Anda di halaman 1dari 136

HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

BAKTERI Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN SERTA


KEJADIAN DIARE PADA KONSUMEN DI SIANTAR SQUARE
KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2016

SKRIPSI

OLEH

NOVITA SARI PAKPAHAN


NIM. 121000319

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN
BAKTERI Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN SERTA
KEJADIAN DIARE PADA KONSUMEN DI SIANTAR SQUARE
KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

NOVITA SARI PAKPAHAN


NIM. 121000319

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap


saat dan berfungsi untuk memelihara proses pertumbuhan tubuh. Pengelolaan
makanan di Siantar Square harus sesuai dengan prinsip higiene sanitasi
pengelolaan makanan. Kebersihan peralatan makan yang kurang baik juga akan
mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangbiakan kuman.
Oleh karena itu, peralatan juga perlu dijaga setiap akan digunakan karena
peralatan makan yang bersih dapat membantu mencegah terjadinya kontaminasi
makanan oleh bakteri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui higiene sanitasi pengelolaan
makanan dan pemeriksaan bakteri Escherichia coli pada peralatan makan serta
kejadian diare pada konsumen di Siantar Square Kota Pematang Siantar.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan melihat higiene sanitasi
pengelolaan makanan pada 24 tempat penjual makanan di Siantar Square dan
dimana sampel penelitian yaitu 24 peralatan makan yaitu 18 piring, 5 gelas dan 1
mangkok serta 24 konsumen di Siantar Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilihan bahan baku pada seluruh
penjual makanan di Siantar Square sudah memenuhi syarat kesehatan. Sedangkan
untuk penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan
makanan, pengangkutan makanan dan penyajian makanan belum memenuhi
syarat kesehatan. Peralatan makan yang terkontaminasi bakteri Escherichia coli
sebanyak 10 sampel (41,7%) yaitu 8 piring, 1 gelas dan 1 mangkok serta yang
tidak terkontaminasi sebanyak 14 sampel (58,3%). Konsumen yang mengalami
kejadian diare sebanyak 2 orang (8,3%).
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada penjual makanan di
Siantar Square agar lebih meningkatkan higiene dan sanitasi pengelolaan
makanan. Selain itu, perlu dilakukan pengawasan, penyuluhan dan pelatihan
pengolahan makanan dan minuman oleh Dinas Kesahatan.

Kata Kunci : Higiene sanitasi , peralatan makan, Escherichia coli, diare

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Food is a basic need of man is needed at all times and serves to


maintain the growth process of the body. Food processing in Siantar Square
should be in accordance with the principles of food hygiene sanitation.
Cleanliness is not good eating utensils will also have an important role in the
growth and proliferation of germs. Therefore, eating utensils also need to be
maintained at all will be used for cutlery clean can help prevent contamination of
food by bacteria.
This study aims to determine hygiene sanitation of food and inspection the
bacteria Escherichia coli on food equipment and the incidence of diarrhea in
consumers Siantar City Square.
This is a descriptive research with a view hygiene sanitation of food at 24
food vendors place in Siantar Square and the sample is 24 food equipment, there
are 18 plates, five cups and one cup as well as 24 consumer in Siantar Square.
The results showed that the selection of raw materials in all food vendors
in Siantar Square already qualified health. As for the storage of foodstuffs, food
processing, food storage, food delivery and presentation of the food has not
complied with health standards. Eating utensils contaminated with bacteria
Escherichia coli as many as 10 samples (41.7%) and non-contaminated as much
as 14 samples (58.3%) as well as consumers who experienced diarrhea incidence
by 2 people (8.3%).
Based on the results of the research are expected to sellers of food in
Siantar Square in order to further improve the hygiene and sanitation of food. In
addition, the necessary supervision, counseling and training food and beverage
processing by the Health Department .

Keywords: hygiene sanitation, eating utensils, Escherichia coli, diarrhea

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Novita Sari Pakpahan

Tempat Lahir : Berangir

Tanggal Lahir : 01 November 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Suku Bangsa : Batak Toba

Nama Ayah : Sahat Martua Pakpahan

Suku Bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : Tierna Hasibuan, S.Pd

Suku Bangsa Ibu : Batak Angkola

Riwayat Pendidikan Formal :

1. TK Arjuna Perkebunan Berangir : 1997 s/d 1999


2. SD Negeri 114620 AFD 1 Perkebunan Berangir: 1999 s/d 2005
3. SMP Negeri 2 NA IX-X : 2005 s/d 2008
4. SMA KALAM KUDUS Pematang Siantar : 2008 s/d 2011
5. Universitas Sumatera Utara : 2012 s/d 2016
Fakultas Kesehatan Masyarakat

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

kasih dan AnugerahNya yang begitu berlimpah sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN

MAKANAN DAN PEMERIKSAAN BAKTERI Escherichia coli PADA

PERALATAN MAKAN SERTA KEJADIAN DIARE PADA KONSUMEN

DI SIANTAR SQUARE KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2016”.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu, pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu, fikiran dan memberikan bimbingan serta arahan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Dra. Nurmaini, MKM. Ph.D selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu dan pikiran dan memberikan bimbingan dalam

menyempurnakan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Penguji I yang telah

meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan kritik dan saran untuk

kesempurnaan skripsi ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan dan

Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk

memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. dr. Muhammad Makmur Sinaga selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan bimbingan selama perkuliahan di FKM USU.

7. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU terutama Departemen Kesehatan

Lingkungan (kak Dian dan Bang Marihot) yang telah banyak membantu saya.

8. Terkhusus dan teristimewa kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Sahat

Martua Pakpahan dan Ibunda Tierna Hasibuan, S.Pd yang telah memberikan

segalanya baik doa, dukungan, moril dan materil dalam menyelesaikan

skripsi ini, juga kepada adik-adikku yang terkasih Mely Pakpahan, Monica

Pakpahan dan Juanda Pakpahan yang senantiasa mendoakan dan memberikan

semangat.

9. Johanes, seluruh asisten dan pegawai Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

10. Direktur Utama Bapak Drs. Setia Siagian dan seluruh staf pegawai PD. Pasar

Horas Jaya Kota Pematangsiantar.

11. Tulang, nantulang dan tobang yang sangat banyak membantu selama

melaksanakan penelitian serta seluruh keluarga besar yang senantiasa

mendukung dalam doa.

12. Sahabat seperjuangan Daniati, Yolanda, Dian, Erista dan hana yang telah

menemaniku dan bersama-sama berjuang di FKM mulai dari semester satu

hingga sekarang dan untuk teman-teman sekampus di FKM yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13. Para sahabat JTL yang jauh dimata tapi sangat dekat di hati yang selalu

mendoakan dan memberikan dukungan.

14. KTB Eleora (Ka Mai, Ka Lidya, Nopa, Ernanda, Leli, Widya dan Daniati)

yang mendokan dan mendukung saya, serta adik-adik kelompok kecil BER

yang terkasih ( Naomi, Desi, Chindy, Vani, Risma dan Nevi ) yang senantiasa

memberikan semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Cewek-cewek sei padang (Fika, Edak Siska, Afni dan Riski) yang telah

banyak membantu dan memberikan dukungan serta semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

16. Teman-teman Kelompok 15 PBL FKM USU 2016 di Bunuraya Baru dan

teman-teman LKP Balai Besar POM Medan yang telah memberikan

dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Koordinasi POMK FKM dan terkhusus Komisi doa (ka tetty, Devi, Mai

Debora, Anna, Desi dan Karen) yang selalu memberikan dukungan dan doa.

Saya menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu, saya mengharapkan kritik dan saran dalam menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, trimakasih.

Medan, Oktober 2016

Penulis

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... i


ABSTRAK ................................................................................................ ii
ABSTRACT .............................................................................................. iii
IDENTITAS MAHASISWA ................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................ 5
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 7


2.1 Pengertian Makanan ................................................................. 7
2.1.1 Makanan Jajanan ............................................................ 7
2.1.2 Jenis Makanan Jajanan ................................................... 8
2.2 Higiene dan Sanitasi Makanan ................................................. 8
2.2.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi Makanan ..................... 8
2.2.2 Tujuan Higiene Sanitasi Makanan ................................. 10
2.3 Prinsip Higiene Makanan ......................................................... 11
2.3.1 Pemilihan Bahan Makanan ............................................. 11
2.3.2 Penyimpanan Bahan Makanan ....................................... 12
2.3.3 Pengolahan Makanan ..................................................... 14
2.3.3.1 Penjamah Makan ................................................ 15
2.3.3.2 Cara Pengolahan Makanan ................................. 16
2.3.3.3 Tempat Pengolahan Makanan ............................ 17
2.3.3.4 Peralatan dalam Pengolahan Makanan .............. 22
2.3.4 Penyimpanan Makanan .................................................. 23
2.3.5 Pengangkutan Makanan ................................................. 25
2.3.6 Penyajian Makanan ........................................................ 26
2.4 Higiene Sanitasi Makanan Jajanan .......................................... 27
2.5 Makanan Sebagai Media Penularan Penyakit .......................... 30
2.6 Penyakit Bawaan Makanan ...................................................... 31
2.7 Pengertian Peralatan Makan ..................................................... 32
2.7.1 Perlindungan Peralatan Makan ....................................... 32
2.7.2 Persyaratan Peralatan Makan .......................................... 33
2.8 Sistem dan Teknik Pencucian Alat Makan dan Minuman ....... 34

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.8.1 Sistem Pencucian ............................................................ 34
2.8.2 Teknik Pencucian ........................................................... 34
2.9 Escherichia coli ........................................................................ 36
2.9.1 Sifat-sifat Escherichia coli ............................................. 36
2.9.2 Klasifikasi Bakteri Escherichia coli ............................... 37
2.9.3 Penyakit yang Disebabkan Escherichia coli .................. 38
2.10 Diare ....................................................................................... 40
2.10.1 Klasifikasi Diare ........................................................... 40
2.10.2 Penyebab Diare ............................................................ 41
2.10.3 Gejala Diare .................................................................. 42
2.11 Kerangka Konsep ................................................................... 43

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 44


3.1 Jenis Penelitian ......................................................................... 44
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 44
3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................ 44
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................. 44
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................ 44
3.3.1 Populasi .......................................................................... 44
3.3.2 Sampel ............................................................................ 45
3.4 Metode Pengmbilan Data ......................................................... 45
3.4.1 Data Primer .................................................................... 45
3.4.2 Data Sekunder ................................................................ 46
3.5 Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 46
3.5.1 Peralatan dan Bahan ....................................................... 46
3.5.2 Teknik Pengambilan Sampel Peralatan Makan .............. 46
3.5.3 Cara Keraja Pemeriksaan bakteri Escherichia coli ........ 47
3.6 Defenisi Operasional ................................................................ 49
3.7 Aspek Pengukuran .................................................................... 52
3.8 Aspek Pengukuran Escherichia coli ......................................... 53
3.9 Analisis Data ............................................................................ 53

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 54


4.1 Deskriptif Lokasi Penelitian ..................................................... 54
4.2 Karakteristik Penjual Makanan Jajanan dan Konsumen .......... 54
4.3 Hasil Penelitian Sanitasi Pengelolaan Makanan ...................... 56
4.3.1 Pemilihan Bahan Makanan ............................................. 56
4.3.2 Penyimpanan Bahan Makanan ....................................... 57
4.3.3 Pengolahan Makanan ..................................................... 58
4.3.4 Penyimpanan Makanan Jadi ........................................... 61
4.3.5 Pengangkutan Makanan .................................................. 62
4.3.6 Penyajian Makanan ........................................................ 62
4.3.7 Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan di Siantar Square 63

4.4 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Peralatan


Makan ....................................................................................... 65
4.5 Kejadian Diare pada Konsumen .............................................. 66

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.6 Tabulasi Silang Kategori Frekuensi Kunjungan Konsumen
dengan Kejadian Diare pada Konsumen ................................. 66
4.7 Tabulasi Silang Kategori Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan
dengan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli ......................... 67
4.8 Tabulasi Silang Kategori Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan
dan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli dengan Kejadian
Diare ......................................................................................... 68

BAB V PEMBAHASAN .......................................................................... 69


5.1 Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan di Siantar Square ....... 69
5.1.1 Pemilihan Bahan Makanan ............................................. 69
5.1.2 Penyimpanan Bahan Makanan ........................................ 70
5.1.3 Pengolahan Makanan ....................................................... 72
5.1.4 Penyimpanan Makanan .................................................... 76
5.1.5 Pengangkutan Makanan ................................................... 77
5.1.6 Penyajian Makanan .......................................................... 78
5.2 Keberadaan Bakteri Escherichia coli pada Peralatan Makan di
Siantar Square Kota Pematang Siantar Tahun 2016 ................. 79
5.3 Kejadian Diare pada Konsumen di Siantar Square Kota
Pematang Siantar Tahun 2016 .................................................. 80
5.4 Tabulasi Silang Kategori Sanitasi Pengelolaan Makanan dengan
Kontaminasi Bakteri Esherichia coli ........................................ 82

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 84


6.1 Kesimpulan ............................................................................... 84
6.2 Saran ......................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Lama Penyimpanan Makanan Jadi atau Masak ................... 25


Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Penjual Makanan Jajanan dan
Konsumen Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan,
Frekuensi Makan, Pekerjaan dan Lama Berdiri Usaha di
Siantar Square Kota Pematang Siantar Tahun 2016 ........... 55
Tabel 4.2 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Pemilihan
Bahan Makanan di Siantar Square Kota Pematang Siantar
Tahun 2016........................................................................... 57
Tabel 4.3 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan
Penyimpanan Bahan Makanan di Siantar Square Kota
Pematang Siantar Tahun 2016.............................................. 57
Tabel 4.4 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Penjamah
Makanan di Siantar Square Kota Pematang Siantar Tahun
2016 ..................................................................................... 58
Tabel 4.5 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Tempat
Pengolahan Makanan di Siantar Square Kota Pematang
Siantar Tahun 2016 .............................................................. 59
Tabel 4.6 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Cara
Pengolahan Makanan di Siantar Square Kota Pematang
Siantar Tahun 2016 .............................................................. 60
Tabel 4.7 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Peralatan
Pengolahan Makanan di Siantar Square Kota Pematang
Siantar Tahun 2016 .............................................................. 60
Tabel 4.8 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan
Penyimpanan Makanan di Siantar Square Kota Pematang
Siantar Tahun 2016 .............................................................. 61
Tabel 4.9 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan
Pengangkutan Makanan Jadi di Siantar Square Kota
Pematang Siantar Tahun 2016 ............................................. 62
Tabel 4.10 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Penyajian
Makanan Jadi di Siantar Square Kota Pematang Siantar
Tahun 2016........................................................................... 63
Tabel 4.11 Hasil Rekapitulasi Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan
di Siantar Square Kota Pematang Siantar Tahun 2016......... 64
Tabel 4.12 Distribusi Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada
Peralatan Makan di Siantar Square Kota Pematang Siantar
Tahun 2016 .......................................................................... 65
Tabel 4.13 Distribusi Hasil Kejadian Diare pada Konsumen di Siantar
Square Kota Pematang Siantar Tahun 2016 ........................ 66

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.14 Tabulasi Silang Kategori Frekuensi Kunjungan Konsumen
dengan Kejadian Diare pada Konsumen ............................. 66
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Kategori Higiene Sanitasi Pengelolaan
Makanan dengan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli .... 67
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Kategori Higiene Sanitasi Pengelolaan
Makanan dan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli dengan
Kejadian Diare pada Konsumen ..................................... 68

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi ............................................................... 89


Lampiran 2. Lembar Kuisioner ............................................................... 93
Lampiran 3. Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003 .................... 94
Lampiran 4. Surat Permohanan Izin Penelitian ....................................... 115
Lampiran 5. Surat keterangan Selesai Penelitian ..................................... 117
Lampiran 6. Lampiran Dokumentasi......................................................... 119

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap

saat. Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan atau

perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi

untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur metabolisme dan berbagai

keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain, juga berperan di dalam

mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2003).

Makanan yang dikonsumsi oleh tubuh manusia harus senantiasa terjamin

kualitasnya agar setiap masyakat sebagai pemakan produk makanan tersebut dapat

terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan serta keracunan akibat makanan

(Depkes, 2003). Untuk mendapatkan makanan yang memenuhi syarat kesehatan,

maka perlu diadakan pengawasan terhadap higiene dan sanitasi makanan

utamanya adalah usaha diperuntukkan untuk umum seperti restoran, rumah

makan, sentra pedagang makanan jajanan ataupun kantin yang mengingat bahwa

makanan dan minuman merupakan media yang potensial dalam penyebaran

penyakit (Depkes RI, 2004).

Makanan jajanan adalah makanan atau minuman yang diolah oleh

pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap

santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasaboga, rumah

makan/restoran dan hotel (Kepmenkes RI No 942/Menkes/SK/VII/2003). Tempat

1xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

penjualan makanan merupakan tempat yang dapat berpotensi sebagai hazard bagi

kesehatan sebab dapat menimbulkan terjadinya penyebaran penyakit (Djaja,

2003).

Kontaminasi pada makanan akan menyebabkan makanan tersebut menjadi

suatu penyakit atau disebut dengan penyakit bawaan makanan (Susanna, 2003).

Penyakit bawaan makanan (foodborne disease) dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor, antara lain kebiasaan mengolah makanan tidak benar, penyimpanan dan

penyajian yang tidak bersih, dan tidak memenuhi persyaratan sanitasi (Chandra,

2006).

Akan tetapi, kontaminasi juga dapat terjadi pada peralatan makan yang

digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Di Indonesia peraturan telah dibuat

dalam bentuk Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011, bahwa untuk

persyaratan peralatan makan dengan angka kuman harus nol (negatif) dan tidak

mengandung bakteri Escherichia coli (negatif).

Peralatan makan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip –

prinsip penyehatan makanan. Setiap peralatan yang bersih belum merupakan

jaminan telah memenuhi syarat kesehatan. Oleh sebab itu, pencucian peralatan

sangat penting diketahui secara mendasar, jika pencucian dilakukan secara baik

maka akan menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat. Menurut Depkes RI

(2003), kebersihan peralatan makan yang kurang baik sangat mempunyai peranan

penting dalam pertumbuhan penyebaran kuman penyakit dan keracunan. Untuk

itu peralatan makanan harus dijaga kebersihannya. Dengan menjaga

kebersihannya berarti telah membantu mencegah pencemaran atau kontaminasi

kuman patogen salah satunya bakteri Escherichia coli”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Dalam persyaratan mikrobiologi Escherichia coli dipilih sebagai indikator

tercemarnya air atau makanan karena keberadaaan bakteri Escherichia coli dalam

sumber air atau makanan merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja

manusia. Adanya bakteri Escherichia coli menunjukkan suatu tanda praktek

sanitasi yang tidak baik karena bakteri Escherichia coli bisa dipindahsebarkan

dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan,

air yang tercemar (Chandra, 2006).

Berdasarkan Laporan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Nasional kasus keracunan tahun 2010 yang disebabkan oleh makanan sebanyak

592 kasus. Data surveilans KLB (Kejadian Luar Biasa) keracunan pangan tahun

2010 terdapat 163 kejadian dan bedasarkan jenis pangannya diketahui jajanan

pangan berkontribusi terhadap kasus keracunan sebesar 13,5% (Suwondo, 2004).

Hasil Penelitian Agustina, dkk (2009) dari 23 pedagang makanan jajanan

terdapat 47,8 % hygiene perseorangnnya pedagang makanan jajanan tidak baik,

65,2 % pedagang memiliki sanitasi peralatan yang tidak baik, 30,4% pedagang

makanan jajanan menyajikan makanan dalam keadaan sanitasi yang tidak baik

dan 47,8% pedagang yang memiliki sarana penjaja yang sanitasinya tidak baik.

Berdasarkan hasil penelitian Hadiansyah, dkk (2013) bahwa ditemukan dari 33

rumah makan di Pasar Pinasungkulan kota Manado terdapat 31 rumah makan

(93,9%) yang positif terdapat bakteri Escherichia coli pada peralatan makan dan

terdapat 2 rumah makan (6,1%) tidak terdapat E.coli (negatif).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2014,

jumlah perkiraan kasus ada sebanyak 294.611 kasus, yang ditemukan dan

ditangani sebanyak 240.303 kasus (81%), sehingga angka kesakitan (IR) diare per

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

1.000 penduduk mencapai 17,45. Capaian ini mengalami kenaikan dari tahun

2013 yaitu 16,80/1.000. Namun capaian ini mengalami penurunan dibandingkan

tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian IR ini jauh di bawah

target program yaitu 214 per 1.000 penduduk. Rendahnya IR dikhawatirkan bukan

merefleksikan menurunnya kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih

dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata (under- reporting cases).

Dan berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2014, jumlah

kasus diare yang ditemukan dan ditangani di Kota Pematang Siantar ada sebanyak

1.289 kasus. Jumlah kasus tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2012 yaitu

1.167 kasus.

Siantar Square merupakan sentral pedagang makanan jajanan yang berada

di kota Pematang Siantar. Berdasarkan survei awal yang sudah dilakukan masih

banyak proses pengolahan makanan yang kurang baik dan tidak memenuhi syarat

kesehatan, konstruksi bangunan yang tidak memenuhi syarat dan lokasi yang

berada di dekat jalan raya sehingga mudah tercemar oleh polusi atau debu ,

higiene sanitasi pejamah makanan yang juga tidak memenuhi syarat seperti tidak

memakai sarung tangan, penutup kepala dan masker saat mengolah makanan serta

pencucian peralatan makanan yang masih kurang baik karena tidak mencuci

peralatan pada air yang mengalir. Apabila air yang digunakan untuk mencuci

peralatan terdapat bakteri seperti bakteri Escherichia coli maka peralatan makan

tersebut sudah mengandung bakteri. Jika peralatan makan yang mengandung

bakteri tersebut digunakan maka akan dapat menyebabkan gangguan kesehatan

kepada konsumen seperti diare.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitan tentang higiene sanitasi pengelolaan makanan dan pemeriksaan bakteri

Escherichia coli pada peralatan makan serta kejadian diare pada konsumen di

Siantar Square Kota Pematang Siantar tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Siantar Square merupakan tempat menjual makanan jajanan yang sering

dikunjungi oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi,

berdasarkan survei awal yang telah dilakukan masih ditemukan pengolahan

makanan yang belum memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat meningkatkan

resiko kontaminasi pada bakteri serta meningkatkan terjadinya kasus diare di kota

tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian mengenai higiene sanitasi

pengelolaan makanan dan pemeriksaan bakteri Echerichia coli pada peralatan

makan serta kejadian diare pada konsumen di Siantar Square Kota Pematang

Siantar tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui higiene sanitasi pengelolaan makanan dan pemeriksaan

bakteri Echerichia coli pada peralatan makan serta kejadian diare pada konsumen

di Siantar Square Kota Pematang Siantar tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui higiene sanitasi pengelolaan makanan di Siantar Square kota

Pematang Siantar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

2. Mengetahui ada atau tidaknya bakteri Escherichia coli pada peralatan

makan di Siantar Square kota Pematang Siantar.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kejadian diare pada konsumen di

Siantar Square kota Pematang Siantar.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberi masukan kepada para pedagang makanan jajanan di Siantar

Square tentang pentingnya higiene sanitasi pengelolaan makanan.

2. Memberi informasi kepada masyarakat agar lebih berhati – hati dalam

membeli makanan jajanan.

3. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melakukan

kegiatan penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Makanan

Menurut WHO, makanan adalah semua substansi yang dibutuhkan oleh

tubuh tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi lain yang digunakan

untuk pengobatan. Definisi Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok

manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain kebutuhan sandang dan

perumahan. Makanan selain mengandung nilai gizi juga merupakan media untuk

dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman terutama makanan yang mudah

membusuk yang mengandung kadar air serta nilai protein yang tinggi.

Kemungkinan lain masuknya atau beradanya bahan-bahan berbahaya seperti

bahan kimia, residu pestisida serta bahan lainnya antara lain debu, tanah, rambut

manusia dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan manusia (Depkes RI,

2004).

2.1.1 Makanan Jajanan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

942/Menkes/SK/VII/2003 tentang pedoman persyaratan higiene sanitasi makanan

jajanan, pengertian makanan jajanan adalah makanan minuman yang diolah oleh

pengrajin makanan ditempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap

santap untuk dijual bagi umum selain yang dijual jasaboga, rumah makan/restoran

dan hotel.

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8

2.1.2 Jenis Makanan Jajanan

Jenis makanan jajanan menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi

(1998) yang dikutip oleh Sitorus (2007) dapat digolongkan menjadi (3) tiga

golongan, yaitu:

1. Makanan jajanan yang berbentuk panganan, misalnya kue-kue kecil,

pisang goreng, kue bugis dan sebagainya.

2. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti pecal, mie bakso,

nasi goreng, mie rebus dan sebagaianya.

3. Makanan jajanan yang berbentuk minuman, seperti ice cream, es campur,

jus buah dan sebagainya.

2.2 Higiene dan Sanitasi Makanan

2.2.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi Makanan

Higiene dan sanitasi merupakan suatu tindakan atau upaya untuk

meningkatkan kebersihan dan kesehatan melalui pemeliharaan dini setiap individu

dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya, agar individu terhindar dari

ancaman kuman penyebab penyakit ( Depkes RI, 1994 ).

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan individu subjeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi

kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang

bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara

keseluruhan.( Depkes RI, 2004 ).

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara kebersihan

lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

keperluan mencuci, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar

sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang

menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan

dan minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu kesehatan, mulai dari

sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,

pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap

untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini

bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah

konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan

pembeli, mengurangi kerusakan atau pemborosan makanan ( WHO, 2007 ).

Langkah penting dalam mewujudkan higiene dan sanitasi makanan

(Depkes, 2007), adalah :

a. Mencapai dan mempertahankan hasil produksi yang sesuai dengan suhu

hidangan (panas atau dingin)

b. Penyajian, penanganan yang layak terhadap penanganan makanan yang

dipersiapkan lebih awal

c. Memasak tepat waktu dan suhu

d. Dilakukan oleh pekerja dan penjamah makanan yang sehat mulai dari

penerimaan hingga distribusi

e. Memantau setiap waktu suhu makanan sebelum dibagikan

f. Inspeksi teratur terhadap bahan makanan mentah dan bumbu-bumbu

sebelum dimasak

g. Panaskan kembali suhu makanan menurut suhu yang tepat (74 ºC)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

h. Menghindari kontaminasi silang antara bahan makanan mentah, makanan

masak melalui orang (tangan), alat makan, dan alat dapur

i. Bersihkan semua permukaan alat/ tempat setelah digunakan untuk

makanan

j. Perhatikan semua hasil makanan yang harus dibeli dari sistem khusus

2.2.2 Tujuan Higiene Sanitasi Makanan

Menurut Prabu (2008) sanitasi makanan bertujuan untuk menjamin

keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit,

mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi

kerusakan/pemborosan makanan. Higiene dan sanitasi makanan adalah upaya

untuk mengendalikan faktor makanan, tempat dan perlengkapannya yang dapat

atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.

Tujuan Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman (Depkes RI, 2007) :

a. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan

konsumen

b. Menurunnya kejadian risiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan

melalui makanan

c. Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan

makanan di institusi.

2.3 Prinsip Higiene Sanitasi Makanan

Menurut Depkes RI (1994) prinsip-prinsip higiene sanitasi makanan antara

lain :

1. Pemilihan bahan makanan

2. Penyimpanan bahan makanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

3. Pengolahan makanan

4. Penyimpanan makanan masak

5. Pengangkutan makanan

6. Penyajian makanan

2.3.1 Pemilihan Bahan Makanan

a. Bahan makanan mentah (segar) yaitu makanan yang perlu pengolahan

sebelum dihidangkan seperti :

1. Daging, susu, telor, ikan/udang, buah dan sayuran harus dalam

keadaan baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan

rasa, serta sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi.

2. Jenis tepung dan biji-bijian harus dalam keadaan baik, tidak berubah

warna, tidak bernoda dan tidak berjamur.

3. Makanan fermentasi yaitu makanan yang diolah dengan bantuan

mikroba seperti ragi atau cendawan, harus dalam keadaan baik,

tercium aroma fermentasi, tidak berubah warna, aroma, rasa serta

tidak bernoda dan tidak berjamur.

b. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dipakai harus memenuhi persyaratan

sesuai peraturan yang berlaku.

c. Makanan olahan pabrik yaitu makanan yang dapat langsung dimakan

tetapi digunakan untuk proses pengolahan makanan lebih lanjut yaitu :

1. Makanan dikemas

a. Mempunyai label dan merek

b. Terdaftar dan mempunyai nomor daftar

c. Kemasan tidak rusak/pecah atau kembung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

d. Belum kadaluwarsa

e. Kemasan digunakan hanya untuk satu kali penggunaan

2. Makanan tidak dikemas

a. Baru dan segar

b. Tidak basi, busuk, rusak atau berjamur

c. Tidak mengandung bahan berbahaya

2.3.2 Penyimpanan Bahan Makanan

Menurut Permenkes RI No.1096/MENKES/PER/VI/2011, bahan makanan

yang digunakan dalam proses produksi baik bahan baku, bahan tambahan maupun

bahan penolong, harus disimpan dengan cara penyimpanan yang baik karena

kesalahan dalam penyimpanan dapat berakibat penurunan mutu dan keamanan

makanan. Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari

kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya

maupun bahan berbahaya. Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan

jenis bahan makanan contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam

lemari pendingin dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan

tidak lembab.

Menurut Kepmenkes RI No.1098/Menkes/SK/VII/2003, mensyaratkan

tersedianya ruang atau gudang untuk menyimpan bahan makanan dan terdapat

sarana untuk penyimpanan bahan makanan dingin. Ada 4 cara penyimpanan

bahan makanan, yaitu:

a. Penyimpanan sejuk (cooling) yaitu penyimpanan pada suhu 10ºC-15ºC untuk

jenis minuman, buah dan sayuran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

b. Penyimpanan dingin (chilling) penyimpanan pada suhu 4ºC-10ºC untuk bahan

makanan berprotein yang akan segera diolah kembali.

c. Penyimpanan dingin sekali (Freeezing), penyimpanan pada suhu 0ºC-4ºC

untuk jenis bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu

sampai 24 jam.

d. Penyimpanan beku (frozen), yaitu penyimpanan pada suhu < 0ºC untuk bahan

makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu > 24 jam.

Syarat-syarat penyimpanan bahan makanan menurut Kepmenkes RI

No.1098/Menkes/SK/VII/2003 adalah:

1. Tempat penyimpanan bahan makanan selalu terpelihara dan dalam

keadaan bersih.

2. Penempatannya terpisah dengan makanan jadi.

3. Penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk setiap jenis bahan

makanan yaitu dalam suhu yang sesuai, ketebalan bahan makanan padat

tidak lebih dari 10 cm dan kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80-

90%.

4. Bila bahan makanan disimpan di gudang, cara penyimpanannya tidak

menempel pada langit-langit, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Jarak makanan dengan lantai 15 cm.

b. Jarak makanan dengan dinding 5 cm.

c. Jarak makanan dengan langit-langit 60 cm.

5. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak

sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Bahan makanan yang disimpan lebih dahulu digunakan dahulu (antri),

sedangkan bahan makanan yang masuk belakangan terakhir dikeluarkan.

Sedangkan menurut Depkes RI (2004) dalam penyimpanan bahan makanan hal-

hal yang diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan

memenuhi syarat.

2. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga mudah untuk

mengambilnya, tidak menjadi tempat bersarang/bersembunyi serangga dan

tikus, tidak mudah membusuk dan rusak, dan untuk bahan-bahan yang mudah

membusuk harus disediakan tempat penyimpanan dingin.

3. Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan untuk

riwayat keluar masuk barang dengan sistem FIFO (First In First Out).

2.3.3 Pengolahan Makanan

Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah

menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang

mengikuti prinsip-prinsip higiene sanitasi. Dalam hal ini persyaratan untuk tenaga

pengolah makanan dan peralatan pada proses pengolahannya harus diperhatikan

(Depkes RI, 2004).

Menurut Kusmayadi (2008) menyatakan bahwa dalam proses pengolahan

makanan, harus memenuhi persyaratan higiene sanitasi terutama menjaga

kebersihan peralatan masak yang digunakan, tempat pengolahan atau disebut

dapur serta kebersihan penjamah makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

2.3.3.1 Penjamah Makanan

Penjamah makanan adalah seorang tenaga kerja yang menjamah makanan

mulai dari persiapan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun dalam

penyajian makanan. Pengetahuan, sikap dan tindakan seorang penjamah

mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan penjamah yang sedang sakit flu,

demam atau diare sebaiknya tidak dilibatkan dahulu dalam proses pengolahan

makanan. Jika terjadi luka penjamah harus menutup luka dengan pelindung kedap

air misalnya : plester atau sarung tangan plastik (Kusmayadi, 2008).

Berdasarkan Kepmenkes RI No.1098/Menkes/Per/VII/2003 tentang syarat

penjamah makanan yaitu :

1. Bahwa setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja harus

memakai :

a. Celemek/apron

b. Tutup rambut

c. Sepatu dapur

d. Berperilaku :

1. Tidak merokok

2. Tidak makan atau mengunyah

3. Tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawin yang tidak berhias

4. Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk

keperluannya

5. Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari

kamar kecil

6. Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

7. Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai diluar

tempat kerja.

2. Tenaga pengolah makanan harus memiliki sertifikat vaksinasi chotypa dan

buku kesehatan yang berlaku.

2.3.3.2 Cara Pengolahan Makanan

Cara pengolahan makanan harus baik seperti menggunakan air yang bersih

dalam setiap pengolahan, penjamah makanan mencuci tangan setiap kali hendak

menjamah makanan, serta penjamah tidak bersentuhan langsung dengan makanan

tetapi menggunakan peralatan seperti penjepit makanan. Menurut Depkes RI

(2000), syarat- syarat proses pengolahan makanan adalah:

a. Jenis bahan yang digunakan, baik bahan tambahan maupun bahan

penolong serta persyaratan mutunya.

b. Jumlah bahan untuk satu kali pengolahan

c. Tahap-tahap proses pengolahan

d. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama proses pengolahan

dengan mengingat faktor waktu, suhu, kelembaban, tekanan dan

sebagainya, sehingga tidak mengakibatkan, pembusukan, kerusakan dan

pencemaran.

2.3.3.3 Tempat Pengolahan Makanan

Tempat pengolahan makanan, dimana makanan diolah sehingga menjadi

makanan jadi biasanya disebut dengan dapur, menurut Depkes RI (1994) yang

perlu diperhatikan kebersihan tempat pengolahan tersebut serta tersedianya air

bersih yang cukup.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

Menurut Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 persyaratan

tempat pengolahan makanan terdiri dari :

1. Lantai yang memenuhi persyaratan kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air,rata, tidak licin

dan mudah dibersihkan

b. Semua sudut-sudut antara lantai dan dinding harus melengkung bulat

dengan jari-jari tidak kurang dari 7,62 cm dari lantai dan tidak boleh

membuat sudut mati.

c. Lantai harus selalu dalam keadaan bersih, terpelihara sebelum dan

sesudah melakukan pekerjaan.

2. Dinding yang memenuhi persyaratan kesehatan :

a. Permukaan dalam dinding harus rata, tidak menyerap dan mudah

dibersihkan.

b. Kontruksi dinding tidak boleh di buat rangkap.

c. Dinding yang selalu menerima kelembaban atau percikan air harus rapat

air dan atau dilapisi dengan perselen setinggi 2 m dari lantai

3. Atap dan langit-langit yang sesuai dengan persyaratan kesehatan adalah :

a. Atap terbuat dari bahan rapat air dan tidak bocor.

b. Mudah dibersihkan.

c. Tinggi langit – langit sekurang – kurangnya 2,4 meter.

4. Penerangan atau pencahayaan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan

adalah :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

a. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan

pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan

ruang.

b. Di setiap ruangan kerja seperti gudang, dapur, tempat cuci peralatan dan

tempat pencuci tangan, intensitas pencahayaan sedikitnya 10 foot candle.

c. Pencahayaan/penerangan harus tidak menyilaukan dan tersebar merata

sehingga sedapat mungkin tidak menimbulkan bayangan yang nyata.

5. Ventilasi yang dianjurkan adalah harus cukup mencegah udara yang

melampaui batas, mencegah pengembunan dan pembentukan kelembaban

pada dinding serta bau tidak sedap.

6. Pintu yang dianjurkan adalah

a. Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan.

b. Pintu dapat ditutup dengan baik dan membuka ke arah luar.

c. Setiap bagian bawah pintu setinggi 36 cm dilapisi logam.

d. Jarak antara pintu dan lantai tidak lebih dari 1 cm.

7. Harus ada persediaan air yang cukup untuk memenuhui syarat – syarat

kesehatan

8. Harus ada tempat sampah yang memenuhi persyaratan kesehatan

a. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat.

Mempunyai tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa – sisa

bahan makanan dan makanan jadi yang cepat membusuk.

b. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah

yang dihasilkan pada setiap tempat kegiatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

c. Tersedianya pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah

d. Sampah sudah harus dibuang dalam waktu 24 jam dari rumah makan dan

restoran

e. Disediakan tempat pengumpul sementara yang terlindung dari serangga,

tikus dan hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh

kendaraan pengangkut sampah.

9. Harus ada pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan.

10. Tersedia tempat pencuci tangan dan alat – alat dapur

11. Perlindungan dari serangga dan tikus.

12. Barang – barang yang mungkin dapat menimbulkan bahaya tidak

diperbolehkan disimpan di dapur, seperti racun hama, peledak, dan lain – lain.

13. Tersedia alat pemadam kebakaran.

Untuk persyaratan dapur, ruang makan, dan gudang makanan adalah sebagai

berikut :

a Dapur

1. Luas dapur sekurang – kurangnya 40% dari ruang makan atau 27%

dari luas bangunan

2. Permukaan lantai dibuat cukup landai kearah saluran pembuangan air

limbah

3. Permukaan langit – langit harus menutup seluruh atap ruang dapur,

permukaan rata, berwarna terang dan mudah dibersihkan.

4. Penghawaan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas maupun

bau – bauan/exhauster yang dipasang setinggi 2 (dua) meter dari lantai

dan kapasitasnya disesuaikan dengan luas dapur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

5. Tungku dapur dilengkapi dengan sungkup asap (hood), alat perangkap

asap, cerobong asap, saringan dan saluran serta pengumpul lemak.

6. Semua tungku terletak dibawah sungkup asap (hood).

7. Pintu yang berhubungan dengan halaman luar dibuat rangkap, dengan

pintu bagian luar membuka ke arah luar.

8. Daun pintu bagian dalam dilengkapi dengan alat pencegah masuknya

serangga yang dapat menutup sendiri.

9. Ruangan dapur terdiri dari :

1) Tempat pencucian peralatan

2) Tempat penyimpanan bahan makanan

3) Tempat pengolahan

4) Tempat persiapan

5) Tempat administrasi

10. Intensitas pencahayaan alam maupun buatan minimal 10 foot candle

(fc).

11. Pertukaran udara sekurang – kurangnya 15 kali per jam untuk

menjamin kenyamanan kerja didapur, menghilangkan asap dan debu.

12. Ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.

13. Udara didapur tidak boleh mengandung angka kuman lebih dari

5juta/gram

14. Tersedianya sedikitnya meja peracikan, peralatan, lemari/fasilitas

penyimpanan dingin, rak – rak peralatan, bak – bak pencucian yang

berfungsi dan terpelihara dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

15. Harus dipasang tulisan “cucilah tangan anda sebelum menjamah

makanan dan peralatan” di tempat yang mudah dilihat.

16. Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban/WC,

peturasan/urinoir kamar mandi dan tempat tinggal.

b. Ruang makan

1. Setiap kursi tersedia ruangan minimal 0,85 m2 .

2. Pintu yang berhubungan dengan halaman dibuat rangkap, pintu bagian

luar membuka ke arah luar.

3. Meja, kursi dan taplak meja harus dalam keadaan bersih.

4. Tempat untuk menyediakan/peragaan makanan jadi harus dibuat

fasilitas khusus yang menjamin tidak tercemarnya makanan.

5. Rumah makan dan restoran yang tidak mempunyai dinding harus

terhindar dari pencemaran

6. Tidak boleh mengandung gas – gas beracun sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

7. Tidak boleh mengandung angka kuman lebih dari 5 juta/gram.

8. Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban/WC,

peturasan/urinoir, kamar mandi dan tempat tinggal.

9. Harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.

10. Lantai, dinding dan langit – langit harus selalu bersih, warna terang

11. Perlengkapan set kursi harus bersih

12. Perlengkapan set kursi tidak boleh mengandung kutu busuk/kepinding

dan serangga pengganggu lainnya.

c. Gudang bahan makanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

1. Jumlah bahan makanan yang disimpan disesuaikan dengan ukuran

gudang.

2. Gudang bahan makanan tidak boleh untuk menyimpan bahan lain

selain makanan.

3. Pencahayaan gudang minimal 4 foot candle pada bidang setinggi lutut.

4. Gudang dilengkapi dengan rak – rak tempat penyimpanan makanan.

5. Gudang dilengkapi dengan ventilasi yang menjamin sirkulasi udara.

6. Gudang harus dilengkapi dengan pelindung serangga dan tikus.

2.3.3.4 Peralatan dalam Pengolahan Makanan

Menurut Permenkes RI No.1096/MENKES/PER/VI/2011, peralatan

pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan kesehatan sebagai berikut :

1. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan

zat beracun yang melebihi ambang batas sehingga membahayakan kesehatan.

2. Peralatan pengolahan makanan tidak boleh rusak, gompel, retak, dan tidak

menimbulkan pencemaran terhadap makanan.

3. Permukaan peralatan yang kontak langsung dengan makanan harus conus

atau ada sudut mati, rata, halus, dan mudah dibersihkan.

4. Peralatan pengolahan makanan dalam keadaan bersih sebelum digunakan.

5. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak

boleh mengandung Escherichia.coli

6. Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan yaitu pencucian

peralatan harus menggunakan sabun atau detergent, serta dibebas hamakan

sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm dan air panas 800 C.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

2.3.4 Penyimpanan Makanan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpan makanan (Depkes,

2004) :

a. Makanan yang disimpan harus diberi tutup

b. Tersedia tempat khusus untuk menyimpan makanan

c. Makanan tidak boleh disimpan dekat dengan saluran air

d. Apabila disimpan diruangan terbuka hendaknya tidak lebih dari 6 jam dan

ditutup agar terhindar dari serangga dan binatang lain

e. Lemari penyimpanan sebaiknya tertutup dan tidak berada tanpa kaki

penyangga atau dipojok ruangan karena tikus, kecoa, dan hewan lainnya

akan sangat mudah untuk menjangkaunya.

f. Terlindungi dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan

lainnya. Dalam penyimpanan makanan jadi harus memperhatikan suhu

sebagai berikut :

1) Makanan kering disimpan dalam suhu kamar (25 – 30º C)

2) Makanan basah harus segera disajikan pada suhu diatas 60ºC.

3) Makanan basah yang masih lama disajikan disimpan pada suhu

dibawah 10ºC. Untuk mencegah pertumbuhan bakteri, usahakanlah

makanan selalu berada pada suhu dimana bakteri tidak tumbuh yaitu

di bawah 10ºC atau diatas 60ºC. Suhu 10 – 60º C sangat berbahaya,

maka disebut danger zone.

Menurut Permenkes Permenkes RI No.1096/MENKES/PER/VI/2011,

penyimpanan makanan jadi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

1. Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau,

berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemaran lain.

2. Memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang berlaku.

a. Angka kuman E. coli pada makanan harus 0/gr contoh makanan.

b. Angka kuman E. coli pada minuman harus 0/gr contoh minuman

c. Disimpan dalam ruangan tertutup dan bersuhu dingin (10°-18°C).

3. Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida, tidak boleh melebihi

ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku.

4. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first

expired first out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan terlebih dahulu dan

yang mendekati masa kedaluwarsa dikonsumsi lebih dahulu.

5. Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis makanan

jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi berventilasi

yang dapat mengeluarkan uap air.

6. Makanan jadi tidak dicampur dengan bahan makanan mentah.

7. Penyimpanan makanan jadi harus memperhatikan suhu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Lama Penyimpanan Makanan Jadi atau Masak

No Jenis Makanan Suhu Penyimpanan


Disajikan Dalam Akan Segera Belum Segera
Waktu Lama Disajikan Disaikan
0 0
1 Makanan Kering 25 s/d 30 C
2 Makanan Basah (berkuah) >600C - 100 C
Makanan Cepat Basi
3 - 100C -50 s/d -10C
(santan, telur, susu)
4 Makanan Disajikan Dingin 50 s/d 100C <100C
Sumber: Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

2.3.5 Pengangkutan Makanan

Menurut Depkes RI (2000) Makanan perlu diperhatikan dalam cara

pengangkutannya, yaitu sebagai berikut :

1. Makanan jadi tidak diangkut bersama dengan bahan makanan mentah

2. Makanan diangkut dalam wadah tertutup sendiri-sendiri

3. Pengisian wadah tidak sampai penuh agar tersedia udara untuk ruang

gerak

4. Penempatan wadah dalam kendaraan harus tidak saling mencemari atau

menumpahi.

5. Alat pengangkut yang tertutup khusus dan permukaan dalamnya mudah

dibersihkan

2.3.6 Penyajian Makanan

Menurut Kepmenkes RI No.1098/Menkes/SK/VII/2003, persyaratan

penyajian makanan adalah sebagai berikut :

1. Harus terhindar dari pencemaran.

2. Peralatan untuk penyajian harus terjaga kebersihannya.

3. Harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan yang bersih.

4. Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian yang bersih.

5. Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. di tempat yang bersih.

b. Meja ditutup dengan kain putih atau plastik

c. Asbak tempat abu rokok setiap saat dibersihkan

d. Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5 menit

sudah dicuci.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Prinsip penyajian makanan harus memperhatikan (Depkes, 2005) :

1. Prinsip pewadahan yaitu setiap jenis makanan ditempatkan dalam

2. wadah yang terpisah dan memiliki tutup untuk mencegah terjadinya

kontaminasi silang.

3. Prinsip kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi baru

dicampur menjelang penyajian untuk menghindari makanan cepat basi.

4. Prinsip edible part yaitu setiap bahan yang disajikan merupakan bahan yang

dapat dimakan hal ini bertujuan untuk menghindari kecelakaan salah makan.

5. Prinsip pemisah yaitu makanan yang disajikan dalam dus harus tetap terpisah

satu sama lain.

6. Prinsip panas yaitu penyajian makanan yang harus disajikan dalam keadaan

panas. Hal ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan

meningkatkan selera makan.

7. Prinsip bersih yaitu setiap wadah yang digunakan harus dalam keadaan bersih

dan baik.

8. Prinsip handling yaitu setiap penanganan makanan tidak boleh kontak

langsung dengan anggota tubuh.

2.4 Higiene Sanitasi Makanan Jajanan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

942/Menkes/SK/VII/2003 tentang pedoman persyaratan higiene sanitasi makanan

jajanan adalah sebagai berikut:

1. Penjamah Makanan

Penjamah makanan jajanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

a. Tidak menderita penyakit mudah menular, misalnya: batuk, pilek,

influenza, diare, penyakit perut sejenisnya

b. Menutup luka (pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya)

c. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian

d. Memakai celemek dan tutup kepala

e. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan

f. Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan alas

tangan

g. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut

atau bagian lainnya)

h. Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan dan

atau tanpa menutup mulut atau hidung.

2. Peralatan

Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk sekali

pakai. Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan

jajanan harus memenuhi persyaratan hygiene sanitasi sebagai berikut:

a. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun

b. Lalu dikeringkan dengan alat pengering/lap yang bersih

c. Kemudian peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan di tempat yang

bebas pencemaran.

3. Air, Bahan Makanan, Bahan Tambahan dan Penyajian

a. Air

Air yang digunakan dalam penanganan makanan jajanan harus air yang

memenuhi standar dan Persyaratan Higiene Sanitasi yang berlaku bagi air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

bersih atau air minum. Air bersih yang digunakan untuk membuat

minuman harus dimasak sampai mendidih.

b. Bahan Makanan dan Bahan Tambahan Makanan

1. Semua bahan yang akan diolah menjadi makanan jajanan harus dalam

keadaan baik mutunya, segar dan tidak busuk, sedangkan semua

bahan olahan dalam kemasan yang diolah menjadi makanan jajanan

harus bahan olahan yang terdaftar di Departemen Kesehatan, tidak

kadaluwarsa, tidak cacat atau tidak rusak.

2. Bahan tambahan makanan yang digunakan dalam mengolah makanan

jajanan harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

3. Bahan makanan dan bahan tambahan makanan jajanan siap saji harus

disimpan terpisah.

4. Bahan makanan yang cepat rusak atau cepat membusuk harus

disimpan dalam wadah terpisah.

c. Penyajian

Makanan jajanan yang disajikan harus dengan tempat/alat perlengkapan

yang bersih dan aman bagi kesehatan serta memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

1. Makanan jajanan yang dijajakan harus dalam keadaan terbungkus dan

atau tertutup

2. Pembungkus yang digunakan dan atau tutup makanan jajanan harus

dalam keadaan bersih, tidak mencemari makanan dan pembungkus

dilarang ditiup.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

3. Makanan jajanan yang diangkut, harus dalam keadaan tertutup atau

terbungkus dan dalam wadah yang bersih

4. Makanan jajanan yang diangkut harus dalam wadah yang terpisah

dengan bahan mentah sehingga terlindung dari pencemaran

5. Makanan jajanan yang siap disajikan dan telah lebih dari enam jam

apabila masih dalam keadaan baik harus diolah kembali sebelum

disajikan.

6. Sarana Penjaja Kontruksi sarana penjaja harus dibuat sedemikian rupa

sehingga dapat melindungi makanan dari pencemaran dan harus

memenuhi persyaratan yaitu antara lain:

a. Mudah dibersihkan

b. Tersedia tempat untuk:

1. Air bersih

2. Penyimpanan bahan makanan

3. Penyimpanan makanan jadi/siap disajikan

4. Penyimpanan peralatan

5. Tempat cuci (alat, tangan, bahan makanan)

6. Tempat sampah

7. Makanan yang dijajakan harus terhindar dari debu dan

pencemaran.

2.5 Makanan Sebagai Media Penularan Penyakit

Menurut Sihite (2000) dalam hubungannya dengan penyakit, akan dapat

berperan sebagai :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

1. Agen

Makanan dapat berperan sebagai agent penyakit, contohnya : jamur seperti

Aspergillus yaitu spesies dari genus Aspergillus diketahui terdapat

dimanamana dan hampir dapat tumbuh pada semua substrat, fungi ini akan

tumbuh pada buah busuk, sayuran, biji-bijian, roti dan bahan pangan

lainnya.

2. Vehicle

Makanan juga dapat sebagai pembawa (vehicle) penyebab penyakit,

seperti : bahan kimia atau parasit yang ikut termakan bersama makanan

dan juga beberapa mikroorganisme yang pathogen, serta bahan radioaktif.

Makanan tersebut dicemari oleh zat-zat diatas atau zat-zat yang

membahayakan kehidupan.

3. Media

Makanan sebagai media penyebab penyakit, misalnya kontaminasi yang

jumlahnya kecil, jika dibiarkan berada dalam makanan dengan suhu dan

waktu yang cukup, maka bisa menyebabkan wabah yang serius.

2.6 Penyakit Bawaan Makanan

Menurut Depkes RI (2000), penyakit bawaan makanan adalah penyakit

yang pada umumnya menunjukkan gangguan pada saluran pencernaan yang

ditandai dengan gejala mual, perut mulas, diare, kadang-kadang muntah. Hal ini

disebabkan oleh karena mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung

bakteri ganas dalam jumlah yang cukup banyak, racun bakteri atau bahan kimia

berbahaya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Penyakit akibat makanan dapat digolongkan menjadi 2(dua), yaitu

(Purnawijayanti, 2001) :

1. Infeksi

Penyakit ini disebabkan karena di dalam makanan terdapat

mikroorganisme pathogen sehingga dapat menimbulkan gangguan

kesehatan seperti cholera, disentri, typhus abdominalis. Penyakit ini

disebabkan karena:

a. Makanan diolah oleh petugas pengolah makanan yang sebelumnya

pernah terkena atau sedang menderita penyakit tertentu (carrier).

b. Makanan yang kotor karena sudah terkontaminasi atau terjamakh oleh

tikus atau serangga lain.

c. Cara memasak yang kurang baik atau sempurna.

2. Keracunan

Terjadi apabila di dalam makanan terdapat racun, baik racun kimia

maupun racun intoksikulasi (racun yang ada dalam makanan tersebut).

2.7 Pengertian Peralatan Makan

Peralatan makan adalah peralatan yang digunakan untuk menyediakan,

menyajikan, dan memakan makanan (Wikipedia, 2010).

2.7.1 Perlindungan Peralatan Makan

Perlindungan peralatan makan dimulai dari keadaan bahan. Bahan yang

baik adalah bahan yang tidak larut dalam makanan, mudah dicuci, dan aman

untuk digunakan. Peralatan utuh, aman, dan kuat, peralatan yang sudah retak, atau

pecah selain dapat menimbulkan kecelakaan juga menjadi sumber pengumpulan

kotoran karena tidak akan dapat tercuci sempurna.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan dalam pengumpulan data alat usap

makanan oleh Kepmenkes Nomor.1098/Menkes/SK/VII/2003 yang disajikan

dalam persyaratan peralatan makanan bahwa tidak boleh bakteri lebih dari 100

koloni/cm² permukaan alat dan tidak mengandung E.coli.

2.7.2 Persyaratan Peralatan Makan

1. Peralatan tidak rusak,retak dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap

makanan.

2. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut

mati, rata halus dan mudah dibersihkan.

3. Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.

4. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak

boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak

boleh mengandung E.coli.

5. Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan :

a. Pencucian peralatan harus menggunakan sabun atau deterjen, air

dingin,air panas sampai bersih.

b. Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, air

panas 80°C selama 2 menit.

6. Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat

sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau buatan dan tidak

boleh dilap dengan kain.

7. Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam

keadaan kering dan bersih, ruang penyimpanan peralatan tidak lembab,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

terlindung dari sumber pengotoran/kontaminasi binatang perusak (Depkes

RI,2003)

2.8 Sistem dan Teknik Pencucian Alat Makan dan Minuman

2.8.1 Sistem Pencucian

Menurut Anwar (1990), Three Comporment Sink yaitu suatu alat pencuci

yang terdiri atas 3 bilik atau 3 bak, masing-masing bak mempunyai fungsi sebagai

berikut :

1. Bak I : Disebut bak pencuci ( wash)

2. Bak II : Disebut bak pembilas ( rinse)

3. Bak III : Disebut bak pembilas terakhir ( final rinse atau desinfektan)

Lengkapnya maka Three Comporment Sink terdiri atas bagian-bagiannya

sebagai berikut :

1. Prepartion Table ( meja persiapan untuk mengumpulkan piring yang kotor

dan yang akan dicuci.

2. Three Comporment Sink ( alat pencuci tiga bak)

3. Drip board

Yaitu meja penuntas. Disini alat-alat makan dituntaskan dan dikeringkan

dengan udara ( air dried), dilarang dikeringkan dengan lap.

4. Rak Penyimpan

Setelah alat-alat makan tersebut kering barulah dibersihkan dengan lap

bersih dan disimpan (Anwar,1990).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

2.8.2 Teknik Pencucian

Menurut Depkes RI (2006), teknik pencucian yang benar akan

memberikan hasil pencucian yang sehat dan aman. Tahapan-tahapan pencucian

yang perlu diikuti agar hasil pencucian sehat dan aman sebagai berikut :

1. Scraping (membuang sisa kotoran), yaitu memisahkan kotoran dan sisa-sisa

makanan yang terdapat pada peralatan yang akan dicuci, seperti sisa makanan

diatas piring,gelas,sendok,garpu dan lain-lain. Kotoran tersebut dikumpulkan

di tempat sampah (kantong plastik) selanjutnya diikat dan dibuang di tempat

yang kedap air.

2. Flusing (merendam dalam air ), yaitu mengguyur air ke peralatan yang akan

dicuci sehingga terendam seluruh permukaan peralatan.

3. Washing ( mencuci dengan deterjen ), yaitu mencuci peralatan dengan cara

menggosok dan melarutkan sisa makanan dengan zat pencuci atau deterjen.

Deterjen yang baik yaitu terdiri dari deterjen cair atau bubuk, karena deterjen

sangat mudah larut dalam air, sehingga sedikit kemungkinan membekas pada

alat yang dicuci.

4. Rinsing ( membilas dengan air bersih ), yaitu mencuci peralatan yang telah

digosok deterjen sampai bersih dengan cara dibilas dengan air bersih. Setiap

peralatan yang dibersihkan dibilas dengan cara menggosok-gosok dengan

tangan sampai terasa kesat, tidak licin.

5. Sanitizing/Desinfection (membebashamakan), yaitu membebashamakan

peralatan setelah proses pencucian. Peralatan yang selesai dicuci perlu

dijamin aman dari mikroba dengan cara desinfeksi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

6. Towelling (Mengeringkan), yaitu mengusap kain lap bersih atau

mengeringkan dengan menggunakan kain atau handuk dengan maksud untuk

menghilangkan sisa-sisa kotoran yang mungkin masih menempel sebagai

akibat proses pencucian seperti noda deterjen, noda klor dan sebagainya.

Towelling ini dapat dilakukan dengan syarat bahwa lap yang digunakan harus

steril serta sering diganti. Penggunaan lap yang baik adalah yang sekali pakai.

2.9 Escherichia coli

Escherichia coli atau biasa disingkat Bakteri Escherichia coli adalah salah

satu spesies utama bakteri gram negatif umumnya merupakan flora normal saluran

pencernaan manusia dan hewan. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh

Theodor Escherich ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah

kesehatan, seperti diare,muntaber dan masalah pencernaan lainnya.(Pelczar,2005).

Escherichia coli terdapat secara normal dalam alat-alat pencernaan

manusia dan hewan. Walaupun bakteri secara normal hidup disaluran pencernaan,

tetapi dapat bersifat enteropatagenetic, memberikan pertumbuhan yang serius

atau infeksi yang fatal pada beberapa bagian di dalam tubuh (Suryawirya, 2005).

2.9.1 Sifat-sifat Echerichia coli

Escherichia coli merupakan flora komersal yang paling banyak pada usus

manusia dan hewan. Dapat berubah menjadi oportunis pathogen bila hidup di luar

usus yaitu lokasi normal tempatnya berada dan dapat menyebabkan infeksi

salurah kemih, saluran empedu, infeksi luka dan masitis pada sapi (Supardi,

1999).

Menurut WHO (2005), bakteri Escherichia coli adalah salah satu bakteri

indikator untuk menilai pelaksanaan sanitasi makanan. Bakteri merupakan salah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

satu zat pencemar yang potensial dalam kerusakan makanan dan minuman. Pada

suhu dan lingkungan yang cocok, satu bakteri akan berkembang biak lebih dari

500.000 sel dalam 7 jam dan dalam 9 jam telah berkembang menjadi 2.000.000

(dua juta) sel, dalam 12 jam sudah menjadi 1.000.000.000 (satu milyar) sel.

Bakteri Escherichia coli tidak bisa bertahan pada tempat yang kering dan kena

pembasmi hama, dan akan mati pada suhu 60 0 C selama 30 menit. Bila dilihat

dibawah mikroskop maka kumpulan Escherichia coli berwarna merah, sedangkan

secara makroskopik terlihat kilau metalik disekitar media (Depkes RI, 1991).

Bakteri Escherichia coli tumbuh pada suhu antara 10°-40°C,dengan suhu

optimum 37°C. pH optimum untuk pertumbuhannya adalah pada 7,0-7,5, pH

minimum pada 4,0 dan maksimum pada 9,0. Bakteri ini relatif sangat sensitif

terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi makanan atau

selama pemasakan makanan. Sehingga untuk mencegah pertumbuhan bakteri

pada makanan, sebaiknya disimpan pada suhu rendah (Jawetz DKK, 2003).

2.9.2 Klasifikasi Bakteri Escherichia coli

1. Entero pathogenic Escherichia coli ( EPEC)

EPEC penyebab penting diare pada bayi, khususnya di negara

berkembang dan tidak membahayakan pada sebagian orang dewasa. EPEC

melekat pada sel mukosa usus kecil. Akibat dari infeksi EPEC adalah diare

cair. Masa inkubasinya 1-6 hari dengan rata-rata 12-36 jam. Gejala yang dapat

ditimbulkan apabila terinfeksi Escherichia coli jenis ini antara lain : muntah,

diare, sakit perut, dan demam (Arisman, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

2. Escherichia coli Enterotoksigenik (ETEC)

ETEC penyebab utama traveller’s diarrhea dan infantile di negara

berkembang (miskin). Diare pada kasus ini berupa watery diarrhea, dengan

gradasi keparahan berkisar dari ringan sampai parah. Masa inkubasinya 1-3

hari dengan rata-rata 10-12 jam. Gejala yang dapat ditimbulkan apabila

terinfeksi Escherichia coli jenis ini antara lain : diare (tanpa demam hingga

diare berat yang mirip dengan kolera namun tanpa darah-lendir), kram perut,

muntah, berlanjut sebagai dehidrasi dan syok (Arisman, 2009).

3. Escherichia coli Enteroinvasif (EIEC)

Escherichia coli enteroinvasif (EIEC) dapat menginvasi sel-sel epitel

mukosa usus sehingga menyebabkan terjadinya wat, disentri, demam, muntah,

kram dan nyeri perut hebat serta tinja kerap mengandung darah (Arisman,

2009).

4. Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC)

Bakteri ini hidup dalam daging mentah. Bentuk diare sangat berat dan

dengan sindroma uremia hemolitik, suatu penyakit akibat ginjal akut, anemia

hemoltik mikriangiopatik, dan trombositopenia. Banyak kasus colitis

hemoragik dan komplikasinya dapat dicegah dengan memasak daging sapi

sampai matang (Hawley, 2003).

5. Escherichia coli Enteroagregatif (EAEC)

Menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat sedang

berkembang. Bakteri ini ditandai dengan pola khas pelekatannya pada mukosa

intestinal dan menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin. Akibatnya adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

kerusakan mukosa, pengeluaran sejumlah besar mucus dan terjadinya diare

(Hawley, 2003).

2.9.3 Penyakit yang Disebabkan Escherichia coli

Bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya epidemic penyakit – penyakit

saluran pencernaan makanan, seperti, kolera, typus, disentri, diare, dan penyakit

cacing. Bibit penyakit ini berasal dari faeces manusia yang menderita penyakit –

penyakit tersebut. Indikator yang menunjukkan bahwa air rumah tangga sudah

dikotori faeces adalah dengan adanya Escherichia coli dalam air tersebut, karena

dalam faeces manusia, baik sakit maupun sehat terdapat bakteri.

Escherichia coli dapat juga menimbulkan pneumonia, endokarditis, infeksi

pada luka dan abses pada berbagai organ. Bakteri ini juga merupakan penyebab

utama meningitis pada bayi yang baru lahir dan penyebab infeksi tractus urinarius

(pyelonephritis cysticis) pada manusia yang dirawat dirumah sakit (infeksi

nasokomial). Pencegahan infeksi bakteri ini dilakukan dengan perawatan yang

sebaik – baiknya di rumah sakit, antara lain : pemakaian antibiotik secara tepat,

tindakan antiseptik secara benar.

Penyakit yang dapat timbul akibat terjadinya pencemaran bakteri

Escherichia coli adalah :

1. Diare

Escherichia coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan

diseluruh dunia. Escherichia coli ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat – sifat

virulensinya dan setiap grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang

berbeda. Gejala diare adalah tinja encer dengan frekuensi empat kali atau lebih

dalam sehari, yang kadang – kadang disertai dengan muntah, badan lesu atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

lemah, panas, tidak nafsu makan, serta darah dan lendir dalam faeces. Diare bisa

menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (natrium dan kalium), sehingga

bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.

2. Infeksi saluran kemih

Penyebab yang paling lazim infeksi saluran kemih dan merupakan

penyebab infeksi saluran kemih pertama kira – kira 90 % wanita muda. Gejala

yang ditimbulkan yaitu : sering kencing, disuria, hematuria, dan piuria.

Kebanyakan infeksi ini disebabkan oleh Escherichia coli dengan sejumlah tipe

antigen O.

3. Sepsis

Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, Escherichia coli dapat

memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir dapat

sangat rentan terhadap sepsis Escherichia coli karena tidak memiliki antibodi

IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih.

4. Meningitis

Escherichia coli merupakan salah satu penyebab utama meningitis pada

bayi. Escherichia coli dari kasus meningitis ini mempunyai antigen. Antigen ini

bereaksi silang dengan polisakarida simpai golongan B dari N meningitidis.

2.10 Diare

Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan

bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan

bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali atau lebih dari 1 hari

(Pusat Informasi Penyakit Infeksi 2007). Diare adala defekasi encer lebih dari tiga

kali sehari dengan/tanpa darah dan/lendir dalam tinja (Mansjoer, 2000).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

2.10.1 Klasifikasi Diare

Diare dibedakan menjadi dua, yaitu (Suharyono, 2008) :

1. Diare akut

Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak

normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan

bersifat mendadak datangnya, dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2

minggu. Perubahan yang terjadi pada diare akut adalah kehilangan cairan,

hipoglikemia, perubahan keseimbangan asam basa, gangguan sekresi, dan

gangguan gizi.

2. Diare kronik

Diare kronik atau diare berulang adalah suatu keadaan meningkatnya

frekuensi buang air besar yang dapat berlangsung berminggu-minggu atau

berbulan-bulan baik secara terus menerus atau berulang, dapat berupa gejala

fungsional akibat suatu penyakit berat. Diare kronik dapat di sebabkan

karena infeksi dan juga dapat ditimbulkan oleh adanya alergi protein,

enteropati sensitive gluten, defisiensi imun dan penyakit hati.

2.10.2 Penyebab Diare

Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti virus

dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal terjadi dengan mekanisme

berikut.

a. Melalui air

Air yang merupakan media penularan utama diare. Diare dapat terjadi bila

seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik yang

tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

rumah, atau tercemar pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah

terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang

tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

b. Melalui tinja yang terinfeksi.

Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah

besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang

tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare

kepada orang yang memakannya(Widoyono, 2008).

2.10.3 Gejala Diare

Gejala yang ditimbulkan akibat diare adalah (Depkes RI, 1994) :

1. Diare tanpa dehidrasi : mata normal dan air mata ada, keadaan

umum baik dan sadar, tidak merasa haus, mulut dan lidah basah.

2. Diare dengan dehidrasi ringan: mencret 3 kali sehari atau lebih,

kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sedikit, nafsu makan

kurang, aktivitas menurun, mata cekung, mulut dan lidah kering,

gelisah dan mengantuk, nadi lebih cepat dari normal, dan ubun-

ubun cekung.

3. Diare dengan dehidrasi berat: mencretnya terus menerus, muntah

lebih sering, terasa sangat haus, tidak kencing, tidak ada nafsu

makan, mata sangat cekung, mulut sangat kering, nafas sangat

cepat dan dalam, nadi sangat cepat, lemah dan tidak teraba, ubun-

ubun sangat cekung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

2.11 Kerangka Konsep


Higiene Sanitasi Pengelolaan
Makanan di Lingkungan
Siantar Square Kota
Pematang Siantar Memenuhi
1. Pemilihan Bahan Syarat
Makanan Kepmenkes
2. Penyimpanan Bahan RI No.942/
Makanan MENKES/SK/
3. Pengolahan Makanan VII/2003
4. Penyimpanan Makanan
5. Pengangkutan Makanan Tidak
6. Penyajian makanan Memenuhi
Syarat

Ada Kejadian
E.coli Diare
Keberadaan bakteri
Escherichia coli pada Pemeriksaan
peralatan makan Laboratorium
Tidak
Ada
E.coli

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan survei bersifat deskriptif untuk melihat

higiene sanitasi dan pemeriksaan bakteri Escherichia coli pada peralatan makan

serta kejadian diare pada konsumen di Siantar Square kota Pematang Siantar

tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Siantar Square kota Pematang Siantar. Alasan

memilih Siantar Square tempat penelitian karena :

1. Belum pernah dilakukan penelitian tentang gambaran hiegie sanitasi dan

pemeriksaan bakteri Escherichia coli pada peralatan makan serta kejadian

diare pada konsumen di Siantar Square.

2. Lokasi tempat penjualan makanan berdekatan dengan jalan raya sehingga

muda terkontaminasi.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2016 – Oktober 2016

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tempat penjual makanan

jajanan sate, mie goreng, nasi goreng, bakso dan jus buah di Siantar Square yang

berjumlah 24 tempat.

43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel ada dua, sampel yang pertama adalah peralatan

makan yang digunakan sebagai wadah makanan jajanan. Terdapat 24 tempat

penjual makanan jajanan di Siantar Square yang dijadikan sampel yaitu terdiri

dari 9 penjual mie goreng, 7 penjual nasi goreng, 5 penjual jus buah, 2 penjual

sate dan 1 penjual bakso. Masing – masing tempat diambil satu sampel yaitu

piring atau gelas ataupun mangkok dengan total 24 sampel yang kemudian usapan

peralatan makan dibawa dan diteliti keberadaan bakteri Escherichia coli.

Pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Sampel yang kedua adalah konsumen di Siantar Square. Pengambilan

sampel dilakukan secara purposif sampling, yaitu konsumen yang sudah 2 kali

atau lebih makan atau minum di Siantar Square setiap bulan dalam waktu satu

tahun terakhir dan berusia >15 tahun. Jumlah sampel yang diambil adalah 24

sampel.

3.4 Metode Pengambilan Data

3.4.1 Data Primer

Diperoleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi untuk melihat

higiene sanitasi makanan dan uji laboraturium untuk melihat keberadaan bakteri

Escherichia coli serta lembar kuesioner untuk melihat kejadian diare pada

konsumen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

3.4.2 Data Sekunder

Diperoleh dari kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian


ini.

3.5 Pelaksanaan Penelitian

3.5.1 Peralatan dan Bahan

a. Alat yang diperlukan

1. Box, pembawa sampel

2. Buku tulis

3. Kapas

4. Lampu spritus

5. Pinset

6. Sarung tangan steril

7. Spidol

8. Selotip

9. Tabung Reaksi

b. Bahan

1. Media transport cairan NaCl 0,85 % dalam botol

2. Aquades

3.5.2 Teknik Pengambilan Sampel Peralatan Makan

1. Persiapkan sarung tangan yang steril untuk mengambil sampel

2. Alat makan yang akan diperiksa masing-masing diambil dari tempat

penyimpanan sebelum disajikan untuk konsumen atau setelah proses

pencucian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

3. Persiapkan kapas steril, kemudian diambil dan dicelupkan ke dalam

botol berisi NaCl 0,85 % yang steril kedalamnya dengan

menggunakan pinset.

4. Kapas steril dalam botol di tekan ke dinding botol untuk membuang

airnya, baru diangkat dan diusapkan pada setiap alat-alat yang akan

diusap.

5. Permukaan tempat alat makan yang diusap yaitu piring permukaan

dalam tempat makanan diletakkan.

6. Cara melakukan usapan pada piring dengan 3 (tiga) usapan pada

permukaan tempat makan secara melingkar

7. Cara melakukan usapan pada piring dengan mengusap seluruh bagian

permukaan dalam.

8. Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 (tiga) kali berturut-

turut, dan satu kapas digunakan untuk satu piring yang diperiksa.

9. Setelah semua kelompok alat makan diusap, kapas dimasukkan ke

dalam tabung reaksi dan bibir botol dipanaskan dengan api spritus

baru ditutup sekerupnya.

10. Sampel disimpan di dalam lemari es. Kemudian untuk membawa ke

medan sampel dimasukan ke dalam coldbox.

11. Sampel diberi label dan etiket (tanggal, nomor) dan segera dikirim ke

laboraturium untuk diperiksa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

3.5.3 Cara Kerja Pemeriksaan bakteri Eschericia coli

a. Bahan

1. Aquades

2. Endo Agar

3. Larutan Bouillon

4. Nutrient Agar

5. PCA

b. Alat

1. Autoklaf

2. Gelas ukur

3. Inkubator

4. Lampu Bunsen

5. Ose Cincin

6. Petridish

7. Pipet

8. Rak Tabung

9. Tabung glass

10. Timbangan Analis

c. Cara Kerja

a. Penimbangan PCA dan endo agar dengan ukuran 1 plat sampel 15

ml, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam gelas ukur

yang diisi aquades sebanyak 15 ml, lalu dilarutkan masing-masing

secara terpisah hingga homogen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

b. Setelah homogen larutkan PCA dan larutan endo agar di pindahkan

ke dalam tabung glass dan ditutup rapat dengan kapas, kemudian

dimasukkan ke dalam autoklaf selama 2 jam setelah itu diangkat

dan dibiarkan hangat kuku.

c. Diambil 1 ml dari sampel dengan menggunakan pipet dan

dituangkan ke petridish yang sudah steril. Kemudian ditambahkan

PCA yang steril sebanyak masing-masing 15 ml ( dilakukan

dengan cara yang sama untuk sampel berikutnya), lalu petridish

digoyangkan sampai merata dan petridish dimasukkan ke dalam

inkubator dengan suhu 37°C selama 2x24 jam.

d. Sebaliknya dengan media endo agar dituangkan ke dalam petridish

lalu dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Di ambil ose cincin

lalu dibakar diatas api bunsen tunggu sampai dingin, kemudian

diambil 2 atau 3 koloni pada nutrient agar lalu dimasukkan ke

dalam inkubator 37°C selama 15 menit.

e. Setelah 15 menit diambil kembali ose cincin lalu dibakar diatas api

Bunsen sehingga dingin, kemudian dicelupkan ke dalam larutan

Bouillon ( laktosa) lalu ose cincin digoreskan diatas media endo

agar yang steril secara zigzag. Kemudian endo agar dimasukkan ke

dalam incubator 37°C selama 24-28 jam.

f. Pertumbuhan koloni diamati. Bila kolini berwarna merah metalik

dan bentuk koloninya bulat cembung serta dikelilingi oleh warna

kemerahan positif. Jika terlihat terang dan tidak berwarna serta di

sekitar koloni berwarna merah muda berarti negatif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

3.6 Defenisi Operasional

1. Higiene sanitasi pengelolaan makanan adalah upaya menjaga kebersihan

dan keamanan makanan yang berbentuk kegiatan dan tindakan yang perlu

untuk dapat membebaskan makanan yang dapat menimbulkan penyakit

atau gangguan kesehatan.

2. Higiene pengelolaan makanan jajanan adalah upaya menjaga kebersihan

dan keamanan makanan jajanan yang berbentuk kegiatan dan tindakan

yang perlu untuk dapat membebaskan makanan yang dapat menimbulkan

penyakit atau gangguan kesehatan oleh pengrajin makanan dan atau

ditempat penjualan.

3. Pemilihan bahan makanan pemilihan bahan makanan yang masih segar,

tidak berbau, tidak rusak, dan diperoleh dari sumber yang diawasi oleh

pemerintah.

4. Penyimpanan bahan makanan adalah penyimpanan makanan yang akan

digunakan pada tempat yang aman dan sehingga tidak terjangkau tikus,

serangga, serta binatang pengganggu lainnya.

5. Pengolahan makanan adalah proses pengolahan bahan makanan menjadi

makanan jadi.

6. Penyimpanan makanan adalah menaruh makanan yang sudah siap saji

pada tempat yang tidak tercemar debu, tertutup, tidak dapat dijangkau

tikus, serangga, dan binatang pengganggu lainnya.

7. Pengangkutan makanan adalah memindahkan makanan dari tempat

pengolahan ke tempat penyajian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

8. Penyajian makanan adalah menghidangkan makanan siap santap kepada

konsumen dengan menggunakan peralatan bersih dan penyaji berpakaian

bersih

9. Lokasi dan bangunan adalah letak dan bentuk dari suatu bangunan

makanan jajanan.

10. Fasilitas sanitasi adalah sarana fisik, bangunan yang digunakan untuk

memelihara kualitas lingkungan tempat makanan jajanan dan

mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang dapat merugikan kesehatan

manusia anatara lain air bersih, jamban, peturasan, saluran limbah, tempat

sampah, tempat cuci tangan, kamar mandi dan peralatan kebersihan.

11. Persyaratan higiene sanitasi pengelolaan makanan jajanan adalah syarat-

syarat yang harus terpenuhi sesuai dengan higiene sanitasi makanan

jajanan menurut Kepmenkes RI No. 942/ MENKES/SK/VII/2003.

12. Memenuhi syarat adalah keadaan dimana hasil observasi sesuai dengan

standar yang ditetapkan menurut Kepmenkes RI No. 942/

MENKES/SK/VII/2003.

13. Tidak memenuhi syarat adalah keadaan dimana hasil observasi sesuai

dengan standar yang ditetapkan menurut Kepmenkes RI No. 942/

MENKES/SK/VII/2003.

14. Pemeriksaan Laboratorium adalah suatu kegiatan mengenai pemeriksaan

sampel Escherichia coli yang dilakukan di laboratorium dengan

mengambil peralatan makan yang diambil ditempat penyimpanan dan di

ambil sampelnya dengan menggunakan metode usap selanjutnya sampel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

dibawa ke laboraturium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

15. Peralatan makan adalah wadah makanan jajanan yang dipergunakan

sebagai objek pemeriksaan keberadaan bakteri Escherichia coli di Siantar

Square.

16. Angka bakteri Escherichia coli dalam Kepmenkes Nomor 1098

Menkes/SK/VII/2003, bahwa untuk persyaratan peralatan makan dengan

angka total kuman nol (negatif) dan tidak mengandung bakteri Escherichia

coli (negatif).

17. Kejadian Diare adalah adanya keluhan suatu penyakit dengan tanda-tanda

adanya perubahan bentuk dari tinja dengan kandungan air yang berlebihan

dan bertambah frekuensi buang air besar lebih dari 3 atau lebih dalam 1

hari.

3.7 Aspek Pengukuran

1. Aspek Pengukuran Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan

Pengukuran menggunakan lembar observasi yang sesuai dengan

Kepmenkes RI No. 942/ MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan

Higiene Sanitasi Makanan Jajanan. Aspek pengukuran higiene dan sanitasi

pengelolaan makanan di Siantar Square meliputi pemilian bahan makanan,

penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan,

pengangkutan makanan dan penyajian makanan dengan mengisi lembar observasi

berupa pertanyaan yang menyajikan 2 jawaban “YA” dan “TIDAK”, yaitu:

1. Jika jawaban YA merupakan jawaban sesuai dengan ketentuan

Kepmenkes RI No. 942/ MENKES/SK/VII/2003.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

2. Jika jawaban TIDAK merupakan jawaban tidak sesuai dengan

ketentuan Kepmenkes RI No. 942/ MENKES/SK/VII/2003.

2. Aspek Pengukuran Kejadian Diare

Menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada konsumen yang sudah dua

kali atau lebih makan di Siantar Square setiap bulan dalam satu tahun terakhir.

Konsumen yang mengalami kejadian diare yaitu konsumen yang mengalami

perubahan bentuk dari tinja dengan kandungan air yang berlebihan dan buang air

besar lebih dari 3 kali sehari setelah satu atau beberapa hari makan di Siantar

Square.

3.8 Aspek pengukuran Escherichia coli

Untuk melihat keberadaan bakteri Escherichia coli pada peralatan makan

yang telah mengalami proses pencucian dan pengeringan akan dilakukan uji

laboratorium berdasarkan 1098 Menkes/SK/VII/2003, bahwa untuk persyaratan

peralatan makan dengan angka total kuman 0 (negatif) dan tidak mengandung

bakteri Escherichia coli (negatif).

3.9 Analisis Data

Data yang diperolah dari hasil observasi higiene dan sanitasi makanan

dengan menggunakan lembar observasi, hasil kuesioner pada konsumen dengan

menggunakan lembar kuesioner dan hasil uji laboraturium akan diolah dengan

secara manual dengan menggunakan distribusi frekuensi untuk mengetahui

gambaran terhadap variabel yang diteliti.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

BAB IV

HASIL

4.1 Deskriptif Lokasi Penelitian

Kota Pematangsiantar terletak pada garis 2° 53' 20" - 3° 01' 00" Lintang

Utara dan 99° 1'00" - 99° 6' 35" Bujur Timur, berada di tengah-tengah wilayah

Kabupaten Simalungun. Luas daratan Kota Pematangsiantar adalah 79,971 Km²

terletak 400-500 meter di atas permukaan laut. Wilayah Kota Pematangsiantar

terdiri dari delapan kecamatan dan lima puluh tiga kelurahan.

Siantar Square berada di kecamatan Siantar Utara kelurahan Dwikora

tepatnya berada di sepanjang jalan vihara kota pematang siantar. Siantar Square

terletak di sebelah kanan rumah sakit umum Djasamen Saragih Pematang siantar.

Jalan Vihara berada diantara jalan Sutomo dan jalan Pane.

4.2 Karakteristik Penjual Makanan Jajanan dan Konsumen

Karaterisrik Penjual makanan jajanan dan konsumen di Siantar Square

kota Pematang Siantar berdasarkan frekuensi makan di Siantar Square, umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan lama berdiri usaha dapat dilihat pada

tabel 4.1 berikut :

53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Penjual makanan dan Konsumen


Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Frekuensi
Makan, Pekerjaan dan lama berdiri Usaha di Siantar Square
Kota Pematang Siantar Tahun 2016
Karakteristik Penjual Makanan Konsumen
No. Persen Persen
Umur Jumlah Jumlah
(%) (%)
1 15-30 tahun 6 25 10 41.7
2 31-45 tahun 9 37.5 10 41.7
3 >45 tahun 9 37.5 4 16.6
Total 24 100 24 100
Jenis Kelamin
1 Laki-laki 15 62.5 3 12.5
2 Perempuan 9 37.5 21 87.5
Total 24 100 24 100
Pendidikan
1 SD 1 4.17 0 0
2 SMP 2 8.33 2 8.3
3 SMA 20 83.33 18 75
4 Diploma/Sarjana/Master 1 4.17 4 16.7
Total 24 100 24 100
Frekuensi Konsumen
makan/minum di Siantar
Square (perbulan)
1 2 kali - - 14 58.3
2 3-4 kali - - 6 25
3 ≥ 5kali - - 4 16.7
Total - - 24 100
Pekerjaan
1 Pelajar/Mahasiswa - - 19 79.2
2 Ibu Runah Tangga - - 2 8.3
3 Wiraswasta - - 2 8.3
4 Pegawai - - 1 4.2
Total - - 24 100
Lama Berdiri Usaha
1 <1 tahun 1 4.2 - -
2 2 tahun 1 4.2 - -
3 3 tahun 1 4.2 - -
4 4 tahun 2 8.3 - -
5 5 tahun 5 20.8 - -
6 >6 tahun 14 58.3 - -
Total 24 100 - -

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa penjual makanan di Siantar Square yang

paling banyak berumur 31-45 tahun dan >45 tahun masing-masing berjumlah 9

orang. Penjual makanan yang paling banyak adalah berjenis kelamin laki-laki

sebanyak (62,5%), pendidikan terakhir paling banyak adalah pendidikan

terakhir SMA sebanyak 20 orang (83,33%) dan penjual makanan dengan usaha

yang paling lama berdiri selama lebih dari 6 tahun sebanyak 14 orang (58,3%)

serta berdasarkan tabel diperoleh bahwa frekuensi paling banyak konsumen

makan atau minum di Siantar Square adalah sebanyak dua kali (58,3%), golongan

umur dari konsumen yang paling banyak berusia antara 15-30 tahun dan 31-45

tahun (41,7%) masing-masing berjumlah 10 orang. Jenis kelamin konsumen

yang lebih banyak adalah perempuan sebanyak 21 orang (87.5%), pendidikan

dari konsumen paling banyak dengan jumlah 18 orang (75%) berpendidikan

SMA dan pekerjaan dari konsumen yang paling banyak adalah seorang

pelajar/mahasiswa dengan jumlah 19 orang (79.2%).

4.3 Hasil Penelitian Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti terhadap 24

tempat penjual makanan jajanan di Siantar Square kota Pematang Siantar,

diperoleh gambaran higiene sanitasi pengelolaan makanan yang disajikan dalam

bentuk tabel distribusi.

4.3.1 Pemilihan Bahan Makanan

Hasil observasi penelitian terhadap 24 penjual makanan jajanan

berdasarkan pemilihan bahan makanan disajikan dalam tabel 4.2 berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Tabel 4.2 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Pemilihan


Bahan Makanan di Siantar Square Kota Pematang Siantar
Tahun 2016
No. Kriteria Penilaian Ya (%) Tidak (%)
1 Bahan makanan dalam
24 100 0 0
keadaan baik mutunya
2 Bahan makanan yang
digunakan dalam keadaan 24 100 0 0
segar dan tidak busuk
3 Bahan makanan diperoleh dari
tempat penjualan yang diawasi
24 100 0 0
oleh pemerintah dan tidak cacat
atau tidak rusak.

Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh bahwa semua penjual makanan jajanan

telah memenuhi syarat kesehatan untuk semua kriteria pada pemilihan bahan

makanan.

4.3.2 Penyimpanan Bahan Makanan

Hasil observasi penelitian terhadap 24 penjual makanan jajanan

berdasarkan penyimpanan bahan makanan disajikan dalam tabel 4.3 berikut :

Tabel 4. 3 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan


Penyimpanan Bahan Makanan di Siantar Square Kota
Pematang Siantar Tahun 2016
No. Kriteria Penilaian Ya (%) Tidak (%)
1 Tempat penyimpanan bahan
makanan dalam keadaan bersih dan 18 75 6 25
kedap air
2 Tempat penyimpanan bahan
18 75 6 25
makanan tertutup
3 Bahan makanan terhindar dari
12 50 12 50
serangga dan vektor penyakit
4 Wadah penyimpanan bahan
makanan terpisah dari makanan 24 100 0 0
jadi

Berdasarkan Tabel 4.3 Diperoleh bahwa hanya 18 penjual makanan

jajanan (75%) yang menggunakan tempat penyimpanan bahan baku makanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

dalam keadaan bersih dan kedap air serta bahan baku makanan terhindar dari

serangga dan vektor penyakit. Selain itu terdiri dari 50% penjual makanan

jajanan menggunakan tempat penyimpanan bahan baku makanan tertutup

namun seluruh wadah penyimpanan bahan makanan terpisah dari makanan jadi.

4.3.3 Pengolahan Makanan

Hasil observasi penelitian terhadap 24 tempat penjual makanan jajanan

berdasarkan penjamah makanan, tempat pengolahan, cara pengolahan dan

peralatan pengolahan disajikan dalam tabel-tabel berikut :

Tabel 4. 4 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Penjamah


Makanan di Siantar Square Kota Pematang Siantar Tahun
2016
No. Kriteria Penilaian Ya (%) Tidak (%)
1 Tidak menderita penyakit mudah
menular misalnya batuk, pilek, influenza, 24 100 0 0
diare, penyakit perut sejenisnya
2 Menutup luka (pada luka terbuka/ bisul
24 100 0 0
atau luka lainnya)
3 Menjaga kebersihan tangan, rambut,
12 50 12 50
kuku dan pakaian
4 Memakai celemek dan penutup kepala 0 0 24 100
5 Mencuci tangan setiap kali hendak
18 75 6 25
menangani makanan
6 Menjamah makanan harus memakai
alat/perlengkapan, atau dengan alas 3 12.5 21 87.5
tangan
7 Tidak sambil merokok, menggaruk
anggota badan (telinga, hidung, mulut 18 75 6 25
atau bagian lainnya)
8 Tidak batuk atau bersin di hadapan
makanan jajanan yang disajikan dan atau 21 87.5 3 12.5
tanpa menutup mulut atau hidung

Berdasarkan Tabel 4.4 diperoleh bahwa seluruh penjamah makanan tidak

memakai celemek serta penutup kepala. Terdiri dari 50% penjamah makanan

yang menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian. Kurang dari 50%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

penjamah makanan sambil merokok, menggaruk (telinga, hidung, mulut atau

bagian lainnya), batuk atau bersin di hadapan makanan yang disajikan dan atau

tanpa penutup mulut atau hidung, menggunakan perhiasan saat mengolah

makanan dan bercakap-cakap saat mengolah makanan namun sebanyak 87,5%

penjamah makanan tidak memakai alat/perlengkapan, atau dengan alas tangan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penjamah makanan di Siantar Square

seluruhnya belum memenuhi syarat kesehatan.

Tabel 4.5 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Tempat


Pengolahan Makanan di Siantar Square Kota Pematang
Siantar Tahun 2016
No. Kriteria Penilaian Ya (%) Tidak (%)
1 Lantai selalu bersih, kering, tidak
24 100 0 0
lembab dan tidak licin
2 Tempat pengolahan bebas vektor
penyakit (lalat, tikus, dll),
0 0 24 100
terlindungi dari debu dan
pencemaran
3 Tersedia tempat pembuangan
sampah tertutup, mudah diangkat, 9 37.5 15 62.5
kedap air dan diangkut setiap 24 jam
4 Saluran Pembuangan Air Limbah
24 100 0 0
(SPAL) tertutup dan mengalir lancar
5 Tersedia tempat mencuci tangan dan
24 100 0 0
peralatan

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh bahwa seluruh tempat pengolahan

makanan tidak bebas dari vektor penyakit (lalat, tikus, dll) terlindungi dari debu

dan pencemaran. Selain itu terdapat 62,5% tempat pengolahan makanan yang

tidak tersedia tempat pembuangan sampah tertutup, mudah diangkat, kedap air

dan diangkut setiap 24 jam. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tempat

pengolahan makanan secara keseluruhan belum memenuhi syarat kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Tabel 4.6 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Cara


Pengolahan Makanan di Siantar Square Kota Pematang
Siantar Tahun 2016
No. Kriteria Penilaian Ya (%) Tidak (%)
1 Mencuci bahan makanan dengan
24 100 0 0
air bersih dan mengalir
2 Tidak terjadi kerusakan-kerusakan
makanan sebagai akibat cara 24 100 0 0
pengolahan yang salah
3 Menggunakan bahan tambahan
makanan sesuai dengan ketentuan 19 79.2 5 20.8
perundang-undangan yang berlaku

Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh bahwa hanya 79.2% penjual makanan

menggunakan bahan tambahan makanan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku. Berdasarkan hasil penelitian cara pengolahan makanan di

Siantar Square belum seluruhnya memenuhi syarat kesehatan.

Tabel 4.7 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Peralatan


Pengolahan Makanan di Siantar Square Kota Pematang
Siantar Tahun 2016
No. Kriteria Penilaian Ya (%) Tidak (%)
1 Peralatan yang digunakan harus
24 100 0 0
dalam keadaan bersih
2 Peralatan yang sudah dipakai
dicuci dengan air bersih dan 14 58.3 10 41.7
dengan sabun
3 Peralatan yang dicuci bersih lalu
dikeringkan dengan alat 6 25 18 75
pengering/lap yang bersih
4 Peralatan yang sudah bersih
disimpan di tempat yang bebas 6 25 18 75
pencemaran.

Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh bahwa lebih dari 50% penjual makanan

yang mencuci peralatan yang sudah dipakai dengan air bersih dan dengan sabun.

Namun, kurang dari 50% penjual makanan mengeringkan peralatan yang sudah

dicuci bersih dengan alat pengering/ lap yang bersih dan menyimpan peralatan di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

tempat yang bebas pencemaran. Berdasarkan hasil penelitian, peralatan

pengolahan makanan di Siantar Square belum seluruhnya memenuhi syarat

kesehatan.

4.3.4 Penyimpanan Makanan Jadi

Hasil observasi penelitian terhadap 24 penjual makanan jajanan

berdasarkan penyimpanan makanan jadi disajikan dalam tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan


Penyimpanan Makanan di Siantar Square Kota Pematang
Siantar Tahun 2016
No. Kriteria Penilaian Ya (%) Tidak (%)
1 Tersedia tempat khusus untuk
18 75 6 25
menyimpan makanan
2 Tempat penyimpanan dalam
18 75 6 25
keadaan bersih
3 Tempat tertutup dengan baik 12 50 12 50
4 Terhindar dari pencemaran dan
6 25 18 75
binatang pengganggu

Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh bahwa terdiri dari 75% penjual makanan

menyimpan makanan pada tempat khusus dan tempat tersebebut dalam keadaan

bersih. Selain itu, terdiri dari 50% penjual makanan mempunyai tempat

penyimpan makanan yang tertutup namun hanya 25% saja tempat penyimpanan

makanan terhindar dari pencemaran makanan dan binatang pengganggu.

4.3.5 Pengangkutan Makanan

Hasil observasi penelitian terhadap 24 penjual makanan jajanan

berdasarkan pengangkutan makanan disajikan dalam tabel 4.9 berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

Tabel 4.9 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan


Pengangkutan Makanan Jadi di Siantar Square Kota
Pematang Siantar Tahun 2016
No. Kriteria Penilaian Ya (%) Tidak (%)
1 Tersedianya tempat khusus untuk
0 0 24 100
mengangkut makanan
2 Makanan yang diangkut dalam
keadaan tertutup atau terbungkus 0 0 24 100
pada wadah yang bersih
3 Pengangkut makanan berpakaian
24 100 0 0
bersih
Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh bahwa seluruh makanan yang diangkut

tidak menggunakan tempat khusus dan tidak diangkut dalam keadaan tertutup atau

terbungkus pada wadah yang bersih namun seluruh pengangkut makanan

berpakaian bersih.

4.3.6 Penyajian Makanan

Hasil observasi penelitian terhadap 24 penjual makanan jajanan

berdasarkan penyajian makanan disajikan dalam tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Penyajian


Makanan Jadi di Siantar Square Kota Pematang Siantar
Tahun 2016
No. Kriteria Penilaian Ya (%) Tidak (%)
1 Penyaji makanan berpakaian bersih
24 100 0 0
dan rapi
2 Penyaji tidak dapat kontak
langsung dengan makanan
(menggunakan sarung tangan, 6 25 18 75
plastik, penjepit makanan atau
sendok)
3 Penyaji makanan menggunakan
menutup kepala atau menata
6 25 18 75
rambut dengan rapi dan memakai
celemek
4 Makanan disajikan di tempat yang
bersih, aman dan terhindar dari 6 25 18 75
pencemar
5 Wadah penyajian harus besih dan
18 75 6 25
kering

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh bahwa seluruh penyaji makanan selalu

berpakaian rapi dan bersih. Namun, hanya 25% penyaji tidak kontak langsung

dengan makanan (tanpa menggunakan sarung tangan, plastik, penjepit makanan

atau sendok) serta menggunakan menutup kepala atau menata rambut dengan rapi

dan memakai celemek, juga makanan yang disajikan di tempat yang bersih, aman

dan terhindar dari pencemar. Selain itu hanya sebanyak 75% wadah penyajian

yang bersih dan kering.

4.3.7 Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan di Siantar Square

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti terhadap 24

penjual makanan jajanan di Siantar Square kota Pematang Siantar Tahun 2016

dapat diketahui sejauh mana penerapan higiene sanitasi dalam pengelolaan

makanan yang disajikan dalam tabel 4.11 berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Tabel 4.11 Hasil Rekapitulasi Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan di


Siantar Square Kota Pematang Siantar Tahun 2016

Prinsip Higiene Sanitasi Makanan yang


Penjual Makanan
No. Memenuhi Syarat (%)
Jajanan
I II III IV V VI
1 Sate MS TMS TMS TMS TMS TMS
2 Jus MS TMS TMS TMS TMS TMS
3 Mie goreng MS TMS TMS TMS TMS TMS
4 Nasi goreng MS MS TMS TMS TMS TMS
5 Mie goreng MS TMS TMS TMS TMS TMS
6 Nasi goreng MS MS TMS TMS TMS TMS
7 Mie goreng MS MS TMS TMS TMS TMS
8 Nasi goreng MS TMS TMS TMS TMS TMS
9 Sate MS TMS TMS TMS TMS TMS
10 Mie goreng MS TMS TMS TMS TMS TMS
11 Nasi goreng MS TMS TMS TMS TMS TMS
12 Mie goreng MS TMS TMS TMS TMS TMS
13 Nasi goreng MS MS TMS TMS TMS MS
14 Mie goreng MS TMS TMS TMS TMS TMS
15 Mie goreng MS TMS TMS TMS TMS TMS
16 Nasi goreng MS MS TMS TMS TMS TMS
17 Jus MS TMS TMS TMS TMS TMS
18 Mie goreng MS MS TMS TMS TMS TMS
19 Jus MS TMS TMS TMS TMS TMS
20 Bakso MS TMS TMS TMS TMS TMS
21 Jus MS TMS TMS TMS TMS TMS
22 Mie goreng MS TMS TMS TMS TMS TMS
23 Jus MS TMS TMS TMS TMS TMS
24 Nasi goreng MS TMS TMS TMS TMS TMS
*MS = Memenuhi Syarat
*TMS = Tidak Memenuhi Syarat

Berdasarkan hasil observasi pada Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa seluruh

tempat penjualan makanan di Siantar Square belum memenuhi syarat kesehatan

dalam higiene sanitasi pengelolaan makanan. Prinsip higiene sanitasi yang

memenuhi syarat kesehatan hanya prinsip yang I yaitu pemilihan bahan baku.

Pada prinsip yang II yaitu penyimpanan bahan baku hanya ada 6 tempat yang

memenuhi syarat kesehatan, lalu pada prinsip yang III, IV dan V yaitu pengolahan

makanan, penyimpanan makanan jadi dan pengangkutan makanan belum ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

yang memenuhi syarat kesehatan dan prinsip yang IV yaitu penyajian makanan

hanya ada 1 tempat yang memenuhi syarat kesehatan.

4.4 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Peralatan Makan

Hasil pemeriksaan bakteri Escherichia coli terhadap 24 peralatan makan di

Siantar Square disajikan dalam tabel 4.12 berikut :

Tabel 4.12 Distribusi Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada


Peralatan Makan di Siantar Square Kota Pematang Siantar
Tahun 2016

Penjual Makanan Keberadaan


No. Sampel
Jajanan Escherichia coli
1 Sate Piring Negatif
2 Jus Gelas Negatif
3 Mie goreng Piring Positif
4 Nasi goreng Piring Negatif
5 Mie goreng Piring Negatif
6 Nasi goreng Piring Negatif
7 Mie goreng Piring Negatif
8 Nasi goreng Piring Positif
9 Sate Piring Positif
10 Mie goreng Piring Positif
11 Nasi goreng Piring Negatif
12 Mie goreng Piring Positif
13 Nasi goreng Piring Negatif
14 Mie goreng Piring Negatif
15 Mie goreng Piring Positif
16 Nasi goreng Piring Negatif
17 Jus Gelas Negatif
18 Mie goreng Piring Negatif
19 Jus Gelas Positif
20 Bakso Mangkok Positif
21 Jus Gelas Negatif
22 Mie goreng Piring Positif
23 Jus Gelas Negatif
24 Nasi goreng Piring Positif

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pada Tabel 4.12 dilihat

bahwa terdapat 10 sampel (41,7%) peralatan makan yaitu 8 piring, 1 gelas dan 1

mangkok dari penjual makanan jajanan mie goreng, nasi goreng, sate, jus dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

bakso positif terdapat bakteri Escherichia coli . Namun, pada 14 sampel (58,3%)

peralatan makan yang lainnya tidak tercemar dengan bakteri Escherichia coli.

4.5 Kejadian Diare Pada Konsumen

Hasil kuisioner penelitian terhadap 24 konsumen di Siantar Square

berdasarkan kejadian diare disajikan dalam tabel 4.13 berikut :

Tabel 4.13 Distribusi Hasil Kejadian Diare pada Konsumen di Siantar


Square Kota Pematang Siantar Tahun 2016

Hasil kondisi konsumen setelah makan di


No. Jumlah (n) (%)
Siantar Square
1 Mengalami Diare 2 83.3
2 Tidak Mengalami Diare 22 91.7
Total 24 100

Berdasarkan tabel 4.13 diatas menunjukkan bahwa konsumen yang

mengalami kejadian diare setelah makan di Siantar Square Kota Pematang Siantar

yaitu berjumlah 2 orang.

4.6 Tabulasi Silang Kategori Frekuensi Kunjungan Konsumen dengan


Kejadian Diare pada Konsumen

Kategori frekuensi kunjungan konsumen dengan kejadian diare pada

konsumen dapat dilihat pada tabel 4.14 sebagai berikut :

Tabel 4.14 Tabulasi Silang Kategori Frekuensi Kunjungan Konsumen


dengan Kejadian Diare pada Konsumen

Frekuensi Kunjungan (perbulan)


Kategori Jumlah
2x 3-4x ≥5x
Mengalami Diare 1 1 0 2
Tidak mengalami Diare 13 5 4 22
Jumlah 14 6 4 24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

Berdasarkan Tabel 4.14 menunjukkan bahwa konsumen yang mengalami

diare adalah konsumen yang frekuensinya 2 kali dalam sebulan dan 3- 4 kali

dalam sebulan masing-masing sebanyak satu orang (50%).

4.7 Tabulasi Silang Kategori Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan


dengan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli

Kategori higiene sanitasi pengelolaan makanan dengan kontaminasi

bakteri Escherichia coli dapat dilihat pada tabel 4.15 sebagai berikut :

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Kategori Higiene Sanitasi Pengelolaan


Makanan dengan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli

Kontaminasi Bakteri Escherichia coli


Kategori Jumlah
Tidak Terkontaminasi Terkontaminasi
Memenuhi syarat
0 0 0
Kesehatan
Tidak Memenuhi
14 10 24
Syarat Kesehatan
Jumlah 14 10 24

Berdasarkan Tabel 4.15 menunjukkan bahwa tempat pengelolaan makanan

di Siantar Square yaitu 24 tempat seluruhnya tidak memenuhi syarat kesehatan.

Sebanyak 10 tempat (41,7%) di Siantar Square yang tidak memenuhi syarat

kesehatan terkontaminasi bakteri Escherichia coli dan terdiri dari 14 tempat

(58,3%) di Siantar Square yang tidak memenuhi syarat kesehatan tetapi tidak

terkontaminasi bakteri Escherichia coli.

4.8 Tabulasi Silang Kategori Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan dan


Kontaminasi Bakteri Escherichia coli dengan Kejadian Diare

Kategori higiene sanitasi pengelolaan makanan dan kontaminasi bakteri

Escherichia coli dengan kejadian diare dapat dilihat pada tabel 4.16 sebagai

berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Kategori Higiene Sanitasi Pengelolaan


Makanan dan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli dengan
Kejadian Diare pada Konsumen
Kejadian Diare
Kategori Jumlah
Tidak Diare Diare
Memenuhi syarat Kesehatan dan tidak
0 0 0
terkontaminasi Escherichia coli
Memenuhi syarat Kesehatan dan
0 0 0
terkontaminasi Escherichia coli
Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan dan
14 0 14
tidak terkontaminasi Escherichia coli
Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan dan
8 2 10
terkontaminasi Escherichia coli
Jumlah 22 2 24

Berdasarkan Tabel 4.16 menunjukkan bahwa tempat pengelolaan makanan

di Siantar Square yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan terkontaminasi

Escherichia coli yang tidak mengalami kejadian diare pada konsumen sebanyak 8

orang (0,8%) dan tempat pengelolaan makanan di Siantar Square yang tidak

memenuhi syarat kesehatan dan terkontaminasi Escherichia coli yang mengalami

kejadian diare pada konsumen sebanyak 2 orang (0,2%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan di Siantar Square

5.1.1 Pemilihan Bahan Makanan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 24 tempat penjual

makanan di Siantar Squre kota Pematang Siantar Tahun 2016 diperoleh bahwa

semua tempat telah memenuhi syarat kesehatan. Semua penjual makanan

menggunakan bahan makanan dalam kondisi utuh, tidak rusak, tidak busuk dan

masih segar. Daging yang digunakan untuk menjadi bahan makanan sate adalah

daging yang masih segar dan tidak busuk. Beras yang digunakan untuk menjadi

bahan baku nasi goreng adalah beras yang kondisinya masih utuh dan tidak rusak

serta beras yang dibeli dari tempat penjualan yang diawasi oleh pemerintah.

Begitu juga dengan bahan-bahan lainnya seperti buah-buahan yang digunakan

untuk jus adalah buah yang tidak busuk serta sayur-sayuran yang digunakan

sebagai pelengkap nasi goreng maupun mie goreng menggunakan sayur yang

masih segar dan tidak busuk. Bahan-bahan makanan tersebut diperoleh dari

tempat penjualan yang diawasi oleh pemerintah yaitu Pasar Horas Kota Pematang

Siantar yang letaknya tidak terlalu jauh dari Siantar Square.

Pemilihan bahan baku haruslah yang masih segar, masih utuh, tidak retak

atau pecah. Untuk makanan yang cepat membusuk tidak boleh terdapat kotoran

dan tidak ada ulat. Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara

fisik serta kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang sudah

membusuk atau rusak. Salah satu upaya untuk mendapatkan bahan makanan yang

68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

baik adalah menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber

tidak jelas karena kurang dapat dipertanggung jawabkan kualitasnya (Sumantri,

2010).

Menurut Depkes RI (2004), sumber bahan makanan yang baik adalah

pusat penjualan makanan dengan sistem pengaturan suhu yang dikendalikan

dengan baik seperti swalayan dan tempat-tempat penjualan bahan makanan yang

diawasi pemerintah daerah dengan baik.

5.1.2 Penyimpanan Bahan Makanan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahap penyimpanan

bahan makanan pada 24 tempat penjual makanan di Siantar Square kota Pematang

Siantar diperoleh hanya 75% tempat penjual makanan yang tempat menyimpan

bahan makanannya dalam keadaan bersih, kedap air dan tertutup tetapi hanya 50%

saja yang tempat menyimpan bahan makanannya yang dapat terhindar dari

serangga dan vektor penyakit. Seluruh tempat penjual makanan di Siantar Square

telah memisahkan wadah penyimpanan bahan makanan dengan makanan jadi.

Bahan makanan yang akan diolah seperti daging ayam yang akan digoreng

dan kemudian dicampurkan dengan mie goreng atau nasi goreng, sebelumnya

disimpan dahulu di dalam lemari es dengan menggunakan toples yang mempunyai

tutup. Bahan makanan seperti beras juga disimpan dalam sebuah tempat seperti

toples yang berukuran besar. Akan tetapi, tidak semua wadah tersebut mempunyai

tutup sehingga ada beberapa tempat yang kemungkinan akan tercemar oleh vektor

penyakit atau serangga. Namun ada juga tempat makan yang tidak menyimpan

bahan makanannya seperti sayur-sayuran dan buah-buahan dikarenakan tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

semua penjual memiliki lemari es sehinga bahan makanan hanya diletakkan di

dalam steling saja dan tidak tertutup.

Para penjual makanan dalam menggunakan bahan makanan, bahan yang

disimpan lebih dahulu atau yang sudah dibeli duluan yang digunakan, sedangkan

bahan makanan yang masuk atau baru dibeli belakangan dikeluarkan untuk

digunakan contoh bahannya adalah buah-buahan yang akan diolah menjadi jus,

sayur-sayuran maupun semua bahan makanan yang akan diolah semuanya

menggunakan cara First In First Out (FIFO).

Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan makanan tidak

mudah rusak dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan makanan dibersihkan

terlebih dahulu sebelum disimpan, yang dapat dilakukan dengan cara mencuci.

Setelah dikeringkan kemudian dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan

disimpan dalam ruangan yang bersuhu rendah (Kusmayadi, 2008).

Sedangkan menurut Depkes RI (2000) dalam menyimpan bahan makanan

hal-hal yang diperhatikan dalam menyimpan makanan yaitu penyimpanan harus

dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan memenuhi syarat, barang -

barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga mudah untuk

mengambilnya, tidak menjadi tempat bersarang/bersembunyi serangga dan tikus,

tidak mudah membusuk dan rusak, dan untuk bahan-bahan yang mudah

membusuk harus disediakan tempat penyimpanan dingin serta setiap bahan

makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan untuk riwayat keluar

masuk barang dengan sistem FIFO (First In First Out).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

5.1.3 Pengolahan Makanan

Berdasarkan hasil penelitian pada 24 penjual makanan di Siantar Square

kota Pematang Siantar Tahun 2016 pada proses pengolahan makanan diperoleh

seluruh tempat jualan makanan di Siantar Square belum memenuhi syarat

kesehatan. Pada penjamah makanan semua penjamah tidak menderita penyakit

mudah menular misalnya batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya

serta menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya) saat menjamah

makanan. Akan tetapi, hanya 50% saja penjamah makanan yang menjaga

kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaiannya. Kebersihan kuku yang paling

banyak jarang dijaga oleh penjamah, banyak yang memiliki kuku panjang maupun

kotor dan masih ada juga penjamah yang tidak mencuci tangannya setiap kali

menjamah makanan hanya sekali-sekali saja. Selain itu, penjamah makanan tidak

ada yang memakai celemek atau penutup kepala saat mengolah makanan sehingga

ada kemungkinan terkena pencemaran dari rambut atau kepala yang tidak bersih

dari penjamah makanan dan hanya sedikit saja yang menggunakan alat untuk

memegang bahan makanan, penjamah lebih banyak hanya menggunakan tangan

dalam mengolah makanan dan hanya bahan-bahan makanan yang panas atau cair

saja yang disentuh dengan menggunakan sendok.

Sebanyak 75% penjamah makanan yang tidak merokok , menggaruk

anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya). Sebenarnya banyak

penjamah yang merokok karena mayoritas penjamah adalah laki-laki, tetapi

penjamah tersebut merokok tidak selama pengolahan makanan. Pada saat

menjamah makanan ada juga penjamah yang bersin saat mengolah makanan tanpa

menutup mulut. Penjamah yang kurang menjaga kebersihannya menyebabkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

semakin besarnya resiko kontaminasi pada makanan. Kebersihan penjamah

makanan atau personal higiene merupakan kunci kebersihan dalam pengolahan

makanan yang aman dan sehat (Purnawijayanti, 2001).

Menurut Depkes RI (2001) kebiasaan merokok di lingkungan pengolahan

makanan mengandung banyak risiko antara lain bakteri atau kuman dari mulut

dan bibir dapat dipindahkan ke tangan sehingga tangan menjadi kotor dan akan

mengotori makanan, abu rokok dapat jatuh ke dalam makanan serta dapat

menimbulkan bau asap rokok yang dapat mengotori udara.

Tempat pengolahan makanan di Siantar Square seluruhnya sudah baik

karena selalu rajin dibersikan oleh pengolah makanan. Lantainya selalu bersih,

kering, tidak lembab dan tidak licin. Akan tetapi, tempat pengolahan makanan

semuanya beresiko tercemar oleh vektor penyakit seperti lalat atau tikus. Hal

tersebut terjadi karena tempat pengolahan makanan di Siantar Square merupakan

dapur terbuaka. Semua makanan diletakkan pada staling makanan yang terbuka

dan tidak tertutup oleh tirai sehingga vektor penyakit seperti lalat atau tikus dapat

masuk ke tempat pengolahan makanan. Ketika saya sedang mengobservasi tempat

makan tersebut saya melihat ada tikus di sekitar tempat itu.

Selain itu tempat pembuangan sampah pada tempat-tempat jualan di

Siantar Square hanya 37,5% saja yang memliliki tempat sampah yang tertutup dan

kedap air. Tempat sampah yang digunakan oleh penjual makanan adalah goni

tetapi sampah selalu diangkut atau dibuang setiap 24 jam. Saluran Pembuangan

Air Limbah (SPAL) di Siantar Square seluruhnya tertutup karena ditutup dengan

semen dan mengalir lancar serta adanya tempat mencuci tangan dan peralatan di

tempat pengolahan makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

Menurut Sarudji (2010), pengelolaan sampah yang kurang baik dapat

menimbulkan pengaruh terhadap kesehatan yaitu sebagai tempat

perkembangbiakan vektor penyakit seperti lalat dan tikus karena kebiasaan hidup

di tempat yang kotor dan juga menjamah makanan manusia. Selain itu, estetika

sampah baik bentuk atau wujud maupun baunya dapat menimbulkan kesan tidak

estetis.

Tempat pengolahan makanan adalah tempat dimana makanan diolah

sehingga menjadi makanan yang terolah ataupun makanan jadi yang biasanya

disebut dapur. Dapur merupakan tempat pengolahan makanan yang harus

memenuhi syarat higiene dan sanitasi, diantaranya konstruksi dan perlengkapan

sanitasi (Cahyadi, 2008).

Cara pengolahan makanan di Siantar Square berdasarkan hasil penelitian

seperti mencuci bahan makanan dengan air bersih dan mengalir serta menjaga

bahan makanan agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan sudah dilakukan oleh

semua penjual makanan di Siantar Square dengan baik . Semua bahan-bahan

makanan yang digunakan selalu dicuci dahulu sebelum diolah menjadi makanan

begitu juga penjamah makanan selalu berhati-hati dalam mengolah makanan akan

tetapi mengolah makanannya kontak langsung dengan bahan makanan. Selain itu,

ada beberapa pengolah makanan yang menggunakan bahan tambahan makanan

tidak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Seperti pada penjual nasi

goreng yang menggunakan penyedap makanan secara berlebihan. Pengolah

makanan mengatakan menggunakan bahan tambahan makanan sampai makanan

tersebut benar-benar mempunyai rasa yang pas. Lebih mengutamakan bahan-

bahan penyedap makanan daripada menggunakan bumbu-bumbu alami. Begitu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

juga dengan bakso, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kuah bakso

banyak menggunakan penyedap rasa.

Peralatan pengolahan makanan pada 24 tempat penjual makanan

seluruhnya dalam keadaan bersih. Akan tetapi hanya 58,3% saja pengolah

makanan mencuci makanan dengan air bersih dan mengalir. Mereka

menggunakan air yang sudah ditampung di dalam ember dan air yang didalam

ember itulah yang digunakan sampai beberapa kali untuk memcuci peralatan.

Pengolah makanan mengatakan kalau harus mencuci peralatan dengan air yang

mengalir akan lama dan membuang banyak waktu dan juga air. Tempat mencuci

peralatan ada 2 ember dimana ember pertama memebersikan piring dari sisa-sisa

makanan kemudian ember ke dua untuk bilasan dan membersihkannya. Air dari

pencucian tersebut diganti ketika air yang di ember sudah terlihat keruh atau

kotor. Selain itu hanya ada 25% tempat penjual makanan, peralatan makan yang

sudah dicuci dikeringkan dengan lap bersih atau alat pengering lainnya lalu

kemudian ditelakkan di rak piring. Penjual makanan lainnya yang sisanya75%

itu, peralatan mereka tidak di lap tetapi langsung dibuat dirak piring. Selain itu

rak piring yang mereka gunakan rak piring yang terbuka atau tidak disimpan di

tempat yang bebas dari tempat pencemaran.

Hasil penelitian Susanna (2003) yang menyatakan penempatan piring

dilakukan pada tempat terbuka dan tidak bersih serta penggunaan kain lap pada

saat mengeringkan piring, sendok dan garpu dapat memberi kontribusi terhadap

kontaminasi kuman pada makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

5.1.4 Penyimpanan Makanan

Berdasarkan hasil penelitian pada 24 tempat penjual makanan jajanan di

Siantar Square kota Pematang Siantar Tahun 2016 diperoleh bahwa semua tempat

di Siantar Square belum memenuhi syarat kesehatan berdasarkan prinsip

penyimpanan makanan.

Berdasarkan hasil penelitian hanya 75% tempat pengolahan makanan yang

memiliki tempat khusus untuk menyimpan makanan dan tempat penyimpanannya

dalam keadaan bersih. Selain itu, hanya 50% saja tempat penyimpanan makanan

yang tertutup dengan baik serta sebanyak 75% tempat penyimpan makanannya

terhindar dari sumber pencemaran. Sebagian makanan diletakkan tidak pada

tempat yang khusus, seperti lontong untuk makanan sate diletakkan pada steling

yang terbuka dan tdak pada tempat khusus, ada juga yang disimpan hanya di

dalam plastik saja tidak tertutup dengan baik. Sehingga kondisi seperti itu

membuat kemungkinan besar terkena pencemaran pada makanan.

Menurut hasil penelitian Arisman (2000) juga menyimpulkan bahwa di

Palembang, sarana penjaja makanan berupa lemari makanan yang dipajang di

warung dan kantin sebagian besar dalam keadaan tidak tertutup. Kalaupun ada,

penutup itu hanya berupa kain bekas gorden tipis yang jarang sekali dirapatkan

terutama ketika tamu sedang ramai. Menjajakan makanan dalam keadaan terbuka

dapat meningkatkan risiko tercemarnya makanan oleh lingkungan, baik melalui

udara, debu, asap kendaraan, bahkan serangga. Makanan yang dijajakan di pinggir

jalan akan sangat mudah terpapar debu dan asap kendaraan yang berterbangan.

Prinsip penyimpanan makanan masak bertujuan untuk mencegah

pertumbuhan dan perkembangan bakteri pada makanan serta mencegah timbulnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

sarang hama dalam makanan. Syarat penyimpanan makanan jadi yaitu terlindung

dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, tikus dan hewan lainnya serta

makanan yang cepat busuk atau basi disimpan dalam suhu panas yaitu 65 0C atau

lebih (Depkes RI, 2003).

5.1.5 Pengangkutan Makanan

Berdasarkan hasil penelitian pada 24 tempat penjual makanan jajanan di

Siantar Square kota Pematang Siantar Tahun 2016 diperoleh bahwa semua tempat

di Siantar Square belum memenuhi syarat kesehatan berdasarkan prinsip

pengangkutan makanan.

Berdasarkan hasil penelitian pada semua penjual makanan di Siantar

Square tidak ada tersedia tempat khusus untuk pengangkutan makanan dan juga

makanan yang diangkut tidak dalam keadaan tertutup. Pengolah makanan

mengatakan tidak perlu untuk membuat penutup makanan karena jarak mengolah

makanan dengan konsumen dekat sehingga tidak membutuhkan alat pengangkut

khusus maupun penutup makanan. Akan tetapi, walaupun jarak yang dekat namun

resiko kontaminasi pencemaran bisa saja terjadi, karena lokasi tempat makan

berada di pinggir jalan yang cukup ramai. Selain itu juga pengangkutan makanan

dari tempat asal penjual makanan ke Siantar Square harus bisa diangkut dengan

baik dan terhindar dari pencemaran.

Menurut Depkes RI (2004), prinsip pengangkutan makanan yang baik

adalah tidak terjadinya pencemaran selama proses pengangkutan baik pencemaran

fisik, mikroba maupun kimia. Kemungkinan pengotoran makanan terjadi

sepanjang pengangkutan yang dipengaruhi oleh alat pengangkut, teknik

pengangkutan dan tenaga pengangkut makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

5.1.6 Penyajian Makanan

Berdasarkan hasil penelitian pada 24 tempat penjual makanan jajanan di

Siantar Square kota Pematang Siantar Tahun 2016 diperoleh bahwa semua tempat

di Siantar Square belum memenuhi syarat kesehatan berdasarkan prinsip

penyajian makanan.

Berdasarkan penelitian dari 24 tempat penjual makanan hanya 1 saja yang

memenuhi syarat kesehatan. Hal ini terjadi karena masih 25% penyaji makanan

yang tidak kontak dengan makanan (menggunakan sarung tangan, plastik,

penjepit makanan atau sendok), menggunakan menutup kepala atau menata

rambut dengan rapi dan memakai celemek serta mempunyai tempat penyajian

yang bersih, aman dan terhindar dari pencemar. Namun, untuk wadah penyajian

75% sudah bersih dan kering. Akan tetapi, penyajian makanan yang baik sangat

penting, dikarenakan jika penyaji tidak menjaga kebersihan diri maka resiko

makan tercemar akan besar. Terkhusus ketika penjamah mememang langsung

makanan dengan tangan tanpa alat. Melihat hasil pengamatan di Siantar Square

para penyaji makanan yang tidak menggunakan alat dalam menyaji makanan

dikarenakan mereka merasa jika memakai alat terasa lambat dan repot, apalagi

ketika sedang ramai pembeli. Kondisi yang seperti itu semakin membuat resiko

makanan akhirnya bisa tercemar.

Tahap penting lainnya adalah penyajian makanan, karena pada tahap ini

mikroorganisme dapat berkembang biak dan dapat mencemari makanan. Menurut

penelitian yang dilakukan Djaja (2003), terdapat kontaminasi terhadap makanan

disajikan dengan rata-rata sebanyak 12,2% pada beberapa jenis TPM (Tempat

Pengolahan Makanan) di Jakarta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Proses terakhir adalah Penyajian makanan. Makanan yang akan disajikan

tempatnya harus bersih, peralatan yang digunakan bersih, sirkulasi udara dapat

berlangsung, penyaji berpakaian bersih, rapi, menggunakan tutup rambut. Tangan

penyaji tidak boleh kontak langsung dengan makanan yang disajikan. (Depkes RI,

2004).

5.2 Keberadaan Bakteri Escherichia coli pada Peralatan Makan di


Siantar Square Kota Pematang Siantar Tahun 2016

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap 24 peralatan makan

dari 24 tempat makan di Siantar Square kota Pematang Siantar bahwa terdapat 10

sampel (41,7%) peralatan makan yaitu 8 piring, 1 gelas dan 1 mangkok dari

penjual makanan jajanan mie goreng, nasi goreng, sate, jus dan bakso positif

terdapat bakteri Escherichia coli . Sampel yang positif adanya bakteri Escherichia

coli yaitu sampel nomor 3, 8, 9, 10, 12, 15, 19, 20, 22, dan 24. Sampel piring pada

nomor 3, 9, 10, 12, 15, dan 22 adalah penjual mie goreng, sampel piring pada

nomor 8 dan 24 adalah penjual nasi goreng, sampel gelas pada nomor 19 adalah

penjual jus dan sampel mangkok pada nomor 20 adalah penjual bakso.

Menurut Kepmenkes Nomor 1098 Menkes/SK/VII/2003, bahwa untuk

persyaratan peralatan makan dengan angka total kuman nol (negatif) dan tidak

mengandung bakteri Escherichia coli (negatif).

Escherichia coli dapat tumbuh pada range temperatur 7°C-50°C dengan

suhu optimum untuk pertumbuhannnya adalah 37°C. Escherichia coli dapat mati

dengan pemasakan makanan pada temperature 70°C. Escherichia coli dapat

berkembang biak pada makanan dengan nilai aktivitas air minimum 0,95.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

Escherichia coli dapat hidup di lingkungan makanan yang asam pada pH dibawah

4,4 (WHO, 2005).

Kemungkinan adanya kontaminasi bakteri Escherichia coli pada peralatan

makan dapat dikarenakan pencucian peralatan yang tidak benar atau kurang baik,

bisa juga diakibatkan oleh air yang ditampung di ember atau lap pengering

peralatan yang telah terkontaminasi oleh bakteri Escherichia coli dan juga dapat

diakibatkan karena penjamah makanan yang tidak menjaga higiene sanitasinya,

sehingga tanpa disadari bahwa tangan penjamah telah terkontaminasi oleh bakteri

Escherichia coli lalu kemudian memegang peralatan makan tanpa mencuci tangan

pakai sabun terlebih dahulu.

Hasil penelitian Wafa (2011) pada pedagang kaki lima di jalan Kalimantan

Kabupaten jember adanya hubungan antara higiene sanitasi makanan yang tidak

baik dengan keberadaan bakteri Escherichia coli pada peralatan makan.

5.3 Kejadian Diare pada Konsumen di Siantar Square Kota Pematang


Siantar Tahun 2016

Berdasarkan dari hasil penelitian dengan kuisioner yang diberikan kepada

24 konsumen di Siantar Square terhadap kejadian diare diperoleh bahwa

konsumen yang mengalami kejadian diare setelah makan di Siantar Square Kota

Pematang Siantar yaitu berjumlah 2 orang. Konsumen yang diberi lembar

kuisioner adalah konsumen yang sudah dua kali atau lebih datang ke Siantar

Square untuk makan atau minum setiap bulan dalam waktu satu tahun terakhir.

Kejadian diare yang terjadi pada konsumen kemungkinan besar

diakibatkan karena mengkonsumsi makanan yang sudah terkontaminasi bakteri

Escherichia coli. Escherichia coli merupakan bakteri yang terdapat dalam usus

besar manusia sebagai flora normal. Penyebaran E. coli dari manusia ke manusia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

yang lain terjadi secara peroral dengan cara manusia memakan atau meminum air

yang telah terkontaminasi (Andriani, 2008).

Kontaminasi makanan dapat disebabkan oleh berbagai hal salah satunya

dari peralatan makan yang sudah terkontaminasi oleh bakteri Escherichia coli.

Hasil penelitian terhadap usap alat makan yang dilakukan oleh Jusuf Essing

(2006) pada peralatan makan yang ada di rumah makan terminal penumpang

Bandara Sam Ratulangi Manado, bahwa ada peralatan makan yang terdapat

Escherichia coli, dimana hal ini menunjukan bahwa peralatan tersebut tidak

memenuhi syarat kesehatan.

Escherichia coli juga merupakan bakteri indikator kualitas air karena

keberadaannya di dalam air mengindikasikan bahwa air tersebut terkontaminasi

oleh feses, yang kemungkinan juga mengandung mikroorganisme enterik patogen

lainnya. Escherichia coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran

pencernaan meningkat atau berada di luar usus. Escherichia coli menghasilkan

enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare (Brooks et al., 2004).

5.4 Tabulasi Silang Kategori Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan


dengan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli

Berdasarkan hasil penelitian mengenai higiene sanitasi pengelolaan

makanan di Siantar Square kota Pematang Siantar secara umum tidak memenuhi

syarat kesehatan yang sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942

Tahun 2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan. Prinsip

higiene sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan hanya prinsip yang I yaitu

pemilihan bahan baku. Pada prinsip yang II yaitu penyimpanan bahan baku hanya

ada 6 tempat yang memenuhi syarat kesehatan, lalu pada prinsip yang III, IV dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

V yaitu pengolahan makanan, penyimpanan makanan jadi dan pengangkutan

makanan belum ada yang memenuhi syarat kesehatan dan prinsip yang IV yaitu

penyajian makanan hanya ada 1 tempat yang memenuhi syarat kesehatan.

Terdiri dari 10 tempat (41,7%) di Siantar Square yang tidak memenuhi

syarat kesehatan dan terkontaminasi bakteri Escherichia coli dan sebanyak 14

tempat (58,3%) yang memenuhi syarat kesehatan dan tidak terkontaminasi bakteri

Escherichia coli .

Kemungkinan tidak adanya kontaminasi bakteri Escherichia coli pada 14

peralatan makan di Siantar Square dapat dikarenakan pencucian peralatan yang

sudah benar atau baik. Tahapan pencucian peralatan di Siantar Square adalah

pertama makanan sisa akan dibuang ke tempat sampah lalu peralatan direndam

dalam bak/ember I kemudian peralatan dicuci dengan sabun. Lalu, peralatan

dibilas dengan air dari bak/ember II dan dibilas lagi pada bak/ember III selain itu

peralatan dikeringkan dengan lap yang bersih dan diletakkan di meja dengan di

telungkupkan. Proses pencucian dan pengeringan yang benar akan menghasilkan

peralatan yang bersih dan terbebas dari kuman penyakit. Menurut Anwar dalam

pohan (2009), dalam buku studi sanitasi makanan dan minuman, bahwa

keberadaan bak pembilas adalah sangat penting dalam proses pencucian peralatan

makan.

Selain itu bisa juga dapat diakibatkan karena penjamah makanan yang

menjaga personal higiene sanitasinya. Pekerja yang selalu mencuci tangan

sebelum bekerja atau mengolah makanan bisa mengurangi resiko terkontaminasi

oleh bakteri Escherichia coli. Menurut Zulfa (2011) yang mengutip pendapat

Hiasinta bahwa tangan manusia merupakan sumber utama mikroorganisme, jika

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

kontak langsung dengan tangan selama proses produksi, pengolahan dan

penyajian maka terjadilah perpindahan mikroba dari tangan ke pangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Higiene Sanitasi

Pengelolaan Makanan dan Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Peralatan

Makan serta Kejadian Diare pada Konsumen di Siantar Square Kota Pematang

Siantar Tahun 2016, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Higiene sanitasi pengelolaan makanan di Siantar Square kota Pematang

Siantar secara umum tidak memenuhi syarat kesehatan yang sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942 Tahun 2003 tentang Persyaratan

Higiene Sanitasi Makanan Jajanan.

2. Prinsip higiene sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan hanya prinsip

yang I yaitu pemilihan bahan baku. Pada prinsip yang II yaitu

penyimpanan bahan baku hanya ada 6 tempat yang memenuhi syarat

kesehatan, lalu pada prinsip yang III, IV dan V yaitu pengolahan makanan,

penyimpanan makanan jadi dan pengangkutan makanan belum ada yang

memenuhi syarat kesehatan dan prinsip yang IV yaitu penyajian makanan

hanya ada 1 tempat yang memenuhi syarat kesehatan.

3. Terdapat 10 sampel peralatan makan yaitu 8 piring, 1 gelas dan 1

mangkok yang positif terdapat bakteri Escherichia coli.

4. Berjumlah 2 orang konsumen di Siantar Square yang mengalami kejadian

diare.

83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

6.2 Saran

1. Bagi Penjual Makanan Jajanan di Siantar Square kota Pematang Siantar

agar dapat meningkatkan higiene sanitasi pengelolaan makanan dan

meningkatkan fasilitas sanitasi seperti menyediakan tempat smapah yang

memenuhi syarat kesehatan.

2. Menjaga kebersihan peralatan makan dengan pencucian peralatan yang

benar dengan air yang bersih dan menggunakan alat pengering atau lap

yang bersih serta menyimpanan peralatan makan di tempat yang bersih

dan terhindar dari sumber pencemaran.

3. Bagi pihak pemerintah dinas kesehatan agar meningkatkan program

pembinaan dengan meningkatkan pengetahuan dan kepedulian pemilik

usaha serta kepada pemerintah daerah agar membantu dalam

meningkatkan fasilitas sanitasi di Siantar Square dengan membangun toilet

umum yang bisa dimanfaatkan pedagang maupun konsumen di Siantar

Square.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, 1990. Pedoman Bidang Studi Makanan dan Minuman Pada


Instansi Tenaga Sanitasi. Jakarta.

Arisman, 2009. Keracunan Makanan : buku ajar ilmu gizi. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.

Brooks, G.F, Butel, J.S, Morse, Ornston, N.L, Jawetz, Melnick & Adleberg’s.
2004. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Alih Bahasa Edi Nugroho dan
RF Maulany.EGC. Jakarta. Hal 54 – 629

Cahyadi, W. 2008. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.


Jakarta.: Bumi Aksara

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta.

Depkes RI , 2003. Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang


Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan.
Jakarta.

________, 2003. Kepmenkes RI No. 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang


Persyaratan Hygiene dan Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.
Jakarta.

_________, 2004. Bakteri Pencemar Makanan dan Penyakit Bawaan


Makanan, Modul 4, Jakarta.

_________, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1096/ MENKES/PER/VI/2011 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga.
Jakarta.

Djaja, S. 2003. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir dan Sistem
Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia.
http://www.litbang.depkes.go.id

Jawetz, E,J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel,& S. A..Morse.


2003. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology) Edisi 23. EGC,
Jakarta.
Essing, J. F. 2006. Tinjauan Keberadaan Escherichia Coli Pada Peralatan
Makan Terminal Penumpang Bandara Sam Ratulangi Manado. FK.
UNSRAT.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII.

85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

2003. Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan.


Jakarta. Diakses tanggal 4 Juni 2016

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/


VII.2003. Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.
Jakarta.Diakses tanggal 4 Juni 2016

Kusmayadi, 2008. Cara Memilih dan Mengolah Makanan Untuk Perbaikan


Gizi
Masyarakat. http://database.deptan.go.id,. Diakses tanggal 15 Juli 2016.

Mansjoer, A., 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Penerbit Media
Aescu Lapius FK UI. Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka


Cipta. Jakarta.

Sihite R. 2000. Sanitasi And Hygiene. Surabaya : SIC.

Susanna, Dewi dan Budi Hartono. 2003. Pemantauan Kualitas Makanan


Ketoprak dan Gado-Gado di Lingkungan Kampus UI Depok Melalui
Pemeriksaan Bakteriologis. Makara Seri Kesehatan.

Supardi, I. dan Sukamto, 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan


Keamanan Pangan. Alumni, Bandung.

Pelczar, Michael, J., E.C.S Chan., 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi . Jakarta : UI


Press,.
Pohan,D, 2009. Pemeriksaan Escherichia coli Pada Usapan Peralatan Makan
Yang Digunakan Oleh Pedagang Makanan Di Pasar Petisah Medan.
Skripsi FKM USU,Medan.

Prabu. 2008. Higiene dan Sanitasi Makanan. http//gmpg.org. Jakarta. Diakses


tanggal 15 Juli 2016

Purnawijayanti, Hasinta. 2001. Sanitasi Higiene & Keselamatan Kerja Dalam


Pengolalaan Makanan. Kanisius. Yogyakarta.

Sarudji, Didik. 2010. Kesehatan Lingkungan. Karya Putra Darwati. Bandung

Suharyono. 2008. Diare Akut, Klinik dan Laboratorik Cetakan Kedua. Rineka
Cipta. Jakarta.

Sumantri,A 2010. Kesehatan Lingkungan & Perspektif Islam. Penerbit Prenada


Media. Jakarta.

Supardi, Iman Dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan Dan

86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

Keamanan Pangan. Penerbit Alumni, Bandung.

Suryawirya, Unus.2005.Mikrobiologi Dasar.penerbit Papas Sianr


Sinanti.Jakarta.

Susanna, Dewi dan Budi Hartono. 2003. Pemantauan Kualitas Makanan


Ketoprak dan Gado-Gado di Lingkungan Kampus UI Depok Melalui
Pemeriksaan Bakteriologis. Makara Seri Kesehatan.

Wafa, 2011. Hubungan antara Higiene Sanitasi Makanan dengan


Keberadaan Bakteri Escherichia coli pada Peralatan Makan Tahun
2011. Studi pada Pedagang Kaki Lima di Jalan Kalimantan
Kabupaten Jember. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jember

Wardhana, W., 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset.


Yogyakarta

WHO, 2005. Penyakit Bawaan Makanan. Fokus Pendidikan Kesehatan ECG.


Jakarta.
Wikipedia, 2010. Peralatan Makan. http://id.wikipedia.org/wiki/Alat_makan.
Diakses tanggal 15 Juli 2016.
Widoyono, 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
&Pemberantasannya. Penerbit Erlangga, Jakarta.

87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

Lampiran I

LEMBAR OBSERVASI
Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003
Tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan

No. Sampel :
Nama penjual makanan :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Lama berdiri Usaha :
Pernah/tidak mendapat
Pelatihan pengolahan Makanan :

Kategori
Objek Pengamatan Ket
Ya Tidak
I. Pemilihan Bahan Baku
1. Bahan baku yang digunakan dalam
keadaan baik mutunya.
2. Bahan baku masih dalam keadaan
segar dan tidak busuk
3. Bahan makanan diperoleh dari
tempat penjualan yang diawasi oleh
pemerintah dan tidak cacat atau tidak
rusak.

II. Penyimpanan Bahan Baku


4. Tempat penyimpanan bahan baku
makanan dalam keadaan bersih dan
kedap air.
5. Tempat penyimpanan bahan baku
makanan tertutup
6. Bahan baku makanan terhindar dari
serangga dan vektor penyakit
7. Wadah penyimpanan bahan
makanan terpisah dari makanan jadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

III. Pengolahan Makanan

a. Penjamah Makanan
8. Penjamah tidak menderita penyakit
mudah menular misal : batuk, pilek,
influenza, diare, penyakit perut
sejenisnya.
9. Penjamah makanan menutup luka
(pada luka terbuka/bisul atau luka
lainnya)
10. Menjaga kebersihan tangan, rambut,
kuku, pakaian.
11. Memakai celemek dan tutup kepala
12. Mencuci tangan setiap kali hendak
menangani makanan
13. Menjamah makanan harus memakai
alat/perlengkapan, atau dengan alas
tangan
14. Tidak sambil merokok, menggaruk
anggota badan (telinga, hidung,
mulut atau bagian lainnya)
15. Tidak batuk dihadapan makanan
jajanan yang disajikan dan atau
tanpa menutup mulut atau hidung

b. Lokasi
16. Lantai selalu bersih, kering, tidak
lembab, dan tidak licin
17. Tempat pengolahan bebas vektor
penyakit (lalat, tikus, dll),
terlindungi dari debu dan
pencemaran
18. Tersedia tempat pembuangan
sampah tertutup, mudah diangkat,
kedap air dan diangkut setiap 24 jam
19. Saluran Pembuanngan Air Limbah
(SPAL) tertutup dan mengalir lancar
20. Tersedia tempat mencuci tangan dan
peralatan

c. Cara Pengolahan
21. Mencuci bahan makanan dengan air
yang bersih dan mengalir
22. Tidak terjadi kerusakan makanan
akibat salah cara pengolahan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

salah
23. Bahan tambahan makanan yang
digunakan harus sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yg
berlaku.

d. Peralatan Pengolahan
24. Peralatan yang digunakan dalam
keadaan bersih
25. Peralatan dicuci dengan air bersih
yang mengalir dan dengan
menggunakan sabun
26. Peralatan yang sudah dicuci
dieringkan dengan alat pengeering
aau lap yang bersih
27. Peralatan yang sudah bersih
disimpan dalam tempat yang bebas
pencemar

IV. Penyimpanan Makanan Jadi


28. Tersedia tempat khusus untuk
menyimpan makanan
29. Tempat penyimpanan dalam keadaan
bersih
30. Tempat tertutup dengan baik
31. Terhindar dari pencemaran dan
binatang pengganggu

V. Pengangkutan Makanan
32. Tersedianya tempat khusus untuk
mengangkut makanan
33. Makanan yang diangkut dalam
keadaan tertutup atau terbungkus
pada wadah yang bersih
34. Pengangkut makanan berpakaian
bersih

VI. Penyajian Makanan


35. Penyaji makanan berpakaian bersih
dan rapi
36. Penyaji tidak dapat kontak langsung
dengan makanan (menggunakan
sarung tangan, plastik, penjepit
makanan atau sendok)
37. Penyaji makanan menggunakan
menutup kepala atau menata rambut
dengan rapi dan memakai celemek

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

38. Makanan disajikan di tempat yang


bersih dan terhindar dari pencemar
39. Wadah penyajian harus besih dan
kering

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

Lampiran II

LEMBAR KUESIONER KONSUMEN SIANTAR SQUARE

Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :

1. Apakah saudara/i pernah mengalami diare setelah makan makanan di


Siantar Square ?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
2. Apakah saat saudara/i buang air besar ada perubahan pada tinja/feses
dengan kandungan air yang berlebihan ?
a. Ada
b. Tidak ada
3. Berapa kali dalam satu hari perubahan pada tinja/feses dengan kandungan
air yang berlebihan ?
a. 1-3 kali
b. Lebih dari 3 kali
4. Berapa kali saudara/i mengalami diare tersebut ?
a. 0x
b. ≤ 1x

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


109

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


110

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


111

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


112

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


113

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


114

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


115

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


116

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


117

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


118

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Lokasi Siantar Square

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


119

Gambar 2. Tempat Pengelolaan Makanan Jajanan di Siantar Square

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


120

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


121

Gambar 3. Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli di Laboratorium


Mikrobiologi Fakultas MIPA USU

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai