subtropik hingga daerah tropik. Demam terjadi setiap 48 jam atau

setiap hari ketiga, pada waktu siang atau sore. Masa inkubasi Plasmodium vivak

antara 12 hingga 17 hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa atau

splenomegali.

2. Plasmodium falciparum, merupakan penyebab malaria tropika secara klinik berat

dan dapat menimbulkan berupa malaria cerebral dan fatal. Masa inkubasi malaria

tropika sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu

nyata serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal.

3. Plasmodium ovale, masa inkubasi malaria dengan penyebab Plasmodium ovale

adalah 12 hingga 17 hari, dengan gejala setiap 48 jam, relatif ringan dan sembuh

sendiri.

4. Plasmodium malariae merupakan penyebab malaria guartana yang memberikan

gejala demam setiap 72 jam, malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
gunung dataran rendah pada daerah tropik. Biasanya berlangsung tanpa gejala dan

ditemukan secara tidak sengaja namun malaria jenis ini sering mengalami

kekambuhan.

Beberapa faktor lingkungan sangat berperan dalam berkembangbiaknya nyamuk

sebagai vektor penular malaria, faktor-faktor tersebut antara lain, lingkungan fisik seperti

suhu udara, suhu udara mempengaruhi panjang pendeknya masa inkubasi ekstrinsik yaitu

pertumbuhan fase sporogoni dalam perut nyamuk. Kelembaban udara yang rendah, akan

memperpendek umur nyamuk, hujan yang diselingi panas semakin besar kemungkinan

perkembangbiakannya (Achmadi, 2008).

Tempat berkembangbiak nyamuk Anopheles antara lain : kolam ikan yang tidak

dipakai lagi, bekas galian tanah atau pasir yang terisi air hujan, batang bambu yang dapat

menampung air hujan, kaleng bekas, ban bekas yang dapat menampung air hujan serta

saluran air yang tidak mengalir (Depkes RI, 2001).

Lingkungan biologi juga berperan dalam perkembangbiakan vektor penular

malaria, misalnya ada lumut, ganggang berbagai tumbuhan air yang membuat Anopheles

sundaicus merasa nyaman untuk membesarkan anak keturunannya berupa telur dan larva

(Achmadi.U.F.2008).

Penyakit malaria dapat menular dengan cara nyamuk malaria menggigit dan

menghisap darah orang yang sakit malaria, parasit di dalam tubuh manusia masuk ke

dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut berkembangbiak dalam tubuh nyamuk dan menjadi

matang dalam waktu 10-14 hari, setelah parasit matang, jika nyamuk menggigit manusia

sehat maka parasit malaria akan masuk ke dalam tubuh orang yang sehat, maka orang

yang sehat akan menjadi sakit (Depkes RI, 2001).

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Malaria dapat dicegah dengan membasmi tempat perindukan nyamuk seperti

menyebarkan ikan pemakan jentik, membersihkan semak belukar di sekitar rumah,

mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan, membersihkan tempat

air minum burung dan vas bunga secara teratur, menimbun atau mengalirkan air yang

tergenang, membersihkan tambak, empang serta saluran irigasi dari tumbuhan air

(Depkes RI, 2001).

Pencegahan malaria juga dapat dilakukan dengan memasang kasa nyamuk dan

jendela, memasang kelambu yang berinsektisida waktu tidur pada malam hari,

menggunakan anti nyamuk, jangan bergadang pada malam hari serta menutup seluruh

badan jika diluar rumah pada malam hari (Depkes RI, 2001).

2.1.6. Demam Berdarah Dengue (DBD).

Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh

nyamuk Aedes Aegypti, dengan cara seseorang yang dalam darahnya mengandung virus

Dengue bila digigit nyamuk akan terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk dan

berkembang biak, kemudian masuk ke dalam kelenjar air liur nyamuk setelah satu

minggu di dalam tubuh nyamuk, bila nyamuk menggigit orang sehat akan menularkan

virus Dengue, virus ini tetap berada di dalam tubuh nyamuk sehingga dapat menularkan

kepada orang sehat lainnya (Depkes RI, 2001).

Nyamuk Aedes Aegypti berkembangbiak di dalam dan di luar rumah seperti ember,

drum, tempayan, tempat penampungan air bersih, vas bunga, kaleng bekas yang berisi air

bersih, bak mandi, lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa,

potongan bambu yang dapat menampung air hujan (Depkes RI, 2001).

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Upaya praktis yang dapat dilakukan dalam pengendalian vektor dan pemberantasan

penyakit DBD adalah sebagai berikut (Anies, 2006) :

1. Menguras tempat penyimpanan air seperti bak mandi, drum dan gantilah air divas

bunga serta ditempat minum burung sekurang-kurangnya seminggu sekali.

2. Menutup rapat tempat penampungan air seperti drum dan tempayan agar nyamuk

tidak dapat masuk dan berkembangbiak.

3. Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng

bekas, ban bekas, botol bekas.

4. Tutuplah lubang pagar pada pagar bambu dengan tanah atau adukan semen.

5. Jangan meletakkan pakaian digantungan ditempat yang terbuka misalnya

dibelakang pintu kamar, agar nyamuk tidak hinggap.

6. Untuk tempat penampungan air yang sulit dikuras taburkan bubuk abate ke dalam

genangan air tersebut, untuk membunuh jentik-jentik nyamuk, ulangi hal ini

setiap 2-3 bulan sekali. Takaran penggunaan bubuk abate, untuk 10 liter air cukup

dengan 1 gram bubuk abate.

7. Perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk misalnya dengan menggunakan anti

nyamuk dan memakai kelambu yang diberi insektisida pada saat tidur.

2.1.7. Kecacingan

Ada tiga jenis cacing yang banyak diderita oleh anak-anak yaitu (Depkes RI, 2001) :

1. Cacing gelang, penyebabnya adalah Ascariasis lumbricoides yang

berkembangbiak di dalam perut manusia dan tinja, menular dengan cara, telur

cacing masuk ke dalam mulut melalui makanan yang tercemar atau tangan yang

tercemar telur cacing, kemudian telur cacing menetas menjadi cacing didalam

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
perut manusia kemudian telur cacing keluar bersama dengann tinja. Pencegahan

dapat dilakukan dengan menutup makanan, menggunakan air bersih, buang air

besar di jamban sehat, menggunting kuku, mencuci tangan dengan sabun sebelum

makan dan sesudah buang air besar, tidak membuang sampah sembarangan agar

terhindar dari lalat.

2. Cacing kremi, penyebabnya adalah Enterobius vermicularis, tempat

berkembangbiaknya adalah di perut dan tinja, cara penularannya adalah dengan

menelan telur cacing yang telah dibuahi melalui debu, makanan atau jari tangan

(kuku). Pencegahan dapat dilakukan dengan menutup makanan, menggunakan air

bersih, buang air besar di jamban sehat, menggunting kuku, mencuci tangan

dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar, tidak membuang

sampah sembarangan agar terhindar dari lalat.

3. Cacing tambang, penyebabnya adalah Ancylostomiasis duodenale, tempat

berkembangbiaknya perut dan tinja, penularan terjadi dengan cara, telur cacing

dalam tinja di tanah yang lembab atau lumpur menetas menjadi larva, larva masuk

ke tubuh manusia melalui kulit, biasanya melalui kaki, menghirup telur melalui

udara (debu), pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan alas kaki, buang

air besar di jamban yang sehat, menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

2.2. Pengertian Klinik Sanitasi

Klinik sanitasi adalah upaya atau kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan

kesehatan antara promotif, preventif dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang

beresiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan dan masalah

kesehatan lingkungan pemukiman yang dilaksanakan oleh petugas bersama masyarakat

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
yang dapat dilaksanakan secara pasif dan aktif di dalam dan di luar gedung puskesmas

(Depkes RI, 2003).

Klinik sanitasi juga merupakan wahana masyarakat untuk mengatasi masalah

kesehatan lingkungan dan masalah penyakit berbasis lingkungan dengan bimbingan,

penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Klinik sanitasi bukan sebagai

unit pelayanan yang berdiri sendiri, akan tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan

puskesmas dalam melaksanakan program ini berkerjasama dengan lintas program dan

lintas sektoral yang ada diwilayah kerja puskesmas (Depkes RI 2000).

Dengan klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat peran dan meningkatkan

efektifitas puskesmas dalam melaksanakan pelayanan sanitasi dasar guna meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dan semua masalah yang ada kaitannya dengan kesehatan

lingkungan khususnya pengendalian penyakit berbasis lingkungan (Depkes RI, 2000).

Klinik sanitasi pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan oleh Puskesmas

Wanasaba kabupatan Lombok Timur provinsi NTB sejak bulan Nopember tahun 1995

dan selanjutnya kegiatan ini diikuti oleh beberapa puskesmas yang ada di provinsi Jawa

Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan,

pada tahun 2000 kegiatan klinik sanitasi sudah sampai ke seluruh puskesmas di Indonesia

(Depkes RI, 2000).

Dalam pelaksanaan program klinik sanitasi menjaring pasien/klien di puskesmas

dengan keluhan penyakit berbasis lingkungan dan lingkungan yang tidak sehat sebagai

media penularan dan penyebab penyakit yang dialami oleh masyarakat selanjutnya

dilaksanakan konseling dan kunjungan lapangan atau kunjungan rumah untuk mencari

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
jalan keluar akibat masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan yang

muncul di masyarakat (Depkes RI, 2000).

Sesuai dengan Visi Indonesia Sehat 2010 tujuan jangka panjang yang harus dicapai

oleh setiap kabupaten diharapkan penduduk hidup dalam lingkungan yang sehat,

memiliki perilaku hidup sehat, bebas penularan penyakit serta akses kepada pelayanan

kesehatan yang adil, merata dan berkualitas (Achmadi, 2008).

Dengan demikian salah satu tujuan Pemerintah kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh

Dinas Kesehatan adalah membebaskan penduduk dari penularan atau transmisi penyakit

dengan cara menghilangkan sumber penyakit dengan menciptakan lingkungan yang

optimum, melakukan penyehatan lingkungan, dan meningkatkan perilaku hidup sehat

penduduk serta memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit (Achmadi, 2008).

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah keadaan lingkungan yang

optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang

optimal pula, ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain : perumahan, pembuangan

kotoran manusia, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor dan

pencemaran ruang lingkup tersebut harus dijaga untuk mengoptimumkan lingkungan

hidup manusia agar menjadi media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang

optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya (Notoatmodjo, 2007).

Masalah kesehatan lingkungan menjadi sangat komplek seperti urbanisasi penduduk

dari desa ke kota, pembuangan sampah yang dilakukan secara dumping tanpa adanya

pengolahan, penyediaan air bersih hanya 60% penduduk Indonesia mendapatkan air dari

PDAM, tingkat pencemaran udara sudah melebihi nilai ambang batas khususnya di kota-

kota besar, pembuangan limbah industri dan limbah rumah tangga yang tidak dikelola

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
dengan baik, bencana alam serta perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah yang

sering kali menimbulkan masalah baru bagi kesehatan lingkungan (Candra, 2007).

Ada beberapa pengertian yang harus di pahami dalam pelaksanaan program klinik

sanitasi selain pengertian klinik sanitasi itu sendiri (Depkes RI, 2001) yaitu :

2.2.1. Pengertian Pasien Klinik sanitasi

Pasien klinik sanitasi adalah penderita penyakit yang diduga berkaitan erat dengan

kesehatan lingkungan yang dirujuk oleh petugas medis ke ruang klinik sanitasi.

2.2.2. Pengertian Klien Klinik Sanitasi

Klien klinik sanitasi adalah masyarakat umum bukan penderita penyakit yang datang

ke puskesmas untuk berkonsultasi mengenai masalah yang berkaitan dengan kesehatan

lingkungan.

2.2.3. Pengertian Konseling

Adalah kegiatan wawancara mendalam dan penyuluhan yang bertujuan untuk

mengenal masalah lebih rinci kemudian diupayakan pemecahannya yang dilakukan oleh

petugas klinik sanitasi sehubungan dengan konsultasi penderita/pasien yang datang ke

puskesmas (Depkes RI, 2000).

2.3.Tujuan Klinik Sanitasi

2.3.1. Tujuan Umum Program Klinik Sanitasi

Klinik sanitasi bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui

upaya preventif, kuratif dan promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus

menerus (Depkes RI, 2003).

