SKRIPSI
OLEH
OLEH
ii
iii
iv
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu, pada
kepada :
1. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
2. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
3. Dra. Nurmaini, MKM. Ph.D selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Penguji I yang telah
meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan kritik dan saran untuk
7. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU terutama Departemen Kesehatan
Lingkungan (kak Dian dan Bang Marihot) yang telah banyak membantu saya.
Martua Pakpahan dan Ibunda Tierna Hasibuan, S.Pd yang telah memberikan
skripsi ini, juga kepada adik-adikku yang terkasih Mely Pakpahan, Monica
semangat.
10. Direktur Utama Bapak Drs. Setia Siagian dan seluruh staf pegawai PD. Pasar
11. Tulang, nantulang dan tobang yang sangat banyak membantu selama
12. Sahabat seperjuangan Daniati, Yolanda, Dian, Erista dan hana yang telah
hingga sekarang dan untuk teman-teman sekampus di FKM yang tidak dapat
vi
14. KTB Eleora (Ka Mai, Ka Lidya, Nopa, Ernanda, Leli, Widya dan Daniati)
yang mendokan dan mendukung saya, serta adik-adik kelompok kecil BER
yang terkasih ( Naomi, Desi, Chindy, Vani, Risma dan Nevi ) yang senantiasa
15. Cewek-cewek sei padang (Fika, Edak Siska, Afni dan Riski) yang telah
16. Teman-teman Kelompok 15 PBL FKM USU 2016 di Bunuraya Baru dan
17. Koordinasi POMK FKM dan terkhusus Komisi doa (ka tetty, Devi, Mai
Debora, Anna, Desi dan Karen) yang selalu memberikan dukungan dan doa.
Saya menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, saya mengharapkan kritik dan saran dalam menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, trimakasih.
Penulis
vii
Halaman
viii
ix
xi
xii
xiii
PENDAHULUAN
saat. Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan atau
keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain, juga berperan di dalam
kualitasnya agar setiap masyakat sebagai pemakan produk makanan tersebut dapat
terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan serta keracunan akibat makanan
makan, sentra pedagang makanan jajanan ataupun kantin yang mengingat bahwa
pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap
santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasaboga, rumah
1xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
penjualan makanan merupakan tempat yang dapat berpotensi sebagai hazard bagi
2003).
suatu penyakit atau disebut dengan penyakit bawaan makanan (Susanna, 2003).
faktor, antara lain kebiasaan mengolah makanan tidak benar, penyimpanan dan
penyajian yang tidak bersih, dan tidak memenuhi persyaratan sanitasi (Chandra,
2006).
Akan tetapi, kontaminasi juga dapat terjadi pada peralatan makan yang
persyaratan peralatan makan dengan angka kuman harus nol (negatif) dan tidak
jaminan telah memenuhi syarat kesehatan. Oleh sebab itu, pencucian peralatan
sangat penting diketahui secara mendasar, jika pencucian dilakukan secara baik
maka akan menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat. Menurut Depkes RI
(2003), kebersihan peralatan makan yang kurang baik sangat mempunyai peranan
tercemarnya air atau makanan karena keberadaaan bakteri Escherichia coli dalam
sumber air atau makanan merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja
sanitasi yang tidak baik karena bakteri Escherichia coli bisa dipindahsebarkan
dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan,
Nasional kasus keracunan tahun 2010 yang disebabkan oleh makanan sebanyak
592 kasus. Data surveilans KLB (Kejadian Luar Biasa) keracunan pangan tahun
2010 terdapat 163 kejadian dan bedasarkan jenis pangannya diketahui jajanan
65,2 % pedagang memiliki sanitasi peralatan yang tidak baik, 30,4% pedagang
makanan jajanan menyajikan makanan dalam keadaan sanitasi yang tidak baik
dan 47,8% pedagang yang memiliki sarana penjaja yang sanitasinya tidak baik.
(93,9%) yang positif terdapat bakteri Escherichia coli pada peralatan makan dan
jumlah perkiraan kasus ada sebanyak 294.611 kasus, yang ditemukan dan
ditangani sebanyak 240.303 kasus (81%), sehingga angka kesakitan (IR) diare per
1.000 penduduk mencapai 17,45. Capaian ini mengalami kenaikan dari tahun
tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian IR ini jauh di bawah
target program yaitu 214 per 1.000 penduduk. Rendahnya IR dikhawatirkan bukan
kasus diare yang ditemukan dan ditangani di Kota Pematang Siantar ada sebanyak
1.289 kasus. Jumlah kasus tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2012 yaitu
1.167 kasus.
di kota Pematang Siantar. Berdasarkan survei awal yang sudah dilakukan masih
banyak proses pengolahan makanan yang kurang baik dan tidak memenuhi syarat
kesehatan, konstruksi bangunan yang tidak memenuhi syarat dan lokasi yang
berada di dekat jalan raya sehingga mudah tercemar oleh polusi atau debu ,
higiene sanitasi pejamah makanan yang juga tidak memenuhi syarat seperti tidak
memakai sarung tangan, penutup kepala dan masker saat mengolah makanan serta
pencucian peralatan makanan yang masih kurang baik karena tidak mencuci
peralatan pada air yang mengalir. Apabila air yang digunakan untuk mencuci
peralatan terdapat bakteri seperti bakteri Escherichia coli maka peralatan makan
Escherichia coli pada peralatan makan serta kejadian diare pada konsumen di
resiko kontaminasi pada bakteri serta meningkatkan terjadinya kasus diare di kota
tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian mengenai higiene sanitasi
makan serta kejadian diare pada konsumen di Siantar Square Kota Pematang
bakteri Echerichia coli pada peralatan makan serta kejadian diare pada konsumen
Pematang Siantar.
kegiatan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tubuh tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi lain yang digunakan
perumahan. Makanan selain mengandung nilai gizi juga merupakan media untuk
dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman terutama makanan yang mudah
membusuk yang mengandung kadar air serta nilai protein yang tinggi.
bahan kimia, residu pestisida serta bahan lainnya antara lain debu, tanah, rambut
2004).
jajanan, pengertian makanan jajanan adalah makanan minuman yang diolah oleh
pengrajin makanan ditempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap
santap untuk dijual bagi umum selain yang dijual jasaboga, rumah makan/restoran
dan hotel.
