Anda di halaman 1dari 137

ANALISIS PERILAKU HIGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN

DAN KANDUNGAN ESCHERICHIA COLI PADA


MINUMAN CEPAT SAJI (MANGO THAI)
DI KOTA MEDAN TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh :

IVAN CHRISTIAN
141000391

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS PERILAKU HIGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN
DAN KANDUNGAN ESCHERICHIA COLI PADA
MINUMAN CEPAT SAJI (MANGO THAI)
DI KOTA MEDAN TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

IVAN CHRISTIAN
141000391

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

“ANALISIS PERILAKU HIGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN

DAN KANDUNGAN ESCHERICHIA COLI PADA MINUMAN CEPAT

SAJI (MANGO THAI) DI KOTA MEDAN TAHUN 2018” ini beserta seluruh

isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung

risiko atau sanksi yang diajukan kepada saya apabila kemungkinan ditemukan

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari

pihak lain terhadap karya saya ini.

Medan, September 2018

Yang membuat pernyataan

Ivan Christian

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul

ANALISIS PERILAKU HIGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN


DAN KANDUNGAN ESCHERICHIA COLI PADA
MINUMAN CEPAT SAJI (MANGO THAI)
DI KOTA MEDAN TAHUN 2018

Yang Disiapkan dan Dipertahankan Oleh

IVAN CHRISTIAN
141000391

Disahkan Oleh :

Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I

Ir. Indra Chahaya S, M.Si.


NIP. 196811011993032005

Medan, September 2018


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Univeristas Sumatera Utara
Dekan,

Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si


NIP. 196803201993082001

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Mango thai merupakan salah satu minuman cepat saji yang pada saat ini
sedang trend kehadirannya di Indonesia. Minuman sangat mungkin sekali
terkontaminasi sehingga dapat menyebabkan penyakit bawaan makanan (food
borne disease), salah satu penyebabnya adalah bakteri Escherichia coli. Penyebab
terkontaminasinya makanan oleh Escherichia coli sering terjadi karena sanitasi
pengelolaan makanannya yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif yaitu dengan
melihat gambaran higiene dan sanitasi serta analisa laboratorium untuk
mengetahui kandungan bakteri Escherichia coli pada minuman cepat saji (mango
thai) di Kota Medan tahun 2018. Objek penelitian ini adalah penjamah makanan
dan minuman mango thai beserta air bahan baku pembuatan di seluruh outlet
mango thai di empat kecamatan Kota Medan. Jumlah outlet mango thai di empat
kecamatan Kota Medan sebanyak 8 outlet, sehingga peneliti menggunakan total
sampling dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data menggunakan lembar
obeservasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 7 dari 8 sampel yang
positif mengandung bakteri Escherichia coli dengan kandungan rata-rata 16,9
MPN/100 ml dan terdapat 1 dari 8 outlet yang memenuhi syarat kesehatan dalam
hal penjamah makanan, peralatan, air, bahan makanan, bahan tambahan, dan
penyajian, sarana penjaja, dan sentra pedagang berdasarkan Kepmenkes RI No.
942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Higiene Sanitasi Makanan Jajanan.
Saran dalam penelitian ini adalah bagi setiap produsen diharapkan selalu
menjaga higiene sanitasi dalam pembuatan minuman mango thai terutama dalam
hal penjamah makanan dan peralatan untuk selalu diperhatikan agar tidak terjadi
kontaminasi yang mengganggu kesehatan konsumen dan bagi Badan Pengawasan
Obat dan Makanan (BPOM) Kota Medan agar diadakan pengawasan dan
penyuluhan tentang pentingnya menerapkan higiene sanitasi makanan/minuman
cepat saji yang khususnya minuman mango thai sehingga minuman tersebut dapat
memenuhi syarat kesehatan.

Kata kunci : Escherichia coli, Higiene Sanitasi Makanan Jajanan, Mango


Thai

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Mango Thai is once of prospering fast drink in Indonesia now. This fast
drink potent contaminated so can caused food borne disease. Once of the agent is
Escherichia coli bacteria. The cause of contamination by bacteria often occurs
because of the sanitation management of the food is not fulfilled health
requirements.
Type of this study is survey study with descriptive characteristic with
seeing the representation of the hygiene and sanitation and supported by
laboratory analysis to find out the contents of Escherichia coli that exist in the
fast drink (mango thai) in Medan on 2018. The object of this study is mango thai
food and drink handler along with mango thai water raw material of all outlets in
4 sub-districts of Medan. Amount of mango thai outlet in 4 sub-districts of Medan
is 8 outlets, so this study is using total sampling. The data collecting method that
used in this study is observation sheet.
The result of this study indicate that there are 7 out of 8 positive samples
containing Escherichia coli bacteria with the average contents 16.9 MPN/100 ml
and there are 1 in 8 outlets that fulfilled health requirements in the case of food
handlers, water, equipment, food material, additional ingredients and
presentation of the food, peddling facilities and merchant center based on
Kepmenkes RI No.942/MENKES/SK/VII/2003 about snack sanitary hygiene.
Suggestions in this study are all producer expected to maintain sanitation
hygiene in the mango thai manufacturing process especially in food and
equipments handling to always be noticed so there will be no contamination
which disrupts the health of consumers and for Medan’s food and drug
supervision agency (BPOM) so that arrange supervision and counseling about the
importance of applying fast food/beverage hygiene sanitation in particular mango
thai so mango thai could fulfilled health requirements.

Keyword : Escherichia coli, Snack Hygiene Sanitation, Mango Thai

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan kesehatan dan kesabaran serta semangat hidup untuk dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Perilaku

Higiene Sanitasi Penjamah Makanan dan Kandungan Escherichia coli pada

Minuman Cepat Saji (Mango Thai) di Kota Medan Tahun 2018”

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak menemukan kesulitan dan

hambatan, namun berkat doa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya

skripsi ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M selaku Ketua Departemen Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

sekaligus sebagai Dosen Penguji I atas segala saran, masukan, dan bimbingan

yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ir. Indra Chahaya S, M.Si selaku Dosen Pembimbing I atas segala saran,

masukan, dan bimbingan yang telah diberikan untuk penyusunan skripsi ini.

5. Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan

masukan demi kesempurnaan tulisan ini.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Seluruh Dosen beserta Staf Pegawai di FKM USU yang telah memberikan

bekal ilmu dan bersedia memberikan kritik juga saran demi kesempurnaan

tulisan ini.

8. Kepala Balai Teknik Kesehatan Lingkungan & Pengendalian Penyakit Medan

dan Staf Pegawai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan & Pengendalian

Penyakit Medan, yang telah memberikan bantuan selama penelitian

berlangsung.

9. Orang tua tercinta, Bapak Talup Oloan Lumban Tobing dan Ibu Erilyn

Panggabean, S.Pd atas motivasi, dukungan, dan semangat yang telah

memberikan kekuatan kepada penulis dalam masa perkuliahan hingga

penyelesaian skripsi.

10. Saudara tercinta, Eva Novriyanti Sertauli, Yessica Gusfriaci, Jeffrey Van

Samuel, dan Fabiola Christina yang selalu memberi dukungan dan motivasi

kepada saya.

11. Keluarga besar peminatan Kesehatan Lingkungan yang selalu memotivasi

dan membantu saya dalam penyelesaian penelitian ini.

12. Sahabat-sahabat FKM USU Lady Diana Elyzabet, Dita Dwi Utami, Sadikin

Saragih, Inrika Saragih, Puradanatasia Nadia, Robert Yohannes Pardede,

Olivia Hizkyana, Rachel Rybka, Dini Annisa Barkah, Rika Pakpahan, Dhea

Maudy, Khairunnisa Nasution, Darari Tiara, Febby Ramawati, Yovi Ayu,

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pika Asyera, dan Cindy Naomi Tobing yang selalu menyemangati saya dalam

menyelesaikan penelitian ini.

Akhir kata, semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat dan kasih-Nya kepada

kita dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk seluruh

pihak.

Medan, September 2018


Penulis

Ivan Christian

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
ABSTRAK .......................................................................................................... iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................ 6
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................. 7
1.4.2 Manfaat Praktis .............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 9

2.1 Minuman .................................................................................................... 9


2.1.1 Pengertian Minuman ...................................................................... 9
2.1.2 Jenis-Jenis Minuman...................................................................... 9
2.1.3 Kriteria Minuman Sehat................................................................. 12
2.2 Minuman Mango Thai ............................................................................... 13
2.2.1 Proses Pembuatan Mango Thai...................................................... 14
2.3 Higiene dan Sanitasi .................................................................................. 15
2.3.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi .................................................... 15
2.3.2 Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman ...................................... 15
2.3.3 Prinsip Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman.......................... 16
2.3.4 Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan ............. 28
2.4 Escherichia coli ......................................................................................... 29
2.4.1 Defenisi Escherichia coli ............................................................... 29
2.4.2 Sifat-Sifat Escherichia coli ............................................................ 29
2.4.3 Bakteri Indikator Polusi ................................................................. 30
2.4.4 Klasifikasi Escherichia coli ........................................................... 33
2.4.5 Penanganan dan Pencegahan Escherichia coli .............................. 35

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.5 Kerangka Konsep ...................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 38

3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 38


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 38
3.2.1 Lokasi ............................................................................................ 38
3.2.2 Waktu ............................................................................................ 38
3.3 Objek Penelitian ....................................................................................... 38
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 39
3.4.1 Data Primer .................................................................................... 39
3.5 Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 39
3.5.1 Alat dan Bahan Uji Bakteri Escherichia coli................................. 39
3.5.2 Cara Pengambilan Sampel ............................................................. 40
3.5.3 Cara Pemeriksaan Escherichia coli ............................................... 40
3.6 Definisi Operasional .................................................................................. 43
3.7 Aspek Pengukuran ..................................................................................... 44
3.8 Analisa Data .............................................................................................. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ 46

4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden .............................................. 46


4.2 Analisis Perilaku Higiene Sanitasi Penjamah Makanan Jajanan ............... 47
4.2.1 Penjamah Makanan ........................................................................ 47
4.2.2 Peralatan......................................................................................... 48
4.2.3 Air, Bahan Makanan, Bahan Tambahan, dan Penyajian ............... 49
4.2.4 Sarana Penjaja ................................................................................ 51
4.2.5 Sentra Pedagang ............................................................................. 52
4.2.6 Hasil Penilaian Observasi Perilaku Higiene Sanitasi Penjamah
Makanan Jajanan pada Minuman Cepat Saji (mango Thai)
di Kota Medan Tahun 2018 ........................................................... 53
4.3 Hasil Pemeriksaan Escherichia coli .......................................................... 54
4.3.1 Hasil Pemeriksaan Escherichia coli pada Minuman Mango Thai
di Kota Medan Tahun 2018 ........................................................... 54

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................... 57

5.1 Karakteristik Produsen Mango Thai .......................................................... 57


5.2 Higiene Sanitasi dalam Pengolahan Minuman Mango Thai ..................... 58
5.2.1 Penjamah Makanan dalam Pengolahan Minuman Mango Thai .... 58
5.2.2 Peralatan dalam Pengolahan Minuman Mango Thai ..................... 59
5.2.3 Air, Bahan Makanan, Bahan Tambahan, dan Penyajian dalam
Pengolahan Minuman Mango Thai................................................ 61
5.2.4 Sarana Penjaja dalam Pengolahan Minuman Mango Thai ............ 62
5.2.5 Sentra Pedagang dalam Pengolahan Minuman Mango Thai ......... 63

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.3 Kandungan Bakteri Escherichia coli pada Minuman Mango Thai dan
Air Bahan Baku ......................................................................................... 64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 66

6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 66


6.2 Saran 67

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 69


LAMPIRAN

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Berdasarkan Gambaran Umum Karakteristik


Responden ................................................................................... 46

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Penjamah Makanan pada


Minuman Mango Thai di Kota Medan Tahun 2018 .................... 47

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Peralatan Makanan pada


Minuman Mango Thai di Kota Medan Tahun 2018 .................... 49

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Air, Bahan Makanan,


Bahan Tambahan, dan Penyajian pada Minuman Mango Thai
di Kota Medan Tahun 2018 ......................................................... 50

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sarana Penjaja pada


Minuman Mango Thai di Kota Medan Tahun 2018 .................... 51

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sentra Pedagang pada


Minuman Mango Thai di Kota Medan Tahun 2018 .................... 52

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Observasi Perilaku Higiene Sanitasi Penjamah


Makanan Jajanan pada Minuman Cepat Saji (Mango Thai)
di Kota Medan Tahun 2018 ......................................................... 53

Tabel 4.8 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Minuman


Mango Thai di Kota Medan Tahun 2018 .................................... 55

Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Air Bahan
Baku Mango Thai di Kota Medan Tahun 2018 ........................... 56

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 37

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi ........................................................................71

Lampiran 2 Master Data .................................................................................74

Lampiran 3 Dokumentasi ................................................................................76

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian ....................................................................82

Lampiran 5 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Balai Teknik


Kesehatan Lingkungan & Pengendalian Penyakit Medan ..........83

Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian .....................84

Lampiran 7 Surat Hasil Penelitian ..................................................................85

Lampiran 8 Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 ......................... 101

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ivan Christian, lahir pada tanggal 14 Juni 1996 di Kota

Duri. Beragama Kristen Protestan. Menjadi anak keempat dari pasangan Bapak

Talup Oloan Lumban Tobing dan Ibu Erilyn Panggabean. Alamat penulis di Jalan

Pelita III No. 5 Sebanga, Kelurahan Titian Antui, Kecamatan Pinggir.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari SDS Cendana Duri (2002-2008),

SMPS Cendana Duri (2008-2011), SMAS Cendana Duri (2011-2014), dan S1

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara (2014-2018).