2.3.2. Tujuan Khusus Program Klinik sanitasi

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien dan klien serta

masyarakat disekitarnya) akan pentingnya lingkungan sehat dan perilaku hidup

bersih dan sehat.

2. Masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang berhubungan dengan

kesehatan lingkungan.

3. Terciptanya keterpaduan lintas program-program kesehatan dan lintas sektor

terkait, dengan pendekatan penanganan secara holistik terhadap penyakit-penyakit

berbasis lingkungan.

4. Untuk menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan dan meningkatkan

penyehatan lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat.

5. Meningkatkan kewaspadaan dini terdapat penyakit-penyakit berbasis lingkungan

melalui Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) secara terpadu (Depkes RI 2000).

2.4. Ruang Lingkup Klinik Sanitasi

Ruang lingkup kegiatan klinik sanitasi mencakup berbagai upaya antara lain (Depkes

RI, 2000) :

1. Penyediaan dan penyehatan air bersih/jamban dalam rangka pencegahan penyakit

diare, kecacingan dan penyakit kulit.

2. Penyehatan perumahan/pemukiman dalam rangka pencegahan penyakit ISPA,

TB-Paru, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Malaria.

3. Penyehatan lingkungan tempat kerja dalam rangka pencegahan penyakit yang

berhubungan dengan pekerjaan atau penyakit akibat kerja.

4. Penyehatan makanan dan minuman dalam rangka pencegahan penyakit saluran

pencernaan atau keracunan makanan.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
5. Pengamanan pestisida dalam rangka pencegahan dan penanggulangan keracunan

pestisida.

6. Pengamanan penyakit atau gangguan lainnya yang berhubungan dengan

kesehatan lingkungan.

2.5. Sasaran Program Klinik Sanitasi

Program klinik sanitasi dalam pelaksanaannya mempunyai sasaran sebagai

berikut (Depkes RI, 2000) :

1. Penderita penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan yang

datang ke puskesmas.

2. Masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan yang

datang ke puskesmas.

3. Lingkungan penyebab masalah bagi pasien/klien dan masyarakat sekitarnya.

2.6. Sumber Daya Program Klinik Sanitasi

Dalam melaksanakan program klinik sanitasi diperlukan sumber daya untuk mencapai

tujuan program, sumber daya dalam program klinik sanitasi adalah sebagai berikut

(Depkes RI, 2000) :

2.6.1. Tenaga Pelaksana

Adapun tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan program klinik sanitasi

adalah terdiri dari tenaga inti di bidang kesehatan lingkungan seperti Sanitarian atau

Diploma III Kesehatan Lingkuangan, disamping itu dalam pelaksanaan program klinik

sanitasi ini juga dibutuhkan tenaga pendukung seperti dokter, bidan, perawat dan petugas

gizi yang telah ditunjuk oleh pimpinan puskesmas dalam pelaksanaan program, tenaga-

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
tenaga tersebut diatas telah mendapat pelatihan dan orientasi tentang program klinik

sanitasi.

2.6.2. Prasarana dan Sarana Program Klinik sanitasi

Prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program klinik sanitasi

adalah ruangan sebagai tempat petugas sanitasi melakukan kegiatan-kegiatan

penyuluhan, konsultasi, konseling, demonstrasi, pelatihan atau perbaikan sarana sanitasi

dasar dan penyimpanan peralatan kerja.

Peralatan-peralatan klinik sanitasi berupa alat-alat peraga penyuluhan, cetakan sarana

air bersih dan jamban keluarga, alat pengukur kualitas lingkungan (air, tanah dan udara),

alat transportasi untuk mendukung kegiatan program klinik sanitasi yang dilaksanakan

baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas.

Alat peraga dan media penyuluhan yang digunakan dalam melaksanakan program

klinik sanitasi antara lain berupa maket, media cetak, sound system, media elektronik dan

formulir untuk pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan (Depkes RI, 2000).

2.6.3. Sumber Dana Program Klinik Sanitasi

Untuk mendukung tercapainya cakupan program klinik sanitasi dibutuhkan dana,

adapun dana ini diperoleh dari APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)

kabupaten/kota, APBD provinsi BLN (Bantuan Luar Negeri), kemitraan dan swadaya

masyarakat. Besarnya dana yang dibutuhkan sangat berbeda di masing-masing

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
puskesmas, tergantung masalah kesehatan lingkungan yang ditangani di wilayah kerja

puskesmas (Depkes RI, 2000).

2.7. Strategi Operasional

Agar program klinik sanitasi dapat mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan,

maka perlu adanya strategi operasional adalah sebagai berikut :

1. Penajaman masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat dan

mengatasi dengan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitataif secara

terpadu dan berkesinambungan.

2. Masalah dalam tiap puskesmas tidak lah sama, baik antar lingkungan ataupun

antar kelurahan oleh sebab itu harus dipahami benar peta masalah kesehatan yang

berkenaan dengan kesehatan lingkungan, sehingga penanganannya menjadi lebih

spesifik dan berorientasikan pada hasil.

3. Membuat skala perioritas penanganan masalah kesehatan lingkungan dengan

mempertimbangkan segala sumber daya yang ada, karena sulit untuk menangani

semua masalah yang ada dalam waktu bersamaan, baik luas wilayah maupun jenis

penyakitnya.

4. Dilaksanakan secara terpadu dan bekerjasama dengan lintas program dan lintas

sektor di wilayah kerja puskesmas.

5. Menumbuh kembangkan peran serta masyarakat melalui kelembagaan yang sudah

ada seperti PKK, LSM, LKMD.

6. Mengutamakan segi penyuluhan, bimbingan teknis dan pemberdayaan untuk

menciptakan kemandirian masyarakat, penyuluhan juga dilakukan dengan

pemberian contoh dan keteladanan.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
7. Mengupayakan dukungan dana dengan meningkatkan swadaya masyarakat

termasuk swasta selain sumber dana dari pemerintah (Depkes RI, 2000).

2.8. Kegiatan Klinik Sanitasi

Kegiatan klinik sanitasi dilaksanakan di dalam gedung puskesmas dan di luar gedung

puskesmas, ada pun kegiatan tersebut adalah (Depkes RI, 2000) :

2.8.1. Dalam Gedung Puskesmas

Semua pasien yang mendaftar di loket pendaftaran, setelah mendapat kartu stastus

kemudian diperiksa oleh petugas medis, paramedis puskesmas, apabila didapat penderita

penyakit yang berhubungan erat dengan faktor lingkungan maka pasien tersebut dirujuk

ke klinik sanitasi.

Di ruang klinik sanitasi petugas mewawancarai pasien mengalami penyakit yang

dialami dikaitkan dengan lingkungan, petugas mencatat keterangan pasien, serta

memberikan penyuluhan dan data yang diperlukan ditulis dalam kartu status kesehatan

lingkungan, petugas juga membuat janji dengan pasien untuk melakukan kunjungan

rumah untuk melihat langsung faktor resiko penyakit yang dialami pasien tersebut

(Depkes RI, 2000).

Kegiatan lain didalam gedung adalah petugas membahas segala permasalahan

kesehatan lingkungan, cara pemecahan masalah, hasil monitoring atau evaluasi dan

pelaksanaan klinik sanitasi dalam mini loka karya puskesmas yang melibatkan seluruh

penanggungjawab kegiatan dan dilaksanakan satu bulan sekali, dengan demikian

diharapkan dapat dilakukan penanganan klinik sanitasi secara integratif dan

komprehensif (Depkes RI, 2000).

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
2.8.2. Kegiatan Klinik Sanitasi di Luar Gedung Puskesmas

Kegiatan luar gedung ini adalah kunjungan rumah atau lokasi sebagai rencana tindak

lanjut kunjungan pasien/klien ke klinik sanitasi di puskesmas, kunjungan rumah ini untuk

mempertajam sasarannya karena pada saat kunjungan petugas telah memiliki data pasti

adanya sarana lingkungan bermasalah yang perlu diperiksa dan faktor-faktor perilaku

yang berperan besar dalam proses terjadinya masalah kesehatan lingkungan dan penyakit

berbasis lingkungan.

Dalam kunjungan rumah petugas klinik sanitasi bekerjasama dengan lintas program

dan lintas sektor, apabila dibutuhkan suatu perbaikan atau pembangunan sarana sanitasi

dasar dengan biaya besar, seperti pembangunan sistem perpipaan untuk air bersih yang

kurang terjangkau oleh masyarakat setempat, maka petugas dapat bekerjasama dengan

lintas sektor, perlu diingat bantuan yang diberikan berupa stimulan masyarakat harus

dimotivasi untuk swadaya sehingga menjadi sarana sanitasi dasar yang lengkap (Depkes

RI, 2000).

2.9. Kriteria Keberhasilan Program Klinik Sanitasi

Lingkungan mempunyai dua unsur pokok yang sangat erat kaitannya satu sama

lain yaitu unsur fisik dan sosial, lingkungan fisik dapat mempunyai hubungan langsung

dengan kesehatan dan perilaku sehubungan dengan kesehatan seperti akibat pengelolaan

limbah yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan penyakit antara lain ISPA, DBD,

diare, Malaria, TBC serta penyakit kulit. Lingkungan sosial seperti ketidakadilan sosial

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
yang menyebabkan kemiskinan yang berdampak terhadap status kesehatan masyarakat

yang mengakibatkan timbulnya penyakit berbasis lingkungan (Depkes RI, 2001).

Keberhasilan pelaksanaan program klinik sanitasi ini dapat ditunjukkan dengan

meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan

menjadi 80%, persentase keluarga menggunakan air bersih menjadi 85%, persentase

keluarga menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan menjadi 80% dan

persentase tempat-tempat umum yang sehat menjadi 80% (Depkes RI, 2006)

Selain itu indikator keberhasilan program klinik sanitasi dibagi dua yaitu (Depkes

RI, 2000) :

2.9.1. Indikator Keberhasilan Langsung

a. Meningkatkan kunjungan klien dan menurunkan angka penderita penyakit

berbasis lingkungan.

b. Makin meningkat pembangunan sarana kesehatan lingkungan dengan swadaya

masyarakat.

2.9.2. Indikator Tidak Langsung

a. Penurunan angka kejadian penyakit yang menjadi prioritas penanganan seperti

diare, kecacingan, penyakit kulit, ISPA, TB-Paru, DBD, Malaria, penyakit akibat

kerja, penyakit saluran pencernaan dan keracunan.

b. Terciptanya hubungan dan kerjasama yang baik antara lintas program dan lintas

sektor di wilayah kerja puskesmas.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
c. Terbentuknya kelembagaan di tingkat desa/kelurahan yang aktif dalam

melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan secara swadaya dan

berkesinambungan.

2.10. Alur Kegiatan Program Klinik Sanitasi

Puskesmas

P D
U a
Apotik L l
L A a
O Poliklinik N m
Penderita G
K
E Klinik Sanitasi G
T e
Klien/Masyarakat d
Umum Lok min/Pertemuan u
BulanaanDi Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas
n
g
Koordinasi Koordinasi Koordinasi Lintas
Masyarakat Lintas Program Sektor L
- Toga - Pustu - Dep.Agama u
- Toma - Polindes/Bindes - Dep. PU a
- LKMD - PMD r
Keterangan :
- Guru - Pariwisata
- Pertanian G
- Penderita : - Sektor terkait lain e
d
- Klien : u
n
g
- Petugas :
Kunjungan rumah dan
- Umpan Balik : lingkungan : lingkungan
kerja, TTU, TPM,
T i

Implementasi Pemantauan
dan rekomendasi Penilaian-PWS
perbaikan lingkungan

Pemantauan
Penilaian-PWS

Sumber Depkes RI 2000

Keterangan :

1. Pasien datang ke puskesmas, mendaftar di loket, diperiksa oleh medis/paramedis

jika indikasinya menderita penyakit berbasis lingkungan maka dirujuk ke klinik

sanitasi, di klinik sanitasi pasien dikonseling, diberikan penyuluhan serta

membuat perjanjian kunjungan rumah untuk memecahkan masalah kesehatan

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
lingkungan yang dialaminya kemudian pasien mengambil obat di apotek

kemudian pulang.

2. Petugas berkoordinasi dengan lintas program melalui loka karya mini atau

pertemuan bulanan.

3. Petugas melakukan kunjungan rumah dengan memberikan implementasi dan

rekomendasi perbaikan lingkungan

4. Klien datang ke puskesmas untuk berkonsultasi mengenai masalah kesehatan

lingkungan yang dihadapi untuk mencari cara pemecahan masalah.

5. Pemantauan wilayah setempat untuk dijadikan tolak ukur pelaksanaan program

klinik sanitasi (Depkes RI 2000).

2.11. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai

berikut :

Mutu Pelayanan Program


Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Klinik Sanitasi

1. Petugas
2. Sarana dan Prasarana
Berhasil
Program Klinik
Sanitasi

Tidak
Berhasil

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, bertujuan untuk mengetahui

gambaran tingkat keberhasilan pelaksanaan program klinik sanitasi di Kota Dumai Tahun

2009

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di seluruh puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Dumai, pertimbangan pemilihan lokasi ini, karena :

1. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai analisa tingkat keberhasilan

program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di Kota Dumai.

2. Data yang diperoleh cukup untuk dijadikan sampel.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai bulan Juli tahun 2009.

3.3. Objek dan Informan Penelitian

3.3.1. Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah program klinik sanitasi di seluruh

puskesmas di kota Dumai yang meliputi : petugas, sarana dan prasarana, dana, pedoman

dan petunjuk teknis, jumlah penyakit berbasis lingkungan, jumlah pasien klinik sanitasi,

jumlah klien klinik sanitasi, jumlah pasien/klien yang dikonseling, jumlah kunjungan

rumah, kerjasama lintas program dan lintas sektor serta evaluasi program klinik sanitasi.

3.3.2. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan teknik key person dengan mencari

informan kunci di seluruh puskesmas, maka tiap puskesmas memiliki 1 orang informan

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
yang dapat memberikan informasi mengenai objek penelitian ini, maka yang menjadi

informan dalam penelitian ini adalah 1 orang petugas klinik sanitasi di 9 puskesmas (9

orang) dan 1 orang kepala seksi penyehatan lingkungan Dinas Kesehatan kota Dumai,

maka total informan dalam penelitian ini adalah 10 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara yang mendalam dengan petugas klinik

sanitasi dipuskesmas, dengan kepala seksi penyehatan lingkungan Dinas kesehatan kota

Dumai serta observasi langsung pada objek penelitian, hasil wawancara dan hasil

observasi yang diperoleh di catat pada lembar wawancara dan lembar observasi yang

telah di persiapkan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Dumai dan dari seluruh

puskesmas di Kota Dumai. Adapun data-data sekunder tersebut adalah :

1. Data jumlah sanitasi dasar yang ada dan memenuhi syarat di wilayah kerja

puskesmas.

2. Data jumlah tempat pengolahan makanan dan minuman yang ada dan memenuhi

syarat di wilayah kerja puskesmas.

3. Data jumlah tempat-tempat umum yang ada dan memenuhi syarat di wilayah

kerja puskesmas.

4. Data jumlah tenaga sanitarian.

3.5. Aspek Pengukuran

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan dengan dua alat bantu untuk mendapatkan

hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yaitu dengan wawancara yang mendalam

(in-depth interview) serta observasi parsipasi (participant observer) dengan

menggunakan check list (Bungin 2008) :

1. Petugas

a. Baik, jika petugas tersebut minimal berpendidikan SPPH, D III kesehatan

lingkungan yang telah mendapat pengetahuan/orientasi mengenai program klinik

sanitasi.

b. Tidak baik, jika petugas berpendidikan lain.

2. Sarana dan Prasarana

a. Baik, jika tersedia sarana dan prasarana untuk pelaksanaan program klinik

sanitasi.

b. Tidak baik, jika tidak tersedia sarana dan prasarana untuk pelaksanaan program

klinik sanitasi.

3. Dana

a. Baik, jika tersedia dana untuk pelaksanaan program klinik sanitasi.

b. Tidak baik, jika tidak tersedia dana untuk pelaksanaan program klinik sanitasi.

4. Pedoman dan petunjuk teknis

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
a. Baik, jika petugas memiliki buku pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan

klinik sanitasi.

b. Tidak baik, jika petugas tidak memiliki buku pedoman dan petunjuk teknis

pelaksanaan klinik sanitasi.

5. Jumlah penyakit berbasis lingkungan

a. Baik, jika penyakit berbasis lingkungan menurun diwilayah kerjanya.

b. Tidak baik, jika penyakit berbasis lingkungan meningkat diwilayah kerjanya.

6. Jumlah Kunjungan Pasien Klinik Sanitasi

a. Baik, jika semua pasien penderita penyakit berbasis lingkungan dirujuk ke klinik

sanitasi.

b. Tidak baik, jika pasien penderita penyakit berbasis lingkungan tidak dirujuk ke

klinik sanitasi.

7. Jumlah Kunjungan Klien Klinik sanitasi

a. Baik, jika kunjungan klien klinik sanitasi meningkat.

b. Tidak baik, jika kunjungan klien klinik sanitasi menurun.

8. Jumlah Konseling

a. Baik, jika pasien/klien klinik sanitasi dikonseling oleh petugas klinik sanitasi

b. Tidak baik, jika pasien/klien klinik sanitasi tidak dikonseling oleh petugas klinik

sanitasi

9. Kunjungan Rumah

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
a. Baik, jika pasien/klien klinik sanitasi dikunjungi rumahnya oleh petugas klinik

sanitasi

b. Tidak baik, jika pasien/klien klinik sanitasi tidak dikunjungi rumahnya oleh

petugas klinik sanitasi

10. Kerjasama lintas program

a. Baik, jika petugas bekerjasama dengan program lain yang ada di puskesmas

b. Tidak baik, jika petugas tidak bekerjasama dengan program lain yang di

puskesmas.

11. Kerjasama lintas sektor

a. Baik, jika petugas melakukan kerjasama lintas sektor dalam mengatasi masalah

kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan.

b. Tidak baik, jika petugas tidak menjalin kerjasama dengan lintas sektor.

12. Evaluasi

a. Baik, jika ada evaluasi program klinik sanitasi

b. Tidak baik, jika tidak ada evaluasi program klinik sanitasi

13. Program Klinik Sanitasi

a. Baik, jika tersedia petugas, sarana dan prasarana, dana, pedoman dan petunjuk

teknis, jumlah penyakit berbasis lingkungan, jumlah pasien klinik sanitasi, jumlah

klien klinik sanitasi, jumlah pasien/klien yang dikonseling, jumlah kunjungan

rumah, kerjasama lintas program dan lintas sektor serta evaluasi program klinik

sanitasi.

b. Tidak baik, jika tidak tersedia petugas, sarana dan prasarana, dana, pedoman dan

petunjuk teknis, jumlah penyakit berbasis lingkungan, jumlah pasien klinik

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
sanitasi, jumlah klien klinik sanitasi, jumlah pasien/klien yang dikonseling,

jumlah kunjungan rumah, kerjasama lintas program dan lintas sektor serta

evaluasi program klinik sanitasi.

14. Berhasil

a. Berhasil dengan baik, jika kunjungan klien klinik sanitasi meningkat dan

kunjungan pasien penyakit berbasis lingkunan menurun serta tercapai target yang

ditetapkan oleh Dinas Kesehatan

b. Tidak berhasil dengan baik, jika kunjungan pasien penyakit berbasis lingkungan

meningkat dan kunjungan klien klinik sanitasi menurun serta target tidak tercapai.

3.6. Defenisi Operasional

Untuk memahami keseluruhan dari penelitian ini, maka akan dikemukakan defenisi

operasional dengan tujuan menghindari timbulnya perbedaan dalam pengertian.

1. Petugas adalah tenaga yang melaksanakan program klinik sanitasi di puskesmas

minimal berpendidikan SPPH atau DIII kesehatan Lingkungan.

2. Sarana dan prasarana adalah segala fasilitas yang dibutuhkan untuk pelaksanaan

program klinik sanitasi.

3. Dana adalah sejumlah uang yang dipergunakan untuk pelaksanaan program klinik

sanitasi.

4. Pedoman dan petunjuk teknis adalah buku pedoman yang dipergunakan oleh petugas

pelaksana program klinik sanitasi.

5. Jumlah penyakit berbasis lingkungan yang meliputi antara lain ISPA, diare, TBC,

DBD, Kecacingan, penyakit kulit dan malaria yang datang ke puskesmas.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
6. Jumlah pasien klinik sanitasi adalah jumlah pasien penderita penyakit berbasis

lingkungan yang dirujuk ke klinik sanitasi.

7. Jumlah klien klinik sanitasi adalah jumlah masyarakat umum yang datang ke

puskesmas untuk berkonsultasi mengenai masalah kesehatan lingkungan.

8. Jumlah konseling adalah jumlah pasien/klien yang dikonseling oleh petugas klinik

sanitasi.

9. Jumlah kunjungan rumah adalah jumlah pasien/klien yang dikunjungi rumahnya oleh

petugas klinik sanitasi untuk memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang

dihadapi.

10. Kerjasama lintas program adalah petugas klinik sanitasi berkoordinasi dengan

petugas program lain yang ada di puskesmas.

11. Kerjasama lintas sektor adalah suatu kegiatan koordinasi dengan sektor untuk

memecahkan masalah kesehatan lingkungan di wilayah kerjanya.

12. Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh petugas klinik sanitasi puskesmas

dan seksi penyehatan lingkungan Dinas kesehatan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan program.

13. Program klinik sanitasi adalah suatu program yang menangani penyakit berbasis

lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan.

14. Berhasil adalah jika kunjungan klien klinik sanitasi meningkat dan kunjungan pasien

penyakit berbasis lingkunan menurun serta mencapai target yang telah ditetapkan

oleh Dinas Ksehatan.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
15. Tidak berhasil jika kunjungan pasien penyakit berbasis lingkungan meningkat dan

kunjungan klien klinik sanitasi menurun serta tidak mencapai target yang telah

ditetapkan.

3.7. Analisa Data

Analisa terhadap data yang diperoleh akan dilakukan secara deskiftif. Hasil yang

berupa angka-angka akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan hasil

pendapat responden mengenai program klinik sanitasi akan dianalisis secara kualitatif,

keseluruhan hasil yang diperoleh akan dibandingkan dengan indikator Indonesia Sehat

2010 KepMenKes Nomor : 1202/Menkes/SK/VIII/2003 dan Pedoman Pelaksanaan

Klinik Sanitasi Ditjen PPM dan PL DepKes RI Tahun 2000.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak dikota Dumai dengan kondisi geografis berada pada posisi

diantara 1° - 23', 1° - 24', bujur timur dan 101° - 23' - 27', 101° - 28' - 13', lintang utara

dengan luas wilayah 1.727.385 Km² yang terletak dipesisir Timur Sumatera berhadapan

dengan Selat Malaka dengan batas wilayah administrasi sebagai berikut :

a. Sebelah utara dengan Selat Rupat

b. Sebelah timur kecamatan Bukit Batu kabupaten Bengkalis

c. Sebelah selatan dengan kecamatan Mandau dan Bukit Batu kabupaten

Bengkalis

d. Sebelah barat dengan kecamatan Tanah Putih dan Bangko kabupaten

Rokan Hilir

Kota Dumai yang terbagi dalam 5 wilayah kecamatan dan 32 kelurahan dengan

jumlah penduduk pada tahun 2008 adalah 223.074 jiwa dengan laju pertumbuhan

penduduk dari tahun 2000-2007 rata-rata sebesar 3,46% pertahun. Penyebaran penduduk

kota Dumai tidak merata, sebagian besar berkonsentrasi di kecamatan Dumai timur

(37,15%) dan di kecamatan Dumai Barat (37.07%), dengan rincian jumlah penduduk di

masing-masing kecamatan adalah :

a. Kecamatan Dumai Timur 82.861 jiwa

b. Kecamatan Dumai Barat 82.687 jiwa

c. Kecamatan Bukit Kapur 28.661 jiwa

d. Kecamatan Sei Sembilan 21.516 jiwa


Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
e. Kecamatan Medang Kampai 7.349 jiwa

Wilayah kerja Dinas kesehatan di kota Dumai dibantu oleh 9 puskesmas yang

berada di :

a. Kecamatan Dumai Timur terdapat 3 puskesmas yaitu puskesmas Dumai

Timur, Puskesmas Bumi Ayu dan Puskesmas Jaya Mukti.

b. Kecamatan Dumai Barat terdapat 3 puskesmas yaitu Puskesmas Dumai

Barat, Puskesmas Bukit Timah dan Puskesmas Purnama.

c. Kecamatan Bukit kapur terdapat puskesmas Bukit Kapur.

d. Kecamatan Sungai Sembilan terdapat puskesmas Sungai Sembilan

e. Kecamatan Medang Kampai terdapat Puskesmas Medang Kampai

4.2. Data Dasar Program Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Dumai

4.2.1. Data Jumlah Tenaga Sanitasi

Untuk melaksanakan program perlu didukung oleh tenaga-tenaga yang terampil

dan sesuai dengan latar belakang pendidikan, tenaga sanitasi yang ada di Kota Dumai

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1. Data Jumlah Tenaga Sanitasi di Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas
Kesehatan Kota Dumai Tahun 2009
No Tempat Tugas Pendidikan Jumlah
SPPH DIII SKM
1 Puskesmas Dumai Timur - 1 - 1
2 Puskesmas Dumai Barat 1 - - 1
3 Puskesmas Purnama - 1 - 1
4 Puskesmas Jaya Mukti - 1 - 1
5 Puskesmas Bumi Ayu - 1 - 1
6 Puskesmas Bukit Timah 1 - - 1
7 Puskesmas Bukit Kapur - 1 - 1
8 Puskesmas M.Kampai - 1 - 1
9 Puskesmas S.Sembilan - 2 - 2
10 Dinas Kesehatan - 3 1 4
Total 2 11 1 14
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai 2009
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Berdasarkan tabel 4.1. diatas dapat diketahui jumlah tenaga yang ada di seksi

penyehatan lingkungan yang berlatarbelakang pendidikan kesehatan lingkungan hanya 14

orang, yang terdiri dari 1 orang SKM peminatan kesehatang lingkungan, 14 orang di

puskesmas D III kesehatan lingkungan dan 2 Orang DI kesehatan Lingkungan.

4.2.2. Data Sanitasi Dasar

Berdasarkan hasil penelitian data mengenai kesehatan lingkungan di Kota Dumai

masih dibawah target Indikator Indonesia Sehat 2010, hal ini dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.2. Data Jumlah Sarana Sanitasi Dasar Yang Ada di Kota Dumai

Jumlah Yang
No Indikator Target Jumlah %
Memenuhi Syarat
1 Sarana Air Bersih 85% 49.707 KK 41.509 KK 83%
2 Jamban 85% 49.707 Unit 40.361Unit 81%
3 Rumah Sehat 85% 45.314 Unit 37.361 Unit 82%
4 Tempat-Tempat Umum 80% 656 Unit 512 Unit 78%
5 TP2M 80% 333 257 Unit 77%
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai 2009

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa jumlah sarana sanitasi dasar yang

memenuhi syarat belum sesuai dengan target yang ditetapkan oleh DepKes RI.

4.3. Hasil Observasi Terhadap Petugas

4.3.1. Hasil Observasi Terhadap Pendidikan, Jabatan dan Masa Kerja Petugas

Observasi dilakukan terhadap petugas pelaksana klinik sanitasi dan kepala seksi

penyehatan lingkungan di Dinas Kesehatan Kota Dumai, dari observasi yang dilakukan

dalam penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut :

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.3. Gambaran Petugas Pelaksana Klinik Sanitasi Menurut Pendidikan,
Jabatan dan Masa Kerja di masing-masing Puskesmas di Kota Dumai
Tahun 2009

No Tempat Tugas Pendidikan Masa Kerja Jabatan


1 Puskesmas Dumai Timur D III Kesling 12 Tahun Pelaksana Sanitasi
2 Puskesmas Dumai Barat SPPH 19 Tahun Pelaksana Sanitasi
3 Puskesmas Purnama D III Kesling 3 Tahun Pelaksana Sanitasi
4 Puskesmas Jaya Mukti D III Kesling 3 Tahun Pelaksana Sanitasi
5 Puskesmas Bumi Ayu D III Kesling 3 Tahun Pelaksana Sanitasi
6 Puskesmas Bukit Timah SPPH 17 Tahun Pelaksana Sanitasi
7 Puskesmas Bukit Kapur D III Kesling 3 Tahun Pelaksana Sanitasi
8 Puskesmas M.Kampai D III Kesling 6 Tahun Pelaksana Sanitasi
9 Puskesmas S.Sembilan D III Kesling 6 Tahun Pelaksana Sanitasi
10 Dinas Kesehatan S 1 Hukum 22 Tahun Ka.Seksi PL

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa pendidikan petugas pelaksana

klinik sanitasi di seluruh puskesmas pada umumnya adalah D III kesehatan lingkungan,

hanya 2 puskesmas yang masih berpendidikan SPPH (Sekolah Pembantu Penilik

Heigene), sedangkan pendidikan kepala seksi penyehatan lingkungan adalah S1 Hukum

akan tetapi ibu kepala seksi penyehatan lingkungan Dinas kesehatan kota Dumai

memiliki pendidikan dasar sanitasi yaitu SPPH. Rata-rata dari petugas pelaksana program

klinik sanitasi masih memiliki masa kerja yang relatif rendah yaitu 3 Tahun hanya

beberap puskesmas yang masa kerja petugasnya lebih dari 10 tahun.

4.3.2. Hasil Observasi Terhadap Surat Penugasan, Ijazah serta Sertifikat Pelatihan

Dalam pelaksanaan suatu program petugas harus memiliki surat penugasan dari

atasan, memiliki ijazah dan sertifikat pelatihan, dari hasil observasi didapat hasil sebagai

berikut :

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.4.Hasil observasi terhadap surat penugasan, ijazah/SK dan sertifikat
pelatihan petugas pelaksana klinik sanitasi di seluruh puskesmas di Kota
Dumai Tahun 2009

No Puskesmas Surat Penugasan Ijazah/SK Sertifikat Pelatihan


1 Puskesmas Dumai Timur - √ √
2 Puskesmas Dumai Barat - √ √
3 Puskesmas Purnama - √ -
4 Puskesmas Jaya Mukti - √ -
5 Puskesmas Bumi Ayu - √ -
6 Puskesmas Bukit Timah - √ -
7 Puskesmas Bukit Kapur - √ -
8 Puskesmas M.Kampai - √ -
9 Puskesmas S.Sembilan - √ -
Keterangan : tanda √ ada
- tidak ada

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa seluruh petugas puskesmas

tidak memiliki surat penugasan dari atasan langsung untuk pelaksanaan program klinik

sanitasi, petugas hanya memiliki ijazah D III kesehatan lingkungan atau Ijazah SPPH dan

SK dari walikota Dumai yang menyatakan sebagai petugas pelaksana sanitasi puskesmas,

dari 9 puskesmas hanya 2 puskesmas yang petugas pelaksana program klinik sanitasi

sudah pernah mendapat pelatihan dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau.

4.4. Hasil Observasi Terhadap Sarana dan Prasarana Program Klinik Sanitasi

4.4.1.Hasil Observasi Terhadap Ruangan Klinik Sanitasi

Observasi dilakukan di 9 puskesmas mengenai ketersediaan ruangan klinik sanitasi,

dari observasi didapat hasil sebagai berikut :

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.5. Hasil observasi terhadap ruangan klinik sanitasi di seluruh Puskesmas di
Kota Dumai Tahun 2009

No Puskesmas Terpisah dengan Tidak Terpisah dengan


Program Lain Program Lain
1 Puskesmas Dumai Timur √ -
2 Puskesmas Dumai Barat √ -
3 Puskesmas Purnama - √
4 Puskesmas Jaya Mukti √ -
5 Puskesmas Bumi Ayu √ -
6 Puskesmas Bukit Timah - √
7 Puskesmas Bukit Kapur - √
8 Puskesmas M.Kampai - √
9 Puskesmas S.Sembilan - √

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas diketahui bahwa 4 puskesmas memiliki ruangan klinik

sanitasi yang terpisah dengan rungan program lain sedangkan lima puskesmas ruangan

klinik sanitasi bergabung dengan rungan program lain, puskesmas Purnama ruangan

klinik sanitasi bergabung dengan laboratorium, puskesmas Bukit Timah ruagan klinik

sanitasi bergabung dengan ruangan Gizi dan Promkes, puskesmas Bukit Kapur

bergabung dengan program Gizi dan Imunisasi, puskesmas Medang Kampai ruangan

klinik sanitasi bergabung dengan ruangan Promkes dan puskesmas Sungai Sembilan

ruangan klinik sanitasi bergabung dengan ruangan Gizi.

4.4.2. Hasil Observasi Terhadap Alat Bantu

Observasi dilakukan terhadap ketersediaan alat bantu/alat peraga dalam pelaksanaan

program klinik sanitasi agar dalam penyampaian pesan kesehatan lingkungan

pasien/klien dapat lebih mudah memahami.Dari observasi yang dilakukan didapat hasil

sebagai berikut :

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.6.Hasil observasi terhadap alat peraga/alat bantu penyuluhan dalam
pelaksanaan program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di kota Dumai
Tahun 2009

No Puskesmas Leaflet Cetakan Media Sound sistem


samijaga elektronik
1 Puskesmas Dumai Timur √ - √ √
2 Puskesmas Dumai Barat √ - √ √
3 Puskesmas Purnama √ - - √
4 Puskesmas Jaya Mukti √ - - √
5 Puskesmas Bumi Ayu √ - - √
6 Puskesmas Bukit Timah √ - - √
7 Puskesmas Bukit Kapur √ - - √
8 Puskesmas M.Kampai √ - √ √
9 Puskesmas S.Sembilan √ - - √

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas diketahui bahwa seluruh puskesmas memiliki leaflet dan

sound sistem sebagai alat bantu penyuluhan dan konseling terhadap pasien atau klien

klinik sanitasi, 3 puskesmas ( Puskesmas Dumai Timur, Dumai Barat dan Medang

Kampai) memiliki media elektronik sebagai alat bantu penyuluhan yaitu LCD untuk

memudahkan menerangkan materi penyuluhan.

4.4.3. Hasil Observasi Terhadap Alat Transportasi

Observasi dilakukan terhadap ketersediaan alat transportasi yang dapat digunakan

dalam melaksanakan kegiatan klinik sanitasi terutama kegiatan di luar gedung

puskesmas, dari observasi yang dilakukan didapat hasil sebagai berikut :

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.7.Hasil observasi terhadap alat transportasi yang mendukung kegiatan
pelaksanaan program klinik sanitasi di seluruh Puskesmas di kota Dumai
tahun 2009

No Puskesmas Roda Dua Roda Empat Keterangan


1 Puskesmas Dumai Timur √ √ Roda 4 ambulance
2 Puskesmas Dumai Barat √ √ Roda 4 ambulance
3 Puskesmas Purnama √ √ Roda 4 ambulance
4 Puskesmas Jaya Mukti √ √ Roda 4 ambulance
5 Puskesmas Bumi Ayu √ √ Roda 4 ambulance
6 Puskesmas Bukit Timah √ √ Roda 4 ambulance
7 Puskesmas Bukit Kapur √ √ Roda 4 ambulance
8 Puskesmas M.Kampai √ √ Roda 4 ambulance
9 Puskesmas S.Sembilan √ √ Roda 4 ambulance

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa seluruh puskesmas memiliki alat

transportasi dalam pelaksanaan kegiatan luar gedung program klinik sanitasi.

4.4.4. Hasil Observasi Terhadap Ketersediaan Pedoman dan Petunjuk Teknis

Dalam pelaksanaan program harus tersedia petunjuk dan pedoman yang jelas agar

program dapat berjalan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, dari obsevasi yang

dilakukan didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 4.8. Hasil observasi terhadap ketersediaan buku pedoman dan petunjuk
teknis dalam pelaksaaan kegiatan program klinik sanitasi di seluruh
Puskesmas di kota Dumai Tahun 2009

No Puskesmas Buku Buku petunjuk Keterangan


Pedoman teknis
1 Puskesmas Dumai Timur √ √
2 Puskesmas Dumai Barat √ √
3 Puskesmas Purnama √ √
4 Puskesmas Jaya Mukti √ √ Buku foto kopy
5 Puskesmas Bumi Ayu √ √
6 Puskesmas Bukit Timah √ √
7 Puskesmas Bukit Kapur √ √
8 Puskesmas M.Kampai √ √
9 Puskesmas S.Sembilan √ √

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa seluruh puskesmas memiliki buku

petunjuk dan pedoman teknis, hanya puskesmas Jaya Mukti yang buku petunjuk dan

pedoman teknis pelaksanaan program klinik sanitasi di foto copy dari puskesmas lain.

4.5. Hasil Jumlah Kunjungan Klinik Sanitasi

4.5.1. Hasil Jumlah Penyakit Berbasis Lingkungan.

Penyakit-penyakit yang dirujuk ke klinik sanitasi adalah penyakit yang timbul karena

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang buruk, dari penelitian yang telah dilakukan

didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 4.9. Jumlah penyakit berbasis lingkungan di seluruh puskesmas di kota


Dumai Tahun 2009

No Puskesmas Diare DBD Malaria Kulit ISPA TBC Keca Keacunan


cingan makanan
1 Puskesmas 734 1 38 416 1000 65 40 0
Dumai Timur
2 Puskesmas 727 4 30 2479 2681 40 45 0
Dumai Barat
3 Puskesmas 257 2 52 593 1171 13 1 0
Purnama
4 Puskesmas 352 0 5 1211 2060 13 6 0
Jaya Mukti
5 Puskesmas 923 1 0 1758 1192 14 57 0
Bumi Ayu
6 Puskesmas 191 0 1 23 968 19 3 1
Bukit Timah
7 Puskesmas 800 2 81 286 2924 13 62 2
Bukit Kapur
8 Puskesmas 532 0 44 937 2570 7 2 0
M.Kampai
9 Puskesmas 1181 0 907 0 25 28 0 0
S.Sembilan
Jumlah 5697 17 1158 7703 13623 212 216 3

Berdasarkan Tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa penyakit berbasis lingkungan

yang paling tinggi di seluruh puskesmas adalah ISPA 13623 kasus, penyakit kulit 7703

kasus dan diare 5697 kasus, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh keadaan kota Dumai

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
yang sering dilanda kebakaran hutan dan keselutan air bersih maka penyakit tersebut

mudah terjangkit.

4.5.2. Hasil Jumlah Pasien Klinik Sanitasi

Pasien penderita penyakit berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas dirujuk ke

klinik sanitasi untuk dikonseling dan diberi penyuluhan mengenai masalah kesehatan

lingkungan yang dialami, dari penelitian yang telah dilaksanakan didapat hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.10.Jumlah pasien penderita penyakit berbasis lingkungan yang dirujuk ke


klinik sanitasi di seluruh Puskesmas di kota Dumai Tahun 2009

Jumlah pasien Jumlah Pasien Jumlah


Jumlah
No Puskesmas di rujuk di konseling Penyuluhan
penderita
Jlh % Jlh % Jlh %
1 Puskesmas
2294 273 11,9 194 71,06 194 71,06
Dumai Timur
2 Puskesmas
6006 185 3,08 27 14,59 27 14,59
Dumai Barat
3 Puskesmas
2089 342 16,3 342 100 342 100
Purnama
4 Puskesmas
3654 126 3,44 54 42,85 54 42,85
Jaya Mukti
5 Puskesmas
3945 165 4,18 126 76,36 126 76,36
Bumi Ayu
6 Puskesmas
1238 243 19,62 161 66,25 161 66,25
Bukit Timah
7 Puskesmas
4170 0 0 0 0 0 0
Bukit Kapur
8 Puskesmas
4092 134 3,27 29 21,64 29 21,64
M.Kampai
9 Puskesmas
2141 129 6,02 73 56,58 73 56,58
S.Sembilan
Jumlah 28629 1579 5,51 1006 63,71 1006 63,71

Berdasarkan Tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa puskesmas yang sangat kecil

melakukan konseling terhadap pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi adalah puskesmas

Dumai Barat jumlah yang dirujuk 185 sedangkan yang konseling adalah 27 (14,59%)

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
pasien, puskesmas Jaya Mukti jumlah yang di rujuk 126 yang konseling hanya 54 pasien,

sedangkan puskesmas yang melakukan konseling terhadap semua pasien yang dirujuk

adalah puskesmas Purnama dan puskesmas yang tidak ada rujukan pasien penyakit

berbasis lingkungan adalah puskesmas Bukit Kapur.

4.5.3. Hasil Kunjungan Klien Klinik sanitasi

Klien klinik sanitasi adalah masyarakat umum yang datang ke puskesmas untuk

berkonsultasi mengenai masalah kesehatan lingkungan, dari penelitian yang dilakukan

didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 4.11.Jumlah kunjungan klien klinik sanitasi di seluruh Puskesmas di kota


Dumai Tahun 2009

Jumlah Jumlah klien di Jumlah


No Puskesmas kunjungan konseling penyuluhan
klien Jlh % Jlh %
1 Puskesmas Dumai Timur 8 8 100 8 100
2 Puskesmas Dumai Barat 7 7 100 7 100
3 Puskesmas Purnama 24 24 100 24 100
4 Puskesmas Jaya Mukti 1 1 100 1 100
5 Puskesmas Bumi Ayu 1 1 100 1 100
6 Puskesmas Bukit Timah 3 3 100 3 100
7 Puskesmas Bukit Kapur 0 0 100 0 100
8 Puskesmas M.Kampai 1 1 100 1 100
9 Puskesmas S.Sembilan 0 0 100 0 100
Jumlah 45 45 100 45 100

Berdasarkan Tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa seluruh puskesmas melakukan

konseling dan penyuluhan terhadap klien yang datang ke puskesmas, puskesmas yang

kunjungan klien paling tinggi adalah puskesmas Purnama, puskesmas Sungai Sembilan

tidak ada kunjungan klien sedangkan Puskesmas Bukit Kapur program klinik sanitasi

tidak berjalan.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
4.5.4. Hasil Kunjungan Rumah

Pasien dan klien yang telah dikonseling dan telah mendapat penyuluhan dari petugas

klinik sanitasi di puskesmas kemudian berkunjung untuk melihat masalah kesehatan

lingkungan yang terjadi, dari penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.12. Jumlah kunjungan rumah yang dilakukan oleh petugas klinik sanitasi
di seluruh Puskesmas di kota Dumai tahun 2009

Jumlah Jumlah
kunjungan kunjungan
No Puskesmas rumah pasien rumah
klien
Jlh % Jlh %
1 Puskesmas Dumai Timur 16 8,24 8 100
2 Puskesmas Dumai Barat 18 66,6 7 100
3 Puskesmas Purnama 32 9,35 24 100
4 Puskesmas Jaya Mukti 12 22,2 1 100
5 Puskesmas Bumi Ayu 9 7,14 1 100
6 Puskesmas Bukit Timah 25 15,5 3 100
7 Puskesmas Bukit Kapur 0 0 0 100
8 Puskesmas M.Kampai 11 37,9 1 100
9 Puskesmas S.Sembilan 17 23,2 0 100
Jumlah 140 8,86 45 100

Berdasarkan Tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa puskesmas yang paling tinggi

melakukan jumlah kunjungan rumah pasien adalah puskesmas Dumai Barat, sedangkan

puskesmas Sungai Sembilan tidak ada kunjungan klien maka petugas hanya melakukan

kunjungan rumah pasien klinik sanitasi saja sedangkan puskesmas Bukit Kapur tidak ada

kunjungan pasien dan tidak ada kunjungan klien klinik sanitasi.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
4.6. Jumlah Stimulan

Stimulan didibuat sebagai cantoh sarana kesehatan lingkungan yang dapat digunakan

dan di kembangkan oleh masyarakat, dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.13.Jumlah stimulant program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di Kota


Dumai tahun 2009

No Puskesmas Jenis stimulan Jumlah Lokasi


1 Puskesmas Dumai Timur Sumur Bor 2 Unit Kel.Sukajadi
2 Puskesmas Dumai Barat Sumur Bor 1 Unit Kel. Pkl Sesai
3 Puskesmas Purnama Sumur Bor I Unit Kel B. Keladi
4 Puskesmas Jaya Mukti - - -
5 Puskesmas Bumi Ayu PAH 1 Unit Kel. Bumi Ayu
6 Puskesmas Bukit Timah Sumur gali 3 Unit Kel. B.Timah
7 Puskesmas Bukit Kapur - - -
8 Puskesmas M.Kampai PAH 2 Unit Kel Pelintong
9 Puskesmas S.Sembilan Sumur Bor 1 Unit

Berdasarkan Tabel 4.13 diatas dapat diketahui bahwa puskesmas yang tidak

mendapatkan stimulan dari Dinas Kesehatan untuk program klinik sanitasi adalah

puskesmas Jaya Mukti dan puskesmas Bukit Kapur, sedangkan 7 puskesmas mendapat

bantuan stimulan sebagai bentuk tindak lanjut program klinik sanitasi.

4.7. Hasil Wawancara

4.7.1. Hasil Wawancara Dana Klinik sanitasi

Untuk menjalankan program salah satu yang harus tersedia adalah dana, dari

wawancara yang dilakukan dengan informan didapat hasil sebagai berikut :

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.14. Hasil wawancara mengenai kecukupan dana dalam mendukung
pelaksanaan kegiatan program klinik sanitasi di seluruh Puskesmas
di Kota Dumai Tahun 2009
No Puskesmas Bagaimana pendapat informan mengenai kecukupan dana
program klinik sanitasi
di puskesmas
1 Puskesmas Dumai Timur Dana untuk pelaksanaan program klinik sanitasi ada tetapi
sangat sedikit tidak sebanding dengan jumlah kasus yang ada,
sumber dana dari APBD TK II.
2 Puskesmas Dumai Barat Dana program klinik sanitasi ada tetapi kecil sekali jumlahnya,
jika ada pembangunan stimulan langsung dikelola oleh Dinas
kesehatan jadi saya tidak tahu dana APBD I atau APBD II
3 Puskesmas Purnama Dana program klinik sanitasi yang saya terima hanya untuk
pelacakan kasus dengan jumlah yang sangat kecil, dana
tersebut berasal dari APBD II
4 Puskesmas Jaya Mukti Dari Tahun 2008 puskesmas kami belum pernah mendapat
dana dari program klinik sanitasi, akan tetapi pada tahun ini
kami mendapat bantuan stimulan untuk pembuatan sumur Bor,
dana ini dari APBD II
5 Puskesmas Bumi Ayu Dana operasional program klinik sanitasi sangat kecil,
pemegang program hanya dapat capeknya saja, sedangkan
kasus penyakit berbasis lingkungan sangat banyak, dana
tersebut dari APBD II
6 Puskesmas Bukit Timah Dana progam klinik sanitasi sangat kecil, tetapi saya dalam
melaksanakan kegiatan sambil melaksanakan kegiatan
puskesmas yang lain sehingga dana tercukupi, biasanya dana
dari APBD II
7 Puskesmas Bukit Kapur Nampaknya dana untuk kegiatan program klinik sanitasi tidak
ada, makanya program ini tidak jalan di puskesmas kami, saya
kurang tahu mengenai dana program klinik sanitasi
8 Puskesmas M.Kampai Dana program klinik sanitasi tidak memadai untuk
mendukung keberhasilan program ini, apa lagi daerah kami
rumah warga sangat jauh-jauh, dana biasanya dari APBD II
9 Puskesmas S.Sembilan Dana program klinik sanitasi dari dinas kesehatan sangat kecil,
tidak mencukupi untuk pelaksanaan suatu kegiatan di klinik,
maka kami menjalin kerjasama lintas sektor untuk mendapat
bantuan dalam mendukung pelaksanaan program-program
penyehatan lingkungan dengan tujuan mengurangi angka
penyakit berbasis lingkungan, dana dari APBD II dan APBD I
10 Dinas Kesehatan Dana klinik sanitasi setiap Tahun ada, tetapi dananya kecil
sehingga kami kesulitan membagi ke puskesmas, tetapi kami
berusaha tiap puskesmas dapat dana, untuk stimulan mungkin
akan kami giliran, karena dana terbatas. Dana dari APBD ada
juga Dari APBD Provinsi.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa rata-rata pendapat informan mengenai dana

program klinik sanitasi adalah sangat kecil, bahkan ada yang mengatakan dana tidak

pernah ada, dana yang ada tidak sebanding dengan jumlah kasus penyakit berbasis

lingkungan yang ada di tiap-tiap puskesmas.

4.7.2. Hasil wawancara mengenai Kerjasama Lintas Program

Kerjasama lintas program perlu dilakukan untuk mendukung pelaksanaan semua

kegiatan-kegiatan, dari wawancara yang telah dilakukan dengan informan diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.15.Hasil wawancara mengenai kerjasama lintas program dalam


pelaksanaan klinik sanitasi di seluruh Puskesmas di kota Dumai Tahun
2009

No Puskesmas Bagaimana kerjasama lintas program dalam


pelaksanaan klinik sanitasi dan berkerjasama
dengan prorgam apa saja
1 Puskesmas Dumai Timur Kerjasama lintas program sangat baik, karena teman-
teman dari program lain sangat mendukung kegiatan
klinik sanitasi, dalam menjalankan kegiatan kami
bekerjasama dengan semua pemegang program di
puskesmas seperti program P2B2, P2ML, Posyandu,
Promkes, Poli Dan KIA.
2 Puskesmas Dumai Barat Kerjasama sangat baik, malah program klinik sanitasi
sering dikerjakan sambil mengerjakan program lain,
karena program klinik sanitasi hampir bisa dikatakan
gratis, bekerjasama dengan semua program.
3 Puskesmas Purnama Kerjasama sangat baik, dukungan kepala puskesmas
juga sangat baik, kerjasama dengan Program P2M, Poli
Klinik dan Poli KIA serta program Promkes.
4 Puskesmas Jaya Mukti Kerjasama sangat baik, tetapi saya sering segan dengan
program lain karena tidak bisa mengajak teman minum
ketika turun kelapangan, karena dana sangat kecil,
kerjasama dengan Program P2M, Posyandu dan Poli
Klinik.
5 Puskesmas Bumi Ayu Kerjasama sangat baik, dukungan kepala juga baik,
kerjasama dengan semua program yang ada di
puskesmas.
6 Puskesmas Bukit Timah Kerjasama dengan semua program yang ada di
puskesmas terjalin sangat baik sekalipun program ini
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
tidak menghasilkan uang seperti program lain.
7 Puskesmas Bukit Kapur Saya pegawai baru, berhubung pemegang program
klinik sanitasi yang lalu agak tidak jelas, maka saya
kualahan dalam melanjutkan program ini. Saya butuh
dukungan dari semua pihak.
8 Puskesmas M.Kampai Kerjasama dalam pelaksanaan klinik sanitasi terjalin
sangat baik, kepala puskesmas juga mendukung semua
kegiatan yang saya lakukan, biasanya saya bekerja sama
dengan promkes, P2M, Poli Klinik, KIA, serta
posyandu.
9 Puskesmas S.Sembilan Dalam upaya menciptakan lingkungan sehat dan
menurunkan penyakit berbasis lingkungan kami
bekerjasama dengan semua program yang ada di
puskesmas, karena keberhasilan suatu puskesmas bukan
karena satu program tetapi kerjasama semua tim di
puskesmas.
10 Dinas Kesehatan Di Dinas Kesehatan memang ada tim pengawasan
terhadap semua kegiatan, jadi pasti ada kerjasama
supaya pengawasan berjalan lancar.

Berdasarkan Tabel 4.15 diatas dapat diketahui bahwa semua pendapat informan

mengenai kerjasama lintas program adalah baik, program klinik sanitasi ini mendapat

dukungan dari program lain walaupun dananya sangat kecil, hanya puskesmas Bukit

Kapur yang belum menjalin kerjasama dengan program lain yang ada di puskesmas.

4.7.3. Hasil Wawancara Mengenai Kerjasama Lintas Sektor

Kerjasama lintas sektor perlu dilakukan untuk mendukung kegiatan diwilayah kerja,

dari hasil wawancara dengan informan diperoleh hasil sebagai berikut :

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.16. Hasil wawancara mengenai kerjasama lintas sektor dalam pelaksanaan
program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di kota Dumai Tahun
2009

No Puskesmas Bagaimana kerjasama lintas sektor dalam


pelaksanaan klinik sanitasi dan berkerjasama
dengan program apa saja
1 Puskesmas Dumai Timur Kerjasama dengan sektor lain selalu dijalin, karena hal
ini sangat membantu kegiatan kami di puskemas, kami
bekerjasama dengan lurah dan camat diwilayah kerja
kami.
2 Puskesmas Dumai Barat Dalam menjalankan klinik sanitasi harus mendapat
dukungan dari semua pihak, jadi saya sebagai pemegang
program harus menjalin kerjasama dengan instansi
terkait seperti lurah camat, kader posyandu.
3 Puskesmas Purnama Kerjasama yang kami jalin bertujuan menciptakan
lingkungan yang sehat diwilayah kerja kami, jadi semua
instansi yang wilayah kerjanya kecamatan Dumai Barat
khususnya kelurahan bagan keladi dan purnama ikut
andil dalam keberhasilan program-program puskesmas.
4 Puskesmas Jaya Mukti Dalam menjalankan kegiatan saya bekejasama dengan
TOMA, lurah, Camat yang tujuan mempermudah segala
urusan.
5 Puskesmas Bumi Ayu Kerjasama sangat baik, lurah, camat serta kader
posyandu mendukung kegiatan klinik sanitasi.
6 Puskesmas Bukit Timah Kerjasama terjalin sangat baik, seperti dengan lurah,
camat serta kader posyandu.
7 Puskesmas Bukit Kapur Saya belum mulai melaksanakan kegiatan program ini,
tetapi mungkin nanti saya akan bekerja sama dengan
lurah dan camat.
8 Puskesmas M.Kampai Kami bekerjasama dengan lurah dan camat dalam
melakukan semua kegitan.
9 Puskesmas S.Sembilan Kerjasama dalam pelaksanaan program ini kami
lakukan dengan sektor lurah, camat dan wali kota,
kerena peraturan sektor-sektor tersebut sangat kuat,
contoh kami melarang membangun jamban di sepanjang
jalan, masyarakat tidak menghiraukan hinbauan kami,
tetapi jika peraturan datang dari kelurahan atau
kecamatan akan didengar oleh masyarakat terbukti
dengan tidak ada lagi jamban disepanjang parit jalan.
10 Dinas Kesehatan Kerjasama sudah dijalin baik dengan instansi terkait
seperti Kimpraswil, Kantor lingkungan Hidup dan
Camat di masing-masing wilayah kerja Puskesmas.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Berdasarkan Tabel 4.16 diatas dapat diketahui pendapat informan mengenai kerjasama

lintas sektor adalah baik, di dalam menjalin kerjasama lintas sektor pelaksana program

harus aktif dalam mencari dukungan untuk perkembangan suatu program dan untuk

membuat suatu kebijakan seperti yang dilakukan oleh puskesmas Sungai Sembilan.

4.7.4. Hasil Wawancara Mengenai Evaluasi

Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program yang

dilajalankan dan untuk mengetahui hambatan yang ada dalam pelaksanaan program, dari

wawancara yang telah dilakukan dengan informan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.17. Hasil wawancara mengenai kegiatan evaluasi yang dilakukan terhadap
program klinik sanitasi di seluruh Puskesmas di Kota Dumai Tahun
2009

No Puskesmas Apakah ada pembinaan dan evaluasi terhadap


program klinik sanitasi
1 Puskesmas Dumai Timur Pembinaan dan evaluasi dilakukan setahun sekali, dari
Dinas Kesehatah ke puskesmas, namun dari puskesmas ke
masyarakat tidak pernah dilakukan, kecuali dalam masa
pembuatan stimulan
2 Puskesmas Dumai Barat Petugas dinas kesehatan turun ke puskesmas jika ada
stimulan jika tidak mereka tidak pernah turun, jadi kami
yang datang ke Dinas Kesehatan untuk berkonsultasi,
program ini berjalan seadanya saja. Saya turun sekalian
melaksanakan kegiatan program lain seperti penyemprotan.
3 Puskesmas Purnama Pembinaan dan eavulasi dilakukan hanya satu kali dalam
satu tahun, biasanya diakhir tahun membahas kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan program ini, namun hingga
saat ini tidak ada jalan keluar terhadap kendala-kendala
tersebut. Saya turun evaluasi sambil penyuluhan
4 Puskesmas Jaya Mukti Selama saya menjadi pemegang program belum ada
petugas Dinas Kesehatan yang turun ke puskesmas.Saya
evaluasi sambil posyandu
5 Puskesmas Bumi Ayu Pembinaan dan evaluasi dilakukan hanya sekali dalam
setahun akan tetapi tidak ada masukan yang berarti.
6 Puskesmas Bukit Timah Puskesmas kami belum pernah di kunjungi oleh petugas
klinik sanitasi Dinas kesehatan
7 Puskesmas Bukit Kapur Saya belum tahu karena saya belum melaksanakan
program ini, mungkin jika saya telah melaksanakan baru di
evaluasi.
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
8 Puskesmas M.Kampai Evalusi pernah dilakukan oleh petugas Dinas Kesehatan
tetapi pembinaan belum pernah untuk program ini
9 Puskesmas S.Sembilan Pembinaan dan evaluasi dilakukan oleh petugas Dinas
Kesehatan sekali setahun, selainnya lebih sering saya yang
ke Dinas Kesehatan untuk bertanya tentang program klinik
sanitasi, saya membina masyarakat sambil melaksanakan
kegiatan lain misalnya posyandu.
10 Dinas Kesehatan Berhubung petugasnya terbatas dan pekerjaan cukup
banyak maka evaluasi hanya dilakukan setahun sekali,
tetapi kami selalu berkomunikasi dengan petugas
puskesmas.

Berdasarkan Tabel 4.17 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata informan mempunyai

pendapat yang sama mengenai pembinaan dan evaluasi yang dilakukan terhadap program

klinik sanitasi yaitu setahun sekali evaluasi dilakukan oleh petugas Dinas kesehatan dan

hampir tidak pernah dilakukan evaluasi oleh petugas puskesmas terhadap ke masyarakat

yang menjadi pasien/klien klinik sanitasi.

4.8. Data Kunjungan Klinik Sanitasi Tahun 2008

Untuk dapat melihat tingkat keberhasilan program klinik sanitasi maka jumlah

kunjungan klien klinik sanitasi harus lebih tinggi dibandingkan kunjungan pasien, dari

penelitian mengenai tingkat keberhasilan program klinik sanitasi di puskesmas di Kota

Dumai diperoleh hasil sebagai berikut :

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.18. Data kunjungan klinik sanitasi diseluruh puskesmas Tahun 2008 di kota
Dumai

No Puskesmas Kunjungan pasien Kunjungan klien Tahun


Tahun 2008 2008
1 Puskesmas Dumai Timur 167 3
2 Puskesmas Dumai Barat 175 7
3 Puskesmas Purnama 63 3
4 Puskesmas Jaya Mukti 89 1
5 Puskesmas Bumi Ayu 106 1
6 Puskesmas Bukit Timah 187 2
7 Puskesmas Bukit Kapur 0 0
8 Puskesmas M.Kampai 0 1
9 Puskesmas S.Sembilan 113 0
Jumlah 900 18

Berdasarkan Tabel 4.18 diatas dapat diketahui bahwa kunjungan pasien klinik sanitasi

meningkat secara keseluruhan pada 2008 terdapat 900 kunjungan pasien dan 18

kunjungan klien, Puskesmas Bukit Kapur tidak ada kunjungan klinik sanitasi baik pasien

maupun klien.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Petugas Klinik Sanitasi

Tenaga pelaksana klinik sanitasi di seluruh puskesmas sudah sesuai dengan

petunjuk oleh Ditjen PPM & PL tentang pedoman program klinik sanitasi yaitu petugas

harus minimal berpendidikan SPPH atau D III kesehatan lingkungan, maka semua

puskesmas telah memiliki petugas yang berlatarbelakang pendidikan tersebut, namun ada

beberapa puskesmas yang masa kerja petugas masih baru yaitu kurang dari 5 Tahun, akan

tetapi jumlah petugas sanitasi di kota Dumai berjumlah 14 orang dengan jumlah

penduduk 233.074 sedangkan menurut Indikator Indonesia Sehat 2010 rasio tenaga

sanitasi adalah 40 orang per 100.000 penduduk, dengan demikian jumlah tenaga sanitasi

di kota Dumai masih sangat kurang.

Berdasarkan hasil penelitian di seluruh puskesmas tidak satu pun petugas pelaksana

klinik sanitasi yang memiliki surat penugasan langsung dari kepala puskesmas, padahal

surat penugasan ini perlu dibuat sebagai bukti tertulis seorang pelaksana klinik sanitasi

dan bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya dan petugas pelaksana klinik

sanitasi hanya mempunyai Surat Keputusan (SK) dari Wali Kota Dumai yang

menyatakan bahwa petugas mempunyai jabatan sanitarian puskesmas.

5.2. Sarana dan Prasarana Klinik Sanitasi

Berdasarkan hasil penelitian puskesmas yang memiliki ruangan klinik sanitasi terpisah

dengan ruangan program lain sebanyak 4 puskesmas yang terdiri dari puskesmas Dumai

Barat, puskemas Dumai Timur, Puskesmas Jaya Mukti dan puskesmas Bumi Ayu,

sedangkan puskesmas yang ruangan klinik sanitasinya bergabung dengan ruangan lain
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
sebanyak 5 puskesmas yaitu puskesmas Purnama, puskesmas Bukit Timah, puskesmas

Bukit Kapur, puskesmas Medang Kampai dan puskesmas Sungai Sembilan.

Menurut pedoman pelaksanaan program klinik sanitasi Ditjen PPM & PL

Dep.Kes RI 2000, puskesmas harus memiliki ruangan sebagai tempat pelaksanaan

kegiatan program klinik sanitasi, sebaiknya ruangan harus terpisah dengan ruangan

program lain agar kegiatan terlaksana dengan baik dan pasien/klien mempunyai

kenyamanan dan berkonsultasi dengan petugas.

Dalam pelaksanaan konseling dan penyuluhan seluruh puskesmas memiliki alat bantu

leaflet, sound system dan 3 puskesmas memiliki media elektronik sebagai alat bantu

dalam melaksanakan kegiatan program klinik sanitasi di puskesmas, dengan demikian hal

tersebut sudah sesuai dengan pedoman pelaksanaan klinik sanitasi Ditjen PPM & PL

Dep.Kes RI 2000.

Untuk menunjang pelaksanaan program klinik sanitasi di luar gedung puskesmas,

petugas harus memiliki alat transportasi, dari hasil observasi pada penelitian ini seluruh

puskesmas mempunyai alat transportasi rada 2 dan roda 4, yang dapat digunakan dalam

melakukan kegiatan klinik sanitasi, kendaraan roda 2 adalah milik petugas itu sendiri,

sedangkan kendaraan roda 4 adalah ambulance yang dapat digunakan untuk kunjungan

luar gedung terutama pada saat penyuluhan. Dengan demikian hal tersebut sudah sesuai

dengan pedoman pelaksanaan klinik sanitasi Ditjen PPM & PL Dep.Kes RI 2000.

5.3. Dana Program Klinik Sanitasi

Untuk mendukung keberhasilan suatu program salah satu yang harus tersedia adalah

dana. Dari hasil wawancara dengan informan bahwa dana klinik sanitasi sangat kecil,

sehingga program berjalan seadanya, tidak bisa ditindak lanjuti karena tidak mempunyai

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
dana yang cukup. Menurut kepala seksi penyehatan lingkungan dana program klinik

sanitasi memang sangat kecil sehingga ada puskesmas yang tidak mendapatkan dana

untuk pelaksanaan program. Dana di prioritaskan untuk puskesmas yang program klinik

sanitasinya sudah berjalan.

Dana program klinik sanitasi kecil di kota Dumai kemungkinan karena dalam

pengajuan anggaran tidak didukung oleh data-data yang menunjang, perencanaan

penyusunan anggaran masih belum memperioritaskan program penyehatan lingkungan,

Dinas Kesehatan masih memperioritaskan pada program-program pengobatan yang harus

ditangani segera seperti Wabah, Kejadian LuarBiasa (KLB).

Masalah data tidak hanya menyangkut bagaimana mendapatkan data. Data yang

diperoleh belum tentu selalu sesuai dengan pihak yang memerlukannya, masalah data

dapat mencakup, selain masalah memperolehnya, membaca dan menginterpretasikan.

Untuk mendapatkan data, membaca dan menginterpretasi ditemukan berbagai macam

kendala seperti tidak tersedianya data, data tidak lengkap (Bustam, 2006). Maka dalam

pengajuan anggaran di Kota Dumai data tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk

mendapatkan dana yang sesuai dengan kebutuhan.

Konsep H.L Blum yaitu environment of health, faktor lingkungan dianggap sebagai

faktor determinan utama status kesehatan masyarakat. Konsep Blum inilah yang banyak

dipakai hingga dewasa ini bahkan sangat mempengaruhi kebijakan pemerintah dimana

kegiatan perbaikan lingkungan menjadi prioritas utama pembangunan bidang

kesehatan.seiring dengan terjanya pergeseran isu SDM ( Sumber Daya Manusia)

sehingga faktor gizi banyak yang berhubungan dengan kualitas kesehatan. memasuki

mellinium ketiga kemiskinan menjadi tantangan utama perbaikan kesehatan dengan

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
prioritas utama kekurangan gizi pada anak. Banyaknya masalah kesehatan yang harus di

selesaikan sehingga masing-masing daerah memilih masalah kesehatan yang harus

diprioritaskan, Di Kota Dumai masalah kesehatan sangat banyak teruma masalah

penyakit menular seperti DBD yang harus mendapat perhatian segera. Maka dana yang

disetujui hanya yang menjadi prioritas saja.

Dana klinik sanitasi kecil terjadi bukan di Dinas Kesehatan Kota Dumai saja,

berdasarkan hasil penelitian Metrizal dengan judul “Analisa Pelaksanaan Program Klinik

Sanitasi di Kota Binjai Tahun 2004”, juga menemukan masalah dana yang kecil bahkan

petugas puskesmas tidak mengetahui sumber dana program klinik sanitasi di Kota Binjai.

5.4. Buku Pedoman dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Klinik Sanitasi

Dalam pelaksanaan suatu program petugas harus mempunyai buku petunjuk

pelaksanaan yang jelas, agar program berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dari hasil

penelitian diketahui bahwa semua puskesmas telah mempunyai buku pedoman dan

petunjuk teknis pelaksanaan program klinik sanitasi, hanya puskesmas Jaya Mukti yang

buku pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan foto copy, dengan demikian hal ini sudah

sesuai dengan petunjuk pelaksanaan klinik sanitasi puskesmas menurut Ditjen PPM & PL

Dep.Kes RI 2000.

5.5. Jumlah Penyakit Berbasis Lingkungan

Penyakit berbasis lingkungan di kota Dumai masih mendominasi penyakit-penyakit

yang ada di puskesmas Tingginya angka penyakit yang dipengaruhi oleh lingkungan

terutama ISPA dan Diare karena kondisi alam di kota Dumai yang sering terjadi

kebakaran hutan dan akses terhadap air bersih yang memenuhi syarat masih rendah.

Sebagian masyarakat kota Dumai masih menggunakan air hujan sebagai air bersih, hal ini

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
dapat mempermudah terjangkit penyakit kulit, diare dan DBD. Namun demikian

penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan tersebut belum melebihi angka yang

ditetapkan dalam Indikator Indonesia Sehat 2010.

5.6. Jumlah Pasien klinik Sanitasi

Jumlah pasien yang di rujuk klinik sanitasi masih sangat kurang yaitu 1579 dari

28629 kasus penyakit berbasis lingkungan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan tenaga

pelaksana klinik yang ada di puskesmas, menurut Indikator Indonesia Sehat 2010 rasio

ahli sanitasi per 100.000 penduduk adalah 40 orang, sedangkan di kota Dumai jumlah

penduduk 223.074 jiwa hanya dilayanani oleh 14 orang tenaga sanitasi.

Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa belum ada komitmen yang kuat

mengenai rujukan pasien penderita penyakit berbasis dilingkungan ke klinik sanitasi,

sehingga pasien banyak yang tidak dirujuk, selain itu petugas klinik sanitasi juga

mempunyai tugas program kesehatan lingkungan lainnya yang harus dikerjakan, seperti

inspeksi sanitasi TTU, inspeksi sanitasi TP2M, Pengambilan sampel air, sehingga

petugas sulit membagi waktu kerjanya yang singkat yaitu dari jam 8-14 WIB.

5.7. Jumlah Klien Klinik Sanitasi

Jumlah kunjungan klien klinik sanitasi masih sangat kurang di tahun 2008. Jumlah

klien di seluruh puskesmas hanya 18 orang, walaupun di tahun 2009 ada peningkatan

yaitu 45 orang, tetapi masih lebih tinggi jumlah kunjungan pasien klinik sanitasi. Dengan

demikian hal ini tidak sesuai dengan pedoman pelaksanaan klinik sanitasi menurut Ditjen

PPM & PL Dep.Kes RI 2000

Klien klinik sanitasi adalah masyarakat umum yang datang ke puskesmas untuk

berkonsultasi mengenai masalah kesehatan lingkungan, dalam meningkatkan jumlah

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
kunjungan klien dapat dilakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk memperkenalkan

program klinik sanitasi. Dari hasil wawancara dengan informan diketahui bahwa hal

tersebut tidak pernah dilakukan oleh petugas klinik sanitasi karena petugas kurang aktif

dalam menjalankan program klinik sanitasi di puskesmas.

Sulitnya meningkatkan kunjungan klien ke klinik sanitasi karena masyarakat masih

berasumsi bahwa puskesmas hanya untuk tempat berobat, masyarakat tidak mengetahui

fungsi puskesmas yang lain, dalam hal ini petugas klinik sanitasi harus mempromosikan

bahwa di puskesmas menerima konsultasi mengenai masalah kesehatan lingkungan.

5.8. Jumlah Pasien/Klien Yang Dikonseling

Pasien atau klien yang datang ke klinik sanitasi harus dikonseling dan diberi

penyuluhan mengenai masalah kesehatan lingkungan yang dialami, konseling bertujuan

untuk menggali lebih dalam mengenai masalah kesehatan yang dialami oleh pasien/klien,

di puskesmas yang program klinik sanitasinya sudah berjalan konseling terhadap

pasien/klien sudah dilakukan, namun belum semua pasien yang d rujuk ke klinik sanitasi

dikonseling, jumlah pasien yang dirujuk adalah 1579 orang yang dikonseling hanya 1006

orang. Dengan demikian hal ini tidak sesuai dengan pedoman pelaksanaan klinik sanitasi

Ditjen PPM & PL Dep.Kes RI 2000

Berdasarkan hasil observasi diketahui tidak seluruh pasien yang dirujuk dikonseling

karena keterbatasan waktu dan tenaga serta ketidak sabaran pasien dalam memerima

penjelasan dari petugas klinik sanitasi, apalagi jika pasien penderita penyakit berbasis

lingkungan adalah anak-anak maka petugas menyampaikan pesan kesehatan lingkungan

kepada orang tua pasien akan tetapi pesan tersebut tidak dapat diterima oleh orang tua

pasien dengan baik karena pasien menangis terus menerus.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
5.9. Jumlah Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah dalam program klinik sanitasi dilaksanakan untuk menindaklanjuti

hasil konseling yang telah dilakukan di puskesmas dengan waktu yang telah disepakati

bersama antara petugas dengan pasien/klien. Berdasarkan hasil penelitian diketahui

bahwa kunjungan rumah pasien sebanyak 140 rumah dari 1006 orang pasien yang

dikonseling, hal ini disebabkankan oleh keterbatasan tenaga pelaksana program klinik

sanitasi, keterbatasan waktu dan keterbatasan dana. Sedangkan kunjungan rumah klien

dilakukan ke semua rumah klien yaitu 45 orang.

5.10. Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektor

Kerjasama lintas sektor dan lintas program sudah dijalankan oleh pelaksana program

klinik sanitasi di seluruh puskesmas kecuali puskesmas Bukit Kapur, karena di

puskesmas Bukit Kapur program klinik sanitasi belum dilaksanakan. Kerjasama lintas

program dan lintas sektor bertujuan untuk mempermudah menjalankan kegiatan-kegiatan

program klinik sanitasi, sesuai dengan pedoman pelaksanaan program klinik sanitasi

Ditjen PPM & PL Dep.Kes RI 2000

5.11. Evaluasi Program Klinik Sanitasi

Dalam pelaksanaan suatu program perlu adanya evaluasi untuk mengetahui

tingkat keberhasilan dan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam

pelaksanaan program klinik sanitasi, menurut pedoman pelaksanaan klinik sanitasi Ditjen

PPM & PL Dep.Kes RI 2000 evaluasi dilakukan oleh petugas Dinas Kesehatan terhadap

petugas puskesmas dan terhadap pasien/klien setiap triwulan, semester serta evaluasi

tahunan, hasil evaluasi akan dibahas untuk mencari cara memecahkan kendala-kendala

yang dihadapi dalam pelaksanaan program.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa evaluasi masih sangat kurang dilakukan,

baik terhadap petugas puskesmas dan terhadap pasien/klien, hal ini karena keterbatasan

jumlah petugas, waktu yang terbatas serta kurang motivasi dari petugas itu sendiri.

Dengan demikian hal ini tidak sesuai dengan pedoman pelaksanaan klinik sanitasi Ditjen

PPM & PL Dep.Kes RI 2000.

5.12. Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi

Tingkat keberhasilan program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di kota Dumai

masih rendah, hal ini dapat dilihat dengan masih tingginya angka penyakit berbasis

lingkungan yaitu 28629 kasus, sedangkan jumlah pasien yang di rujuk ke klinik sanitasi

1579 (5,51%) kasus dan yang di konseling 1006 (63,71%) kasus dari jumlah pasien yang

dirujuk. Sedangkan jumlah kunjungan klien hanya 45 orang, dengan demikian hal ini

tidak sesuai dengan indikator keberhasilan program klinik sanitasi menurut Ditjen PPM

& PL dep.Kes RI. Adapun indikator tersebut adalah Meningkatkan kunjungan klien dan

menurunkan angka penderita penyakit berbasis lingkungan. Serta Makin meningkat

pembangunan sarana kesehatan lingkungan dengan swadaya masyarakat.

Tingkat keberhasilan program klinik sanitasi di seluruh puskesmas masih jauh

dari target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Dumai yaitu 50% dari penderita

penyakit berbasis lingkungan harus dirujuk ke klinik sanitasi, dari hasil penelitian

diketahui bahwa jumlah pasien yang dijuruk hanya 10,98 % dari target yang ditetapkan.

Rendahnya tingkat keberhasilan program klinik sanitasi dipengaruhi oleh beberapa hal

seperti jumlah petugas tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang dilayani, yaitu 14

orang untuk 233.074 jumlah penduduk yang seharusnya dilayani oleh 80 orang petugas

sanitasi dana untuk operasional program sangat kecil, sehingga petugas kurang

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
termotivasi, kurang komitmen antara Dinas Kesehatan dengan Puskesmas dalam hal

keseriusan menjalankan program klinik sanitasi, Dinas Kesehatan masih

memperioritaskan program pengobatan dibandingkan dengan program pencegahan.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dikemukan beberapa

kesimpulan dari aspek yang diobservasi dan hasil wawancara dengan informan mengenai

tingkat keberhasilan program klinik sanitasi di seluruh puskesmas di Kota Dumai sebagai

berikut :

1. Petugas pelaksana klinik sanitasi di seluruh puskesmas sudah memiliki latar

belakang pendidikan Kesehatan Lingkungan.Akan tetapi jumlah tenaga masih

sangat kurang yaitu 14 orang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yaitu

233.074 karena menurut Indikator Indonesia Sehat 2010 rasio tenaga sanitasi 40

orang per 100.000 penduduk.

2. Sarana dan prasarana dari 9 puskesmas hanya 4 puskesmas yang memiliki

ruangan klinik sanitasi terpisah dengan ruangan lain. Sarana transportasi untuk

menunjang pelaksanaan klinik sanitasi sudah baik, alat bantu penyuluhan masih

kurang karena hanya tersedia leaflet saja di semua puskesmas.

3. Dana program klinik sanitasi diseluruh puskesmas di Kota Dumai masih sangat

kecil jika di bandingkan dengan jumlah kasus penyakit berbasis lingkungan yang

sangat tinggi seperti Diare, DBD, ISPA.

4. Pedoman dan petunjuk teknis diseluruh puskesmas sudah tersedia untuk

memudahkan petugas dalam melaksanakan kegiatan, hanya puskesmas Jaya

Mukti yang buku petunjuknya foto copy.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
5. Jumlah penyakit berbasis lingkungan di puskesmas di Kota Dumai 28629 kasus,

dari kasus tersebut ISPA mempunyai jumlah kasus yang paling tinggi yaitu13623

(47,58%) kasus, penyakit kulit 7703 (26,90%) kasus dan Diare 5697 (19,89%).

6. Jumlah kunjungan penderita penyakit berbasis lingkungan yang dirujuk ke klinik

sanitasi masih sangat rendah yaitu 1579 (10,98%) kasus dari 28629 kasus

penyakit berbasis lingkungan yang ada.

7. Jumlah klien klinik sanitasi ada peningkatan ditahun 2008 sebanyak 18 orang

kunjungan klien sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 45 orang.

8. Jumlah pasien yang dikonseling adalah 1006 orang (63,71%) dari jumlah pasien

yang dirujuk sebanyak1579 orang, sedangkan klien semuanya dikonseling yaitu

45 orang (100%).

9. Jumlah kunjungan rumah pasien yang dilakukan oleh pelaksana program klinik

sanitasi adalah 140 rumah dari 1006 pasien yang dikonseling atau (13,9%)

sedangkan klien semua rumahnya di kunjungi (100%)

10. Kerjasama lintas program dan lintas sektor sudah baik, walaupun pembinaan dan

evaluasi masih belum maksimal dilakukan.

11. Program klinik sanitasi diseluruh puskesmas masih belum berhasil, hal ini

ditandai dengan masih tingginya angka penyakit berbasis lingkungan yang datang

ke puskesmas, target jumlah pasien yang dirujuk baru dicapai 10,98% dari 50%

target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Dumai dan kunjungan klien

klinik sanitasi masih rendah diseluruh puskesmas.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
6.2. Saran

1. Disarankan kepada seluruh puskesmas untuk membuat skema alur masuk

pasien/klein klinik sanitasi dan menempatkan diruang tunggu pasien.

2. Dinas kesehatan perlu melakukan pembinaan dan supervisi terhadap petugas

puskesmas agar program klinik sanitasi dapat berjalan dengan maksimal.

3. Agar pasien klinik sanitasi tidak drop aut sebaiknya ruangan klinik sanitasi

bersebelahan dengan ruangan pemeriksaan pasien.

4. Untuk kelangsungan suatu program perlu ada dana agar dapat mendukung

kegiatan-kegiatan di klinik sanitasi dan sebaiknya dana disesuaikan dengan

jumlah kasus penyakit berbasis lingkungan di masing-masing puskesmas.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi,F,U.2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Penerbit UI Press. Jakarta.

Anies. 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi Mencegah dan Menanggulangi


Penyakit Menular. Penerbit Elex Media Komputindo. Jakarta.

Bungin,M,Burhan.2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta

Bustam,N,M.2006. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan.EGC. Jakarta.

Depkes RI.1992. Undang-Undang Nomor 23 Tentang Kesehatan. Jakarta.

_________. 2000. Pedoman Pelaksanaan Klinik Sanitasi Untuk Puskesmas. Jakarta.

_________.2000. Pedoman Teknis Klinik Sanitasi Untuk Puskesmas. Jakarta.

_________.2001. Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi Di Puskesmas.

Jakarta.

_________.2002. Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi. Jakarta.

_________.2003.Panduan Teknis Klinik Sanitasi Untuk Puskesmas. Jakarta.

_________.2003. Indikotar Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Provinsi


Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Kepmenkes RI Nomor
1202/MENKES/SK/VIII/2003. Jakarta.

_________.2004.Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta.

_________.2005. Rencana Stategi Lingkungan Sehat. Jakarta.

_________.2006. Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun 2005-2009


Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
331/Menkes/SK/V/2006. Jakarta

Dinkes Provinsi Riau.2005. Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi di


Puskesmas. Pekanbaru

Dinkes Kota Dumai. 2007. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kota Dumai Tahun 2007. Dumai.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
Metrizal. 2005. Analisa Pelaksanaan Program Klinik Sanitasi Kota Binjai tahun 2004.
Tesis Sekolah Pascasarjana USU. Medan.

Gde Muninjaya,A,A. 2004. Manajemen Kesehatan. EGC. Jakarta

Notoatmodjo,Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit Rineka

Cipta. Jakarta.

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
FORMULIR CHECK LIST OBSERVASI PADA PENELITIAN ANALISA TINGKAT
KEBERHASILAN PROGRAM KLINIK SANITASI DI SELURUH PUSKESMAS DI
KOTA DUMAI TAHUN 2009
____________________________________________________________________

Nomor informan :
Nama informan :
Puskesmas :
Pendidikan :
Jabatan :
Masa kerja :

I. Petugas pelaksana Ada Tidak ada

1. Surat penugasan oleh kepala puskesmas

2. Ijazah/SK

3. Sertifikat pelatihan

4. Bukti penerimaan insentif

5. Struktur organisasi

II. Sarana dan prasarana

1. Ruangan klinik sanitasi

a. Terpisah dengan program lain

b. Tidak terpisah dengan program lain

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
2. Alat Peraga/Alat Bantu penyuluhan

No Nama alat peraga Ada Tidak ada Keterangan

1 Leaflet

2 Cetakan Samijaga

3 Media Elektronik

4 Sound Sytem

5 Media Lain

3. Alat ukur kwalitas lingkungan

No Lingkungan Nama Alat Pengukur Ada Tidak ada keterangan

(sebutkan)

1 Udara 1

2 Air 1

3 Tanah 1

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
4. Alat transportasi

No Alat Transportasi Ada Tidak ada keterangan

1 Kendaraan Roda 4

2 Kendaraan Roda 2

Ada Tidak Ada

5. Formulir Pencatatan dan pelaporan

III. Dana

1. Ketersediaan dana

2. Tanda bukti penerimaan dana

3. Laporan pertanggung jawaban

IV. Pedoman dan petunjuk teknis

1. Buku pedoman pelaksana

2. Buku petunjuk teknis

3. Standar prosedur oprerasional

4. Buku petunjuk konseling

VI. Kegiatan dalam dalam gedung

1. Konseling

2. Penyuluhan

3. Materi penyuluhan

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
4. Loka karya Mini

VII. Kegiatan Luar Gedung

1. Kunjungan rumah pasien

2. Kunjungan rumah klien

3. Penyuluhan

4. Materi Penyuluhan

VIII. Kerjasama

1. Lintas program

2. Lintas sektor

IX. Kunjungan Rumah

1. Ke rumah pasien

2. Ke rumah klien

X. Evaluasi

1. Pemantauan berkala ke lapangan

2. Laporan bulanan

3. Laporan tahunan

4. Supervisi oleh Dinkes

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
DAFTAR PERTANYAAN DALAM WAWANCARA PADA PENELITIAN ANALISA
TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM KLINIK SANITASI DI SELURUH
PUSKESMAS DI KOTA DUMAI TAHUN 2009

Nomor informan :
Nama informan :
Puskesmas :
Pendidikan :
Jabatan :
Masa kerja :

I. Berapa Jumlah penderita penyakit berbasis lingkungan

No Jenis Penyakit Jumlah Penderita Keterangan


1. ISPA
2. Diare
3. DBD
4. TB-Paru
5. Kecacingan
6. Penyakit kulit
7. Malaria

II. Berapa jumlah kunjungan klinik sanitasi.

No Jenis Kunjungan Jumlah Keterangan


kunjungan
1. Pasien penyakit berbasis lingkungan yang datang ke
puskesmas
2. Pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi
3. Kunjungan Klien
4. Pasien yang dikonseling
5. Pasien yang dikunjungi rumahnya
6. Klien yang dikonseling
7. Klien yang dikunjungi rumahnya

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
III. Berapa jumlah stimulan yang telah dilaksanakan dalam program klinik sanitasi

No Jenis Stimulan Jumlah Lokasi

IV. Dari mana anggaran untuk program klinik sanitasi dan bagaimana dengan kecukupan

dana tersebut

1. APBD TK I Provinsi

2. APBD TK I BLN

3. APBD TK II

4. Apakah cukup

V. Bagaimana kerjasama Lintas program dalam klinik sanitasi

Jawaban

________________________________________________________________________

________________________________________________________________________

________________________________________________________________________

________________________________________________________________________

________________________________________________________________________

Program apa saja :

2
Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.
3

VI. Bagaimana Kerjasama lintas sektor dalam klinik Sanitasi

Jawaban

________________________________________________________________________

________________________________________________________________________

________________________________________________________________________

Sektor apa saja

Suriani : Analisa Tingkat Keberhasilan Program Klinik Sanitasi Di Seluruh Puskesmas Di Kota Dumai Tahun 2009, 2009.

Anda mungkin juga menyukai