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
(1998) yang dikutip oleh Sitorus (2007) dapat digolongkan menjadi (3) tiga
golongan, yaitu:
2. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti pecal, mie bakso,
dan minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu kesehatan, mulai dari
pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap
d. Dilakukan oleh pekerja dan penjamah makanan yang sehat mulai dari
sebelum dimasak
g. Panaskan kembali suhu makanan menurut suhu yang tepat (74 ºC)
makanan
j. Perhatikan semua hasil makanan yang harus dibeli dari sistem khusus
konsumen
melalui makanan
makanan di institusi.
lain :
3. Pengolahan makanan
5. Pengangkutan makanan
6. Penyajian makanan
keadaan baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan
2. Jenis tepung dan biji-bijian harus dalam keadaan baik, tidak berubah
1. Makanan dikemas
d. Belum kadaluwarsa
yang digunakan dalam proses produksi baik bahan baku, bahan tambahan maupun
bahan penolong, harus disimpan dengan cara penyimpanan yang baik karena
kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya
maupun bahan berbahaya. Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan
jenis bahan makanan contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam
lemari pendingin dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan
tidak lembab.
tersedianya ruang atau gudang untuk menyimpan bahan makanan dan terdapat
untuk jenis bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu
sampai 24 jam.
d. Penyimpanan beku (frozen), yaitu penyimpanan pada suhu < 0ºC untuk bahan
makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu > 24 jam.
No.1098/Menkes/SK/VII/2003 adalah:
keadaan bersih.
makanan yaitu dalam suhu yang sesuai, ketebalan bahan makanan padat
90%.
1. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan
memenuhi syarat.
2. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga mudah untuk
tikus, tidak mudah membusuk dan rusak, dan untuk bahan-bahan yang mudah
3. Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan untuk
riwayat keluar masuk barang dengan sistem FIFO (First In First Out).
menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang
mengikuti prinsip-prinsip higiene sanitasi. Dalam hal ini persyaratan untuk tenaga
mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan penjamah yang sedang sakit flu,
demam atau diare sebaiknya tidak dilibatkan dahulu dalam proses pengolahan
makanan. Jika terjadi luka penjamah harus menutup luka dengan pelindung kedap
memakai :
a. Celemek/apron
b. Tutup rambut
c. Sepatu dapur
d. Berperilaku :
1. Tidak merokok
keperluannya
kamar kecil
7. Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai diluar
tempat kerja.
Cara pengolahan makanan harus baik seperti menggunakan air yang bersih
dalam setiap pengolahan, penjamah makanan mencuci tangan setiap kali hendak
pencemaran.
makanan jadi biasanya disebut dengan dapur, menurut Depkes RI (1994) yang
a. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air,rata, tidak licin
dengan jari-jari tidak kurang dari 7,62 cm dari lantai dan tidak boleh
dibersihkan.
c. Dinding yang selalu menerima kelembaban atau percikan air harus rapat
b. Mudah dibersihkan.
adalah :
ruang.
b. Di setiap ruangan kerja seperti gudang, dapur, tempat cuci peralatan dan
7. Harus ada persediaan air yang cukup untuk memenuhui syarat – syarat
kesehatan
a. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat.
Mempunyai tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa – sisa
d. Sampah sudah harus dibuang dalam waktu 24 jam dari rumah makan dan
restoran
tikus dan hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh
diperbolehkan disimpan di dapur, seperti racun hama, peledak, dan lain – lain.
Untuk persyaratan dapur, ruang makan, dan gudang makanan adalah sebagai
berikut :
a Dapur
1. Luas dapur sekurang – kurangnya 40% dari ruang makan atau 27%
limbah
3) Tempat pengolahan
4) Tempat persiapan
5) Tempat administrasi
(fc).
12. Ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.
13. Udara didapur tidak boleh mengandung angka kuman lebih dari
5juta/gram
b. Ruang makan
yang berlaku.
10. Lantai, dinding dan langit – langit harus selalu bersih, warna terang
gudang.
selain makanan.
2. Peralatan pengolahan makanan tidak boleh rusak, gompel, retak, dan tidak
5. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak
2004) :
d. Apabila disimpan diruangan terbuka hendaknya tidak lebih dari 6 jam dan
penyangga atau dipojok ruangan karena tikus, kecoa, dan hewan lainnya
sebagai berikut :
makanan selalu berada pada suhu dimana bakteri tidak tumbuh yaitu
1. Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau,
berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemaran lain.
3. Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida, tidak boleh melebihi
4. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first
expired first out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan terlebih dahulu dan
5. Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis makanan
jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi berventilasi
3. Pengisian wadah tidak sampai penuh agar tersedia udara untuk ruang
gerak
menumpahi.
dibersihkan
4. Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian yang bersih.
d. Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5 menit
sudah dicuci.
kontaminasi silang.
3. Prinsip kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi baru
4. Prinsip edible part yaitu setiap bahan yang disajikan merupakan bahan yang
dapat dimakan hal ini bertujuan untuk menghindari kecelakaan salah makan.
5. Prinsip pemisah yaitu makanan yang disajikan dalam dus harus tetap terpisah
6. Prinsip panas yaitu penyajian makanan yang harus disajikan dalam keadaan
7. Prinsip bersih yaitu setiap wadah yang digunakan harus dalam keadaan bersih
dan baik.
1. Penjamah Makanan
tangan
h. Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan dan
2. Peralatan
a. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun
bebas pencemaran.
a. Air
Air yang digunakan dalam penanganan makanan jajanan harus air yang
memenuhi standar dan Persyaratan Higiene Sanitasi yang berlaku bagi air
bersih atau air minum. Air bersih yang digunakan untuk membuat
1. Semua bahan yang akan diolah menjadi makanan jajanan harus dalam
berlaku.
3. Bahan makanan dan bahan tambahan makanan jajanan siap saji harus
disimpan terpisah.
c. Penyajian
yang bersih dan aman bagi kesehatan serta memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
atau tertutup
dilarang ditiup.
5. Makanan jajanan yang siap disajikan dan telah lebih dari enam jam
disajikan.
a. Mudah dibersihkan
1. Air bersih
4. Penyimpanan peralatan
6. Tempat sampah
pencemaran.
berperan sebagai :
1. Agen
dimanamana dan hampir dapat tumbuh pada semua substrat, fungi ini akan
tumbuh pada buah busuk, sayuran, biji-bijian, roti dan bahan pangan
lainnya.
2. Vehicle
seperti : bahan kimia atau parasit yang ikut termakan bersama makanan
membahayakan kehidupan.
3. Media
jumlahnya kecil, jika dibiarkan berada dalam makanan dengan suhu dan
ditandai dengan gejala mual, perut mulas, diare, kadang-kadang muntah. Hal ini
bakteri ganas dalam jumlah yang cukup banyak, racun bakteri atau bahan kimia
berbahaya.
(Purnawijayanti, 2001) :
1. Infeksi
disebabkan karena:
2. Keracunan
baik adalah bahan yang tidak larut dalam makanan, mudah dicuci, dan aman
untuk digunakan. Peralatan utuh, aman, dan kuat, peralatan yang sudah retak, atau
dalam persyaratan peralatan makanan bahwa tidak boleh bakteri lebih dari 100
makanan.
2. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut
4. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak
boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak
6. Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat
sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau buatan dan tidak
RI,2003)
Menurut Anwar (1990), Three Comporment Sink yaitu suatu alat pencuci
yang terdiri atas 3 bilik atau 3 bak, masing-masing bak mempunyai fungsi sebagai
berikut :
3. Bak III : Disebut bak pembilas terakhir ( final rinse atau desinfektan)
sebagai berikut :
3. Drip board
4. Rak Penyimpan
yang perlu diikuti agar hasil pencucian sehat dan aman sebagai berikut :
makanan yang terdapat pada peralatan yang akan dicuci, seperti sisa makanan
2. Flusing (merendam dalam air ), yaitu mengguyur air ke peralatan yang akan
menggosok dan melarutkan sisa makanan dengan zat pencuci atau deterjen.
Deterjen yang baik yaitu terdiri dari deterjen cair atau bubuk, karena deterjen
sangat mudah larut dalam air, sehingga sedikit kemungkinan membekas pada
4. Rinsing ( membilas dengan air bersih ), yaitu mencuci peralatan yang telah
digosok deterjen sampai bersih dengan cara dibilas dengan air bersih. Setiap
akibat proses pencucian seperti noda deterjen, noda klor dan sebagainya.
Towelling ini dapat dilakukan dengan syarat bahwa lap yang digunakan harus
steril serta sering diganti. Penggunaan lap yang baik adalah yang sekali pakai.
Escherichia coli atau biasa disingkat Bakteri Escherichia coli adalah salah
satu spesies utama bakteri gram negatif umumnya merupakan flora normal saluran
pencernaan manusia dan hewan. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh
Theodor Escherich ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah
manusia dan hewan. Walaupun bakteri secara normal hidup disaluran pencernaan,
atau infeksi yang fatal pada beberapa bagian di dalam tubuh (Suryawirya, 2005).
Escherichia coli merupakan flora komersal yang paling banyak pada usus
manusia dan hewan. Dapat berubah menjadi oportunis pathogen bila hidup di luar
usus yaitu lokasi normal tempatnya berada dan dapat menyebabkan infeksi
salurah kemih, saluran empedu, infeksi luka dan masitis pada sapi (Supardi,
1999).
Menurut WHO (2005), bakteri Escherichia coli adalah salah satu bakteri
satu zat pencemar yang potensial dalam kerusakan makanan dan minuman. Pada
suhu dan lingkungan yang cocok, satu bakteri akan berkembang biak lebih dari
500.000 sel dalam 7 jam dan dalam 9 jam telah berkembang menjadi 2.000.000
(dua juta) sel, dalam 12 jam sudah menjadi 1.000.000.000 (satu milyar) sel.
Bakteri Escherichia coli tidak bisa bertahan pada tempat yang kering dan kena
pembasmi hama, dan akan mati pada suhu 60 0 C selama 30 menit. Bila dilihat
secara makroskopik terlihat kilau metalik disekitar media (Depkes RI, 1991).
minimum pada 4,0 dan maksimum pada 9,0. Bakteri ini relatif sangat sensitif
terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi makanan atau
pada makanan, sebaiknya disimpan pada suhu rendah (Jawetz DKK, 2003).
melekat pada sel mukosa usus kecil. Akibat dari infeksi EPEC adalah diare
cair. Masa inkubasinya 1-6 hari dengan rata-rata 12-36 jam. Gejala yang dapat
ditimbulkan apabila terinfeksi Escherichia coli jenis ini antara lain : muntah,
berkembang (miskin). Diare pada kasus ini berupa watery diarrhea, dengan
gradasi keparahan berkisar dari ringan sampai parah. Masa inkubasinya 1-3
hari dengan rata-rata 10-12 jam. Gejala yang dapat ditimbulkan apabila
terinfeksi Escherichia coli jenis ini antara lain : diare (tanpa demam hingga
diare berat yang mirip dengan kolera namun tanpa darah-lendir), kram perut,
kram dan nyeri perut hebat serta tinja kerap mengandung darah (Arisman,
2009).
Bakteri ini hidup dalam daging mentah. Bentuk diare sangat berat dan
dengan sindroma uremia hemolitik, suatu penyakit akibat ginjal akut, anemia
berkembang. Bakteri ini ditandai dengan pola khas pelekatannya pada mukosa
(Hawley, 2003).
saluran pencernaan makanan, seperti, kolera, typus, disentri, diare, dan penyakit
cacing. Bibit penyakit ini berasal dari faeces manusia yang menderita penyakit –
penyakit tersebut. Indikator yang menunjukkan bahwa air rumah tangga sudah
dikotori faeces adalah dengan adanya Escherichia coli dalam air tersebut, karena
pada luka dan abses pada berbagai organ. Bakteri ini juga merupakan penyebab
utama meningitis pada bayi yang baru lahir dan penyebab infeksi tractus urinarius
sebaik – baiknya di rumah sakit, antara lain : pemakaian antibiotik secara tepat,
1. Diare
diseluruh dunia. Escherichia coli ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat – sifat
berbeda. Gejala diare adalah tinja encer dengan frekuensi empat kali atau lebih
dalam sehari, yang kadang – kadang disertai dengan muntah, badan lesu atau
lemah, panas, tidak nafsu makan, serta darah dan lendir dalam faeces. Diare bisa
bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
penyebab infeksi saluran kemih pertama kira – kira 90 % wanita muda. Gejala
Kebanyakan infeksi ini disebabkan oleh Escherichia coli dengan sejumlah tipe
antigen O.
3. Sepsis
memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir dapat
sangat rentan terhadap sepsis Escherichia coli karena tidak memiliki antibodi
4. Meningitis
bayi. Escherichia coli dari kasus meningitis ini mempunyai antigen. Antigen ini
2.10 Diare
bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali atau lebih dari 1 hari
(Pusat Informasi Penyakit Infeksi 2007). Diare adala defekasi encer lebih dari tiga
1. Diare akut
Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak
normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan
minggu. Perubahan yang terjadi pada diare akut adalah kehilangan cairan,
gangguan gizi.
2. Diare kronik
berbulan-bulan baik secara terus menerus atau berulang, dapat berupa gejala
karena infeksi dan juga dapat ditimbulkan oleh adanya alergi protein,
Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti virus
dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal terjadi dengan mekanisme
berikut.
a. Melalui air
Air yang merupakan media penularan utama diare. Diare dapat terjadi bila
terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang
tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah
besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang
1. Diare tanpa dehidrasi : mata normal dan air mata ada, keadaan
umum baik dan sadar, tidak merasa haus, mulut dan lidah basah.
gelisah dan mengantuk, nadi lebih cepat dari normal, dan ubun-
ubun cekung.
lebih sering, terasa sangat haus, tidak kencing, tidak ada nafsu
cepat dan dalam, nadi sangat cepat, lemah dan tidak teraba, ubun-
Ada Kejadian
E.coli Diare
Keberadaan bakteri
Escherichia coli pada Pemeriksaan
peralatan makan Laboratorium
Tidak
Ada
E.coli
BAB III
METODE PENELITIAN
higiene sanitasi dan pemeriksaan bakteri Escherichia coli pada peralatan makan
serta kejadian diare pada konsumen di Siantar Square kota Pematang Siantar
tahun 2016.
muda terkontaminasi.
3.3.1 Populasi
jajanan sate, mie goreng, nasi goreng, bakso dan jus buah di Siantar Square yang
berjumlah 24 tempat.
43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
3.3.2 Sampel
penjual makanan jajanan di Siantar Square yang dijadikan sampel yaitu terdiri
dari 9 penjual mie goreng, 7 penjual nasi goreng, 5 penjual jus buah, 2 penjual
sate dan 1 penjual bakso. Masing – masing tempat diambil satu sampel yaitu
piring atau gelas ataupun mangkok dengan total 24 sampel yang kemudian usapan
sampel dilakukan secara purposif sampling, yaitu konsumen yang sudah 2 kali
atau lebih makan atau minum di Siantar Square setiap bulan dalam waktu satu
tahun terakhir dan berusia >15 tahun. Jumlah sampel yang diambil adalah 24
sampel.
higiene sanitasi makanan dan uji laboraturium untuk melihat keberadaan bakteri
Escherichia coli serta lembar kuesioner untuk melihat kejadian diare pada
konsumen
2. Buku tulis
3. Kapas
4. Lampu spritus
5. Pinset
7. Spidol
8. Selotip
9. Tabung Reaksi
b. Bahan
2. Aquades
pencucian.
menggunakan pinset.
airnya, baru diangkat dan diusapkan pada setiap alat-alat yang akan
diusap.
permukaan dalam.
turut, dan satu kapas digunakan untuk satu piring yang diperiksa.
dalam tabung reaksi dan bibir botol dipanaskan dengan api spritus
11. Sampel diberi label dan etiket (tanggal, nomor) dan segera dikirim ke
a. Bahan
1. Aquades
2. Endo Agar
3. Larutan Bouillon
4. Nutrient Agar
5. PCA
b. Alat
1. Autoklaf
2. Gelas ukur
3. Inkubator
4. Lampu Bunsen
5. Ose Cincin
6. Petridish
7. Pipet
8. Rak Tabung
9. Tabung glass
c. Cara Kerja
e. Setelah 15 menit diambil kembali ose cincin lalu dibakar diatas api
dan keamanan makanan yang berbentuk kegiatan dan tindakan yang perlu
ditempat penjualan.
tidak berbau, tidak rusak, dan diperoleh dari sumber yang diawasi oleh
pemerintah.
digunakan pada tempat yang aman dan sehingga tidak terjangkau tikus,
makanan jadi.
pada tempat yang tidak tercemar debu, tertutup, tidak dapat dijangkau
bersih
9. Lokasi dan bangunan adalah letak dan bentuk dari suatu bangunan
makanan jajanan.
10. Fasilitas sanitasi adalah sarana fisik, bangunan yang digunakan untuk
manusia anatara lain air bersih, jamban, peturasan, saluran limbah, tempat
12. Memenuhi syarat adalah keadaan dimana hasil observasi sesuai dengan
MENKES/SK/VII/2003.
13. Tidak memenuhi syarat adalah keadaan dimana hasil observasi sesuai
MENKES/SK/VII/2003.
Square.
angka total kuman nol (negatif) dan tidak mengandung bakteri Escherichia
coli (negatif).
17. Kejadian Diare adalah adanya keluhan suatu penyakit dengan tanda-tanda
adanya perubahan bentuk dari tinja dengan kandungan air yang berlebihan
dan bertambah frekuensi buang air besar lebih dari 3 atau lebih dalam 1
hari.
kali atau lebih makan di Siantar Square setiap bulan dalam satu tahun terakhir.
perubahan bentuk dari tinja dengan kandungan air yang berlebihan dan buang air
besar lebih dari 3 kali sehari setelah satu atau beberapa hari makan di Siantar
Square.
yang telah mengalami proses pencucian dan pengeringan akan dilakukan uji
peralatan makan dengan angka total kuman 0 (negatif) dan tidak mengandung
Data yang diperolah dari hasil observasi higiene dan sanitasi makanan
menggunakan lembar kuesioner dan hasil uji laboraturium akan diolah dengan
BAB IV
HASIL
Kota Pematangsiantar terletak pada garis 2° 53' 20" - 3° 01' 00" Lintang
Utara dan 99° 1'00" - 99° 6' 35" Bujur Timur, berada di tengah-tengah wilayah
tepatnya berada di sepanjang jalan vihara kota pematang siantar. Siantar Square
terletak di sebelah kanan rumah sakit umum Djasamen Saragih Pematang siantar.
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan lama berdiri usaha dapat dilihat pada
53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
paling banyak berumur 31-45 tahun dan >45 tahun masing-masing berjumlah 9
orang. Penjual makanan yang paling banyak adalah berjenis kelamin laki-laki
terakhir SMA sebanyak 20 orang (83,33%) dan penjual makanan dengan usaha
yang paling lama berdiri selama lebih dari 6 tahun sebanyak 14 orang (58,3%)
makan atau minum di Siantar Square adalah sebanyak dua kali (58,3%), golongan
umur dari konsumen yang paling banyak berusia antara 15-30 tahun dan 31-45
SMA dan pekerjaan dari konsumen yang paling banyak adalah seorang
telah memenuhi syarat kesehatan untuk semua kriteria pada pemilihan bahan
makanan.
dalam keadaan bersih dan kedap air serta bahan baku makanan terhindar dari
serangga dan vektor penyakit. Selain itu terdiri dari 50% penjual makanan
namun seluruh wadah penyimpanan bahan makanan terpisah dari makanan jadi.
memakai celemek serta penutup kepala. Terdiri dari 50% penjamah makanan
yang menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian. Kurang dari 50%
bagian lainnya), batuk atau bersin di hadapan makanan yang disajikan dan atau
makanan tidak bebas dari vektor penyakit (lalat, tikus, dll) terlindungi dari debu
dan pencemaran. Selain itu terdapat 62,5% tempat pengolahan makanan yang
tidak tersedia tempat pembuangan sampah tertutup, mudah diangkat, kedap air
Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh bahwa lebih dari 50% penjual makanan
yang mencuci peralatan yang sudah dipakai dengan air bersih dan dengan sabun.
Namun, kurang dari 50% penjual makanan mengeringkan peralatan yang sudah
dicuci bersih dengan alat pengering/ lap yang bersih dan menyimpan peralatan di
kesehatan.
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh bahwa terdiri dari 75% penjual makanan
menyimpan makanan pada tempat khusus dan tempat tersebebut dalam keadaan
bersih. Selain itu, terdiri dari 50% penjual makanan mempunyai tempat
penyimpan makanan yang tertutup namun hanya 25% saja tempat penyimpanan
tidak menggunakan tempat khusus dan tidak diangkut dalam keadaan tertutup atau
berpakaian bersih.
berpakaian rapi dan bersih. Namun, hanya 25% penyaji tidak kontak langsung
atau sendok) serta menggunakan menutup kepala atau menata rambut dengan rapi
dan memakai celemek, juga makanan yang disajikan di tempat yang bersih, aman
dan terhindar dari pencemar. Selain itu hanya sebanyak 75% wadah penyajian
penjual makanan jajanan di Siantar Square kota Pematang Siantar Tahun 2016
Berdasarkan hasil observasi pada Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa seluruh
memenuhi syarat kesehatan hanya prinsip yang I yaitu pemilihan bahan baku.
Pada prinsip yang II yaitu penyimpanan bahan baku hanya ada 6 tempat yang
memenuhi syarat kesehatan, lalu pada prinsip yang III, IV dan V yaitu pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan prinsip yang IV yaitu penyajian makanan
bahwa terdapat 10 sampel (41,7%) peralatan makan yaitu 8 piring, 1 gelas dan 1
mangkok dari penjual makanan jajanan mie goreng, nasi goreng, sate, jus dan
bakso positif terdapat bakteri Escherichia coli . Namun, pada 14 sampel (58,3%)
peralatan makan yang lainnya tidak tercemar dengan bakteri Escherichia coli.
mengalami kejadian diare setelah makan di Siantar Square Kota Pematang Siantar
diare adalah konsumen yang frekuensinya 2 kali dalam sebulan dan 3- 4 kali
bakteri Escherichia coli dapat dilihat pada tabel 4.15 sebagai berikut :
(58,3%) di Siantar Square yang tidak memenuhi syarat kesehatan tetapi tidak
Escherichia coli dengan kejadian diare dapat dilihat pada tabel 4.16 sebagai
berikut :
Escherichia coli yang tidak mengalami kejadian diare pada konsumen sebanyak 8
orang (0,8%) dan tempat pengelolaan makanan di Siantar Square yang tidak
BAB V
PEMBAHASAN
makanan di Siantar Squre kota Pematang Siantar Tahun 2016 diperoleh bahwa
menggunakan bahan makanan dalam kondisi utuh, tidak rusak, tidak busuk dan
masih segar. Daging yang digunakan untuk menjadi bahan makanan sate adalah
daging yang masih segar dan tidak busuk. Beras yang digunakan untuk menjadi
bahan baku nasi goreng adalah beras yang kondisinya masih utuh dan tidak rusak
serta beras yang dibeli dari tempat penjualan yang diawasi oleh pemerintah.
untuk jus adalah buah yang tidak busuk serta sayur-sayuran yang digunakan
sebagai pelengkap nasi goreng maupun mie goreng menggunakan sayur yang
masih segar dan tidak busuk. Bahan-bahan makanan tersebut diperoleh dari
tempat penjualan yang diawasi oleh pemerintah yaitu Pasar Horas Kota Pematang
Pemilihan bahan baku haruslah yang masih segar, masih utuh, tidak retak
atau pecah. Untuk makanan yang cepat membusuk tidak boleh terdapat kotoran
dan tidak ada ulat. Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara
membusuk atau rusak. Salah satu upaya untuk mendapatkan bahan makanan yang
68
baik adalah menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber
2010).
dengan baik seperti swalayan dan tempat-tempat penjualan bahan makanan yang
bahan makanan pada 24 tempat penjual makanan di Siantar Square kota Pematang
Siantar diperoleh hanya 75% tempat penjual makanan yang tempat menyimpan
bahan makanannya dalam keadaan bersih, kedap air dan tertutup tetapi hanya 50%
saja yang tempat menyimpan bahan makanannya yang dapat terhindar dari
serangga dan vektor penyakit. Seluruh tempat penjual makanan di Siantar Square
Bahan makanan yang akan diolah seperti daging ayam yang akan digoreng
dan kemudian dicampurkan dengan mie goreng atau nasi goreng, sebelumnya
tutup. Bahan makanan seperti beras juga disimpan dalam sebuah tempat seperti
toples yang berukuran besar. Akan tetapi, tidak semua wadah tersebut mempunyai
tutup sehingga ada beberapa tempat yang kemungkinan akan tercemar oleh vektor
penyakit atau serangga. Namun ada juga tempat makan yang tidak menyimpan
disimpan lebih dahulu atau yang sudah dibeli duluan yang digunakan, sedangkan
bahan makanan yang masuk atau baru dibeli belakangan dikeluarkan untuk
digunakan contoh bahannya adalah buah-buahan yang akan diolah menjadi jus,
mudah rusak dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan makanan dibersihkan
terlebih dahulu sebelum disimpan, yang dapat dilakukan dengan cara mencuci.
dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan memenuhi syarat, barang -
barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga mudah untuk
tidak mudah membusuk dan rusak, dan untuk bahan-bahan yang mudah
makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan untuk riwayat keluar
kota Pematang Siantar Tahun 2016 pada proses pengolahan makanan diperoleh
mudah menular misalnya batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya
serta menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya) saat menjamah
makanan. Akan tetapi, hanya 50% saja penjamah makanan yang menjaga
kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaiannya. Kebersihan kuku yang paling
banyak jarang dijaga oleh penjamah, banyak yang memiliki kuku panjang maupun
kotor dan masih ada juga penjamah yang tidak mencuci tangannya setiap kali
menjamah makanan hanya sekali-sekali saja. Selain itu, penjamah makanan tidak
ada yang memakai celemek atau penutup kepala saat mengolah makanan sehingga
ada kemungkinan terkena pencemaran dari rambut atau kepala yang tidak bersih
dari penjamah makanan dan hanya sedikit saja yang menggunakan alat untuk
dalam mengolah makanan dan hanya bahan-bahan makanan yang panas atau cair
anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya). Sebenarnya banyak
menjamah makanan ada juga penjamah yang bersin saat mengolah makanan tanpa
makanan mengandung banyak risiko antara lain bakteri atau kuman dari mulut
dan bibir dapat dipindahkan ke tangan sehingga tangan menjadi kotor dan akan
mengotori makanan, abu rokok dapat jatuh ke dalam makanan serta dapat
karena selalu rajin dibersikan oleh pengolah makanan. Lantainya selalu bersih,
kering, tidak lembab dan tidak licin. Akan tetapi, tempat pengolahan makanan
semuanya beresiko tercemar oleh vektor penyakit seperti lalat atau tikus. Hal
dapur terbuaka. Semua makanan diletakkan pada staling makanan yang terbuka
dan tidak tertutup oleh tirai sehingga vektor penyakit seperti lalat atau tikus dapat
Siantar Square hanya 37,5% saja yang memliliki tempat sampah yang tertutup dan
kedap air. Tempat sampah yang digunakan oleh penjual makanan adalah goni
tetapi sampah selalu diangkut atau dibuang setiap 24 jam. Saluran Pembuangan
Air Limbah (SPAL) di Siantar Square seluruhnya tertutup karena ditutup dengan
semen dan mengalir lancar serta adanya tempat mencuci tangan dan peralatan di
perkembangbiakan vektor penyakit seperti lalat dan tikus karena kebiasaan hidup
di tempat yang kotor dan juga menjamah makanan manusia. Selain itu, estetika
sampah baik bentuk atau wujud maupun baunya dapat menimbulkan kesan tidak
estetis.
sehingga menjadi makanan yang terolah ataupun makanan jadi yang biasanya
seperti mencuci bahan makanan dengan air bersih dan mengalir serta menjaga
makanan yang digunakan selalu dicuci dahulu sebelum diolah menjadi makanan
begitu juga penjamah makanan selalu berhati-hati dalam mengolah makanan akan
tetapi mengolah makanannya kontak langsung dengan bahan makanan. Selain itu,
tidak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Seperti pada penjual nasi
juga dengan bakso, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kuah bakso
seluruhnya dalam keadaan bersih. Akan tetapi hanya 58,3% saja pengolah
menggunakan air yang sudah ditampung di dalam ember dan air yang didalam
ember itulah yang digunakan sampai beberapa kali untuk memcuci peralatan.
Pengolah makanan mengatakan kalau harus mencuci peralatan dengan air yang
mengalir akan lama dan membuang banyak waktu dan juga air. Tempat mencuci
peralatan ada 2 ember dimana ember pertama memebersikan piring dari sisa-sisa
makanan kemudian ember ke dua untuk bilasan dan membersihkannya. Air dari
pencucian tersebut diganti ketika air yang di ember sudah terlihat keruh atau
kotor. Selain itu hanya ada 25% tempat penjual makanan, peralatan makan yang
sudah dicuci dikeringkan dengan lap bersih atau alat pengering lainnya lalu
itu, peralatan mereka tidak di lap tetapi langsung dibuat dirak piring. Selain itu
rak piring yang mereka gunakan rak piring yang terbuka atau tidak disimpan di
dilakukan pada tempat terbuka dan tidak bersih serta penggunaan kain lap pada
saat mengeringkan piring, sendok dan garpu dapat memberi kontribusi terhadap
Siantar Square kota Pematang Siantar Tahun 2016 diperoleh bahwa semua tempat
penyimpanan makanan.
dalam keadaan bersih. Selain itu, hanya 50% saja tempat penyimpanan makanan
yang tertutup dengan baik serta sebanyak 75% tempat penyimpan makanannya
tempat yang khusus, seperti lontong untuk makanan sate diletakkan pada steling
yang terbuka dan tdak pada tempat khusus, ada juga yang disimpan hanya di
dalam plastik saja tidak tertutup dengan baik. Sehingga kondisi seperti itu
warung dan kantin sebagian besar dalam keadaan tidak tertutup. Kalaupun ada,
penutup itu hanya berupa kain bekas gorden tipis yang jarang sekali dirapatkan
terutama ketika tamu sedang ramai. Menjajakan makanan dalam keadaan terbuka
udara, debu, asap kendaraan, bahkan serangga. Makanan yang dijajakan di pinggir
jalan akan sangat mudah terpapar debu dan asap kendaraan yang berterbangan.
sarang hama dalam makanan. Syarat penyimpanan makanan jadi yaitu terlindung
dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, tikus dan hewan lainnya serta
makanan yang cepat busuk atau basi disimpan dalam suhu panas yaitu 65 0C atau
Siantar Square kota Pematang Siantar Tahun 2016 diperoleh bahwa semua tempat
pengangkutan makanan.
Square tidak ada tersedia tempat khusus untuk pengangkutan makanan dan juga
mengatakan tidak perlu untuk membuat penutup makanan karena jarak mengolah
khusus maupun penutup makanan. Akan tetapi, walaupun jarak yang dekat namun
resiko kontaminasi pencemaran bisa saja terjadi, karena lokasi tempat makan
berada di pinggir jalan yang cukup ramai. Selain itu juga pengangkutan makanan
dari tempat asal penjual makanan ke Siantar Square harus bisa diangkut dengan
Siantar Square kota Pematang Siantar Tahun 2016 diperoleh bahwa semua tempat
penyajian makanan.
memenuhi syarat kesehatan. Hal ini terjadi karena masih 25% penyaji makanan
rambut dengan rapi dan memakai celemek serta mempunyai tempat penyajian
yang bersih, aman dan terhindar dari pencemar. Namun, untuk wadah penyajian
75% sudah bersih dan kering. Akan tetapi, penyajian makanan yang baik sangat
penting, dikarenakan jika penyaji tidak menjaga kebersihan diri maka resiko
makanan dengan tangan tanpa alat. Melihat hasil pengamatan di Siantar Square
para penyaji makanan yang tidak menggunakan alat dalam menyaji makanan
dikarenakan mereka merasa jika memakai alat terasa lambat dan repot, apalagi
ketika sedang ramai pembeli. Kondisi yang seperti itu semakin membuat resiko
Tahap penting lainnya adalah penyajian makanan, karena pada tahap ini
disajikan dengan rata-rata sebanyak 12,2% pada beberapa jenis TPM (Tempat
tempatnya harus bersih, peralatan yang digunakan bersih, sirkulasi udara dapat
penyaji tidak boleh kontak langsung dengan makanan yang disajikan. (Depkes RI,
2004).
dari 24 tempat makan di Siantar Square kota Pematang Siantar bahwa terdapat 10
sampel (41,7%) peralatan makan yaitu 8 piring, 1 gelas dan 1 mangkok dari
penjual makanan jajanan mie goreng, nasi goreng, sate, jus dan bakso positif
terdapat bakteri Escherichia coli . Sampel yang positif adanya bakteri Escherichia
coli yaitu sampel nomor 3, 8, 9, 10, 12, 15, 19, 20, 22, dan 24. Sampel piring pada
nomor 3, 9, 10, 12, 15, dan 22 adalah penjual mie goreng, sampel piring pada
nomor 8 dan 24 adalah penjual nasi goreng, sampel gelas pada nomor 19 adalah
penjual jus dan sampel mangkok pada nomor 20 adalah penjual bakso.
persyaratan peralatan makan dengan angka total kuman nol (negatif) dan tidak
suhu optimum untuk pertumbuhannnya adalah 37°C. Escherichia coli dapat mati
berkembang biak pada makanan dengan nilai aktivitas air minimum 0,95.
Escherichia coli dapat hidup di lingkungan makanan yang asam pada pH dibawah
makan dapat dikarenakan pencucian peralatan yang tidak benar atau kurang baik,
bisa juga diakibatkan oleh air yang ditampung di ember atau lap pengering
peralatan yang telah terkontaminasi oleh bakteri Escherichia coli dan juga dapat
sehingga tanpa disadari bahwa tangan penjamah telah terkontaminasi oleh bakteri
Escherichia coli lalu kemudian memegang peralatan makan tanpa mencuci tangan
Hasil penelitian Wafa (2011) pada pedagang kaki lima di jalan Kalimantan
Kabupaten jember adanya hubungan antara higiene sanitasi makanan yang tidak
konsumen yang mengalami kejadian diare setelah makan di Siantar Square Kota
kuisioner adalah konsumen yang sudah dua kali atau lebih datang ke Siantar
Square untuk makan atau minum setiap bulan dalam waktu satu tahun terakhir.
Escherichia coli. Escherichia coli merupakan bakteri yang terdapat dalam usus
besar manusia sebagai flora normal. Penyebaran E. coli dari manusia ke manusia
yang lain terjadi secara peroral dengan cara manusia memakan atau meminum air
dari peralatan makan yang sudah terkontaminasi oleh bakteri Escherichia coli.
Hasil penelitian terhadap usap alat makan yang dilakukan oleh Jusuf Essing
(2006) pada peralatan makan yang ada di rumah makan terminal penumpang
Bandara Sam Ratulangi Manado, bahwa ada peralatan makan yang terdapat
Escherichia coli, dimana hal ini menunjukan bahwa peralatan tersebut tidak
lainnya. Escherichia coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran
makanan di Siantar Square kota Pematang Siantar secara umum tidak memenuhi
syarat kesehatan yang sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942
higiene sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan hanya prinsip yang I yaitu
pemilihan bahan baku. Pada prinsip yang II yaitu penyimpanan bahan baku hanya
ada 6 tempat yang memenuhi syarat kesehatan, lalu pada prinsip yang III, IV dan
makanan belum ada yang memenuhi syarat kesehatan dan prinsip yang IV yaitu
tempat (58,3%) yang memenuhi syarat kesehatan dan tidak terkontaminasi bakteri
Escherichia coli .
sudah benar atau baik. Tahapan pencucian peralatan di Siantar Square adalah
pertama makanan sisa akan dibuang ke tempat sampah lalu peralatan direndam
dibilas dengan air dari bak/ember II dan dibilas lagi pada bak/ember III selain itu
peralatan dikeringkan dengan lap yang bersih dan diletakkan di meja dengan di
peralatan yang bersih dan terbebas dari kuman penyakit. Menurut Anwar dalam
pohan (2009), dalam buku studi sanitasi makanan dan minuman, bahwa
keberadaan bak pembilas adalah sangat penting dalam proses pencucian peralatan
makan.
Selain itu bisa juga dapat diakibatkan karena penjamah makanan yang
oleh bakteri Escherichia coli. Menurut Zulfa (2011) yang mengutip pendapat
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Makan serta Kejadian Diare pada Konsumen di Siantar Square Kota Pematang
Siantar secara umum tidak memenuhi syarat kesehatan yang sesuai dengan
kesehatan, lalu pada prinsip yang III, IV dan V yaitu pengolahan makanan,
diare.
83
6.2 Saran
benar dengan air yang bersih dan menggunakan alat pengering atau lap
Square.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2009. Keracunan Makanan : buku ajar ilmu gizi. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
Brooks, G.F, Butel, J.S, Morse, Ornston, N.L, Jawetz, Melnick & Adleberg’s.
2004. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Alih Bahasa Edi Nugroho dan
RF Maulany.EGC. Jakarta. Hal 54 – 629
Djaja, S. 2003. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir dan Sistem
Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia.
http://www.litbang.depkes.go.id
85
Mansjoer, A., 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Penerbit Media
Aescu Lapius FK UI. Jakarta.
Suharyono. 2008. Diare Akut, Klinik dan Laboratorik Cetakan Kedua. Rineka
Cipta. Jakarta.
86
87
Lampiran I
LEMBAR OBSERVASI
Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003
Tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan
No. Sampel :
Nama penjual makanan :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Lama berdiri Usaha :
Pernah/tidak mendapat
Pelatihan pengolahan Makanan :
Kategori
Objek Pengamatan Ket
Ya Tidak
I. Pemilihan Bahan Baku
1. Bahan baku yang digunakan dalam
keadaan baik mutunya.
2. Bahan baku masih dalam keadaan
segar dan tidak busuk
3. Bahan makanan diperoleh dari
tempat penjualan yang diawasi oleh
pemerintah dan tidak cacat atau tidak
rusak.
a. Penjamah Makanan
8. Penjamah tidak menderita penyakit
mudah menular misal : batuk, pilek,
influenza, diare, penyakit perut
sejenisnya.
9. Penjamah makanan menutup luka
(pada luka terbuka/bisul atau luka
lainnya)
10. Menjaga kebersihan tangan, rambut,
kuku, pakaian.
11. Memakai celemek dan tutup kepala
12. Mencuci tangan setiap kali hendak
menangani makanan
13. Menjamah makanan harus memakai
alat/perlengkapan, atau dengan alas
tangan
14. Tidak sambil merokok, menggaruk
anggota badan (telinga, hidung,
mulut atau bagian lainnya)
15. Tidak batuk dihadapan makanan
jajanan yang disajikan dan atau
tanpa menutup mulut atau hidung
b. Lokasi
16. Lantai selalu bersih, kering, tidak
lembab, dan tidak licin
17. Tempat pengolahan bebas vektor
penyakit (lalat, tikus, dll),
terlindungi dari debu dan
pencemaran
18. Tersedia tempat pembuangan
sampah tertutup, mudah diangkat,
kedap air dan diangkut setiap 24 jam
19. Saluran Pembuanngan Air Limbah
(SPAL) tertutup dan mengalir lancar
20. Tersedia tempat mencuci tangan dan
peralatan
c. Cara Pengolahan
21. Mencuci bahan makanan dengan air
yang bersih dan mengalir
22. Tidak terjadi kerusakan makanan
akibat salah cara pengolahan yang
salah
23. Bahan tambahan makanan yang
digunakan harus sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yg
berlaku.
d. Peralatan Pengolahan
24. Peralatan yang digunakan dalam
keadaan bersih
25. Peralatan dicuci dengan air bersih
yang mengalir dan dengan
menggunakan sabun
26. Peralatan yang sudah dicuci
dieringkan dengan alat pengeering
aau lap yang bersih
27. Peralatan yang sudah bersih
disimpan dalam tempat yang bebas
pencemar
V. Pengangkutan Makanan
32. Tersedianya tempat khusus untuk
mengangkut makanan
33. Makanan yang diangkut dalam
keadaan tertutup atau terbungkus
pada wadah yang bersih
34. Pengangkut makanan berpakaian
bersih
Lampiran II
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
DOKUMENTASI PENELITIAN