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan dan minuman merupakan hal yang sangat penting bagi manusia

karena salah satu kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidupnya. Makanan dan

minuman mengandung senyawa-senyawa yang diperlukan untuk memulihkan dan

memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, mengatur proses di dalam tubuh,

perkembangbiakan, dan menghasilkan energi untuk berbagai kepentingan dalam

kehidupan manusia.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

942/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi

Makanan Jajanan, makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah

pengrajin makanan ditempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap

untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran

dan hotel.

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat

dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh

Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan

tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit (Prabu, 2008).

Makanan tersebut sangat mungkin sekali terkontaminasi sehingga dapat

menyebabkan penyakit bawaan makanan (food borne disease). Oleh karena itu,

prinsip dasar higiene sanitasi makanan diperlukan agar konsumen dapat dilindungi

kesehatannya dari bahaya kontaminasi makanan dan organisme penyakit menular.

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

Sumber racun yang berasal dari mikroorganisme sangat mudah tumbuh di

negara tropis semacam Indonesia (Yuliarti, 2007). Salah satu mikroorganismenya

adalah bakteri Escherichia coli. Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang

tergolong koliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun

hewan, oleh karena itu disebut juga koliform fekal (Fardiaz, 1992).

Bakteri Escherichia coli adalah bakteri gram negatif yang tidak

membentuk spora, bentuknya batang, dan dapat memfermentasi laktosa. Bakteri

ini tumbuh dengan baik pada suhu 7-46ºC dan dapat tumbuh pada kondisi

aktivitas air substrat hanya 0,95. Escherichia coli tahan kondisi asam serta dapat

tumbuh pada lingkungan pH 4,4-10, tetapi akan mati pada pemanasan. Strain

bakteri ini yang paling sering menyebabkan keracunan adalah Escherichia coli

0157:H7. Escherichia coli merupakan bakteri indikator kualitas air dan makanan

karena keberadaannya mengindikasikan bahwa air dan makanan tersebut

terkontaminasi oleh feses (Hadiwiyoto, 2014).

Menurut Fardiaz (1992) mikroorganisme yang digunakan sebagai

indikator polusi kotoran adalah bakteri yang tergolong dalam Escherichia coli,

streptokokus fekal, dan Clostridium perfringens. Dilihat dari keuntungan-

keuntungan dan kelemahan-kelemahan uji terhadap masing-masing bakteri

indikator, maka uji bakteri indikator yang paling umum dilakukan adalah uji

koliform, yang kemudian dilanjutkan dengan uji koliform fekal untuk menguji

adanya kontaminasi kotoran. Jika ternyata uji koliform fekal menunjukkan hasil

positif, berarti contoh air yang diuji diduga juga mengandung bakteri-bakteri

patogen lainnya yang sering ditemukan di dalam saluran pencernaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Pada 2011 terjadi wabah keracunan Escherichia coli yang melanda

beberapa negara di Eropa. Ratusan orang dilaporkan terinfeksi dan puluhan orang

meninggal karenanya. Jerman adalah negara yang paling parah mengalami wabah

tersebut dengan 1.213 kasus keracunan Enterohaemorrhagic Escherichia coli

(EHEC) yang mengakibatkan enam orang diantaranya meninggal dunia. Negara

lain yang terkena wabah EHEC antara lain Swedia 28 kasus, Denmark 10 kasus,

Prancis 6 kasus, Belanda dan Inggris masing-masing 4 kasus, Austria dan Swiss

masing-masing 2 kasus, Republik Czechoslovakia, dan Norwegia masing-masing

1 kasus. Jauh sebelum waktu itu, tepat pada tahun 1982, di Amerika Serikat juga

pernah terjadi wabah keracunan Enterohaemorrhagic Escherichia coli yang

menimbulkan banyak korban di negara bagian Michigan dan Oregon karena

memakan hamburger dari suatu restoran waralaba (Hadiwiyoto, 2014).

Walaupun pemerintah diseluruh dunia melakukan yang terbaik untuk

meningkatkan keamanan pasokan pangan, kejadian dari foodborne disease tetap

pada sebuah persoalan kesehatan yang signifikan dalam pengembangan negara.

Hal ini telah ditaksir bahwa setiap tahun terdapat 1,8 juta manusia meninggal

akibat hasil dari penyakit diare dan sebagian besar dari kasus tersebut dapat

dihubungkan dengan kontaminasi makanan dan air (WHO, 2006).

Kasus keracunan Escherichia coli di Indonesia saat itu belum ada laporan.

Beberapa tahun setelah kejadian itu baru ada pemberitaan adanya kasus keracunan

Escherichia coli di Indonesia. Antara lain pada Kamis, 14 Maret 2013, surat kabar

Banjarmasin Post memberitakan sedikitnya 35 warga di Desa Muara Dadahup

dan Mampai, Kecamatan Kapuas Murung mengalami keracunan makanan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

dilarikan ke UGD suatu rumah sakit setelah mengonsumsi hidangan pesta

perkawinan. Setelah diteliti di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL)

Banjarbaru diketahui penyebabnya adalah Escherichia coli (Hadiwiyoto, 2014).

Hasil penelitian Purnamasari (2009) pada es krim yang dijajakan selama 7

jam di Kecamatan Medan Petisah ternyata seluruhnya ditemukan bakteri

Escherichia coli pada kisaran 2.2 per 100 ml sampel hingga 96 per 100 ml

sampel. Sedangkan hasil penelitian Sari (2009) pada minuman cincau hijau yang

dijual di pasar Kota Padang seluruhnya mengandung bakteri Escherichia coli

yaitu berkisar dari 96 sampai 240 Escherichia coli tinja per 100 ml sampel.

Penyebab terkontaminasinya makanan oleh Escherichia coli sering terjadi

karena sanitasi pengelolaan makanannya yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

Higiene dan sanitasi penjamah makanan merupakan kunci keberhasilan dalam

pengelolaan makanan yang aman dan sehat. Higiene dan sanitasi penjamah yang

kurang baik dapat menyebabkan kejadian penyakit bawaan makanan lebih besar

terjadi.

Mango Thai merupakan salah satu minuman cepat saji yang pada saat ini

sedang trend yang kehadirannya di Indonesia. Mango Thai sendiri telah banyak

ditemukan di beberapa tempat di Kota Medan. Beberapa tempat ada di pusat

perbelajaan, ada juga dipinggir jalan, dan kantin kampus. Mango Thai adalah

suatu inovasi minuman dari buah mangga yang dijus dan diberikan potongan

mangga serta es krim rasa mangga yang berasal dari Thailand.

Minuman mango Thai merupakan minuman yang cocok diminum kapan

saja dan tidak kecil kemungkinan minuman ini dapat tercemar oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

mikroorganisme apabila cara pengolahannya tidak memenuhi syarat kesehatan.

Beberapa cara pengolahan minuman mango Thai yang tidak sesuai syarat

kesehatan seperti pemilihan buah mangga yang tidak segar dan busuk,

penggunaan air yang tidak matang/masak sebagai salah satu bahan baku

pembuatan jus mangganya, memotong buah mangga tanpa sarung tangan dan

penutup kepala, tidak mencuci tangan dengan sabun setelah keluar dari toilet dan

sebelum menjamah bahan baku, penggunaan es batu yang tidak menggunakan es

kristal. Walaupun menggunakan es kristal, tempat penyimpanan es kristalnya juga

perlu diperhatikan agar tertutup dan tidak dapat dijangkau oleh vektor.

Cara pengolahan yang tidak sesuai syarat kesehatan dapat mengindikasi

adanya cemaran bakteri Escherichia coli pada minuman mango Thai tersebut.

Pada air yang tidak matang, Escherichia coli dapat tumbuh, karena air merupakan

salah satu media bakteri tersebut untuk hidup. Begitu juga dengan penggunaan es

yang tidak kristal. Seperti yang kita ketahui bahwa es kristal hampir seluruh

proses pembuatannya menggunakan mesin, sehingga kontak dengan manusia

sangat jarang dan lebih steril. Apabila es yang digunakan terjadi kontak dengan

tangan/kulit manusia dapat mengindikasikan bahwa es tersebut tidak steril untuk

menjadi bahan baku pembuatan minuman mango Thai karena kulit manusia

merupakan bagian yang paling sering kontak dengan lingkungan atau dengan kata

lain tangan/kulit manusia dapat menjadi salah satu penyebab pencemaran

makanan/minuman oleh mikroorganisme penyakit.

Berdasarkan adanya kemungkinan bagi bakteri Escherichia coli untuk

tumbuh dan berkembangbiak pada minuman mango Thai dengan bagaimana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

perilaku higiene dan sanitasi penjamah makanan tersebut, maka peneliti ingin

mengetahui “Analisis Perilaku Higiene Sanitasi Penjamah Makanan dan

Kandungan Escherichia coli pada Minuman Cepat Saji (mango Thai) di Kota

Medan Tahun 2018”.

1.2 Perumusan Masalah

Minuman mango Thai sangat mungkin sekali terkontaminasi sehingga

dapat menyebabkan penyakit bawaan makanan, salah satu penyebabnya

Escherichia coli sehingga perlu diteliti.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Perilaku Higiene Sanitasi Penjamah Makanan dan

Kandungan Escherichia coli pada Minuman Cepat Saji (Mango Thai) di

Kota Medan Tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran higiene sanitasi perilaku penjamah

makanan pada minuman cepat saji (mango Thai) di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui gambaran higiene sanitasi peralatan pada minuman

cepat saji (mango Thai) di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui gambaran higiene sanitasi air, bahan makanan,

bahan tambahan, dan penyajian pada minuman cepat saji (Mango

Thai) di Kota Medan.

4. Untuk mengetahui gambaran higiene sanitasi sarana penjaja pada

outlet minuman cepat saji (mango Thai) di Kota Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

5. Untuk mengetahui gambaran higiene sanitasi sentra pedagang pada

outlet minuman cepat saji (mango Thai) di Kota Medan.

6. Untuk mengetahui kandungan dan jumlah Escherichia coli pada

minuman cepat saji (mango Thai) di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi atau

masukan bagi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat dan menambah kajian

ilmu kesehatan masyarakat terkait penyehatan makanan dan minuman khususnya

dalam hal higiene sanitasi minuman cepat saji dan pemeriksaan bakteri

Escherichia coli.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai masukan bagi instansi yang terkait untuk meningkatkan upaya

penyehatan minuman yang dikonsumsi oleh masyarakat, yakni yang

berupa minuman cepat saji (mango Thai) yang dijual di Kota Medan.

2. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang keamanan dalam

mengkonsumsi minuman, khususnya minuman cepat saji (mango Thai) di

Kota Medan.

3. Memberi informasi kepada para penjual minuman cepat saji (mango Thai)

untuk memperhatikan kualitas mango Thai yang dijual agar sesuai dengan

persyaratan yang telah ditetapkan dan tidak membahayakan kesehatan

konsumen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian

selanjutnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minuman

2.1.1 Pengertian Minuman

Minuman umumnya menunjukkan kepada cairan yang ditelan. Pada

umumnya manusia mengonsumsi air putih yang bersih, jernih, dan steril sebagai

minuman utama untuk dikonsumsi dan juga baik untuk kesehatan. Minuman

adalah segala sesuatu yang diminum masuk ke dalam tubuh seseorang yang juga

merupakan salah satu intake makanan yang berfungsi untuk membentuk atau

mengganti jaringan tubuh, memberi tenaga, mengatur semua proses di dalam

tubuh (Tarwotjo, 1998).

2.1.2 Jenis-jenis Minuman

Menurut Tarwotjo (1998), jenis minuman yang tersedia setiap hari adalah :

1. Minuman sehari-hari

Jenis minuman ini antara lain :

a. Air putih

Merupakan minuman yang netral dengan syarat tidak berwarna,

tidak berbau, dan tidak berasa

b. Teh

Teh mempunyai rasa yang khas, yaitu pahit dan sepat.

c. Kopi

9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10

Kopi mempunyai rasa dan aroma yang khas dan nikmat. Kopi juga

mengandung kafein yang dapat mengganggu penderita sakit

jantung.

2. Minuman panas

Jenis minuman ini antara lain :

a. Wedang jahe

Minuman panas yang dibuat dari jahe yang direbus dalam air,

ditambah gula merah. Dapat pula ditambah sereh.

b. Wedang ronde

Minuman panas jahe yang ditambah dengan sereh dan cengkih.

c. Wedang sereh

Sejenis minuman jahe, hanya dibuat dari sereh tanpa jahe.

Warnanya kekuningan.

d. Wedang tape

Minuman panas yang terbuat dari tape ketan atau tape singkong,

diseduh dengan air mendidih dan ditambah gula pasir.

e. Wedang asem

Minuman panas yang dibuat dari asam jawa yang diseduh atau

direbus dengan air, ditambah gula pasir. Warnanya kecokelatan.

f. Wedang tomat

Minuman panas, dibuat dari buah tomat yang diiris-iris kecil, lalu

diseduh dengan air mendidih, ditambah dengan gula pasir.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

3. Minuman dingin

Jenis minuman ini antara lain :

a. Es sirop

Yaitu dibuat dari gula pasir yang dilarutkan dalam air dengan

perbandingan tertentu, lalu direbus sampai mendidih.

b. Jus buah

Yaitu minuman dingin yang dibuat dari buah-buahan yang

dihaluskan, satu macam buah atau campuran beberapa buah,

ditambah dengan sirop atau gula pasir dan es batu.

c. Es buah

Yaitu es sirop yang diisi dengan beberapa macam buah yang

dipotong-potong kecil, ditambah dengan es serut.

d. Es krim

Terbuat dari susu, gula, telur, dan bahan tambahan seperti buah-

buahan, kacang-kacangan, dan warna. Berbentuk lembut dan

beraneka rasa.

e. Es puter

Es puter mirip dengan es krim. Bedanya kalau es krim

menggunakan susu sebagai bahan dasar, sedangkan es puter

menggunakan santan sebagai bahan dasar.

f. Es teler

Es teler adalah es serut yang diisi dengan berbagai macam bahan,

seperti nangka masak, kelapa muda, tape, dan alpukat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

g. Es shanghai

Es shanghai adalah sejenis es buah dengan varian buah yang

bermacam-macam seperti mangga, alpukat, pir, semangka, melon,

apel, nangka, dan lain-lain.

2.1.3 Kriteria Minuman Sehat

Beberapa kriteria air minum yang baik untuk kesehatan antara lain yaitu :

1. Higienis

Bersih adalah suatu hal yang wajib dipenuhi oleh air yang akan

diminum. Air yang telah tercemar kuman, virus, dan bakteri dapat

menyebabkan gangguan kesehatan. Pastikan air yang akan diminum

telah direbus dengan benar atau masih tersimpan dengan baik di dalam

kemasan air minum dalam kemasan.

2. Tidak berbahaya jika berlebihan

Minumlah minuman yang tidak berbahaya jika diminum terlalu sering

seperti air putih. Kopi, teh, minuman manis yang mangandung kadar

gula tinggi, minuman bersoda, dan berbagai minuman lainnya bisa saja

mengakibatkan suatu penyakit atau gangguan kesehatan serius jika

diminum terlalu sering.

3. Tidak memabukkan

Minuman yang memabukkan sangat tidak layak untuk diminum.

Ketika seseorang mabuk akibat minuman keras, maka kita akan

kehilangan akal pikiran sehingga tidak dapat melakukan kontrol penuh

terhadap apa-apa yang dilakukan. Banyak orang yang melakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

tindakan kriminal atau tindakan nekat karena berada dalam kondisi

mabuk.

4. Tidak menyebabkan ketagihan

Hindari meminum minuman yang dapat membuat ketagihan seperti

kopi, soda, alkohol, dan lain-lain. Minuman yang membuat

peminumnya ketagihan akan membuat orang yang mengkonsumsinya

menjadi merasa tersiksa jika tidak minum minuman yang membuatnya

ketagihan.

5. Tidak mengandung bahan kimia

Jangan heran apabila air yang jernih ternyatan tidak layak untuk kita

konsumsi. Ada baiknya diperiksa terlebih dahulu di laboratorium

untuk mengetahui kandungan air yang berasal dari sumber air. Jangan-

jangan ada kadar kimia tertentu yang melebihi ambang batas normal

yang dapat menyebabkan ganggungan kesehatan seperti zat warna

sintetis dan pemanis buatan (Tarwotjo, 1998).

2.2 Minuman Mango Thai

Minuman mango thai adalah minuman cepat saji yang berbahan dasar jus

mangga dan campuran bahan-bahan lainnya yang dikombinasikan. Menurut

Silvita Agmasari dalam artikel Kompas.com (2017), Big Mango (salah satu merk

mango thai) adalah minuman berbahan jus mangga, es serut mangga, whipped

cream, dan diberi topping potongan buah mangga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

2.2.1 Proses Pembuatan Mango Thai

Bahan mango thai :

1. 1 kg mangga madu, harum manis atau jenis lain yang rasanya manis

2. 300 ml susu cair

3. Madu/susu kental manis sesuai selera

4. Es batu sesuai selera

5. Whipped cream

6. Es krim mangga

Langkah-langkah pembuatan mango thai :

1. Blender semua bahan kecuali whipped cream dan es krim mangga.

Sisakan beberapa potong mangga yang dibentuk dadu untuk hiasan

akhir.

2. Setelah tercampur rata, masukkan kedalam gelas panjang 1/4 ukuran

gelas. Bisa juga menggunakan wadah gelas plastik jumbo supaya

persis seperti yang dijual diluaran sana.

3. Tuang whipped cream diatasnya. Tuangkan lagi jus mangga dan

whipped cream lagi diatasnya sehingga terlihat membentuk lapisan.

4. Terakhir ambil satu sendok es krim dan letakkan diatasnya.

5. Hias dengan sisa potongan mangga (Bentuk hiasan bisa dikreasikan

sesuai keinginan).

6. Mango Thai siap untuk dinikmati (Yaa, 2017).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

2.3 Higiene dan Sanitasi

2.3.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi

Higiene adalah suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan

pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyati, 2002). Menurut

Tarwotjo (1998) higiene adalah suatu pengetahuan tentang kesehatan dan

pencegahan suatu penyakit.

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk

melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring,

membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan

secara keseluruhan (Yunus, 2015).

Sanitasi merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi lingkungan

hidup yang menyenangkan dan menguntungkan kesehatan masyarakat. Menurut

Widyati (2002) sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang

menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih

untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadai

sampar agar tidak dibuang sembarangan (Yunus, 2015).

2.3.2 Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman

Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan

dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit

pada manusia (Chandra, 2007). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene

Sanitasi Rumah Makan dan Restoran, higiene sanitasi makanan adalah upaya

untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang

dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.

Menurut Chandra (2007) tujuan sebenarnya dari upaya sanitasi makanan,

antara lain :

1. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan.

2. Mencegah penularan wabah penyakit

3. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat.

4. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan.

Di dalam upaya sanitasi makanan ini, terdapat beberapa tahapan yang

harus diperhatikan, seperti berikut :

1. Keamanan dan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi.

2. Kebersihan individu dalam pengolahan produk makanan.

3. Keamanan terhadap penyediaan air.

4. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran.

5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses

pengolahan, penyajian, dan penyimpanan.

6. Pencucian dan pembersihan alat perlengkapan.

2.3.3 Prinsip Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman

Pengolahan makanan dan minumn yang baik dan benar pada dasarnya

adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip higiene dan

sanitasi makanan. Prinsip-prinsip ini penting untuk diketahui karena berperan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

besar sebagai faktor kunci keberhasilan usaha makanan. Menurut Kemenkes RI

(2011), ada enam prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman, yaitu :

Prinsip 1 : Pemilihan Bahan Makanan

Bahan makanan perlu dipilih yang sebaik-baiknya dilihat dari segi

kebersihan, penampilan dan kesehatan. Penjamah makanan dalam memilih bahan

yang akan diolah harus mengetahui sumber-sumber makanan yang baik serta

memperhatikan ciri-ciri bahan yang baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam pemilihan bahan makanan :

1. Bahan makanan mentah (segar) yaitu makanan yang perlu pengolahan

sebelum dihidangkan seperti :

a. daging, susu, telor, ikan/udang, buah dan sayuran harus dalam

keadaan baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna

dan rasa, serta sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi.

b. jenis tepung dan biji-bijian harus dalam keadaan baik, tidak

berubah warna, tidak bernoda dan tidak berjamur.

c. makanan fermentasi yaitu makanan yang diolah dengan bantuan

mikroba seperti ragi atau cendawan, harus dalam keadaan baik,

tercium aroma fermentasi, tidak berubah warna, aroma, rasa serta

tidak bernoda dan tidak berjamur.

2. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dipakai harus memenuhi

persyaratan sesuai peraturan yang berlaku.

3. Makanan olahan pabrik yaitu makanan yang dapat langsung dimakan

tetapi digunakan untuk proses pengolahan makanan lebih lanjut yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

a. Makanan dikemas

1. Mempunyai label dan merk

2. Terdaftar dan mempunyai nomor daftar

3. Kemasan tidak rusak/pecah atau kembung

4. Belum kadaluwarsa

5. Kemasan digunakan hanya untuk satu kali penggunaan

b. Makanan tidak dikemas

1. Baru dan segar

2. Tidak basi, busuk, rusak atau berjamur

3. Tidak mengandung bahan berbahaya

Prinsip 2 : Penyimpanan Bahan Makanan

Tidak semua makanan langsung dikonsumsi, tetapi sebagian mungkin

disimpan baik dalam skala kecil di rumah maupun skala besar di gudang

(Chandra, 2007).

Syarat-syarat penyimpanan bahan makanan menurut Kepmenkes RI No.

1098/Menkes/SK/VII/2003 adalah:

1. Tempat penyimpanan bahan makanan selalu terpelihara dan dalam

keadaan bersih.

2. Penempatannya terpisah dengan makanan jadi.

3. Penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk setiap jenis bahan

makanan :

a. Dalam suhu yang sesuai.

b. Ketebalan bahan makanan padat tidak lebih dari 10 cm.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

c. Kelembaban penyimpanan dalam ruang 80%-90%.

4. Bila bahan makanan disimpan di gudang, cara penyimpanannya tidak

menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan

sebagai berikut :

a. Jarak makanan dengan lantai 15 cm.

b. Jarak makanan dengan dinding 5 cm.

c. Jarak makanan dengan langit-langit 60 cm.

5. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak

sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan

makanan. Bahan makanan yang disimpan lebih dahulu digunakan

dahulu (antri), sedangkan bahan makanan yang masuk belakangan

terakhir dikeluarkan. Pengambilan dengan cara seperti ini disebut cara

First In First Out (FIFO).

Prinsip 3 : Pengolahan Makanan

Pengolahan makanan yang baik adalah pengolahan yang mengikuti prinsip

hygiene dan sanitasi. Proses pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan

sanitasi terutama berkaitan dengan kebersihan dapur dan alat-alat perlengkapan

masak (Chandra, 2007). Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk

dari bahan mentah menjadi makanan jadi/masak atau siap santap, dengan

memperhatikan kaidah cara pengolahan makanan yang baik. Prinsip pengolahan

makanan ini terdapat tiga hal yang harus diperhatikan yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

1. Penjamah Makanan

Menurut Kepmenkes RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003 penjamah

makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan

makanan dan peralatan mulai dari tahapan persiapan, pembersihan,

pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Adapun syarat-

syarat penjamah makanan adalah :

a. Tidak menderita penyakit mudah menular misal : batuk, pilek,

influenza, diare, penyakit perut dan sejenisnya;

b. Menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya);

c. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian;

d. Memakai celemek, dan tutup kepala;

e. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan;

f. Menjamah makanan harus memakai alat/ perlengkapan, atau dengan

alas tangan;

g. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung

mulut, atau bagian lainnya);

h. Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan yang disajikan dan atau

tanpa menutup mulut atau hidung.

2. Tempat Pengolahan dan Peralatan

Menurut Kepmenkes RI No. 1098/MENKES/SK/VII/2003

persyaratan tempat pengolahan makanan terdiri dari :

1. Lantai

a. Lantai dibuat kedap air, rata, tidak licin, dan mudah

dibersihkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

b. Pertemuan lantai dengan dinding harus conus atau tidak boleh

membuat sudut mati.

2. Dinding

a. Permukaan dinding sebelah dalam harus rata, mudah

dibersihkan.

b. Konstruksi dinding tidak boleh dibuat rangkap.

c. Permukaan dinding yang terkena percikan air harus dibuat

kedap air atau dilapisi dengan bahan kedap air dan mudah

dibersihkan seperti porselen dan sejenisnya setinggi 2 (dua)

meter dari lantai.

3. Ventilasi

a. Ventilasi alam harus memenuhi syarat sebagai berikut :

 Cukup menjamin peredaran udara dengan baik.

 Dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau, dan debu

dalam ruangan

b. Ventilasi buatan diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat

memenuhi persyaratan.

4. Pencahayaan

a. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk

melakukan pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan

kegiatan pembersihan ruang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

b. Di setiap ruangan kerja seperti gudang, dapur, tempat cuci

peralatan dan tempat pencuci tangan, intensitas pencahayaan

sedikitnya 10 foot candle.

c. Pencahayaan/penerangan harus tidak menyilaukan dan tersebar

merata sehingga sedapat mungkin tidak menimbulkan

bayangan yang nyata.

5. Atap

Tidak bocor, cukup landai, dan tidak menjadi sarang tikus dan

serangga lainnya.

6. Langit-langit

a. Permukaan rata, berwarna terang serta mudah dibersihkan.

b. Tidak terdapat lubang-lubang.

c. Tinggi langit-langitnya sekurang-kurangnya 2,4 meter.

7. Pintu

a. Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan.

b. Pintu dapat ditutup dengan baik dan membuka kea rah luar.

c. Setiap bagian bawah pintu setinggi 36 cm dilapisi logam.

d. Jarak antar pintu dan lantai tidak lebih dari 1 cm.

8. Persediaan air yang cukup dan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

9. Harus ada pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan.

10. Harus ada tempat sampah yang memenuhi persyaratan kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

a. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah

berkarat. Mempunyai tutup dan memakai kantong plastik

khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan makanan jadi yang

cepat mebusuk.

b. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk

sampah yang dihasilkan pada setiap tempat kegiatan.

c. Tersedianya pada setiap tempat/ruang yang memproduksi

sampah.

d. Sampah sudah harus dibuang dalam waktu 24 jam dari rumah

makan dan restoran.

e. Disediakan tempat pengumpul sementara yang terlindung dari

serangga, tikus dan hewan lain dan terletak di tempat yang

mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah.

11. Tidak boleh berhubungan langsung (terpisah) dengan jamban/WC,

peturasan, kamar mandi, dan tempat tinggal.

Sedangkan menurut Kepmenkes RI No.

942/MENKES/SK/VII/2003 Peralatan adalah barang yang digunakan

untuk penanganan makanan jajanan. Peralatan yang digunakan untuk

mengolah dan menyajikan makanan harus sesuai dengan peruntukkannya

dan memenuhi persyaratan higiene sanitasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

3. Cara Pengolahan

Dari segi kesehatan atau sanitasi makanan, maka cara pengolahan

makanan yang baik menitikberatkan kepada hal-hal berikut (Moehyi,

1992) :

a. Cara penjamah makanan yang baik.

b. Nilai nutrisi atau gizi yang memenuhi syarat.

c. Teknik memasak yang menarik dan sehat.

d. Cara pengolahan makanan bersih dan sehat.

e. Menerapkan dasar-dasar higiene dan sanitasi makanan.

f. Menetapkan dasar-dasar higiene sanitasi perorangan bagi para

pengolahnya.

g. Melarang petugas yang berpenyakit kulit atau yang mempunyai

luka-luka pada tangan atau jari-jari untuk bekerja sebagai

penjamah makanan.

Prinsip 4 : Penyimpanan Makanan Jadi/Masak

Menyimpanan makanan yang sudah masak di tempat-tempat yang tidak

terjangkau tikus, serangga, binatang pengganggu lainnya. Sisa makanan yang

disimpan kembali harus dijaga sanitasinya dengan memperhatikan tempat dan

suhu penyimpanan dan suhu pemanasannya (Widyati, 2002).

Adapun syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam menyimpan makanan

jadi/masak adalah :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

1. Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa,

bau, berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya

cemaran lain.

2. Memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang

berlaku.

a. Angka kuman E. coli pada makanan harus 0/gr contoh makanan.

b. Angka kuman E. coli pada minuman harus 0/gr contoh minuman.

3. Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida, tidak boleh

melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang

berlaku.

4. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan

first expired first out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan terlebih

dahulu dan yang mendekati masa kedaluwarsa dikonsumsi lebih dulu.

5. Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis

makanan jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna

tetapi berventilasi yang dapat mengeluarkan uap air.

6. Makanan jadi tidak dicampur dengan bahan makanan mentah.

Sedangkan syarat-syarat penyimpanan makanan jadi menurut Kepmenkes

RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 adalah:

1. Terlindung dari debu, bahan berbahaya, serangga, tikus, dan hewan

lainnya.

2. Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5ºC atau lebih,

atau disimpan dalam suhu dingin 4ºC atau kurang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

3. Makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama (lebih dari

6 jam) disimpan dalam suhu -5ºC sampai -1ºC.

Prinsip 5 : Pengangkutan Makanan

Makanan yang telah selesai diolah di tempat pengolahan, memerlukan

pengangkutan untuk selanjutnya disajikan atau disimpan. Pengangkuatan

makanan yang sehat akan sangat berperan didalam mencegah terjadinya

pencemaran makanan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengangkutan makanan

adalah :

1. Pengangkutan Bahan Makanan

a. Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).

b. Menggunakan kendaraan khusus pengangkutan bahan makanan

yang higienis.

c. Bahan makanan tidak boleh diinjak, dibanting, dan diduduki.

d. Bahan makanan yang selama pengangkutan harus selalu dalam

keadaan dingin, diangkut dengan menggunakan alat pendingin

sehingga bahan makanan tidak rusak seperti daging, susu cair, dan

sebagainya.

2. Pengangkutan makanan jadi/masak

a. Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).

b. Menggunakan kendaraan khusus pengangkutan makanan

jadi/masak dan harus selalu higienis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

c. Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan

bertutup.

d. Wadah harus utuh, kuat, tidak karat, dan ukurannya memadai

dengan jumlah makanan yang akan ditempatkan.

e. Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadi uap makanan yang

mencair (kondensasi).

f. Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan

diatur agar makanan tetap panas pada suhu 60ºC atau tetap dingin

pada suhu 40ºC.

Prinsip 6 : Penyajian Makanan

Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan.

Makanan sebelum disajikan arus diatur sedemikian rupa sehingga selain menarik,

juga menambah selera makan dan terhindar dari kontaminasi serta terjaga

sanitasinya (Widyati, 2002).

Menurut Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003, persyaratan

penyajian makanan adalah :

1. Cara menyajikan makanan harus terhindar dari pencemaran.

2. Peralatan yang dipergunakan untuk menyajikan harus terjaga

kebersihannya.

3. Makanan jadi yang disajikan harus diwadahi dan dijamah dengan

peralatan yang bersih.

4. Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada

fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimal 60ºC.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

5. Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian bersih.

6. Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Di tempat yang bersih.

b. Meja di mana makanan disajikan harus tertutup kain putih atau

tutup plastik berwarna menarik kecuali bila meja terbuat dari

formica, taplak tidak mutlak ada.

c. Tempat-tempat bumbu/merica, garam, cuka, tomato sauce, kecap,

sambal dan lain-lain perlu dijaga kebersihannya terutama mulut-

mulutnya.

d. Asbak tempat abu rokok yang tersedia di atas meja makan setiap

saat dibersihkan.

e. Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5

menit sudah dicuci.

2.3.4 Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan

Menurut Kepmenkes RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang

Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan ada 5 (lima) persyaratan

yang harus dipenuhi oleh setiap penjual/produsen makanan jajanan yaitu :

a. Penjamah Makanan

b. Peralatan

c. Air, Bahan Makanan, Bahan Tambahan, dan Penyajian

d. Sarana Penjaja

e. Sentra Pedagang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

2.4 Escherichia coli

2.4.1 Defenisi Escherichia coli

Escherichia coli adalah bakteri facultatively anaerobic gram-negative

berbentuk batang yang termasuk dalam family Enterobacteriaceae, sesungguhnya

merupakan penghuni normal usus, selain berkembang biak di lingkungan sekitar

manusia. Pertama kali ditemukan pada tahun 1885, bakteri ini kemudian dikenali

bersifat komensal maupun berpotensi patogen. Bila Escherichia coli tersangkut di

organ lain misalnya saluran kemih, penyakit akan timbul (Arisman, 2009).

2.4.2 Sifat-Sifat Escherichia coli

Escherichia coli termasuk bakteri motil, tidak membentuk spora, dan

secara normal dapat berada dalam manusia dan hewan berdarah panas. Bakteri ini

dalam usus dapat mencapai jumlah jutaan per gram isi usus, sehingga sejak lama

digunakan sebagai organisme indeks kontaminasi fecal, serta keberadaan patogen

enterik dalam makanan dan minuman. Akumulasi Escherichia coli dapat

menyebabkan diare, khususnya pada bayi (Sopandi dan Wardah, 2014).

Escherichia coli dalam jumlah yang banyak bersama-sama tinja, akan

mencemari lingkungan. Escherichia coli thermotoleran adalah strain E. coli yang

telah dapat hidup pada suhu biakan 44,5ºC dan merupakan indikator pencemaran

air dan makanan oleh tinja. Sel E. coli mempunyai ukuran panjang 2,0-0,6 µm dan

lebar 1,1-1,5 µm, tersusun tunggal, berpasangan dengan flagella peritikus. Bakteri

ini dapat menggunakan asetat sebagai sumber karbon, tetapi tidak dapat

menggunakan sitrat (Supardi & Sukamto, 1999).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Bakteri Escherichia coli adalah bakteri gram negatif yang tidak

membentuk spora, bentuknya batang dan dapat memfermentasikan laktosa.

Bakteri ini tumbuh dengan baik pada suhu 7-46 ºC dan dapat tumbuh pada kondisi

aktivitas air substrat hanya 0,95. Escherichia coli tahan kondisi asam serta dapat

tumbuh pada lingkungan pH 4,4-10, tetapi akan mati pada pemanasan. Strain

bakteri ini yang paling sering menyebabkan keracunan adalah Escherichia coli

0157:H7 (Hadiwiyoto, 2014).

2.4.3 Bakteri Indikator Polusi

Menurut Fardiaz (1992) bakteri indikator polusi atau indikator sanitasi

adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau

kotoran manusia atau hewan, karena organisme tersebut merupakan organism

komensal yang terdapat di dalam saluran pencernaan manusia maupun hewan. Air

yang tercemar oleh kotoran manusia maupun hewan tidak dapat digunakan untuk

keperluan minum, mencuci makanan, atau memasak karena dianggap

mengandung mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan, terutama

patogen penyebab infeksi saluran pencernaan. Air yang digunakan untuk

keperluan sehari-hari harus bebas dari patogen, akan tetapi analisis rutin yang

dilakukan terhadap semua jenis pathogen dianggap tidak praktis karena berbagai

alasan, di antaranya yaitu :

1. Bermacam-macam uji diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

semua jenis mikroorganisme patogen.

2. Uji-uji yang diperlukan untuk mengidentifikasi patogen pada

umumnya terlalu kompleks dan memerlukan waktu relatif lama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

3. Jumlah patogen yang terdapat di dalam contoh sering kali terlalu kecil

sehingga diperlukan contoh dalam jumlah besar untuk dapat

mendeteksinya.

4. Beberapa uji patogen sesitivitasnya terlalu rendah sehingga patogen

yang jumlahnya terlalu kecil seringkali tidak dapat terdeteksi.

5. Beberapa uji patogen seperti virus, ganggang atau parasit memerlukan

keahlian tertentu dan peralatan yang sangat mahal.

6. Kemungkinan bahaya yang dapat timbul dalam mengisolasi dan

menguji mikroorganisme patogen.

Karena alasan-alasan tersebut di atas dan mengingat mikroorganisme

patogen kebanyakan berasal dari kotoran, maka untuk mengetahui kemungkinan

kontaminasi air oleh mikroorganisme patogen, uji bakteri indikator yang berasal

dari kotoran dianggap lebih mudah dan praktis. Mikroorganisme yang digunakan

sebagai polusi kotoran adalah bakteri Escherichia coli, streptokokus fekal, dan

Clostridium perfringens.

Menurut Fardiaz (1992) beberapa alasan pemilihan bakteri-bakteri tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Bakteri-bakteri tersebut dapat digunakan sebagai indikator kontaminasi

kotoran karena terdapat dalam jumlah besar di dalam kotoran manusa

dan hewan, dimana bakteri tersebut merupakan bakteri komensal di

dalam saluran pencernaan manusia dan hewan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

2. Bakteri-bakteri tersebut pada umumnya tidak tumbuh di dalam saluran

pencernaan organisme lainnya kecuali manusia dan hewan berdarah

panas.

3. Bakteri indikator harus selalu terdapat di dalam contoh dimana

ditemukan mikroorganisme patogen enterik.

4. Bakteri indikator harus dapat hidup lebih lama dibandingkan dengan

bakteri patogen enteric yang berbahaya.

5. Prosedur untuk uji bakteri indikator harus sangat spesifik yang berarti

tidak memberikan hasil positif yang salah, dan sangat sensitif yang

berarti dapat mendeteksi adanya bakteri indikator dalam jumlah sangat

kecil.

6. Prosedur untuk uji bakteri indikator harus relatif mudah dikerjakan.

7. Prosedur untuk melakukan uji bakteri indikator harus aman yang

berarti tidak boleh membahayakan bagi kesehatan orang yang

melakukannya.

8. Jumlah bakteri indikator harus dapat menunjukkan tingkat polusi, yang

berarti kira-kira jumlahnya sebanding dengan jumlah mikroorganisme

patogen yang terdapat di dalam air.

Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan

hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu

disebut juga koliform fekal. Streptococcus adalah suatu bakteri yang bersifat gram

positif, berbentuk bulat atau kokus, atau berbentuk bulat memanjang yang disebut

juga kokobasili. Kelemahan penggunaan bakteri ini sebagai bakteri indikator

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

adalah karena waktu inkubasi untuk bakteri ini relatif lama, yaitu 48 jam atau

lebih. Clostridium perfringens merupakan bakteri bersifat gram positif berbentuk

batang dan membentuk spora. Bakteri ini tersebar luas di alam, yaitu di dalam

tanah, debu, dan merupakan bagian dari mikroflora normal didalam saluran usus

manusia dan hewan. Kelemahan bakteri ini memiliki sensitivitas rendah sehingga

memungkikan dihasilkan uji positif yang salah (Fardiaz, 1992).

Dilihat dari keuntungan-keuntungan dan kelemahan-kelemahan uji

terhadap masing-masing bakteri indikator, maka uji bakteri indikator yang paling

umum dilakukan adalah uji koliform, yang kemudian dilanjutkan dengan uji

koliform fekal untuk menguji adanya kontaminasi kotoran. Jika ternyata uji

koliform fekal menunjukkan hasil positif, berarti contoh air yang diuji diduga juga

mengandung bakteri-bakteri patogen lainnya yang sering ditemukan di dalam

saluran pencernaan (Fardiaz, 1992)

2.4.4 Klasifikasi Escherichia coli

Menurut Hadiwiyoto (2014) bakteri Escherichia coli dapat dibedakan

dalam 5 kelas, yaitu :

1. Enterophatogenic Escherichia coli (EPEC)

Sel-sel yang melekat sepanjang dinding usus halus menyebabkan

perubahan sekresi elektrolit dan kerusakan structural dinding usus.

Gejala terjadinya adalah ketika seseorang yang terkena EPEC,

terutama anak-anak, akan mengalami diare berair, demam, perut terasa

sakit, dan mual. Pada orang dewasa, pasien merasa sakit perut disertai

mual, kram perut, dan demam. Gejala tersebut muncul 17-72 jam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

setelah mengonsumsi makanan dan berlangsung hingga 6 jam sampai

3 hari, bahkan pada anak-anak dapat berlangsung 14 hari.

2. Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC)

Sel-sel bakteri dapat pula menginvasi dan berkembang pada usus halus

bagian bawah saja serta menyebabkan kerusakan sel-sel usus dan

radang. Ciri-cirinya adalah pasien merasa demam, kedinginan, pusing,

nyeri pada otot, kram perut, dan diare. Gejala akan muncul 8-24 jam

setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Makanan yang

terkontaminasi bakteri 106 sel per gram sudah cukup menyebabkan

infeksi.

3. Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC)

Jika sel bakteri Escherichia coli banyak termakan, maka bakteri akan

berkembang di dalam usus besar dan menghasilkan racun. Ciri-cirinya

meliputi diare berair dengan demam, perut kram, merasa depresi dan

mual. Gejala muncul dalam waktu 8-44 jam setelah mengonsumsi

makanan yang terkontaminasi dan dapat berlangsung 3-19 hari setelah

itu. Penyakit ini muncul apabila jumlah sel bakteri antara 10 8-1010 ikut

termakan oleh pasien bersama makanan dan minuman.

4. Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC)

Sel-sel bakteri Escherichia coli melekat pada usus halus bagian bawah

kemudian tumbuh dan menghasilkan racun. Tanda-tanda yang sering

muncul adalah diare, sering kram perut, dan mual. Diare kadang-

kadang berdarah, sindrom haemolitik ureamik (HUS) yang jika

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

berlanjut menyebabkan kemunduran fungsi ginjal, thrombocytopenic

purpura (TTP)13) dan dapat menyebabkan kematian sampai 50%.

Gejala tampak 3-9 hari setelah mengonsumsi makanan yang

terkontaminasi bakteri dan dapat berlangsung hingga 2-9 hari, setelah

itu tergantung pada ketahanan seseorang. Beberapa individu bias serius

dan kasus seperti ini memerlukan perawatan intensif.

5. Enteroaggregative Escherichia coli (EAEC)

Sel-sel bakteri melekat pada mukosa usus halus menyebabkan diare

berair (mencret) tanpa demam. Tanda-tandanya meliputi diare berair

tanpa mengalami atau dengan sedikit demam. Diare kadang-kadang

disertai darah. Suhu badan meningkat menjadi 37,7-38ºC. Kepala

pusing, mual dan muntah dan kram perut adalah tanda-tanda lain

keracunan. Tanda-tanda berlangsung dengan durasi bervariasi antara 1-

10 hari, tetapi rata-rata 3-5 hari.

2.4.5 Penanganan dan Pencegahan Escherichia coli

Penanganan keracunan makanan yang dilatarbelakangi oleh famili

Escherichia coli pada prinsipnya serupa dengan pengobatan gastroenteritis

bakterial lain, terutama yang bersifat suportif, yaitu mempertahankan

keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Pada kasus ringan-sedang cukup diberi

ORT (oral rehydration therapy). Jika ORT tak dapat diberikan atau dehidrasi

sudah berada pada tingkat yang parah, berikan cairan intravena (Arisman, 2009).

Higiene sanitasi merupakan hal yang sangat penting untuk mencegah

terjadinya suatu pencemaran. Pencemaran terhadap makanan dan minuman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

merupakan hal yang harus diperhatikan. Makanan dan minuman merupakan salah

satu media bakteri Escherichia coli untuk hidup. Hampir semua jenis makanan

dan minuman dapat menjadi sumber penularan Escherichia coli. Untuk

pencegahannya, lakukan pemasakan atau pemanasan ulang semua makanan

sampai suhunya 75ºC. Hindari terjadinya kontaminasi silang menggunakan

peralatan bersih dan simpan makanan secara terpisah. Hindari penyimpanan

makanan yang mudah rusak pada daerah suhu berbahaya (5-60ºC). Mencuci

tangan dengan sabun dari toilet, sebelum menangani bahan makanan, dan

menyimpan bahan mentah (Hadiwiyoto, 2014). Selain itu, menurut Hartono

(2006) upaya pengendalian khusus yang didasarkan pada pencegahan kontaminasi

makanan dan air minum baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap

materi tinja adalah higiene perorangan yang baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

2.5 Kerangka Konsep

Kandungan bakteri Ada


Escherichia coli sesuai
Mango Thai Permenkes RI No. 492
MENKES/PER/IV/2010 Tidak ada

Higiene sanitasi pengolahan minuman


mango thai sesuai dengan Kepmenkes
RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003
yang meliputi :
Memenuhi syarat
1. Penjamah makanan
2. Peralatan
3. Air, bahan makanan, bahan
tambahan, dan penyajian Tidak memenuhi
syarat
4. Sarana penjaja
5. Sentra pedagang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif yaitu dengan

melihat gambaran higiene dan sanitasi serta analisa laboratorium untuk

mengetahui kandungan bakteri Escherichia coli pada minuman cepat saji (mango

Thai) di Kota Medan tahun 2018.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada outlet penjualan mango Thai di empat

Kecamatan Kota Medan (Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Baru,

Kecamatan Medan Petisah, dan Kecamatan Medan Polonia) dan dilakukan uji

laboratorium di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit

Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2018 sampai dengan

selesai.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah penjamah makanan dan minuman mango Thai

beserta air bahan baku pembuatan di seluruh outlet mango Thai di empat

kecamatan Kota Medan. Jumlah outlet mango Thai di empat kecamatan Kota

Medan sebanyak 8 outlet, sehingga peneliti menggunakan total sampling dalam

penelitiannya.

38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer didapatkan dari hasil observasi langsung ke lokasi dengan

menggunakan lembar observasi dan hasil wawancara dengan penjamah makanan

pada minuman cepat saji (mango thai) serta diperoleh data dari hasil pemeriksaan

sampel di laboratorium, yaitu ada atau tidaknya Escherichia coli.

3.5 Pelaksanaan Penelitian

3.5.1 Alat dan Bahan Uji Bakteri Escherichia coli

1. Alat

a. Autoclave

b. Inkubator 37ºC dan 44ºC

c. Kapas alkohol

d. Kawat ose

e. Labu Erlenmeyer

f. Lampu spritus

g. Petri dish

h. Pipet steril

i. Rak tabung reaksi

j. Spidol

k. Tabung durham

l. Tabung reaksi

m. Thermometer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

2. Bahan

a. Sampel minuman (mango thai)

b. Alkohol

c. Brilliant Green Lactose Bile broth (BGLB)

d. Media agar

e. Lactose Broth (LB)

f. Lugol 1%

g. Gentian violet

3.5.2 Cara Pengambilan Sampel

1. Persiapkan alat tulis untuk membuat tanda atau menulis nama jenis

sampel pada minuman mango Thai yang akan dipesan.

2. Pesanlah minuman mangoTthai.

3. Sampel yang sudah dipesan dan sudah terbungkus tidak perlu di

pindahkan ke wadah lain lagi.

4. Sampel harus secepatnya dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.

Pengiriman sampel dilakukan paling lama 3 jam setelah pemesanan

sampel minuman mango Thai.

3.5.3 Cara Pemeriksaan Escherichia coli

Pemeriksaan MPN dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang telah

disiapkan dengan menggunakn metode tabung ganda yaitu: (5 x 10 ml); (1 x 1

ml); (1 x 0,1 ml). Pemeriksaan tabung ganda terdiri dari test pendahuluan

(Presumtive Test) dan test penegasan (Comfirmative Test).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

1. Test Pendahuluan (Presumtive Test)

Media yang biasa digunkana adalah Lactose Broth. Cara pemeriksaan:

1. Siapkan 10 tabung reaksi yang masing-masing berisi media

Lactose Broth sebanyak 10 ml. Tabung disusun pada rak tabung

reaksi, masing-masing tabung diberi tanda :

a. Nomor urut

b. Tanggal pemeriksaan

c. Volume

2. Dengan pipet steril ambil bahan pemeriksaan yang telah disiapkan

yaitu sampel makanan jajanan lalu masukkan ke dalam :

a. Tabung 1 s/d 5 masing-masing sebanyak 10 ml.

b. Tabung ke 6 sebanyak 1 ml.

c. Tabung ke 7 sebanyak 0,1 ml.

d. Masing-masin tabung tersebut digoyang-goyang agar spesimen

dan media bercampur.

3. Inkubasi pada suhu 35-37°C selama 24 jam. Setelah 24 jam

diperiksa ada tidaknya pembentukan gas pada tabung durham.

4. Catat semua tabung yang menunjukkan peragian Lactose

(pembentukan gas).

- Bila terbentuk gas pada tabung dinyatakan positif (+), dan

dilanjutkan dengan test penegasan.

- Apabila test dalam waktu 24 jam tidak membentuk gas,

dimasukkan ke inkubator kembali pada suhu 370C selama 24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

jam. Bila terbentuk gas pada tabung durham, hasil

menunjukkan positif (+) dan test dilanjutkan dengan test

penegasan.

- Bila tes negative (-) berarti Escherichia Coli negatif (-) dan

tidak perlu dilakukan tes penegasan.

2. Test Penegasan (Confirmative Test)

Media yang digunakan adalah Brilliant Green Lactose Broth (BGLB)

2%. Test ini untuk menegaskan hasil positif dari test perkiraan. Cara

pemeriksaan :

1. Dari tiap-tiap tabung presumptive yang positif, dipindahkan 1-2

ose ke dalam tabung confirmative yang berisi 10 ml BGLB 2%.

Dari masing-masing tabung presumptive diinokulasikan ke dalam

2 tabung BGLB 2 %.

2. Satu seri tabung BGLB 2% diinkubasikan pada suhu 35-37°C

selama 24-48 jam untuk memastikan adanya coliform dan satu seri

yang lain diinkubasikan pada suhu 44°C selama 24 jam untuk

memastikan adanya coliform tinja/ coli fecal.

3. Pembacaan dilakukan setelah 24-48 jam dengan melihat jumlah

tabung BGLB 2% yang menunjukkan positif gas.

3. Pembacaan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pembacaan hasil dari test penegasan dilakukan dengan menghitung

jumlah tabung yang menunjukkan adanya gas baik pada seri tabung

yang diinkubasi pada suhu 37°C maupun pada seri tabung yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

diinkubasi pada suhu 44°C. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan

tabel MPN, maka akan diperoleh indeks MPN Coliform untuk tabung

yang diinkubasikan pada suhu 37°C dan indeks MPN Escherichia coli

untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 44°C.

3.6 Definisi Operasional

1. Mango Thai adalah suatu inovasi minuman cepat saji berbahan jus

mangga, whipped cream, dan diberi topping potongan mangga serta es

krim rasa mangga yang berasal dari Thailand.

2. Kandungan Escherichia coli dalam minuman mango thai adalah

banyaknya Escherichia coli yang ditemukan pada minuman itu dari hasil

pemeriksaan laboratorium yang merupakan indikator pencemaran, sesuai

Permenkes RI No. 491/MENKES/PER/IV/2011. Memenuhi syarat apabila

0 dari 100 ml sampel (negatif), tidak memenuhi syarat apabila >0 dalam

100 ml sampel (positif).

3. Higiene sanitasi minuman mango Thai adalah upaya untuk

mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang (penjamah), dan

makanan/minuman yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan

gangguan kesehatan atau keracunan.

4. Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung

berhubungan dengan pengolahan, pembuatan, dan penyajian minuman

mango Thai.

5. Peralatan adalah barang yang digunakan untuk penanganan minuman

mango Thai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

6. Sarana penjaja adalah fasilitas sanitasi yang digunakan untuk penanganan

makanan jajanan dalam keadaan menetap atau berpindah.

7. Sentra pedagang adalah tempat sekelompok pedagang yang melakukan

penanganan makanan/minuman jajanan.

3.7 Aspek Pengukuran

1. Escherichia coli

a. Ada, jika terdapat bakteri Escherichia coli pada sampel minuman

cepat saji (mango Thai) dan berdasarkan Permenkes RI No.

492/MENKES/PER/IV/2010 maka minuman tersebut tidak

memenuhi syarat kesehatan.

b. Tidak ada, jika jumlah bakteri Escherichia coli pada sampel

minuman cepat saji (mango Thai) adalah 0 (nol) dan berdasarkan

Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 maka minuman

tersebut memenuhi syarat kesehatan.

2. Higiene sanitasi makanan/minuman jajanan

Pengukuran variabel dilakukan dengan observasi langsung,

kemudian dikategorikan berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh

dengan kategori sebagai berikut :

a. Memenuhi syarat, jika sesuai dengan Kepmenkes RI

No.942/MENKES/SK/VII/2003 tentang persyaratan Higiene

Sanitasi Makanan jajanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

b. Tidak memenuhi syarat, jika tidak sesuai dengan Kepmenkes RI

No.942/MENKES/SK/VII/2003 tentang persyaratan Higiene

Sanitasi Makanan Jajanan.

3.8 Analisa Data

Data telah diperoleh dari hasil observasi akan diolah dan dianalisa secara

deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan dinarasikan

dengan kepustakaan yang relevan dan mengacu pada Kemenkes RI No.

942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi

Makanan Jajanan. Data dari hasil pemeriksaan Escherichia coli di laboratorium

akan diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan Permenkes RI

No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang akan digambarkan dalam penelitian ini

meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, dan lama berjualan mango Thai

yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Berdasarkan Gambaran Umum Karakteristik


Responden
Jumlah Persentase
No. Karakteristik Responden
(n) (%)
Laki-laki 2 25
1 Jenis Kelamin
Perempuan 6 75
Total 8 100
16-20 2 25
2 Umur (tahun) 21-25 5 62,5
26-30 1 12,5
Total 8 100
Pendidikan
3 Tamat SMA 8 100
Terakhir
Total 8 100
1-3 bulan 1 12,5
4 Lama Berjualan 4-6 bulan 2 25
7-9 bulan 5 62,5
Total 8 100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa gambaran umum

karakteristik responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 2 orang (25%) sedangkan

responden perempuan sebanyak 6 orang (75%). Kelompok umur 16-20 tahun

berjumlah 2 orang (25%), kelompok umur 21-25 berjumlah 5 orang (62,5%), dan

kelompok umur 26-30 berjumlah 1 orang (12,5%). Gambaran umum karakteristik

responden berdasarkan pendidikan terakhir seluruh responden sebanyak 8 orang

(100%) pendidikan terakhirnya adalah tamat SMA. Lama berjualan paling sedikit

46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47

adalah 1-3 bulan yaitu 1 orang (12,5%), lama berjualan 4-6 bulan yaitu 2 orang

(25%), dan lama berjualan terbanyak adalah 7-9 bulan sebanyak 5 orang (62,5%).

4.2 Analisis Perilaku Higiene Sanitasi Penjamah Makanan Jajanan

Penilaian perilaku higiene sanitasi responden pada penjamah makanan

mango Thai di Kota Medan dinilai berdasarkan Kepmenkes

942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi

Makanan Jajanan yang meliputi penjamah makanan, peralatan, air, bahan

makanan, bahan tambahan dan penyajian, sarana penjaja, dan sentra pedagang

dapat dilihat secara rinci dalam tabel distribusi frekuensi yang disajikan.

4.2.1 Penjamah Makanan

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap penjamah

makanan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Penjamah Makanan pada


Minuman Mango Thai di Kota Medan Tahun 2018
Ya Tidak
No. Kriteria Penilaian Total %
n % n %
1 Tidak menderita penyakit
8 100 0 0 8 100
menular
2 Menutup luka 8 100 0 0 8 100
3 Menjaga kebersihan tangan,
6 75 2 25 8 100
rambut, kuku
4 Memakai celemek dan tutup
3 37,5 5 62,5 8 100
kepala
5 Mencuci tangan setiap
3 37,5 5 62,5 8 100
hendak menjamah makanan
6 Menjamah makanan dengan
5 62,5 3 37,5 8 100
alat/alas tangan
7 Tidak merokok 8 100 0 0 8 100
8 Tidak menggaruk anggota
badan 8 100 0 0 8 100

9 Tidak batuk/bersin di
8 100 0 0 8 100
hadapan makanan jajanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa seluruh responden

sebanyak 8 orang (100%) tidak menderita penyakit menular. Seluruh responden

tidak memiliki luka pada saat diobservasi, pada saat ditanya peneliti apabila

memiliki luka, semua responden akan menutup luka tersebut. Sebanyak 6 orang

(75%) menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, sedangkan 2 orang (25%) tidak

menjaga kebersihan tangan, rambut, dan kuku. Responden yang memakai celemek

dan tutup kepala sebanyak 3 orang (3,75%), sedangkan yang tidak memakai

celemek dan tutup kepala sebanyak 5 orang (62,5%). Responden yang mencuci

tangan setiap hendak menjamah makanan sebanyak 3 orang (37,5%), sedangkan 5

orang (62,5%) tidak mencuci tangan setiap hendak menjamah makanan. Sebanyak

5 orang (62,5%) menjamah makanan dengan alat/alas tangan, sedangkan 3 orang

(37,5%) lainnya tidak menggunakan alat/alas tangan saat menjamah makanan.

Sebanyak 8 orang (100%) responden tidak merokok pada saat menjamah

makanan, tidak menggaruk anggota badan pada saat menjamah makanan, dan

tidak batuk/bersin di hadapan makanan jajanan.

4.2.2 Peralatan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap peralatan

yang digunakan oleh penjamah makanan pada saat pengolahan minuman mango

Thai, dapat dilihat pada tabel berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Peralatan pada Minuman


Mango Thai di Kota Medan Tahun 2018
Ya Tidak
No. Kriteria Penilaian Total %
N % n %
1 Peralatan yang sudah
dipakai dicuci dengan air 5 62,5 3 37,5 8 100
bersih
2 Peralatan yang sudah
dipakai dicuci dengan 4 50 4 50 8 100
sabun
3 Peralatan dikeringkan
1 12,5 7 87,5 8 100
dengan alat pengering
4 Peralatan yang sudah
bersih disimpan di tempat 7 87,5 1 12,5 8 100
bebas pencemaran
5 Tidak menggunakan
kembali peralatan untuk 8 100 0 0 8 100
sekali pakai

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui dalam hal peralatan yang sudah

dipakai dicuci dengan air bersih dilakukan oleh 5 orang (62,5%), sedangkan 3

orang (37,5%) tidak melakukannya. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan

sabun hanya dilakukan oleh 4 orang (50%). Sebanyak 1 orang (12,5%)

mengeringkan peralatan dengan alat pengering berupa kain lap, sedangkan 7

orang (87,5%) tidak mengeringkan peralatan dengan alat pengering. Dalam hal

peralatan yang sudah bersih disimpan ditempat bebas pencemaran hanya

dilakukan oleh 7 orang (87,5%), sedangkan 1 orang (12,5%) tidak melakukannya.

Seluruh penjamah makanan yaitu 8 orang (100%) tidak menggunakan kembali

peralatan untuk sekali pakai.

4.2.3 Air, Bahan Makanan, Bahan Tambahan dan Penyajian

Hasil observasi yang peneliti lakukan berdasarkan air, bahan makanan,

bahan tambahan, dan penyajian pada minuman mango Thai disajikan dalam tabel

berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Air, Bahan Makanan,


Bahan Tambahan dan Penyajian pada Minuman Mango Thai
di Kota Medan Tahun 2018
Ya Tidak
No. Kriteria Penilaian Total %
n % n %
1 Air yang digunakan tidak
berasa, tidak berbau, tidak 7 87,5 1 12,5 8 100
keruh, tidak berwarna
2 Air bersih untuk minuman
harus dimasak sampai 0 0 8 100 8 100
mendidih
3 Bahan makanan mutunya
baik, dalam keadaan segar, 8 100 0 0 8 100
tidak busuk
4 Bahan makanan yang
cepat rusak disimpan 7 87,5 1 12,5 8 100
dalam wadah terpisah
5 Makanan jajanan yang
disajikan harus dengan
tempat/alat perlengkapan 8 100 0 0 8 100
yang bersih, dan aman
bagi kesehatan
6 Makanan jajanan dalam
keadaan tertutup/
dibungkus, pembungkus
keadaan bersih dan tidak
ditiup, diangkut dalam
keadaan tertutup dan 8 100 0 0 8 100
terpisah dengan bahan
mentah, disajikan lebih
dari 6 (enam) jam, diolah
kembali

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 7 orang

(87,5%) menggunakan air yang tidak berasa, tidak berbau, tidak keruh, dan tidak

berwarna, sedangkan 1 orang (12,5%) tidak menggunakan air yang tidak berasa,

tidak berbau, tidak keruh, dan tidak berwarna. Semua responden yaitu 8 orang

(100%) tidak memasak air bersih sampai mendidih untuk bahan baku minuman

mango Thai, melainkan menggunakan air galon isi ulang dan air galon bermerek.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Semua responden berjumlah 8 orang (100%) menggunakan bahan makanan

dengan mutu yang baik, dalam keadaan segar, dan tidak busuk. Bahan makanan

yang cepat rusak disimpan dalam wadah terpisah hanya dilakukan oleh 7 orang

(87,5%), sedangkan 1 orang (12,5%) tidak menyimpan dalam wadah terpisah.

Seluruh responden yang berjumlah 8 orang (100%) menyajikan makanan jajanan

dengan tempat/alat perlengkapan yang bersih, dan aman bagi kesehatan. Dalam

hal penyajian, makanan jajanan dalam keadaan tertutup/dibungkus, pembungkus

keadaan bersih dan tidak ditiup, diangkut dalam keadaan tertutup dan terpisah

dengan bahan mentah, disajikan lebih dari 6 (enam) jam, diolah kembali

dilakukan oleh seluruh responden yang berjumlah 8 orang (100%).

4.2.4 Sarana Penjaja

Hasil observasi yang peneliti lakukan berdasarkan sarana penjaja pada

minuman mango Thai disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sarana Penjaja pada


Minuman Mango Thai di Kota Medan Tahun 2018
Ya Tidak
No. Kriteria Penilaian Total %
n % n %
1 Tersedia tempat untuk air
bersih, penyimpanan
bahan makanan, makanan
jadi, dan peralatan, tempat 8 100 0 0 8 100
cuci (alat, tangan, bahan
makanan), tempat sampah
2 Tempat penjaja terlindung
dari debu dan pencemaran 6 75 2 25 8 100

3 Konstruksi sarana penjaja


mudah dibersihkan 8 100 0 0 8 100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa sarana penjaja pada seluruh

outlet yang tersedia tempat untuk air bersih, penyimpanan bahan makanan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

penyimpanan makanan jadi, penyimpanan peralatan, tempat cuci (alat, tangan,

bahan makanan), dan tempat sampah berjumlah 8 outlet (100%). Tempat penjaja

terlindung dari debu dan pencemaran berjumlah 6 outlet (75%), sedangkan 2

outlet (25%) berada dipinggir jalan dan berdekatan dengan sumber pencemaran.

Outlet dengan konstruksi sarana penjaja yang mudah dibersihkan sebanyak 8

outlet (100%).

4.2.5 Sentra Pedagang

Hasil observasi mengenai sentra pedagang pada minuman mango Thai

disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sentra Pedagang pada


Minuman Mango Thai di Kota Medan Tahun 2018
Ya Tidak
No. Kriteria Penilaian Total %
n % n %
1 Sentra pedagang makanan
dilengkapi dengan fasilitas
air bersih, tempat
penampungan sampah,
saluran pembuangan 6 75 2 25 8 100
limbah, jamban dan
peturasan, fasilitas
pengendalian lalat dan
tikus
2 Lokasi sentra pedagang
cukup jauh dari sumber
pencemaran, tempat
6 75 2 25 8 100
pengolahan limbah, TPS
terbuka, rumah potong
hewan, jalan raya

Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa 6 produsen (75%) yang

sentra pedagang makanannya dilengkapi dengan fasilitas air bersih, tempat

penampungan sampah, saluran pembuangan limbah, jamban dan peturasan,

fasilitas pengendalian lalat dan tikus, sedangkan 2 produsen (25%) tidak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Diketahui juga bahwa 6 produsen (75%) yang memiliki lokasi sentra pedagang

cukup jauh dari sumber pencemaran, tempat pengolahan limbah, TPS terbuka,

rumah potong hewan, jalan raya, sedangkan 2 produsen (25%) berada di pinggir

jalan raya dan dekat dengan sumber pencemar.

4.2.6 Hasil Penilaian Observasi Perilaku Higiene Sanitasi Penjamah


Makanan Jajanan pada Minuman Cepat Saji (Mango Thai) di Kota
Medan Tahun 2018

Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan pada 8 outlet

mango Thai yang dijual di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Observasi Perilaku Higiene Sanitasi Penjamah


Makanan Jajanan pada Minuman Cepat Saji (Mango Thai) di
Kota Medan Tahun 2018
Kriteria Sampel
Penilaian M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8
Penjamah
MS TMS TMS TMS TMS TMS TMS MS
Makanan
Peralatan TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS MS
Air, Bahan
Makanan,
Bahan
MS MS MS MS MS TMS MS MS
Tambahan,
dan
Penyajian
Sarana
MS MS MS MS MS TMS TMS MS
Penjaja
Sentra
MS MS MS MS MS TMS TMS MS
Pedagang

Keterangan : MS = Memenuhi Syarat


TMS = Tidak Memenuhi Syarat

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa dalam hal penjamah

makanan, sampel M1 dan M8 memenuhi persyaratan higiene sanitasi makanan

jajanan, sedangkan sampel M2, M3, M4, M5, M6, M7 tidak memenuhi syarat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

kesehatan. Dalam hal kriteria penilaian peralatan hanya sampel M8 yang

memenuhi syarat, sedangkan sampel M1, M2, M3, M4, M5, M6, dan M7 tidak

memenuhi syarat kesehatan. Dalam hal penggunaan air, bahan makanan, bahan

tambahan, dan penyajian yang memenuhi syarat kesehatan adalah sampel M1,

M2, M3, M4, M5, M7, dan M8, sedangkan sampel M6 tidak memenuhi syarat

kesehatan. Dalam hal sarana penjaja diketahui bahwa sampel M1, M2, M3, M4,

M5, dan M8 memenuhi syarat, sedangkan sampel M6 dan M7 tidak memenuhi

syarat kesehatan. Berdasarkan penilaian sentra pedagang, yang memenuhi syarat

adalah sampel M1, M2, M3, M4, M5, dan M8, sedangkan sampel M6 dan M7

tidak memenuhi syarat keseahatan. Berdasarkan semua kriteria penilaian makanan

jajanan tersebut, dapat dilihat yang sesuai dengan Kepmenkes

942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi

Makanan Jajanan adalah sampel M8.

4.3 Hasil Pemeriksaan Escherichia coli

4.3.1 Hasil Pemeriksaan Escherichia coli pada Minuman Mango Thai di


Kota Medan Tahun 2018

Pemeriksaan bakteri Escherichia coli pada minuman mango Thai yang

telah dilaksanakan pada laboratorium dimaksudkan untuk mengetahui apakah

sampel tersebut bebas dari pencemaran feses atau tidak, karena bakteri

Escherichia coli merupakan indikator terjadinya pencemaran oleh kotoran

manusia dan hewan. Hasil pemeriksaan bakteri Escherichia coli dapat dilihat pada

tabel berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Tabel 4.8 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Minuman


Mango Thai di Kota Medan 2018
No Sampel Hasil Satuan E. coli Keterangan
1 M1 >23 MPN/100 ml Positif TMS
2 M2 <1,1 MPN/100 ml Negatif MS
3 M3 >23 MPN/100 ml Positif TMS
4 M4 2,2 MPN/100 ml Positif TMS
5 M5 >23 MPN/100 ml Positif TMS
6 M6 >23 MPN/100 ml Positif TMS
7 M7 >23 MPN/100 ml Positif TMS
8 M8 1,1 MPN/100 ml Positif TMS
Keterangan : M = mango Thai

Berdasarkan tabel 4.8 diatas diketahui bahwa 8 sampel mango Thai yang

diambil dari 8 outlet mango Thai di empat kecamatan di Kota Medan dan hasil

uji laboratorium menunjukkan terdapat 7 sampel mango Thai (M1, M3, M4, M5,

M6, M7, dan M8) yang positif mengandung bakteri Escherichia coli, sedangkan 1

sampel mango Thai (M2) negatif bakteri Escherichia coli. Hasil yang

menunjukkan bahwa sampel positif bakteri Escherichia coli dapat diartikan tidak

memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes RI No.

492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum., sedangkan

sampel negatif bakteri Escherichia coli memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan

Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air

Minum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Air Bahan
Baku Mango Thai di Kota Medan 2018
No Sampel Merk Hasil Satuan E. coli Keterangan
1 A1 Aqua <1,1 MPN/100 ml Negatif MS
2 A2 Aqua <1,1 MPN/100 ml Negatif MS
3 A3 Tanpa Merk 2,2 MPN/100 ml Positif TMS
4 A4 Tanpa Merk 1,1 MPN/100 ml Positif TMS
5 A5 Tanpa Merk 2,2 MPN/100 ml Positif TMS
6 A6 Tanpa Merk >23 MPN/100 ml Positif TMS
7 A7 Tanpa Merk 2,2 MPN/100 ml Positif TMS
8 A8 Aqua <1,1 MPN/100 ml Negatif MS
Keterangan : A = air bahan baku

Berdasarkan tabel 4.9 diatas diketahui bahwa 8 sampel air bahan baku

yang diambil dari 8 outlet mango Thai di empat kecamatan di Kota Medan dan

hasil uji laboratorium menunjukkan terdapat 5 sampel air (A3, A4, A5, A6, dan

A7) yang positif mengandung bakteri Escherichia coli, sedangkan 3 sampel air

(A1, A2, dan A8) negatif bakteri Escherichia coli. Hasil yang menunjukkan

bahwa sampel positif bakteri Escherichia coli dapat diartikan tidak memenuhi

syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010

tentang Persyaratan Kualitas Air Minum., sedangkan sampel negatif bakteri

Escherichia coli memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes RI No.

492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Produsen Mango Thai

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap delapan outlet

mango Thai di empat kecamatan Kota Medan pada tahun 2018 terdapat 2 orang

penjamah makanan yang berjenis kelamin laki-laki dan 6 orang penjamah

makanan yang berjenis kelamin perempuan. Penjamah makanan paling banyak

berumur diantara 21-25 tahun yaitu sebanyak 5 orang. Dalam hal lama

berjualan/berdagang minuman mango Thai, rata-rata berjualan masih dibawah 1

tahun dikarenakan minuman mango Thai tersebut merupakan minuman cepat saji

yang kekinian dalam 1 tahun terakhir ini. Sehingga semua penjamah makanan

tersebut belum cukup pengalaman dalam penerapan higiene sanitasi pengolahan

minuman mango Thai tersebut, sehingga diperoleh higiene sanitasinya tidak

memenuhi syarat. Penjamah makanan minuman mango Thai seluruhnya yakni 8

orang merupakan tamatan SMA/Sederajat. Pendidikan mereka masih dikatakan

cukup tinggi, maka seharusnya mereka tahu bagaimana cara pengolahan minuman

yang baik. Menurut penelitian Marsaulina (2004) ada hubungan antara kebersihan

dengan pendidikan. Semakin tinggi pendidikan penjamah makanan, maka

pengetahuan tentang kebersihan akan semakin tinggi. Oleh karena itu, mereka

harus diberi pembinaan dari instansi terkait seperti Dinas Kesehatan Kota Medan

mengenai sikap dan tindakan yang benar dalam higiene sanitasi pengolahan

makanan/minuman.

57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58

5.2 Higiene Sanitasi dalam Pengolahan Minuman Mango Thai

Higiene sanitasi dalam pengolahan makanan dan minuman adalah salah

satu usaha pencegahan yang menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu

untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat

menggangu atau merusak kesehatan. Dalam memperoleh minuman yang sehat

perlu diperhatikan beberapa syarat yang sesuai dengan Kepmenkes RI

942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi

Makanan Jajanan, yaitu :

5.2.1 Penjamah Makanan dalam Pengolahan Minuman Mango Thai

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada delapan outlet mango

Thai di Kota Medan tahun 2018, diperoleh hanya 2 responden yang memenuhi

syarat dalam hal penjamah makanan, sedangkan 6 responden lainnya tidak

memenuhi syarat. Semua responden tidak menderita penyakit menular dan tidak

memiliki luka pada tubuhnya, sedangkan untuk menjaga kebersihan tangan,

rambut, dan kuku sebanyak 6 orang responden yang melakukan dan menjaga

kebersihan tangan, rambut, dan kuku. Penggunaan celemek dan tutup kepala serta

mencuci tangan setiap hendak menjamah makanan hanya dilakukan oleh 3 orang

responden, sedangkan dalam hal menjamah makanan dengan alat/alas tangan

hanya dilakukan oleh 5 orang responden. Selanjutnya, semua responden tidak

merokok, tidak menggaruk anggota badan, dan tidak batuk/bersin di hadapan

makanan jajanan. Sehingga dapat disimpulkan hanya 2 orang responden yang

memenuhi syarat dalam hal penjamah makanan untuk pengolahan minuman

mango Thai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Faktor penjamah makanan adalah hal yang sangat penting dan bila

diabaikan bisa menjadi salah satu titik kritis dalam terjadinya pencemaran

terhadap makanan/minuman yang akan dikonsumsi konsumen. Mencuci tangan

sebelum menjamah makanan adalah salah satu hal dasar yang diabaikan dalam

pengolahan makanan/minuman. Menurut Widyati (2002) tangan merupakan salah

satu anggota tubuh yang vital untuk mengerjakan sesuatu dalam penyelenggaraan

makanan, dan melalui tangan pula makanan banyak terkontaminasi. Begitu juga

dengan masih banyaknya yang tidak menggunakan alat/alas tangan untuk

menjamah makanan. Menurut Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011

menyatakan bahwa semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan

cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh. Perlindungan kontak langsung

dengan makanan dilakukan dengan menggunakan alat yaitu sarung tangan plastik

sekali pakai, penjepit makanan, dan sendok garpu. Jika dilihat kembali

Kepmenkes RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan

Higiene Sanitasi Makanan Jajanan aspek Penjamah Makanan adalah urutan yang

paling pertama dari 5 (lima) aspek lainnya dan menurut asumsi peneliti, itu

merupakan hal yang paling utama dalam pengolahan makanan/minuman jajanan.

5.2.2 Peralatan dalam Pengolahan Minuman Mango Thai

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada delapan outlet mango

Thai di Kota Medan tahun 2018, diperoleh hanya 1 orang responden yang

memenuhi syarat dalam hal peralatan, sedangkan 7 orang responden lainnya tidak

memenuhi syarat. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih hanya

dilakukan oleh 5 orang responden, kemudian untuk peralatan yang sudah dipakai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

dicuci dengan sabun hanya dilakukan oleh 4 orang responden dan selebihnya tidak

melakukan. Setiap peralatan yang telah dicuci dan dikeringkan dengan alat

pengering seperti kain lap hanya dilakukan oleh 1 orang responden, setelah

peralatan sudah bersih disimpan ditempat bebas pencemaran hanya dilakukan oleh

7 orang responden. Semua responden yakni 8 orang tidak menggunakan kembali

peralatan yang bersifat sekali pakai seperti sedotan dan sendok plastik.

Penggunaan peralatan dan higiene sanitasinya, aspek ini merupakan salah

satu titik kritis terjadinya pencemaran dikarenakan beberapa outlet yang tidak

mencuci kembali peralatan yang telah digunakan, adapun yang mencuci peralatan

setelah digunakan namun tidak menggunakan sabun. Menurut Permenkes RI No.

1096/MENKES/PER/VI/2011 menyatakan pencucian peralatan harus

menggunakan bahan pembersih/deterjen dan tidak boleh dipegang di bagian yang

kontak langsung dengan makanan atau yang menempel di mulut. Peralatan yang

sudah dicuci juga tidak dikeringkan dengan alat pengering dan langsung

digunakan. Peralatan yang tidak dikeringkan dengan alat pengering dan langsung

digunakan dapat mengontaminasi bahan makanan pada saat pengolahan

dikarenakan masih adanya sisa air pada peralatan. Air merupakan salah satu

media yang baik bakteri Escherichia coli untuk tumbuh. Bakteri ini tumbuh

dengan baik pada suhu 7-46 ºC dan dapat tumbuh pada kondisi aktivitas air

substrat hanya 0,95 (Hadiwiyoto, 2014). Setelah dilihat hasil penilaian observasi

hanya 1 orang responden yang memenuhi syarat dalam hal peralatan yang

digunakan untuk pengolahan minuman mango Thai, sedangkan selebihnya tidak

memenuhi syarat kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

5.2.3 Air, Bahan Makanan, Bahan Tambahan, dan Penyajian dalam


Pengolahan Minuman Mango Thai

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada delapan outlet mango

Thai di Kota Medan tahun 2018, diperoleh 7 orang responden yang memenuhi

syarat dalam hal air, bahan makanan, bahan tambahan, dan penyajian dalam

pengolahan minuman mango Thai. Sebanyak 7 orang responden menggunakan air

tidak berasa, tidak berbau, tidak keruh, dan tidak berwarna, sedangkan untuk air

yang digunakan semua responden menggunakan air galon isi ulang dan air galon

bermerek. Penggunaan air galon isi ulang dan air galon bermerek dianggap

responden lebih praktis dan efisien. Semua responden menggunakan bahan

makanan yang bermutu baik, dalam keadaan segar, dan tidak busuk. Terdapat 7

orang responden menyimpan bahan makanan yang cepat rusak dalam wadah

terpisah. Semua responden menyajikan makanan jajanan dengan tempat/alat

perlengkapan yang bersih dan aman bagi kesehatan. Semua responden

menggunakan wadah cup plastik yang sekali pakai. Semua responden menyajikan

makanan jajanan dalam keadaan tertutup, pembungkus dalam keadaan bersih dan

tidak ditiup, serta diangkut dalam keadaan tertutup.

Menurut penelitian Faizah (2012) depot air minum isi ulang di Kota

Medan yakni sebanyak 5 depot, semuanya mengandung Escherichia coli.

Sehingga menurut asumsi peneliti, penggunaan air minum isi ulang untuk bahan

baku pembuatan mango Thai menjadi salah satu titik kritis terjadinya pencemaran

Escherichia coli. Keyakinan responden yang mengganggap penggunaan air galon

isi ulang sebagai bahan baku pembuatan mango Thai adalah salah, dikarenakan

penemuan bakteri Escherichia coli pada sampel air bahan baku tersebut. Menurut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Chandra (2007) didalam upaya sanitasi makanan, beberapa tahapan yang harus

diperhatikan salah satunya adalah keamanan terhadap penyediaan air. Menurut

Widyati (2002) penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan

makanan. Makanan sebelum disajikan arus diatur sedemikian rupa sehingga selain

menarik, juga menambah selera makan dan terhindar dari kontaminasi serta

terjaga sanitasinya.

5.2.4 Sarana Penjaja dalam Pengolahan Minuman Mango Thai

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada delapan outlet mango

Thai di Kota Medan tahun 2018, diperoleh 6 responden yang memenuhi syarat

dalam hal sarana penjaja. Semua responden menyediakan tempat untuk air bersih,

penyimpanan bahan makanan, penyimpanan makanan jadi, penyimpanan

peralatan, tempat cuci (alat, tangan, bahan makanan), dan tempat sampah. Tempat

penjaja yang terlindung dari debu dan pencemaran hanya 6 orang responden,

selebihnya sangat dekat dengan jalan raya dan sumber pencemaran lainnya seperti

saluran pembuangan limbah dan parit. Konstruksi sarana penjaja juga seluruhnya

mudah dibersihkan oleh responden.

Sarana penjaja adalah fasilitas sanitasi yang dimiliki setiap outlet mango

Thai. Sarana penjaja yang baik merupakan aspek penting untuk mengendalikan

faktor-faktor pencemaran pada proses pengolahan makanan. Menurut Kepmenkes

RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene

Sanitasi Makanan Jajanan sarana penjaja yang memenuhi syarat adalah

tersedianya tempat air bersih, penyimpanan bahan makanan, penyimpanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

makanan jadi, penyimpanan peralatan, tempat cuci, dan tempat sampah, tempat

terlindung dari debu dan pencemaran serta konstruksi mudah dibersihkan.

5.2.5 Sentra Pedagang dalam Pengolahan Minuman Mango Thai

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada delapan outlet mango

Thai di Kota Medan tahun 2018, diperoleh 6 orang responden memiliki sentra

pedagang yang memenuhi syarat. Sebanyak 6 orang responden memiliki sentra

pedagang yang dilengkapi dengan fasilitas air bersih, tempat penampungan

sampah, saluran pembuangan limbah, jamban dan peturasan, serta fasilitas

pengendalian lalat dan tikus. Kemudian, 6 orang responden memiliki lokasi sentra

pedagang yang cukup jauh dari sumber pencemaran, tempat pengolahan limbah,

TPS terbuka, rumah potong hewan, jalan raya. Sehingga dapat disimpulkan 2

orang responden tidak memiliki sentra pedagang yang memenuhi syarat kesehatan

yang sesuai dengan Kepmenkes RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang

Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan.

Sentra pedagang salah satu aspek penting dalam higiene sanitasi

makanan/minuman jajanan. Fasilitas air bersih, tempat penampungan sampah,

saluran pembuangan limbah, jamban dan peturasan, dan fasilitas pengendalian

lalat dan tikus merupakan hal wajib yang dimiliki untuk sanitasi sentra pedagang

tersebut. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih

untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadai

sampar agar tidak dibuang sembarangan (Yunus, 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

5.3 Kandungan Bakteri Escherichia coli pada Minuman Mango Thai dan
Air Bahan Baku

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan oleh

peneliti di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit

Medan, diperoleh 8 (delapan) sampel minuman mango Thai yang diperiksa

terdapat 7 (tujuh) sampel (kode sampel M1, M3, M4, M5, M6, M7, dan M8) yang

positif Escherichia coli, ini menunjukkan hampir seluruh sampel minuman mango

Thai yang diperiksa tidak memenuhi syarat kesehatan. Pemeriksaan terhadap air

bahan baku diperoleh 8 (delapan) sampel yang diperiksa terdapat 5 (lima) sampel

(kode sampel A3, A4, A5, A6, dan A7) yang positif Escherichia coli, ini

menunjukkan sebagian besar sampel air bahan baku yang diperiksa tidak

memenuhi syarat kesehatan. Begitu juga dengan keyakinan penjual yang

mengganggap penggunaan air galon isi ulang sebagai bahan baku pembuatan

mango Thai itu aman adalah salah, karena ditemukannya bakteri Escherichia coli

pada sampel air bahan baku tersebut. Hal lain yang menjadi faktor kontaminasi

Escherichia coli pada sampel tersebut adalah responden tidak mencuci tangan

sebelum menjamah bahan minuman dan terjadinya kontak langsung antara tangan

dengan bahan minuman. Sehingga, 12 sampel dari total 16 sampel yang diperiksa

hasilnya positif bakteri Escherichia coli atau 12 sampel tersebut tidak memenuhi

syarat kesehatan menurut Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum yang tidak memperbolehkan Escherichia coli

lebih dari 0 (nol) pada 100 ml air. Air yang tercemar oleh kotoran manusia

maupun hewan tidak dapat digunakan untuk keperluan minum, mencuci makanan,

atau memasak karena dianggap mengandung mikroorganisme patogen yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

berbahaya bagi kesehatan, terutama patogen penyebab infeksi saluran pencernaan

(Fardiaz, 1992).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lubis (2012) tentang Higiene

Sanitasi dan Analisa Eschericia coli pada Minuman Es Kelapa Muda yang Dijual

di Taman Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2012 dibuktikan bahwa

minuman kelapa muda tanpa jeruk 3 dari 5 sampel yang diperiksa mengandung

Escherichia coli, pada minuman kelapa muda pakai jeruk tidak mengandung

Escherichia coli, dan pada es batu 3 dari 5 sampel yang diperiksa mengandung

Escherichia coli.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis higiene sanitasi penjamah

makanan dan kandungan Escherichia coli pada minuman cepat saji (mango Thai)

di Kota Medan tahun 2018 yang telah dilakukan, maka kesimpulan dalam

penelitian ini adalah :

1. Higiene sanitasi makanan jajanan terhadap 8 (delapan) outlet dalam hal

penjamah makanan pada minuman mango Thai terdapat 2 (dua) outlet

yang memenuhi syarat kesehatan, sedangkan 6 (enam) outlet lainnya

tidak memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Kepmenkes RI No.

942/MENKES/SK/VII/2003.

2. Higiene sanitasi makanan jajanan terhadap 8 (delapan) outlet dalam hal

peralatan yang digunakan pada minuman mango Thai terdapat 1 (satu)

outlet yang memenuhi syarat kesehatan, sedangkan 7 (tujuh) outlet

lainnya tidak memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Kepmenkes RI

No. 942/MENKES/SK/VII/2003.

3. Higiene sanitasi makanan jajanan terhadap 8 (delapan) outlet dalam hal

air, bahan makanan, bahan tambahan, dan penyajian pada minuman

mango Thai terdapat 7 (tujuh) outlet yang memenuhi syarat kesehatan,

sedangkan 1 (satu) outlet lainnya tidak memenuhi syarat kesehatan

berdasarkan Kepmenkes RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003.

66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67

4. Higiene sanitasi makanan jajanan terhadap 8 (delapan) outlet dalam hal

sarana penjaja pada minuman mango Thai terdapat 6 (enam) outlet

yang memenuhi syarat kesehatan, sedangkan 2 (dua) outlet tidak

memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Kepmenkes RI No.

942/MENKES/SK/VII/2003.

5. Higiene sanitasi makanan jajanan terhadap 8 (delapan) outlet dalam hal

sentra pedagang pada minuman mango Thai terdapat 6 (enam) outlet

yang memenuhi syarat kesehatan, sedangkan 2 (dua) outlet tidak

memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Kepmenkes RI No.

942/MENKES/SK/VII/2003.

6. Sampel minuman mango Thai yang diperiksa sebagian besar tidak

memenuhi syarat kesehatan karena dari 8 (delapan) sampel minuman

mango Thai yang diperiksa terdapat 7 (tujuh) sampel yang positif

mengandung bakteri Escherichia coli, Sampel air bahan baku

minuman mango Thai yang diperiksa dari 8 (delapan) sampel,

sebagian diantaranya yakni 5 (lima) sampel tidak memenuhi syarat

kesehatan karena positif mengandung bakteri Escherichia coli, sesuai

dengan Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum.

6.2 Saran

1. Bagi setiap produsen diharapkan selalu menjaga higiene sanitasi dalam

pembuatan minuman mango Thai terutama dalam hal penjamah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

makanan dan peralatan untuk selalu diperhatikan agar tidak terjadi

kontaminasi yang mengganggu kesehatan konsumen.

2. Bagi setiap produsen diharapkan menggunakan air galon bermerek

apabila tidak memasak air bahan baku untuk pembuatan minuman

mango Thai, dikarenakan ditemukannya bakteri Escherichia coli pada

air galon isi ulang yang diperiksa.

3. Bagi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kota Medan

agar diadakan pengawasan dan penyuluhan tentang pentingnya

menerapkan higiene sanitasi makanan/minuman cepat saji yang

khususnya minuman mango Thai sehingga minuman tersebut dapat

memenuhi syarat kesehatan.

4. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat menjadi bahan masukan untuk

penelitian higiene sanitasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Daftar Pustaka

Agmasari, S. 2017. Pengunjung Harus Antre Lama, Bagaimana Rasa King


Mango Thai? Diakses tanggal 29 Maret 2018.
https://travel.kompas.com/read/2017/09/19/190300527/pengunjung-
harus-antre-lama-bagaimana-rasa-king-mango-thai-
Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi : Keracunan Makanan. Jakarta: EGC.
Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Faizah, S. 2011. Higiene Sanitasi dan Pemeriksaan Jumlah Escherichia coli
pada Air Minum Isi Ulang dengan Metode Desinfeksi Sinar
Ultraviolet dan Ozonisasi di Kota Medan Tahun 2011. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Hadiwiyoto, S. 2014. Keracunan, Alergi, dan Intoleran Makanan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Hartono, A. 2006. Penyakit Bawaan Makanan: Fokus Pendidikan Kesehatan.
Jakarta: EGC.
Kemenkes RI, 2003. Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang
Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes RI, 2003. Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 Tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.
Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI, 2010. Permenkes RI No. 492/Menkes/PER/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI, 2011. Permenkes RI No. 1096/Menkes/PER/VI/2011 Tentang
Higiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta: Kemenkes RI.
Lubis, S. A. 2012. Higiene Sanitasi dan Analisa Eschericia coli pada Minuman
Es Kelapa Muda yang Dijual di Taman Teladan Kecamatan Medan
Kota Tahun 2012. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Marsaulina, I. 2004. Study Tentang Pengetahuan Perilaku dan Kebersihan
Penjamah Makanan pada Tempat Umum Pariwisata DKI Jakarta (TMII,
TIJA, TMR). Diunduh tanggal 10 Agustus 2018.
http://usu.digitallibrary.com

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

Moehyi, S. 1992. Penyelanggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta:


Bhratara.
Prabu, P. 2008. Higiene dan Sanitasi Makanan. Diakses tanggal 29 Maret 2018.
https://putraprabu.wordpress.com/2008/12/27/higiene-dan-sanitasi-
makanan/
Purnamasari, A. I. 2009. Hygiene Sanitasi dan pemeriksaan Kandungan
Bakteri Escherichia coli pada Es krim yang dijajakan di
Kecamatan Medan Petisah Kota Medan Tahun 2009. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Sari, M. 2009. Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli
pada Minuman Cincau yang dijual di Pasar Raya Kota Padang
Tahun 2009. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Sopandi, T & Wardah. 2014. Mikrobiologi Pangan - Teori dan Praktik.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Supardi, I & Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan
Pangan. Bandung: Penerbit Alumni.
Tarwotjo, C. S. 1998. Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Widyati, R & Yuliarsih. 2002. Higiene dan Sanitasi Umum dan Perhotelan.
Jakarta: PT Grasindo.
WHO, 2006. Five Keys to Safer Food Manual. Geneva: WHO Press.
Yaa, A. 2017. Cara Bikin King Mango Thai, Minuman Kekinian dari
Thailand. Diakses tanggal 29 Maret 2018.
https://food.idntimes.com/recipe/siti-hajar-angun/cara-bikin-king-
mango-thai-minuman-kekinian-dari-thailand-c1c2/full
Yuliarti, N. 2007. Awas! Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Yunus, M. 2015. Higiene Sanitasi Pangan. Jakarta: Kemenkes RI.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Lampiran 1
Lembar Observasi
ANALISIS PERILAKU HIGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN DAN
KANDUNGAN ESCHERICHIA COLI (MANGO THAI) DI KOTA MEDAN
TAHUN 2018
(berdasarkan Kepmenkes No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman
Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan)
A. Karakteristik responden No. Responden :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan terakhir :
Lokasi berjualan :
Lama berjualan : (bulan/tahun)
B. Lembar observasi
KATEGORI
No OBJEK PENGAMATAN
YA TIDAK

PENJAMAH MAKANAN
1 Tidak menderita penyakit menular
2 Menutup luka
3 Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku
4 Memakai celemek dan tutup kepala
5 Mencuci tangan setiap hendak menjamah makanan
6 Menjamah makanan dengan alat/alas tangan
7 Tidak merokok
8 Tidak menggaruk anggota badan
9 Tidak batuk/bersin di hadapan makanan jajanan
PERALATAN
10 Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih
11 Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan sabun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

12 Peralatan dikeringkan dengan alat pengering


13 Peralatan yang sudah bersih disimpan di tempat bebas
pencemaran
14 Tidak menggunakan kembali peralatan untuk sekali
pakai
AIR, BAHAN MAKANAN, BAHAN TAMBAHAN
DAN PENYAJIAN
15 Air yang digunakan :
 Tidak berasa
 Tidak berbau
 Tidak keruh
 Tidak berwarna
16 Air bersih untuk minuman harus dimasak sampai
mendidih
17 Bahan makanan
a. Mutunya baik
b. Dalam keadaan segar
c. Tidak busuk
18 Bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam
wadah terpisah
19 Makanan jajanan yang disajikan harus dengan
tempat/alat perlengkapan yang bersih, dan aman bagi
kesehatan
20 Makanan jajanan
a. Keadaan tertutup/dibungkus
b. Pembungkus dalam keadaan bersih
c. Pembungkus tidak ditiup
d. Diangkut dalam keadaan tertutup

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

e. Diangkut dalam wadah terpisah dengan bahan


mentah
f. Disajikan lebih dari 6 (enam) jam, diolah
kembali
SARANA PENJAJA
21 Tersedia tempat untuk
a. Air bersih
b. Penyimpanan bahan makanan
c. Penyimpanan makanan jadi
d. Penyimpanan peralatan
e. Tempat cuci (alat, tangan, bahan makanan)
f. Tempat sampah
22 Tempat penjaja terlindung dari debu dan pencemaran
23 Konstruksi sarana penjaja mudah dibersihkan
SENTRA PEDAGANG
24 Sentra pedagang makanan dilengkapi dengan fasilitas
a. Air bersih
b. Tempat penampungan sampah
c. Saluran pembuangan air limbah
d. Jamban dan peturasan
e. Fasilitas pengendalian lalat dan tikus
25 Lokasi sentra pedagang cukup jauh dari
a. Sumber pencemaran
b. Tempat pengolahan limbah
c. TPS terbuka
d. Rumah potong hewan
e. Jalan raya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2

Master Data

1. Karakteristik Responden

No. Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir Lama Berjualan

1 Nanda 22 Perempuan SMA 7 bln

2 Widia 20 Perempuan SMA 3 bln

3 Muhammad Hasan 18 Laki-laki SMA 8 bln

4 Siti 26 Perempuan SMA 8 bln

5 Dina 25 Perempuan SMA 5 bln

6 Vani Sonia 24 Perempuan SMA 7 bln

7 Muhammad Amin 22 Laki-laki SMA 6 bln

8 Swastika 21 Perempuan SMA 8 bln

74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Objek Pengamatan

P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
N Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2
o Responden
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
1 Nanda √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Widia √ √ - √ - - √ √ √ √ √ - √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 M. Hasan √ √ √ - √ - √ √ √ √ √ - √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Siti √ √ √ - - √ √ √ √ √ - - √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Dina √ √ √ - - - √ √ √ - - - √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 Vani Sonia √ √ - - - √ √ √ √ - - - √ √ - - √ - √ √ √ - √ - -

7 M. Amin √ √ √ - - √ √ √ √ - - - √ √ √ - √ √ √ √ √ - √ - -

8 Swastika √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √

75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Lampiran 3
Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Proses Pembuatan Minuman Mango Thai di Kantin Gema USU

Gambar 2. Tempat Pencucian Peralatan dan Penyimpanan Air Bahan Baku di


Kantin Gema USU

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

Gambar 3. Proses Pemotongan Buah Mangga pada Outlet di Jalan Setia Budi

Gambar 4. Proses Pembuatan Mango Thai pada Outlet di Mall Medan Fair

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Gambar 5. Salah satu penjamah makanan pada outlet di Sun Plaza Mall

Gambar 6. Sampel Mango Thai dan air bahan baku pada saat registrasi di BTKLPP
Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

Gambar 7. Persiapan media untuk Tes Perkiraan

Gambar 8. Peneliti saat memasukkan sampel ke dalam tabung reaksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

Gambar 9. Hasil positif Tes Perkiraan dengan adanya gas di dalam tabung

Gambar 10. Peneliti saat melakukan Tes Penegasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Gambar 11. Hasil negatif Bakteri Escherichia coli setelah Tes Penegasan

Gambar 12. Hasil positif Bakteri Escherichia coli setelah Tes Penegasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Lampiran 4
Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

Lampiran 5
Surat Keterangan Izin Penelitian dari BTKLPP Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

Lampiran 6
Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

Lampiran 7
Surat Hasil Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


109

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


110

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


111

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


112

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


113

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


114

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


115

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


116

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


117

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


118

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


119

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


120

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


121

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai